Anda di halaman 1dari 14

SKENARIO PEMBELAJARAN BERBASIS SCL DAN CTL SERTA

DIKOMBINASIKAN DENGAN KETERAMPILAN 4C DISESUAIKAN


DENGAN PERKEMBANGAN INDUSTRI ABAD 21

Oleh :
I Gede Wiratmaja,ST.,MT
Prodi Pendidikan Teknik Mesin

1. Pengertian Skenario
Pengertian secara umum, skenario adalah urutan cerita yang disusun oleh seseorang
agar suatu peristiwa terjadi sesuai yang diinginkan. Dalam pengertian khusus, skenario adalah
naskah cerita yang ditulis dengan istilah-istilah kamera yang digunakan sebagai panduan
untuk pembuatan sebuah tayangan ( film, sinema , elektronik/sinetron drama).
Menurut Peter Scwartz, skenario adalah a tool for ordering one’s perseption about
alternative future environments in which one’s decision might be played out right. Jadi
skenario adalah sebuah gambaran yang konsisten tentang berbagai kemungkinan (keadaan)
yang dapat terjadi di masa yang akan datang. Jika melihat definisi di atas maka dapat
dijabarkan bahwa skenario bukanlah sebuah forecasting (ramalan) dalam pengertian bahwa
skenario bukanlah sebuah proyeksi masa depan dari data yang ada pada masa kini. Skenario
juga bukan sebuah visi (vision) atau kondisi masa depan yang diinginkan.

2. Pengertian Pembelajaran
Pengertian pembelajaran sangat luas, ada beberapa pengertian pembelajaran dari
beberapa sumber yakni : Pembelajaran adalah proses komunikatif-interaktif antara sumber
belajar, dosen dan mahasiswa saling bertukar informasi. Pembelajaran adalah suatu kombinasi
yang tersusun meliputi unsur-unsur manusiawi, material, fasilitas, perlengkapan, dan prosedur
yang saling mempengaruhi mencapai tujuan pembelajaran (Oemar Hamalik, 1995:57).
Pembelajaran secara etimologis dalam kamus bahasa Indonesia, berasal dari kata “ajar
dan belajar”, ajar berarti petunjuk yang diberikan kepada orang lain agar diketahui. Secara
terminologis belajar adalah berusaha memperoleh kepandaian ilmu, membaca dan berlatih
atau berubah tingkah laku atau tanggapan yang disebabkan oleh pengalaman.

1
Tabrani berpendapat bahwa “Pembelajaran pada dasarnya adalah proses
mengkoordinasikan sejumlah tujuan, bahan, metode alat dan penilaian. “Pembelajaran adalah
proses cara menjadikan orang atau makhluk hidup belajar, atau proses interaksi antara peserta
didik dengan lingkungannya, sehingga terjadi pengaruh prilaku kearah yang lebih baru. Bagne
dalam bukunya Margaret E. Bell Bliedier mengungkapkan bahwa “Pembelajaran diartikan
sebagai cara dari dosen guna mendukung terjadinya kegiatan belajar yang dilakukan
mahasiswa”.

3. Proses Pembelajaran
Komponen pembelajaran meliputi input, proses, output, outcome, dan
impact. Input terdiri dari mahamahasiswa (dengan berbagai atribut yang melekat padanya),
kurikulum, dan fasilitas (dosen, gedung, laboratorium, perpustakaan, dana). Proses
pembelajaran melibatkan mahamahasiswa, dosen, staf pendukung, kurikulum, fasilitas, dan
peluang. Output dapat diukur dari IPK, proporsi lulusan, lama studi, dan waktu tunggu untuk
memperoleh pekerjaan.
Pembelajaran abad 21 menjadi fokus nasional dalam memajukan pendidikan di
Indonesia. Abad 21 dikenal sebagai masa pengetahuan (knowledge age), pada era ini
pemenuhan kebutuhan manusia berbasis pengetahuan. Abad ini ditandai dengan (1)
banyaknya informasi yang tersedia dimana saja dan dapat diakses kapan saja; (2) komputasi
yang semakin cepat; (3) otomasi yang mulai menggantikan pekerjaan-pekerjaan rutin; (4)
komunikasi yang dapat dilakukan dimana saja, kapan saja dan kemana saja (Litbang
Kemendikbud, 2013).
Pada abad ini pendidikan menjadi fokus utama dalam upaya menjamin kualitas
mahasiswa yang memiliki kecakapan dan keterampilan dalam belajar, berinovasi,
menggunakan teknologi, memilih media informasi, berpikir secara tepat dan menentukan
sumber informasi yang sesuai. Hal tersebut perlu didukung dengan gaya pembelajaran yang
sesuai dengan perubahan paradigma dan kebutuhan pada abad 21 ini. Kemendikbud
merumuskan bahwa paradigma pembelajaran abad 21 menekankan pada kemampuan
mahasiswa dalam mencari tahu informasi dari berbagai sumber, merumuskan permasalahan,
berpikir analitis dan kerjasama serta kolaborasi dalam menyelesaikan masalah.
Definisi atau pengertian keterampilan abad 21 tersebut di atas disampaikan dengan
cara berbeda, namun penekannya pada: berpikir kompleks atau tingkat tinggi (kreativitas,

2
metakognisi), komunikasi, kolaborasi dan lebih menuntut mengajar dan belajar daripada
menghafal.
Sesuai dengan yang disampaikan Roekel (tanpa tahun) keterampilan abad 21 yang
harus dikuasai oleh mahasiswa adalah 4C yaitu:
1. Comunication (Komunikasi)
Pada keterampilan ini peserta didik dituntut mampu secara efektif menganalisa dan
memproses sumber informasi termasuk mengidentifikasi keakuratan sumber informasi
dan memanfaatkan sumber informasi secara efektif. Pemanfaatan media komunikasi
modern membuat pembelajaran lebih efektif; keterampilan komunikasi membuat
pengajaran lebih kuat. Keterampilan komunikasi lisan dan tertulis memberi kontribusi
pengembangan karier di abad 21.
2. Collaborative (Kolaborasi)
Adalah kemampuan berkolaborasi atau bekerja sama, saling bersinergi, beradaptasi dalam
berbagai peran dan tanggungjawab; bekerja secara produktif dengan yang lain;
menempatkan empati pada tempatnya; menghormati perspektif berbeda. Kolaborasi juga
memiliki arti mampu menjalankan tanggung jawab pribadi dan fleksibitas secara pribadi,
pada tempat kerja, dan hubungan masyarakat; menetapkan dan mencapai standar dan
tujuan yang tinggi untuk diri sendiri dan orang lain; memaklumi kerancuan.
3. Critical Thinking and Problem Solving (berpikir kritis dan pemecahanan masalah)
Murdoch University (2008) mengutip pendapat Ennis, berpikir kritis adalah suatu proses,
yang berfokus pada mengambil keputusan yang layak tentang apa yang dipercaya dan
dilakukan. Berpikir kritis menurut AMSC (Mahanal, 2009) digambarkan sebagai
ketertiban mengarahkan pikiran diri sendiri yang menunjukkan keterampilan-
keterampilan intelektual dan kemampuan metakognisi.
4. Creativity And Innovation (Kreatifitas dan Inovasi)
Kreativitas juga didefinisikan sebagai kemampuan seseorang dalam menciptakan
penggabungan baru. Kreativitas akan sangat tergantung kepada pemikiran kreatif
seseorang, yakni proses akal budi seseorang dalam menciptakan gagasan baru. Kreativitas
yang bisa menghasilkan penemuan-penemuan baru (dan biasanya bernilai secara
ekonomis) sering disebut sebagai inovasi.
Di berbagai kesempatan, kita sudah sering mendengar beberapa pakar menjelaskan
pentingnya penguasaan 4C sebagai sarana meraih kesuksesan, khususnya di Abad 21, abad di

3
mana dunia berkembang dengan sangat cepat dan dinamis. Penguasaan keterampilan abad 21
sangat penting, 4C adalah jenis softskill yang pada implementasi keseharian, jauh lebih
bermanfaat ketimbang sekadar pengusaan hardskill.

Gambar 1. Taksonomi Bloom

Mahasiswa bukan hanya diarahkan untuk bisa mengetahui, memahami, dan


mengaplikasikan (C1 s.d. C3), tetapi juga mampu untuk menganalisis, mengevaluasi, hingga
mencipta atau membuat karya (C4 s.d. C6). Apalagi saat ini para mahasiswa yang disebut
sebagai generas millennial atau generasi Z (Gen Z) bukan hanya perlu diberikan kemampuan
abad 21 atau yang disebut HOTS, tetapi juga kemampuan untuk menghadapi revolusi industri
4.0. Saat ini tengah ramai diperbincangkan masalah revolusi industri 4.0. yaitu era industri
yang menggunakan teknologi yang serba digital. Tenaga manusia sudah diganti mesin atau
robot cerdas.
Penerapan teknologi tinggi, berbasis online semakin memudahkan manusia dalam
setiap urusannya. Cukup hanya dengan sentuhan jari pada gawai, maka manusia dapat
mengakses, mengatur, dan memenuhi kebutuhannya. Dunia industri, perdagangan, dan
pendidikan adalah tiga bidang yang termasuk mengalami dampak yang signifikan akibat dari
revolusi industri 4.0.
Teknologi online lambat laun akan menlenyapkan cara-cara tradisional dan
konvensional dalam sebuah proses kerja. Inovasi teknologi begitu cepat berubah, dan yang
4
lambat berubah akan tertinggal dan tergerus oleh perkembangan zaman. Internet menjadi
kebutuhan pokok manusia. Globalisasi telah membuat dunia telah menjadi seolah tanpa batas.
Melalui dunia maya manusia menyebarkan informasi, berkomunikasi, dan berinteraksi.
Revolusi industri 4.0 berimplikasi terhadap pentingnya para peserta didik diberikan
kemampuan untuk menghadapi persaingan yang semakin ketat dengan standar kebutuhan
kompetensi yang semakin tinggi. Selain kemampuan untuk bersaing, mereka pun dituntut
untuk bisa bekerjasama, kreatif, dan inovatif untuk mampu bertahan.
Penerapan penggunaan walau tidak bisa dikatakan sebagai satu-satunya jurus jitu
untuk meningkatkan standar kelulusan peserta didik, setidaknya hal ini merupakan sebuah
upaya untuk mewujudkan hal tersebut. Intinya, perkembagan zaman yang dinamis perlu
diimbangi oleh inovasi-inovasi dalam pendidikan.

3.1 Student Centred Learning (SCL)


SCL merupakan strategi pembelajaran yang menempatkan mahasiswa sebagai peserta
didik (subyek) aktif dan mandiri, dengan kondisi psikologik sebagai adult learner,
bertanggung jawab sepenuhnya atas pembelajarannya, serta mampu belajar beyond the
classroom. Kelak, para alumni diharapkan memiliki dan menghayati karakteristik life-long
learning yang menguasai hard skills, soft skills, dan life-skills yang saling mendukung. Di sisi
lain, para dosen beralih fungsi, dari pengajar menjadi mitra pembelajaran maupun sebagai
fasilitator (from mentor in the center to guide on the side).
Materi dan model penyampaian pembelajaran dalam SCL secara lengkap meliputi 3
aspek, yaitu (a) isi ilmu pengetahuan (IPTEK), (b) sikap mental dan etika yang
dikembangkan, dan (c) nilai-nilai yang diinternalisasikan kepada para mahamahasiswa. Di
dalam proses SCL terdapat hubungan “tarik-menarik” antara learner support dan learner
control.
Taksonomi intelligent tutoring systems meliputi hubungan fungsional dosen terhadap
mahasiswa (tutor, penasihat, kritik, memberi bantuan, konsultan, agen) dan aktivitas dosen
(mengajar, membimbing, memberi visualisasi, menjelaskan, memberi kritik, beradu pendapat,
dan bahkan “menghambat ”). Memperhatikan taksonomi tadi maka dosen yang terlibat di
dalam proses pembelajaran yang berorientasi SCL perlu memiliki kompetensi yang sesuai
dengan proses yang sedang berjalan.

5
Di lain pihak, penanggung jawab institusi terdepan perlu memperhatikan seluruh aspek
yang terkait dan terlibat dalam proses pembelajaran (lihat gambar) agar seluruh kebijakan
(policy) didasarkan untuk menjamin terselenggaranya proses pembelajaran secara kondusif,
efisien, dan efektif. Didalam proses SCL bukan hanya kompetensi dosen yang harus
meningkat, tetapi perubahan paradigma dan mindset adalah merupakan hal utama.

3.1.1 Model-Model Pembelajaran Dalam SCL


Student-Centered Learning memiliki potensi untuk mendorong mahamahasiswa
belajar lebih aktif, mandiri, sesuai dengan irama belajarnya masing-masing, sesuai dengan
perkembangan usia peserta didik, irama belajar mahamahasiswa tersebut perlu dipandu agar
terus dinamis dan mempunyai tingkat kompetensi yang tinggi. Salah satu model pembelajaran
SCL adalah sebagai berikut:

3.1.1.1 Model Pembelajaran CTL


Model Pembelajaran CTL menurut Sanjaya (2006) menyatakan bahwa belajar dalam
CTL bukan hanya sekadar duduk, mendengarkan dan mencatat, tetapi belajar adalah proses
berpengalaman secara langsung. Lebih jauh ia mengupas bahwa Contextual Teaching and
Learning (CTL) adalah suatu strategi pembelajaran yang menekankan kepada proses
keterlibatan mahasiswa secara penuh untuk menemukan materi yang dipelajarinya dan
menghubungkannya dengan situasi kehidupan nyata, sehingga mahasiswa didorong untuk
dapat menerapkannya dalam kehidupan mereka.
Sementara Trianto (2007) berpendapat pula mengenai CTL adalah pembelajaran yang
terjadi apabila mahasiswa menerapkan dan mengalami apa yang sedang diajarkan dengan
mengacu pada masalah-masalah dunia nyata yang berhubungan dengan peran dan tanggung
jawab mereka sebagai anggota keluarga dan warga masyarakat. Sejalan dengan hal di atas,
Muslich (2007) menjelaskan bahwa landasan filosofi CTL adalah konstruktivisme, yaitu
filosofi belajar yang menekankan bahwa belajar tidak hanya sekadar menghafal tetapi
mengkonstruksi atau membangun pengetahuan dan keterampilan baru lewat fakta-fakta yang
mereka alami dalam kehidupannya. Dengan mengacu pada beberapa pendapat di atas,
pembelajaran CTL merupakan suatu konsep pembelajaran yang mengaitkan antara materi
pelajaran yang dipelajari mahasiswa dengan konteks di mana materi tersebut digunakan
dengan menggunakan pengalaman dan pengetahuan sebelumnya untuk menemukan dan

6
membangun pengetahuannya sendiri. Materi pelajaran akan bermakna bagi mahasiswa jika
mereka mempelajari materi tersebut melalui konteks kehidupan mereka.
Pembelajaran yang berorientasi pada target penguasaan materi hanya berhasil dalam
mengingat jangka pendek, tetapi gagal dalam membekali mahasiswa untuk memecahkan
masalah dalam kehidupan jangka panjang. Model pembelajaran Contextual Teaching and
Learning (CTL), menawarkan bentuk pembelajaran yang membantu dosen mengaitkan antara
materi yang diajarkan dengan situasi dunia nyata mahasiswa. CTL merupakan suatu
pendekatan pembelajaran yang menekankan pada proses keterlibatan mahasiswa untuk
menemukan materi yang dipelajarinya dan menghubungkan serta menerapkannya dalam
kehidupan mereka. Dengan demikian, peran mahasiswa dalam pembelajaran CTL adalah
sebagai subjek pembelajar yang menemukan dan membangun sendiri konsep-konsep yang
dipelajarinya. Belajar bukanlah menghafal dan mengingat fakta-fakta, tetapi belajar adalah
upaya untuk mengoptimalkan potensi mahasiswa baik aspek kognitif, afektif, maupun
psikomotor.
Pembelajaran CTL memiliki tujuh langkah yang mana secara garis besar langkah-
langkah penerapatan CTL dalam kelas itu adalah sebagai berikut:
1. Kembangkan pemikiran bahwa anak akan belajar lebih bermakna dengan cara bekerja
sendiri, menemukan sendiri dan mengkontruksi sendiri pengetahuan dan keterampilan
barunya.
2. Laksanakan sejauh mungkin kegiatan inquiri untuk semua topik
3. Kembangkan sifat ingin tahu mahasiswa dengan bertanya
4. Ciptakan masyarakat belajar (belajar dalam kelompok)
5. Hadirkan model sebagai contoh pembelajaran
6. Lakukan refleksi di akhir pertemuan
7. Lakukan penilaian yang sebenarnya dengan berbagai cara.
Setelah kita mengetahui pengertian skenario dan pengertian pembelajaran, maka kita
dapat mengambil kesimpulan pengertian skenario pembelajaran merupakan urutan cerita yang
disusun oleh seseorang dosen agar suatu peristiwa pembelajaran terjadi sesuai dengan yang
diinginkan.

4. Langkah-langkah Pembuatan Skenario:


Berikut ini terdapat langkah-langkah pembuatan skenario antara lain:

7
• Identify focal Issue (focal Concern) or decision.
Maksudnya adalah mengidentifikasikan isu utama atau masalah utama yang
akan menjadi fokus untuk dijawab atau untuk diambil keputusannya.
• Identify Key Forces.
Maksudnya adalah mengidentifikasi faktor-faktor kunci yang diperkirakan
akan mempengaruhi focal issue di masa yang akan datang.
• Identfy Driving Forces change drivers).
Dalam langkah ini harus mampu mengidentifikasi kekuatan-kekuatan yang
dapat mendorong perubahan-perubahan yang berkaitan dengan key forces
di atas. Secara umum dalam konteks ilmu sosial dan ilmu politik, driving
forces yang sering sekali teridentifikasi adalah faktor sosial, faktor politik
dan faktor ekonomi.
• Identifikasi Ketidakpastian (Identify Uncertainty).
Dalam langkah ini harus mencoba mengidentifikasi ketidakpastian dari
berbagai hal yang erat kaitannya dengan sosial, politk, dan ekonomi.
• Selecting the scenario logic.
Di dalam tahap ini, kita harus menyusun logika skenario melalui suatu
kualitatif terutama melalui wawancara mendalam atau dengan malakukan
Fokus Group Discussion untuk mendapatkan suatu skenario dengan
alternative-alternatif lainnya secara logis.
• Fleshing out the scenario.
Tahap ini merupakan tahap penguatan skenario. Pada tahap ini, perumus
skenario dapat menambahkan berbagai data sekunder dan trennya untuk
memperkuat berbagai pendapat dari narasumber dan para ahli yang sudah
didapat dan ditulis pada tahap sebelumnya.

4.1 Langkah Kerja Menyiapkan Skenario Pembelajaran


• Terdapat beberapa langkah kerja dalam menyiapkan skenario pembelajaran,
diantaranya: Pelajari buku ajar yang akan digunakan oleh mahasiswa guna
mengetahui materi apa yang akan dipelajari dan dengan cara bagaimana dosen
akan memfasilitasi peserta didik.

8
• Tentukan waktu, peralatan atau alat bantu yang akan digunakan dalam proses
pembelajaran.
• Tulis langkah-langkah yang akan dilakukan dalam proses pembelajaran sesuai
dengan tahapan-tahapan pembelajaran yang direncanakan.
• Langkah-langkah pembelajaran ditulis secara lengkap.
• Tuliskan rencana penilaian terhadap kegiatan belajar.
• Kriteria keberhasilan hasil penilaian dapat dirinci secara detail dan mencakup tiga
rangkap yaitu kognitif, afektif, dan psikomotor.

5. Contoh Skenario Pembelajaran


Mata Kuliah : Teknik Pendingin
Semester : III
Bobot : 2 sks
Materi Pokok : Dasar - dasar Mesin Pendingin
Waktu : 2 x 50 menit
Mata Kuliah Prasyarat :Matematika Teknik, Fisika Teknik, Termodinamika,
Perpindahan panas.

Desikripsi Singkat MK
Teknik pendingin merupakan mata kuliah yang mempelajari mengenai mesin refrigerasi yang
meliputi jenis –jenis mesin pendingin, siklus kerja mesin pendingin, komponen, perbaikan dan
perawatan, serta analisa performa mesin refrigerasi.

A. Kegiatan Awal
1. Pengkondisian Kelas Sebelum Dimulai Pelajaran
Dosen melihat seisi ruang kelas apakah sudah kondusif atau belum. Jika kelas belum kondusif,
dosen mencoba untuk menata kelas dan mengkondisikan mahasiswa untuk tenang dan agar
siap mengikuti pelajaran yang akan disampaikan

2. Salam Pembuka
Dosen : (Menyampaikan salam pembuka di awal pembelajaran)

9
Dosen :” Om Swastyastu”, “Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh. Selamat pagi
adik – adik sekalian?”
Mahasiswa :(Menjawab salam dan sapaan dosen dengan baik dan sopan)
Mahasiswa :” Om Swastyastu”, “Waalaikumsalam Warahmatullahi Wabarakatuh. Selamat
pagi Bapak/Ibu Dosen.”
Dosen : (Mengarahkan ketua kelas untuk memimpin doa sesuai dengan agama dan
kepercayaaan masing – masing).

3. Pengecekan Kehadiran Mahasiswa Di Kelas


Dosen : (Melakukan pengecekkan kehadiran mahasiswa satu per satu, dengan memanggil
nama mahasiswa sesuai dengan urutan daftar hadir/presensi. Tidak lupa dosen mendata
mahasiswa yang hadir maupun mahasiswa yang absen, pendataan ini bisa berupa pemberian
simbol/kode pada kolom presensi nama masing-masing mahasiswa, atau memberikan absensi
kepada ketua kelas untuk disebar dan ditandangani teman - temannya)
Dosen :“Adik – adik sekalian, sebelum kita memulai perkuliahan pada pagi hari ini, terlebih
dahulu bapak akan mengecek kehadiran kalian. Silahkan tanda tangani daftar hadir/presensi
yang telah disiapkan, dikoordinasikan dengan ketua kelas!”
Mahasiswa :“Siap, Pak!”

4. Penyampaian Tujuan Pembelajaran


Dosen :(Setelah mengecek kehadiran mahasiswa, kemudian dosen memulai proses
pembelajaran. Namun sebelumnya, dosen terlebih dahulu menyampaikan tujuan pelajaran
yang akan disampaikan. Penyampaian tujuan pelajaran ini, berupa persepsi menarik yang
berkaitan dengan materi pelajaran yang akan disampaikan)
Dosen :“Adik – adik, siapa yang yang dirumahnya menggunakan Air Conditioning (AC), dan
kenapa mesti harus ada AC di rumah kalian?’’
Mahasiswa : (Adi menjawab, dengan semangat sambil mengacungkan tangan) “Dirumah saya
ada AC Pak, tujuannya agar rumah kami ruangannya menjadi dingin sehingga kami
sekeluarga merasa nyaman dirumah, Pak!’’
Dosen : “Iya. Benar sekali”
Dosen : (Berusaha menggali pengetahuan dan pemahaman mahasiswa tentang dasar – dasar
mesin pendingin)

10
Dosen : “Adik – adik apakah di antara kalian ada yang tahu kenapa saat ini mesin pendingin
sekarang ini sangat banyak di pakai di rumah – rumah penduduk, seolah – olah sudah menjadi
kebutuhan pokok? ”
Mahasiswa : (Mahasiswa menjawab saling berebut) “karena sekarang musim panas pak, suhu
lingkungan sekarang ini cukup tinggi, dan supaya nyaman melakukan aktifitas sehari - hari”
Dosen : “Wah, tidak bapak sangka. Ternyata kalian semua sudah mengetahuinya. Apakah
kalian sudah tahu bagaimana prinsip kerja dari mesin pendingin?”
Mahasiswa :(Serentak menjawab) “Belum, Pak!”
Dosen : (Tidak lupa dosen telah memperkirakan waktu dalam pembukaan pembelajaran
sekitar 15 menit) “Baiklah hal itu yang akan kita bahas pada hari ini, apakah semuanya sudah
siap belajar?”
Mahasiswa :(Serentak menjawab) “Siap, Pak!”

B. Kegiatan Inti
5. Pemberian Materi Pelajaran
Dosen : (Menyuruh mahasiswa untuk membuka Diktat Kuliah teknik pendingin halaman 2
serta di kombinasikan dengan mencari data penyanding yang diperoleh di internet tentang
dasar – dasar mesin pendingin yang nantinya akan dibahas oleh mahasiswa secara
berkelompok dengan 1 kelompok maksimal terdiri dari 3 orang. Kemudian mahasiswa
diminta mencari tahu bagaimana sejarah perkembangan refrigerasi, hubungan panas dan
temperatur serta hubungan antara fluida dan tekanan, dalam waktu 30 menit)
Dosen :“Adik - adik, setelah kalian membaca tentang sejarah perkembangan refrigerasi,
hubungan panas dan temperatur, serta hubungan antara fluida dan tekanan coba tarik suatu
rangkuman dan kesimpulan dari apa yang sudah kalian baca dan pahami! ”.
Mahasiswa : (Semua mahasiswa menjalankan perintah yang diucapkan oleh dosen) Baik,
Pak!”
Dosen :’’Baik Adik - adik, selanjutnya satu dari anggota kelompok kalian harus mewakili
kelompoknya untuk membacakan kesimpulan di depan kelas.”

11
C. Kegiatan Akhir
6. Mengakhiri Kegiatan Pembelajaran
Dosen : (Memberikan penguatan dan refleksi terhadap materi yang baru saja diajarkan
kepada mahasiswa. Penguatan materi ini, bisa dilakukan dengan memberikan beberapa
pertanyaan kepada mahasiswa terkait isi materi yang diajarkan)
Dosen :”Bagaimana setelah mempelajari sejarah perkembangan refrigerasi, hubungan panas
dan temperatur, serta hubungan antara fluida dan tekanan”, apa kesimpulan yang kalian dapat?
Iya, Budi silakan dijawab”.
Mahasiswa :(Budi menjawab) “Yang saya tangkap dari materi tersebut adalah bahwa sejarah
perkembangan refrigerasi, sudah dimulai sejak akhir abad ke -19, dimana suhu pada musim
dingin tidak terlalu dingin sehingga terjadi kekurangan es alami. Hal ini merangsang
perkembangan refrigerasi mekanik untuk membuat es. Dan di awal tahun 1900-an listrik
mulai berkembang dan telah ada perusahaan yang membuat lemari es. Untuk hubungan panas
dan temperatur, serta hubungan antara fluida dan tekanan adalah berbanding lurus pak.”
Dosen :“Iya Budi, benar sekali yang dikatakan Budi, bahwa perkembangan dari mesin
pendingin (refrigerasi) sudah berlangsung sejak lama, dan terus disempurnakan dari waktu ke
waktu. Sementara itu hubungan antara panas dan temperatur adalah berbanding lurus dimana
makin besar kenaikan suhu suatu benda, makin besar pula kalor yang diserapnya. Selain itu,
kalor yang diserap benda juga bergantung massa benda dan bahan penyusun benda, sementara
itu fluida merupakan materi yang dapat di kompresi dan menekan ke segala arah, dan tekanan
yang diberikan kepada fluida dinamakan dengan tekanan hidrostatis.

7. Salam Penutup
Dosen :”Baik, adik - adik apa ada yang ingin ditanyakan mengenai materi pelajaran kita hari
ini?”
Mahasiswa :(Serentak menjawab) “Tidak ada, Pak!”
Dosen :“Baik adik - adik cukup sekian pelajaran di kelas hari ini, dan jangan lupa belajar
secara mandiri di rumah, baik itu dari buku ajar maupun sumber pendukung dari internet.”
Dosen : (Menyampaikan salam penutup diakhir pembelajaran) ”Om Shanti,shanti,shanti
Om, Wasalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh’’.
Mahasiswa :(Menjawab dengan serempak) “Om Shanti,shanti,shanti Om”, “Waalaikumsalam
Warahmatullahi Wabarakatuh”.

12
D. Media dan Alat Pembelajaran
1. Buku Ajar
2. Buku Tulis
3. Spidol
4. Pulpen
5. Tipe-x
6. Projected still media : slide, in focus projector dan sejenisnya
7. Projected motion media : film, video (VCD, DVD, VTR), komputer dan sejenisnya

E. Penilaian
Kriteria Penilaian
1. Penentuan penilaian akan dilakukan dengan kriteria sebagai berikut:
Nilai Poin Range
A 4.00 80 – 100
A- 3.75 75 – 79
B+ 3.50 70 – 74
B 3.00 65 – 69
B- 2.75 60 – 64
C+ 2.50 55 – 59
C 2.00 50 – 54
C- 1.75 45 – 49
D+ 1.50 35 – 44
D 1.00 25 – 34
E 0.00 0 – 24

2. Berikut adalah bobot dan cara menentukan nilai akhir


Hal yang di Nilai
Kegiatan Akademik Besaran Bobot Presentase
Keaktifan/presensi 10%
Tugas/kuis 20%
UTS 30%
UAS 40%
Jumlah 100 %

13
Rumus Menghitung Nilai Akhir:
NA = ( 10% x KA) + ( 20% x RT) + ( 30% x UTS) + ( 40% x UAS )
Keterangan:
NA = Nilai Akhir
KA = Keaktifan/presensi
RT = Rata-rata tugas/kuis
UTS = Ujian Tengah Semester
UAS = Ujian Akhir Semester

F. Pustaka Pembelajaran
Utama
1. Althouse, A.D., Turnquist, C.H., Bracciano, A.F., (1992). Modern Refrigeration and
Air Conditioning. The Goodheart & Wilcox Co.Inc., Illinois, USA.
2. ARI. (1987). Refrigeration and Air Conditioning. 2nd Edition, Prentice Hall, Inc.,
New Jersey.
3. Dossat, R.J. (1961). Principles of Refrigeration. John Wiley & Sons, Inc., New
York and London.
4. ASHRAE, Handbook of Fundamental
5. Stoecker, Refrigerant and Air Conditioning, Mc Graw Hill
Pendukung
1. Ridwan, Diktat Teknik Pendingin, Universitas Gunadarma.
2. Wiranto Arismunandar, Heizo Saito, Penyegar Udara, PT. Pradnja Paramita.
3. Ricky Gunawan. (1988). Pengantar Teori Teknik Pendingin. Depdikbud RI,
Jakarta

14

Anda mungkin juga menyukai