Anda di halaman 1dari 8

Transformasi Pendidikan di Era Digital: Membangun Generasi

Unggul Indonesia

Oleh: [KHAIRUNINDA, Pendidikan Ilmu Agama Islam, Fakultas Ilmu


Sosial]

Abstrak
Transformasi pendidikan menjadi sebuah keniscayaan di tengah
gelombang perubahan di era digital. Artikel ini membahas tantangan,
strategi, tujuan, hingga kendala dalam mentransformasi sistem
pendidikan Indonesia agar mampu melahirkan generasi unggul yang
kompetitif secara global. Tantangan utama meliputi munculnya disruptive
innovations, metode pembelajaran konvensional yang ketinggalan zaman,
dan kesenjangan kurikulum dengan kompetensi abad 21. Strategi
transformasinya mencakup pemanfaatan teknologi digital, penyusunan
kurikulum dinamis, penerapan konsep lifelong learning, serta peningkatan
kapasitas guru. Adapun tujuannya adalah membangun SDM unggul
bangsa yang literat teknologi dan memiliki daya saing internasional.
Sejumlah kendala implementasi juga dibahas seperti infrastruktur,
regulasi, dan kesiapan SDM. Pemetaan aspek-aspek strategis dalam
transformasi pendidikan ini diharapkan dapat memberikan panduan arah
kebijakan dan langkah konkret bagi berbagai pemangku kepentingan di
Indonesia.

Kata kunci: transformasi pendidikan, era digital, tantangan, strategi,


tujuan, kendala, generasi unggul

PENDAHULUAN
Pendidikan merupakan fondasi penting dalam membangun daya saing
suatu bangsa. Di tengah revolusi industri 4.0, tantangan besar muncul
akibat kemajuan teknologi dan transformasi digital yang cepat. Menurut
teori disruptive innovation dari Clayton Christensen, inovasi yang bersifat
disruptif dapat menggantikan produk/layanan yang sudah mapan
sebelumnya. Transformasi pendidikan menjadi keniscayaan agar sistem
pendidikan tidak tertinggal dan mampu menghasilkan generasi unggul
Indonesia yang siap bersaing secara global.
Perkembangan teknologi digital telah membawa perubahan dramatis
dalam metode pembelajaran konvensional. Berdasarkan teori connectivism
dari George Siemens, teknologi digital dan jaringan internet
memungkinkan sharing pengetahuan secara masif dan pembentukan
masyarakat pembelajaran. Pemanfaatan teknologi menjadi kunci agar
proses belajar mengajar dapat berlangsung lebih interaktif dan terhubung
dengan perkembangan zaman.
Tantangan pendidikan ke depan tidak hanya transfer pengetahuan, namun
juga pengembangan keterampilan abad 21 seperti kreativitas, literasi
digital, hingga kemampuan memecahkan masalah. Menurut teori
pembelajaran konstruktivisme dari Piaget dan Vygotsky, pengetahuan
dibangun secara aktif oleh siswa, bukan hanya diterima secara pasif.
Dibutuhkan kurikulum dinamis yang mendorong siswa membangun
pemahaman sendiri.
Konsep pembelajaran seumur hidup atau lifelong learning menjadi relevan
untuk menjawab tantangan perubahan zaman. Pemerintah, sekolah, dan
industri perlu bersinergi agar tersedia beragam program peningkatan
kapasitas yang dapat diakses semua kalangan. Dukungan kepada guru juga
penting agar mereka mampu mengintegrasikan teknologi terkini dalam
pembelajaran.
Artikel ini akan membahas lebih detail mengenai berbagai aspek penting
dalam transformasi pendidikan di Indonesia, termasuk pemanfaatan
teknologi digital, penyusunan kurikulum dinamis, konsep lifelong
learning, hingga strategi meningkatkan kualitas guru. Pembahasan
dilakukan dengan merujuk pada teori dan konsep relevan dari para ahli.
Dengan begitu, nantinya dapat memberikan gambaran utuh mengenai
langkah-langkah strategis yang diperlukan untuk mentransformasi sistem
pendidikan di Indonesia sehingga mampu menjawab tantangan di era
digital dan menghasilkan generasi masa depan yang unggul dan
kompetitif.

PEMBAHASAN
Tantangan sistem pendidikan di era digital
Era digital dan revolusi industri 4.0 telah membawa berbagai tantangan
baru bagi sistem pendidikan di Indonesia. Tantangan-tantangan tersebut
antara lain munculnya disruptive innovation, ketertinggalan metode
pembelajaran konvensional, serta kesenjangan kurikulum statis dengan
kompetensi yang dibutuhkan di abad 21.
Disruptive innovation seperti internet, big data, hingga kecerdasan buatan
kini mengubah cara pendistribusian konten pengetahuan dan informasi.
Siswa kini lebih tertarik mengakses beragam konten pembelajaran secara
digital, seperti video pembelajaran di YouTube, MOOC (massive open
online course), podcast, dan lainnya. Hal ini tentu menantang metode
pembelajaran konvensional yang berbasis papan tulis dan kelas tatap muka
tradisional.
Sebagai contoh, di India muncul aplikasi pembelajaran bernama Byju’s
yang menyajikan konten belajar interaktif. Aplikasi yang didirikan tahun
2015 ini kini telah digunakan lebih dari 115 juta siswa di seluruh dunia.
Contoh lain adalah munculnya konsep microlearning yang menyajikan
konten dalam format pendek namun dengan durasi optimal untuk diserap
audiens digital native. Hal ini sangat berbeda dengan kelas tatap muka
berjam-jam yang kurang efektif lagi.
Selain itu, metode pembelajaran konvensional seperti ceramah papan tulis
dinilai gagal untuk membangun ketertarikan dan partisipasi aktif siswa. Ini
tentu tidak sesuai dengan teori pembelajaran konstruktivisme dari Piaget
dan Vygotsky yang menekankan siswa harus aktif membangun
pengetahuan, bukan hanya menerima secara pasif dari guru. Proyeksi ke
depan menuntut keterampilan kolaboratif, berpikir kritis, hingga
kreativitas.
Di sisi kurikulum, materi pelajaran yang ada saat ini masih belum mampu
menjawab semua kebutuhan kompetensi abad 21. Sebagai contoh,
pengembangan literasi digital, coding, data science, hingga kecerdasan
buatan belum tercakup secara memadai. Begitu pula dengan kompetensi
antardisiplin seperti computational thinking yang penting untuk berpikir
menyelesaikan permasalahan kompleks di era digital. Oleh karena itu
diperlukan kurikulum dinamis yang terus diperbarui seiring perkembangan
zaman.
Strategi transformasi pendidikan
Terdapat beberapa strategi yang bisa dilakukan dalam transformasi
pendidikan. Pertama, pemanfaatan teknologi digital dalam pembelajaran
sangat penting agar konten materi lebih interaktif dan kontekstual bagi
siswa digital native. Contoh pemanfaatannya antara lain perangkat mobile
learning, platform e-learning, hingga konten digital seperti video
pembelajaran dan podcast. Sebagai contoh, di Singapura diterapkan
program Mobile Learning Initiative dengan memanfaatkan ribuan iPad
untuk aktivitas pembelajaran siswa secara individual maupun kolaboratif.
Kedua, kurikulum harus dibuat lebih dinamis agar selalu relevan dengan
perkembangan kompetensi masa kini dan masa depan. Sebagai contoh di
sejumlah negara maju, kurikulum diperbarui setiap 2-3 tahun sekali untuk
menyertakan topik-topik baru seperti kecerdasan buatan, bioteknologi,
hingga green technology. Di Indonesia, konsep kurikulum merdeka dalam
Kurikulum Prototipe juga merupakan upaya membuat kurikulum lebih
fleksibel dan berbasis minat siswa.
Ketiga, konsep lifelong learning perlu diterapkan untuk mendorong
terciptanya masyarakat yang senantiasa meng-update pengetahuan dan
kompetensinya. Pemerintah perlu menyediakan platform pembelajaran
daring yang dapat diakses semua kalangan secara terbuka, seperti program
e-LKPP (E-Learning Kemendikbud). Selain itu, diperlukan regulasi untuk
mendorong perusahaan memberikan pelatihan dan pendidikan bagi
pekerjanya.
Keempat, kualitas dan kapabilitas guru memegang peranan utama untuk
keberhasilan transformasi pendidikan. Oleh karena itu, diperlukan
pelatihan guru secara masif guna meningkatkan kemampuan literasi dan
pemanfaatan teknologi digital. Sebagai contoh di Finlandia, setiap guru
mendapatkan pelatihan profesional selama 2-3 minggu setiap tahunnya
untuk meningkatkan kompetensi mengajarnya.
Tujuan transformasi pendidikan
Transformasi pendidikan menjadi sebuah keniscayaan untuk membangun
generasi unggul Indonesia yang mampu bersaing dan memberikan
kontribusi optimal di era digital saat ini dan masa depan. Beberapa tujuan
utama transformasi pendidikan diantaranya, yaitu:
1. Membangun generasi unggul Indonesia yang memiliki kompetensi
global dan berdaya saing internasional.
Hal ini penting mengingat persaingan talenta saat ini sangat ketat antar
negara. Sebagai contoh, Kemendikbud perlu meningkatkan mutu
pendidikan sains dan matematika agar pelajar Indonesia mampu
mengikuti kompetisi internasional seperti Olimpiade Sains dunia.
2. Meningkatkan daya saing bangsa.
Pendidikan yang unggul sangat esensial bagi daya saing ekonomi dan
sosial Indonesia ke depannya. Misalnya, dengan membekali
entrepreneur dan inovator masa depan lewat pendidikan
kewirausahaan. Atau pun mencetak insinyur berkompeten untuk
mengembangkan produk digital Indonesia yang siap bersaing di
kancah global.
3. Mencetak SDM yang literat teknologi dan memiliki kompetensi masa
depan.
Hal ini kritikal mengingat tantangan abad 21 menuntut beragam
kompetensi seperti digital skill, data analytics, hingga artificial
intelligence capability yang belum sepenuhnya tercakup saat ini.
Sebagai contoh, perguruan tinggi perlu membuka jurusan baru dan
program studi antardisiplin terkait, serta merancang kurikulum yang
selaras dengan kebutuhan industri digital saat ini.
Kendala dan solusi implementasi
Implementasi transformasi pendidikan di Indonesia menghadapi sejumlah
kendala yang perlu diatasi agar dapat mencapai keberhasilan yang
optimal. Pertama, keterbatasan infrastruktur teknologi di berbagai
daerah menjadi hambatan utama, terutama di sekolah-sekolah yang
belum memiliki perangkat digital memadai. Untuk mengatasi hal ini, perlu
dilakukan upaya bersama antara pemerintah pusat dan daerah dalam
mengalokasikan anggaran signifikan untuk pengadaan infrastruktur TIK,
menjadikannya sebagai program prioritas nasional.
Kendala kedua terletak pada kesiapan guru dan sekolah dalam
mengimplementasikan pembelajaran digital. Sebagian besar guru masih
perlu meningkatkan literasi dan kompetensi digital mereka. Solusinya
adalah melaksanakan pelatihan secara masif di seluruh daerah, dengan
contoh implementasi yang positif dapat diambil dari program Guru
Penggerak yang telah dilakukan oleh Kemendikbud.
Ketiga, dukungan regulasi dan kebijakan terkait pendidikan di era digital
juga perlu diperkuat. Standarisasi infrastruktur digital untuk sekolah dan
penetapan target rasio perangkat TIK per siswa masih belum optimal.
Oleh karena itu, langkah yang perlu diambil adalah mengesahkan undang-
undang dan peraturan pemerintah yang mendukung percepatan
penerapan pendidikan digital. Hal ini harus dilakukan dengan
merumuskan target dan kerangka implementasi yang jelas agar dapat
memberikan panduan yang efektif bagi semua pihak terkait.

KESIMPULAN
Transformasi pendidikan menjadi sebuah keniscayaan di tengah
perubahan drastic era digital. Terdapat 3 tantangan utama yang dihadapi,
yaitu munculnya disruptive innovations, ketertinggalan metode
konvensional, dan kesenjangan kurikulum dengan kompetensi abad 21.
Untuk menjawab tantangan tersebut, transformasi perlu dilakukan
melalui 4 strategi, yaitu pemanfaatan teknologi digital, penyusunan
kurikulum dinamis, penerapan lifelong learning, dan peningkatan
kapasitas guru. Tujuan akhirnya adalah melahirkan generasi unggul yang
kompetitif secara global. Namun demikian, berbagai kendala
infrastruktur, regulasi, dan kesiapan SDM perlu diatasi agar implementasi
transformasi dapat berhasil secara optimal.
Untuk itu, pemerintah perlu segera merumuskan blueprint transformasi
pendidikan jangka panjang, lengkap dengan target dan milestone yang
terukur. Kerangka hukum yang mendukung juga perlu diperkuat agar
percepatan implementasi dapat dilakukan di berbagai daerah. Di sisi lain,
sosialisasi dan pelatihan literasi digital bagi guru dan sekolah harus
digalakkan. Kemitraan public-private partnership bisa menjadi kunci
sukses anggaran dan transfer teknologi. Partisipasi aktif seluruh elemen
bangsa, mulai dari pemerintah pusat hingga daerah, sekolah, orangtua,
sampai masyarakat diperlukan untuk bersama mewujudkan tujuan mulia
transformasi pendidikan di Indonesia.

REFERENSI
Christensen, C.M. (2015). Disruptive Innovation. Diakses dari
https://www.claytonchristensen.com/key-concepts/
Byju’s. (2023). About Byju’s: Reimagining learning for students. Diakses
dari https://byjus.com/
e-LKPP. (2023). Tentang Kami. Diakses dari
https://elkpp.kemdikbud.go.id/laman/tentang_kami
Guru Penggerak. (2023). Tentang kami. Diakses dari
http://gurupenggerak.kemdikbud.go.id/
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. (2021). Konsep dan
Implementasi Kurikulum Prototipe. Jakarta.
OECD. (2021). 21st-Century Readers: Developing Literacy Skills in a
Digital World. PISA: OECD Publishing. Diakses dari
https://doi.org/10.1787/a83d84cb-en.
Piaget, J. (1950). The Psychology of Intelligence. New York: Routledge.
Siemens, G. (2005). Connectivism: A learning theory for the digital age.
International Journal of Instructional Technology and Distance
Learning. Vol. 2 No. 1. Diakses dari
http://www.itdl.org/Journal/Jan_05/article01.htm
Vygotsky, L. S. (1978). Mind in society: The development of higher
psychological processes. Cambridge, MA: Harvard University
Press.

Anda mungkin juga menyukai