Anda di halaman 1dari 7

ESSAY MENGENAI PERSIAPAN INDONESIA DALAM MENGHADAPI

SOCIETY 5.0 DAN BONUS DEMOGRAFI DI BIDANG PENDIDIKAN

Disusun oleh:

NI LUH PUTU KINTANIA MARSHA DIVA


NPM : 2010631190080

PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS SINGAPERBANGSA KARAWANG

2020
PERSIAPAN INDONESIA DALAM MENGHADAPI SOCIETY 5.0 DAN
BONUS DEMOGRAFI DI BIDANG PENDIDIKAN

Saat ini dunia pendidikan di Indonesia sedang mengalami tantangan yang


cukup besar karena adanya kemajuan IPTEK yang sangat pesat dan sedang
menuju era society 5.0 bahkan bonus demografi. Society 5.0 adalah sebuah era di
mana inovasi baru sebagai respon dari dampak revolusi industri 4.0 muncul untuk
membenahi program revolusi industri 4.0. Sedangkan bonus demografi adalah
keadaan di mana suatu negara memiliki penduduk usia produktif yang lebih tinggi
daripada penduduk usia tidak produktif. Pada era society 5.0 ini, masyarakat harus
mampu menyeimbangkan antara kemajuan teknologi dengan sumber daya
manusianya untuk menyelesaikan berbagai permasalahan sosial dan ekonomi.
Untuk mencapai tujuan tersebut perlu adanya peningkatan kualitas sumber daya
manusia melalui pendidikannya.

Society 5.0 atau super-smart society 5.0 sudah lama dirancang oleh Dewan
Sains, Teknologi dan Inovasi dalam Rencana Dasar Sains pada Januari 2016.
Namun, Perdana Menteri Jepang, Shinzo Abe, baru meluncurkannya pada tanggal
21 Januari 2019. Konsep society 5.0 ini memang disusun untuk mengedepankan
sumber daya manusia dan menyeimbangkannya dengan teknologi yang semakin
canggih. Di Jepang konsep ini sudah diterapkan, namun di Indonesia masih
melakukan persiapan. Era society 5.0 ini berkaitan dengan teknologi Artificial
Intelligence (AI). Jepang yang memiliki kemampuan pemahaman tentang
teknologi yang canggih mampu menerapkan konsep Society 5.0 walaupun
memiliki jumlah penduduk berusia 65 ke atas yang lebih banyak daripada
penduduk usia produktifnya. Indonesia diperkirakan akan mengalami bonus
demografi sekitar sepuluh tahun yang akan datang. Indonesia akan memiliki
penduduk usia produktif yang lebih banyak daripada penduduk usia tidak
produktif, yaitu anak-anak (di bawah 15 tahun) dan lansia (di atas 65 tahun).
Bonus demografi ini bisa menjadi kesempatan emas bagi Indonesia, namun bisa
juga menjadi ancaman. Semakin tingginya jumlah penduduk usia produktif harus
diseimbangkan dengan semakin banyaknya penduduk yang terampil dalam

1
tekonologi digital agar tidak adanya peningkatan pengangguran. Pengangguran
dan kemiskinan akan terjadi jika peningkatan permintaan tenaga kerja terampil
dalam teknologi digital lebih tinggi daripada permintaan tenaga kerja yang tidak
terampil. Oleh karena itu, sistem pendidikan sumber daya manusia di Indonesia
harus ditingkatkan agar penduduk bisa bekerja pada era yang penuh dengan
kecanggihan dan mampu menyesuaikan diri dengan kemajuan teknologi.

Untuk mencapai Society 5.0, Indonesia bisa meniru Jepang dengan


mewajibkan semua pelajar memahami ilmu matematika, ilmu data, ilmu
pemrograman dan bahasa Inggris sebagai ilmu dasar dengan tujuan agar dapat
menghindari kesenjangan teknologi di masa yang akan datang. Namun,
pendidikan di Indonesia pun tak boleh hanya membekali ilmu pengetahuan, tetapi
juga bertanggung jawab atas penguasaan kemampuan utama yang dibutuhkan
masa depan. Kemampuan yang harus ditanamkan di bangku sekolah, di antaranya
kemampuan memecahkan berbagai masalah kompleks, kreativitas tinggi, inovatif,
dan berpikir kritis.

Kini Indonesia sudah mulai menerapkan pengajaran berpikir tingkat tinggi


(HOTS: Higher Order Thinking Skills). Pelajar sudah mulai dituntut untuk
berpikir secara analitis, kompleks, berjenjang, dan sistematis. Namun, belum
semua pelajar mampu berpikir tingkat tinggi. Masih kurangnya pembiasaan dan
pengembangan yang diarahkan tenaga pendidik tentang HOTS menyebabkan
pelajarnya masih tertinggal karena memang belum terbiasa dengan kemajuan era
ini. Antara tenaga pendidik dan pelajar harus saling bekerja sama untuk bisa
menyesuaikan diri dengan era yang serba canggih ini. Pelajar di era kecanggihan
teknologi ini harus lebih aktif untuk mempelajari dan menerapkan konsep baru
teknologi. Oleh karena itu, tenaga pendidik di Indonesia harus lebih dulu belajar
tentang IPTEK yang terus berkembang sehingga dapat memberikan solusi atau
arahan yang tidak biasa kepada pelajarnya.

Selain itu, dalam pembaharuan orientasi pembelajaran yang futuristik


penguasaan ilmu pengetahuan harus dikaitkan dengan pemanfaatan dalam

2
kehidupan untuk kemajuan masyarakat society 5.0. Tenaga pendidik pun harus
memilih model pembelajaran yang tepat agar dapat memberi ruang kepada pelajar
untuk menemukan konsep pengetahuan dan kreativitas. Berbagai model
pembelajaran seperti discovery learning, yaitu pelajar diajarkan untuk bisa
mengatasi masalah yang direkayasa guru secara mandiri, lalu project based
learning yang merupakan metode pembelajaran yang menggunakan masalah
untuk memperoleh pengetahuan baru berdasarkan pengalaman yang nyata. Selain
itu, ada model problem based learning yang merupakan model pembelajaran yang
menyajikan beberapa masalah untuk melatih pelajar agar memiliki keterampilan
dalam menyidik seperti orang dewasa. Inquiry learning juga bisa diterapkan oleh
tenaga pendidik karena model pembelajaran ini memiliki serangkaian kegiatan
belajar yang mempu melibatkan kemampuan pelajarnya untuk bisa melakukan
penyidikan secara sistematis, kritis, analitis, dan juga logis sehingga tumbuh rasa
percaya diri atas hasil penyelidikannya masing-masing.

Orang tua juga perlu mengontrol dan mengawasi anaknya ketika di rumah.
Begitupun dengan masyarakat sekitar lingkungan dikarenakan lingkungan
sekitarlah yang membentuk karakter anak. Menjaga sikap saat berinteraksi dengan
anggota keluarga maupun pergaulan di lingkungan masyarakat dapat mengurangi
terjadinya degradasi moral sebagai dampak dari kemajuan teknologi. Peranan
masing-masing dari guru, orang tua, dan masyarakat harus dilakukan secara
konsisten untuk menciptakan tatanan sosial yang baik.

Pemerintah pun harus turut membantu guru dalam pengembangan


kompetensi ranah kognitif, afektif dan psikomotorik dengan mengadakan seminar
dan pelatihan khusus agar mampu beradaptasi dengan society 5.0. Pendukung
sumber belajar dan media belajar berupa penyediaan sarana dan prasarana, serta
sumber belajar yang futuristik sesuai kebutuhan berupa smart building berbasis IT
berupa ruang kelas, perpustakaan, dan laboratorium yang didukung fasilitas IoT
dan AI juga sangat penting untuk dipersiapkan. Kini telepon genggam, tablet atau
laptop yang disertai koneksi internet sudah banyak digunakan. Teknologi canggih
tersebut dapat dimanfaatkan sebagai fasilitas pembelajaran di Indonesia. Selain

3
itu, saat ini sudah banyak sarana belajar secara online, baik yang gratis maupun
berbayar. Teknologi yang ada di era society 5.0 sudah sangat mudah untuk
digunakan, namun penggunaannya haruslah bijak agar menghasilkan dampak
yang positif. Itulah makna dari konsep society 5.0 ini.

Demikian, persiapan Indonesia dalam menghadapi society 5.0 dan bonus


demografi di bidang pendidikan. Seluruh masyarakat, baik tenaga pendidik, orang
tua, pelajar, dan pemerintah harus bekerja sama dalam menghadapi era ini.
Dengan kerja sama meningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia dalam bidang
teknologi, pendidikan karakter, dan softskill, Indonesia pasti akan bisa mencapai
tujuan era Society 5.0 dan bonus demografi, yaitu membenahi program revolusi
industri 4.0 dan mampu menyeimbangkan antara kemajuan teknologi dengan
sumber daya manusianya untuk menyelesaikan berbagai permasalahan sosial dan
ekonomi.

4
DAFTAR PUSTAKA

Santoso, K. A. 11 Maret 2019. “Pendidikan untuk menyambut masyarakat 5.0”.

https://www.alinea.id/kolom/pendidikan-untuk-menyambut-masyarakat-5-0-
b1XcI9ijL. Diakses pada 11 September 2020.

Widyawati, W. 27 Mei 2019. “Bonus Demografi Indonesia: Hubungan antara


Target SDGs dengan Society 5.0“.

https://www.kompasiana.com/wiwitwidyawati/5ceb4f506b07c502cc46d457/bonu
s-demografi-indonesia-hubungan-antara-target-sdgs-dengan-society-5-0. Diakses
pada 11 September 2020.

Indriyani, S. 2020. “Konsep Pendidikan Era Society 5.0: Memajukan Inovasi


Pembelajaran”.

https://mahasiswaindonesia.id/konsep-pendidikan-era-society-5-0-memajukan-
inovasi-pembelajaran/amp/. Diakses pada 11 September 2020.

Sholehah, R. 30 Januari 2020. “Era Society 5.0 Dan Bonus Demografi, Siapkah
Kita?”.

https://josstoday.com/opini/2020/01/30/72/Era_Society_5_0_dan_Bonus_Demogr
afi__Siapkah_Kita. Diakses pada 11 September 2020.

Saputra, R. A. 2020. “Mempersiapkan Pendidikan Menuju Era Society 5.0”.

https://mahasiswaindonesia.id/mempersiapkan-pendidikan-menuju-era-society-5-
0/amp/. Diakses pada 11 September 2020.

SuaraMerdeka.com. 26 Oktober 2019. “Hadapi Era Society 5.0, Pendidikan Harus


Kedepankan Soft Skills”.

https://www.suaramerdeka.com/smcetak/baca/204337/hadapi-era-society-50-
pendidikan-harus-kedepankan-soft-skills. Diakses pada 11 September 2020.

5
LAMPIRAN

Contoh persiapan menghadapi era Society 5.0 bonus demografi dalam bidang
pendidikan dengan memanfaatkan teknologi digital.

Sumber : https://encrypted-
tbn0.gstatic.com/images?q=tbn%3AANd9GcTJhntUDRhFkgLGJ832g4XEOKKN
CgNZ45ji4A&usqp=CAU

Sumber : https://encrypted-
tbn0.gstatic.com/images?q=tbn%3AANd9GcSk8PCDXLGl27eN6EkIMqANKco
530VDWIPr2Q&usqp=CAU

Anda mungkin juga menyukai