DISUSUN OLEH:
UNIVERSITAS RIAU
2021
KATA PENGANTAR
Segala puji hanya milik Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan
hidayahnya kepada kami, sehingga dapat menyelesaikan makalah ini yang berjudul
“Perbandingan Model Pengembangan Profesi Guru Di Negara Jepang Dan Indonesia“.
Penyusunan makalah ini bertujuan untuk menyelesaikan tugas mata kuliah
Pengembangan Profesi Guru (PPG).
Dalam penyusunan makalah ini, kami banyak mendapat bantuan dari berbagai
pihak, maka dari itu pada kesempatan ini kami ingin menyampaikan terima kasih
kepada dosen pengajar, orang tua, dan semua orang yang terlibat yang telah
memberikan dorongan dan motivasi sehingga makalah ini dapat terselesaikan.
Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN
Perubahan Jepang menjadi negara industri membawa dampak yang sangat besar
dalam masyarakatnya. Negara Jepang yang mengalami kekalahan dalam PD II dan
pada dasarnya tidak memiliki sumber daya alam yang memadai terpacu untuk
membangun negerinya secara besar-besaran. Dapat dikatakan bahwa generasi kunci
kemajuan Jepang adalah generasi yang lahir pada masa perang, atau kira-kira berumur
25-30 tahunan pada tahun 60-70an. Mereka mewarisi jiwa gambarism pendahulunya
yang sukses menaklukkan beberapa negara di Asia.
Era 60-an ditandai pula sebagai era shinkansen, transportasi super cepat. Rel-rel
dibangun melintasi wilayah Jepang sekalipun pada waktu itu banyak sekali protes dari
masyarakat. Tetapi proyek shinkansen akhirnya membawa kemajuan ekonomi Jepang
semakin pesat, sekaligus meningkatnya kompetisi dalam masyarakat Jepang yang
semula dikenal sangat homogen.
2. SMP
Kurikulum SMP juga menitikberatkan pada pendidikan bahasa Jepang,
matematika, IPA dan IPS. Pelajaran bahasa asing diajarkan dalam bentuk mapel
pilihan, di antaranya bahasa Inggris, bahasa Perancis, dan bahasa Jerman.
Pelajaran bahasa Inggris baru dijadikan mapel wajib di level SMP pada kurikulum
2002.
Pendidikan kesehatan jasmani diajarkan dalam jumlah jam belajar yang sama
dengan SD (90 jam), tetapi berbeda dengan SD, pendidikan kesehatan di SMP
terdiri atas Olahraga dan pendidikan jasmani.
Adanya mata pelajaran pilihan di SMP, yaitu bahasa Jepang, IPS,
Matematika,IPA,Musik, Art, Pendidikan Jasmani Kesehatan, Keterampilan/
Homemaking, dan bahasa Asing, merupakan perbedaan khas antara kurikulum
SMP di Indonesia dan Jepang. Alokasi waktu pembelajaran integrated course juga
diberikan lebih besar dibandingkan dengan mapel yang sama di SD.
Pendidikan dasar di Jepang juga dilengkapi dengan tokubetsukatsudou yang
dapat diterjemahkan sebagai aktivitas khusus atau semacam ekstra kurikuler di
Indonesia, tetapi agak berbeda karena kegiatan ini meliputi OSIS, kegiatan kelas,
kegiatan klub olahraga dan seni, event sekolah dan pendidikan moral. Event
sekolah seperti festival sekolah (gakkousai) dipersiapkan per kelas dengan
bimbingan penuh dari wali kelas.
3. SMA
Dibandingkan kurikulum SD dan SMP, kurikulum SMA di Jepang paling
sering berubah. Perubahan tampak pada nomenklatur mapel, kategorisasi, dan
sistem penjurusan. Sifat khas kurikulum SMA adalah kompleksnya mapel yang
diajarkan.
Pelajaran bahasa Jepang tidak saja dibedakan atas tatabahasa dan sastra, tetapi
dikelompokkan lebih detil lagi menjadi pendidikan bahasa Jepang, literature
klasik dan literature modern. Bahasa Asing sebelum kurikulum 2002 masih
memperkenalkan bahasa Jerman dan bahasa Perancis, tetapi sejak kurikulum 2002
yang dimaksud dengan bahasa asing adalah bahasa Inggris yang diajarkan dalam
secara detil.
Penjurusan dilakukan sejak kelas 3 SMA, dan jurusan yang ada pada dasarnya
adalah jurusan rika (IPA) dan bunka (budaya/sosial). Tetapi penjurusan
mengalami perkembangan semenjak semakin banyak lulusan SMA yang memilih
akademi atau college dan memilih bekerja.Penjurusan dikembangkan dengan
beragam mapel yang terkait dengan teknik, pertanian,perikanan, kesejahteraan
masyarakat, dll.Beberapa sekolah membagi lebih detil lagi penjurusan menjadi
Jurusan yang dipersiapkan untuk menghadapi ujian masuk universitas negeri dan
Jurusan yang memilih universitas swasta. Misalnya, Rika A adalah kombinasi
jurusan IPA dan persiapan ujian masuk PTN. Selain integrated course, pelajaran
IT juga baru dimasukkan dalam kurikulum 2002.
3.1 Kesimpulan
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa sistem pendidikan di
Jepang sangat berbeda dengan sistem pendidikan yang ada di Indonesia begitupun
dengan sistem pengembangan profesi gurunya. Di Jepang, sertifikat mengajar telah
dikembangkan sejak tahun 1886 yang hanya diberikan kepada guru yang lolos
dalam ujian seleksi guru dan selanjutnya mereka akan ditugaskan di sekolah –
sekolah yang ada di Jepang.Beberapa tahun kemudian, diadakan sistem sertifikasi
ulang yang dikenal dengan "kyoinmenkyokosinsei". Dengan kebijakan ini para guru
harus mengikuti "training penyegaran" setiap 10 tahun sekali.
3.2 Saran
Dengan adanya perbedaan antara sistem pengembangan guru di tiap-tiap
negara maka di masa depan, mungkin Indonesia dapat menerapkan sistem-sistem
tersebut yang dirasa baik dan cocok untuk para guru di Indonesia sehingga dapat
meningkatkan kualitas pengajaran mereka.
DAFTAR PUSTAKA
Fachruddin Saudagar & Ali Idrus, Pengembangan Profesionalitas Guru (Jakarta: Gaung
Persada Press, 2000), hlm. 7.
Yunus Abu Bakar & Syarifan Nurjan, Profesi Keguruan (Surabaya: Aprinta, 2009), hlm. 1.
Permenneg PAN dan RB Nomor 16 Tahun 2009 tentang Jabatan Fungsional Guru dan
Angka Kreditnya.
Ali Mudlofir, Pendidik Profesional (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2012), hlm. 124.
Ahmad Yusuf Sobri, “Model-model Pengembangan Profesionalisme Guru.” KONASPI, VIII
(2016), hlm. 340.
Udin Syaefudin Sa’ud, Pengembangan Profesi Guru (Bandung:Alfabeta, 2011), hlm. 105-
110.
Ahmad Yusuf Sobri, “Model-model Pengembangan Profesionalisme Guru, hlm. 340.
Udin Syaefudin Sa’ud, Pengembangan Profesi Guru, Alfabeta, (2009). hlm. 102.
Aileen Kennedy, Models of Continuing Professional Development: a Framework for
Analysis, Journal of In service Education, Volume 31, Number 2, pp. 235-250, (2005). Hlm.
340.