Anda di halaman 1dari 16

ANALISIS PEMBELAJARAN DALAM MENGHADAPI

ERA SOCIETY 5.0 DI INDONESIA

Ai Siti Nurhaliza1, Arif Setiawan2, Irna Sari3, Nia Nurhayati4 & Puput Ayu Ningsih5

E-mail : aisitinurhaliza18@gmail.com1, huriarif111@gmail.com2,


sariirna73@gmail.com3, nianurhayati461@gmail.com4, puput060901@gmail.com5
STKIP Muhammadiyah Kuningan

Abstrak : Diera Society 5.0 merupakan penyempurnaan dari society 4.0. yang mana ini
berdampak dalam ranah pendidikan dan kualitas pendidikan ditentukan oleh sumber daya manusia
dalam mengembangkan keterampilan pembelajaran dari segi model, metode dan media
pembelajaran. Problematika pendidikan Indonesia diantaranya kompetensi guru yang masih
rendah, dan tenaga pendidik yang masih bingung memilih metode pembelajaran yang sesuai
dengan era digital 5.0 ini. Penelitian ini bertujuan untuk memberikan gambaran pendidikan di
Indonesia menghadapi era 5.0 dan menganalisis metode pembelajaran yang efektif di era digital
5.0. Dengan menggunakan metode kepustakaan yang bersifat deskriftif serta pengambilan sumber
data dari berbagai artikel jurnal dan buku. Artikel ini berkesimpulan bahwa untuk meningkatkan
SDM di Indonesia ialah dengan cara meningkatkan kualitas pendidikan dan mengatasi
problelmatikanya, guru di era ini harus mempunyai kompetensi yang memadai, yakni kompetensi
yang sesuai dengan abad 21. Dalam rangka menciptakan pembelajaran yang efektif dan
menyenangkan dan menciptakan sumber daya manusia yang unggul, berkarakter serta mampu
berfikir kritis, kreatif dan inovatif, tenaga pendidik juga dituntut untuk memilih metode
pembelajaran yang sesuai dan efektif yakni dengan menggunakan metode Quantum Learning,
Pembelajaran Partisipatori, Kolaboratif, Active Learning, Pembelajaran Kontekstual, Pembelajaran
Kooperatif, The Accerelated Learning, dan Pendidikan Jarak jauh.

Kata kunci: society 5.0; pendidikan di Indonesia; pembelajaran; metode era digital 5.0.

Abstract : Diera Society 5.0 is the improvement of society 4.0. which has an impact in the field of
education and the quality of education determined by human resources in developing learning
skills in terms of models, methods and learning media. The problem of Indonesian education
includes the competence of teachers who are still low, and the capacity of educators that are still
confused in choosing learning methods that match this digital era 5.0. The study aims to provide
an overview of education in Indonesia facing the era 5.0 and to analyze effective learning methods
in the digital era 5.0. By using descriptive library methods as well as the collection of data sources
from various journal articles and books. This article concludes that in order to improve SDM in
Indonesia is by improving the quality of education and addressing its problems, teachers in this era
must have adequate competences, that is, competences that correspond to the 21st century. In order
to create effective and enjoyable learning and to create superior human resources, characterized
and capable of thinking critically, creative and innovative, educators are also required to choose
appropriate and effective learning methods using Quantum Learning, Participatory Learning,
Collaborative, Active Learning, Contextual Learning, Cooperative Learning, The Accelerated
Learning, and Distance Education.

Keywords: society 5.0; education in Indonesia; Learning; Digital era 5.0 method.
PENDAHULUAN
Indonesia masih termasuk Negara yang berkembang, sumber daya alam (SDA)
dan sumber daya manusia (SDM) merupakan faktor yang dibutuhkan agar Negara
yang berkembang dapat menjadi Negara maju, di Indonesia kekayaan alam telah
berlimpah ruah. Namun sumber kekayaan alam tidak akan berguna tanpa
ditunjang dari kualitas sumber daya manusianya sendiri, karena itu Negara
Indonesia harus meningkatkan kualitas sumber daya manusianya. Salah satu cara
untuk meningkatkan SDM di Indonesia adalah dengan cara meningkatkan kualitas
pendidikan. Namun pendidikan di Indonesia masih begitu miris dan menyedihkan
banyak hal yang harus diperbaiki, salah satu yang menjadi kelemahan pendidikan
di Indonesia yaitu masih rendahnya kualitas para pengajar di Indonesia. (Puspita
et al., 2020)
Selain rendahnya kualitas tenaga pengajar di Indonesia, Menurut (Maulida,
2022) Problematika besar sekarang ini adalah transformasi pendidikan era 4.0
menuju era 5.0. Pada Era Society 4.0. Ilmu pengetahuan dan teknologi semakin
berkembang, era ini lebih dominan pada aspek teknologinya, bukan pada
manusianya, sedangkan Era Society 5.0. merupakan penyempurnaan dari society
4.0, dimana teknologi menjadi bagian dari manusia itu sendiri. Menurut (hikmat,
2022) Society 5.0 adalah masyarakat yang mampu menyelesaikan berbagai
tantangan dan permasalahan sosial melalui penerapan berbagai inovasi yang
dikembangkan selama revolusi industri 4.0, seperti Internet of Things (IoT),
Artificial Intelligence (AI), Big Data, dan robot. Society 5.0 berpusat pada
manusia dan maju secara teknologi.
Semakin berkembangnya revolusi industri tentu banyak menciptakan
perubahan dan tantangannya sendiri, khususnya dalam bidang pendidikan. Hal ini
dibuktikan oleh penelitian yang menjelaskan bahwa pada pendidikan itu sendiri,
era society 5.0 mempengaruhi perkembangan pembelajaran baik dari segi model,
metode dan media pembelajarannya (harun, 2021). Perubahan tersebut menjadi
tantangan bagi tenaga pendidik atau guru, seperti pemilihan metode pembelajaran.
Pemilihan metode pembelajaran merupakan faktor utama yang perlu diterapkan
dalam pembelajaran (Abidah et al., 2022).
Oleh karena itu, semua pihak harus mempersiapkan diri dalam melakukan
perbaikan dan perubahan dengan tujuan meningkatkan mutu Pendidikan, salah
satunya dengan mengalisis metode pembelajaran dan kesiapan Sumber Daya
Manusia Indonesia dalam menghadapi era revolusi industry 4.0 dan bersiap untuk
memasuki Society 5.0. (Handayani & Muliastrini, 2020). Adapun tujuan
pembuatan artikel ini untuk memberikan gambaran bagaimana pendidikan di
indonesia akibat pengaruh dari revolusi industri era 4.0 menuju era 5.0 dan
menganalisis metode pembelajaran yang sesuai dan efektif di era digital 5.0 ini
dalam rangka menciptakan pembelajaran yang efektif dan menyenangkan dan
menciptakan sumber daya manusia yang unggul, berkarakter serta mampu
berpikir kritis, kreatif dan inovatif.

METODE PENELITIAN
Metode yang digunakan dalam artikel ini ialah metode kepustakaan. Menurut
Sarwono (2006: 26) Studi pustaka merupakan kegiatan mempelajari berbagai
buku referensi serta hasil penelitian sebelumnya yang sejenis dengan tujuan
mendapatkan landasan teori mengenai masalah yang akan diteliti. Rancangan
Penelitian ini bersifat deskriftif, yaitu uraian yang teratur dari suatu data yang
diperoleh dan dilengkapi baik pemahaman dan juga penjelasan untuk para
pembaca supaya mendapatkan pemahaman. Peneliti mencari referensi bacaan
yang berkaitan dengan pembelajaran era society, data diperoleh dari berbagai
artikel jurnal dan buku, yang dengan mudah dapat diakses secara online.
Kemudian data dikumpulkan, diseleksi dan di analisa. Analisis data dalam kajian
pustaka ini adalah analisis isi yaitu penelitian yang bersifat pembahasan
mendalam terhadap isi suatu informasi dari referensi tersebut.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Pendidikan di Indonesia Menghadapi Era Society 5.0


Pandemi Covid-19 kemarin adalah proses transisi revolusi industri 4.0
menuju revolusi industri 5.0. yang mana setelah covid-19 kemarin pendidikan
karakter siswa jadi tidak terpantau langsung oleh guru sehingga pendidikan
karakter siswa menurun, berkembangnya era revolusi industri 5.0 berdampak
besar terhadap pendidikan (Kahar et al., 2021). Banyak tantangan dan perubahan
di era society 5.0 ini, termasuk yang harus dilakukan oleh satuan pendidikan
sebagai gerbang utama dalam mempersiapkan SDM unggul. Pada saat ini
Indonesia tentu saja berupaya untuk segera bersiap memasuki dampak dari
keberadaan masyarakat 5.0 atau era society. Strategi yang dapat dikembangkan
diantaranya mempersiapkan proses pendidikan yang mampu membekali peserta
didik menghadapi masyarakat 5.0. Dengan begitu harus juga mempersiapkan para
pendidik untuk menghadapi tantangan era society 5.0. Pendidikan merupakan
bagian penting dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Kemajuan bangsa
ditentukan oleh seberapa efektif sebuah negara meningkatkan mutu
pendidikannya. Namun dalam praktiknya, penyelenggaraan pendidikan di
Indonesia masih menyisakan PR besar yang harus diurai secara bertahap dan
berkesinambungan. Seperti yang telah dipaparkan diatas, problematika
pengembangan di Indonesia masih berupaya untuk meningkatkan kompetensi
guru. Sebagai upaya dari pemerintah dalam menyambut era society 5.0 ini ialah
dengan menyiapkan konsep merdeka belajar, guru penggerak, dan sekolah
penggerak. Pendidik atau guru yang menjadi penggerak dalam pendidikan era 5.0
ini harus mempunyai kompetensi memadai. Dia harus cakap dalam memberikan
materi pelajaran serta mampu menggerakkan siswa untuk berpikir kritis dan
kreatif. (murniati AR, 2022)
Menurut (Atiah, 2020) Gejolak disrupsi akibat revolusi industri 4.0
dikhawatirkan dapat menggerus nilai-nilai karakter kemanusiaan yang
dipertahankan selama ini. Maka muncullah Era super smart society (society 5.0)
yang diperkenalkan oleh Pemerintah Jepang pada tahun 2019, sebagai solusi dan
penyelesaian dari keresahan masyarakat terhadap era revolusi industri 4.0
mengenai teknologi yang semakin akan menggantikan tenaga manusia. Society
5.0 ini menjadi solusi terhadap dunia pendidikan karena dalam dunia pendidikan
Society 5.0 ini menekankan pada pendidikan karakter, moral dan keteladanan,
disini peran guru tidak dapat digantikan oleh teknologi, artinya di era ini
pendidikan masih membutuhkan guru yang memiliki kompetensi tertentu sesuai
dengan abad 21, seperti keterampilan pemahaman yang tinggi, keterampilan
berpikir kritis, keterampilan kolaborasi dan komunikasi, keterampilan inovasi,
keterampilan pemecahan masalah dan keterampilan dalam menguasai media
Teknologi Informasi dan Komunikasi.
Selain peserta didik dan tenaga pendidik harus menguasai kompetensi yang
sesuai dengan abad 21, tenaga pendidik juga harus mampu memilih metode
pembelajaran yang sesuai untuk mengembangkan kompetensi-kompetensi
tersebut, hal ini juga yang menjadi tantangan bagi tenaga pendidik atau guru
akibat dari revolusi indusri 5.0 ini. Era ini memberikan dampak terhadap
pembelajaran, Seperti yang telah dipaparkan diatas bahwa salah satu yang menjadi
tantangan bagi tenaga pendidik atau guru salah satunya dalam pemilihan metode
pembelajaran (Raihan et al., n.d.). Pemilihan metode pembelajaran ini juga
merupakan serangkaian kegiatan dalam mengembangkan model pembelajaran.
Yang mana dengan menggunakan strategi students-center dianggap sebagai
strategi yang sesuai dan efektif dalam era ini untuk menyampaikan metode
pembelajaran dalam lingkungan tertentu. (murniati AR, 2022).
Metode Pembelajaran yang efektif di era digital 5.0
Berdasarkan penjelasan (murniati AR, 2022) Pembelajaran yang efektif dan
menyenangkan dapat terwujud jika guru sepenuh hati melakukan proses
perencanaan pembelajaran dengan baik. Sehingga dalam proses guru lebih mudah
menuntun siswa untuk terlibat dalam berbagai sajian materi yang telah disiapkan,
tentu tujuan akhirnya adalah agar siswa menguasai kompetensi yang diharapkan.
Indonesia membutuhkan guru-guru yang berdedikasi dalam melaksanakan tugas
profesionalnya sebagai seorang guru sehingga pembangunan di sektor pendidikan
dapat dipacu. Perubahan positif dalam pembelajaran dapat terjadi jika seorang
guru mengetahui dengan tepat apa yang harus dilakukan dan bagaimana
melakukannya, menjalankan segala sesuatu dengan perencanaan yang baik serta
mengupayakan munculnya ide-ide yang kreatif dan inovatif dalam menjalankan
kegiatan belajar mengajar, termasuk mengembangkan model pembelajaran.
Metode pembelajaran adalah cara yang dipakai guru untuk mencapai hasil belajar
yang berbeda dalam kondisi dan sistuasi yang diciptakan sesuai dengan
kompetensi yang ingin dicapai. Penerapan metode pembelajaran juga sebaiknya
mempertimbangkan lingkungan belajar yang cocok untuk mendukung penerapan
metode tersebut. Banyak sekali metode yang dapat dipakai dan tentunya sudah
tidak asing bagi para guru dan tenaga pendidik yang mana metode-metode
tersebut dapat divariasikan agar siswa lebih termotivasi untuk mengikuti
pembelajaran.
Berikut beberapa metode pembelajaran yang dapat mendukung proses
pembelajaran di era society 5.0 :
1. Metode Quantum Learning
Metode Quantum Learning ini dikembangkan oleh Bobbi DePorter.
Metode ini bertumpu pada metode. Yang dikembangkan oleh Lozanov dengan
bereksperimen dengan metode Suggestopedia. Adapun karakteristik dari
Quantum Learning antara lain: (1) segalanya berbicara; (2) segalanya
bertujuan; (3) pengalaman sebelum pemberian nama; (4) akui setiap usaha,
dan (5) jika layak dipelajari, layak pula dirayakan. Sintaks Quantum Learning
juga diistilahkan dengan TANDUR yaitu Tumbuhkanlah, Alami, Namai,
Demonstrasikan, Ulangi, dan Rayakan.
a. Tambuhkanlah, maksudnya proses pembelajaran harus dapat
menumbuhkan minat siswa untuk belajar dan menyukai proses
pembelajaran yang sedang dilakukannya.
b. Alami mengandung maksud bahwa siswa perlu mengalami, terlibat
langsung, maupun dengan menciptakan dan mendatangkan pengalaman
yang secara umum dapat dipahami oleh siswa.
c. Namai maksudnya menamai kegiatan yang akan dilakukan selama proses
belajar mengajar dengan menyertakan kata kunci, konser, model, rumus,
strategi, dan masukan.
d. Demonstrasi berarti menyediakan kesempatan dan waktu bagi siswa untuk
menunjukkan apa yang diketahui siswa sepanjang proses pembelajaran.
e. Ulangi maksudnya guru dapat menunjuk beberapa siswa untuk
mengulangi materi yang telah diperolehnya dan menegaskan bahwa
mereka tahu karena memang mereka mengetahuinya.
f. Rayakan maksudnya merayakan keberhasilan yang sudah dilakukan oleh
siswa sebagai pengakuan untuk penyelesaian, partisipasi, dan perolehan
keterampilan maupun ilmu pengetahuan baik dengan memberikan
berbagai hadiah, pujian, sertifikat pencapaian, dan sebagainya.
2. Metode Pembelajaran Partisipatori
Metode pembelajaran partisipatori merupakan pembelajaran yang
melibatkan siswa secara penuh dalam proses pembelajaran. Metode
pembelajaran partisipatori disusun dengan sistem daur belajar dari
pengalaman yang distrukturkan (structural experience learning cycle).
Tahapannya singkatnya :
- Pembinaan keakraban
- Identifikasi kebutuhan belajar, sumber, dan hambatan
- Perumusan tujuan belajar
- Penyusunan tujuan pembelajaran
- Pelaksanaan kegiatan pembelajaran
- Evaluasi pelaksanaan pembelajaran
Adapun tahapan dalam pelaksanaan metode partisipatori yaitu :
a. Tahapan pembinaan keakraban. Tahap ini bertujuan membangun sebuah
kondisi agar peserta didik siap melakukan kegiatan pembelajaran. Guru
harus dapat mengkondisikan diri sebagai teman bagi siswa sehingga siswa
akan merasa nyaman, mempercayai, dan saling menghargai.
b. Tahapan identifikasi kebutuhan, sumber, dan hambatan. Pada tahapan ini,
guru mengajak siswa mengenali, menyatakan, dan merumuskan kebutuhan
belajar dengan memanfaatkan sumber yang dan hambatan yang mungkin
terjadi selama proses pembelajaran berlangsung.
c. Tahapan perumusan tujuan. Dalam tahapan ini, siswa diikutsertakan dalam
menentukan tujuan belajar yang akan dicapai.
d. Tahapan penyusunan tujuan pembelajaran. Tujuan pembelajaran
diharapkan mampu menempatkan siswa agar memiliki pengalaman
bersama baik dalam menyatakan, memilih, menyusun, dan menerapkan
program kegiatan belajar yang akan dilaksanakan.
e. Tahapan pelaksanaan kegiatan pembelajaran. Pada tahapan ini, siswa
mengikuti kegiatan pembelajaran sesuai dengan tahapan partisipatori
antara lain :
1) Tahap menemukan masalah. Siswa dapat mengajukan masalah dari
guru sesuai dengan materi ajar. Sebelum kegiatan berlangsung, siswa
dikelompokkan terlebih dahulu. Masalah yang akan dibahas
merupakan masalah yang terkait dengan kehidupan dan pengalaman
siswa. Guru dalam hal ini berperan membantu siswa menentukan
masalah jika siswa mengalami kesulitan menemukan masalah.
2) Tahap mencari informasi. Dalam tahapan ini siswa mengumpulkan
informasi melalui berbagai sumber baik dengan membaca maupun
melaksanakan penelitian untuk menemukan jawaban dari
permasalahan yang dihadapi. Dalam tahapan ini guru berperan dalam
memfasilitasi kegiatan yang akan dilakukan siswa. Kegiatan ini dapat
dilaksanakan di dalam kelas, di luar kelas, maupun di tempat lainnya
di luar sekolah.
3) Tahapan rekonstruksi informasi. Dalam tahapan ini, siswa
mengelaborasi informasi yang menjadi prinsip dan konsep yang
dibutuhkan. Pada tahapan ini, siswa menyusun daftar atau teks yang
berisi permasalahan yang akan diinvestigasi dan solusi yang mungkin
untuk menjawab pertanyaan masalah sebelumnya.
4) Tahap presentasi hasil investigasi. Dalam tahapan ini, siswa akan
mempresentasikan hasil analisis informasi yang telah siswa lakukan di
dalam kelas.
f. Tahap evaluasi kegiatan pembelajaran. Pada tahapan ini, siswa diberikan
penilaian hasil belajar dan dihadapkan pada suatu permasalahan baru.
siswa akan mengembangkan kemampuannya dalam menerapkan prinsip
dan konsep yang dimiliki dalam situasi baru.
3. Metode Pembelajaran Kolaboratif
Pembelajaran kolaboratif adalah pembelajaran interaksional yang
dilakukan bersama-sama antara guru dengan siswanya. Metode pembelajaran
kolaboratif ini merupakan pendekatan instruksional yang melibatkan siswa
untuk bekerja dalam tim untuk mencapai tujuan bersama dengan langkah-
langkah pembelajaran kolaboratif sebagai berikut:
a. Para siswa dalam kelompok menetapkan tujuan belajar dan membagi tugas
sendiri-sendiri.
b. Semua siswa membaca, berdiskusi dan menulis.
c. Kelompok kolaboratif bekerja secara sinergi mengidentifikasi,
mendemonstrasi, meneliti, menganalisis, dan memformulasikan jawaban-
jawaban tugas atau masalah dalam LKS atau masalah yang ditemukan
sendiri.
d. Setelah kelompok kolaboratif menyepakati hasil pemecahan masalah,
masing-masing siswa menulis laporan sendiri- sendiri secara lengkap.
e. Guru menunjukkan salah satu kelompok secara acak (selanjutnya
diupayakan agar semua kelompok dapat giliran ke depan) untuk
melakukan presentasi hasil diskusi kelompok kolaboratifnya di depan
kelas, siswa pada kelompok lain mengamati, mencermati, membandingkan
hasil presentasi tersebut, dan menanggapi. Kegiatan ini dilakukan selama
lebih kurang 20-30 menit.
f. Setiap siswa dalam kelompok kolaboratif melakukan elaborasi, inferensi,
dan revisi (bila diperlukan) terhadap laporan yang akan dikumpulkan.
g. Laporan masing-masing siswa terhadap tugas-tugas yang telah
dikumpulkan, disusun per kelompok kolaboratif.
h. Laporan siswa dikoreksi, dikomentari, dinilai, dikembalikan pada
pertemuan berikutnya, dan didiskusikan.
4. Metode Active Learning
Pembelajaran aktif merupakan pembelajaran yang berfokus pada siswa
(student-center) di mana siswa harus berperan secara aktif dalam proses
pembelajaran. Ada beberapa poin penting yang harus diperhatikan guru dalam
menyelenggarakan pembelajaran aktif di antaranya:
a. Tujuan pembelajaran aktif harus jelas, yaitu mengembangkan kemampuan
berpikir analistis siswa, sehingga kemampuan tersebut dapat digunakan
pada materi-materi pelajaran yang diberikan.
b. Pada awal pembelajaran, siswa harus diberikan penjelasan tentang apa saja
yang akan dilakukan sehingga mereka dapat mengerti apa yang diharapkan
selama proses pembelajaran tersebut.
c. Memberikan pengarahan yang jelas dalam diskusi. Diskusi dalam kelas
merupakan tanggung jawab pengajar untuk menjaganya dalam alur dan
tempo yang baik.
1) Membuat ringkasan dan hal-hal penting yang menjadi pendapat siswa,
kemudian melakukan feedback dalam forum diskusi
2) Terima terlebih dahulu semua pendapat yang berkembang dan beri
kesempatan yang sama pada pendapat lainnya.
3) Tunggu sampai beberapa siswa mengemukakan pendapat, sebelum
pengajar memberikan komentar.
4) Setiap saat, temukan isu penting yang menjadi bahasan dalam materi
pelajaran dan berikan penjelasan lebih lengkap, lalu arahkan diskusi
pada isu-isu berikutnya.
d. Pertimbangkan teknik pembelajaran aktif yang akan dipergunakan. Sebab,
setiap cara atau teknik dalam pembelajaran aktif memerlukan persiapan-
persiapan yang berbeda baik tingkat kemudahannya maupun dalam
pelaksanaannya.
e. Pertimbangkan teknik pembelajaran aktif yang akan digunakan.
f. Ciptakan iklim pembelajaran aktif seperti:
1) Pada awal pertemuan, mintalah kepada siswa untuk menjelaskan
ringkasan materi yang dibahas pada pertemuan sebelumnya, kemudian
berikan pandangan tentang materi yang akan dibahas.
2) Berikan contoh-contoh soal, kemudian minta siswa untuk
menyelesaikannya secara bersama-sama.
3) Secara periodik, hentikan memberi penjelasan, dan minta siswa untuk
membuat ringkasan mengenai materi yang telah dibicarakan selama 2
menit. Kemudian diskusikan bersama dengan teman yang duduk di
sebelahnya selama 2 menit.
4) Bentuk kelompok-kelompok kecil dalam kelas untuk mendiskusikan
suatu topik, latihan mengerjakan soal, atau membuat ilustrasi konsep
yang dipelajari pada saat pertemuan tersebut.
5) Pada akhir pertemuan, mintalah siswa untuk membuat pertanyaan atas
materi pertemuan dan menukarkannya dengan teman yang duduk di
dekatnya.
6) Mintalah siswa untuk menilai learning objective mana yang telah
dicapai dengan pembahasan materi pada pertemuan tersebut.
5. Metode Pembelajaran Kontekstual (Contextual Teaching Learning)
Metode Pembelajaran kontekstual merupakan pembelajaran yang dimulai
dengan sajian dan tanya jawab lisan (ramah, terbuka, negosiasi) yang terkait
dengan pengalaman sehari-hari siswa, di mana prinsip pembelajaran
kontekstual adalah siswa melakukan (learning to do), mengalami, serta
mampu mengembangkan kemampuan sosialnya. Adapun ciri utama CTL
ditandai oleh tujuh komponen utama berikut :
- Konstruktivisme (constructivism)
- Menemukan (inquiry)
- Bertanya (questioning)
- Masyarakat belajar (learning community)
- Permodelan (modelling)
- Refleksi (reflection)
- Penilaian autentik (autentic assesment)
Adapun langkah-langkah pembelajarannya sebagai berikut:
a. Mengembangkan pemikiran siswa untuk melakukan kegiatan belajar lebih
bermakna, baik dengan bekerja sendiri, menemukan sendiri, dan
mengkonstruksikan sendiri pengetahuan dan keterampilan baru yang akan
dimilikinya.
b. Melaksanakan sejauh mungkin kegiatan inquiry untuk semua topik yang
diajarkan.
c. Mengembangkan sifat ingin tahu siswa melalui memunculkan pertanyaan-
pertanyaan.
d. Menciptakan masyarakat belajar, seperti melakukan kegiatan kelompok
berdiskusi, tanya jawab, dan sebagainya.
e. Menghadirkan model sebagai contoh pembelajaran, bisa melalui ilustrasi,
model, bahkan media yang sebenarnya.
f. Membiasakan anak untuk melakukan refleksi dari setiap kegiatan
pembelajaran yang telah dilakukan.
g. Melakukan penilaian secara objektif, yaitu menilai kemampuan yang
sebenarnya pada setiap siswa.
6. Metode Pembelajaran Kooperatif
Metode pembelajaran kooperatif merupakan suatu proses pembelajaran
yang menekankan sikap atau perilaku bekerja sama atau saling membantu
antar anggota kelompok. Adapun langkah-langkah pembelajaran kooperatif
adalah sebagai berikut:
a. Menyampaikan tujuan dan memotivasi siswa.
b. Menyajikan informasi.
c. Mengorganisasikan siswa dalam kelompok-kelompok belajar.
d. Membimbing kelompok belajar dan bekerja.
e. Evaluasi
f. Memberikan penghargaan.
7. The Accelerated Learning
Accelerated learning merupakan metode pembelajaran yang merupakan
metode pembelajaran alamiah yang memungkinkan siswa untuk belajar secara
cepat. Dalam pembelajaran ini digunakan pendekatan Somatic, Auditory.
Visual, dan Intellectual (SAVI).
a. Somatic merupakan pembelajaran yang dilakukan dengan bergerak atau
berbuat (learning by moving).
b. Auditory merupakan proses pembelajaran yang berlangsung dengan cara
berbicara dan mendengarkan (learning by talking and hearing).
c. Visual merupakan proses belajar yang dilakukan dengan mengamati dan
menggambar (learning by observing and picturing.
d. Intellectual merupakan proses belajar dengan melakukan pemecahan
masalah dan refleksi (learning by problem solving and reflecting).
Adapun prinsip-prinsip yang menjadi poin penting dalam menjalankan
metode ini antara lain:
- Belajar melibatkan seluruh pikiran dan tubuh baik menggunakan segala
emosi, indra, dan saraf.
- Belajar adalah berkreasi bukan berkonsumsi. Belajar harusnya
menciptakan makna baru, jaringan saraf baru, dan pola interaksi baru
dalam sistem saraf/tubuh secara keseluruhan. Kerja sama dapat membantu
proses belajar.
- Pembelajaran berlangsung pada banyak tingkatan simultan baik secara
sadar maupun bawah sadar, mental, maupun fisik.
- Belajar berasal dari mengerjakan pekerjaan itu sendiri. Sebagai contoh,
seorang siswa belajar berenang dengan. Berenang.
- Emosi positif sangat membantu pembelajaran. Perasaan sangat
menentukan kualitas dan kuantitas belajar siswa. Begitu juga halnya
perasaan negatif dapat menghalangi proses belajar.
- Citra otak menyerap informasi secara langsung dan otomatis.
8. Metode Pendidikan Jarak Jauh
Metode pembelajaran jarak jauh merupakan metode belajar berbasis
teknologi yang ramai diterapkan selama pandemik Covid-19. Metode
pembelajaran ini merupakan adaptasi metode pembelajaran untuk
menggantikan pembelajaran tatap muka yang tidak dimungkinkan selama
pandemi Covid-19. Pembelajaran jarak jauh ini dimaksudkan untuk
memberikan penguatan untuk empat aspek yaitu memunculkan pengalaman
belajar yang bermakna kepada siswa, memfokuskan siswa pada kecakapan
hidup selama pandemi Covid-19, memberi variasi aktivitas dan tugas
antarsiswa sesuai dengan minat dan bakatnya, memberi umpan balik kepada
siswa melalui produk aktivitas belajar di rumah.
Adapun metode yang dapat diadaptasikan dalam penyelenggaraan
pendidikan jarak jauh antara lain:
a. Pembelajaran Daring berbasis Kompetensi, Pembelajaran dengan
metode ini fokus terhadap berpikir kritis (critical thinking), kreativitas
berpikir (creativity thinking), kerja sama (collaboration), dan komunikasi
(communication) atau yang dikenal dengan istilah 4C. Melalui metode
pembelajaran ini diharapkan siswa mampu menyelesaikan masalah yang
dihadapi, mendampingi siswa untuk dapat menciptakan kreativitas tinggi
dari berbagai sisi dan perspektif, serta menyiapkan siswa untuk terampil
saat bekerja sama dengan orang lain dan mampu berkomunikasi dengan
efektif dan baik dengan orang lain di masa mendatang.
b. Pembelajaran Hybrid, Metode pembelajaran ini merupakan salah satu
cara yang diambil untuk meminimalisir berbagai masalah yang
dimunculkan selama pembelajaran daring berlangsung. Pembelajaran
Hybrid merupakan pembelajaran yang menggabungkan proses
pembelajaran secara daring (online) dan tatap muka (offline), sebagai
sebuah penjajakan memasuki situasi new normal.
c. Pembelajaran Daring Konsep Tur, Metode ini merupakan salah satu
upaya yang dilakukan untuk mendukung penyelenggaraan proses
pendidikan daring yang cenderung membuat ruang gerak siswa menjadi
terbatas. Pada dasarnya metode ini mirip dengan study tour yang biasanya
digelar sekolah pada akhir semester dengan mengunjungi berbagai tempat
edukatif. Dengan melakukan kerja sama dengan pihak Google yang peduli
terhadap dunia pendidikan maka muncullah Google Arts and Culture yang
menyajikan teknologi virtual tour 360. Fitur ini menjadi lebih menarik
dibandingkan hanya dengan melihat foto-foto.
d. Pembelajaran Daring dengan Video, Metode pembelajaran ini
merupakan metode pembelajaran yang umumnya diterapkan guru selama
PJJ berlangsung. Pembelajaran daring dengan video ini dilakukan dengan
membuat video yang menunjukkan guru sedang menjelaskan materi
pelajaran atau hanya berisi materi pelajaran saja. Guru dalam hal ini juga
sering menyuruh siswa untuk menonton berbagai platform tertentu yang
sesuai dengan materi yang akan diajarkan. Selanjutnya guru memberikan
tugas kepada siswa untuk dikerjakan di rumah.
KESIMPULAN
Revolusi Industri yang semakin berkembang kini telah sampai pada era society
5.0, yang mana dengan adanya transformasi era 4.0 menuju 5.0 ini menciptakan
perubahan dan tantangan khususnya dalam bidang pendidikan. Untuk
meningkatkan SDM di Indonesia ialah dengan cara meningkatkan kualitas
pendidikannya dan mengatasi problematika yang ada terlebih dahulu. Salah satu
kelemahan pendidikan di Indonesia diantaranya kompetensi guru atau tenaga
pendidik yang masih rendah. Guru dalam pendidikan di era society 5.0 ini harus
mempunyai kompetensi yang memadai, yakni kompetensi yang sesuai dengan
abad 21, seperti keterampilan pemahaman yang tinggi, keterampilan berpikir
kritis, keterampilan kolaborasi dan komunikasi, keterampilan inovasi,
keterampilan pemecahan masalah dan keterampilan dalam menguasai media
Teknologi Informasi dan Komunikasi.
Salah satu tantangan yang dirasakan oleh tenaga pendidik atau guru ialah
dalam memilih metode pembelajaran yang sesuai dengan era ini. Karena dampak
dari revolusi industri ini juga mempengaruhi pembelajaran mulai dari model
metode dan medianya, oleh karena itu dalam artikel ini dipaparkan beberapa
metode yang sesuai dengan era society 5.0 ini, yang mana metode-metode tersebut
dapat disesuaikan dengan lingkungan dan kondisi masing-masing daerah, dan
dapat dikembangkan lagi oleh pendidik secara kreatif dan inovatif. Metode-
metode tersebut ialah : Metode Quantum Learning, Pembelajaran Partisipatori,
Kolaboratif, Active Learning, Pembelajaran Kontekstual, Pembelajaran
Kooperatif, The Accerelated Learning dan Pendidikan Jarak Jauh.

DAFTAR PUSTAKA

Abidah, A., Aklima, A., & Razak, A. (2022). Tantangan Guru Sekolah Dasar dalam
Menghadapi Era Society 5.0. Jurnal Ilmiah Profesi Pendidikan, 7(2c), 769–776.
https://doi.org/10.29303/jipp.v7i2c.498

Atiah, N. (2020). Prosiding seminar nasional pendidikan program pascasarjana


universitas pgri palembang 10 januari 2020. 605–617.

Handayani, N. N. L., & Muliastrini, N. K. E. (2020). Pembelajaran Era Disruptif Menuju


Era Society 5.0 (Telaah Perspektif Pendidikan Dasar). Prosodong Seminar Nasional
IAHN-TP Palangka Raya, 0, 1–14. https://prosiding.iahntp.ac.id

harun, sulastri. (2021). pembelajaran di era 5.0. Prosiding Seminar Nasional Pendidikan
Dasar, 265–276.

hikmat. (2022). The Readiness of Education in Indonesia in Facing The Society Era 5.0.
Jurnal Basicedu, Volume 6 N(Research & Learning in Elementary Education),
2953–2961.

Kahar, M. I., Cika, H., Nur Afni, & Nur Eka Wahyuningsih. (2021). Pendidikan Era
Revolusi Industri 4.0 Menuju Era Society 5.0 Di Masa Pandemi Covid 19.
Moderasi: Jurnal Studi Ilmu Pengetahuan Sosial, 2(1), 58–78.
https://doi.org/10.24239/moderasi.vol2.iss1.40

Maulida, A. P. (2022). Pendidikan Di Era Digitalisasi. In Pendidikan Era 4.0.

murniati AR, nasir usman & ulfah irani z. (2022). who whants to be a teacher?
menyiapkan guru profesional di era global society 5.0 (2022nd ed.). deepublish.
http://webadmin-ipusnas.perpusnas.go.id/ipusnas/publications/books/194245

Puspita, Y., Fitriani, Y., Astuti, S., & Novianti, S. (2020). Selamat Tinggal Revolusi
Industri 4.0, Selamat Datang Revolusi Industri 5.0. Prosiding Seminar Nasional
Pendidikan Program Pascasarjana Universitas PGRI Palembang, 1–9.

Raihan, S., Makassar, U. N., & Yogyakarta, U. N. (n.d.). PENDEKATAN HEUTAGOGI


DALAM PEMBELAJARAN di ERA. 1(2), 152–159.

Anda mungkin juga menyukai