Kehidupan di abad ke-21 menuntut berbagai keterampilan yang harus dikuasai seseorang, sehingga diharapkan pendidikan dapat mempersiapkan siswa untuk menguasai berbagai keterampilan tersebut agar menjadi pribadi yang sukses dalam hidup. Keterampilan-keterampilan penting di abad ke-21 masih relevan dengan empat pilar kehidupan yang mencakup learning to know, learning to do, learning to be dan learning to live together. Empat prinsip tersebut masing-masing mengandung keterampilan khusus yang perlu diberdayakan dalam kegiatan belajar, seperti keterampilan berpikir kritis, pemecahan masalah, metakognisi, keterampilan berkomunikasi, berkolaborasi, inovasi dan kreasi, literasi informasi, dan berbagai keterampilan lainnya. Keterampilan abad ke-21 merupakan keterampilan penting yang harus dikuasai oleh setiap orang agar berhasil dalam menghadapi tantangan, permasalahan, kehidupan, dan karir di abad ke-21. Beberapa organisasi telahmerumuskan definisi keterampilan abad ke-21. Dari seluruh definisi yang dirumuskan oleh beberapa organisasi, semuanya memiliki esensi yang hampir sama. National Education Association (n.d.) telah mengidentifikasi keterampilan abad ke-21 sebagai keterampilan “The 4Cs.” “The 4Cs” meliputi berpikir kritis, kreativitas, komunikasi, dan kolaborasi. Keterampilan berpikir kritis merupakan keterampilan untuk melakukan berbagai analisis, penilaian, evaluasi, rekonstruksi, pengambilan keputusan yang mengarah pada tindakan yang rasional dan logis (King, et al., 2010). Kegiatan berpikir mengenai subjek, isi, dan masalah dilakukan melalui aktivitas analisis, penilaian, dan rekonstruksi (Papp, et al., 2014). Kreativitas merupakan keterampilan untuk menemukan hal baru yang belum ada sebelumnya, bersifat orisinil, mengembangkan berbagai solusi baru untuk setiap masalah, dan melibatkan kemampuan untuk menghasilkan ide-ide yang baru, bervariasi, dan unik (Leen, et al., 2014). Keterampilan berkomunikasi merupakan keterampilan untuk mengungkapkan pemikiran, gagasan, pengetahuan, ataupun informasi baru, baik secara tertulis maupun lisan. Keterampilan kolaborasi merupakan keterampilan bekerja bersama secara efektif dan menunjukkan rasa hormat kepada anggota tim yang beragam, melatih kelancaran dan kemauan dalam membuat keputusan yang diperlukan untuk mencapai tujuan bersama (Greenstein, 2012). Sementara itu, Assessment and Teaching of 21st Century Skills mengorganisasikan keterampilan, pengetahuan, sikap, nilai, dan etik abad ke- 21 ke dalam empat kategori (Saavedra dan Opfer, 2012). Pertama, cara berpikir (ways of thinking) meliputi kreativitas dan inovasi, berpikir kritis, pemecahan masalah, pembuatan keputusan, dan belajar tentang belajar (metakognisi). Kedua, cara bekerja (ways of working) meliputi keterampilan berkomunikasi, berkolaborasi, dan kerja tim. Ketiga, alat-alat untuk bekerja (tools of working) meliputi pengetahuan umum dan literasi teknologi komunikasi dan informasi. Keempat, hidup di dunia (living in the world).
2.2 Pentingnya Keterampilan Abad 21 (KA 21) dalam
PembelajaranMatematika Abad ke-21 disebut sebagai abad pengetahuan, abad ekonomi berbasis pengetahuan, abad teknologi informasi, globalisasi, revolusi industri 4.0, dan sebagainya. Pada abad ini, terjadi perubahan yang sangat cepat dan sulitdiprediksi dalam segala aspek kehidupan meliputi bidang ekonomi, transportasi, teknologi, komunikasi, informasi, dan lain- lain. Perubahan yang berlangsung sangat cepat ini dapat memberikan peluang jika dapat dimanfaatkan dengan baik, tetapi juga dapat menjadi bencana jika tidakdiantisipasi secara sistematis, terstruktur, dan terukur. Salah satu contoh dari perubahan yang sangat cepat ini adalah dalam bidang teknologi informasi, khususnya media sosial. Belakangan media sosial ini telah dimanfaatkan oleh orang- orang yang tidak bertanggung jawab untuk menyebarkan ujaran kebencian dan berita bohong (hoax). Berpikir kritis adalah salah satu upaya untuk menangkal informasi bohong yang tersebar di media sosial. Di pihak lain, suatu produk unggul tidak dapat dihasilkan oleh satu orang, melainkan dihasilkan melalui kolaborasi banyak pihak. Seseorang tidak mungkin menghasilkan suatu produk unggul karena seseorang tidak mungkin ahli dalam segala bidang. Oleh karena itu, kolaborasi dari beberapa orang atau unit kerja sangat penting. Keterampilan lain yang juga tidak kalah pentingnya adalah keterampilan berkomunikasi. Seseorang yang memiliki keterampilan berkomunikasi dengan baik adalah seseorang yang mampu menyampaikan ide-idenya kepada orang lain (Lunenburg, 2010). Dalam keterampilan lunak (soft skills), keterampilan berkomunikasi ini menempati urutan pertama dari seluruh soft skills yang ada (Patacsil dan Tablatin, 2017). Sementara itu, Robles (2012) menyatakan bahwa integritas dan komunikasi adalah dua soft skills yang paling utama diperlukan oleh pekerja agar berhasil dalam pekerjaan. Selain keempat keterampilan penting di atas yang harus dikuasai pada abad ke-21 (berpikir kritis dan pemecahan masalah, kreativitas dan inovasi kolaborasi, dan komunikasi), seseorang juga harus menguasai literasi teknologi, informasi dan komunikasi. Literasi ini sangat penting bagi seseorang dalam memilih, mengritisi, mengevaluasi mensintesis, dan menggunakan informasi. Di abad ini banyak sekali informasi yang beredar, dan bahkan tidak sedikit informasi tersebut merupakan informasi bohong. Jika kita tidak memiliki literasi informasi yang baik, maka kita akan “termakan” oleh isu- isu yang menyesatkan yang dapat membahayakan diri kita. Di lain pihak, berkaitan dengan literasi teknologi, seseorang harus mampu menggunakan teknologi untuk berkomunikasi di era digital sekarang. Semua keterampilan yang diperlukan oleh seseorang agar berhasil menghadapi tantangan, kehidupan yang semakin kompleks dan penuh dengan ketidakpastian, serta agar berhasil dalam hidup dan karir di dunia kerja merupakan keterampilan abad ke-21. Seseorang tidak memiliki keterampilan ini sejak lahir, melainkan keterampilan ini diperoleh dari proses latihan, belajar, atau pengalaman. Penyiapan sumber daya manusia yang menguasai keterampilan abad ke-21 akan efektif jika ditempuh melalui jalur pendidikan. Perubahan kurikulum telah dilakukan oleh pemerintah. Pada jenjang sekolah menengah ke bawah telah diterapkan Kurikulum 2013 dengan berbagai perbaikannya. Kurikulum 2013 sesungguhnya telah mengakomodasi keterampilan abad ke-21, baik dilihat dari standar isi, standar proses, maupun standar penilaian. Pada standar proses, misalnya, pendidik diharuskan menerapkan pembelajaran dengan pendekatan saintifik. Masalahnya, kebanyakan pembelajaran yang dilaksanakan adalah pembelajaran yang masih berpusat pada pendidik (teacher-centered). Akibatnya, peserta didik tidak dapat menguasai keterampilan abad ke-21 secara optimal. Oleh karena itu, reformasi pembelajaran yang menggeser dari pembelajaran yang berpusat pada pendidik ke pembelajaran yang berpusat pada peserta didik merupakan jawaban dari upaya untuk mengembangkan keterampilan abad ke-21 pada peserta didik. The Partnership for 21st Century Learning (2015) telah mengembangkan visi belajar yang dikenal dengan nama The Framework for 21st Century Learning. Kerangka ini menjelaskan keterampilan, pengetahuan, dan keahlian yang harus dikuasai oleh peserta didik agar berhasil dalam kerja dan kehidupan. Kerangka ini meliputi mata pelajaran utama dan tema abad ke-21, hasil belajar peserta didik abad ke-21, dan sistem pendukung (Gambar 1). meliputi kewarganegaraan, hidup dan karir, tanggung jawab personal dan sosial, serta kompetensi dan kesadaran budaya. Keterampilan abad ke-21 yang sangat diperlukan oleh lulusan untuk berprestasi dan berkompetisi di abad ke-21 telah diidentifikasi oleh The Partnership for 21st Century Skills (2008). Keterampilan ini dapat meningkatkan kemampuan daya jual (marketability), kemampuan bekerja (employability), dan kesiapan menjadi warga negara (readiness for citizenship) yang baik.
2.3 Jenis-jenis Keterampilan Abad 21 (KA 21)
Pada abad 21, arus globalisasi menyebabkan perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) berkembang dengan sangat pesat, sehingga berpengaruh pada berbagai aspek kehidupan manusia mulai dari politik, ekonomi, kesehatan, infrastruktur hingga pendidikan (Nurhaidah & Insya, 2015). Perkembangan IPTEK juga menyebabkan pekerjaan yang bersifat rutin dan berulang- ulang dapat digantikan oleh mesin (Wijaya, 2016). Tantangan dalam menguasai IPTEK menjadi penentu kemajuan suatu negara (Nicholas & Yudhatama, 2017). Oleh karena itu perkembangan IPTEK menjadi tantangan bagi semua orang yang ada di dunia dalam hidup di abad 21. The Partnership for 21st Century Skills (P21) mengemukakan keterampilan yang harus dimiliki oleh setiap individu pada abad 21 terdiri dari: 1) Keterampilan belajar dan inovasi (Learning and innovation skills), 2) Keterampilan untuk hidup dan karir (Life and career skills), 3) Keterampilan di bidang informasi, media, dan teknologi (Information media and technology skills) (Partnership for 21st Century Skills, 2009). Untuk menciptakan SDM yang memiliki keterampilan abad 21, lembaga pendidikan menjadi lembaga yang sangat penting (Yuni, 2016). Pendidikan merupakan salah satu cara untuk menghasilkan siswa yang memiliki keterampilan abad 21 terutama pada keterampilan belajar dan inovasi yang terdiri dari critical thinking and problem solving, creativity and Innovation, collaboration dan communication atau dikenal dengan “4Cs” (Abidin, 2014). Keterampilan-keterampilan abad 21 “4Cs” yang harus dimiliki oleh setiap siswa adalah sebagai berikut (Abidin, 2014): a. Critical thinking and problem solving (berpikir kritis dan memecahkan masalah) yaitu keterampilan siswa dalam mengemukakan pendapat, menganalisis pertanyaan dan mengajukan pertanyaan lanjutan, mengevaluasi berbagai sudut pandang atau sumber informasi, serta menarik kesimpulan yang sesuai berdasarkan bukti dan hasil penalaran dalam menerapkan strategi untuk memecahkan masalah. b. Creativity and Innovation (kreatif dan inovatif) merupakan keterampilan siswa dalam menggunakan berbagai cara dalam menciptakan ide baru serta mengelaborasi ide tersebut untuk mampu menghasilkan dan memperbaiki solusi dari masalah atau tugas yang kompleks berdasarkan hasil sintesis, analisis, dan kemudian menggabungkan atau menyajikan apa yang telah mereka pelajari dengan cara baru dan orisinil. c. Collaboration (kolaborasi) merupakan salah satu keterampilan abad 21 yang menuntun siswa untuk bekerja secara efektif dan sistematis dalam berbagai kelompok, bertanggung jawab pada diri sendiri, menghargai dan membantu anggota kelompok untuk memecahkan masalah dalam mencapai tujuan bersama. d. Communication (komunikasi) keterampilan siswa dalam mengutarakan segala pemikirannya baik secara lisan maupun tulisan dalam rangka mengembangkan kemampuan dirinya dalam kegiatan belajar dan menghadapi tantangan abad 21. Berbagai organisasi mencoba merumuskan berbagai macam kompetensi dan keterampilan yang diperlukan dalam menghadapi abad ke-21. Namun, satu hal penting yang perlu diperhatikan adalah bahwa mendidik generasi muda di abad ke-21 tidak bisa hanya dilakukan melalui satu pendekatan saja. Beberapa organisasi tersebut dan hasil pengembangannya disampaikan sekilas sebagai berikut. Wagner (2010) dan Change Leadership Group dari Universitas Harvard mengidentifikasi kompetensi dan keterampilan bertahan hidup yang diperlukan oleh siswa dalam menghadapi kehidupan, dunia kerja, dan kewarganegaraan di abad ke-21 ditekankan pada tujuh (7) keterampilan berikut: (1) kemampuan berpikir kritis dan pemecahan masalah, (2) kolaborasi dan kepemimpinan, (3) ketangkasan dan kemampuan beradaptasi, (4) inisiatif dan berjiwa entrepeneur, (5) mampu berkomunikasi efektif baik secara oral maupun tertulis, (6) mampu mengakses dan menganalisis informasi, dan (7) memiliki rasa ingin tahu dan imajinasi. US-based Apollo Education Group mengidentifikasi sepuluh (10) keterampilan yang diperlukan oleh siswa untuk bekerja di abad ke-21, yaitu keterampilan berpikir kritis, komunikasi, kepemimpinan, kolaborasi, kemampuan beradaptasi, produktifitas dan akuntabilitas, inovasi kewarganegaraan global, kemampuan dan jiwa entrepreneurship, serta kemampuan untuk mengakses, menganalisis, dan mensintesis informasi (Barry, 2012). Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh OECD didapatkan deskripsi tiga (3) dimensi belajar pada abad ke-21 yaitu informasi, komunikasi, dan etika dan pengaruh sosial (Ananiadou & Claro, 2009). Kreativitas juga merupakan salah satu komponen penting agar dapat sukses menghadapi dunia yang kompleks (IBM, 2010). US-based Partnership for 21st Century Skills (P21), mengidentifikasi kompetensi yang diperlukan di abad ke-21 yaitu “The 4Cs”- communication, collaboration, critical thinking, dan creativity. Kompetensi-kompetensi tersebut penting diajarkan pada siswa dalam konteks bidang studi inti dan tema abad ke-21. Assessment and Teaching of 21st Century Skills (ATC21S) mengkategorikan keterampilan abad ke-21 menjadi 4 kategori, yaitu way of thinking, way of working, tools for working dan skills for living in the world (Griffin, McGaw & Care, 2012). Way of thinking mencakup kreativitas, inovasi, berpikir kritis, pemecahan masalah, dan pembuatan keputusan. Way of working mencakup keterampilan berkomunikasi, berkolaborasi dan bekerjasama dalam tim. Tools for working mencakup adanya kesadaran sebagai warga negara global maupun lokal, pengembangan hidup dan karir, serta adanya rasa tanggung jawab sebagai pribadi maupun sosial. Sedangkan skills for living in the world merupakan keterampilan yang didasarkan pada literasi informasi, penguasaan teknologi informasi dan komunikasi baru, serta kemampuan untuk belajar dan bekerja melalui jaringan sosial digital. Delors Report (1996) dari International Commission on Education for the Twenty-first Century, mengajukan empat visi pembelajaran yaitu pengetahuan, pemahaman, kompetensi untuk hidup, dan kompetensi untuk bertindak. Selain visi tersebut juga dirumuskan empat prinsip yang dikenal sebagai empat pilar pendidikan yaitu learning to know, lerning to do, learning to be dan learning to live together. Kerangka pemikiran ini dirasa masih relevan dengan kepentingan pendidikan saat ini dan dapat dikembangkan sesuai dengan keperluan di abad ke-21 (Scott, 2015b). Pada bagian berikut dijelaskan sekilas tentang kompetensi dan keterampilan sesuai empat pilar pendidikan yang terdapat pada Delors Report. Learning to Know Belajar mengetahui merupakan kegiatan untuk memperoleh, memperdalam dan memanfaatkan materi pengetahuan. Penguasaan materi merupakan salah satu hal penting bagi siswa di abad ke-21. Siswa juga harus memiliki kemauan untuk belajar sepanjang hayat. Hal ini berarti siswa harus secara berkesinambungan menilai kemampuan diri tentang apa yang telah diketahui dan terus merasa perlu memperkuat pemahaman untuk kesuksesan kehidupannya kelak. Siswa harus siap untuk selalu belajar ketika menghadapi situasi baru yang memerlukan keterampilan baru. Pembelajaran di abad ke-21 hendaknya lebih menekankan pada tema pembelajaran interdisipliner. Empat tema khusus yang relevan dengan kehidupan modern adalah: 1) kesadaran global; 2) literasi finansial, ekonomi, bisnis, dan kewirausahaan; 3) literasi kewarganegaraan; dan 4) literasi kesehatan. Tema-tema ini perlu dibelajarkan di sekolah untuk mempersiapkan siswa menghadapi kehidupan dan dunia kerja di masa mendatang dengan lebih baik. Learning to Do Agar mampu menyesuaikan diri dan beradaptasi dalam masyarakat yang berkembang sangat cepat, maka individu perlu belajar berkarya. Siswa maupun orang dewasa sama-sama memerlukan pengetahuan akademik dan terapan, dapat menghubungkan pengetahuan dan keterampilan, kreatif dan adaptif, serta mampu mentrasformasikan semua aspek tersebut ke dalam keterampilan yang berharga. Keterampilan berpikir kritis Keterampilan ini merupakan keterampilan fndamental pada pembelajaran di abad ke-21. Keterampilan berpikir kritis mencakup kemampuan mengakses, menganalisis, mensintesis informasi yang dapat dibelajarkan, dilatihkan dan dikuasai (P21, 2007a; Redecker et al 2011). Keterampilan berpikir kritis juga menggambarkan keterampilan lainnya seperti keterampilan komunikasi dan informasi, serta kemampuan untuk memeriksa, menganalisis, menafsirkan, dan mengevaluasi bukti. Pada era literasi digital dimana arus informasi sangat berlimpah, siswa perlu memiliki kemampuan untuk memilih sumber dan informasi yang relevan, menemukan sumber yang berkualitas dan melakukan penilaian terhadap sumber dari aspek objektivitas, reliabilitas, dan kemutahiran. Kemampuan menyelesaikan masalah Keterampilan memecahkan masalah mencakup keterampilan lain seperti identifikasi dan kemampuan untuk mencari, memilih, mengevaluasi, mengorganisir, dan mempertimbangkan berbagai alternatif dan menafsirkan informasi. Seseorang harus mampu mencari berbagai solusi dari sudut pandang yang berbeda-beda, dalam memecahkan masalah yang kompleks. Pemecahan masalah memerlukan kerjasama tim, kolaborasi efektif dan kreatif dari guru dan siswa untuk dapat melibatkan teknologi, dan menangani berbagai informasi yang sangat besar jumlahnya, dapat mendefinisikan dan memahami elemen yang terdapat pada pokok permasalahan, mengidentifikasi sumber informasi dan strategi yang diperlukan dalam mengatasi masalah. Pemecahan masalah tidak dapat dilepaskan dari keterampilan berpikir kritis karena keterampilan berpikir kritis merupakan keterampilan fundamental dalam memecahkan masalah. Siswa juga harus mampu menerapkan alat dan teknik yang tepat secara efektif dan efisien untuk menyelesaikan permasalahan. Komunikasi dan kolaborasi Kemampuan komunikasi yang baik merupakan keterampilan yang sangat berharga di dunia kerja dan kehidupan sehari-hari. Kemampuan komunikasi mencakup keterampilan dalam menyampaikan pemikiran dengan jelas dan persuasif secara oral maupun tertulis, kemampuan menyampaikan opini dengan kalimat yang jelas, menyampaikan perintah dengan jelas, dan dapat memotivasi orang lain melalui kemampuan berbicara. Kolaborasi dan kerjasama tim dapat dikembangkan melalui pengalaman yang ada di dalam sekolah, antar sekolah, dan di luar sekolah (P21, 2007a). Siswa dapat bekerja bersama-sama secara kolaboratif pada tugas berbasis proyek yang autentik dan mengembangkan keterampilannya melalui pembelajaran tutor sebaya dalam kelompok. Pada dunia kerja di masa depan, keterampilan berkolaborasi juga harus diterapkan ketika menghadapi rekan kerja yang berada pada lokasi yang saling berjauhan. Keterampilan komunikasi dan kolaborasi yang efektif disertai dengan keterampilan menggunakan teknologi dan sosial media akan memungkinkan terjadinya kolaborasi dengan kelompok-kelompok internasional. Kreativitas dan inovasi Pencapaian kesuksesan profesional dan personal, memerlukan keterampilan berinovasi dan semangat berkreasi. Kreativitas dan inovasi akan semakin berkembang jika siswa memiliki kesempatan untuk berpikir divergen. Siswa harus dipicu untuk berpikir di luar kebiasaan yang ada, melibatkan cara berpikir yang baru, memperoleh kesempatan untuk menyampaikan ide-ide dan solusi-solusi baru, mengajukan pertanyaan yang tidak lazim, dan mencoba mengajukan dugaan jawaban. Kesuksesan individu akan didapatkan oleh siswa yang memiliki keterampilan kreatif. Individu-individu yang sukses akan membuat dunia ini menjadi tempat yang lebih baik bagi semuanya. Literasi informasi, media, dan teknologi Literasi informasi yang mencakup kemampuan mengakses, mengevaluasi dan menggunakan informasi sangat penting dikuasai pada saat ini. Literasi informasi memiliki pengaruh yang besar dalam perolehan keterampilan lain yang diperlukan pada kehidupan abad ke-21. Seseorang yang berkemampuan literasi media adalah seseorang yang mampu menggunakan keterampilan proses seperti kesadaran, analisis, refleksi dan aksi untuk memahami pesan alami yang terdapat pada media. Kerangka literasi media terdiri atas kemampuan untuk mengakses, menganalisis, mengevaluasi, dan menciptakan pesan dalam berbagai bentuk media, menciptakan suatu pemahaman dari peranan media pada masyarakat, dan membangun keterampilan penting dari informasi hasil penyelidikan dan ekspresi diri. Literasi media juga mencakup kemampuan untuk menyampaikan pesan dari diri dan untuk memberikan pengaruh dan informasi kepada orang lain. Literasi informasi, komunikasi, dan teknologi (ICT) Kemampuan literasi ICT mencakup kemampuan mengakses, mengatur, mengintegrasi, mengevaluasi, dan menciptakan informasi melalui penggunaan teknologi komunikasi digital. Literasi ICT berpusat pada keterampilan berpikir tingkat tinggi dalam mempertimbangkan informasi, media, dan teknologi di lingkungan sekitar. Setiap negara hendaknya menumbuhkan secara luas keterampilan ICT pada masyarakatnya karena jika tidak, negara tersebut dapat tertinggal dari perkembangan dan kemajuan pengetahuan ekonomi berbasis teknologi. Terdapat beberapa keterkaitan antara tiga bentuk literasi yang meliputi literasi komunikasi informasi, media dan teknologi. Penguasaan terhadap keterampilan tersebut memungkinkan penguasaan terhadap keterampilan dan kompetensi lain yang diperlukan untuk keberhasilan kehidupan di abad ke-21 (Trilling & Fadel, 2009). Learning to Be Keterampilan akademik dan kognitif memang keterampilan yang penting bagi seorang siswa, namun bukan merupakan satu-satunya keterampilan yang diperlukan siswa untuk menjadi sukses. Siswa yang memiliki kompetensi kognitif yang fundamental merupakan pribadi yang berkualitas dan beridentitas. Siswa seperti ini mampu menanggapi kegagalan serta konflik dan krisis, serta siap menghadapi dan mengatasi masalah sulit di abad ke-21. Secara khusus, generasi muda harus mampu bekerja dan belajar bersama dengan beragam kelompok dalam berbagai jenis pekerjaan dan lingkungan sosial, dan mampu beradaptasi dengan perubahan zaman. Keterampilan sosial dan lintas budaya Keterampilan sosial dan lintas budaya yang baik sangat penting dalam mewujudkan kesuksesan di sekolah maupun kehidupan. Keterampilan ini memungkinkan individu untuk berinteraksi secara efektif dengan orang lain (misalnya mengetahui saat yang tepat untuk mendengarkan dan berbicara, dan bagaimana memperlakukan diri secara hormat, secara profesional), bekerja secara efektif dalam sebuah tim yang memiliki anggota beragam (misalnya menghormati perbedaan budaya dan berkolaborasi dengan orang-orang yang berasal dari berbagai kondisi sosial dan latar belakang budaya), berpikiran terbuka terhadap ide-ide dan nilai-nilai yang berbeda, dan menggunakan perbedaan sosial dan budaya untuk menghasilkan ide-ide, inovasi dan kualitas kerja yang lebih baik. Memiliki keterampilan sosial yang baik dapat membantu siswa untuk membuat sebuah keputusan dengan baik. Keterampilan sosial yang baik pada anak-anak dan remaja dapat mempengaruhi kinerja akademis mereka, sikap, hubungan sosial dan keluarga, dan keterlibatan dalam kegiatan ekstrakurikuler. Kemampuan berempati juga termasuk keterampilan sosial yang diharapkan tumbuh di kehidupan abad ke-21 (National Research Council, 2012; P21, 2007a). Kesempatan untuk mengembangkan ketahanan emosional dan empati harus dirancang secara eksplisit (Leadbeater, 2008). Steedly et al. (2008) menyatakan adanya keyakinan bahwa anak-anak pada umumnya memperoleh keterampilan sosial yang positif melalui interaksi sehari-hari dengan orang dewasa dan teman sebaya mereka. Namun, guru dan orang tua harus memperkuat pembelajaran ini dengan teladan secara langsung. Tanggung jawab pribadi, pengaturan diri, dan inisiatif Tingginya tingkat interaksi dan kerja sama tim dalam lingkungan kerja di abad ke-21 diharapkan dapat diantisipasi dengan meningkatkan kualitas pribadi siswa. Kemampuan pengaturan diri adalah jantung dari pembelajaran abad ke-21. Siswa yang mandiri bertanggung jawab terhadap proses belajarnya sendiri dan bersedia meningkatkan kemampuan sepanjang kariernya. Herring (2012) berpendapat bahwa siswa yang mandiri mendapatkan motivasi dari dalam dirinya sendiri. Siswa mandiri paham bahwa semangat belajar adalah kemampuan dasar yang akan membuat mereka berhasil di tempat kerja.
Kemampuan beradaptasi adalah kemampuan untuk menanggapi perubahan
kondisi ekonomi dan pasar serta menguasai keterampilan baru dengan cepat. Kemampuan ini merupakan salah satu dari tiga kompetensi yang paling dibutuhkan di dunia kerja abad ke-21. Hal penting lainnya adalahfleksibilitas dalam berbagai pengaturan kerja dan sosial dan menunjukkan inisiatif, ketangkasan mental dan rasa ingin tahu, yang dapat diwujudkan dengan beragam teknologi berbasis web yang tersedia. Dengan menggunakan sumber daya teknologi sebagai sumber belajar informal memungkinkan siswa untuk memiliki kemampuan berkolaborasi tinggi, mudah berbagi dan bertukar pengetahuan, dan mengarahkan diri sendiri untuk terus belajar (Herring, 2012). Kemampuan lain yang bermanfaat adalah kemampuan untuk merefleksikan kelebihan dan kekuatan yang ada dalam diri siswa dan meningkatkan manajemen waktu. Pelatihan untuk meningkatkan keterampilan tersebut dapat diadakan oleh pihak sekolah untuk membantu siswa mempersiapkan diri terjun di dunia kerja dan kehidupan di abad ke-21 (P21, 2011). Keterampilan berpikir logis Generasi muda saat ini hidup di dunia yang lebih menantang, sehingga mereka perlu mengembangkan kemampuan berpikir logis terhadap isu-isu global yang kompleks dan penting. Mereka harus siap untuk mengatasi berbagai masalah, termasuk konflik manusia, perubahan iklim, kemiskinan, penyebaran penyakit dan krisis energi. Sekolah harus menyediakan berbagai peluang, bimbingan dan dukungan agar siswa memahami peran dan tanggung jawabnya di dunia nyata, serta mengembangkan kompetensi yang memungkinkan mereka untuk memahami situasi dan lingkungan baru. Keterampilan metakognitif P21 telah mengidentifikasi pembelajaran mandiri sebagai salah satu keterampilan dasar dalam kehidupan dan karir yang diperlukan untuk mempersiapkan pendidikan dan pekerjaan di abad ke-21 (P21, 2007a). Metakognisi didefinisikan sebagai 'thinking about thinking'. Seseorang yang memiliki pengetahuan metakognitif berarti menyadari berapa banyak mereka memahami topik pembelajaran dan faktor-faktor yang mempengaruhi pemahaman mereka. Keterampilan metakognitif dapat meningkatkan pembelajaran dan pemahaman siswa. Beberapa langkah penting untuk mengajarkan keterampilan metakognitif sebagai berikut: (a) ajarkan kepada siswa bahwa belajar itu tidak terbatas jumlahnya dan kemampuan seseorang untuk belajar dapat diubah, (b) ajarkan bagaimana menetapkan tujuan belajar dan merencanakan pencapaiannya, dan (c) berikan siswa banyak kesempatan untuk berlatih memantau kegiatan belajarnya secara akurat. Tanamkan pada siswa bahwa hal-hal tersebut penting dan merupakan kebutuhan bagi siswa itu sendiri. Kemampuan berpikir berwirausaha Kreativitas dan berpikir kewirausahaan juga merupakan keterampilan esensial di abad ke-21. Pertumbuhan lapangan pekerjaan yang cepat dan industri yang sedang berkembang membutuhkan kreativitas pekerja, termasuk kemampuan untuk berpikir yang tidak biasa (out of the box), memikirkan kebijakan konvensional, membayangkan skenario baru dan menghasilkan karya yang menakjubkan. Memiliki pola pikir kewirausahaan (kemampuan untuk mengenali dan memanfaatkan peluang dan kesanggupan untuk bertanggung jawab dan menanggung resiko), memungkinkan seseorang untuk menciptakan lapangan kerja bagi diri mereka sendiri dan orang lain. Oleh karena itu, siswa harus dilatih menjawab pertanyaan dan membuat keputusan dengan cepat. Mereka juga harus dilatih untuk berpikir inventif, mengamati dan mengevaluasi peluang dan ide-ide baru. Namun demikian, penting untuk diperhatikan bahwa ide-ide tersebut harus bermanfaat atau berdampak positif bagi organisasi dan komunitas tempat tinggal atau kerja. Kegiatan kewirausahaan di sekolah harus dirancang sedemikian rupa sehingga memungkinkan siswa untuk memimpin dan menumbuhkan otonomi yang lebih besar (P21, 2008). Belajar untuk belajar dan kebiasaan belajar sepanjang hayat Sepanjang hidupnya, seseorang akan selalu menemukan informasi baru yang mengubah pengetahuan yang dimilikinya. Bolstad (2011) berpendapat bahwa sekolah yang berorientasi masa depan harus memperluas kapasitas intelektual siswa dan memperkuat kemauan dan kemampuan mereka untuk terus belajar sepanjang hidup. Keterampilan belajar untuk belajar, memiliki keterbukaan dan komitmen untuk belajar seumur hidup dan mempelajari kehidupan secara lebih luassangat penting bagi siswa untuk beradaptasi. Kemampuan siswa untuk belajar lebih diutamakan dibandingkan akumulasi pengetahuan. Learning to Live Together Berbagai bukti menunjukkan bahwa siswa yang bekerja secara kooperatif dapat mencapai level kemampuan yang lebih tinggi jika ditinjau dari hasil pemikiran dan kemampuan untuk menyimpan informasi dalam jangka waktu yang panjang dari pada siswa yang bekerja secara individu. Belajar bersama akan memberikan kesempatan bagi siswa untuk terlibat aktif dalam diskusi, senantiasa memantau strategi dan pencapaian belajar mereka dan menjadi pemikir kritis. Menghargai keanekaragaman Pada abad ke-21, siswa harus turut berperan dalam kegiatan pendidikan. Peran aktif siswa membantu mereka mengembangkan kompetensi dalam kehidupan dan bekerja bersama dalam masyarakat yang memiliki keanekaragaman budaya dan organisasi. Mereka harus belajar bahwa mereka tidak akan selalu dihargai, tetapi mereka harus mencari dan menggunakan bakat dan ide-ide mereka di antara beragam siswa lainnya. Ini merupakan keterampilan penting yang harus dilatih dan sering digunakan oleh siswa. Keterampilan ini melibatkan rasa hormat dan menghargai permasalahan orang lain dan budaya yang berbeda dari budaya mereka, sehingga mereka akan memperoleh keterampilan sosial dan lintas budaya (Barrett et al., 2014). Hal ini juga akan membangun kesadaran dan pengetahuan tentang perbedaan yang ada di antara individu dan masyarakat. Lingkungan sekolah harus menawarkan kemungkinan untuk merancang kegiatan pembelajaran yang dapat memberikan kesempatan bagi anak muda untuk menghargai, bergaul dengan baik dan hidup berdampingan secara damai di lingkungan dengan kebudayaan yang sangat beragam (ini merupakan keterampilan hidup abad ke- 21 yang sangat dihargai). Oleh karena itu, ada kebutuhan mendesak bagi guru untuk merancang kegiatan belajar kolaboratif dan sesuai dengan kehidupan nyata yang dapat mengembangkan pemahaman, keterampilan dan nilai-nilai siswa. Teamwork dan interconnectedness Keterampilan teamwork dan interconnectedness harus menjadi perhatian utama dunia pendidikan. Keterampilan ini sangat penting baik dalam kehidupan masyarakat ataupun di tempat kerja. Hasil survei Conference Board (2006, dikutip Scott, 2015b) menemukan bahwa profesionalisme, etika kerja yang baik, komunikasi secara lisan dan tertulis, kerja tim, kolaborasi, berpikir kritis dan kemampuan memecahkan masalah merupakan keterampilan paling penting. Keterampilan-keterampilan ini memungkinkan seseorang mendapatkan nilai lebih di mata kolega sekaligus berkembang di lingkungan kerja yang kolaboratif (Redecker et al., 2011). Di antara kompetensi penting di abad ke-21 adalah kemampuan untuk membantu perkembangan kerjasama interdisipliner dan pertukaran ide-ide global untuk melawan potensi diskriminasi karena suku, jenis kelamin atau usia (Leis, 2010). Civic dan digital citizenship Civic literacy (literasi bermasyarakat) merupakan keterampilan penting, karena siswa perlu mengetahui hak dan kewajiban warganegara di lingkup lokal, regional, dan nasional; mengembangkan motivasi, watak dan keterampilan untuk berpartisipasi dalam masyarakat; dan memahami dampak dari masalah kemasyarakatan secara lokal dan global (P21, 2013). Selain hal tersebut, keterampilan abad ke-21 yang lain adalah digital citizenship (masyarakat yang melek digital) – memahami bagaimana cara untuk berpartisipasi secara produktif dan bertanggung jawab secara online (P21, 2013). Hal ini penting untuk membantu siswa dalam memahami bagaimana untuk berpartisipasi dengan cerdas dan etis sebagai warga negara yang bertanggung jawab dalam komunitas virtual. Hal ini melibatkan pembelajaran tentang bagaimana mengakses reliabilitas dan kualitas dari informasi yang ditemukan dari internet dan menggunakan informasi yang diperoleh secara bertanggung jawab (Davies, Fidler dan Gorbis, 2011). Sekolah perlu mengatur bagaimana siswa belajar dan berlatih menggunakan teknologi secara bertanggung jawab (misalnya caramengaskes data, perlindungan terhadap hal- hal yang bersifat privasi, cara mendeteksi penipuan, plagiarisme, kekayaan intelektual hak dan anonimitas) dan bagaimana menjadi digital citizens yang baik. Kompetensi global Siswa yang memiliki kompetensi global akan mampu mengambil tindakan melalui banyak cara dan cenderung menganggap diri mereka sebagai warga dunia, bukan dari warga bangsa tertentu. Mereka mampu menggunakan keterampilan berpikir kritis untuk mensurvei dan memikirkan masalah yang perlu diprioritaskan, mengidentifikasi solusi yang dapat dilakukan, menilai solusi yang dipilih dan rencana tindakan yang akan dilakukan berdasarkan bukti, dan mempertimbangkan dampak potensial dan konsekuensi yang mungkin muncul dari tindakan yang akan dilakukan. Siswa yang memiliki kompetensi global akan berhati-hati dalam mempertimbangkan beberapa pendekatan sebelumnya dan perspektif orang lain. Mereka bertindak secara etis dan kolaboratif (dengan cara yang kreatif) untuk memberikan kontribusi bagi pembangunan lokal, regional ataupun global. Siswa yang memiliki kompetensi global tidak beranggapan bahwa mereka mampu menangani tantangan yang kompleks sendirian, namun mampu merefleksi seberapa besar kapasitas mereka untuk menyelesaikan tugas yang diberikan dan mencari kesempatan berkolaborasi untuk bergabung dengan orang lain yang akan melengkapi kekuatannya (Mansilla and Jaskson, 2011). Kompetensi antar budaya Kemampuan untuk memahami dan berkomunikasi dengan masyarakat lintas budaya atau yang memiliki kebudayaan yang berbeda adalah prasyarat mendasar di dunia kerja. Semua siswa perlu mendapatkan kompetensi antarbudaya. Untuk alasan ini, pendidikan antarbudaya, yang bertujuan untuk mengembangkan dan meningkatkan kemampuan ini, dapat memberikan kontribusi untuk menjaga kedamaian dan pembelajaran inklusif (Barrett et al., 2014). Kompetensi antarbudaya tidak diperoleh secara otomatis, melainkan harus dipelajari, dipraktikkan dan dipelihara sepanjang hidup. Guru memiliki peran yang sangat penting dalam memfasilitasi pengembangan kompetensi antarbudaya di antara siswa (Barrett et al., 2014). Sikap saling menghormati dan toleransi sangat penting untuk memastikan bahwa pandangan individu dari semua latar belakang budaya diakui dan dihormati dalam masyarakat yang multikultural. Hal yang sangat penting adalah siswa dapat belajar untuk mendengarkan orang lain, menunjukkan fleksibilitas, dan bekerja sama dengan kontributor dalam tim yang berasal dari berbagai budaya dan berbagai rumpun ilmu pengetahuan. Ini adalah kompetensi yang sangat penting dan tidak boleh dilewatkan oleh masyarakat abad ke-21 (Barrett et al, 2014). Berdasarkan hal tersebut maka jelas bahwa pendidikan memiliki peran yang signifikan bahkan fundamental dalam menawarkan kesempatan kepada pelajar abad ke-21 untuk mengembangkan kompetensi yang memungkinkan mereka dapat hidup damai dengan kondisi budaya yang beragam (Carneiro dan Draxler, 2008).
2.4 Indikator Keterampilan Abad 21 (KA 21)
Indikator kemampuan berpikir kritis menurut Ennis (Hassoubah, 2004:14) terdapat dua belas indikator kemampuan berpikir kritis yang dikelompokkan dalam lima kelompok keterampilan berpikir, yaitu: 1. Memberikan penjelasan sederhana, meliputi: a. Memfokuskan pertanyaan, peserta didik fokus terhadap pertanyaan yang diberikan oleh peneliti, b. Menganalisis pertanyaan, c. Bertanya dan menjawab pertanyaan tentang suatu penjelasan atau tantangan. 2. Membangun keterampilan dasar, meliputi: a. Mempertimbangkan kriteria dan keabsahan informasi, Mengamati dan mempertimbangkan suatu laporan observasi, b. Menyimpulkan, c. Mendeduksi dan mempertimbangkan hasil induksi, artinya menyimpulkan suatu permasalahan dari umum ke khusus, d. Menginduksi dan mempertimbangkan hasil induksi, artinya menyimpulkan suatu permasalahan dari khusus ke umum. e. Membuat dan menentukan nilai pertimbangan. 3. Memberikan penjelasan lanjut, meliputi: a. Mendefiniskan istilah dan definisi pertimbangan dalam tiga dimensi, b. Mengidentifikasi asumsi, yaitu memeriksa kembali pendapat anggota kelompok yang telah disimpulkan sebelum dipresentasikan. 4. Mengatur strategi dan taktik, meliputi: a. Menentukan tindakan, b. Berinteraksi dengan orang lain. Menurut Suwarna (2009: 2), indikator berpikir kritis ada enam yaitu: 1. Kemampuan menggeneralisasi: kemampuan menentukan aturan umum dari data yang disajikan; 2. Kemampuan mengidentifikasi relevansi: kemampuan menuliskan konsep- konsep yang termuat dalam pernyataan yang diberikan dan menuliskan bagian-bagian dari pernyataan yang menuliskan konsep yang bersangkutan; 3. Kemampuan merumuskan masalah ke dalam model matematika: kemampuan menyatakan pernyataan dalam soal ke dalam simbol matematika dan memberikan arti tiap-tiap simbol; 4. Kemampuan mereduksi dengan menggunakan prinsip: kemampuan menarik kesimpulan dari pernyataan-pernyataan yang disajikan dengan menggunakan aturan inferensi; 5. Kemampuan memberikan contoh soal penarikan kesimpulan: kemampuan menuliskan contoh soal yang memuat aturan inferensi dalam penarikan kesimpulan; 6. Kemampuan merekonstruksi argumen: kemampuan menyatakan argumen ke dalam bentuk lain dengan makna yang sama. Berdasarkan Ennis (dalam Julita, 2014) ada enam unsur dasar dalam berpikir kritis yang dikenal dengan singkatan FRISCO (Focus, Reason, Inference, Situation, Clarity, Overview). Adapun penjelasan dari FRSICO adalah sebagai berikut. 1. Focus (fokus), artinya memusatkan perhatian terhadap pengambilan keputusan dari permasalahan yang ada. 2. Reason (alasan), memberikan alasan rasional terhadap keputusan yang diambil. 3. Inference (simpulan), membuat simpulan yang berdasarkan bukti yang meyakinkan dengan cara mengidentifikasi berbagai argumen atau anggapan dan mencari alternatif pemecahan, serta tetap mempertimbangan situasi dan bukti yang ada. 4. Situation (situasi), memahami kunci dari permasalahan yang menyebabkan suatu keadaan atau situasi. 5. Clarity (kejelasan), memberikan penjelasan tentang makna dari istilah- istilah yang digunakan. 6. Overview (memeriksa kembali), melakukan pemeriksaan ulang secara menyeluruh untuk mengetahui ketepatan keputusan yang sudah diambil. Kemudian Sumarmo (2012) memaparkan bahwa kemampuan berpikir kritis meliputi kemampuan untuk: 1. Menganalisis dan mengevaluasi argumen dan bukti, 2. Menyusun klarifikasi, 3. Membuat pertimbangan yang bernilai, 4. Menyusun penjelasan berdasarkan data yang relevan dan tidak relevan, dan 5. Mengidentifikasi dan mengevaluasi asumsi. Indikator kemampuan siswa dalam komunikasi matematis pada pembelajaran matematika menurut NCTM (Nurazizah, 2009:23), 1. Kemampuan mengekspresikann ide-ide matematika melalui lisan, tertulis, dan mendemonstrasikannya serta mengambarkannya secara visual; 2. Kemampuan memahami, menginterprestasikan, dan mengevaluasi ide- ide matematika baik secara lisan maupun bentuk visual lainnya; Kemampuan dalam menggunakan istilah-istilah, notasi-notasi Matematika dan struktur-strukturnya untuk menyajikan ide, menggambarkan hubungan- hubungan dan model-model situasi. Menurut Jihad (2008:168), indikator kemampuan komunikasi matematis meliputi kemampuan siswa, 1. Menghubungkan benda nyata, gambar, dan diagram kedalam ide matematika, 2. Menjelaskan ide, situasi dan relasi matematik secara lisan atau tulisan dengan benda nyata, gambar, grafik dan aljabar. 3. Menyatakan peristiwa sehari-hari dalam bahasa atau simbol matematika 4. Mendengarkan, berdiskusi, dan menulis tentang matematika. 5. Membaca dengan pemahaman atau persentasi matematika tertulis. 6. Membuat konjektur, menyusun argumen, merumuskan definisi dan generalisasi. 7. Menjelaskan dan membuat pertanyaan tentang matematika yang telah dipelajari.
2.5 Rubrik Penilaian Keterampilan Abad 21 (KA 21)
Depdiknas (2002) mengemukakan prinsip pembelajaran yang mesti diperhatikan dalam pembelajaran matematika yaitu berpusat pada siswa, belajar dengan melakukan, mengembangkan kemampuan berpikir kritis dan kreatif, serta mengembangkan kemampuan pemecahan masalah. Berdasarkan prinsip tersebut dalam pembelajaran matematika siswa diharapkan mampu menemukan sebanyak- banyaknya beragam kemungkinan dan relevan dari suatu masalah yang bersifat lentur, orisinil dan terinci berdasarkan informasi yang tersedia. Sehingga siswa memiliki kemampuan berfikir kritis. Tabel 1 Indikator Kemampuan Berpikir Kritis Matematis Siswa Indikator Indikator Umum 1. Interpretasi Memahami masalah yang ditunjukkan dengan menulis diketahui maupun yang ditanyakan soal dengan tepat. 2. Analisis Mengidentifikasi hubungan-hubungan antara pernyataan- pernyataan, pertanyaan-pertanyaan, dan konsep-konsep yang diberikan dalam soal yang ditunjukkan dengan membuat model matematika dengan tepat dan memberi penjelasan dengan tepat. 3. Evaluasi Menggunakan strategi yang tepat dalam menyelesaikan soal, lengkap dan benar dalam melakukan perhitungan. 4. Inferensi Membuat kesimpulan dengan tepat Adaptasi Facione (dalam Karim, 2015) Menurut Facione (dalam Karim, 2015) rubrik penilaian skor tes kemampuan berpikir kritis matematis, seperti Tabel 2. Tabel 2. Rubrik Penilaian Skor Tes Kemampuan Berpikir Kritis Indikator Rubrik Penilaian Skor
Interpretasi Tidak menulis yang diketahui dan yang ditanyakan. 0
Menulis yang diketahui dan yang ditanyakan dengan tidak 1 tepat. Menuliskan yang diketahui saja dengan tepat atau yang 2 ditanyakan saja dengan tepat. Menulis yang diketahui dari soal dengan tepat tetapi kurang 3 lengkap. Menulis yang diketahui dan ditanyakan dari soal dengan 4 tepat dan lengkap. Analisis Tidak membuat model matematika dari soal yang diberikan. 0
Membuat model matematika dari soal yang diberikan tetapi 1
tidak tepat Membuat model matematika dari soal yang diberikan dengan 2 tepat tanpa memberi penjelasan Membuat model matematika dari soal yang diberikan dengan 3 tepat tetapi ada kesalahan dalam penjelasan Membuat model matematika dari soal yang diberikan dengan tepat 4 dan memberi penjelasan yang benar dan lengkap. Evaluasi Tidak menggunakan strategi dalam menyelesaikan soal. 0 Menggunakan strategi yang tidak tepat dan tidak lengkap 1 dalam menyelesaikan soal. Menggunakan strategi yang tepat dalam menyelesaikan soal, tetapi 2 tidak lengkap atau menggunakan strategi yang tidak tepat tetapi lengkap dalam menyelesaikan soal. Menggunakan strategi yang tepat dalam menyelesaikan soal, 3 lengkap tetapi melakukan kesalahan dalam perhitungan atau penjelasan. Menggunakan strategi yang tepat dalam menyelesaikan soal, 4 lengkap dan benar dalam melakukan perhitungan/penjelasan. Inferensi Tidak membuat kesimpulan. 0
Membuat kesimpulan yang tidak tepat dan tidak sesuai 1
dengan konteks soal. Membuat kesimpulan yang tidak tepat meskipun disesuaikan 2 dengan konteks soal. Membuat kesimpulan dengan tepat, sesuai dengan konteks 3 tetapi tidak lengkap. Membuat kesimpulan dengan tepat, sesuai dengan konteks 4 soal dan lengkap. Adaptasi Facione (dalam Karim, 2015) Pengelompokkan kriteria kemampuan berpikir kritis siswa, berdasarkan Persentase seperti Tabel 3. Tabel 3. Kriteria kemampuan berpikir kritis Kriteria Kemampuan Berpikir Kritis Skor Kriteria 89% < ≤ Sangat Tinggi 100% 78% < ≤ 89% Tinggi 64% < ≤ 78% Sedang 55% < ≤ 64% Rendah 0% < ≤ 55% Sangat Rendah (dalam Joko, 2013: 5) Nilai persentase rata–rata kemampuan berpikir kritis berdasarkan tingkat kemampuan siswa yang telah didapatkan, nantinya akan digunakan untuk melihat hubungan antara kemampuan berpikir kritis siswa terhadap tingkat kemampuan yang dimiliki siswa. Tabel 3.3 Rubrik Pemberian Skor Soal Kemampuan Komunikasi Matematis Indikator Keterangan Skor Tidak ada jawaban 0 Hanya sedikit dari gambar yang benar 1 Menggambar Membuat gambar namun kurang lengkap dan benar. 2 (drawing) Membuat gambar secara lengkap dan benar. 3
Tidak ada jawaban 0
Hanya sedikit dari model matematika yang benar 1 Ekspresi Membuat model matematika dengan benar, namun matematika salah dalam mendapatkan solusi. 2 (mathematical Membuat model matematika dan mendapatkan solusi expression) secara lengkap dan benar. 3 Tidak ada jawaban 0 Hanya sedikit dari penjelasan yang 1 Benar
Penjelasan secara matematis masuk akal namun
Menulis hanya sebagian yang lengkap dan benar 2 ( written text) Penjelasan secara matematis tidak tersusun secara logis atau terdapat sedikit kesalahan bahasa 3 Penjelasan secara matematis masuk akal dan jelas 4 serta sistematis. (Diadaptasi dari Ansari, 2004)
2.6 Instrument Penilaian Keterampilan Abad 21 (KA 21)
Berikut contoh instrument Kisi-kisi Tes Kemampuan Komunikasi
No. Indikator Butir Soal Kunci Jawaban Skor
1. Menghubungkan Perhatikan gambar Sebuah bangun ruang yang benda nyata, dibawah ini. Jelaskan apa semua sisinya berbentuk persegi gambar, dan yang kalian ketahui dan semua rusuknya sama diagram ke mengenai gambar panjang. Bangun ruang seperti dalam ide tersebut! itu dinamakan kubus. yang matematika memiliki unsur sisi bidang, rusuk, titik sudut, diagonal bidang, diagonal ruang, bidang diagonal. a. Sisi bidang = ABCD, 10 Tentukan: EFGH, BCFG, ADEH, a. Sisi/bidang ABFE, CDGH b. Rusuk b. Rusuk = AB, BC, CD, c. Titik sudut DA, BF, CG, DH, AE, d. Diagonal bidang EF, FG, GH, HE c. Titik sudut = A, B, C, D, E,F,G,H d. Diagonal bidang = AC, AH, DE, BG, EG, CH, DG, EB, AF, FC, BD, FH
2. Menjelaskan ide, Tunjukkan bahwa
situasi, dan relasi bangun ruang matematika, ABCDEFGH adalah secara lisan sebuah kubus. Gambar ataupun tulisan, pula jaring-jaring kubus dengan benda tersebut. 6 nyata, gambar, grafik, dan aljabar.
3. Menyatakan Sebuah lapangan Diketahui :
peristiwa sehari- berbentuk persegi Panjang : 70 m Lebar : 65 m hari dalam panjang dengan ukuran Tinggi : 30 cm = 0,3 m bahasa atau panjang 70 m dan lebar Jawab : symbol 65 m. Lapangan tersebut Volume = p x l x t matematika digenangi air setinggi 30 = 70 x 65 x 0,3 3 cm. Berapa liter air yang = 1.365 m 10 3 menggenangi lapangan = 1365000 dm itu? (1 liter = 1 = 1365000 liter 3 ). 4 Membuat konjektur, Oleh karena jaring-jaring kubus menyusun merupakan 6 buah persegi yang argument, sama dan kongruen, maka : merumuskan luas permukaan kubus = luas definisi dan jaring-jaring kubus generalisasi. = 6 × (s 8 × s) 2 =6×s =L 2 =6s Gambar diatas Jadi, luas permukaankubus memperlihatkan sebuah dapat dinyatakan dengan rumus kubus ABCDEFGH sebagai berikut. beserta jaring- jaringnya. Luas permukaan 2 rumuskan luas kubus = 6.s permukaan kubus tersebut? DAFTAR PUSTAKA
Nurhaidah & Insya, M. M. (2015). Dampak Pengaruh Globalisasi Bagi Kehidupan
Bangsa Indonesia. Jurnal Pesona Dasar, 3,1-14. Wijaya, E.Y dkk. 2016. Transformasi Pendidikan Abad 21 Sebagai Tuntutan Pengembangan Sumber Daya Manusia Di Era Global. Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Matematika 2016. Volume 1 Tahun 2016. ISSN 2528-259X. Universitas Kanjuruhan Malang Nicholas & Yudhatama, P. 2017. Menampi Perkembangan Teknologi Melalui Keunggulan Keterbelakangan Dalam Global Value Chain. Esai. “Indonesia Challenge Economic Ideas” oleh Forum Studi dan Diskusi Ekonomi 2017 UGM Yuni, E.W. dkk. (2016). Transformasi Pendidikan Abad 21 Sebagai Tuntutan Pengembangan Sumber Daya Manusia di Era Global. Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Matematika. 1: 263-27 Abidin, Y. (2014). Desain Sistem Pembelajaran Dalam Konteks Kurikulum 2013. Bandung: PT Refika Aditama. Partnership for 21st Century Skills. 2009b. Framework for 21st Century Learning. Tucson, AZ: Partnership for 21st Century Skills. Available at : www.p21.org/storage/documents/P21_Framework.pdf Siti Zubaidah. Keterampilan Abad Ke-21: Keterampilan Yang Diajarkan Melalui Pembelajaran. UNM: FMIPA.