Anda di halaman 1dari 26

Dinamika dan Tantangan Teknologi Pendidikan di Indonesia

Yunita Sari

Abstrak

Dengan kemajuan yang cepat dalam Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK),
pendidikan berbasis TIK menjadi semakin penting. E-learning, atau
pembelajaran online, telah mengubah cara kita melihat pendidikan,
mengubahnya dari konvensional ke digital, baik dalam konten maupun
sistemnya. E-learning memberikan solusi bagi tantangan dalam pendidikan,
seperti keterbatasan ruang dan waktu. E-learning menggunakan berbagai
teknologi, seperti aplikasi komputer online atau offline, presentasi seperti
PowerPoint, web, web-conference, multimedia, alat penilaian, permainan, dan
lainnya. Namun, ada tantangan dalam menerapkan pembelajaran berbasis TIK,
terutama dalam infrastruktur yang belum merata. Tanpa infrastruktur yang
memadai, penggunaan TIK dalam pendidikan hanya akan menjadi impian. Oleh
karena itu, perlu upaya untuk menyelesaikan masalah ini agar pendidikan
berbasis TIK dapat berkembang secara efektif.

Abstrack

With rapid advances in Information and Communication Technology (ICT), ICT-


based education is becoming increasingly important. E-learning, or online
learning, has changed the way we view education, changing it from conventional
to digital, both in content and systems. E-learning provides solutions to
challenges in education, such as limited space and time. E-learning uses various
technologies, such as online or offline computer applications, presentations such
as PowerPoint, web, web-conferences, multimedia, assessment tools, games, and
others. However, there are challenges in implementing ICT-based learning,
especially in uneven infrastructure. Without adequate infrastructure, the use of
ICT in education will only be a dream. Therefore, efforts are needed to resolve this
problem so that ICT-based education can develop effectively.

Kata Kunci : TIK, Teknologi Pendidikan, Hambatan, Solusi

Pendahuluan
Dunia pendidikan saat ini dituntut untuk dikembangkanya pendekatan
pembelajaran sesuai dengan dinamika pendidikan di Indonesia, yang berdasar
dari prinsip-prinsip yang dinyatakan dalam UUD 45 (Undang-Undang Dasar
1945) dan UU No. 20 Tahun 2003. Maksudnya nilai-nilai agama, kebudayaan
nasional Indonesia, tanggapan terhadap tuntutan zaman, dan perkembangan
ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) memiliki akar atau dasar yang kuat
dalam prinsip-prinsip yang tercantum dalam UUD 45 dan UU No. 20 Tahun
2003. Ini menunjukkan bahwa nilai-nilai dan prinsip-prinsip tersebut dianggap
sebagai landasan yang penting dan relevan dalam mengatur pendidikan di
Indonesia, serta bahwa mereka dilihat sebagai hal yang tidak terpisahkan dari
perkembangan dan kemajuan pendidikan di negara tersebut.

Pendidikan selalu menjadi sorotan banyak orang, tidak hanya dari


pemegang kebijakan tetapi juga pengguna (siswa). Saat ini dan masa depan
pendidikan akan menjadi tantangan yang akan terus berubah disesuikan dengan
standar Pengembangan IPTEKS. Sebagaimana Nurdyansyah juga mempertegas
bahwa: “Educational process is the process of developing student’s potential until
they become the heirs and the developer of nation’s culture” (Nurdyansyah, 2017).
Oleh karena itu Duschl mengatakan bahwa Pendidikan adalah bagian dari
rekayasa sosial. Melalui komunitas, pendidikan dapat dibentuk dan diarahkan
ke tujuan tertentu.

Permasalahan bangsa yang semakin hari semakin pelik dengan adanya


berbagai krisis multi dimensi ditambah dengan pengaruh dari arus informasi
memunculkan beragam bentuk perilaku di masyarakat khususnya bagi para
peserta didik. Perkembangan teknologi merupakan sesuatu yang tidak bisa kita
hindari dalam kehidupan ini. Sehingga keluarga harus berperan aktif dalam
mendidik anaknya sejak dini serta menguatkan pondasi karakter yang baik.
Pada kenyataannya masih banyak permasalahan yang harus dihadapi dalam
rangka meningkatkan mutu pendidikan di Indonesia. Permasalahan ini
dipengaruhi oleh sejumlah faktor eksternal yang berasal dari luar peserta didik,
maupun faktor internal yang berasal dari dalam diri peserta didik itu sendiri.

Nurdyansyah memperejelas “The education world must innovate in a whole.


It means that all the devices in education system have its role and be the factors
which take the important effect in successful of education system”. Proses
pembelajaran hendaknya berlangsung secara interaktif, inspiratif,
menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif,
serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian
sesuai dengan bakat dan minat peserta didik. Proses pembelajaran harus
melibatkan banyak pihak, yang diimbangi oleh perkembangan teknologi untuk
mempermudah dalam tercapaianya suasana tertentu dalam proses pembelajaran
sehingga peserta didik nyaman dalam belajar. Hakikat belajar yaitu suatau
proses pengarahan untuk pencapaian tujuan dengan melakukan perbuatan
melalui pengalaman yang diciptakan. Bahan ajar berguna membantu pendidik
dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran. Bagi pendidik bahan ajar
digunakan untuk mengarahkan semua aktivitasnya dan yang seharusnya
diajarkan kepada siswa dalam proses pembelajaran. Pengalaman belajar tersebut
perlu adanya standarisasi penilaian hasil belajar. Penilaian hasil belajar
memerlukan sebuah pengolahan dan analisis yang akurat. Sehingga
pembelajaran dapat berjalan efektif dan efisien. Guru merupakan pendidik yang
profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing,
mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan
anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan menengah
(Kamiludin & Suryaman, 2017).

Guru diharapkan memiliki keterampilan dasar yang diperlukan dalam


peran mereka sebagai pendidik, pembimbing, dan pengajar. Kemampuan ini
tercermin dalam apa yang disebut sebagai kompetensi guru, yang menjadi faktor
kunci dalam kesuksesan pembelajaran, termasuk di Indonesia. Guru
bertanggung jawab untuk memastikan bahwa kegiatan pembelajaran yang
mereka fasilitasi berhasil. Mereka berperan sebagai pengatur lingkungan belajar
dan juga sebagai pembimbing dalam proses belajar. Untuk mencapai ini, guru
harus memenuhi berbagai peran, termasuk menjadi contoh, perencana, penilai,
pemimpin, dan panduan bagi siswa menuju pusat-pusat pembelajaran.

Peran guru melibatkan mengarahkan dan memberikan dukungan dalam


belajar kepada siswa, bukan hanya memberikan informasi. Ini berarti mereka
tidak hanya menyampaikan materi, tetapi juga mengelola dan memfasilitasi
proses belajar agar berjalan dengan efektif. Bagaimana dan apapun bentuk
strategi, model, dan media pembelajaran yang digunakan guru, sejatinya
diorientasikan pada satu syarat utama, yaitu menarik sehingga menumbuhkan
minat belajar siswa (Wahyono, 2020). Pendidikan di era digital merupakan
pendidikan yang harus mengintegrasikan Teknologi Informasi dan Komunikasi
ke dalam seluruh mata pelajaran (Kristiawan, 2014).

Dengan kemajuan pendidikan dalam era digital, siswa memiliki akses yang
lebih luas dan cepat terhadap pengetahuan. Untuk menghadapi tantangan ini,
baik guru maupun siswa harus dapat berkomunikasi dan menyesuaikan diri
dengan perkembangan zaman, terutama dalam hal teknologi. Selain itu, dengan
perubahan yang terus berlangsung, muncul juga masalah-masalah yang
memerlukan pemikiran tingkat tinggi untuk diselesaikan, sehingga penting bagi
mereka untuk terus berkembang dan mengikuti perkembangan tersebut.
Globalisasi, pertumbuhan ekonomi, persaingan internasional, isu lingkungan,
budaya, dan politik adalah permasalahan kompleks yang menekankan
pentingnya pengembangan keterampilan dan pengetahuan untuk mencapai
kesuksesan.

Dalam konteks ini, dengan kemajuan yang cepat dalam Teknologi


Informasi dan Komunikasi (TIK), penting untuk mengakui kebutuhan akan
pendekatan dan metode pembelajaran yang berbasis TIK. Konsep yang kemudian
terkenal dengan sebutan e-learning ini membawa pengaruh terjadinya proses
transformasi pendidikan konvesional kedalam bentuk digital, baik secara isi
(contents) dan sistemnya (Kristiawan, 2014). E-learning, sebagai pendekatan
pembelajaran modern dalam dunia pendidikan, memiliki peran penting dalam
mengatasi beberapa masalah yang telah lama menjadi tantangan dalam sistem
pendidikan, seperti keterbatasan ruang dan waktu. Istilah ini merujuk pada
penggunaan teknologi komunikasi dan informasi untuk mendukung proses
belajar-mengajar. Beragam teknologi dapat dimanfaatkan, mulai dari aplikasi
komputer online atau offline, alat presentasi seperti Microsoft PowerPoint atau
proyektor, internet, konferensi web, konten multimedia seperti gambar atau
animasi, hingga alat penilaian, permainan edukatif, dan banyak lagi.

E-pembelajaran, atau e-learning, adalah sebuah bentuk teknologi


informasi yang diterapkan dalam bidang pendidikan. Ini merupakan hasil dan
implikasi langsung dari kemajuan teknologi informasi dan komunikasi. Dengan
e-learning, peserta belajar tidak lagi harus hadir secara fisik di ruang kelas
untuk mengikuti pembelajaran langsung dari seorang guru. Selain itu, e-learning
dapat mempercepat proses belajar dengan mengurangi waktu yang dibutuhkan,
dan tentunya mengurangi biaya yang diperlukan oleh suatu program pendidikan.
Dalam pendidikan tradisional, peran e-learning bukanlah menggantikan, tetapi
memperkuat model pembelajaran yang sudah ada.

Fungsi e-learning adalah menyediakan platform untuk penyampaian


informasi, komunikasi, pendidikan, dan pelatihan secara daring. E-learning
menyediakan berbagai alat yang dapat meningkatkan nilai pembelajaran dalam
model tradisional, seperti studi dari buku teks, CD-ROM, dan pelatihan berbasis
komputer, sehingga dapat mengatasi tantangan globalisasi. Penggunaan e-
learning tidak menggantikan model pembelajaran di kelas, melainkan
memperkuatnya dengan menambah konten dan mengembangkan teknologi
pendidikan.

Setiap generasi ingin mewariskan sesuatu kepada generasi penerusnya.


Yang diwariskan dapat merupakan produk budaya pada generasi sebelumnya
atau mungkin merupakan produk budaya pada zamannya. Sesuatu itu bisa
berupa pengetahuan, keterampilan, sikap, dan nilai. Sementara proses
pewarisan tersebut seringkali menggunakan pendidikan sebagai alat atau
sarananya. Pendidikan yang diselenggarakan oleh masyarakat sendiri juga
dianggap sebagai fenomena sosial yang signifikan. Namun, dengan
bertambahnya tuntutan dan kompleksitas kehidupan, pendidikan yang
dilakukan oleh masyarakat sendiri tanpa campur tangan dari pemerintah
seringkali dianggap kurang memadai.

Di tengah kompleksitas kehidupan masyarakat saat ini, penyelenggaraan


pendidikan oleh masyarakat sendiri, terutama dalam hal manajemen yang luas,
menjadi tidak lagi memadai bahkan tidak mungkin terjadi. Oleh karena itu,
intervensi dari pemerintah atau otoritas yang berwenang dalam mengurus
masalah pendidikan menjadi sangat penting. Bahkan di negara maju seperti
Amerika Serikat, di mana kesadaran masyarakat terhadap pendidikan sudah
tinggi, intervensi dari pemerintah masih diperlukan, meskipun dalam skala yang
lebih kecil. Teknologi Pendidikan adalah kombinasi dan pembelajaran, belajar,
pengembangan, pengelolaan, dan teknologi lain yang diterapkan untuk
memecahkan persoalan pendidikan (Anglin, 1995).

Teknologi pendidikan merupakan bagian integral dari ilmu pendidikan


yang berkembang seiring dengan kemajuan teknologi. Sejak pengintegrasian
teknologi ke dalam studi dan praktik pendidikan, disiplin ilmu teknologi
pendidikan menjadi muncul. Perkembangan teknologi pendidikan awalnya
dipimpin oleh negara-negara maju dalam bidang teknologi, yang wajar mengingat
kontribusi teknologi terhadap pendidikan menjadi pendorong utamanya. Namun,
penting untuk dicatat bahwa tidak semua negara yang belum maju dalam bidang
teknologi akan tertinggal dalam teknologi pendidikan.

Perkembangan teknologi informasi dan komunikasi (TIK) telah membawa


pengaruh terhadap bidang pendidikan dalam proses pembelajaran. Penggunaan
TIK dalam proses pembelajaran sudah bukan hal yang asing lagi dalam era
globalisasi seperti sekarang ini. Adanya internet memungkinkan kita untuk
belajar kapan dan di mana saja dengan lingkup yang sangat luas misalnya,
dengan fasilitas email, chatting, e-book, e-library dan dan sebagainya, kita dapat
saling berbagi informasi tanpa harus bertatap muka langsung dengan sumber
informasi tersebut (Kristiawan, 2014). Karena semua informasi yang kita
inginkan dapat kita peroleh hanya dengan mengakses internet.

Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) memiliki peran yang vital dalam
pendidikan saat ini. Salah satu cara penerapannya adalah melalui penggunaan
sarana multimedia dan media Internet dalam proses pembelajaran. Multimedia
digunakan untuk menciptakan modul pembelajaran yang lebih interaktif dan
menarik bagi siswa, dengan menggunakan elemen seperti animasi flash,
penjelasan suara/audio, serta fitur-fitur tambahan yang dapat meningkatkan
keterlibatan siswa dalam pembelajaran. Sementara itu, internet dimanfaatkan
untuk memudahkan akses informasi yang diperlukan, memungkinkan siswa
untuk aktif mencari pengetahuan sesuai dengan kebutuhan mereka.

Penerapan Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) dalam pendidikan di


Indonesia masih berada pada tahap awal dan belum sepenuhnya dimanfaatkan
secara optimal. Kendala dan tantangan dalam penerapan TIK di pendidikan
termasuk belum meratanya infrastruktur yang mendukung di semua sekolah di
Indonesia serta ketidaksiapan Sumber Daya Manusia (SDM) dalam mendukung
penggunaan TIK di lingkungan sekolah.

Masih ada ketidakmerataan dalam infrastruktur yang mendukung


penerapan Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) di sektor pendidikan, yang
menjadi permasalahan utama yang harus segera diatasi oleh pihak berwenang.
Tanpa infrastruktur yang memadai, penerapan TIK di pendidikan hanya akan
tetap menjadi mimpi belaka. Infrastruktur merupakan elemen kunci yang
berperan sebagai fondasi awal dalam menerapkan TIK di pendidikan. Saat ini,
terlihat kecenderungan bahwa hanya beberapa daerah saja yang mendapatkan
akses TIK, sementara banyak daerah lain yang masih kekurangan akses internet.
Padahal, daerah-daerah tersebut memiliki potensi sumber daya manusia yang
berharga. Jika kondisi ini terus berlanjut, potensi SDM di daerah tersebut dapat
terbuang percuma, yang berpotensi menghambat kemajuan bangsa Indonesia
secara keseluruhan.

Pada era saat ini, perkembangan Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK)
bergerak dengan cepat. Hal ini menuntut individu untuk dapat menyesuaikan
diri dengan perkembangan TIK tersebut agar tidak tertinggal dan mampu
menghadapi tantangan global. Dalam konteks ini, pendidikan tidak dapat
dipisahkan dari penggunaan internet, komputer, dan berbagai fasilitas TIK
lainnya sebagai alat utama dalam proses pembelajaran. Untuk dapat
memanfaatkan TIK dalam memperbaiki mutu pembelajaran, ada tiga hal yang
harus diwujudkan, yaitu: 1. Peserta didik dan guru harus memiliki akses
teknologi digital di dalam lingkungan lembaga pendidikan. 2. Adanya materi yang
berkualitas dan bermanfaat bagi guru dan peserta didik. 3. Guru harus memiliki
pengetahuan dan keterampilan dalam menggunakan mediamedia pembelajaran
digital untuk membantu siswa agar mencapai standar akademik dan
mengembangkan potensinya.

Metode Penulisan

Data dan informasi yang mendukung penulisan dikumpulkan dengan


melakukan penelusuran pustaka, pencarian sumber-sumber yang relevan dan
pencarian data melalui internet. Data dan informasi yang digunakan dari
beberapa pustaka yang relevan. Beberapa data dan informasi yang diperoleh
pada tahap pengumpulan data, kemudian diolah dengan menggunakan suatu
metode analisis deskriptif berdasarkan data sekunder.

Pembahasan

Konsep Teknologi Pendidikan

Menurut AECT (1977) Teknologi pendidikan adalah proses yang kompleks dan
terintegrasi yang melibatkan orang, prosedur, gagasan, alat, dan organisasi
untuk menganalisis permasalahan, merencanakan, implementasi, evaluasi dan
mengelola pemecahan masalah yang melibatkan semua aspek belajar manusia.
Menurut Hackbarth (1996) Teknologi pendidikan adalah konsep
multidimensional yang meliputi; 1) suatu proses sistematis yang melibatkan
penerapan pengetahuan dalam upaya pencarian solusi yang dapat diterapkan
untuk masalah-masalah dalam belajar mengajar, 2) produk seperti teks, program
TV, 3) merupakan bagian spesifik dari pendidikan. Selanjutnya, Teknologi
pendidikan adalah kombinasi dari pembelajaran, belajar, pengembangan,
pengelolaan, dan teknologi lain yang diterapkan untuk memecahkan persoalan
Pendidikan (Anglin, 1995). Teknologi Pendidikan adalah studi dan etika praktik
untuk memfasilitasi dan meningkatkan kinerja pembelajaran. Studi dan etika
praktik tersebut dapat melalui penciptaan, penggunaan, pengaturan proses, dan
sumber daya teknologi. Teknologi pendidikan merupakan perpaduan dari unsur
manusia, mesin, ide, prosedur, dan pengelolaannya. Teknologi Pendidikan
bersifat abstrak. Dalam hal ini Teknologi Pendidikan bisa dipahami sebagai
sesuatu proses yang kompleks, dan terpadu yang melibatkan orang, prosedur,
ide, peralatan, dan organisasi untuk menganalisis masalah, mencari jalan untuk
mengatasi permasalahan, melaksanakan, menilai, dan mengelola pemecahan
masalah yang mencakup semua aspek belajar manusia (Fitria, 2013). Teknologi
Pendidikan adalah pendekatan sistematis dalam merancang, melaksanakan, dan
mengevaluasi proses pembelajaran berdasarkan penelitian dalam teori belajar
dan komunikasi manusia. Pendekatan ini menggabungkan berbagai sumber
belajar dari manusia maupun non-manusia untuk meningkatkan efektivitas
pembelajaran. Dengan kata lain, Teknologi Pendidikan merupakan metode kritis
untuk memecahkan masalah pendidikan dengan menggunakan teknologi sebagai
alat atau metode.

Pengertian Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK)


Teknologi berasal dari bahasa Yunani yaitu Technologia menurut Webster
Dictionary berarti systematic treatment atau penanganan sesuatu secara
sistematis, sedangkan techne sebagai dasar kata Teknologi berarti skill, science
atau keahlian, keterampilan, ilmu. Kata teknologi secara harfiah berasal dari
bahasa latin texere yang berarti menyusun atau membangun, sehingga istilah
teknologi seharusnya tidak terbatas pada penggunaan mesin, meskipun dalam
arti sempit hal tersebut sering digunakan dalam kehidupan sehari-hari.
Teknologi adalah suatu rancangan atau desain untuk alat bantu tindakan yang
mengurangi ketidak pastian dalam hubungan sebab akibat dalam mencapai
suatu hasil yang diinginkan (Rusman, dkk. 2011).

Informasi adalah fakta atau apa pun yang dapat digunakan sebagai input
dalam menghasilkan informasi. Komunikasi adalah suatu proses penyampaian
pesan (ide,gagasan,materi pelajaran) dari satu pihak lain agar terjadi saling
memengaruhi di antara keduanya. Teknologi Informasi adalah ilmu yang
diperlukan untuk mengelola informasi agar informasi tersebut dapat dicari
dengan mudah dan akurat, informasi dapat dikatakan sebagai data yang telah
diolah. Data atau informasi tersebut dapat berupa tulisan, suara, gambar, video
dan sebagainya (Darmawan, 2012).

Dalam bahasa Indonesia, Information and Communication Technology


(ICT) dikenal sebagai Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK), yang dalam
waktu yang singkat telah menjadi komponen penting dalam kemajuan
kehidupan masyarakat modern. Di banyak negara, pemahaman, penguasaan
keterampilan dasar, dan konsep TIK dianggap sebagai bagian esensial dari
pendidikan, sejajar dengan keterampilan membaca, menulis, dan berhitung.
Pengertian lain dari Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) adalah sebagian
dari ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) secara umum adalah semua
teknologi yang berhubungan dengan pengambilan, pengumpulan, pengolahan,
penyimpanan, penyebaran, dan penyajian informasi. Tercakup dengan defenisi
tersebut semua perangkat keras, perangkat lunak, kandungan isi, dan
infrastruktur komputer maupun komunikasi (Rusman, dkk. 2011).

UNESCO menekankan bahwa semua negara, baik maju maupun


berkembang, harus memastikan akses yang merata terhadap Teknologi Informasi
dan Komunikasi (TIK) serta menyediakan fasilitas pendidikan terbaik guna
menciptakan generasi muda yang siap untuk berperan aktif dalam masyarakat
modern dan berkontribusi dalam era pengetahuan. Meskipun tantangan yang
terus menerus muncul akibat perkembangan cepat TIK, termasuk keterbatasan
sumber daya dalam sistem pendidikan, pentingnya TIK bagi pertumbuhan
industri dan komersial di masa depan suatu negara tidak dapat dipandang
enteng. Oleh karena itu, investasi dalam peralatan, pendidikan guru, dan
layanan pendukung untuk kurikulum berbasis TIK harus menjadi prioritas
utama pemerintah (Munir, 2009). Dari penjelasan tersebut, dapat disimpulkan
bahwa Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) merupakan medium berupa
teknologi seperti komputer beserta jaringannya yang memiliki peran penting
dalam proses pengolahan dan pemrosesan data, yang kemudian dapat
dimanfaatkan dalam berbagai bidang sosial, ekonomi, budaya, dan tentunya
pendidikan. Secara global, perkembangan TIK telah memberikan dampak yang
signifikan pada berbagai aspek kehidupan manusia. Integrasi TIK ke dalam
berbagai bidang teknologi lain telah mencapai tingkat yang sangat maju,
sehingga hampir semua perangkat hasil inovasi teknologi saat ini memanfaatkan
komponen TIK.

Ruang Lingkup TIK

Teknologi Informasi dan Komunikasi mencakup dua aspek, Menurut puskur


kemendiknas (Rusman, dkk (2011) yaitu:

1. Teknologi Informasi adalah meliputi segala hal yang berkaitan dengan proses,
penggunaan sebagai alat bantu, manipulasi, dan pengelolaan informasi.
2. Teknologi komunikasi adalah segala hal yang berkaitan dengan penggunaan
alat bantu untuk memproses dan mentransfer data dari perangkat yang satu
ke lainya.

Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) terdiri dari dua konsep utama, yakni
teknologi informasi dan teknologi komunikasi. Teknologi Informasi mencakup
semua aspek yang terkait dengan proses, penggunaan, manipulasi, pengelolaan,
dan transfer informasi antar media.

Di sisi lain, Teknologi Komunikasi mencakup segala hal yang berkaitan


dengan penggunaan alat bantu untuk memproses dan mentransfer data dari
satu perangkat ke perangkat lainnya. Dengan demikian, Teknologi Komunikasi
melibatkan perangkat keras, perangkat lunak, proses, dan sistem yang
digunakan untuk mendukung komunikasi yang efektif. Oleh karena itu,
Teknologi Informasi dan Teknologi Komunikasi saling terkait dan melibatkan
berbagai kegiatan yang berkaitan dengan pemrosesan, manipulasi, pengelolaan,
dan transfer informasi antar media. Berdasarkan penjelasan tersebut, dapat
disimpulkan bahwa Teknologi Informasi dan Komunikasi adalah rangkaian
peralatan elektronika yang meliputi perangkat keras, perangkat lunak, dan
segala kegiatan terkait yang mencakup pemrosesan, manipulasi, pengelolaan,
serta transfer atau perpindahan informasi antar media.

Media Pembelajaran

Teknologi Informasi dapat dimanfaatkan sebagai alat pembelajaran melalui


internet dalam bentuk e-learning atau dengan menggunakan komputer sebagai
sarana interaktif. Penggunaan media ini diharapkan dapat memicu ketertarikan,
emosi, dan konsentrasi peserta didik secara optimal, sehingga proses
pembelajaran dapat berjalan efektif. Selain itu, pemanfaatan media
pembelajaran juga membantu mengatasi berbagai hambatan komunikasi antara
guru dan peserta didik, seperti hambatan fisiologis, psikologis, kultural, dan
lingkungan, sehingga memperbaiki efektivitas pembelajaran secara keseluruhan.

Komputer awalnya digunakan amat terbatas, hanya untuk keperluan


menghitung dalam kegiatan administrasi saja, tetapi sekarang aplikasi
komputer tidak lagi hanya digunakan sebagai sarana komputasi dan pengolahan
kata (word processor) tetapi juga sangat memungkinkan sebagai sarana belajar
untuk keperluan Pendidikan (Rusman, dkk. 2011).

Mulai dari tahun 1970-an, tren penggunaan media komputer dalam


pendidikan telah muncul, dan saat ini teknologi komputer memberikan
kontribusi signifikan terhadap proses pembelajaran. Salah satu contohnya
adalah penerapan pembelajaran berbasis komputer. Penggunaan komputer
dalam pembelajaran memfasilitasi proses pembelajaran secara individual,
mendorong siswa untuk mandiri dalam belajar, yang pada gilirannya
menghasilkan pengalaman belajar yang lebih bermakna dibandingkan dengan
metode pembelajaran konvensional. Manfaat komputer untuk tujuan Pendidikan
(Arsyad, 2005):

a) Komputer dapat mengakomodasi siswa yang lamban menerima pelajaran


karena dapat memberikan iklim yang lebih bersifat afektif dengan cara
yang lebih individual, tidak pernah lupa, tidak pernah bosan, sangat sabar
dalam menjalankan instruksi seperti yang diinginkan program yang
digunakan.
b) Komputer dapat merangsang siswa untuk mengerjakan latihan,
melakukan kegiatan laboratorium atau simulasi karena tersedianya
animasi grafik, warna, dan musik yang dapat menambahkan realisme.
c) Kendali berada di tangan siswa, sehingga tingkat kecepatan belajar siswa
dapat disesuaikan dengan tingkat penguasaanya. Dengan kata lain,
komputer dapat berinteraksi dengan siswa secara individual misalnya
dengan bertanya dan menilai jawaban.
d) Kemampuan merekam aktivitas siswa selama menggunakan program
pembelajaran, memberikan kesempatan lebih baik untuk pembelajaran
secara perorangan dan perkembangan setiap siswa selalu dapat dipantau.
e) Dapat berhubungan dengan, dan mengendalikan peralatan lain seperti CD
Interaktif, video, dan lain-lain dengan program pengendali dari komputer.

Saat ini, aplikasi-aplikasi komputer terus berkembang, memungkinkan


pengguna untuk berinteraksi langsung dengan sumber informasi baik secara
online maupun offline. Berbagai bentuk interaksi pembelajaran dapat terjadi
melalui medium komputer, didukung oleh kemampuan komputer dalam
memberikan umpan balik secara instan kepada pengguna. Peran komputer
sebagai media pembelajaran menjadi elemen utama dalam menerapkan program
pembelajaran di sekolah.

Melalui komputer, siswa dapat mengakses aplikasi program dan


memanfaatkan fasilitas lain seperti internet yang semakin berkembang.
Kemajuan teknologi yang pesat memiliki dampak besar dalam berbagai bidang,
termasuk pendidikan. Internet, sebagai hasil dari kemajuan tersebut,
memainkan peran penting dalam dunia pendidikan. Internet mendorong
pendidikan untuk beradaptasi dengan arus globalisasi informasi, menjadi
sumber dan media pembelajaran bagi peserta didik dalam memperluas
pengetahuan mereka.

Ketersediaan informasi yang melimpah di internet melebihi harapan dan


imajinasi, memungkinkan akses tanpa batas dan cepat ke sumber informasi
aktual. Internet memungkinkan akses ke perpustakaan digital di seluruh dunia,
serta pertukaran informasi dan tanya jawab dengan pakar di berbagai bidang.
Internet lebih banyak disebabkan oleh kecepatan, kemudahan, murah dan
canggih (Hardjito, 2022). Namun pemakai lebih cendrung menggunakanya untuk
kebutuhan e-mail dan browsing. Padahal kemampuan dan fasilitas dari internet
lebih dari itu.

Siswa dapat memanfaatkan internet secara positif untuk pembelajaran,


namun manfaat internet tidak hanya terbatas sebagai alat pembelajaran bagi
siswa. Internet juga memberikan manfaat bagi pengajar untuk meningkatkan
profesionalisme dan pengetahuan mereka. Di dunia pendidikan dan pelatihan
saat ini, e-learning telah menjadi praktik umum. Istilah "e-learning" sering
digunakan untuk merujuk pada berbagai kegiatan pendidikan yang
menggunakan komputer dan/atau internet. Terdapat banyak terminologi lain
yang memiliki makna serupa dengan e-learning. Web-based learning, computer-
based training/learning, distance learning, computer aided instruction, dan lain
sebagainya, adalah terminologi yang sering digunakan untuk menggantikan
elearing.

Terminologi e-learning sendiri dapat mengacu pada semua kegiatan


pelatihan yang menggunakan media elektronik atau teknologi informasi (Effendi,
dkk., 2005: 6-7). Konvergensi antara belajar dan internet (Bank of America
Securities) serta penggunaan jalinan kerja teknologi untuk mendesain,
menngirim, memilih, dan mengorganisir pembelajaran, (Sa’ud, 2008). E-learning
atau pembelajaran melalui online adalah pembelajaran yang pelaksanaannya
didukung oleh jasa teknologi seperti telepon, audio, videotape, transmisi satelit
atau komputer. Seperti kursus atau pendidikan dengan media pembelajaran
jarak jauh (distance learning) dan cyber classroom (Faridi, 2009). Berdasarkan
definisi-definisi yang disebutkan sebelumnya, dapat disimpulkan bahwa e-
learning adalah bentuk pembelajaran yang menggunakan layanan teknologi.
Ada berbagai jenis layanan teknologi yang dapat dimanfaatkan dalam e-
learning, tetapi dalam konteks ini, penulis membatasi penggunaan layanan
teknologi internet. Internet berperan sebagai jembatan komunikasi antara
pembelajar dan pengajar. Teknologi adalah salah satu sarana pendukung yang
digunakan untuk menyampaikan dan mengembangkan pengetahuan, dengan
tujuan mempermudah proses belajar siswa dan meningkatkan kualitas
pembelajaran. Bates dalam Hartoyo (2012) mengemukakan bahwa tujuan
diterapkannya pendekatan e-learning adalah sebagai berikut;

a) Meningkatkan akses terhadap kesempatan belajar (increase access to


learning opportunity) dan fleksibelitas siswa dalam belajar. Dalam hal ini,
elearning mampu meningkatkan kesempatan belajar dan fleksibilitas
siswa dalam belajar melalui berbagai sarana dan metode pembelajaran
yang digunakan.
b) Meningkatkan kualitas pembelajaran (enhance general quality).
c) Mengembangkan keterampilan dan kompetensi (develop skills
andcompetencies) yang diperlukan siswa serta memberikan bekal
kecakapan digital yang diperlukan dalam bidang ilmu, profesi, atau karir
mereka.
d) Mengakomodasi beragamnya gaya atau cara belajar (to meet the learning
sytles/needs) siswa.
e) Meningkatkan efektivitas dana (cost effectivinees), terutama pada tataran
pendidikan menengah.

Susanto dalam Hartoyo (2012) mengatakan bahwa keberhasilan


pemanfaatan teknologi ditentukan oleh empat komponen yang saling
berkaitan, ketidakhadiran atau kurang optimalnya kualitas salah satu
komponen saja dapat menyebabkan keseluruhan sistem tidak dapat
berfungsi dengan baik. Keempat komponen itu adalah:

a) Technoware (object-embodied technology). Komponen ini berkaitan


dengan wujud peralatan seperti manual, peralatan elektronik, mesin-
mesin, serta fasilitas lain yang terintegrasi.
b) Humanware (person-embodied technology). Komponen ini berkaitan
dengan kualitas sumber daya manusia serta kemampuan pemasangan,
pengoperasian, perbaikan, dan pemeliharaan.
c) Orgaware (intution-embodied technology). Komponen ini berkaitan dengan
wujud organisasi atau institusi pendidikan seperti keterkaitan
hubungan individual, kolektif, departemental, atau lingkungan yang
lebih jauh lagi yaitu industri, nasional, internasional, dan lain-lain.
d) Infoware (document - embodied technology). Komponen yang berkaitan
dengan wujud informasi serta spesifikasi, penggunaan, generalisasi,
cara-cara memperoleh data dan informasi, serta kegiatan lainnya yang
berkaitan dengan usaha untuk menghasilkan informasi yang akurat
secara efektif dan efisien.

Pengajaran berbasis E-learning dalam Bahasa Indonesia bisa dilakukan


melalui proses pembelajaran di laboratorium bahasa. Untuk mengajarkan
keterampilan berbicara, dapat digunakan program audio yang terkoneksi antara
satu dengan yang lainnya. Guru berperan sebagai pengawas dan pembimbing
siswa, sementara siswa terlibat aktif dalam kegiatan pembelajaran. Contohnya,
siswa dapat melakukan praktik membaca berita melalui program audio,
sementara siswa lainnya mendengarkan, mencermati, dan mencatat poin-poin
penting. Kemudian, siswa dapat berinteraksi melalui mikrofon yang terkoneksi,
dengan bimbingan dari guru.

Selain itu, pembelajaran Bahasa Indonesia dengan menggunakan E-


learning juga dapat dilakukan melalui diskusi kelompok dengan teman-teman.
Kelompok belajar ini dapat membentuk komunitas online, berkolaborasi, dan
menjalin jaringan yang mendukung pembelajaran. Siswa dapat berkomunikasi
secara langsung maupun tidak langsung untuk membahas materi yang telah
dipelajari di sekolah, serta hal-hal lain yang berkaitan dengan pembelajaran
Bahasa Indonesia. Penerapan sistem E-learning dirancang untuk meningkatkan
keaktifan dan kreativitas siswa dalam pembelajaran, serta kemampuan mereka
dalam menggunakan teknologi elektronik. Program website E-learning dapat
disesuaikan dengan tujuan, materi, metode pembelajaran, dan output yang
diharapkan. Konten dalam program E-learning dapat berupa forum refleksi,
tanya jawab, diskusi, penugasan berbagi file, pengumuman, dan informasi
lainnya, yang dipilih berdasarkan tujuan pembelajaran dan hasil yang ingin
dicapai oleh pendidik dan peserta didik. Sebagai contoh, forum refleksi dapat
menjadi sarana bagi peserta didik untuk menyampaikan pengalaman dan
pemikiran mereka terkait proses pembelajaran, baik berupa kritik, saran,
pendapat, argumen, maupun masukan tertulis.

Partisipasi dalam forum refleksi dapat membantu mengembangkan


keterampilan menulis peserta didik, serta memperkuat interaksi dengan pendidik
dalam lingkungan pembelajaran. Peserta didik diajak untuk terbuka dengan
pendidik dalam menyampaikan masalah atau ide yang mereka hadapi atau
pikirkan. Forum "tanya jawab" dapat digunakan sebagai platform interaktif
antara pendidik dan peserta didik untuk bertukar informasi mengenai topik
pembelajaran. Peserta didik memiliki kesempatan untuk bertanya kepada
pendidik tentang hal-hal yang belum mereka mengerti, dan pertanyaan serta
jawaban tersebut dapat diakses secara online. Forum "diskusi" memungkinkan
peserta didik dan pendidik untuk berdiskusi secara terbuka melalui website,
membahas topik yang telah ditentukan.

Siswa memiliki kesempatan untuk mengemukakan pendapat dan gagasan


mereka, sedangkan pendidik berperan sebagai fasilitator untuk memandu
diskusi agar tetap berfokus pada topik yang ditentukan. Dalam konteks saat ini,
Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) memiliki peran yang sangat penting
dalam berbagai sektor, termasuk pendidikan. Salah satu penerapan TIK dalam
pendidikan adalah penggunaan multimedia dan internet sebagai alat
pembelajaran. Multimedia digunakan untuk membuat modul pembelajaran yang
interaktif dan menarik, seperti penggunaan animasi, audio, dan fitur lainnya
yang dapat meningkatkan keterlibatan peserta didik. Sedangkan penggunaan
internet dalam pembelajaran diharapkan mempermudah peserta didik dalam
mengakses informasi yang diperlukan, mendorong mereka untuk aktif mencari
pengetahuan yang relevan. Meskipun ada upaya penerapan Teknologi Informasi
dan Komunikasi (TIK) dalam pendidikan di Indonesia, namun implementasinya
masih terbatas dan belum optimal.

Perkembangan Teknologi Pendidikan di Indonesia

Perkembangan teknologi yang cepat telah secara tidak langsung


mempengaruhi berbagai aspek kehidupan manusia, termasuk politik, ekonomi,
budaya, dan pendidikan. Kemajuan teknologi menjadi sesuatu yang tak
terhindarkan dalam era modern saat ini, karena semakin majunya pengetahuan
juga berdampak pada kemajuan teknologi. Kemajuan teknologi telah
menciptakan lingkungan belajar global yang terhubung melalui jaringan,
memposisikan siswa di pusat proses pembelajaran dengan akses ke berbagai
sumber belajar dan layanan elektronik.

Meskipun setiap teknologi memiliki dampak positif dan negatif, kemajuan


teknologi memberikan manfaat positif dengan memudahkan akses pengetahuan
dan referensi dalam pendidikan. Namun, perlu diingat bahwa kemajuan
teknologi juga dapat membawa dampak negatif yang perlu diwaspadai dalam
penggunaannya. Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) merupakan bagian
dari ilmu pengetahuan dan teknologi yang mencakup segala teknologi yang
terkait dengan pengelolaan informasi, seperti pengambilan, pengumpulan,
pengolahan, penyimpanan, penyebaran, dan penyajian informasi. Saat ini,
perkembangan TIK, khususnya di Indonesia, semakin pesat.

Keberadaan TIK memungkinkan kita untuk belajar dan mengakses


informasi yang dibutuhkan dari berbagai tempat, kapan pun, dan di mana pun.
Perkembangan teknologi informasi telah memberikan dampak positif yang
dirasakan dalam dunia pendidikan, karena telah menghasilkan perubahan yang
signifikan. Saat ini, jarak dan waktu tidak lagi menjadi hambatan utama dalam
mendapatkan ilmu, karena berbagai aplikasi telah tersedia untuk mempermudah
kegiatan belajar mengajar. Penggunaan teknologi dalam pendidikan di Indonesia
memberikan pengaruh positif, seperti menjadi sumber ilmu dan pusat
pendidikan. Adanya media massa, terutama media elektronik seperti internet
dan media online, serta adanya laboratorium komputer di sekolah, sangat
membantu baik guru maupun siswa dalam proses pembelajaran. Hal ini
mengakibatkan siswa tidak hanya mengandalkan guru sebagai satu-satunya
sumber pengetahuan, sehingga mereka dapat mengakses materi pelajaran
langsung dari internet.

Dengan demikian, peran guru bukan hanya sebagai pengajar, tetapi juga
sebagai pembimbing siswa dalam pembelajaran. Kemunculan metode-metode
pembelajaran baru yang memudahkan siswa dan guru merupakan hasil dari
kemajuan teknologi. Dengan perkembangan teknologi, metode-metode baru
dapat diciptakan, memfasilitasi proses pembelajaran bagi siswa dan guru.
Harapannya, dengan kemajuan teknologi ini, siswa dapat lebih baik memahami
materi-materi yang cenderung abstrak. Selain itu, sistem pembelajaran tidak lagi
terbatas pada tatap muka, karena dengan kemajuan teknologi, proses
pembelajaran dapat dilakukan tanpa harus mempertemukan siswa secara
langsung dengan guru, melainkan dapat menggunakan internet dan berbagai
teknologi lainnya.

Penerapan sistem pengelolaan data hasil penilaian dengan menggunakan


teknologi, seperti komputer, akan memberikan kemudahan bagi guru dalam
mengelola data pembelajaran. Fasilitas pendidikan dapat dipenuhi dengan cepat
melalui teknologi. Dalam konteks pendidikan, berbagai persiapan untuk proses
belajar-mengajar, seperti penggandaan soal ujian, dapat dilakukan dengan cepat
dan mudah melalui mesin fotokopi. Perkembangan teknologi memungkinkan
segala sesuatunya menjadi lebih cepat dilakukan.

Manfaat dari kemajuan teknologi termasuk membuat pembelajaran


menjadi lebih efektif dan menarik, membantu guru dalam menyajikan materi
menggunakan media visual/audio visual, meningkatkan efisiensi waktu, serta
menciptakan suasana pembelajaran yang baru. Selain dampak positifnya,
kemajuan teknologi juga membawa dampak negatif terhadap dunia pendidikan
di Indonesia. Salah satunya adalah perilaku malas belajar yang muncul pada
siswa. Meskipun kemajuan teknologi seharusnya memudahkan siswa dalam
proses pembelajaran dengan menggunakan gadget, laptop, dan internet, namun
hal ini justru dapat menyebabkan siswa menjadi malas belajar.

Banyak di antara mereka yang lebih memilih untuk menghabiskan waktu


dengan aktivitas internet yang hanya memberikan hiburan semata, seperti
bermain game online, mengakses media sosial seperti Facebook, YouTube,
Instagram, Twitter, TikTok, dan lainnya, yang semua itu dapat mengurangi minat
belajar siswa. Terjadinya pelanggaran asusila, sering kali kita melihat di televisi
maupun media cetak sangat banyak terjadi kasus pelanggaran asusila yang
dilakukan oleh pelajar ataupun korbannya adalah pelajar. Itu semua bermula
dari kemajuan teknologi baik facebook, youtube ataupun yang lainnya.

Timbulnya perilaku menyimpang, seperti adanya siswa yang hanya


menghabiskan waktu untuk bermain game online, facebook, chating, sehingga
waktu yang seharusnya digunakan belajar akan habis terbuang sia-sia
(Kristiawan, 2015). Upaya yang dapat dilakukan dalam mengatasi dampak
negatif perkembangan teknologi dalam dunia pendidikan di Indonesia antara
lain: pertama, mempertimbangkan pemakaian teknologi dan alat komunikasi
dalam pendidikan, khusunya untuk anak di bawah umur yang masih
memerlukan pengawasan ketika melakukan pembelajaran dengan teknologi
informasi; kedua, tidak menjadikan teknologi informasi dan komunikasi sebagai
media satu-satunya dalam proses pembelajaran; ketiga, pihak pendidik baik
guru, dosen, maupun orang tua memberikan pelajaran etika dalam berteknologi
agar dapat menggunakan teknologi secara bijak tanpa meninggalkan etika
(Kristiawan dkk, 2017).

Pemerintah sebagai pengendali sistem informasi dan pemangku


kepentingan, seharusnya pemerintah lebih tegas terhadap para pemilik
perusahaan seperti: facebook, instagram, youtube, twitter, dan lain-lain dengan
membuat peraturan yang membatasi akses informasi terhadap anak-anak di
bawah umur.

Hambatan dalam Perkembangan Teknologi Pendidikan di Indonesia

Perkembangan teknologi di era milenial saat ini memang membawa banyak


manfaat, terutama dalam bidang pendidikan. Oleh karena itu, banyak individu
yang berkeinginan untuk menguasai dan memanfaatkan kemajuan teknologi
tersebut. Namun, tidak dapat dipungkiri bahwa pemanfaatan TIK dalam sektor
pendidikan juga menghadapi beberapa kendala.Kendala-kendala yang dihadapi
dalam penerapan TIK di pendidikan meliputi:

a) Kurangnya pengadaan infrastruktur TIK. Hal ini disebabkan sulit


dijangkaunya beberapa daerah tertentu di Indonesia, sehingga
penyebarannya tidak merata. Masih banyak daerah yang sulit dijangkau
oleh alat transportasi. Untuk mencapai daerah yang dituju, hanya dapat
ditempuh dapat dengan jalan kaki. Sedangkan dengan berjalan kaki,
tidak memungkinkan untuk membawa berbagai peralatan multimedia.
b) Masih digunakannya perangkat multimedia bekas di lembaga-lembaga
pendidikan yang terdapat di daerah pedesaan. Perangkat multimedia
bekas ini tentunya masih menggunakan spesifikasi yang sudah
tertinggal zamannya, sehingga penggunaannya tidak mampu bersaing
dengan laju perkembangan TIK yang begitu pesat.
c) Kurangnya infrastruktur telekomunikasi dan perangkat hukum yang
mengaturnya. Sebab, Cyber Law belum diterapkan di dunia hukum
Indonesia.
d) Mahalnya biaya pengadaan dan penggunaan fasilitas TIK. Hal ini
dikembalikan lagi kepada pemerintah. Dapat kita lihat pemerintah
masih sedikit mengalokasikan dana untuk pengadaan fasilitas TIK yang
dapat menunjang pendidikan Indonesia. Sebagai contoh, pengadaan
fasilitas di daerah pedesaan masih sangat minim. Sementara di kota
sudah hampir merata, terutama di lembaga-lembaga pendidikan
unggulan.
e) Kurangnya kesiapan sumber daya manusia dalam memanfaatkan TIK
dalam pembelajaran. Pola pembelajaran yang masih mengandalkan
metode tradisional membuat sebagian besar tenaga pendidik dan peserta
didik kurang termotivasi untuk memanfaatkan sumber daya online,
meskipun infrastruktur telah tersedia. Kesulitan ini lebih sulit diatasi
karena melibatkan perubahan perilaku dan kebiasaan yang sudah
terbentuk.

Untuk mengatasi kendala tersebut, diperlukan kesadaran dari semua pihak


terkait, baik pemerintah, pendidik, maupun peserta didik, untuk meningkatkan
pemanfaatan TIK dalam proses pembelajaran. Selain itu, perlu dilakukan upaya
konkret dalam memperluas infrastruktur dan memberikan pelatihan kepada
sumber daya manusia agar lebih siap mengadopsi teknologi dalam pembelajaran.
Hambatan-hambatan pengintegrasian TIK dalam pembelajaran, dapat
disimpulkan dengan dua kelompok, yaitu:

1. Secara Fisik
Dalam segi fisik, kendala-kendala ini terutama berkaitan dengan
kurangnya infrastruktur yang memadai, terutama di sekolah-sekolah yang
terletak di daerah terpencil. Bahkan jika sarana dan prasarana sudah ada,
seringkali kualitas dan jumlah peralatan yang tersedia sangat minim. Di
banyak lembaga pendidikan pedesaan, masih umum digunakan perangkat
multimedia bekas yang spesifikasinya sudah ketinggalan zaman. Hal ini
mengakibatkan ketidakmampuan perangkat tersebut untuk menyesuaikan
dengan perkembangan TIK yang cepat.
2. Secara Non-fisik
a) Guru seringkali kurang percaya diri dalam menggunakan TIK dalam
mengajar karena takut gagal. Meskipun penggunaan ICT dalam
pembelajaran sangat direkomendasikan oleh para ahli.
b) Guru kurang memiliki kompetensi dalam menggabungkan TIK ke dalam
praktik pedagogis, yang mencakup kurangnya pengetahuan dan
keterampilan dalam penggunaan komputer serta kurangnya antusiasme
terhadap integrasi pembelajaran dengan penggunaan komputer di kelas
mereka.
c) Sikap guru dan resistensi yang melekat terhadap perubahan. Sikap dan
resistensi guru untuk mengubah tentang penggunaan strategi baru yaitu
dengan integrasi TIK dalam PBM. Hal ini dimaksudkan dengan sikap guru
bahwa penggunaan TIK dalam PBM tidak memiliki mamfaat atau
keuntungan yang jelas.

Pada Era Teknologi, Informasi, dan Komunikasi (TIK) saat ini, penggunaan
ICT di kelas menjadi sangat penting untuk meningkatkan kesempatan
keberhasilan belajar siswa dalam era informasi ini. Integrasi ICT dalam
pembelajaran dapat mengatasi berbagai hambatan yang mungkin muncul.
Meskipun guru memiliki keinginan besar untuk mengintegrasikan TIK dalam
pendidikan, mereka seringkali menghadapi berbagai hambatan dalam
melakukannya. Hambatan utama adalah:

a) Kurangnya confidence/ kepercayaan.


b) Kurangnya kompetensi
c) Kurangnya akses ke sumber daya.

Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) telah menjadi aspek yang sangat
penting dalam sebagian besar organisasi dan bisnis. Pemasangan komputer di
sekolah-sekolah dimulai pada awal tahun 1980-an, dan beberapa peneliti
mengemukakan bahwa ICT menjadi bagian integral dari pendidikan untuk
generasi mendatang. Teknologi modern (ICT) memberikan berbagai manfaat di
dunia pendidikan, seperti meningkatkan proses pengajaran dan pembelajaran di
kelas, mengakui potensi teknologi baru untuk mendukung pendidikan di seluruh
kurikulum, dan menyediakan kesempatan untuk komunikasi yang lebih efektif
antara guru dan siswa, yang sebelumnya sulit dicapai.
Upaya untuk menerapkan TIK dalam dunia pendidikan terus dilakukan.
Namun, realisasi dari potensi manfaat teknologi dalam pendidikan dirusak oleh
adanya hambatan digital. Hambatan digital mengacu pada hambatan yang
menghalangi akses, penggunaan, dan kemahiran siswa dalam menggunakan
teknologi. Hambatan ini dapat muncul dalam berbagai bentuk, dan dampaknya
sangat luas. Hambatan-hambatan digital utama meliputi: Di banyak daerah,
termasuk Jawa Tengah, siswa menghadapi hambatan terkait akses ke perangkat
digital. Sebagian besar penduduk mungkin tidak memiliki komputer pribadi atau
tablet, sehingga menyulitkan mereka untuk terlibat dalam kegiatan
pembelajaran online atau mengakses sumber daya pendidikan digital (Wiguna &
Sakti, 2012).

Akses yang tidak merata ke perangkat memperburuk kesenjangan dalam


kesempatan pendidikan. Ketersediaan dan kualitas konektivitas internet
merupakan faktor penting dalam pemanfaatan teknologi untuk Pendidikan
(Kismeina & Persada, 2022).

Banyak daerah di Jawa Tengah, terutama di daerah pedesaan dan


terpencil, memiliki infrastruktur internet yang kurang memadai, yang
menyebabkan koneksi internet menjadi lambat dan tidak dapat diandalkan. Hal
ini dapat menghambat kemampuan siswa untuk berpartisipasi dalam kelas
online dan mengakses sumber daya online secara efektif (Handayani, 2020).
Literasi digital, atau kemampuan untuk menggunakan perangkat digital dan
menavigasi lingkungan online secara efektif, adalah keterampilan mendasar bagi
pelajar abad ke-21 (Kirana, 2022).

Kemampuan literasi digital yang tidak memadai dapat menjadi hambatan


besar bagi siswa di Jawa Tengah. Kemahiran dalam menggunakan perangkat
digital tidak hanya penting untuk keberhasilan akademis, tetapi juga untuk
peluang kerja di masa depan. Tantangan lainnya adalah ketersediaan konten
pendidikan yang disesuaikan dengan konteks dan bahasa lokal. Siswa di Jawa
Tengah mungkin menghadapi kesulitan dalam mengakses konten yang relevan
dengan budaya dan kurikulum mereka. Ketiadaan konten dalam bahasa lokal
dapat menjadi hambatan yang signifikan untuk pembelajaran yang efektif.
Solusi atas Pemasalahan Perkembangan Teknologi Pendidikan di Indonesia

Untuk mengatasi kendala-kendala tersebut, diperlukan langkah-langkah


penyelesaian yang sekaligus berfungsi sebagai prasyarat keberhasilan penerapan
TIK dalam pembelajaran. Menurut Mahmud (2008:13) dalam bukunya yang
berjudul ICT Untuk Sekolah Unggul, terdapat beberapa persyaratan agar dapat
menerapkan pembelajaran berbasis teknologi informasi dan komunikasi, yaitu
tersedianya sarana prasarana yang menunjang pembelajaran berbasis TIK. Lebih
lanjut dijelaskan beberapa persyaratan yang harus dipenuhi dalam menerapkan
pembelajaran berbasis TIK yaitu sebagai berikut:

a) Guru dan siswa harus memiliki akses terhadap teknologi digital dan internet
dalam kelas, sekolah, dan lembaga pendidikan. Ini berarti sekolah harus
memiliki sarana prasarana yang memadai yang berkaitan dengan teknologi
informasi dan komunikasi, seperti tersedianya komputer/laptop, jaringan
internet, laboratorium komputer, peralatan multimedia seperti CD, DVD, dan
infocus.
b) Harus tersedia materi yang berkualitas, bermakna, dan dukungan kultural
bagi guru dan siswa. Materi-materi ini dapat berupa materi pembelajaran
interaktif yang berbantuan computer/laptop, seperti CD, DVD dan infocus
dalam pembelajaran interaktif.
c) Guru harus memiliki pengetahuan dan keterampilan dalam menggunakan
alat-alat dan sumber-sumber digital dalam kegiatan belajar mengajar agar
tercapai Standar Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM).
d) Harus tersedianya anggaran atau dana yang cukup untuk untuk
mengadakan, mengembangkan dan merawat sarana prasarana Teknologi
Informasi dan Komunikasi tersebut.
e) Dan yang tidak kalah penting adalah, adanya kemauan dan dukungan dari
semua pihak, dalam hal ini kepala sekolah, guru, dan peserta didik untuk
menerapkan pembelajaran dengan dukungan teknologi komunikasi dan
informasi tersebut.

Kesimpulan

Dalam konteks pendidikan di Indonesia, teknologi informasi dan


komunikasi (TIK) telah menjadi bagian integral dalam memperkaya pengalaman
belajar. Ruang lingkup TIK mencakup berbagai aspek, mulai dari infrastruktur
teknologi, aplikasi perangkat lunak, hingga strategi pengajaran yang inovatif.
Media pembelajaran yang menggunakan TIK dapat meningkatkan keterlibatan
siswa dan memfasilitasi akses ke sumber daya pendidikan yang lebih luas.

Meskipun perkembangan teknologi pendidikan di Indonesia mengalami


kemajuan yang signifikan, terdapat beberapa hambatan yang perlu diatasi.
Salah satunya adalah kesenjangan akses teknologi antara daerah perkotaan dan
pedesaan, serta kurangnya pelatihan bagi pendidik dalam mengintegrasikan
teknologi dalam proses pembelajaran. Untuk mengatasi tantangan ini, langkah-
langkah solutif diperlukan. Investasi yang lebih besar dalam infrastruktur
teknologi, pelatihan yang teratur bagi pendidik, serta kebijakan yang
mendukung pengembangan teknologi pendidikan dapat menjadi solusi yang
efektif. Selain itu, kolaborasi antara pemerintah, sektor swasta, dan lembaga
pendidikan juga penting untuk menciptakan ekosistem pendidikan yang
berbasis teknologi yang inklusif dan berkelanjutan.

Kesimpulannya, pengembangan teknologi pendidikan di Indonesia memiliki


potensi besar untuk meningkatkan kualitas pendidikan dan merangsang inovasi
dalam pembelajaran. Namun, untuk mencapai tujuan tersebut, perlu adanya
upaya bersama dari berbagai pihak untuk mengatasi hambatan dan mendorong
penerapan teknologi secara efektif dalam konteks pendidikan di Indonesia.

Daftar Pustaka

Arifin, Z. (2011). Penelitian Pendidikan. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya


Offset.

Asyar, R. (2012). Kreatif mengembangkan media pembelajaran. Jakarta: Gaung


Persada Press.

Aznar, A. (2011). Media pembelajaran. Jakarta: Rajawali Pers.

Badri. (2014). Makalah Pendidikan Berbasis Teknologi di akses pada


http://badry7.blogspot.com/2014/04/makalah-pendidkan-
berbasisteknologi. html# ixzz5 m5IcMZjH.

Djamarah, S. B., & Azwan, Z. (2010). Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka
Cipta. Edisi Revisi
Fitria, H. (2013). Pengembangan Strategi Problem Based Learning Pada Mata
Kuliah Strategi Belajar Mengajar. Jurnal Dosen Universitas PGRI
Palembang.

URL: https://jurnal.univpgripalembang.ac.id/index.php/prosiding/articl
e/view/1558/1363.

Kristiawan, M. (2015). A Model Of Educational Character In High School


AlIstiqomah Simpang Empat West Pesanan West Sumatera. Research
Journal Of Education, 1 (2); 15-20.

Kristiawan, M., Ahmad, S., Tobari, & Suhono, S. (2017). Desaian Pembelajaran
SMA Plus Negeri 2 Banyuasin III Berbasis Karakter Di Era Masyarakat
Ekonomi ASEAN. Jurnal Iqra (Education Journal) , Vol. 2 (2), Hal 403432.

Kristiawan, M. (2014). A Model for Upgrading Teachers Competence on


Operating Computer as Assistant of Instruction. Global Journal of
HumanSocial Science Research.

Sugiyono. (2010). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R & D. Bandung:


Alfabeta.

Choy, S. 2007. Benefit of E-learning Benchanks: Australia Case Studies. The


Electronic Journal of E-learning, Volume 5 Issue 1, PP 11-120, available
online at www.ejel.org.

Hartoyo. 2012. Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) dalam Pembelajaran


Bahasa. Semarang: Pelita Insani Semarang.
http://id.wikipedia.org/wiki/Pembelajaran _elektronik

Kristiawan, M. (2014). A Model for Upgrading Teachers Competence on


Operating Computer as Assistant of Instruction. Global Journal of
HumanSocial Science Research.

Effendi, Empy dkk. 2005. E-Learning Konsep dan Aplikasi. Yogyakarta: Andi.

Prakoso, Kukuh Setyo. 2005. Membangun E-Learning dengan Moodle.


Yogyakarta: Andi.

Sa’ud, Udin Saefudin. 2008. Inovasi Pendidikan. Bandung: Alfabeta.


Singh, G, dkk. 2005. Astudy Into The Effects of eLearning on Hinger Education.
Available online at http://www.jutlp.uow.edu.au

Anda mungkin juga menyukai