Anda di halaman 1dari 3

Peran Mahasiswa sebagai Agent of Change dalam

Pendidikan Era Society 5.0

Mahasiswa memiliki peranan penting, bukan hanya di dalam kampus tetapi juga perannya
dalam membangun masyarakat yang salah satunya sebagai agent of change (agen perubahan)
yang diharapkan dapat memberikan dampak besar yang positif untuk membawa suatu
perubahan kemajuan bagi bangsa dan negara ini. Selain agent of change, mahasiswa juga
memiliki peranan penting sebagai social control, iron stock, moral face, dan guardian of
values. Mahasiswa sebagai kalangan terdidik dipandang mampu memiliki akses yang lebih
mudah dalam bidang ilmu pengetahuan. Dengan kemudahan tersebut dapat menambah
wawasan dan mengasah daya pikir mahasiswa agar lebih kritis, inovatif, dan kreatif.

Dalam menghasilkan bangsa yang kuat, besar, dan bermartabat perlu adanya perubahan di
dalamnya. Mahasiswa sebagai kumpulan orang yang terdidik memiliki kekuatan sosial yang
luar biasa untuk melakukan suatu perubahan. Maksudnya mahasiswa dapat terjun langsung
ke masyarakat untuk menyelesaikan permasalahan sosial yang dihadapi oleh masyarakat.
Selain itu, dalam lingkup pendidikan mahasiswa sebagai agen perubahan diharapkan akan
membawa pengetahuan dan wawasan yang mereka miliki ke lingkungan masyarakat secara
merata agar tidak terjadi ketimpangan sosial dan pengetahuan.

Sebelum benar-benar terjun ke lapangan, mahasiswa harus menjadi sumber daya manusia
(SDM) berkualitas yang dapat beradaptasi sesuai dengan zamanya agar mampu bersaing
menghadapi perkembangan era society 5.0 ini. Untuk mendapatkan pendidikan yang
mumpuni, disitulah peran para pendidik bergerak memajukan kualitas SDM dengan
berpedoman kecakapan hidup abad 21 atau biasa disebut dengan istilah 4C (Creativity,
Critical Thinking, Communication, and Collaboration). Setelah dirasa cukup dengan ilmu dan
wawasan yang dimiliki barulah mahasiswa dapat menjadi agen perubahan yang siap dengan
arus zaman yang semakin cepat berubah.

Ilmu Pengetahuan dan teknologi mengalami perubahan yang sangat pesat sehingga
mengharuskan kita untuk siap dalam menghadapi perubahan terutama dalam bidang
pendidikan. Salah satu bentuk perubahannya adalah munculnya society 5.0 yang digagas
pertama kali oleh negara jepang pada tahun 2019. Society 5.0 atau masyarakat 5.0 merupakan
konsep teknologi masyarakat yang berpusat pada manusia dan berkolaborasi dengan
teknologi kecerdasan buatan artificial intelligence (Al) dan internet of things (IoT) untuk
menyelesaikan masalah sosial melalui sistem yang sangat mengintegrasikan dunia maya dan
ruang fisik. Society 5.0 yakni perkembangan dari revolusi industri 4.0. Perbedaan di
antaranya yaitu revolusi industri 4.0 menggunakan kecerdasan buatan (Al) sedangkan society
5.0 memfokuskan kepada komponen teknologi dan manusianya.

Konsep Society 5.0 merupakan penyempurnaan dari konsep-konsep yang ada sebelumnya.
Dimana seperti yang kita ketahui, Society 1.0 adalah masa di mana manusia mulai
membentuk suatu kelompok, berburu, serta mengenal tulisan, Society 2.0 adalah era
pertanian atau revolusi aglikultur dimana manusia sudah mengenal bercocok tanam, Society
3.0 adalah era manusia sudah memasuki era industry yaitu ketika mereka mulai
menggunakan mesin untuk membantu aktivitas sehari-hari, Society 4.0 teknologi dan ilmu
pengetahuan semakin berkembang pesat membuat manusia mengenal adanya internet yang
dapat memperolehan informasi dengan cepat, dan Society 5.0 era dimana semua teknologi
adalah bagian dari manusia itu sendiri, bukan hanya digunakan untuk berbagi informasi
namun dapat memudahkan menjalani kehidupan manusia. Contohnya penggunaan robot
dalam membantu membersihkan rmah, menjadi pelayan restoran, dan lain sebagainya.
Adapun contoh dari segi pendidikan dapat dilihat saat masa pandemi Covid-19 ini
berlangsung, sistem pembelajaran dilakukan melalui online dengan memanfaatkan teknologi
dan internet.

Lantas, apakah bangsa kita dapat dikatakan siap menghadapi era society 5.0 khususnya
pendidikan? Saat ini para pendidik disibukkan oleh beban penyampaian materi serta tugas
administratif sehingga tidak dapat mempunyai waktu tersisa memberi peluang anak didik
untuk menjelajahi daya kreatifnya. Mengakibatkan, interaksi sosial anak didik terbatasi, daya
kreasinya terkurung, dan daya tumbuh budi pekerti luhur yang kurang. Jika peran pendidik
masih mempertahankan hanya sebagai penyampai pengetahuan, maka mereka akan
kehilangan peran seiring dengan perkembangan teknologi dan perubahan metode
pembelajarannya. Hal tersebut harus diatasi dengan menambah kompetensi pendidik yang
mendukung pengetahuan untuk eksplorasi dan penciptaan melalui pembelajaran mandiri. Di
tahun 2022 pemerintah akan mengganti kurikurlum 2013 menjadi kurikulum baru tahun
2022. Dengan adanya kurikulum baru ini, maka menjadi salah satu solusi masalah bagi
kesiapan pendidikan Indoonesia dalam menghadapi era society 5.0 seperti penerapan mata
pelajaran wajib tentang informatika yang statusnya menjadi mata pelajaran wajib.

Kesiapan perguruan tinggi dalam menghadapi society 5.0 dapat dilihat dari kampus-kampus
yang mulai menyiapkan mahasiswanya agar mempunyai kompetensi yang update terhadap
perkembangan zaman. Contohnya kampus UIN Walisongo Semarang mempunyai slogan
Smart and Green Campus yang mempunyai pengertian kampus yang ramah lingkungan,
punya semangat tinggi dalam mewujudkan green campus, dan memiliki ilmu teknologi yang
pintar. Selain itu, ada juga Universitas Nusa Mandiri yang menerapkan kegiatan sertifikasi
mikrotik MTCNA yang rutin dan wajib diikuti mahasiswa prodi Informatika untuk
mengembangkan kompetensi mahasiswanya agar siap bersaing di era society 5.0 ini.

Baru-baru ini mahasiswa dari kampus UIN Walisongo Semarang meraih medali emas pada
kompetisi inovasi, desain, dan startup internasional 1 Idea 1 World yang digelar World
Invention Intellectual Property Associations (WIIPA) dan Turkish Investors Association
(TUMMIAD) di Istanul, Turki pada tanggal 16-17 Mei 2022. Tim mahasiswa dari UIN ini
membuat embrio startup bernama Santri Academy yang di mana konsep tersebut
berkolaborasi dengan teknologi Artificial Intelligence (Al) dan Massive Open Online Course
(MOOC). Hal tersebut membuktikan bahwa mahasiswa mulai bisa berdampingan dengan
kemajuan teknologi era society 5.0. Dengan adanya santri academy menunjukan pula peranan
mahasiswa sebagai agent of change dalam bidang pendidikan yang di mana kita dapat
mendaftar dan mengakses kelas pembelajaran yang tersedia tanpa mengenal batasan jarak
melalui media internet.
dpt disimpulkan bahwa pendidikan di Indonesia dalam menjawab tantangan kesiapan society
5.0 dapat berjalan dengan baik. Meskipun tidak beradaptasi secepat kek lari tapi intinya
indonesia mulai bisa beriringan menghadapi era ini. Dengan pendndkn yang baik akan
menciptkan sdm berkualitas.

Peran mahasiswanya gimana?

Anda mungkin juga menyukai