0” 2019
ABSTRAK
Makalah ini merupakan hasil kajian pustaka berhubungan dengan pembelajaran
kompetnsi kecakapan abad 21 dalam kerangka menghadapi tantangan hidup era
society 5.0. Tujuan makalah ini adalah sebagai sarana berbagi informasi kepada
para pendidik untuk melakukan kegiatan pengembangan keprofesian secara
berkelanjutan agar kompetensi keprofesian yang dimiliki tetap sesuai dengan
perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, seni dan budaya, sehingga pendidik
dapat menciptakan pembelajaran yang kreatif dan inovatif serta mengembangkan
model pembelajaran yang bermutu relevan dengan kebutuhan zaman. Makalah
ini berisi tiga pokok bahasan, yaitu peradaban society 5.0, kompetensi kecakapan
abad 21, dan model pembelajaran kompetensi kecakapan abad 21. Trilling dan
Fadel (2009) berpendapat bahwa kecakapan abad 21 terdiri tiga jenis kecakapan
utama, yaitu: (1) life and career skills, (2) learning and innovation skills, dan (3)
information media and technology skills. Kecakapan abad 21 yang
disosialisasikan oleh Dirjen Dikdasmen Kemendikbud (2017) terdiri empat jenis
kecakapan, yaitu: (1) keterampilan berpikir kritis dan pemecahan masalah (Critical
Thinking and Problem Solving Skill) (2) kecakapan berkomunikasi
(Communication Skills), (3) kreativitas dan inovasi (Creativity and Innovation), (4)
kolaborasi (Collaboration). Kompetensi kecakapan abad 21 tersebut perlu
dibelajarkan kepada peserta didik di sekolah dalam rangka menghadapi
tantangan dan tuntutan kehidupan era society 5.0. Pembelajaran kompetensi
kecakapan abad 21 dapat dilakukan dengan menggunakan model pembelajaran
berparadigma konstruktif, berpusat pada peserta didik dan berbasis eksperimen,
yaitu: inquiry training, inquiry jurisprudensi, group investigation dan project based
learning.
PENDAHULUAN
Konsep Society 5.0 adalah konsep masyarakat masa depan yang
dicita-citakan oleh pemerintah Jepang. Pemerintah Jepang mengemukakan
bahwa era Industry 4.0 lebih berfokus pada proses produksi, sedangkan
Society 5.0 lebih menekankan pada upaya menempatkan manusia sebagai
pusat inovasi (human centered) adapun kemajuan teknologi dimanfaatkan
untuk meningkatkan kualitas hidup, tanggung jawab sosial dan berkembang
keberlanjutan. Untuk menghadapi kompleksitas kondisi kehidupan
masyarakat era Society 5.0, peserta didik tidak cukup dibekali dengan
kemampuan membaca, menulis dan berhitung atau lebih dikenal dengan
sebutan “Tree R” (reading, writing, arithmetic), tetapi juga perlu dibekali
kompetensi masyarakat global atau juga disebut kecakapan ababd 21, yakni
kemampuan berkomunikasi, kreatif, berpikir kritis, dan berkolaborasi atau
dikenal dengan sebutan “Four Cs”, yaitu communicators, creators, critical
thingkers, and collaborators (National Education Association, 2012).
272
“Penguatan Pendidikan & Kebudayaan untuk Menyongsong Society 5.0” 2019
PEMBAHASAN
Konsep Peradaban Society 5.0
Dalam pertemuan tahunan forum Ekonomi Dunia 2019 di Davos,
Swiss tanggal 23 Januari 2019, Perdana Menteri Jepang Shinzo Abe
menjelaskan visi baru Jepang tentang Society 5.0 atau disebut juga Super
Smart Society. Society 5.0 didefinisikan sebagai masyarakat yang berpusat
pada manusia yang menyeimbangkan antara kemajuan ekonomi dengan
273
“Penguatan Pendidikan & Kebudayaan untuk Menyongsong Society 5.0” 2019
274
“Penguatan Pendidikan & Kebudayaan untuk Menyongsong Society 5.0” 2019
Konsep Society 5.0 bagi Indonesia merupakan suatu era yang mau
tidak mau harus dihadapi pada masa yang akan datang. Indonesia langsung
berhadapan dengan dua era canggih, yaitu era Industry 4.0 dan Society 5.0.
Kedua momentum ini harus diantisipasi dengan penguatan pendidikan dan
kebudayaan bersifat nasional sehingga nantinya akan terjadi transformasi
yang matang dengan mitigasi faktor resiko yang dapat ditimbulkan.
Permasalahan yang dihadapi oleh Jepang dan Indonesia memang berbeda,
khususnya terkait demografi penduduk, namun masalah kesehatan dan
infrastruktur yang dihadapi kurang lebih sama. Di bidang kesehatan, Society
5.0 menawarkan gagasan atau konsep bagaimana menyelesaikan masalah
jumlah harapan hidup masyarakat. Society 5.0 memberikan solusi seluruh
data kesehatan masyarakat di simpan dalam satu pusat data besar untuk
dianalisis oleh kecerdasan buatan atau Artificial Intelegence (AI), kemudian
ditindaklanjuti melalui program preventif kesehatan. Di bidang infrastruktur,
masalah tingginya dan cepatnya kerusakan infrastruktur publik yang dapat
berpotensi memperlambat kegiatan ekonomi masyarakat. Society 5.0
memberikan solusi yaitu memanfaatkan sensor dan robot untuk
menginspeksi sarana infrastruktur dan sanitasi yang rusak. Dengan
menggunakan kecerdasan buatan dapat mengidentifikasi, mana infrastruktur
dasar yang prioritas diperbaiki dengan merujuk pada aktivitas ekonomi
masyarakat pengguna sarana prasarana. Sedangkan untuk dibidang
distribusi barang yang lambat akibat sistem transportasi yang padat dan
belum disertai dengan infrastruktur jalan yang ideal, solusi yang ditawarkan
Society 5.0 adalah dengan menerapkan sistem transportasi barang dengan
memanfaatkan teknologi Drone sebagai alternatif sarana distribusi barang.
Indonesia harus siap menghadapi berbagai tantangan sekaligus
peluang era Society 5.0 yang penuh dengan perkembangan teknologi
canggih agar tetap dapat menggapai cita-cita dan tujuan bangsa, yakni
mencerdaskan kehidupan bangsa. Untuk menggapai tujuan tersebut,
terdapat dua faktor penting yang dapat menentukan arah kemana suatu
bangsa akan berjalan, yakni Pendidikan dan Kebudayaan (Sriyadi, 2019).
Pendidikan dan kebudayaan dapat diibaratkan sebagai suatu roda yang
saling terhubung satu sama lainnya. Pendidikan sebagai sarana untuk
mempersiapkan aspek intelektual anak bangsa, sedangkan kebudayaan
sebagai sarana memperkuat aspek “soft skill” sehingga terbentuk manusia-
manusia unggul yang siap menghadapi kehidupan masyarakat era Society
5.0. Penguatan pendidikan dalam rangka pembentukan intelektual bangsa
merupakan kewajiban dan tugas mulian lembaga-lembaga pendidikan formal
maupun pendidikan non formal.
Lembaga pendidikan sebagai pencetak sumber daya manusia, untuk
menghadapi era society 5.0 ke depan perlu memiliki rancangan kurikulum
yang bermuatan kompetensi berupa kecakapan yang dibutuhkan masyarakat
Society 5.0 dan era Industry 4.0. Era Industry 4.0 lebih dominan ke aspek
teknologinya, bukan pada manusia sebagai pusatnya, Artificial Intelegence
(AI) dan Internet of Things (IoT) dimanfaatkan sebagai perangkat bantuan
untuk manusia agar hidup lebih berkualitas. Jangan sampai terbalik, manusia
menjadi korban kecanggihan teknologi, diantaranya muncul gejala tidak lagi
mampu berpikir kritis dan percaya sepenuhnya pada kemampaun teknologi.
275
“Penguatan Pendidikan & Kebudayaan untuk Menyongsong Society 5.0” 2019
276
“Penguatan Pendidikan & Kebudayaan untuk Menyongsong Society 5.0” 2019
277
“Penguatan Pendidikan & Kebudayaan untuk Menyongsong Society 5.0” 2019
278
“Penguatan Pendidikan & Kebudayaan untuk Menyongsong Society 5.0” 2019
efektif dalam berbagai bentuk dan isi secara lisan, tulisan, dan multimedia
(ICT Literacy). Kompetensi kecakapan berkomunikasi diantaranya seperti
berikut ini.
a) Menggunakan kemampuan untuk mengutarakan ide-idenya, baik itu
pada saat berdiskusi, di dalam dan di luar kelas, maupun tertuang
pada tulisan.
b) Menggunakan bahasa lisan yang sesuai konten dan konteks
pembicaraan dengan lawan bicara atau yang diajak berkomunikasi.
c) Selain itu dalam komunikasi lisan diperlukan juga sikap untuk dapat
mendengarkan, dan menghargai pendapat orang lain, selain
pengetahuan terkait konten dan konteks pembicaraan.
d) Menggunakan alur pikir yang logis, terstruktur sesuai dengan kaidah
yang berlaku.
e) Dalam abad 21 komunikasi tidak terbatas hanya pada satu bahasa,
tetapi kemungkinan multi-bahasa.
Collaboration (Kolaborasi)
Kecakapan kolaborasi dalam proses pembelajaran merupakan suatu
bentuk kerjasama dengan satu sama lain saling membantu dan melengkapi
untuk melakukan tugas-tugas tertentu agar diperoleh suatu tujuan yang telah
ditentukan. Kompetensi terkait dengan kecakapan kolaborasi dalam
pembelajaran antara lain sebagai berikut.
a) Memiliki kemampuan dalam kerjasama berkelompok.
b) Beradaptasi dalam berbagai peran dan tanggungjawab, bekerja
secara produktif dengan yang lain.
c) Memiliki empati dan menghormati perspektif berbeda.
d) Mampu berkompromi dengan anggota yang lain dalam kelompok demi
tercapainya tujuan yangbtelah ditetapkan.
279
“Penguatan Pendidikan & Kebudayaan untuk Menyongsong Society 5.0” 2019
280
“Penguatan Pendidikan & Kebudayaan untuk Menyongsong Society 5.0” 2019
281
“Penguatan Pendidikan & Kebudayaan untuk Menyongsong Society 5.0” 2019
282
“Penguatan Pendidikan & Kebudayaan untuk Menyongsong Society 5.0” 2019
283
“Penguatan Pendidikan & Kebudayaan untuk Menyongsong Society 5.0” 2019
284
“Penguatan Pendidikan & Kebudayaan untuk Menyongsong Society 5.0” 2019
Menilai semua proses Menilai semua proses pengerjaan proyek yang dilakukan oleh tiap pelajar
pengerjaan proyek berdasar pada partisipasi dan produktivitasnya dalam pengerjaan proyek.
Adaptasi dari: Trisna Sastradi. (2013:3-7)
Sistem sosial yang dikembangkan oleh peserta didik dalam tim adalah
merencanakan, mengorganisasikan, negosiasi, dan membuat konsensus
tentang tugas yang dikerjakan, siapa yang mengerjakan apa, dan bagaimana
mengumpulkan informasi yang dibutuhkan dalam berinvestigasi.
Keterampilan yang akan dikembangkan peserta didik merupakan
keterampilan yang esensial sebagai landasan untuk keberhasilan proyek
mereka. Keterampilan-keterampilan yang dikembangkan melalui kolaborasi
dalam tim menyebabkan pembelajaran menjadi aktif, di mana setiap individu
memiliki keterampilan yang bervariasi sehingga setiap individu mencoba
menunjukkan keterampilan yang mereka miliki dalam kerja tim mereka.
Prinsip reaksi yang dikembangkan guru adalah pembelajaran secara
aktif dapat memimpin peserta didik ke arah peningkatan keterampilan dan
kinerja ilmiah. Kinerja ilmiah tersebut mencakup prestasi akademis, mutu
interaksi hubungan antar pribadi, rasa harga diri, persepsi dukungan sosial
lebih besar, dan keselarasan antar para peserta didik.
Dampak model pembelajaran berbasis proyek adalah memberikan
kebebasan kepada peserta didik untuk merencanakan aktivitas belajar,
melaksanakan proyek secara kolaboratif, dan pada akhirnya menghasilkan
produk kerja yang dapat dipresentasikan kepada orang lain. Peserta didik
terdorong lebih aktif dalam belajar sehingga dapat meningkatkan kinerja
ilmiah peserta didik, sedangkan guru hanya sebagai fasilitator dan
mengevaluasi proses dan produk hasil kinerja peserta didik meliputi outcome
yang mampu ditampilkan dari hasil proyek yang dikerjakan.
KESIMPULAN
Era society 5.0 secara langsung atau tidak langsung akan
berpengaruh pada segala bidang kehidupan, di bidang pendidikan harus
diperkuat dengan melakukan perubahan kompetensi yang dibelajarkan
kepada peserta didik dan menerapkan model-model pembelajaran inovatif di
sekolah. Kompetensi kecakapan abad 21 yaitu meliputi kreatif, kritis,
fleksibel, terbuka, inovatif, tangkas, kompetitif, peka terhadap masalah,
menguasai informasi, mampu bekerja dalam “team work” lintas bidang, dan
beradaptasi terhadap perubahan merupakan kompetensi penting untuk
dibelajarkan kepada peserta didik untuk menghadapi tantangan dan tuntutan
hidup di era society 5.0 yang akan datang. Model pembelajaran yang
menekankan pada proses deduksi, proses transfer pengetahuan oleh guru
kepada peserta didik tidak mampu lagi menjangkau percepatan perubahan
yang terjadi. Model pembelajaran berparadigma konstruktif, berpusat pada
peserta didik dan berbasis eksperimen merupakan pilihan model strategis
untuk mempersiapkan peserta didik menjadi warga unggul hidup dalam
285
“Penguatan Pendidikan & Kebudayaan untuk Menyongsong Society 5.0” 2019
DAFTAR RUJUKAN
Arends, R. I. 1998. Learning to teach. Singapore: Mc Graw-Hill book
Company.
Bell, B.F. 2005. “Children’s Science, Contructivism and Learning in
Science”. Tersedia pada: http://www.gsn.org/web/ontructivism
/whatis.htm.
Burden, P. R., & Byrd, D. M. 1996. Method for effective teaching, second
edition. Boston: Allyn and Bacon.
Doppelt, Y. 2005. “Assessment of Project-Based Learning”. International
Journal of Technology Education, Volume16, Nomor 2. Tersedia pada:
http://scholar.lib.vt.edu/ejournals/JTE/v16n2/pdf/doppelt.pdf. diakses 18
September 2019
Eng. Ansarullah Lawi. 2019. Society 5.0 Solusi Masa Depan Dunia
http://hotnewsbatam.com/2019/02/19/society-5-0-solusi-masa-depan-dunia/,
diakses 15 September 2019
Fatur Rahman. 29 Januari 2019. Society 5.0: Konsep Peradaban Masa
Depan
https://medium.com/hmif-itb/society-5-0-konsep-peradaban-masa-depan-
d1b29ebbac9e, diakses 26 September 2019
Gunter, M. A., Estes, T. H., & Schwab, J. H. 1990. Instruction: A models
approach. Boston: Allyn and Bacon.
Irianto, D. 2017. Industry 4.0; The Challenges of Tomorrow. Seminar
Nasional Teknik Industri, Batu-Malang.
Joyce, B., & Weil, M. 2013. Models of teaching. New Jersey: Prentice-Hall,
Inc.
Kemendikbud. 2017. Implementasi kecakapan abad 21 Kurikulum 2013 di
Sekolah Menengah.
Krulik, S., & Rudnick, J. A. 1996. The new sourcebook for teacing reasoning
and problem solving in Junior and Senior High School. Boston: Allyn
and Bacon.
Lee, J., Lapira, E., Bagheri, B., Kao, H., (2013). Recent Advances and
Trends in Predictive Manufacturing Systems in Big Data Environment.
Manuf. Lett. 1 (1), 38–41.
286
“Penguatan Pendidikan & Kebudayaan untuk Menyongsong Society 5.0” 2019
287