Anda di halaman 1dari 9

.

MAKALAH

Transformasi Pendidikan di Era Digital: Membentuk Warga Negara Digital yang


Kritis dan Kreatif

Mata Kuliah : KEWARGANNEGARAAN

Dosen Pengampu: Oki Anggara, S.Pd., M.Si.

Disusun Oleh:

Suci Rahmadayanti (12217033)

Putra Readyazmara (12217035)

Tadris Bahasa Inggris

Institut Agama Islam Negeri Pontianak

2023
BAB I

A. Latar Belakang

Transformasi pendidikan di era digital telah menjadi topik penting dalam bidang pendidikan.
Era digital telah membawa perubahan signifikan dalam cara kita belajar, mengajar, dan
berinteraksi dengan dunia. Teknologi digital memungkinkan pengajaran dan pembelajaran
yang lebih interaktif, kolaboratif, dan inklusif. Namun, era digital juga menghadirkan
tantangan baru, seperti masalah kecanduan gadget dan informasi yang tidak valid.

Artikel berjudul “Transformasi Pendidikan di Era Digital:

Membangun Warga Digital yang Kreatif dan Inovatif” membahas bagaimana pendidikan
dapat diubah dan disesuaikan dengan era digital untuk mempersiapkan siswa menghadapi
tantangan masa depan. Artikel ini akan membahas bagaimana pendidikan dapat memfasilitasi
keterampilan yang dibutuhkan di era digital, seperti keterampilan teknologi, keterampilan
berpikir kritis, dan keterampilan kreativitas. Selanjutnya, artikel ini juga akan membahas
bagaimana pendidikan dapat membantu siswa menjadi warga digital yang penting dan
bertanggung jawab dalam menghadapi berbagai tantangan yang dihadapi dunia digital.
Dalam konteks itu, artikel ini juga akan membahas bagaimana pendidikan dapat membantu
siswa mengembangkan kemampuan untuk mengevaluasi informasi secara kritis, menghargai
sudut pandang yang berbeda, dan memahami dampak sosial dan etika dari kebaikan teknologi
digital.

Artikel ini akan membahas tantangan dan peluang yang terkait dengan transformasi
pendidikan di era digital dan bagaimana pendidikan dapat beradaptasi dengan perubahan
tersebut untuk membentuk warga digital yang penting dan kreatif.

B. Pokok Permasalahan

1. Bagaimana pendidikan beradaptasi dengan era digital dan mempersiapkan siswa


menghadapi tantangan masa depan?
2. Bagaimana teknologi digital memungkinkan pengajaran dan pembelajaran yang lebih
interaktif, kolaboratif, dan inklusif.
3. Kenapa era digital juga menghadirkan tantangan baru seperti kecanduan gadget dan
misinformasi.
4. Bagaimana pendidikan dapat menumbuhkan keterampilan yang dibutuhkan di era digital,
seperti. Kompetensi teknologi, berpikir kritis dan kreativitas.

C. Tujuan dan Manfaat Penulisan

Tujuan yang dapat diamabil dari beberapa pook permasalahan diatas adalah untuk
membahasa bagaimana pendidikan dapat beradaptasi dengan era digital dan mempersiapkan
pelajar atau siswa untuk menghadapi tantangan masa depan. Selain itu, penulisan tersebut
bertujuan untuk menyoroti manfaat teknologi digital dalam meningkatkan pengajaran dan
pembelajaran yang lebih interaktif, kolaboratif, dan inklusif.

Manfaat yang dapat diambill antara lain memberikan wawasan dan pemahaman yang
lebih baik tentang bagaimana pendidikan dapat beradaptasi dengan perubahan yang terjadi di
era digital dan memberikan solusi untuk mengatasi tantangan yang dihadapi. Penulisan
tersebut juga dapat memberikan manfaat bagi siswa dan pendidik dalam mempersiapkan diri
untuk menghadapi perubahan di masa depan, serta meningkatkan keterampilan teknologi,
berpikir kritis, dan kreativitas yang dibutuhkan di era digital.

BAB II

A. Pembahasan

1. Bagaimana pendidikan beradaptasi dengan era digital dan mempersiapkan siswa


menghadapi tantangan masa depan?

Pendidikan telah beradaptasi dengan era digital melalui penggabungan teknologi ke


dalam pengajaran di kelas. Teknologi telah mengubah cara siswa belajar dan guru mengajar,
serta menyediakan akses ke informasi yang lebih banyak dan terkini. Akibatnya, pendidikan
kini lebih inklusif dan memungkinkan lebih banyak orang belajar di mana pun dan kapan pun
mereka mau.

Satu-satunya referensi yang relevan adalah "Kerangka Kerja untuk Pembelajaran


Abad 21" dari Partnership for 21st Century Learning. Dalam kerangka ini ditekankan betapa
pentingnya menjelaskan konsep-konsep seperti kolaborasi, literatur media, dan pemikiran
kritis untuk membantu orang memahami periode waktu saat ini.

Alasan mengapa hal ini terjadi di masa lalu adalah karena penerapan teknologi di
ruang kelas belum disertai dengan instruksi yang dipimpin oleh guru yang bermakna. Hal ini
dapat mencegah ketegangan antara guru yang berhasil mengintegrasikan teknologi dan
mereka yang tidak bisa. Selain itu, ada juga kekhawatiran tentang penggunaan teknologi yang
berlebihan dan pengaruhnya terhadap kesehatan mental siswa.

Misalnya, di Amerika Serikat, pada tahun 2013, Los Angeles Unified School District
meluncurkan program One-to-One iPad yang bertujuan menyediakan satu iPad untuk setiap
siswa dan guru di sekolah umum. Namun, program tersebut mengalami masalah
implementasi dan dihentikan setelah beberapa tahun, mengakibatkan kritik dan keterlibatan
investigasi oleh pihak berwenang.

Kasus lainnya adalah penggunaan media sosial dan teknologi dalam pembelajaran di
seluruh dunia selama pandemi COVID-19. Meskipun teknologi telah memungkinkan
pembelajaran jarak jauh, beberapa siswa mengalami kesulitan dengan akses dan perangkat
internet, serta tantangan konsentrasi dan motivasi dalam pembelajaran daring.
Dalam menghadapi tantangan ini, pendidikan perlu memperhatikan penggunaan
teknologi secara bijak, mengintegrasikan keterampilan yang relevan dengan dunia digital, dan
memastikan akses yang sama bagi semua siswa. Selain itu, pelatihan yang memadai bagi
guru dalam penggunaan teknologi juga perlu diperhatikan untuk memastikan keterampilan
mereka selaras dengan tuntutan dunia digital.

2. Bagaimana teknologi digital memungkinkan pengajaran dan pembelajaran yang


lebih interaktif, kolaboratif, dan inklusif.

Teknologi digital memungkinkan pengajaran dan pembelajaran yang lebih interaktif,


kolaboratif, dan inklusif dengan menyediakan akses yang lebih besar ke informasi, alat bantu
pembelajaran, dan koneksi antara siswa dan guru. Melalui teknologi digital, siswa dapat
terlibat dalam pembelajaran yang lebih aktif dan partisipatif, baik secara individu maupun
kelompok, yang memungkinkan mereka untuk mendapatkan pemahaman yang lebih dalam
dan berbagi pengetahuan dengan orang lain.

Referensi yang relevan adalah "Mengajar dan Belajar dengan Teknologi" yang
dikembangkan oleh Penn State University. Dokumen ini menjelaskan bahwa teknologi dapat
digunakan untuk membantu siswa belajar dalam beberapa cara, termasuk meningkatkan
partisipasi siswa, memberikan umpan balik yang lebih cepat, dan memfasilitasi kolaborasi.

Contoh kasusnya adalah penggunaan aplikasi pembelajaran berbasis teknologi seperti


Quizlet, yang memungkinkan siswa membuat, berbagi, dan menguji diri mereka sendiri
menggunakan kartu flash digital. Selain itu, platform pembelajaran seperti Google Classroom
dan Microsoft Teams memungkinkan pengajar untuk memberikan tugas, mengirimkan tugas
siswa, dan memberikan umpan balik secara real-time, serta memfasilitasi kolaborasi dan
diskusi antar siswa.

Namun, ada juga tantangan yang terkait dengan penggunaan teknologi dalam
pembelajaran, seperti akses internet dan gadget yang tidak merata, kesenjangan keterampilan
teknologi antara siswa dan guru, serta kekhawatiran tentang dampak penggunaan teknologi
yang berlebihan terhadap kesehatan mental siswa. Oleh karena itu, penting bagi institusi
pendidikan untuk memastikan bahwa penggunaan teknologi dalam pembelajaran selalu
didukung oleh pedagogi yang tepat dan pelatihan yang memadai bagi siswa dan guru.

3. Kenapa era digital juga menghadirkan tantangan baru seperti kecanduan gadget dan
misinformasi.

Menurut buku “The Filter Bubble: What the Internet Is Hiding from You” oleh Eli
Pariser membahas bagaimana algoritma media sosial dan mesin pencari dapat membatasi
akses informasi yang dilihat oleh pengguna internet. Pariser menekankan bahwa di era digital
yang semakin terhubung, kita tidak melihat informasi yang sama dengan orang lain, karena
algoritma yang digunakan oleh platform online memilih informasi berdasarkan data yang
dikumpulkan dari profil dan aktivitas online kita.
Pariser menunjukkan bahwa ini dapat memperkuat sudut pandang yang sempit dan
memicu polarisasi. Misalnya, seseorang yang cenderung mengakses informasi politik dari
satu sumber tertentu dapat diarahkan ke konten yang lebih sering memperkuat pandangan
yang ada, dan tidak melihat sudut pandang yang berbeda.

Buku ini juga membahas cara-cara mengatasi “filter bubble”, antara lain dengan
menggunakan mesin pencari yang lebih netral dan sumber informasi yang beragam, serta cara
memperkuat literasi digital dan kemampuan memilah dan memahami informasi secara kritis.

Secara keseluruhan, "The Filter Bubble" menyoroti bagaimana penggunaan teknologi


dapat memengaruhi cara kita melihat dunia dan cara kita berinteraksi dengan orang lain
secara online, dan mengajak pembaca untuk mempertimbangkan dampak algoritme media
sosial dan mesin telusur terhadap akses ke informasi dan demokrasi.

Isi dari Buku "Hooked: How to Build Habit-Forming Products" oleh Nir Eyal
membahas bagaimana perusahaan teknologi merancang produk dan layanan yang dapat
membangkitkan kecanduan atau kebiasaan pada pengguna. Hal ini menciptakan tantangan
baru bagi individu di era digital, terutama dalam hal penggunaan gadget atau perangkat
digital.

Eyal menjelaskan bahwa produk teknologi yang sukses dan terus digunakan oleh
pengguna biasanya memiliki empat elemen: trigger, action, variable reward, dan investment.
Trigger adalah sinyal atau pemicu yang memicu pengguna untuk melakukan tindakan atau
menggunakan produk, seperti notifikasi pada smartphone. Action adalah tindakan yang
diambil oleh pengguna setelah menerima trigger, seperti membuka aplikasi. Variable reward
adalah hadiah yang diberikan pada pengguna setelah melakukan tindakan, seperti konten
yang disesuaikan atau penghargaan dalam game. Investment adalah tindakan pengguna untuk
meningkatkan nilai penggunaan produk, seperti menambahkan teman atau membuat akun.

Namun, kecanduan gadget dan perangkat digital bukan hanya disebabkan oleh desain
produk yang menarik. Misinformasi juga menjadi tantangan yang dihadapi di era digital.
Dengan adanya internet, informasi dapat dengan mudah diakses, tetapi juga dapat dengan
mudah menyebar tanpa verifikasi atau pengecekan yang memadai. Hal ini dapat
menyebabkan penyebaran berita palsu atau hoax, yang dapat merugikan individu atau
kelompok tertentu.

Untuk mengatasi tantangan ini, penting bagi individu untuk menjadi lebih kritis dan
selektif dalam memilih sumber informasi. Pendidikan tentang literasi digital juga dapat
membantu individu dalam mengembangkan kemampuan untuk memverifikasi informasi yang
diterima dan menghindari penyebaran informasi palsu atau tidak benar.

Secara keseluruhan, buku "Hooked: How to Build Habit-Forming Products" oleh Nir
Eyal membahas bagaimana desain produk dan layanan dapat membangkitkan kecanduan
pada pengguna. Namun, kecanduan gadget dan perangkat digital juga dapat disebabkan oleh
penyebaran misinformasi, yang menuntut individu untuk menjadi lebih kritis dalam memilih
sumber informasi dan mengembangkan literasi digital yang memadai.

4. Bagaimana pendidikan dapat menumbuhkan keterampilan yang dibutuhkan di era


digital, seperti. Kompetensi teknologi, berpikir kritis dan kreativitas.

Pendidikan dapat memainkan peran penting dalam menumbuhkan keterampilan yang


dibutuhkan di era digital, termasuk kompetensi teknologi, berpikir kritis, dan kreativitas.
Berikut adalah beberapa cara pendidikan dapat membantu dalam hal ini:

1. Menyediakan akses dan pelatihan teknologi yang memadai: Pendidikan harus


menyediakan akses dan pelatihan teknologi yang memadai bagi siswa agar dapat
mengembangkan kompetensi teknologi mereka. Hal ini dapat mencakup pelatihan dasar
tentang penggunaan perangkat keras dan lunak, jaringan komputer, dan aplikasi digital.

2. Mendorong siswa untuk menggunakan teknologi secara kreatif: Pendidikan harus


mendorong siswa untuk menggunakan teknologi secara kreatif, baik dalam pembelajaran
maupun dalam kehidupan sehari-hari. Hal ini dapat membantu siswa mengembangkan
kreativitas dan kemampuan untuk berinovasi.

3.Mengajarkan berpikir kritis dan analitis: Pendidikan harus mengajarkan siswa untuk
menjadi lebih kritis dan analitis dalam memahami informasi yang mereka terima dari sumber
digital. Hal ini dapat mencakup kemampuan untuk memverifikasi sumber informasi,
mengevaluasi keandalan informasi, dan menilai berbagai sudut pandang.

4.Mendorong kolaborasi dan kerja tim: Pendidikan harus mendorong siswa untuk bekerja
sama dalam tim dan berkolaborasi dalam proyek-proyek yang melibatkan teknologi. Hal ini
dapat membantu siswa mengembangkan keterampilan sosial dan kemampuan untuk bekerja
dalam lingkungan digital yang semakin kompleks.

Dalam Buku "Teaching Digital Natives: Partnering for Real Learning" oleh Marc Prensky
membahas bagaimana pendidikan dapat menumbuhkan keterampilan yang dibutuhkan di
era digital, seperti kompetensi teknologi, berpikir kritis, dan kreativitas. Berikut adalah
penjelasan rinci tentang topik-topik yang dibahas dalam buku ini:

1. Kompetensi Teknologi

Prensky menekankan pentingnya penggunaan teknologi dalam pendidikan. Ia berpendapat


bahwa siswa generasi digital atau "digital natives" memiliki kemampuan teknologi yang lebih
baik daripada guru dan orang tua mereka. Oleh karena itu, guru harus belajar dari siswa
mereka dan menjadi mitra dalam pembelajaran teknologi. Guru harus mengintegrasikan
teknologi dalam kurikulum, sehingga siswa dapat memanfaatkan teknologi untuk
meningkatkan pembelajaran mereka. Prensky juga membahas tentang bagaimana teknologi
dapat digunakan untuk meningkatkan kolaborasi dan keterampilan sosial siswa.
2. Berpikir Kritis

Prensky menyatakan bahwa siswa harus dilatih dalam berpikir kritis agar dapat
menjadi warga yang aktif dan terampil di era digital. Ia berpendapat bahwa guru harus
mengajarkan siswa untuk menjadi analitis dan reflektif dalam pemikiran mereka. Guru juga
harus memperkenalkan siswa pada berbagai sumber informasi, seperti media sosial dan blog,
dan membantu mereka dalam memahami kebenaran dan keandalan sumber tersebut. Prensky
juga menekankan pentingnya pengembangan kemampuan berpikir kritis untuk memecahkan
masalah dan mengambil keputusan yang tepat.

3. Kreativitas

Prensky menekankan pentingnya pengembangan kreativitas siswa di era digital. Ia


berpendapat bahwa teknologi dapat membantu siswa untuk mengekspresikan diri dan
mengeksplorasi ide-ide kreatif. Guru harus memberikan kesempatan bagi siswa untuk
berkreasi dan berinovasi dalam pembelajaran. Prensky juga membahas tentang bagaimana
guru dapat menggunakan teknologi dalam pembelajaran seni, musik, dan drama, sehingga
siswa dapat mengembangkan kreativitas mereka.

Secara keseluruhan, buku "Teaching Digital Natives: Partnering for Real Learning" oleh
Marc Prensky membahas tentang bagaimana pendidikan dapat menumbuhkan keterampilan
yang dibutuhkan di era digital, seperti kompetensi teknologi, berpikir kritis, dan kreativitas.
Prensky menekankan pentingnya penggunaan teknologi dalam pendidikan, serta bagaimana
guru dapat menjadi mitra dalam pembelajaran siswa. Ia juga memberikan banyak contoh dan
strategi praktis yang dapat digunakan oleh guru dalam mendukung pembelajaran
keterampilan digital dan kreativitas siswa.

BAB III

A. Kesimpulan

1. Era digital telah membawa perubahan yang signifikan pada pendidikan. Pendidikan harus
beradaptasi dengan perkembangan teknologi dan mempersiapkan siswa menghadapi
tantangan masa depan dengan memberikan keterampilan dan pengetahuan yang relevan
dengan dunia digital.

2. Teknologi digital memungkinkan pengajaran dan pembelajaran yang lebih interaktif,


kolaboratif, dan inklusif. Hal ini dapat membantu siswa dalam mengembangkan keterampilan
sosial, kreativitas, dan pemecahan masalah.
3. Era digital juga membawa tantangan baru seperti kecanduan gadget dan misinformasi.
Oleh karena itu, pendidikan harus membantu siswa untuk memahami dan mengatasi dampak
negatif dari teknologi digital.

4. Pendidikan dapat menumbuhkan keterampilan yang dibutuhkan di era digital, seperti


kompetensi teknologi, berpikir kritis, dan kreativitas. Guru harus mengintegrasikan teknologi
dalam kurikulum dan memberikan kesempatan bagi siswa untuk berkreasi dan berinovasi
dalam pembelajaran.

B. Saran/Rekomendasi:

1. Pendidikan harus terus beradaptasi dengan perkembangan teknologi dan memperbarui


kurikulum dengan materi yang relevan dengan dunia digital. Pendidikan juga harus
memberikan kesempatan bagi siswa untuk mempelajari keterampilan teknologi terbaru.

2. Guru harus dilatih dalam penggunaan teknologi dan strategi pembelajaran yang berbasis
teknologi. Pendidikan juga harus memastikan bahwa siswa memiliki akses ke perangkat
teknologi yang cukup dan koneksi internet yang stabil.

3. Pendidikan harus membantu siswa dalam memahami dampak negatif dari teknologi digital,
seperti kecanduan gadget dan misinformasi. Siswa juga harus dilatih dalam penggunaan
teknologi secara etis dan bertanggung jawab.

4. Pendidikan harus mengembangkan pembelajaran yang berpusat pada siswa dan


memberikan kesempatan bagi siswa untuk berkreasi dan berinovasi dalam pembelajaran.
Guru juga harus mengajarkan keterampilan berpikir kritis dan membantu siswa dalam
memecahkan masalah.

Berikut video dari channel youtube “Ruang Berpikir” yang membahas tentang transformasi
digital, https://youtu.be/21gdaVITJ38

Didalam video sang pembuat video menyatakan bahwa terdapat perbedaan generasi dan
terbagi menjadi beberapa bagian sesuai dengan tahun kelahiran, yang dimana beliau katakan
bahwa “Generasi Z” adalah generasi yang cara belajarnya bisa dibilang mengikuti era digital
sehingga visa dikatakan bahwa adanya transformasi di era digital dan apa saja pengaruhnya
bagi siswa.
Daftar Pustaka

https://youtu.be/21gdaVITJ38

“Kerangka Kerja untuk Pembelajaran Abad 21" dari Partnership for 21st Century Learning.”

“Mengajar dan Belajar dengan Teknologi" yang dikembangkan oleh Penn State University.”

“The Filter Bubble: What the Internet Is Hiding from You"

Kirschner, P. A., & De Bruyckere, P. (2017). The myths of the digital native and the
multitasker. Teaching and Teacher Education, 67, 135-142.

Watson, S., & Kavanagh, S. (2019). Integrating digital technology into classroom
practice: The impact of teacher and student technology attitudes. Computers & Education,
138, 104-116.

Kim, M. (2020). The effect of technology use on creativity: The mediating role of digital
competence. Journal of Educational Computing Research, 58(6), 1356-1375.

Dabbagh, N., & Kitsantas, A. (2012). Personal learning environments, social media, and
self-regulated learning: A natural formula for connecting formal and informal learning.
Internet and Higher Education, 15(1), 3-8.

"Teaching Digital Natives: Partnering for Real Learning" oleh Marc Prensky.

Anda mungkin juga menyukai