Anda di halaman 1dari 6

PENGIMPLEMENTASIAN KURIKULUM MERDEKA DENGAN NILAI

MORAL DAN KARAKTER PANCASILA TERHADAP PARA PELAJAR


MELALUI MEDIA DIGITAL DI ERA 4.0

Diajukan untuk mengikuti


PENUGASAN PENULISAN ESAI SHI 2023

Penulis:

FARICA GANIA LESTARI, 0085269698

SMAN 1 Sukabumi
Sukabumi, Jawa Barat
PENDAHULUAN

Di zaman sekarang ini, sedang trending di dunia pendidikan yaitu menteri


pendidikan Indonesia Pak Nadiem A Makarim, B.A., M.B.A melakukan sejumlah
terobosan untuk membuat perubahan yang lebih baik di dunia pendidikan. Salah
satu inovasi yang sangat berperan besar di zaman sekarang yang dibuat oleh
menteri pendidikan Pak Nadiem A Makarim B.A., M.B.A yaitu adanya perubahan
kurikulum, dari kurtilas (kurikulum 2013) diubah menjadi kurikulum merdeka.
Kurikulum merdeka menurut wikipedia adalah kurikulum dengan pembelajaran
intrakurikuler yang beragam di mana konten akan lebih optimal agar peserta didik
memiliki cukup waktu untuk mendalami konsep dan menguatkan kompetensi.
Kurikulum merdeka diambil berdasarkan nilai-nilai dari sila pancasila, maka
daripada itu terdapat satu kegiatan utama dari kurikulum merdeka yaitu adanya P5
(Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila). Siswa diajarkan berkarakter
berdasarkan sila-sila yang terdapat pada Pancasila. Terdapat enam elemen dalam
Profil Pelajar Pancasila, yaitu: berakhlak mulia, berkebinekaan global, mandiri,
bergotong royong, bernalar kritis, dan kreatif.
Perubahan zaman dari masa ke masa tentu sangat terasa dari hari ke hari
terutama di bidang teknologi, misalnya saja ketika dulu masih banyak orang yang
ingin mengirimi kabar memakai surat melalui kantor pos, sedangkan sekarang di
tahun 2023 ini hampir semua orang mengirimi kabar melalui telepon genggam
atau handphone. Tentu saja karena di zaman ini dijuluki dengan era digital yang
semua orang hampir sangat bergantung kepada digital. Karena itu, mau tak mau
kita harus bisa menerima perkembangan zaman. Pengimplementasian dan
pedoman berkarakter sesuai masa nya sangatlah diperlukan agar bisa bergaul
dengan masyarakat luas. Terutama pelajar zaman sekarang yang akan mewarisi
dunia di masa mendatang, perlu diingat bahwa pelajar adalah penerus yang akan
mengurus bangsa. Maka maju atau berkembangnya suatu bangsa di masa depan
sangat dipengaruhi oleh pelajar zaman sekarang. Pelajar tidak hanya harus pintar
kepada bidang akademik, tetapi juga harus pintar di bidang non-akademik.
Apalagi pelajar harus cerdas dalam menghadapi masalah masalah di realita
sehingga bisa menerima tantangan kehidupan. Oleh karena itu, maka diadakan
sebuah inovasi pelajar pancasila yang harus memiliki nilai juang dan moral sila-
sila di dalam pancasila.
Tetapi, justru di era digital semakin banyak hambatan dan tantangan yang
muncul. Pengaruh media sosial terhadap para pelajar sangat banyak yaitu sekitar
61,23% (Rahman, 2017) pelajar lebih mementingkan kehidupan digitalnya
dibandingkan dunia asli. Ini merupakan kunci dari permasalahan yang harus
ditanggulangi karena akan berdampak besar bagi bangsa di masa yang akan
datang.
Zaman sekarang ini juga disebut era 4.0 atau disebut dengan cyber
physical system adalah suatu zaman ketika pergerakan kegiatan suatu negara
sudah didominasi oleh teknologi dan kecanggihan yang terus berkembang.
Hampir semua bidang contohnya industri, pendidikan, pertahanan dan masih
banyak lagi pasti menggunakan bantuan teknologi. Era 4.0 juga dibantu dengan
program Internet of Thing (IoT), cyber security, big data, komputasi awan (cloud
computing), kecerdasan buatan (artifical intelligence). Semakin berkembangnya
teknologi maka tentu saja terdapat kemungkinan banyaknya pekerjaan yang akan
digantikan oleh teknologi apalagi AI (artifical intelligence) dan IoT (Internet of
Thing). Penggunaan media sosial sebagai media pembelajaran bagi para pelajar
telah menunjang sebuah teori klasik mengenai teori pembelajaran sosial. Teori ini
berisi tentang proses belajar sosial berfokus pada bagaimana seorang individu
belajar dengan menjadikan orang lain sebagai subjek belajarnya (Bandura, 2001).
Tetapi terdapat permasalahan dengan semakin berkembangnya zaman
maka tentu saja pendidikan juga harus menyesuaikan. Tentu saja gaya pendidikan
di zaman dulu sangat berbeda dengan gaya pendidikan sekarang. Pendidik harus
menyesuaikan pembelajaran dengan trend yang ada, agar para pelajar mudah
menyerap apa yang dipelajari dan dapat dengan mudah mengimplementasikannya
di dunia nyata. Apalagi lowongan pekerjaan di kancah digital semakin meluas,
maka terdapat penyesuaian perkembangan dari ide tersebut, timbulah sebuah
perubahan dengan penyesuaian melalui media digital yaitu media sosial. Maka
pelajar yang diajari menggunakan nilai moral pancasila dan media digital akan
semakin berkembang dan akan membuat negara menjadi maju.

ISI
Mayoritas penggunaan media sosial didominasi oleh remaja, yang mana
para remaja itu adalah pelajar. Menurut Kominfo, 30 juta anak-anak dan remaja di
Indonesia memilih menggunakan sarana internet, dan media digital atau sosial
sebagai sarana utama dalam menggunakan saluran komunikasi. Karena itu dapat
disimpulkan bahwa di era 4.0 ini para pelajar mayoritas lebih banyak membuka
media digital dibandingkan membuka buku cetak, maka media digital harus
menjadi sarana interaktif sebagai sebuah pembelajaran. Para pelajar harus
ditanamkan skill yang tak akan bisa digantikan oleh teknologi, untuk menghadapi
perkembangan. Karena itu dibutuhkan solusi yang pasti dan menarik perhatian,
yaitu bisa dengan media sosial seperti instagram, youtube, facebook, whastapp,
telegram, dll.
Banyak sekali video pembelajaran interaktif berupa animasi di youtube
yang akan memudahkan para pelajar untuk mempelajari pelajaran. Terdapat pula
quizziz yang atraktif terdapat soal soal yang akan dijadikan permainan dengan
sistem point yang akan menambahkan semangat. Para pendidik bisa menggunakan
game based learning yaitu model pembelajaran berbasis permainan yang memikat
dan melibatkan siswa, dengan tujuan akhir tertentu, seperti mengembangkan
pengetahuan dan keterampilan siswa (Asmaka, 2019). Untuk mengajari siswa
dengan cara menyenangkan, konsep pembelajaran ini menggunakan platform
dengan animasi serta video dengan sekumpulan materi, setelah itu diadakan uji
kompetensi dan bonus ketika anak mendapatkan nilai yang baik. Pembelajaran
pun disertai contoh detail serta cerita yang akan membuat siswa paham, dan soal
harus disertai dengan literasi dan nalar agar pemikiran siswa bisa menjadi lebih
kritis. Selain itu, media sosial pun dapat dimanfaatkan untuk mencari informasi
dan menambah pembelajaran. Media sosial sebagai pembelajaran bisa dibuat
dengan contoh yaitu, sebagai platform diskusi dan kerja kelompok dengan
mengamalkan nilai pancasila seperti bergotong royong.
Bisa menggunakan website yang nantinya akan dibagikan di medsos,
kontennya harus memberikan effect suatu yang berbeda dan terkesan nyentrik
karena kebanyakan anak muda di zaman digital ini lebih mencari sensasi. Harus
dimunculkan website yang berisi tentang semua pelajaran dimana semua anak
dapat mengaksesnya dengan mudah. Pemerintah juga harus menerapkan
pendidikan IT sejak dini, dikarenakan pendidikan IT sangatlah diperlukan karena
di era ini dari tahun ke tahun semua bidang akan dicampur tangan oleh teknologi.
Karena itulah dasar dari IT itu sendiri sangatlah diperlukan. Pendidikan juga harus
berbasis kasus, analisis, projek, dan masalah sehingga bisa menyelesaikan
masalah dan berpikir mandiri, kritis, dan analitis agar bisa berpikir secara cepat
dan menghadapi masalah yang ada, juga harus diberikan nilai pancasila nya
seperti beriman, bertakwa kepada Tuhan YME, dan berakhlak mulia,
berkebinekaan global, bergotong royong, mandiri, bernalar kritis, dan kreatif.
Tidak hanya masalah akademis atau nonakademis saja tetapi juga tentang masalah
kehidupan sehari hari, dengan lebih diperhatikan pengimplementasiannya. Semua
siswa sejak dini harus diberikan pelajaran nyata yaitu diberikan sebuah
pengalaman yang akan membantu di kehidupan nyata, seperti berwirausaha,
public speaking, IT, dll. Terutama dalam memiliki kebebasan dalam memilih apa
yang dimininatinya dalam pembelajaran sehingga siswa dapat menunjukan
ketertarikan eksternal dan internal sehingga siswa merasa tidak bersemangat
dalam pembelajaran. Mengembangkan potensi peserta didik sesuai keahlian
masing masing.

PENUTUP
Pengimplementasian pendidikan yang tepat terhadap siswa dapat membuat
siswa semakin maju, karena otomatis ketika penerus bangsa memiliki pemikiran
yang luas maka suatu negara dapat maju. Tidak hanya fokus ke dalam akademik
saja melainkan juga nonakademik, dan yang paling penting adalah
mengimplementasikan dalam wujud nyata. Karakter dalam pendidikan juga
amatlah sangat penting. Suatu negara pasti harus memiliki adab dan pondasi
bermasyarakat, dan itu sesuai dengan nilai nilai moral yang harus kita tanamkan.
Tantangan dan gempuran di era 4.0 yang didominasi oleh suatu teknologi
yang terus berkembang sehingga perlahan lahan akan digantikan oleh teknologi,
terutama oleh AI (Artifical Intelligence). Oleh karena itu, pemikiran manusia tidak
boleh kalah dengan teknologi yang ada, kita harus bisa mengikuti arus karena
tetap manusia lah yang akan memegang kendali.

“Technology is just a tool. In terms of getting the kids working together and
motivating them, the teacher is the most important,”
[Bill Gates]

DAFTAR PUSTAKA

Syamsuar, S., & Reflianto, R. (2019). Pendidikan dan tantangan pembelajaran berbasis
teknologi informasi di era revolusi industri 4.0. E-Tech: Jurnal Ilmiah
Teknologi Pendidikan, 6(2).

Rahman, J., & Kom, S. (2017). Pengaruh Media Sosial Bagi Proses Belajar Siswa. Jurnal
Kemenag Kalimantan Selatan, 3(4), 1-18.

Aprilia, R., Sriati, A., & Hendrawati, S. (2020). Tingkat kecanduan media sosial pada
remaja. Journal of Nursing Care, 3(1).

Asmaka, R. A. (2019). Pengaruh model pembelajaran game-based learning terhadap


prestasi belajar matematika pada materi peluang kelas VIII SMP Negeri 2
Balen tahun pelajaran 2018/2019 (Doctoral dissertation, IKIP PGRI
BOJONEGORO).

Anda mungkin juga menyukai