Anda di halaman 1dari 34

MAKALAH

PAPER AND PENCIL TEST SERTA ASESSMEN


KINERJA DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA
Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Asessmen Pembelajaran
Matematika.
Dosen Pengampu Mata Kuliah oleh :
Prof. Dr. Baso Intang Sappaile dan Sahid, S.Pd.,M.Pd.

DISUSUN OLEH:
Kelompok 6:
SITTI AISYA NUR ( 1711040022 )
IRDA AL ADAWIYA ( 1711042008 )
FITRAH AULIYAH ( 1711040016 )
ASRI AINUN AMALIAH ( 1711042014 )

A2 2017
JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR
2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan
rahmat dan kesehatan kepada kami sehingga, kami dapat menyelesaikan
penyusunan makalah ini. Shalawat serta salam marilah senantiasa kita junjungkan
kehadirat Nabi Muhammad SAW.
Makalah yang berjudul “Paper And Pencil Test serta Asessmen
Kinerja dalam Pembelajaran Matematika” ini disusun bertujuan guna
memenuhi salah satu tugas mata kuliah Assesment Pembelajaran Matematika.

Tak lupa kami ucapkan terima kasih kepada pengajar mata kuliah
Assesment Pembelajaran Matematika atas bimbingan dan arahan dalam penulisan
makalah ini. Juga kepada rekan-rekan mahasiswa yang telah mendukung sehingga
dapat terselesaikannya makalah ini.

Kami menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini masih jauh dari kata
sempurna.Untuk itu, kami mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari
semua pihak demi kesempurnaan makalah berikutnya. Semoga makalah ini
mampu memberikan manfaat dan mampu memberikan segi positif bagi para
pembaca.

Makassar, 18 Februari 2019

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ...........................................................................................i


DAFTAR ISI..........................................................................................................ii
BAB PENDAHULUAN.........................................................................................1
1.1 Latar Belakang....................................................................................1
1.1 Rumusan Masalah..............................................................................1
1.2 Tujuan Penulisan.................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN.........................................................................................3
2.1 Pengertian dari tes tertulis(paper and pencill test)............................3
2.2. Macam-macam bentuk dari tes tertulis setra contoh tes tertulis dalam
pelajaran matematika.....................................................................................3
2.3 Pengertian dari Penilaian Kinerja (Performance Assessment)............7
2.4 Manfaat dari kriteria dalam penilaian kinerja...................................8
2.5 Instrumen Penilaian Kinerja (Performance Assessment)..................11
BAB III PENUTUP...............................................................................................15
3.1 Kesimpulan........................................................................................15
3.2 Saran.................................................................................................15
DAFTAR PUSTAKA ...........................................................................................16

ii
Bab I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Pengembangan kualitas sumber daya manusia sebagai rangkaian upaya


untuk mewujudkan manusia seutuhnya dan masyarakat Indonesia seluruhnya serta
untuk kesejahteraan bangsa mencakup pengembangan manusia, baik sebagai
insan maupun sebagai sumberdaya pembangunan.

Dari berbagai bentuk pengembangan kualitas sumberdaya manusia,


pendidikan dapat dikatakan sebagai katalisator utama pengembangan sumberdaya
manusia. Berkenaan perbincangan pendidikan, dalam konteks ke Indonesiaan,
maka hal tersebut identik dengan pendidikan formal di sekolah, pendekatan,
bentuk, pengelolaan, kurikulum dan manajemennya dari pemerintah. Sehingga
yang pentting dalam meningkatkan kuliatas pendidikan, kita bisa berupaya dengan
menyediakan alat untuk meningkatkan kuliatas tersebut yaitu mengembangakan
tes tertulis dan penilaian unjuk kinerja siswa yang akan di bahas lebih lanjut
dalam makalah ini.

Penilaian kinerja siswa merupakan salah satu alternatif penilaian yang


difokuskan pada dua aktivitas pokok, yaitu: Observasi proses saat berlangsungnya
unjuk keterampilan dan evaluasi hasil cipta atau produk. Penilaian bentuk ini
dilakukan dengan mengamati saat siswa melakukan aktivitas di kelas atau
menciptakan suatu hasil karya sesuai dengan tujuan pembelajarannya.Kecakapan
yang ditampilkan siswa adalah variabel yang dinilai. Penilaian terhadap
kecakapan siswa didasarkan pada perbandingan antara kinerja siswa dengan target
yang telah ditetapkan. Proses penilaiannya dilakukan mulai persiapan,
melaksanakan tugas sampai den-gan hasil akhir yang dicapainya. Oleh karena itu
penilaian dengan tertulis dan lisan saja tidak dapat mewakili secara keseluruhan
segala penilaian yang di inginkan apalagi dengan materi pembahasan yang
menuntut siswa agar dapat memecahkan masalah dan menentukan sikap, bekerja
sama dengan teman sekelompoknya dan lain-lainnya. Maka penilaian kinerja akan
menjawab semua pertanyaan yang belum bisa terjawab pada penilaian secara lisan
dan tulisan.

1
1.1 Rumusan Masalah
Rumusan masalah dalam makalah ini adalah sebagai berikut :

1. Apa pengertian dari tes tertulis (paper and pencil test) ?


2. Sebutkan macam – macam bentuk dari tes tertulis serta contoh tes tertulis
dalam pembelajaran matematika?
3. Jelaskan hal – hal yang mempengaruhi keberhasilan dalam penerapan tes
tertuli(Paper and pencil tes)t?
4. Apa pengertian dari Penilaian kinerja (Performance asessment)?
5. Apa manfaat dan kriteria dalam penilaian kinerja?
6. Apa instrument penilaian kinerja dalam pembelajaran matematika?

1.2 Tujuan Penulisan


Adapun tujuan penulisan dalam makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Mengetahui pengertian dari tes tertulis (paper and pencil test);
2. Mengetahui macam – macam bentuk dari tes tertulis;
3. Mengetahui pengertian dari penilaian kinerja;
4. Untuk mengetahui manfaat dan kriteria dalam penilaian kinerja;
5. Mengetahui instrument penilaian kinerja dalam pembelajaran
matematika.

2
Bab II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian dari tes tertulis (paper and pencil test)

Tes adalah pengukuran terencana yang dipakai guru untuk mencoba


menciptakan kesempatan bagi para siswanya untuk memperlihatkan prestasi
mereka dalam kaitannya dengan tujuan yang telah ditentukan (Changelosi,
1990)
Tes adalah suatu cara untuk mengadakan penilaian yang berbentuk suatu
tugas atau serangkaian tugas yang harus dikerjakan oleh anak atau
sekelompok anak sehingga menghasilkan suatu nilai tentang tingkah laku atau
prestasi anak tersebut, yang dapat dibandingkan dengan nilai yang dicapai
oleh anak-nak lain atau standar yang ditetapkan (Wayan Nurkencana:25)
Sehingga tes merupakan suatu cara atau serakaian bentuk pemberian
tugasyang diberikan kepada indivdu atau kelompok individu untuk
mengetahui kecakapan mereka dalam suatu bidang tertentu. Dalam suatu tes
terdapat berbagai macam bentuk, salah satu yang akan dibahas lebih lanjut
dalam makalah ini yaitu tentang tes tertulis, maka tes tertulis (pencil and
paper test) yakni jenis tes di mana penguji (tester) dalam mengajukan butir-
butir pertanyaan dilakukan secara tertulis dan yang diuji (testee) memberikan
jawabannya juga secara tertulis. (Sudijono, 2005).
Tes kertas dan pensil (Tertulis) adalah jenis tes atau prosedur yang paling
sering digunakan untuk penilaian serta bukti dari hasil pembelajaran murid.
Tes tertulis ini dapat dibuat oleh guru, buku teks miliknya, atau tes standar
dari pemerintah. Dapat diketahui bahwa rencana penilaian yang baik
mempertimbangkan banyak hal, yaitu: mengidentifikasi tujuan instruksional
yang penting, memilih format soal yang sesuai dengan indikator atau tujuan
pembelajaran, memutuskan apakah akan menyusun tes sendiri atau
menggunakannya dari buku teks, memberikan pedoman konstruksi yang baik,
dan memberikan ulasan dan informasi tentang tes.
Keberhasilan langkah-langkah persiapan yang penting untuk diperhatikan
diatas dapat menjadi tidak penting apabila soal-soal tes yang diberikan tidak
dibuat dengan baik, tidak jelas, atau dinilai secara subyektif. Maka, masalah
semacam itu tidak dapat merepresentasikan siswa dengan adil serta tidak dapat

3
menunjukkan apa yang telah mereka pelajari serta yang mereka ketahui dan,
akibatnya, tidak memberikan dasar yang valid untuk pengambilan keputusan.
Tidak peduli apakah seseorang guru peduli dengan tes itu diambil dari buku
teks, ataupun tes standar yang penting bahwa guru dapat membedakan antara
pertanyaan tes yang dibangun dengan baik dan yang dibangun dengan buruk.
Tes terdiri dari hubungan atau keterkaitan antara indikator yang telah
dipelajari dengan petanyaan atau item. Setiap pertanyaan harus singkat, padat,
tidak bermakna ganda dan harus menetapkan masalah yang jelas untuk
dipikirkan oleh peserta didik. Lebih lanjut, karena siswa akan secara
psikologis akan memperdebatkan pertanyaan tersebut dari setiap kata untuk
memastikan mereka tidak salah mengartikan maksud dari pertanyaan atau
item tersebut, sangat penting bahwa pertanyaan dinyatakan dalam bahasa yang
jelas dan tepat.
2.2 Macam – macam bentuk dari tes tertulis serta contoh tes tertulis
dalam pembelajaran matematika
Bentuk-bentuk tes tulis (Mardapi, 2008)
Telah dibicarakan sebelumnya bahwa di sekolah seringkali digunakan
tes buatan guru (bukan tes standardized test) ini disebut tes buatan guru
(teacher made test). Tes yang di buat guru ini terutama menilai kemajuan
siswa dalam hal pencapaian hal yang dipelajari.
Dalam hal ini kita bedakan atas dua bentuk tes tulis yaitu sebagai berikut:

a. Tes Non Objektif ( Tes uraian atau esai)


Yang pada umumnya berbentuk tes esai (uraian) tes bentuk esai adalah
sejenis tes kemajuan belajar yang memerlukan jawaban yang bersifat
pembahasan atau uraian kata-kata. Ciri-ciri pertanyaanya didahului dengan
kata-kata seperti, uraikan, jelaskan, mengapa, bagaimana, bandingkan,
simpulkan, dan sebagainya. Soal-soal bentuk esai biasanya jumlahnya tidak
banyak, hanya sekedar 5-10 buah soal dalam waktu kira-kira 90-120 menit.
Soal-soal bentuk esai ini menuntut kemampuan siswa untuk dapat
mengorganisir, menginterprestasi, menghubungkan pengertian-pengertian yang
telah dimiliki. Dengan singkat dapat dikatakan bahwa tes esai menuntut untuk

4
dapat mengingat-ingat dan mengenal kembali dan terutama harus mempunyai
daya kreativitas yang tinggi.
Tes uraian adalah salah satu jenis tes hasil belajar yang memiliki karakteristik
sebagai berikut:
1. Tes tersebut berbentuk pertanyaan / perintah yang menghendaki jawaban
berupa uraian atau paparan kalimat yang pada umumnya cukup panjang
2. Bentuk-bentuk pertanyaan / perintah itu menuntut kepada tester untuk
memberikan penjelasan komentar, penafsiran dan lain-lain.
3. Jumlah butir soalnya umumnya terbatas yaitu berkisar antara 5-10 butir
4. Pada umumnya butir-butir soal tes uraian itu diawali dengan kata-kata,
jelaskan, terangkan, uraikan dan lain-lain.

 Kelebihan-kelebihan Tes Non objektif yaitu:

 Lebih respektif mewakili isi dan luas bahan, lebih objektif, dapat di
hindari campur tangannya unsur-unsur Non objektif baik dari segi
siswa maupun segi guru yang memeriksa.
 Lebih mudah dan cepat cara memeriksanya karena dapat
menggunakan kunci tes bahkan alat-alat hasil kemajuan teknologi.
 Pemeriksaanya dapat diserahkan orang lain.
 Dalam pemeriksaan tidak ada unsur Non objektif yang
mempengaruhi.

 Kelemahan-kelemahan Tes Non objektif yaitu:

 Persiapan untuk menyusun jauh lebih sulit dari pada tes esai karena
soalnya banyak dan harus teliti untuk menghindari kelemahan-
kelamahan yang lain.
 Soal-soal cenderung untuk mengungkapkan ingatan dan daya
pengenalan kembali saja dan sukar untuk mengukur proses mental
yang tinggi.
 Banyak kesempatan untuk main untung-untungan.
 Kerjasama antarsiswa pada waktu mengerjakan soal tes lebih terbuka.

 Cara mengatasi kelemahan:


 Kesulitan menyusun tes objektif dapat diatasi dengan jalan banyak
berlatih terus menerus hingga betul-betul mahir.
 Menggunakan tabel spesifikasi untuk mengatasi kelemahan nomor
satu dan dua.
 Menggunakan norma/standar penilaian yang memperhitungkan faktor
tebakan (guessing) yang bersifat spekulatif itu.

5
Hal yang perlu dicermati adalah kelemahan tes uraian yang terletak
pada variasi jawaban yang tak terbatas sehingga menyulitkan penskoran,
apalagi membandingkan antara peserta didik yang satu dengan yang
lainnya, untuk itu pemeriksaan hasil dapat ditempuh langkah peningkatan
objektivitas dengan jalan:

 Menyusun pola jawaban yang diambil dari sampel jawaban peserta


didik
 Pemeriksaan jawaban tidak dilakukan dengan jalan membaca tiap
halaman satu peserta didik sampai selesai melainkan diperiksa
berdasarkan nomor.
 Setiap lembar jawaban dikoreksi lebih dari satu kali dan urutan dalam
penilaiannya diubah-ubah yang tadinya urutan atas dijadikan urutan
bawah kemudian hasilnya digabungkan dan diambil reratanya.
 Nilai peserta didik tidak langsung dijumlahkan, secara global tetapi
dirinci dari tiap-tiap aspek penilaian, misalnya :
a. Konsistensi pemikiran
b. Kemampuan membahasakan gagasan
c. Isi / bobot materi
d. Kepustakaan yang dijadikan referensi
e. Nilai-nilai baru yang dimunculkan.

Contoh soal tes uraian dalam pembelajaran matematika untuk UN SMA tahun
2018:
1. Persamaan kuadrat (k + 2)x2 − (2k − 1)x + k − 1 = 0 mempunyai akar-akar
nyata dan sama. Tentukan Jumlah kedua akar persamaan tersebut!!!
Pembahasan :
a=k+2
b = −(2k − 1) = 1 − 2k
c=k−1

6
Akar-akar nyata dan sama ⇒ D = 0
b2 − 4ac = 0
(1 − 2k)2 − 4(k + 2)(k − 1) = 0
1 − 4k + 4k2 − 4(k2 + k − 2) = 0
1 − 4k + 4k2 − 4k2 − 4k + 8 = 0
9 − 8k = 0
9
k=8
9 25
a= k+2= +2=
8 8
9 5
b = 1 − 2k = 1 − 2(8) = − 4

Misalkan akar-akar PK diatas adalah α dan β, maka jumlah kedua akar-


akarnya adalah
𝒃
α + β = −𝒂
5
− 2
α + β =− 4
25 =5
8

2. Buktikan Rumus Volume Kubus dan Balok!!


3. Berikan Pengertian Trapesium dengan menggunakan kalimat Anda
sendiri!!

b. Tes objektif
1) Tes benar-salah (true-false)
Tes benar salah adalah butir soal atau tugas yang berupa pernyataan
yang jawabannya menggunakan pilihan pernyataan benar atau salah.
Alternatif jawaban dapat berbentuk:
1) Benar-salah
2) Setuju-tidak setuju
3) Baik-tidak baik
Teknik Penyusunan
 Pastikan pernyataan tes bersifat absolut benar atau salah sesuai dengan
kondisinya.
 Pastikan tes pernyataan mengukur hasil belajar yang sesuai dengan
kompetensi yang dikembangkan

7
 Pastikan kunci jawaban benar
 Pastikan petunjuk mengerjakan tes jelas
 Hindari tes tentang pernyataan yang masih diperdebatkan
 Pastikan pernyataan tidak menggunakan ungkapan atau kata-kata yang
bermakna tidak tentu, misalnya kata kebanyakan, sering kali, kadang-
kadang, selalu, dan sejenisnya
 Seyogyanya jumlah antara jawaban yang benar dan yang salah
seimbang
Kelemahan dan Kelebihan
Kelebihan tes benar salah
 Sangat baik untuk menguji hasil belajar tentang fakta dan ingatan
 Relatif mudah dikonstruksi, khususnya dalam satu pokok bahasan
tertentu
 Relatif dapat menguji banyak bahan ajar yang lebih luas
 Mudah diskor oleh dosen/guru secara langsung atau oleh orang lain,
karena sudah ada kunci jawaban
 Penskoran hasil kerja peserta tes dapat dikerjakan secara objektif
 Petunjuk cara mengerjakan mudah dimengerti

Kelemahan tes benar-salah


 Sering membingungkan bagi mereka yang tidak mengetahui secara
pasti
 Lebih mendorong peserta tes untuk menebak jawaban, khususnya
ketika ia tidak mengetahui jawabannya. Sebab, kemungkinan untuk
benar sebanding dengan kemungkinan untuk salah.
 Ada kecenderungan terlalu menguji kemampuan aspek ingatan
 Ada kecenderungan mendidik berpikir “hitam-putih”, padahal
kebanyakan hasil belajar bukanlah sesuatu yang memiliki kebenaran
absolut
 Banyak masalah yang tidak dapat dinyatakan dengan kemungkinan
benar atau salah
 Kurang cocok untuk mengukur hasil belajar yang menyeluruh

8
 Tidak dapat mengukur semua tujuan pembelajaran/kompetensi yang
lebih menekankan pada pendemonstrasian keterampilan dan
pengungkapan sesuatu yang ekspresif
 Tidak dapat mengukur hasil belajar yang kompleks, baik dari segi
domain maupun dari segi tingkat kesulitan, khususnya domain afeksi
dan motorik
 Tidak dapat mengukur hasil belajar yang mengintegrasikan berbagai
konsep atau ide dari berbagai sumber ke dalam satu pikiran utama
1. Cara Mengolah Skor Tes Tipe Benar-Salah
1) Sistem Denda
Rumus skor dengan sistem denda adalah :
Sk = B – S
Dengan ketentuan :
Sk = skor yang diperoleh peserta tes
B = jumlah jawaban yang benar
S = jumlah jawaban yang salah
Contoh :
Jumlah soal tes = 100 butir soal. Peserta didik dapat menjawab
dengan betul sejumlah 70 butir soal, jawaban yang salah berjumlah 25
butir soal dan 5 butir soal tidak dikerjakan. Maka skor untuk peserta
didik adalah :
70 – 25 = 45
Kelebihan system denda akan mengurangi kemungkinan peserta
tes untuk berspekulasi (untung-untungan) dalam menjawab soal tes,
namun kelemahannya ada kemungkinan seorang peserta memperoleh
skor negatif.
2) Sistem Tanpa Denda
Rumus skor dengan sistem tanpa denda adalah :
Sk = B
Dengan ketentuan
Sk = skor yang diperoleh peserta tes
B = jumlah jawaban yang benar

9
Jadi yang dihitung adalah hanya jawaban yang benar saja,
sedangkan jawaban yang salah tidak memengaruhi skor akhir.
Apabila jawaban Peserta didik dalam contih di atas menggunakan
sistem tanpa denda, maka Peserta didik memperoleh skor = 70.
Kekurang sistem tanpa denda adalah mendorong peserta tes untuk
berspekulasi (untung-untungan) dalam menjawab soal tes, namun
kelebihannya adalah tidak ada peserta tes yang memperoleh skor
negatif.
Soal-soalnya berupa pernyataan-pernyataan (statement).
Statement tersebut ada yang benar dan ada yang salah. Orang yang
ditanya bertugas untuk menandai masing-masing pernyataan itu dengan
melingkari huruf B jika pernyataan itu betul menurut pendapatnya dan
melingkari huruf S jika pernyataannya salah.
Contoh soal tes benar salah yaitu:
Contoh soal
1. B — S aplikasi matematika dalam bidang
2. B — S 25% dari 44 adalah kurang dari 12
3. B — S Apabila data muncul sebanyak 4 kali maka data itu disebut modus
4. B — S 2>-3

 Tentukan benar atau salah pernyataan berikut.


a. -4 < -8;
b. 5 > -7;
c. -2 > -4;
d. -3 < -4;
 Tentukan benar atau salah pernyataan berikut.
Modus merupakan nilai data yang paling sering muncul?

2) Tes pilihan ganda (multiple choice test)

Format pilihan ganda banyak digunakan dalam mencapai atau


mencakup semua jenis materi, dan juga terutama untuk menilai hasil belajar

10
pada tingkat pengetahuan dan pemahaman faktual dari peserta didik. Namun,
dengan bahan pengantar yang sesuai, format tes ini juga dapat digunakan
untuk menilai penerapan pemikiran tingkat tinggi, analisis, dan sintesis.
Batasan atau kekurangan format pilihan ganda adalah bahwa jenis tes pilihan
ganda tidak memungkinkan siswa utama untuk mengkomunikasikan,
menganalisis, mengatur, dan menyajikan jawaban mereka sendiri.

Pengertian bentuk tes tersebut adalah “ tes pilihan ganda merupakan


tes obyektif dimana masing-masing item disediakan lebih dari dua
kemungkinan jawaban, dan hanya satu dari pilihan-pilihan tersebut yang
benar atau yang paling benar. Multiple choice test terdiri atas suatu
keterangan atau pemberitahuan tentang suatu pengertian yang belum lengkap.
Dan untuk melengkapinya harus memilih satu dari beberapa kemungkinan
jawaban yang telah disediakan. Atau Multiple choice test terdiri atas bagian
keterangan (stem) dan bagian kemungkinan jawaban atau alternatif (option).
Kemungkinan jawaban (option) terdiri atas satu jawaban benar yaitu kunci
jawaban dan beberapa pengecoh.

Adapun petunjuk umum untuk menyusun tes yang berbentuk multiple


choice ini adalah sebagai berikut:

 Hendaknya antara pernyataan dalam soal dengan alternatif jawaban


terdapat kesesuaian.
 Kalimat pada tiap-tiap butir soal hendaknya dapat disusun dengan singkat
dan jelas.
 Soal hendaknya disusun menggunakan bahasa yang mudah difahami.
 Alternatif jawaban hendaknya disusun dalam kalimat yang panjang
pendeknya relatif sama, sehingga tidak menimbulkan dugaan bahwa
kalimat yang panjang adalah jawaban yang benar.
 Gunakan perintah “ manakah alternatif jawaban yang paling baik”; atau
“ pilihlah jawaban yang lebih baik dari yang lain ” , apabila lebih dari
satu jawaban yang benar.
 Jangan menggunakan alternatif jawaban yang tumpang tindih, maupun
menggunakan kata-kata sinonim.

11
 Setiap butur pertanyaan hendaknya hanya mengandung satu masalah,
meskipun masalah itu agak kompleks.
 Hindarkan pengulangan suara atau pengulangan kata pada kalimat pokok
dialternatif-alternatifnya, karena anak akan cenderung memilih alternatif
yang mengandung pengulangan tersebut. Hal ini disebabkan karena dapat
diduga itulah jawaban yang benar.

KELEBIHAN MULTIPLE CHOICE

1) Materi yang diujikan dapat mencakup sebagian besar materi yang


diajarkan
2) Jawaban siswa dapat dikoreksi dengan mudah dan cepat menggunakan
kunci jawaban
3) Jawaban sudah pasti benar atau salah sehingga penilaian bisa objektif

KELEMAHAN MULTIPLE CHOICE

1) Kemngkinan untuk melakukan tebakan masih cukup besar


2) Proses berpikir siswa tidak dapat dilihat dengan nyata
Contoh soal tes pilihan ganda(multiple choice test):
1. Himpunan Q = { x I 5 ≤ x ≥ 14, x Є bilangan genap } dapat dinyatakan
dengan mendaftar anggota – anggotanya menjadi …

a. { 5,6,7,8,9,10,11,12,13 }

b. { 7,9,11,13 }

c. { 6,8,10,12,14 }

d. { 6,8,10,12 }

e. { 4,6,8,10,12 }

Jawaban : d

Pembahasan :
Untuk himpunan Q = { x I 5 ≤ x ≥ 14, x Є bilangan genap }, maka daftar
anggotanya yaitu Q = { 6,8,10,12 }

12
2. Diberikan sistem pertidaksamaan Fungsi
objektif yang mencapai minimum di titik (1,2) adalah ….

Jawaban: E

3) Menjodohkan (matching test)

Matching test dapat kita ganti dengan istilah mempertandingkan,


mencocokkan, memasangkan, atau menjodohkan. Matching test terdiri atas
satu seri pertanyaan dan satu seri jawaban. Masing-masing pertanyaan
mempunyai jawaban yang tercantum dalam seri jawaban. Tugas murid ialah
mencari dan menempatkan jawaban-jawaban sehingga sesuai atau cocok
dengan pertanyaannya.

Petunjuk-petunjuk yang perlu diperhatikan dalam menyusun bentuk


matching adalah:

 Seri pertanyaan-pertanyaan dalam matching test hendaknya tidak lebih


dari sepuluh soal (item). Sebab pertanyaan-pertanyaan yang pendek itu
akan membingungkan murid. Juga kemungkinan akan mengurangi
homogenitas antara item-item itu. Jika itemnya cukup banyak, lebih baik
dijadikan dua seri.
 Jumlah jawaban yang harus dipilih, harus lebih banyak dari pada jumlah
soalnya (kurang lebih 1 ½ kali). Dengan demikian murid dihadapkan
kepada banyak pilihan, yang semuanya mempunyai kemungkinan
benarnya, sehingga murid terpaksa lebih mempergunakan fikirannya.
 Antara item-item yang tergabung dalam satu seri matching testharus
merupakan pengertian-pengertian yang benar-benar homogen.

13
 Statemen yang menjadi soal, diletakkan di sebelah kiri dengan diberi
nomor, sedangkan jawaban diletakkan di sebelah kanan dengan
menggunakan abjad.
 Dalam membuat petunjuk, jelaskan dasar yang digunakan untuk
menjodohkan. Dalam soal menjodohkan yang bersifat sederhana, dasar
menjodohkan mungkin sudah jelas.
 Jangan penjodohan sempurna satu lawan satu. Satu jawaban mungkin
dapat dijodohkan dengan lebih satu statemen. Adakalanya baik
memasukkan jawaban yang tidak ada pasangannya.

Adapun kelebihan dan kekurangan matching test adalah sebagai


berikut:

KELEBIHAN MATCHING TEST

 Penilaian dapat dilakukan dengan cepat dan objektif


 Tepat digunakan untuk mengukur kemampuan bagaimana
mengidentifikasi antara dua hal yang saling berhubungan
 Dapat mengukur ruang lingkup pokok bahasan atau subpokok bahasan
yang lebih luas

KEKURANGAN MATCHING TEST

 Hanya dapat mengukur hal-hal yang didasarkan atas fakta dan hafalan
 Sukar untuk menentukan materi atau pokok bahasan yang mengukur hal-
hal yang saling berhubungan

14
Contoh soal menjodohkan (matching test):
Pertanyaan Jawaban
Nama Sumbu X pada Sistem Koordinat Kartesius...... a. aplikat

Nama Sumbu Y pada Sistem Koordinat Kartesius..... b. absis

Nama Sumbu Z pada Sistem Koordinat...... c. ordinat

d. dimensi

4) Tes isian (completion test)

Completion test biasa kita sebut dengan istilah tes isian, tes
menyempurnakan, atau tes melengkapi. Completion test terdiri atas kalimat-
kalimat yang ada bagian-bagiannya yang dihilangkan. Bagian yang
dihilangkan atau yang harus diisi oleh murid ini adalah merupakan pengertian
yang kita minta dari murid. Tes melengkapi adalah butir soal atau tugas yang
jawabannya diisi oleh peserta tes dengan melengkapi satu kata, satu frasa,
satu angka, satu rumus, atau satu formula. Butir soal ini berupa kalimat
pernyataan yang belum selesai sehingga peserta harus melengkapi kalimat
penyataan tersebut.

1. Teknik Penyusunan

Ebel (Azwar, 2012: 101) mengemukakan beberapa petunjuk dalam


penulisan item soal tes isian melengkapi agar dapat dicapai kualitas item yang
baik.

Petunjuk itu antara lain:

 Pertanyaan atau pernyataan soal harus ditulis dengan hati-hati sehingga


dapat dijawab dengan hanya satu jawaban yang pasti.
 Sebaiknya rumuskan jawabannya lebih dahulu baru kemudian menulis
pertanyaannya.Petunjuk ini sesuai dengan sifat item tipe jawaban
melengkapi yang memang memusat pada jawaban yang diinginkan.
Dengan menulis pertanyaan sambil memperhatikan jawaban yang kita

15
kehendaki maka dapat dijaga bahwa hanya akan ada satu jawaban yang
layak diberikan terhadap item.
 Gunakan pertanyaan lagsung, kecuali bilamana model kalimat tak selesai
akan memungkinkan jawaban yang lebih jelas.
 Usahakan agar dalam pertanyaan tidak terdapat petunjuk yang mungkin
digunakan oleh subjek dalam jawaban item
 Jangan menggunakan kata atau kalimat yang langsung dikutip dari buku.
 Kelemahan dan Kelebihan

Kelebihan tes jawaban melengkapi

o Relatif mudah dikonstruksi apabila jawabannya sudah pasti.


o Lebih cocok untuk mengukur kemampuan mengingat fakta dan prinsip
sederhana.
o Mampu menguji sebagian besar pokok bahasan dalam waktu relatif
singkat.
o Cocok untuk mengukur kemampuan pemecahan masalah sederhana dalam
bidang matematika.
o Peserta tes harus mengisi jawaban, bukan memilih jawaban.

Kelemahan tes jawaban melengkapi

o Kurang dapat menguji semua tingkat kemampuan hasil belajar, karena


keterbatasan jawaban satu kata, frasa, angka, atau formula.
o Lebih menekankan kemampuan mengingat.
o Relatif sulit dikonstruksi apabila jawabannya tidak pasti.
o Tidak dapat mengukur hasil belajar yang kompleks, baik dari segi domain
maupun dari segi tingkat kesulitan, khususnya domain kognisi dan afeksi.
o Tidak dapat mengukur hasil belajar yang mengintegrasikan berbagai
konsep atau ide dari berbagai sumber ke dalam satu pikiran utama.
o Tidak cocok mengukur hasil belajar yang mengungkapkan pikiran dalam
bentuk tulis sesuai dengan gaya pikir dan gaya bahasa sendiri.

Contoh soal Tes isian (completion test):


Isilah bagian kosong pada soal dibawah ini:

16
sin (2𝑥−6) sin (2𝑥−6) √4−𝑥 + 1
lim = lim .
𝑥→3 √4−𝑥 − 1 𝑥→(___) √4−𝑥 − 1 √4−𝑥 + 1
sin (2𝑥−6)√(_________) + 1
= lim (___________)− 1
𝑥→(___)

sin (__________)√4−𝑥 + 1
= lim
𝑥→(___) (_________________)

sin (2𝑥−6)√4−𝑥 + 1 (___)


= lim (3−𝑥)
.
𝑥→(___) −2

sin (2𝑥−6)√4−𝑥 + 1(_____)


= lim
𝑥→(___) (_______________)

sin (2𝑥−6)
= lim . lim √(______) + 1 . (−2)
𝑥→(__) (__________) 𝑥→(____)

= 1 √(_______________) 1 . (−2)

=-4
5) Bentuk Uraian Objektif
Bentuk soal uraian objektif sangat tepat diguanakan unuk bidang
Matematika, karena kunci jawabannya hanya satu. Pengerjaan soal ini
melalui suatu prosedur atau langkah-langkah tertentu. Setiap langkah ada
skornya. Objektif disini dalam arti hasil penskoran apabila diperiksa oleh
beberapa pendidik dalam bidang studi tersebut dan hasilnya akan sama.
Pertanyaan pada bentuk soal ini diantaranya adalah: hitunglah, tafsirkan,
buat kesimpualan dan sebagainya.

Bentuk uraian seperti ini memiliki sehimpunan jawaban dengan


rumusan yang relatif lebih pasti sehingga dapat dilakukan penskoran
secara objektif.
Anthony J. Nitko ( 1996 ) menjelaskan bentuk uraian terbatas
dapat digunakan untuk menilai hasil belajar yang kompleks, yaitu berupa
kemampuan-kemampuan, menjelaskan hubungan sebab-akibat,
melukiskan pengaplikasian prinsip-prinsip, mengajukan argumentasi-
argumentasi yang relevan, merumuskan hipotesis dengan tepat,
merumuskan asumsi yang tepat, melukiskan keterbatasan data,
merumuskan kesimpulan secara tepat, menjelaskan metode dan prosedur,

17
dan hal-hal sejenis yang menuntut kemampuan peserta didik untuk
melengkapi jawabannya.

Dalam penskoran bentuk soal uraian objektif, skor hanya


dimungkinkan menggunakan dua kategori, yaitu benar atau salah. Untuk
setiap kata kunci yang benar diberi skor 1 (satu) dan untuk kata kunci yang
dijawab salah atau tidak di jawab diberi skor 0 (nol). Dalam satu rumusan
jawaban dapat mengandung lebih dari satu kata kunci sehingga skor
maksimum jawaban dapat lebih dari satu. Kata kunci tersebut dapat berupa
kalimat, kata, bilangan, symbol, gambar, grafik, ide, gagasan atau
pernyataan. Diharapkan dengan pembagian yang tegas seperti ini, unsure
subjektivitas dapat dihindari atau dikurangi.
Contoh Soal Uraian Singkat
1. sebuah bak penampung air berbentuk balok berukuran panjang 100 cm,
lebar 70 cm dan tinggi 60 cm. Berapa liter isi bak penampung mampu
menyimpan air ........
Jawaban = 420
2. Doni membeli sebuah kelereng 15 kantong di toko mainan. Setiap 1
kantong sebesar 100 buah. Berapakah kelereng yang dimiliki doni
sekarang......
Jawaban = 1500 kelereng

2.3 Hal – Hal yang Mempengaruhi Keberhasilan dari Tes Tertulis


Selain dari validitas dan relabtiy Dari soal-soal tes itu sendiri, apa
yang guru lakukan untuk menjadikan hasil tes valid dan dapat diandalkan?
Kami sekarang telah memeriksa sebagian besar tautan dalam rantai pengujian
pencapaian kertas dan pensil. telah membahas pentingnya memberikan
instruksi yang baik kepada siswa, keputusan yang harus diambil guru dalam
tes perencanaan, pelatihan instruksional harus mendahului konstruksi yang
memberi siswa kesempatan untuk menunjukkan pembelajaran mereka.
Empat langkah terakhir memengaruhi keberhasilan tes tertulis:
(1) Pemberian dan menyusun administrasi tes tertulis,
(2) Memahami dan mengatasi kecurangan dalam tes tertulis,
(3) Penskoran hasil tes dan
(4) Memberikan umpan balik kepada siswa tentang hasil.
Maka, agar lebih jelas dapat kita simak penjelasan dibawah ini :

18
a) Pemberian dan menyusun administrasi tes tertulis
Untuk penerapan dan pengaplikasian administrasi tes sebelum
pelaksanaannya kita harus memperhatikan hal – hal berikut yaitu:
1. Dalam soal haruslah diberikan tempat untuk peserta didik menulis
identitas mereka.
2. Pada saat pemberian soal pilihan ganda harus diperhatikan pilihan pada
soalnya. Pilihan yang ada pada soal haruslah jelas dan tidak boleh berada
pada satu baris, pilihan sebaiknya harus berada pada baris yang baru.
3. Jumlah soal juga sangat penting, dalam pemberian soal sebaiknya
jumlah dalam satu halam tidak terlalu banyak dan tidak boleh juga terlalu
sedikit apabila dalam soal pilihan ganda. Agar perserta didik dapat lebih
mudah membacanya dan agar penyusunan tesnya pun lebih rapih.
4. mengoreksi tes yang akan diberikan terlebih dahulu.
5. memeriksa kejelasan difotokopi tes, membuat beberapa ekstra salinan,
memisahkan lembar jawaban dengan soal di tempat khusus sebelum tes
berlangsung.
Administrasi Tes untuk membantuk Pendidik dari segi psikologis
maupun dari segi fisik agar dapat memungkinkan siswa untuk
menunjukkan kinerja terbaik mereka, juga memudahkan siswa untuk
melacak waktu terbaik pemberian tes.
 Dari segi Psikologis
Guru dapat memastikan agar murid-murid harus memiliki
lingkungan yang tenang dan nyaman untuk mengikuti tes,
gangguan harus diminimalkan pada saat tes berlangsung misalkan;
beberapa guru menempelkan tanda di pintu yang menunjukkan
bahwa pengujian sedang berlangsung. Selama pengujian sedang
belangsung, tidak ada yang dapat dilakukan oleh siswa selain
mengerjakan tes yang diberikan atau pengumuman bahwa tes
sedang berlangsung agar situasi pelaksanaan tes dapat kondusif.
 Dari Segi Fisik
Cara yang baik untuk meminimalkan banyak kesalahan
pada butir tes pertanyaan ini adalah dengan mengoreksi item dan
petunjuk arah sebelum melakukan tes. Kadang-kadang, kesalahan
ketik atau item tidak jelas tidak terdeteksi sampai pengujian
dimulai. Biasanya, seorang murid mengangkat tangannya atau
mendekati guru untuk mengajukan pertanyaan atau menunjukkan
masalah yang terjadi maka kita harus lebih memperhatikan item tes
yang telah dibuat.

19
b) Memahami dan mengatasi kecurangan dalam tes tertulis
Dalam hal kecurangan ada banyak alasan mengapa siswa
menyontek ataupun melakukan kecurangan. Siswa biasanya menyontek
karena alasan: tekanan dari guru atau orang tua; kegagalan untuk
mempersiapkan diri sebelum mengikuti tes, atau tekanan internal (dari
dalam diri siswa) agar dapat berada di sekolah yang kompetitif;
Mendapatkan nilai yang tinggi; bahaya kehilangan pertemanan.
Namun, bagaimana pun alasannya dan mengapa hal itu dilakukan, tetap
saja menyontek adalah perilaku yang tidak dapat diterima, tidak jujur, dan
tidak bermoral. Bagaimana murid curang pada tes? Cizek (1999) telah
menulis buku yang berguna dan komersil yang mengeksplorasi
kecurangan secara mendalam dan dengan berbagai pemahaman. Dia
mengidentifikasi dan memberikan contoh jumlah yang sangat besar. dari
cara-cara yang curang siswa.
Contoh-contoh berikut diadaptasi dari karya Cizek merupakan contoh dari
cara-cara umum murid-murid curang. Dia memberikan banyak cara
tambahan dan esoterik:
1. Melihat kertas ujian murid lain selama ujian.
2. Menjatuhkan kertas seseorang sehingga murid lain dapat mengambil
kertas tersebut dan mengambilnya,lalu menyalin kertas tersebut, dan
menjatuhkannya lagi sehingga dapat diambil oleh murid itu lagi.
3. Mengembangkan kode seperti mengetuk lantai atau meja tiga kali untuk
menunjukkan kemudian murid tersebut dapat melihat kertas murid lain.
4. Membuat catatan kecil atau selembar kertas kecil untuk menipu. Catatan
kecil tersebut dapat disembunyikan di banyak tempat untuk mengelabui
pengawas tes.
Plagiarisme ditafsirkan sebagai menghadirkan karya orang lain
sebagai miliknya sendiri. Ada empat jenis:
1. Menetapkan kertas wholc cke milik somcone sebagai milik sendiri.
2. Menyalin dengan sengaja dari sonicone lain tanpa menunjukkan kuota
dan tanpa mengakui sumbernya
3. Menyalin pada dasarnya, menyamar dengan mengubah kata: sekitar
dan menggunakan snonvIms
4. Mengasumsikan informasi yang disalin adalah 'pengetahuan umum
"Mengapa murid menjiplak? Karena ketidaktahuan bahwa itu keliru
Karena lulus penting untuk setiap siswa. Karena mereka pikir mereka
tidak akan tertangkap. Karena guru tidak mau repot-repot memeriksa
plagiarisme. Karena tekanan orang tua untuk nilai bagus. Keluar dari
kepanikan menit terakhir atau karena semua orang melakukan hal yang
sama.
Secara jelas, beberapa penyebab ini dapat dikendalikan. Setidaknya
sebagian di atasi oleh guru. Guru harus memantau pengambilan tes untuk
mencegah kecurangan dan meningkatkan validitas tes.

20
Ada sejumlah metode yang dapat digunakan untuk mencegah
kecurangan, beberapa relatif mudah diterapkan dan yang lain lebih rumit.
Beberapa pendekatan umum yang membantu mengurangi kecurangan
yaitu :
 Memberikan instruksi dan informasi yang baik kepada siswa tentang
tes,
 Mengetahui metode umum kecurangan murid, dan
 Mengatur jarak tempat duduk siswa
Jarak tempat duduk antara siswa minimal 1 meter. Jika ruang kelas
sebagai ruang ujian berukuran 8 x 8 meter, memungkinkan diisi
paling banyak 20 siswa. Ketentuan ini biasanya sesuai dengan
peraturan pelaksanaan ujian nasional. Pengaturan jarak tempat duduk
ini bertujuan untuk mengurangi kesempatan peserta untuk
menyontek hasil kerja temannya.
 Membuat paket soal berbeda
Ini sebagian besar sudah dilaksanakan. Namun ujian sekolah atau
ujian semester biasanya dibuat hanya 2 paket soal, paket A dan paket
B. Semakin banyak oaket soal semakin memperkecil peluang untuk
membuat kecurangan dalam ujian.
 Larangan izin bersama
Sistem pengawasan juga mengatur masalah siswa yang minta izin
meninggalkan ruangan dengan alasan-alasan tertentu. Guru
pengawas tidak mungkin memaksa siswa untuk tidak meninggalkan
kelas. Namun jika mengizinkan siswa semestinya tidak mengizinkan
lebih dari satu siswa dalam waktu yang sama.
 Tidak membawa peralatan apapun ke ruang ujian
Aturan ini sebenarnya sudah diterapkan namun pengawas sering
terlupa untuk memeriksa lebih lanjut. Siswa berhasil membawa
peralatan tertentu seperti hp yang bisa digunakan untuk
menggunakan fasilitas google untuk menjawab soal.
 Pemeriksaan sebelum masuk
Pemeriksaan lain yang tak kalah penting adalah terhadap yang lazim
dibawa atau dipakai siswa seperti sapu tangan, tisu dan hal lainnya.
Ini tidak berarti caranya harus memberlakukan siswa dengan cara
menggeledah. Paling tidak pengawas memperhatikan setiap peserta
dengan segala penampilannya.

Cara di atas bukanlah cara baru mengatasi kecurangan dalam ujian


namun dalam penerapannya perlu lebih diintensifkan. Keluhan selama ini
adalah lemahnya sistem pengawasan saat ujian. Dan barangkali ini pula
yang perlu dibenahi secara berangsur-angsur dalam pelaksanaan ujian di
sekolah.

21
c) Penskoran Tes
Pada hakikatnya pemberian skor (scoring) adalah proses pengubahan
jawaban instrumen menjadi angka-angka yang merupakan nilai kuantitatif
dari suatu jawaban terhadap item dalam instrumen. Angka-angka hasil
penilaian selanjutnya diproses menjadi nilai-nilai (grade). Skor adalah
hasil pekerjaan menyekor (memberikan angka) yang diperoleh dari
angka-angka dari setiap butir soal yang telah di jawab dengan benar,
dengan mempertimbangkan bobot jawaban yang benar.
Maka dapat disimpulkan bahwa Penskoran (skoring) adalah suatu
proses pengubahan jawaban-jawaban tes menjadi angka-angka. Skor
adalah hasil pekerjaan menskor yang diperoleh dengan menjumlahkan
angka-angka bagi setiap soal tes yang dijawab dengan benar oleh siswa.
Skor maksimum tidak selalu tetap, karena ditentukan berdasarkan atas
banyak serta bobot soal-soal tesnya.
d) Memberikan umpan balik kepada siswa tentang hasil.
Murid ingin informasi tentang kinerja tes mereka. Guru dapat
memberikan informasi ini melalui komentar yang ditulis di atas kertas,
tes, atau proyek yang mengindikasikan kepada siswa apa yang mereka
lakukan dengan baik dan bagaimana mereka dapat meningkat. Juga sangat
membantu untuk memeriksa hasil tes dengan siswa.

2.4 Pengertian dari Penilaian kinerja (Performance asessment)


Untuk mengukur ranah psikomotorik siswa, dapat digunakan tes dan
observasi yang diarahkan untuk mnegukur penampilan atau kinerja
(performance) siswa. Cara inilah yang biasanya dikenal dengan nama
penilaian kinerja (Performance assessment). (Ratumanan, 2003)

Penilaian Kinerja dapat dibentuk menjadi pernyataan terbuka (open –


ended question) dalam pengertian luas penilaian kinerja dapat berupa
membaca, menulis, proyek, proses, pemecahan masalah, tugas analisa, atau
bentuk tugas-tugas lainnya yang memungkinkan siswa untuk
mendemonstrasikan kemampuannya dalam memenuhi tujuan dan hasil
tertentu (Depdiknas, 2002).

Performance assessment adalah penilaian berdasarkan hasil


pengamatan penilai terhadap aktivitas siswa sebagaimana yang
terjadi.Penilaian dilakukan terhadap unjuk kerja, tingkah laku, atau interaksi
siswa.Performance assessment digunakan untuk menilai kemampuan siswa
melalui penugasan.Penugasan tersebut dirancang khusus untuk menghasilkan
respon (lisan atau tulis), menghasilkan karya (produk), atau menunjukkan

22
penerapan pengetahuan(Setyono,2005:3). Maka berdasarkan pendapat di atas
Performance assessment adalah suatu bentuk penilaian untuk
mendemostrasikan atau mengaplikasikan pengetahuan yang telah diperoleh
oleh siswa dan menggambarkan suatu kemampuan siswa melalui suatu
proses, kegiatan, atau unjuk kerja.

2.4 Manfaat dan Kriteria dalam Penilaian Kinerja


2.4.1 Manfaat Penilaian Kinerja
(Ratumanan, 2003) Penilaian kinerja memiliki berbagai manfaat bagi
siswa,guru, maupun orang tua. Beberapa manfaat penilaian kinerja adalah
sebagai berikut :
a. Penilaian kinerja memberikan kesempatan kepada siswa untuk
berkompetisi dengan dirinya sendiri daripada dengan orang lain. Melalui
penilaian kinerja siswa memperolah pemahaman yang nyata tentang apa
yang mereka ketahui dan apa yang mereka kerjakan (Ott, 2002);
b. Penilaian kinerja membuat pembelajaran lebih relevan dengan dunia
nyata;
c. Penilaian kinerja dapat terpadu (menyatu) dengan program pembelajaran,
sehingga penilaian kinerja dapat memberikan dukungan terhadap
pembelajaran;
d. Penilaian kinerja memberikan informasi yang lebih baik dan lengkap
bagi guru mengenai pemahaman, kesulitan, dan kemajuan belajar siswa.
2.4.2 Tujuan dan Kriteria Tugas dalam Penilaian Kinerja
Tujuan tugas dalam penilaian kinerja adalah untuk mengetahui apa
yang dipahami siswa dan apa yang dapat mereka lakukan. Tugas tersebut
harus bermakna, autentik artinya realistis atau sesuai dengan kehidupan nyata.
Ada beberapa kriteria yang dapat digunakan sebagai bahan
pertimbangan dalam penilaian kinerja antara lain: generalizability atau
keumuman, authenticity atau keaslian/nyata, muliple focus (lebih dari satu
fokus), fairness (keadilan), teachability (bisa tidaknya diajarkan), feasibility
(kepraktisan), Scorability atau bisa tidaknya tugas tersebut diberi skor (
Popham, 1995:147).

23
(Ott, 2002) mendeskripsikan kriteria – kriteria yang perlu dimiliki
untuk tugas dalam penilaian kinerja, yaitu:
a. Mengarah pada tujuan pembeljaran umum, tujuan khusus, dan materi
dalam kurikulum;
b. Memberikan kesempatan pada siswa untuk mengemukakan pikiran dan
pemahamannya dalam situasi masalah dan tidak meminta jawaban
tunggal;
c. Memberikan kesempatan untuk menilai proses – proses yang ada dalam
tugas;
d. Realistik, menarik dan merangsang berfikir;
e. Mewakili tujuan yang akan di nilai sehingga generalisasinya dapat
digunakan untuk mengetahui kinerja siswa;
f. Lebih menekankan pada kedalaman materi daripada keluasannya, dan
lebih menekankan penguasaan dari pada kecepatannya. (Depdiknas,
2002)

2.5 Instrumen Penilaian Kinerja (Performance Asessment)


Penilaian Unjuk Kerja (Performance)

Dalam kurikulum banyak hasil belajar yang menggambarkan proses,


kegiatan, atau unjuk kerja. Untuk menilai hasil belajar tersebut dibutuhkan
pengamatan terhadap siswa ketika melakukannya. Penilaian unjuk kerja
adalah penilaian berdasarkan hasil pengamatan penilai terhadap aktivitas
siswa sebagaimana yang terjadi. Penilaian dilakukan terhadap unjuk kerja,
tingkah laku, atau interaksi siswa. Cara penilaian ini lebih otentik daripada
tes tertulis karena apa yang dinilai lebih mencerminkan kemampuan siswa
yang sebenarnya. Semakin sering guru mengamati unjuk kerja siswa, semakin
terpercaya hasil penilaian kemampuan siswa. Pengamatan unjuk kerja perlu
dilakukan dalam berbagai konteks sebelum

menetapkan tingkat pencapaian kemampuan tertentu. Langkah-langkah


yang perlu dilakukan dalam membuat penilaian unjuk kerja adalah sebagai
berikut:

- Identifikasi semua langkah penting atau aspek yang diperlukan atau yang
akan mempengaruhi hasil akhir.

24
- Tuliskan kemampuan-kemampuan khusus yang diperlukan untuk
menyelesaikan tugas.
- Usahakan kemampuan yang akan dinilai tidak terlalu banyak, sehingga
semua dapat diamati.
- Urutkan kemampuan yang akan dinilai berdasarkan urutan yang akan
diamati. Bila menggunakan skala rentang, perlu disediakan criteria untuk
setiap pilihan (kompeten bila siswa…….., agak kompeten bila …….. ).

Penilaian unjuk kerja dapat dilakukan dengan menggunakan daftar


cek (ya -

tidak) atau skala rentang (sangat kompeten -kompeten - agak


kompeten - tidak kompeten).

Pada penilaian unjuk kerja yang menggunakan daftar cek, siswa


mendapat nilai apabila kriteria penguasaan kemampuan tertentu dapat
diamati oleh penilai. Jika tidak dapat diamati, siswa tidak memperoleh
nilai. Kelemahan cara ini adalah penilai hanya mempunyai dua pilihan
mutlak, misalnya benar-salah, dapat diamati-tidak dapat diamati.

Dengan demikian nilai tengah tidak ada. Penilaian unjuk kerja


yang menggunakan skala rentang memungkinkan penilai memberi nilai
tengah terhadap penguasaan kompetensi tertentu karena pemberian nilai
secara kontinu di mana pilihan kategori nilai lebih dari dua.

Untuk mengamati penilaian unjuk kerja peserta didik dapat


menggunakan alat atau instrumen lembar pengamatan atau observasi
dengan daftar cek (check list) dan skala penilaian (rating scale). Berikut
penjelasan kedua alat sebagai penilaian unjuk kerja tersebut .

1. Daftar Cek (Check List)

Penilaian unjuk kerja dapat dilakukan dengan menggunakan daftar cek


(baik atau tidak baik, bisa atau tidak bisa). Dengan menggunakan daftar
cek, peserta didik mendapat nilai baik atau mampu apabila yang
ditampilkan sesuai dengan kriteria yang telah ditetapkan oleh guru.
Sedangkan apabila peserta didik tidak mampu menampilkan sesuatu sesuai
dengan kriteria yang telah ditetapkan, maka peserta didik dinyatakan
belum mampu untuk kriteria tersebut. Kelemahan cara ini adalah penilaian

25
hanya mempunyai dua cara mutlak, misalnya benar-salah, mampu-tidak
mampu, terampil-tidak terampil dan kategori sejenisnya. Dengan
demikian, skor yang diperoleh peserta didik bersifat rigit atau kaku dan
tidak terdapat nilai tengah. Namun daftar cek lebih praktis digunakan
mengamati subjek dalam jumlah besar dan hasilnya kontras.

Contoh:

Kompetensi: Menerapkan konsep geometri dimensi tiga

Sub kompetensi: Menentukan hubungan antara unsur-unsur bangun ruang.

LKS : Dimensi Tiga

Perbandingan dan Perubahan Ukuran bangun Ruang Sisi Tegak

Kerja Kelompok Menyelidiki Perubahan Ukuran

Bekerjalah dalam kelompok untuk menyelidiki pengaruh perubahan


ukuran luas permukaan dan volume.

1. MENENTUKAN Berapakah luas permukaan kubus yang ukurannya


(1 × 1 × 1) satuan panjang?

2. MENENTUKAN Berapakah volum kubus itu?

3. MENGOLAH INFORMASI Kubus dengan ukuran (1 × 1 × 1)


dinamakan kubus asal.

Isilah data dalam tabel berikut.

Kubus Ukuran Luas Permukaan Volume

Asal 1x1x1

Dua Kali __x__x__

Tiga Kali __x__x__

Empat Kali __x__x__

4. a. MEMPERJELAS Duakalikan ukuran kubus asal tersebut dan


carilah serta catat luas permukaan dan volum kubus baru tersebut.

b. MEMPERJELAS Tiga kalikan dan empat kalikan ukuran kubus asal


tersebut dan carilah serta catat luas permukaan dan volum kubus baru
tersebut.

26
5. Salin dan lengkapilah tabel perbandingan di bawah ini. Gunakan
informasi dari tabel Soal 3 untuk mencari perbandingan-perbandingannya.
Tulislah masing-masing perbandingan itu dalam bentuk yang paling
sederhana.

Perbandingan Ukuran Luas Permukaan Volume

Asal: Dua Kali 1:2

Asal: Tiga Kali

Asal: Empat Kali

6. a. ∴Pola Pola apakah yang kamu dapatkan dalam tabel yang kamu buat?
b. MEMPREDIKSI Ramalkan barisan data yang berikutnya dalam tabel
tersebut.
Kemudian ujilah ramalanmu itu.
Berilah tanda cek (√ ) pada Penilaian(*)
No. Kinerja Penilaian(*)

Dapat Tidak

1. Menduakalikan ukuran kubus


asal 1 satuan x 1 satuan x 1
satuan.

2. Menigakalikan ukuran kubus


asal 1 satuan x 1 satuan x 1
satuan.

3. Mengempatkalikan ukuran
kubus asal 1 satuan x 1 satuan x
1 satuan.

4. Menuliskan perbandingan
ukuran, luas permukaan dan
volum kubus asal dengan kubus
hasil pengalian.

Jika siswa telah menunjukkan kinerja yang diharapkan. Siswa


dikatakan mampu menunjukkan kinerja dalam menemukan perubahan
volume dan luas permukaan bangun ruang sisi tegak, bila telah dapat
melakukan semua tugas (kinerja) yang ditentukan.

27
Tingkatan Kriteria

Sangat Baik (4)  Melakukan semua kegiatan dalam LKS dengan benar.
 Membuat alasan atau strategi yang jelas dan rasional.
 Mengembangkan ide-ide kreatif dalam menyelesaikan
masalah.

Baik (3)  Melakukan semua kegiatan dalam LKS dengan benar.


 Membuat alasan atau strategi yang rasional.
 Mengembangkan ide-ide yang cukup kreatif dalam

menyelesaikan masalah.

Cukup (2)  Melakukan sebagian besar kegiatan dalam LKS dengan


benar.
 Membuat alasan atau strategi yang cukup rasional.
 Mengembangkan ide-ide yang cukup kreatif dalam

menyelesaikan masalah.

Kurang (1)  Melakukan sebagian kecil kegiatan dalam LKS dengan


benar.
 Membuat alasan atau strategi yang kurang rasional.
 Mengembangkan ide-ide yang tidak kreatif dalam

menyelesaikan masalah.

Sangat Kurang (0) Tidak melakukan semua kegiatan dengan benar atau tidak

mengerjakan tugas.

2. Skala Penilaian (rating scale)

Penilaian unjuk kerja yang menggunakan skala penilaian


memungkinkan penilai memberi nilai tengah terhadap penguasaan
kompetensi tertentu, karena pemberian nilai secara kontinum dimana
pilihan kategori nilai lebih dari dua. Skala penilaian terentang dari tidak
sempurna sampai sangat sempurna. Rating Scale merupakan cara
pengumpulan data di mana data yang diperoleh berupa angka-angka yang
kemudian ditafsirkan dalam pengertian kualitatif. Dalam rating scale
responden akan memilih salah satu jawaban kuantitatif yang telah
disediakan.

28
Manfaatnya untuk mengukur sikap, mengukur persepsi dari
responden terhadap fenomena lingkungan seperti skala untuk mengukur
status sosial, ekonomi, kemampuan, pengetahuan dan lain-lain.Yang
paling penting adalah kemampuan untuk menerjemahkan alternatif
jawaban yang dipilih responden. Misalkan responden memilih jawaban
angka 3 maka angka 3 yang dipilih itu belum tentu sama nilainya dengan
jawaban angka 3 yang dipilih oleh responden lain. Rating scale
respondennya dapat expert yakni orang yang ahli dalam menilai. Ketika
seorang mahasiswa membuat tes uraian tentang matematika pokok
bahasan bilangan misalkan ia meminta soal yang dibuatnya untuk dinilai
oleh beberapa dosen matematika. Format penilaian diberikan dengan skala
5.Maka angka 1 menunjukkan sangat rendah soal itu dan angka 5
menunjukkan sangat baik soal tersebut.Skor penilaian dari beberapa pakar
dikumpulkan dan dari hasil itu dapat ditentukan kualitas butir soal yang
dibuat. Misalnya: 1 = kurang kompeten, 2 = cukup kompeten, 3 =
kompeten dan 4 = sangat kompeten. Untuk memperkecil faktor
subjektivitas, perlu dilakukan penilaian oleh lebih dari satu orang, agar
hasil lebih akurat.

29
BAB III
PENUTUP

3.1. Kesimpulan

Tes merupakan suatu cara atau serakaian bentuk pemberian tugas yang
diberikan kepada indivdu atau kelompok individu untuk mengetahui
kecakapan mereka dalam suatu bidang tertentu. Dalam suatu tes terdapat
berbagai macam bentuk, salah satu yang akan dibahas lebih lanjut dalam
makalah ini yaitu tentang tes tertulis, maka tes tertulis (pencil and paper test)
yakni jenis tes di mana penguji (tester) dalam mengajukan butir-butir
pertanyaan dilakukan secara tertulis dan yang diuji (testee) memberikan
jawabannya juga secara tertulis. (Sudijono, 2005).

3.2. Kritik dan Saran


Demikian makalah ini kami buat sebagaimana menurut sumber yang telah
kami kumpulkan dari yang kami rangkum. Semoga dengan adanya makalah
ini bisa bermamfaat, tidak lupa kritik dan saran pembaca kami butuhkan
sebagai bahan evaluasi dalam pembuatan makalah kami selanjutnya.
Terimakasih atas perhatiannya.

30
Daftar Pustaka

Changelosi, J. (1990). Designing Test for Evaluating Students Achievement. New


York: Longman Publishing Group.

Depdiknas. (2002). Penilaian Berbasis Kelas. Jakarta: Pusat Kurikulum,


Balitbang.

Mardapi, D. (2008). Teknik Penyusunan Instrumen Tes dan Non Tes .


Yogyakarta: Mitra Cendikia Press.

Ott, J. (2002). Dalam Penilaian Unjuk Kinerja. Surabaya: Pusat Sains dan
Matematika Sekolah UNESA.

Ratumanan, T. G. (2003). Evaluasi Hasil Belajar. Surabaya: Unesa Universty


Press.

Sudijono, A. (2005). Pengantar Evaluasi pendidikan. Jakarta: PT Raja Grafindo


Persada, 1996, hal. 99

Wayan Nurkancana dan PPN Sumartana, Evaluasi Pendidikan, Usaha Nasional,


Surabaya, 1986, hal. 24
M. Chabib Thoha, Teknik Evaluasi Pendidikan, PT. Raja Grafindo Persada,
Jakarta, 1994, hlm. 57
Suharsimi Arikunto, Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan, Edisi Revisi, Bumi
Aksara, Jakarta, 1999, hlm. 163
Anas Sujiono, op.cit., hlm. 103-106
M. Chabib Thoha, op.cit., hlm. 63
https://www.kajianpustaka.com/2012/11/penilaian-kinerja-performance-
assessment.html

31

Anda mungkin juga menyukai