Anda di halaman 1dari 9

JOURNAL REVIEW

Dosen Pengampu :

Dr. Drs. Jodion Siburian, M.Si.

Disusun Oleh :

Dimas Ananda Celin

A1C420087

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS JAMBI

2021
Latar Belakang

1. Proseding seminar nasional : PENDIDIKAN DI ERA REVOLUSI INDUSTRI 5.0

Saat ini dunia telah memasuki era revolusi industri generasi 5.0 yang ditandai dengan
meningkatnya konektivitas, interaksi serta perkembangan sistem digital, kecerdasan
artifisial, dan virtual. Dengan semakin konvergennya batas antara manusia mesin dan
sumber daya lainnya, teknologi informasi dan komunikasi tentu berimbas pula pada
berbagai sektor kehidupan. Salah satunya yakni berdampak terhadap sistem
pendidikan di Indonesia. Perubahan era ini tidak dapat dihindari oleh siapapun
sehingga dibutuhkan penyiapan sumber daya manusia (SDM) yang memadai agar
siap menyesuaikan dan mampu bersaing dalam skala global. Peningkatan kualitas
SDM melalui jalur pendidikan mulai dari pendidikan dasar dan menengah hingga ke
perguruan tinggi adalah kunci untuk mampu mengikuti perkembangan Revolusi
Industri 5.0.

2. Jurnal : REVOLUSI PEMBELAJARAN BERBASIS DIGITAL (PENGGUNAAN


ANIMASI DIGITAL PADA START UP SEBAGAI METODE PEMBELAJARAN
SISWA BELAJAR AKTIF)

Sistem pendidikan di Indonesia dengan menggunakan sistem fullday school (8-9


jam) merupakan revolusi baru dalam pengembangan siswa belajar di sekolah.
Namun, dampak dari penerapan jam panjang di kelas adalah keterbatasan siswa
dalam pengoptimalan belajar. Sekolah non formal berupa bimbingan belajar mulai
menggunakan konsep digital dalam pemberian materi. Hal tersebut menjawab
kebutuhan siswa akibat dari sistem Full day school tersebut. Pendidikan berbasis
digital merupakan pembaharuan dalam menyongsong pendidikan 4.0 yang
mengintegrasikan teknologi cyber. Tujuan dari pendidikan 4.0 tersebut adalah
menyiapkan SDM (Sumber Daya Manusia) yang kreatif dan sesuai dengan tuntutan
saat ini dimana dunia sedang menghadapi revolusi industri yang berbasis digital.
Pendidikan 4.0 mendorong revolusi baru dalam dunia pendidikan yang tidak sebatas
pada ritual umumnya belajar di kelas. Pendidikan 4.0 ini tidak hanya berbatas pada
ruang kelas saja. Pendidikan 4.0 adalah sebuah tantangan pendidikan di era digital.
Apakah sekolah-sekolah mampu menghadapi tantangan digitalisasi?. Sebagai
jawaban, dalam artikel ini dikembangkan pola pendidikan berbasis digital dengan
penggunaan animasi sebagai metode pembelajaran siswa belajar aktif. Pendidikan
berbasis digital di Indonesia mulai dikembangkan dalam bentuk start up atau aplikasi
yang memuat konten-konten yang sama dengan kebutuhan siswa di sekolah.
Munculnya beragam start up seperti Quipper Video, Zenius, dan Ruang Guru
menjadi pengembang pendidikan digital di Indonesia. Kesamaan dari tiga start up
tersebut adalah pemindahan ruang dan waktu belajar siswa yang menjadi tidak
terbatas.

3. Jurnal : Pembelajaran Era Disrupsi Menuju Era Society 5.0 (Telaah Perspektif
Pendidikan Dasar)

Saat ini, kita menghadapi revolusi industri ke empat yang dikenal dengan Revolusi
Industri 4.0. Ini merupakan era inovasi disruptif, di mana inovasi ini berkembang
sangat pesat, sehingga mampu membantu terciptanya pasar baru. Inovasi ini juga
mampu mengganggu atau merusak pasar yang sudah ada dan lebih dahsyat lagi
mampu menggantikan teknologi yang sudah ada. Dalam konteks Pendidikan, juga
bisa disebut “Era Pendidikan 4.0”, dimana era ini merupakan tantangan yang sangat
berat dihadapi pendidik. Terkait dengan era Pendidikan 4.0, Anwar Nadiem
Makarim, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) menyampaikan
sambutan pada puncak peringatan hari Guru Nasional 2019 dan Hut ke-74 PGRI,
”Guru Penggerak Indonesia Maju, wujudkan Sumber Daya Manusia yang Unggul”.

4. Jurnal : PENDIDIK MILLENIAL DI ERA GLOBALISASI

Pendidik adalah figur utama dalam proses pendidikan yang berlangsung di sekolah,
profesi yang menghasilkan generasi penerus berkualitas karena dari pendidiklah
seorang individu mampu tumbuh dan berkembang, baik Asatiza, Vol 1, No3,
September – Desember 2020 Tuti Nuriyati dan Chanifudin 362 362 intelektualnya
maupun moralitasnya. Citra dan konsep tentang pendidik dalam masyarakat di era
globalisasi sangat jauh berbeda dengan konsep masa lampau. pendidik berarti orang
yang berilmu, yang arif dan bijaksana. Pada masa sekarang pendidik dilihat tidak
lebih sebagai fungsionaris pendidikan yang bertugas mengajar atas dasar kualifikasi
keilmuan dan akademis tertentu, yang untuk tugas tersebut memperoleh imbalan
materi dari negara atau pihak pengelola pendidikan. Dengan demikian, faktor
terpenting dalam profesi pendidik adalah kualifikasi keilmuan dan akademis. Faktor
lain seperti kearifan dan kebijaksanaan yang merupakan sikap dan tingkah laku
moral tidak lagi signifikan, sementara dalam konsep klasik faktor moral berada di
urutan teratas kualifikasi kependidikan.

Rumusan Masalah

1. Apa saja dan isi identitas jurnal yang akan di review

2. Bagaimana Pembelajaran di era globalissasi, Pembelajaran era revolusi industri


4.0 dan 5.0 dan pembelajaran era society 5.0

3. Apa metodelogi penlitian yang di gunakan

Tujuan Penelitian

Untuk mengetahui dan memahami pembelajaran di era globalisasi, pembelajaran di


era revolusi industri 4.0 dan 5.0 serta untuk mengetahui pembelajaran era disrupsi
menuju era society 5.0

Metode Penelitian

Metode penelitian jurnal ini menggunakan metode deskriptif. Adapun teknik


pengumpulan data yang digunakan adalah library research (studi pustaka). Dengan
mengumpulkan beberapa sumber seperti jurnal

Pembahasan

1. PENDIDIKAN DI ERA REVOLUSI INDUSTRI 5.0

Keberhasilan suatu Negara dalam menghadapi revolusi industri 5.0, turut ditentukan
oleh kualitas dari pendidik seperti guru. Para guru dituntut menguasai keahlian,
kemampuan beradaptasi dengan teknologi baru dan tantangan global. Dalam situasi
ini, setiap lembaga pendidikan harus mempersiapkan oritentasi dan literasi baru
dalam bidang pendidikan. Literasi lama yang mengandalkan baca, tulis dan
matematika harus diperkuat dengan mempersiapkan literasi baru yaitu literasi data,
teknologi dan sumber daya manusia. Literasi data adalah kemampuan untuk
membaca, analisa dan menggunakan informasi dari data dalam dunia digital.
Kemudian, literasi teknologi adalah kemampuan untuk memahami sistem mekanika
dan teknologi dalam dunia kerja. Sedangkan literasi sumber daya manusia yakni
kemampuan berinteraksi dengan baik, tidak kaku, dan berkarakter. Untuk
menghadapi era revolusi industri 5.0, diperlukan pendidikan yang dapat membentuk
generasi kreatif, inovatif, serta kompetitif. Hal tersebut dapat dicapai salah satunya
dengan cara mengoptimalisasi penggunaan teknologi sebagai alat bantu pendidikan
yang diharapkan mampu menghasilkan output yang dapat mengikuti atau mengubah
zaman menjadi lebih baik. Tanpa terkecuali, Indonesia pun perlu meningkatkan
kualitas lulusan sesuai dunia kerja dan tuntutan teknologi digital. Pendidikan 5.0
adalah respons terhadap kebutuhan revolusi industri 5.0 di mana manusia dan
teknologi diselaraskan untuk menciptakan peluang-peluang baru dengan kreatif dan
inovatif. Fisk (2017) menjelaskan “that the new vision of learning promotes learners
to learn not only skills and knowledge that are needed but also to identify the source
to learn these skills and knowledge.”

2. REVOLUSI PEMBELAJARAN BERBASIS DIGITAL (PENGGUNAAN


ANIMASI DIGITAL PADA START UP SEBAGAI METODE PEMBELAJARAN
SISWA BELAJAR AKTIF)

Berkembangnya dunia digital berpengaruh terhadap cara belajar siswa dengan


optimalisasi penggunaan perpustakaan digital dalam memenuhi kebutuhan atas
keingintahuannya terhadap materi ajar. Seiring berkembangnya teknologi digital di
Indonesia dengan menyadari kebutuhan siswa yang berada pada kebijakan kurikulum
yang menghendaki penggunaan jam belajar sistem fullday school. Maka hadirlah
beragam media alternatif untuk menjangkau siswa tanpa melanggar sistem justru
sebagai alat pemenuhan kebutuhan siswa dalam belajar lebih efisien dan efektif.
Yaitu berkembangnya startup pendidikan. Startup pendidikan lebih banyak berupa
bimbingan belajar secara online dengan menghadirkan guru secara virtual dalam
bentuk video seperti yang dilakukan oleh Quipper Video dan Ruang Guru. Adapula
yang menggunakan hanya Habitus: Jurnal Pendidikan, Sosiologi dan Antropologi
Vol. 2 No.2 September 2018 p.173-182 177 audio dengan penjelasan secara verbal
seperti Zenius. Dengan jumlah siswa di Indonesia rata-rata mencpaai 45 juta/tahun
tentu merupakan jaminan dan peluang bagi penggiat startup pendidikan (edutech)
ditambah dengan digitalisasi yang tidak bisa ditinggalkan. Siswa di Indonesia hampir
keseluruhannya sudah memiliki smartphone sebagai media komunikasi, hiburan, dan
belajar. Bahkan terdapat pola sekolah di rumah atau sering disebut Home schooling
dilakukan secara online seperti Kelase.

3. Pembelajaran Era Disrupsi Menuju Era Society 5.0 (Telaah Perspektif Pendidikan
Dasar)

Saat ini, kita menghadapi revolusi industri ke empat yang dikenal dengan Revolusi
Industri 4.0. Ini merupakan era inovasi disruptif, di mana inovasi ini berkembang
sangat pesat, sehingga mampu membantu terciptanya pasar baru. Inovasi ini juga
mampu mengganggu atau merusak pasar yang sudah ada dan lebih dahsyat lagi
mampu menggantikan teknologi yang sudah ada. Dalam konteks Pendidikan, juga
bisa disebut “Era Pendidikan 4.0”, dimana era ini merupakan tantangan yang sangat
berat dihadapi pendidik. Terkait dengan era Pendidikan 4.0, Anwar Nadiem
Makarim, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) menyampaikan
sambutan pada puncak peringatan hari Guru Nasional 2019 dan Hut ke-74 PGRI,
”Guru Penggerak Indonesia Maju, wujudkan Sumber Daya Manusia yang Unggul”.
Peningkatan Sumber Daya Manusia dalam persaingan di kancah internasional di saat
ini ada dua prioritas yakni; pertama, proses penggunaan, pembelajaran dan
pencetakan karakter mahasiswa di dalam perguruan tinggi. Kedua, pendidikan
Indonesia harus mulai merdeka dalam belajar dan menjadikan guru sebagai
penggerak. Dari kedua pernyataan di atas, dapat disimpulkan bahwa dalam
menjalankan proses Pendidikan tidak hanya berfokus kepada kecerdasan buatan
melalui konektivitas di segala hal, tetapi juga berfokus kepada komponen manusia
sebagai motor penggerak pendidikan. Hal tersebut tanpa kita sadari, Pendidikan kita
saat ini sudah masuk kedalam era society 5.0, dimana era ini menawarkan
masyarakat yang berpusat pada keseimbangan. Dimana Internet bukan hanya sebagai
informasi melainkan untuk menjalani kehidupan, sebuah era di mana semua
teknologi adalah bagian dari manusia itu sendiri dan perkembangan teknologi dapat
meminimalisir adanya kesenjangan pada manusia dan masalah ekonomi pada
kemudian hari.

4. PENDIDIK MILLENIAL DI ERA GLOBALISASI

Era globalisasi di mana peserta didik dapat dengan cepat mengakses informasi,
menjadikan pendidik bukan lagi satusatunya orang yang paling well-informed
terhadap berbagai informasi dan pengetahuan yang sedang tumbuh, berkembang,
berinteraksi di jagad raya ini. Sementara itu, dengan mudahnya informasi diterima
peserta didik mengakibatkan mereka memiliki sikap permissif, mereka belum
mampu memilah aktivitas internet yang bermanfaat, dan cenderung mudah
terpengaruh oleh lingkungan sosial tanpa mempertimbang kan terlebih dahulu efek
positif atau negatif ketika berinteraksi di internet sehingga terjadi kecenderungan
sering mengenyampingkan nilai-nilai moral dan etika. Kondisi demikian tentunya
diperlukan pendidik yang benar-benar mampu untuk membimbing, mengarahkan dan
mampu memfilter hal-hal yang kurang sesuai. Dengan demikian, tanggung jawab
pendidik pada era globalisasi semakin kompleks sehingga menuntut guru tidak hanya
kemampuan profesional pendidik yang melek teknologi yang dipersiapkan tetapi
juga harus memiliki nilai-nilai yang mampu membentuk watak dan pribadi peserta
didiknya dalam menghadapi dunianya. Oleh karena itu, penelitian ini mencoba
memotret peran pendidik millenial di era globalisasi.

Kesimpulan

1. Era revolusi industri 5.0 telah mengubah cara berpikir tentang pendidikan.
Perubahan yang dibuat bukan hanya cara mengajar, tetapi jauh lebih penting adalah
perubahan dalam perspektif konsep pendidikan itu sendiri. Oleh karena itu,
pengembangan kurikulum saat ini dan masa depan harus melengkapi kemampuan
siswa dalam dimensi pedagogik, keterampilan hidup, kemampuan untuk hidup
bersama (kolaborasi) dan berpikir kritis dan kreatif. Mengembangkan soft skill dan
transversal skill, serta keterampilan tidak terlihat yang tidak terkait dengan bidang
pekerjaan dan akademik tertentu. Namun, berguna dalam banyak situasi kerja seperti
keterampilan interpersonal, hidup bersama, kemampuan menjadi warga negara yang
berpikiran global, dan literasi media dan informasi. Pengembangan kurikulum harus
mampu mengarahkan dan membentuk siswa yang siap menghadapi era revolusi
industri dengan penekanan pada bidang Science, Technology, Engineering, dan
Mathematics (STEM), serta berkarakter. Reorientasi kurikulum yang mengacu pada
pembelajaran berbasis TIK, internet of things, big data dan komputerisasi, serta
kewirausahaan dan magang, perlu menjadi kurikulum wajib untuk menghasilkan
lulusan yang terampil di bidang literasi infromasi, literasi teknologi, dan literasi
manusia.

2. Sejauh ini start up di Indonesia hanya menggunakan media animasi visual saja,
namun tidak mengembangkan menjadi media animasi graphic visual. Media animasi
graphic visual membantu siswa merasakan animasi lebih nyata sehingga materi yang
disampaikan pada animasi tersebut semakin membangkitkan sisi emosional siswa
karena diajak untuk memahami secara nyata adanya. Tidak mudah memang
mengembangkan media animasi graphic visual dalam startup pendidikan Indonesia.
Selain tantangan yang harus dihadapi adalah tidak sedikit 182 masyarakat Indonesia
lebih memilih belajar secara konvensional dibandingkan beralih kepada digital.
Sehingga secara hitungan ekonomi, dibutuhkan biaya dalam jumlah yang tinggi
untuk mewujudkan penggunaan media animasi graphic visual pada startup-startup di
Indonesia. Quipper Video telah menggunakan animasi dalam pembelajarannya
sebagai salah satu cara menarik “konsumen” pada platformnya dengan menggandeng
beberapa aktris muda sebagai pengajarnya. Meskipun demikian, animasi yang
digunakan belum mengarah pada media animasi graphic visual.

3. Pembelajaran diera revolusi industry 4.0 menuju masyarakat 5.0 dalam perspektif
manajemen Pendidikan dilakukan dengan cara mengintegrasikan berbagai aspek
yang berpengaruh terhadap pencapaian tujuan pendidikan nasional. Selanjutnya
dibingkai melalui kebijakan reformasi dalam delapan bidang standard nasional
pendidikan, yang memasukan muatan-muatan yang sesuai dengan karakteristik dan
kebutuhan pendidikan di era revolusi industry 4.0. Jika kondisi ini dapat berjalan
dengan baik, maka diharapkan sistem pendidikan nasional kita akan mampu
menciptakan tatanan masyarakat 5.0, yakni tatanan masyarakat berbasis teknologi
informasi, yang super cerdas, sejahtera, dan berkeadaban.
4. Peran penting seorang pendidik dalam menghadapi era globalisasi yang begitu
cepat yaitu dengan melaksanakan proses pembelajaran berbasis learning to know,
learning to do, learning to be, learning to live together.

Referensi

Arjunaita. 2020. PENDIDIKAN DI ERA REVOLUSI INDUSTRI 5.0. Prosiding


Seminar Nasional Pendidikan Program Pascasarjana Universitas PGRI Palembang.

Efendi, N, M. 2018. EVOLUSI PEMBELAJARAN BERBASIS DIGITAL


(PENGGUNAAN ANIMASI DIGITAL PADA START UP SEBAGAI METODE
PEMBELAJARAN SISWA BELAJAR AKTIF). : Jurnal Pendidikan, Sosiologi dan
Antropologi. 2 (2). 173-182.

Handayani, N, L, Dkk. 2021. Pembelajaran Era Disrupsi Menuju Era Society 5.0
(Telaah Perspektif Pendidikan Dasar). JURNAL LAMPUHYANG LEMBAGA
PENJAMINAN MUTU STKIP AGAMA HINDU AMLAPURA. 12 (1).

Nuriyati, T, dan Chanifudin. 2020. PENDIDIK MILLENIAL DI ERA


GLOBALISASI. Jurnal Asatiza. 1 (3).

Anda mungkin juga menyukai