Anda di halaman 1dari 8

Nama Mahasiswa : Rara Ayu Mutiara Febrian

NIM : 235130100111039

Fakultas : Fakultas Kedokteran Hewan

Cluster : 33

TANTANGAN PENDIDIKAN DI ABAD 21

Perkembangan di abad 21 di tandai dengan banyak sekali perubahan-perubahan


yang mendasar dalam aspek kehidupan manusia. Hilangnya batas-batas geografis
akibat adanya globalisasi dan perkembangan ilmu pengetahuan terutama di
bidang teknologi informasi dan komunikasi yang sangat cepat. Dunia saat ini
ibarat suatu perkampunngan raksasa dimana penduduknya bisa dengan mudah
berinteraksi, berkomunikasi dan bertransaksi kapan saja serta dari dan dimanapun
mereka berada. Dampak yang ditimbulkan dari adanya perubahan lingkungan dan
dunia bisa diperhatikan dari beberapa fenomena seperti ; 1. Mengalirnya berbagai
sumber daya alam dari satu tempat ke tempat lainnya secara bebas dan terbuka,
2. Meningkatnya kolaborasi dan kerjasama antar manusia dan bangsa dalam
berbagai proses produksi barang yang berdaya saing tinggi secara langsung
maupun tidak langsung telah mampu menggeser kekuatan ekonomi dunia, 3.
Membanjirnya produk-produk dan jasa-jasa dari luar negeri yang dipasarkan di
dalam negeri dapat meningkatkan suhu persaingan dunia usaha juga mampu
merubah pola pikir dan prilaku masyarakat dalam menjalankan kehidupannya
sehari-hari, 4. Masuknya tenaga kerja asing dari mulai level buruh hingga tenaga
eksekutif pada bursa tenaga kerja nasional telah menempatkan para tenaga kerja
lokal pada posisi yang cukup dilematis dimata dunia industry sebagai
penggunanya. Hal ini disebabkan oleh kualitas sumber daya manusia tenaga kerja
lokal relative masih rendah dibandingkan mereka para tenaga kerja asing.
Keadaan ini telah memicu munculnya kesenjangan antara tenaga kerja asing
dengan tenaga kerja lokal yang pada akhirnya menimbulkan ketidakharmonisan
dalam kehidupan bermasyarakat.

Pendidikan pada abad 21 memiliki tujuan untuk mewujudkan cita-cita bangsa yaitu
masyarakat bangsa Indonesia yang sejahtera, bahagia dengan kedudukan yang
terhormat dan setara dengan bangsa lain dalam dunia global, melalui
pembentukan masyarakat yang terdiri dari sumber daya manusia yang berkualitas
yaitu pribadi yang mandiri, berkemauan dan berkemampuan untuk mewujudkan
cita-cita bangsanya. Sejalan dengan hal itu, Kementrian pendidikan dan
kebudayaan merumuskan bahwa paradigm pembelajaran pada abad 21
menekankan kemampuan pada peserta didik dalam mencari tahu dari berbagai
sumber, merumuskan permasalahan, berpikir analitis dan kerjasama serta
berkolaborasi dalam memecahkan masalah.

Pada abad 21 memiliki kekhususan yang utama di antaranya ; Yang pertama


terwujudnya masyarakat global yang menjadi kesepakatan antar bangsa, yaitu
terbukanya mobilitas yang lebih luas antara satu negara dengan negara lain dalam
banyak hal. Yang kedua abad 21 akan lebih banyak dikuasai oleh perkembangan
ilmu pengetahuan dan teknologi yang semakin canggih dan berpadu dengan ilmu
social serta humaniora. Agar mampu bersaing dalam kehidupan global tentu harus
mampu mempunyai penguasaan yang cukup atas sains dan humaniora serta
perkembangannya. Pada abad ini masing-masing cabang ilmu tidak lagi harus
bekerja sendiri melainkan berbagai cabang ilmu bisa bekerjasama bukan hanya
sesame kelompok sains, teknologi atau sains social dan humaniora saja,
melainkan banyak hal antara beberapa kelompok cabang ilmu.

Walaupun perkembangan sains dan teknologi canggih merupakan konsumsi


pembelajaran di perguruan tinggi namun tentu kesiapan dari mahasiswa untuk
menyerapnya sangat ditentukan oleh hasil pendidikan pada jenjang sebelumnya,
mulai dari jenjang pendidikan dasar hingga jenjang pendidikan menengah bahkan
mulai pendidikan anak usia dini. Dengan demikian rangkain setiap jenjang
pendidikan sekurang-kurangnya mulai jenjang pendidikan dasar hingga perguruan
tinggi haruslah merupakan rantai yang masing-masing rantai terdiri dari mata
rantai dengan ciri khasnya dan semua itu tersambung secara utuh. Berbagai
upaya dalam rangka peningkatan mutu pendidikan pun harus senantiasa dilakukan
baik itu berupa perubahan atau redesain kurikulum, pendekatan pembelajaran,
penataan materi isi atau konten, serta penentuan kompetensi yang senantiasa
disesuaikan dengan perkembangan situasi dan kondisi serta era yang terjadi.
Upaya peningkatan mutu pendidikan memerlukan kerja keras dari kita
semua,kemauan yang tinggi serta komitmen terhadap tugas dan pekerjaan harus
kita miliki, mengingat upaya peningkatan mutu pendidikan membutuhkan banyak
inovasi harus diciptakan, kreativitas harus ditumbuhkembangkan dengan segala
konsekuensi dan keuntungannya.

Tiga konsep pendidikan abad 21 telah diadaptasi oleh Kementrian Pendidikan dan
Kebudayaan Republik Indonesia untuk mengembangkan kurikulum jenjang
sekolah dasar sampai menengah. Ketiga konsep tersebut adalah 21st Century
Skills (Trilling dan Fadel, 2009), scientific approach (Dyer et al., 2009) dan
authentic learning dan authentic assesment (Wiggins dan Mc. Tighe, 2011).
Selanjutnya ketiga konsep tersebut diadaptasi untuk mengembangkan pendidikan
menuju Indonesia Kreatif tahun 2045. Indonesia Kreatif ini didukung oleh hasil
penelitian yang menunjukkan adanya pergeseran pekerjaan di masa datang.
Piramid pekerjaan di masa datang menunjukkan bahwa jenis pekerjaan tertinggi
adalah pekerjaan kreatif. Sedangkan pekerjaan rutin akan diambil alih oleh
teknologi robot dan otomasi. Pekerjaan kreatif ini membutuhkan intelegensia dan
daya kreativitas manusia untuk menghasilkan produk-produk kreatif dan inovatif.
Suatu studi yang dilakukan oleh Trilling dan Fadel (2009) juga menunjukkan
bahwa tamatan sekolah menengah dan perguruan tinggi masih kurang kompeten
dalam hal, komunikasi lisan maupun tulisan, berfikir kritis dan mengatasi masalah,
etika bekerja dan profesionalisme, bekerja secara tim dan berkolaborasi, bekerja di
dalam kelompok yang berbeda, menggunakan teknologi dan manajemen projek
dan kepemimpinan. Perubahan besar dalam berbagai aspek kehidupan
masyarakat ini membutuhkan perhatian yang cermat oleh para ahli. Dari seluruh
aspek perubahan yang terjadi manusia menjadi faktor terpenting karena
merupakan pelaku utama dari berbagai proses dan aktivitas kehidupan. Oleh
karena itu maka berbagai negara di dunia berusaha untuk mendefinisikan
karakteristik manusia abad 21 yang dimaksud. Berdasarkan Trilling dan Fadel
(2009) dalam bukunya yang berjudul 21st Century Skills: Learning for Life in Our
Times, terdapat beberapa kompetensi dan/atau keahlian yang harus dimiliki oleh
sumber daya manusia abad 21. Secara umum keterampilan abad 21 terbagi
kepada tiga keterampilan, yaitu Learning and Innovation Skills (Keterampilan
Belajar dan Berinovasi), Information, Media, and Technology Skills (Keterampilan
Teknologi dan Media Informasi) dan Life and Career Skills (Keterampilan Hidup
dan Berkarir). Ketiga keterampilan tersebut dirangkum dalam sebuah skema yang
disebut dengan pelangi pengetahuan dan keterampilan abad 21 (The 21st century
knowledge-and-skills rainbow).

(1) Learning and Innovation Skills


Fokus pertama dari keterampilan abad 21 adalah keterampilan belajar dan
berinovasi yang meliputi: Critical thinking and problem solving/berfikir kritis dan
memecahkan masalah, Communication and collaboration/komunikasi dan
kolaborasi, dan Creativity and innovation/kreativitas dan inovasi.

(2) Information, Media, and Technology Skills


Keterampilan kedua yang harus dimiliki pada kategori ini adalah literasi media. Di
abad 21 ini, peserta didik perlu memahami cara terbaik menerapkan sumber media
yang tersedia untuk pembelajaran dan menggunakannya untuk menciptakan
komunikasi yang menarik dan efektif. Menurut Center for Media Literacy,
kemampuan literasi media memberikan “kerangka untuk mengakses,
menganalisis, mengevaluasi dan menciptakan pesan dalam berbagai bentuk,
membangun pemahaman tentang peran media dalam masyarakat serta
mengembangkan keterampilan penting dari inkuiri”. Keterampilan selanjutnya
adalah literasi TIK. Teknologi informasi dan komunikasi atau TIK merupakan
sarana yang penting di abad 21. Saat ini, dunia internasional telah berusaha
menerapkan teknologi ke dalam berbagai segi kehidupan termasuk dalam bidang
pendidikan. Maka dari itu, agar peserta didik mempunyai keterampilan TIK mereka
harus mampu menggunakan teknologi sebagai alat untuk meneliti, mengevaluasi
dan mengkomunikasikan informasi.

(3) Life and Career Skills


Keterampilan hidup dan berkarir meliputi Flexibility and Adaptability/fleksibilitas
Di era saat ini, perubahan sangat sering terjadi dan begitu besar. Kemampuan
beradaptasi dan fleksibel merupakan keterampilan yang penting untuk belajar,
bekerja dan hidup berbangsa dan bernegara. Perkembangan cepat perubahan
teknologi memaksa kita untuk beradaptasi dengan cepat terhadap cara
berkomunikasi, belajar, bekerja dan hidup. Kemampuan beradaptasi dan fleksibel
dapat dipelajari dengan cara peserta didik bekerja dalam suatu kelompok untuk
mengerjakan projek yang menantang. Mereka akan saling terlibat dalam proses
pemecahan masalah dan saling menyampaikan pendapatnya untuk suatu
permasalahan. Hal tersebut akan membimbing peserta didik untuk beradaptasi
dan bersikap fleksibel dalam kondisi yang baru.
Hari ini peserta didik harus mempersiapkan diri menyongsong perkembangan
abad 21. Peserta didik perlu mengembangkan lagi kemampuan inisiatif dan
pengaturan diri. Melalui kemampuan tersebut peserta didik harus mampu:
menentukan tujuan dengan kriteria kebehasilan yang nyata, mulai dari jangka
pendek sampai jangka panjang dan mampu memanfaatkan waktu secara
efisien,bekerja secara mandiri tanpa perlu harus diawasi,menanamkan dalam diri
bahwa belajar sebagi proses seumur hidup.

Kemampuan untuk bekerja secara efektif dan kreatif dengan anggota tim dan
teman sekelas tanpa memandang perbedaan dalam budaya dan gaya hidup
adalah keterampilan hidup abad ke 21 yang penting. Memahami dan
mengakomodasi perbedaan budaya dan sosial dan menggunakan perbedaan-
perbedaan ini untuk menghasilkan ide-ide dan solusi yang lebih kreatif untuk
masalah merupakan hal penting di abad 21.
Kecakapan hidup dan karier yang diuraikan sangat penting untuk bekerja dan
belajar di abad 21. Meskipun keterampilan ini sudah ada sejak lama, namun hal ini
tetap menjadi fokus perhatian untuk menjalani kehidupan saat ini bahkan untuk
kehidupan yang akan datang.
Kecakapan-kecakapan yang harus dimiliki peserta didik menjadi tantangan
tersendiri bagi guru. Tuntutan dunia international terhadap tugas guru memasuki
abad 21 tidaklah ringan. Guru diharapkan mampu dan dapat menyelenggarakan
proses pembelajaran yang bertumpu dan melaksanakan empat pilar belajar yang
dianjurkan oleh Komisi Internasional UNESCO untuk pendidikan, yaitu:
1. Learning to know (Belajar untuk Mencari Tahu)
Belajar untuk mencari tahu terkait dengan cara mendapatkan pengetahuan melalui
penggunaan media atau alat yang ada. Media bisa berupa buku, orang, internet,
dan teknologi yang lainnya.
2. Learning to do (Belajar untuk Mengerjakan)
Belajar untuk melakukan atau berkarya, hal ini tidak terlepas dari belajar
mengetahui karena perbuatan tidak terlepas dari ilmu pengetahuan. Belajar untuk
berkarya merupakan upaya untuk senantiasa melakukan dan berlatih keterampilan
untuk keprofesionalan dalam bekerja. Terkait dengan pembelajaran di dalam
kelas, maka belajar untuk mengerjakan ini sangat diperlukan latihan keterampilan
bagaimana peserta didik dapat menggunakan pengetahuan tentang konsep atau
prinsip mata pelajaran tertentu dalam mata pelajaran lainnya atau dalam
kehidupan sehari-hari.
3. Learning to be (Belajar untuk Menjadi Pribadi)
Belajar untuk menjadi atau berkembang utuh, berkaitan dengan tuntutan
kehisupan yang semakin kompleks sehingga dibutuhkan suatu karakter pada diri
sendiri. Belajar menjadi pribadi yang berkembang secara optimal yang memiliki
kesesuaian dan keseimbangan pada kepribadiannya baik itu moral, intelektual,
emosi, spiritual, maupun sosial, sehingga dalam pembelajaran guru memiliki
kewajiban untuk mengembangkan potensi sesuai dengan bakat dan minatnya agar
peserta didik dapat menentukan pilihannya.
4. Learning to live together (Belajar untuk Hidup Berdampingan)
Hal ini sangat penting karena masyarakat yang beragam, baik dilihat dari latar
belakang, suku, ras, agama atau pendidikan. Pada pembelajaran peserta didik
harus memahami bahwa keberagaman tersebut bukan untuk dibeda-bedakan,
melainkan dipahami bahwa keberagaman tersebut tergabung dalam suatu
lingkungan masyarakat. Oleh karena itu, saling membantu dan menghargai satu
sama lain sangat diperlukan agar tercipta masyarakat yang tertib dan aman,
sehingga individu dapat belajar dan hidup dalam kebersamaan dan kedamaian.
Jika dicermati keempat pilar tersebut menuntut seorang guru untuk kreatif, bekerja
secara tekun dan harus mampu dan mau meningkatkan kemampuannya.
Berdasarkan tuntutan tersebut seorang guru akhirnya dituntut untuk berperan lebih
aktif dan lebih kreatif. Guru tidak hanya menguasai ilmu pengetahuan sebagai
produk, tetapi terutama sebagai proses. Guru harus memahami disiplin ilmu
pengetahuan yang ia tekuni sebagai ways of knowing. Guru harus mengenal
peserta didik dalam karakteristiknya sebagai pribadi yang sedang dalam proses
perkembangan, baik cara pemikirannya, perkembangan sosial dan emosional
maupun perkembangan moralnya. Guru harus memahami pendidikan sebagai
proses pembudayaan sehingga mampu memilih model belajar dan sistem evaluasi
yang memungkinkan terjadinya proses sosialisasi berbagai kemampuan, nilai,
sikap dalam proses mempelajari berbagai disiplin ilmu.
Menurut International Society for Technology in Education karakteristik
keterampilan guru abad 21 dimana era informasi menjadi ciri utamanya, membagi
keterampilan guru abad 21 ke dalam lima kategori, yaitu: mampu memfasilitasi dan
menginspirasi belajar dan kreatifitas peserta didik, merancang dan
mengembangkan pengalaman belajar dan penilaian era digital, menjadi model
cara belajar dan bekerja di era digital, mendorong dan menjadi model tanggung
jawab dan masyarakat digital, serta berpartisipasi dalam pengembangan dan
kepemimpinan professional.
Menyadari akan tingginya tuntutan kemampuan sumber daya manusia di abad 21,
maka sistem serta model pendidikan pun harus mengalami transformasi. Telah
banyak literatur yang merupakan buah pemikiran dan hasil penelitian yang
membahas mengenai hal ini, bahkan beberapa model pendidikan yang sangat
berbeda telah diterapkan oleh sejumlah sekolah di berbagai belahan dunia.
Sehingga terjadi pergeseran tata cara penyelenggaraan kegiatan pendidikan dan
pembelajaran di dalam kelas atau lingkukan sekitar lembaga pendidikan tempat
peserta didik menimba ilmu.
Daftar Pustaka

Trilling dan Fadel. (2009). 21st Century Skills: Learning for Life in Our Times,

Dyer et al.. (2009). Scientific approach

Wiggins dan Mc. Tighe, (2011). Authentic learning dan authentic assesment

Center for Media Literacy, kemampuan literasi media

Komisi Internasional UNESCO untuk pendidikan

International Society for Technology in Education. karakteristik keterampilan guru abad 21

Anda mungkin juga menyukai