Anda di halaman 1dari 10

IJCETS 5 (1) (2019): 1-12

Indonesian Journal of Curriculum


and Educational Technology Studies
http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/jktp

Pembelajaran Self-Organised Learning Environment


(SOLE) dalam Penyelesaian Tugas
Ana Fatwatush Sholichah,1 Suripto2

1 Universitas Negeri Semarang, Semarang, Indonesia.


2 Universitas Negeri Semarang, Semarang, Indonesia.

DOI: http://dx.doi.org/10.15294/ijcets.v3i1.8675

Article History Abstract


___________________ ____________________________________________________________________
Received : Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis dan mendeskripsikan pembelajaran self-
Accepted : organised learning environment (SOLE) dalam penyelesaian tugas. Penelitian ini
Published : merupakan penelitian kualitatif dengan pendekatan studi kasus, berlokasi di SMP
___________________ Negeri 9 Semarang dengan informan sebanyak 6 orang. Data dikumpulkan dengan
teknik wawancara, observasi dan studi dokumentasi, kemudian dianalisis dengan
Keywords menggunakan model miles and huberman. Penelitian ini mengungkapkan bahwa
___________________
pembelajaran dengan SOLE dapat membantu peserta didik menyusun respon sendiri,
Self-organised learning
memahami materi dengan jenjang lebih tinggi, pengetahuan dapat bertahan lebih
environment (SOLE);
lama, dan mampu menginterpertasikan data ke dalam bentuk sajian lain seperti mind
Penyelesaian tugas.
mapping. Temuan ini bermanfaat sebagai pengembangan pembelajaran dari
___________________
implementasi pendekatan saintifik, sehingga dapat meningkatkan daya kreativitas
guru dalam perencanaan pembelajaran dan peserta didik dalam proses belajar
mengajar.

Abstract
This study is aimed to analyze and describe the self-organized learning environment
(SOLE) in task completion. This study included a qualitative study which used a case
study as an approach, located on SMP Negeri 9 Semarang which provided 6 respondents.
The data were collected by using interview, observation, and documentation, then
analyzed by using Miles and Huberman model. This study revealed that the SOLE
learning can assist the students to build their responses, understand the lesson with
higher level, have long-term insight, and be able to interpret the data into another form
such as mind mapping. These findings can be useful for learning development by
implementing the scientific approach, thus it can increase teachers creativity in lesson
planning and students in teaching and learning processes.

 Corresponding author : © 2019 Semarang State University


Adress: Gd. A3 Fakultas ilmu Pendidikan, Universitas Negeri
p-ISSN 2252-6447
Semarang, Sekaran, Gunungpati, 50229
E-mail: anafatwatushsholichah@gmail.ac.id e-ISSN 2527-4597

1
Ana Fatwatush Sholichah dan Suripto/Indonesian Journal of Curriculum and Educational Technology Studies
5(1) (2019): 1-4

PENDAHULUAN fisik dalam kegiatan belajar. Setelah mengetahui


kompetensi yang harus dicapai, maka peserta
Dewasa ini telah terjadi perubahan
didik mencari informasi dari sumber belajar yang
paradigma dalam pembelajaran. Pembelajaran
sesuai untuk mencapai pembelajaran.
tidak lagi dipandang sebagai suatu proses transfer
Selanjutnya guru memantau kegiatan peserta
pengetahuan dari guru kepada peserta didik saja.
didik secara individual dan kelompok,
Tetapi guru yang membantu peserta didik untuk
memberikan bantuan jika ada kesulitan, dan
belajar dengan menyediakan sarana serta situasi
memberikan motivasi untuk meningkatkan mutu
yang mendukung sehingga peserta didik dapat
dan proses belajar peserta didik (Sitepu, 2014: 44).
membangun konsep dan pemahamannya secara
mandiri. Peserta didik memiliki tanggungjawab Sekolah menengah pertama negeri 9
untuk belajar, sedangkan guru memiliki Semarang telah menerapkan pembelajaran yang
tanggungjawab untuk menciptakan situasi belajar berpusat pada peserta didik dan konsep belajar
yang mendorong prakarsa, motivasi, dan mandiri. Sekolah yang pada tahun 2012 tersebut
tanggungjawab peserta didik untuk belajar ditetapkan sebagai sekolah RSBI (rintisan sekolah
sepanjang hayat (Hamdayana, 2016). bertaraf internasional) tetap semangat
mempertahankan kualitas pendidikan di sekolah
Perubahan orientasi pembelajaran dari
seperti sebelumnya. Tingginya minat masyarakat
guru ke peserta didik selaras dengan Peraturan
Kota Semarang untuk mendaftarkan anaknya di
Pemerintah nomor 58 tahun 2014. Dalam
SMP Negeri 9 Semarang juga tidak berkurang
peraturan pemerintah tersebut dijelaskan bahwa
meski sekolah tersebut tidak lagi berlabelkan
kurikulum 2013 menerapkan pendekatan saintifik
RSBI.
dalam pembelajaran dan penilaian otentik yang
menggunakan prinsip penilaian sebagai bagian Peserta didik SMP Negeri 9 Semarang juga
dari pembelajaran (Kemendikbud RI, 2014). merupakan anak-anak pilihan yang telah
Pendekatan ini menghendaki peserta didik terseleksi dari proses PPDB (penerimaan peserta
berperan aktif secara mental dan fisik dalam didik baru) bersama ratusan anak lainnya.
kegiatan belajar. Disampaikan oleh Ibu Purwaningsih selaku waka
kesiswaan bahwa peserta didik SMP Negeri 9
Kurikulum 2013 dikembangan dengan
Semarang memiliki prestasi akademik yang baik
penyempurnaan pola pikir berkaitan dengan pola
dengan melaksanakan pembelajaran secara
pembelajaran, yaitu: (1) berpusat pada peserta
mandiri. Mereka mampu mengembangkan
didik; (2) pembelajaran interaktif (interaktif
interpretasi, struktur baru, argumentasi dan
guru-peserta didik-masyarakat-lingkungan alam,
kesimpulan dari konsep/teori/pendapat yang
sumber/media lainnya); (3) pembelajaran
berbeda dari berbagai jenis sumber sehingga
dirancang secara jejaring (peserta didik dapat
dapat melakukan pembelajaran mandiri. Lalu,
menimba ilmu dari siapa saja dan dari mana saja
bagaimana proses belajar mengajar yang
yang dapat dihubungi serta diperoleh melalui
dilaksanakan sehingga terbentuk peserta didik
internet); (4) pembelajaran bersifat aktif-mencari
yang memiliki kompetensi tersebut merupakan
(peserta didik aktif mencari semakin diperkuat
informasi penting untuk diketahui.
dengan model pembelajaran pendekatan sains);
(5) belajar kelompok (berbasis tim); (6) SMP Negeri 9 termasuk dalam peringkat
pembelajaran berbasis multimedia; (7) lima besar se-Kota Semarang dengan nilai ujian
pembelajaran berbasis kebutuhan pelanggan nasional tertinggi pada tahun 2018. Pembelajaran
(users) dengan memperkuat pengembangan self-organised learning environment (SOLE)
potensi khusus yang dimiliki setiap peserta didik; merupakan salah satu wujud implementasi dari
(8) pola pembelajaran menjadi pembelajaran Tata Tertib Peserta Didik SMP Negeri 9 Semarang
ilmu pengetahuan jamak (multidisciplines); dan dalam proses belajar mengajar. Disebutkan dalam
(9) pembelajaran kritis (Kemendikbud RI, 2014). peraturan tersebut bahwa peserta didik
diperbolehkan menggunakan handphone dan
Pembelajaran yang berorientasi pada
komputer selama proses belajar mengajar di
peserta didik memberikan dampak pada
dalam kelas untuk mendukung pembelajaran.
perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi
Kebijakan tersebut merupakan upaya untuk
pembelajaran. Pendekatan ini menghendaki
meningkatkan kualitas belajar peserta didik
peserta didik berperan aktif secara mental dan

2
Ana Fatwatush Sholichah dan Suripto/Indonesian Journal of Curriculum and Educational Technology Studies
5(1) (2019): 1-4

melalui pemenuhan sumber belajar yang baik, organised learning environment (SOLE) terdiri
relevan, dan variatif melalui jejaring internet. dari question (pertanyaan), investigation
(penyelidikan) dan review (ulasan). Durasi dalam
Penggunaan internet saat ini sudah tidak
pelaksanaannya dapat disesuaikan dengan
asing digunakan dalam berbagai kegiatan,
kebutuhan di dalam kelas.
termasuk dalam dunia pendidikan. Internet
dinilai dapat memberikan kemudahan dan
kemampuan masif dalam penyajian materi serta
mampu menawarkan perolehan informasi secara
cepat. Internet sebagai sumber belajar
merupakan salah satu strategi belajar yang
menjadikan kelas tidak terpaku pada kelas
konvensional dan dapat dijadikan sebagai inovasi
sumber belajar dari sumber belajar yang telah
ada. Strategi belajar yang telah diatur sedemikian
rupa agar terjadi pembelajaran yang baik dan juga
menyenangkan dan menyesuaikan dengan
tuntutan jaman agar proses pembelajaran dan
pengetahuan terus berkembang.
SOLE merupakan model dengan Gambar 1 How to Run Your SOLE: Approximate
pembelajaran yang kooperatif. Menurut Deutch Timings (SOLE Toolkit, 2015)
dalam Mahmudi (2006) pembelajaran kooperatif Menurut Killen (1998) dalam Chandrawati
adalah pembelajaran yang menggunakan (2009), pembelajaran IPA yang efektif memiliki
kelompok-kelompok kecil peserta didik yang karakteristik melibatkan peserta didik secara
bekerja sama untuk memaksimalkan hasil belajar aktif, kooperatif, dan menekankan hasil atau
mereka. Salah satu penelitian yang dilakukan oleh kompetensi akademik peserta didik. Salah satu
Mitra menunjukkan bahwa dengan tujuan pembelajaran IPA terkhusus pada
menggunakan SOLE peserta didik dapat belajar pembelajaran biologi di jenjang SMP adalah
lebih awal dari waktu mereka, mempertahankan untuk mengembangkan pemahaman peserta
pembelajaran lebih lama, dan menikmati proses didik tentang berbagai macam gejala alam,
yang cukup untuk mengeksplorasi pembelajaran konsep, dan prinsip IPA yang bermanfaat serta
mereka secara lebih dalam. Hasilnya juga dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.
menunjukkan bahwa peserta didik dalam
kelompok dapat membaca dan memahami pada Pembelajaran kooperatif mengacu pada
tingkat yang lebih tinggi daripada tingkat suatu teknik penyelesaian tugas atau masalah
pemahaman setiap individu (Mitra & Crawley, secara bersama-sama sehingga terjadi proses
2014). penyelesaian yang lebih cepat dan lebih baik
dengan usaha yang minimal. Metode
Berbekal dari pendekatan konstruktivisme, pembelajaran SOLE memberikan efek kepada
pembelajaran SOLE memberikan ruang kepada peserta didik, pada sekelompok siswa yang
peserta didik untuk mengendalikan pembelajaran bekerja bersama, dan pada kelas secara
mereka sendiri. Guru sebagai fasilitator hanya keseluruhan (Mitra, dkk, 2013). Melalui
mengamati dan mengawasi peserta didik dalam pembelajaran kooperatif, peserta didik dapat
proses belajarnya. Kemudian peserta didik saling memberikan bantuan dengan jalan
didorong untuk bekerjasama menjawab pembimbingan intelektual yang memungkinkan
pertanyaan menggunakan internet. Dalam penyelesaian tugas yang lebih kompleks.
prosesnya, peserta didik akan dipengaruhi oleh Kemudian dapat lebih membantu peserta didik
penemuan diri, berbagi ilmu dalam komunitas dalam membangun pengetahuannya. Dengan
belajar, dan spontanitas. Pada penelitian ini, demikian, pembelajaran kooperatif merupakan
pembelajaran dengan pendekatan salah satu cara mengimplementasikan paham
konstruktivisme dilaksanakan di dalam ruang
konstruktivisme.
kelas serta disediakan akses internet dan
beberapa komputer pada jam pembelajaran.
Tahap-tahap pelaksanaan pembelajaran self-

3
Ana Fatwatush Sholichah dan Suripto/Indonesian Journal of Curriculum and Educational Technology Studies
5(1) (2019): 1-4

METODE reduction (reduksi data), data display (penyajian


Jenis penelitian dari penelitian data), dan conclusion drawing/verification
pembelajaran self-organised learning environment (penarikan kesimpulan atau verifikasi).
(SOLE) dalam penyelesaian tugas materi sistem
pernapasan di SMP Negeri 9 Semarang ini adalah Tabel 1 Daftar Informan Penelitian di SMP Negeri
kualitatif. Pendekatan yang digunakan dalam 9 Semarang
penelitian ini adalah studi kasus. Menurut
Sukmadinata (2009:64) studi kasus ialah suatu
No Jabatan Nama Kode
penelitian yang dilakukan terhadap sekelompok
1. Guru Mata Purwaningsih, S. PN
individu yang diarahkan untuk menghimpun
Pelajaran IPA Pd.
data, mengambil makna, dan memperoleh
dengan
pemahaman dari kasus tersebut.
pembelajaran
Penelitian dilaksanakan di SMP Negeri 9 SOLE
Semarang, yang beralamat di Jl. Sendang Utara 2. Peserta didik Devita Rahmadani DR
No.2, Gemah, Pedurungan, Kota Semarang. kelas VIII H Putri
Waktu penelitian dilaksanakan pada 25 Februari 3. Peserta didik Keisha Aqeela KA
sampai dengan 22 Maret 2019. Fokus dalam kelas VIII H Haqqi
penelitian ini adalah aktivitas dan penyelesaian 4. Peserta didik Lukas Surya LS
tugas dalam pembelajaran SOLE (self-organised kelas VIII H Raymondra
learning environment) materi sistem pernapasan 5. Peserta didik Qiara Aurora QA
manusia. Sumber data diperoleh dari data primer kelas VIII H Nadifa Putri
dan data sekunder untuk memperkuat hasil 6. Peserta didik Renal Adianto RA
penelitian. Teknik pengumpulan data kelas VIII H
menggunakan wawancara, observasi dan
dokumentasi. Teknik keabsahan data diperoleh
menggunakan triangulasi. Wawancara dalam penelitian ini
dilaksanakan selama tiga kali terhadap informan
yang sama dan menggunakan pedoman
Wawancara wawancara yang sama, tetapi dengan waktu
berbeda. Wawancara dilakukan pada setiap akhir
pertemuan pembelajaran materi sistem pernapasan
manusia. Jika merujuk pada silabus, maka
pembelajaran IPA dengan materi sistem
pernapasan manusia disampaikan oleh guru
sebanyak 7 jam pelajaran atau selama tiga kali
Observasi Dokumentasi
pertemuan. Masing-masing pertemuan membahas
materi atau kompetensi dasar (KD) yang sama
Gambar 2 Triangulasi Teknik (Sugiyono, 2015:126) namun dengan materi pokok yang berbeda. Oleh
karena itu, wawancara terhadap informan
Dalam penelitian ini pengambilan dilaksanakan selama tiga kali agar data yang
informan wawancara menggunakan teknik diperoleh lebih akurat.
purposive sampling dan dilanjutkan dengan
snowball sampling. Teknik purposive sampling
HASIL DAN PEMBAHASAN
digunakan pada informan PN selaku guru mata
Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri
pelajaran IPA dan teknik snowball sampling
9 Semarang. Jadwal penelitian ini kurang lebih 1
digunakan pada informan DR, KA, LS, QA dan bulan, dimulai tanggal 25 Februari hingga 23
RA. Teknik analisis data dalam penelitian ini Maret 2019. Penelitian ini dilakukan pada peserta
menggunakan model Miles dan Huberman. didik yang mengikuti pembelajaran SOLE pada
Aktivitas dalam analisis data terdiri dari data

4
Ana Fatwatush Sholichah dan Suripto/Indonesian Journal of Curriculum and Educational Technology Studies
5(1) (2019): 1-4

mata pelajaran ilmu pengetahuan alam (IPA), kelompok peserta didik yang mengikuti
beserta guru mata pelajaran IPA. pembelajaran dengan pendekatan saintifik dalam
proses menanya memiliki rata-rata skor hasil
Berdasarkan data-data yang diperoleh dari
belajar yang lebih tinggi dibandingkan dengan
penelitian di lapangan, maka dapat
kelompok peserta didik yang mengikuti
dideskripsikan mengenai pembelajaran SOLE di
pembelajaran dengan menerapkan pembelajaran
SMP Negeri 9 Semarang. Penelitian ini
ceramah. Hal tersebut menunjukkan adanya
memberikan gambaran umum mengenai
penguasaan materi yang lebih baik pada peserta
pembelajaran SOLE di SMP Negeri 9 Semarang
didik dengan pembelajaran saintifik (menanya)
dalam penyelesaian tugas peserta didik selama
dibandingkan dengan peserta didik pada
proses belajar mengajar. Hasil penelitian melalui
pembelajaran dengan metode ceramah.
deskripsi yang didapatkan dari data-data yang
relevan untuk dapat mengetahui proses
penyelesaian tugas peserta didik pada
pembelajaran SOLE. Selanjutnya secara detail dan
sistematis segenap data tersebut meliputi: (1)
penyusunan respon peserta didik; (2)
keterampilan berpikir kritis; (3) proses dan hasil;
dan (4) kedalaman penguasaan materi.

A. Penyusunan Respon Peserta Didik


Pertanyaan inkuiri menjadi pertanyaan-
pertanyaan autentik yang diturunkan dari Gambar 3 Peserta didik melakukan diskusi
pengalaman peserta didik dan merupakan kelompok menggunakan laptop dan internet
strategi sentral dalam pembelajaran sains Saat terjadi perbedaan pendapat dalam
(Rustaman, 2005:9). Penyampaian pertanyaan diskusi, peserta didik mengambil alternatif
inkuiri merupakan langkah awal dalam jawaban dengan menggabungkan antara sumber
membangun pembelajaran saintifik. satu dengan sumber lainnya untuk membentuk
Pembelajaran saintifik merupakan pembelajaran dan menilai gagasan baru. Mengkonfirmasinya
yang dapat meningkatkan sikap ilmiah peserta dengan membandingkan satu informasi dengan
didik yakni rasa ingin tahu, logis, kritis dan informasi lainnya, kemudian menyusunnya
analitis. Kemampuan dasar bekerja ilmiah atau menjadi satu kalimat yang lebih utuh dan
scientific inquiry penting untuk dikembangkan lengkap. Menurut Rahmatika (2009)
karena memungkinkan orang belajar dan pembelajaran berdasarkan konstruktivisme
membelajarkan (Dewey, 1987 dalam National memberi pengalaman yang berhubungan dengan
Science Teacher Association/NSTA & Association gagasan yang telah dimiliki peserta didik atau
of Education in Teaching Science/AETS, 1998), rancangan kegiatan disesuaikan dengan gagasan
menggunakan berpikir tingkat tinggi dalam awal peserta didik agar peserta didik memperluas
pemecahan masalah (Resnick, 1987 dalam NSTA pengetahuan dan memiliki kesempatan untuk
& AETS, 1998), mengembangkan berpikir kritis merangkai fenomena, sehingga peserta didik
yang tertanam dalam berbagai proses berbagi terdorong untuk membedakan dan memadukan
ilmu (Schwab, 1962 dalam NSTA & AETS, 1998). gagasan tentang fenomena yang menantang
Dengan demikian kemampuan dasar bekerja peserta didik.
ilmiah sangat penting dikembangkan dalam
pembelajaran IPA. Dari penjabaran di atas dapat disimpulkan
bahwa peserta didik dapat menemukan
Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa kesimpulan mereka sendiri berdasarkan
peserta didik melakukan diskusi dengan rekan pengamatan. Peserta didik mampu membangun
kelompok tentang informasi yang belum pengetahuan dan penyelidikannya sendiri
dipahami, informasi tambahan yang ingin melalui diskusi kelompok dan kajian sumber
diketahui, dan klarifikasi dari informasi yang belajar. Penemuan mandiri yang dilakukan oleh
mereka temukan. Penelitian yang dilakukan oleh peserta didik tersebut dapat dikategorikan dalam
Jampel, Widiana, dan Juliantari (2017) terhadap discovery learning atau pembelajaran penemuan.

5
Ana Fatwatush Sholichah dan Suripto/Indonesian Journal of Curriculum and Educational Technology Studies
5(1) (2019): 1-4

Menurut Permendikbud RI Nomor 58 Tahun 2014 mampu memahami materi dengan tingkatan
tentang Pedoman Mata Pelajaran IPA lebih tinggi dari materi yang kurikulum petakkan
menerangkan bahwa penemuan konsep dalam untuk jenjangnya. Hal ini karena peserta didik
pembelajaran tidak disajikan dalam bentuk akhir, diberi kebebasan untuk menjelajah internet yang
tetapi peserta didik didorong untuk mana memiliki keluasan informasi dan
mengidentifikasi pertanyaan dan dilanjutkan memungkinkan mereka menemukan informasi
dengan mencari informasi sendiri kemudian dari berbagai sumber serta berbagai jenjang
mengorganisasi atau mengkonstruksi apa yang pendidikan. Hal tersebut sesuai dengan
mereka ketahui dan pahami dalam suatu bentuk penelitian yang dilakukan oleh Mitra dan
akhir (Kemendikbud RI, 2014). Dangwal (2010) di India yang menyebutkan
bahwa:
Groups of children with the help of the
B. Keterampilan Berpikir Kritis internet and without supervision are capable
Berpikir kritis berkaitan dengan of understanding topics that are traditionally
kemampuan berpikir peserta didik untuk considered many years ahead of their age level
capabilities.
membandingkan dua atau lebih informasi dengan
tujuan memperoleh pengetahuan melalui Dalam penelitian tersebut dapat
pengujian terhadap gejala-gejala yang disimpulkan bahwa sekelompok anak dengan
menyimpang dari kebenaran ilmiah (Damayanti, bantuan internet dan tanpa pengawasan dari guru
Ngazizah, & Setyadi, 2013). Inkuiri dimulai ketika mampu memahami topik-topik yang dianggap
peserta didik mengalami kebingungan terhadap bertahun-tahun (lebih tinggi) di atas kemampuan
situasi atau fenomena ketika mereka sedang pada tingkat usia mereka (Mitra & Dangwal,
melakukan eksperimen untuk menguji hipotesis. 2010). Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa
Proses tersebut melibatkan seluruh aktivitas peserta didik yang bekerja dalam kelompok
saintis untuk memperoleh informasi yang dengan menggunakan internet dapat
diperlukan. Informasi tersebut dipelajari melalui membangun sendiri pemahamannya terhadap
penyelidikan yang memungkinkan peserta didik sebuah materi. Kemampuan tersebut didukung
mengkomunikasikan data dan memberikan oleh kejelian peserta didik dalam mencari
alasan (Rustaman, 2005:11). Pembelajaran informasi yang beragam melalui berbagai sumber.
menjadi bermakna bagi peserta didik saat mereka Informasi tersebut kemudian diseleksi dan
diberi kesempatan untuk melaksanakan dikonstruksi menjadi suatu gagasan baru yang
penyelidikan, mengumpulkan data, membuat dapat mereka pahami. Menurut Rustaman (2017)
kesimpulan, dan berdiskusi. untuk dapat memecahkan masalah, maka
seseorang perlu mengkonstruksi pengetahuannya
berdasarkan pengalamannya. Pengetahuan yang
diperoleh merupakan rekonstruksi kegiatan yang
dilakukan sendiri secara aktif. Pengetahuan yang
dibangun secara mandiri oleh anak akan dapat
bertahan lebih lama dibandingkan pengetahuan
yang hanya diberikan secara pasif kepada mereka.
Dari hasil wawancara, observasi, dan
dokumentasi juga menyebutkan bahwa dalam
proses penyelidikan peserta didik dapat
memahami informasi berdasarkan nalar
pemahaman mereka. Hal ini terjadi karena pada
tahap penyelidikan peserta didik mengasosiasi
Gambar 4 Peserta didik melakukan praktik informasi-informasi yang mereka temukan.
volume udara pernapasan Kemudian peserta didik menghubungkan
Berdasarkan wawancara, observasi dan informasi-informasi terkait yang relevan untuk
dokumentasi yang telah peneliti lakukan menemukan suatu pola dan menyimpulkannya.
menunjukkan bahwa peserta didik yang bekerja Rhodes (2010) menjelaskan bahwa penalaran
dalam kelompok dengan menggunakan internet ilmiah merupakan kegiatan yang menuntut untuk

6
Ana Fatwatush Sholichah dan Suripto/Indonesian Journal of Curriculum and Educational Technology Studies
5(1) (2019): 1-4

mengoreksi konsep pribadi melalui sistem baik informasi yang berbeda maupun sumber
penyelidikan yang bergantung pada bukti-bukti informasi yang berbeda. Dari hasil temuan yang
empiris untuk menggambarkan, memahami, berbeda tersebut maka terjadilah interaksi antar
memprediksi, dan mengontrol fenomena alam. individu dan kelompok dalam pembelajaran
Selaras dengan penelitian dari Daryanti, Rinanto, SOLE. Temuan peserta didik yang beragam dan
dan Dwiastuti (2016) yang bertujuan untuk adanya interaksi antar individu tersebut yang
meningkatkan kemampuan penalaran ilmiah kemudian memperkaya pengetahuan peserta
melalui pembelajaran inkuiri terbimbing pada didik terhadap materi pembelajaran. Selain itu,
materi sistem pernapasan manusia, hasil dari peserta didik yang memiliki pemahaman materi
penelitian tersebut menunjukkan bahwa lebih tinggi mengoreksi dan membantu temuan
pembelajaran inkuiri terbimbing dapat rekannya yang pemahamannya lebih rendah. Hal
meningkatkan kemampuan penalaran ilmiah ini menunjukkan bahwa terdapat tutorial sebaya
peserta didik. (Daryanti, Rinanto, & Dwiastuti, selama tahap investigation di pembelajaran SOLE.
2016).
Tutorial sebaya dikenal dengan
Dari penjabaran aspek berpikir tingkat pembelajaran teman sebaya atau antar peserta
tinggi pada proses penyelesaian tugas di didik, hal ini bisa terjadi ketika peserta didik yang
pembelajaran SOLE, maka dapat disimpulkan lebih mampu menyelesaikan pekerjaannya
beberapa hal sebagai berikut: (1) Peserta didik sendiri dan kemudian membantu peserta didik
yang belajar dalam kelompok dengan lain yang kurang mampu dalam pekerjaannya.
menggunakan internet mampu memahami Hasil penelitian yang dilakukan oleh Ulfah (2012)
materi beberapa tingkat di atasnya; (2) pada penelitiannya yang berjudul ‘optimalisasi
Pengetahuan yang ditemukan sendiri oleh hasil belajar IPA tentang sistem gerak pada
peserta didik atau secara konstruktivistik dapat manusia melalui metode diskusi dengan teknik
bertahan lebih lama; dan (3) Pembelajaran pembelajaran tutor sebaya’ menyatakan bahwa
dengan menemukan materi secara mandiri dapat dengan menggunakan metode diskusi tutor
meningkatkan kemampuan menalar ilmiah sebaya akan meningkatkan kreativitas dan
peserta didik. keaktifan siswa dalam proses pembelajaran IPA
(Ulfah, 2012:23).
Pada pembelajaran kelompok yang
C. Proses dan Hasil
dipandu dengan lembar kerja kelompok
Proses dan hasil merupakan salah satu membuat peserta didik dapat menciptakan
aspek penting dari penyelesaian tugas di lingkungan belajar mereka sendiri. Penelitian
pembelajaran kooperatif. Berdasarkan yang dilakukan oleh Dominguez & Marcelo (2017)
wawancara, observasi dan dokumentasi yang untuk mengkonfirmasi apakah mahasiswa benar-
peneliti lakukan menunjukkan bahwa strategi benar menggunakan teknologi digital untuk
yang peserta didik gunakan dalam proses merencanakan, mengatur, dan memfasilitasi
penyelesaian tugas adalah pembagian tugas dan pembelajaran mereka sendiri, menyebutkan
pembagian nomor soal kepada setiap anggota sebagai berikut:
kelompok. Setiap peserta didik memiliki nomor
Referring to those strategies that we have
tugas masing-masing untuk dikerjakan dan dicari called “active presence”. These prove
jawabannya. Hal ini sesuai dengan penelitian university students’ interest in sharing and
Suwignyo (2015) yang meneliti tentang exchanging their own digital contents,
penggunaan model pembelajaran aktif dengan creating opinions, etc. Ultimately, this
pendekatan kuis tim dalam meningkatkan demonstrates that young people need to have
tanggung jawab individu pada penyelesaian tugas a personal presence on the network and
secara kelompok, hasil dari penelitian tersebut favours collaborative learning. Students
menyebutkan bahwa pembagian tugas yang lebih project their learning well beyond the physical
academic space to be able to learn with their
jelas dalam sebuah kelompok dapat berpengaruh
fellow classmates by using digital
terhadap tanggungjawab individu dalam technologies.
penyelesaian tugas.
Dalam penelitian tersebut peneliti
Kontribusi yang setiap anggota kelompok mengacu pada strategi-strategi yang disebut
berikan berupa temuan-temuan yang berbeda,
“kehadiran aktif”. Hasil penelitian tersebut

7
Ana Fatwatush Sholichah dan Suripto/Indonesian Journal of Curriculum and Educational Technology Studies
5(1) (2019): 1-4

menyebutkan bahwa peserta didik perlu memiliki dan Ramdani (2012) yang menyatakan bahwa
kehadiran pribadi di jaringan dan mendukung mengkomunikasikan ide mampu meningkatkan
pembelajaran kolaboratif. Peserta didik dapat kemampuan berpikir tingkat tinggi dan
memproyeksikan pembelajaran mereka jauh di menuntut peserta didik benar-benar mengerti
luar ruang akademik fisik untuk dapat belajar tentang apa yang dikomunikasikannya.
dengan teman sekelas mereka dengan
Dalam menyampaikan hasil diskusi pada
menggunakan teknologi digital.
pertemuan ketiga pembelajaran SOLE, peserta
Dari penjabaran aspek proses dan hasil didik menggunakan mind mapping sebagai media
penyelesaian tugas di pembelajaran SOLE, maka presentasinya. Hal itu juga menunjukkan bahwa
dapat disimpulkan beberapa hal sebagai berikut: peserta didik melakukan langkah pembelajaran
(1) strategi dalam menyelesaikan tugas yang saintifik, yakni mengkomunikasikan
peserta didik lakukan adalah dengan membagi (communicating). Peserta didik menyajikan
tugas kelompok dan membagi nomor soal kepada laporan dalam bentuk mind mapping; menyusun
setiap individu; dan (2) hasil jawaban yang laporan tertulis; dan menyajikan laporan hasil
peserta didik temukan telah sesuai dengan secara lisan. Media presentasi dalam
materi/teori sistem pernapasan manusia untuk pembelajaran bertujuan untuk mengakomodir
kelas VIII SMP/MTs. secara keseluruhan pemanfaatan indera peserta
didik baik bersifat audio, visual, maupun audio
visual (Kurniawan, Riyana, & Rusman, 2012). Guru
D. Kedalaman Penguasaan Materi juga meluruskan pendapat peserta didik yang
kurang tepat sehingga tidak terdapat
Kedalaman penguasaan materi peserta
miskonsepsi. Pada akhir proses belajar mengajar,
didik ditunjukkan berdasar pada kemampuannya
peserta didik bersama guru membuat kesimpulan
menjelaskan materi menggunakan kalimat
klasikal dari pembelajaran yang telah dilakukan
sendiri, menjelaskan makna dari konsep kepada
hari ini. Guru dan peserta didik bersama-sama
orang lain, serta membedakan konsepsi yang
melakukan evaluasi dan refleksi pembelajaran.
benar dan konsepsi yang salah. Menurut Dahar
(1989) penguasaan konsep merupakan Arnyana (2007) menjelaskan keterkaitan
kemampuan peserta didik dalam memahami antara mind mapping dengan penguasaan konsep
makna secara ilmiah baik teori maupun diantaranya dalam hal pencatatan untuk
penerapannya dalam kehidupan sehari-hari. mengingatkan daya ingat peserta didik, maka dari
itu mind mapping menggunakan pengingat-
Berdasarkan wawancara, observasi dan
pengingat visual dan sensorik dalam suatu pola
dokumentasi yang peneliti lakukan menunjukkan
dari ide-ide yang berkaitan atau berhubungan
bahwa peserta didik telah menguasai materi
sepesrti jalan yang digunakan untuk belajar. Salah
dengan baik dan benar. Hal ini didukung dari
satu dampak positif dengan menerapkan strategi
kemampuan peserta didik dalam memilih dan
belajar mind mapping ini yaitu pada suasana dan
memilah konsepsi yang ditemukan dengan
rasa antusias peserta didik dalam proses
berdiskusi bersama rekannya. Selain itu,
pembelajaran. Hal ini merajuk pada pendapat
kemampuan peserta didik dalam menjelaskan
Trianto (2007:166) bahwa mind mapping dapat
konsep kepada orang lain juga didukung oleh
membantu memperjelas pemahaman suatu
kemampuannya membuat dan menampilkan
bacaan, sehingga dapat dipakai sebagai alat
mind mapping. Peserta didik dapat menyajikan
evaluasi untuk membantu peserta didik membaca
laporan hasil kerjanya dalam bentuk media
peta konsep dan menjelaskan hubungan antara
kreatif.
konsep satu dengan yang lainnya dalam satu peta
Kegiatan presentasi yang dilakukan peserta konsep, dan berdampak pada peningkatan
didik dalam kaitannya pembelajaran saintifik penguasaan konsep.
mengkomunikasikan juga membantu peserta
didik belajar lebih efektif. Dengan
mengkomunikasikan gagasannya, peserta didik
memperoleh pemahaman yang jauh lebih tinggi
dari sekadar mendengar orang lain menjelaskan
sesuatu kepadanya (Tjiptiany, As'ri, & Muksar,
2016). Ini sesuai dengan pendapat Herman (2007)

8
Ana Fatwatush Sholichah dan Suripto/Indonesian Journal of Curriculum and Educational Technology Studies
5(1) (2019): 1-4

dengan membagi tugas dan membagi nomor soal


kepada setiap individu, serta hasil jawaban yang
peserta didik temukan telah sesuai dengan
materi/teori sistem pernapasan manusia untuk
kelas VIII SMP/MTs; 4) Pada kedalaman
penguasaan materi, peserta didik mampu
menjelaskan kepada orang lain konsep yang ia
pahami menggunakan kalimatnya sendiri, dan
pembelajaran menggunakan mind mapping dapat
membantu dan meningkatkan penguasaan
konsep peserta didik pada suatu materi.
Gambar 5 Peserta didik menampilkan mind Penerapan pembelajaran self-organised
mapping di depan kelas learning environment (SOLE) dapat dijadikan
Penelitian yang dilakukan oleh Hendawati, salah satu refrensi bagi guru untuk menerapkan
Putri, Pratomo, & Widianingsih (2018) yang pembelajaran mandiri dan berpusat pada peserta
meneliti tentang aktivitas dan penguasaan didik. Sekolah diharap dapat mensosialisasikan
konsep dalam pembelajaran IPA materi gaya pembelajaran self-organised learning environment
dengan menerapkan model pembelajaran mind (SOLE) kepada guru mata pelajaran lain sehingga
mapping menghasilkan temuan penelitian yakni dapat menginspirasi guru untuk menerapkan
terdapat peningkatan kemampuan pemahaman maupun mengembangkannya di dalam
konsep peserta didik pada saat proses pembelajaran.
pembelajaran dengan menggunakan model mind
mapping. Dari penjabaran aspek kedalaman
penguasaan materi pada pembelajaran SOLE di UCAPAN TERIMA KASIH
SMP Negeri 9 Semarang tersebut, maka dapat Terimakasih kepada Drs. Suripto, M.Si.,
disimpulkan antara lain: (1) peserta didik mampu Edi Subkhan, S.Pd., M.Pd., dan Ghanis Putra
menjelaskan kepada orang lain konsep yang ia Widhanarto, S.Pd., M.Pd. atas bimbingannya
pahami menggunakan kalimatnya sendiri; dan (2) dalam penulisan artikel ini.
pembelajaran menggunakan mind mapping
dapat membantu dan meningkatkan penguasaan
konsep peserta didik pada suatu materi. DAFTAR PUSTAKA
Arnyana, I. B. 2007. “Pengembangan Peta Pikiran untuk
Peningkatan Kecakapan Berpikir Kreatif
SIMPULAN Siswa”. Jurnal Pendidikan dan Pengajaran
Berdasarkan hasil penelitian tersebut dapat Undiksha, 670-683.

disimpulkan bahwa: 1) Pada penyusunan repon, Chandrawati, S. R. 2009. Peranan Guru Dalam Inovasi
Peserta didik dapat menemukan kesimpulan Pendidikan.
https://chandrawati.wordpress.com/2009/06
mereka sendiri berdasarkan pengamatan dan /02/peranan-guru-dalam-inovasi-
membangun pengetahuan dan penyelidikannya pendidikan/ (25 Juli 2019)
sendiri melalui diskusi kelompok dan kajian Dahar, R. W. 1989. Teori-Teori Belajar. Jakarta:
sumber belajar; 2) Berpikir tingkat tinggi, Peserta Erlangga.
didik mampu memahami materi beberapa tingkat
Damayanti, D. S., Ngazizah, N., & Setyadi, E. 2013.
di atasnya, pengetahuan yang ditemukan oleh “Pengembangan Lembar Kerja Siswa (LKS)
peserta didik dapat bertahan lebih lama, dan Dengan Pendekatan Inkuiri Terbimbing
Untuk Mengoptimalkan Kemampuan
meningkatkan kemampuan menalar ilmiah
Berpikir Kritis Peserta Didik Pada Materi
peserta didik; 3) Proses dan hasil penyelesaian Listrik Dinamis SMA Negeri 3 Purworejo
tugas, strategi yang peserta didik lakukan ialah Kelas X Tahun Pelajaran 2012/2013”. RADIASI:
Jurnal Berkala Pendidikan Fisika, 3(1), 58-62.

9
Ana Fatwatush Sholichah dan Suripto/Indonesian Journal of Curriculum and Educational Technology Studies
5(1) (2019): 1-4

Daryanti, E. P., Rinanto, Y., & Dwiastuti, S. 2016. production-


“Peningkatan Kemampuan Penalaran Ilmiah assets/toolkit/SOLE_Toolkit_Web_2.6.pdf (12
Melalui Model Pembelajaran Inkuiri Januari 2019)
Terbimbing Pada Materi Sistem Pernapasan
Manusia”. Jurnal Pendidikan Matematika dan National Science Teacher Association in Collaboration
Sains, 3(2), 163-168. with the Association of Education in Teaching
Science. 1998. “Standards for Science Teacher
Dominguez, C. Y., & Marcelo, C. 2017. “University Preparation”.
Student's Self-Regulated Learning Using https://www.nsta.org/preservice/docs/2012N
Digital Technologies”. International Journal of STAPreserviceScienceStandards.pdf (10 Juli
Educational Technology in Higher Education, 2019).
1-18.
Rahmatika, A. 2009. Meningkatkan Kreativitas dan
Hamdayana, J. 2016. Metodologi Pengajaran. Jakarta: Efektivitas dalam Pembelajaran Matematika
Bumi Aksara. dengan Pendekatan Konstruktivis di Kelas VIII
MTs Al-Ma'had An-Nur Bantul. Yogyakarta:
Hendawati, Y., Putri, S. U., Pratomo, S., & UIN Suka.
Widianingsih, F. 2018. “Penerapan Model
Mind Mapping Untuk Meningkatkan Rhodes, T. 2010. Assessing Outcomes and Improving
Penguasaan Konsep IPA di Sekolah Dasar”. Achievement: Tips and Tools for Using Rubrics.
Metodik Didaktik: Jurnal Pendidikan ke-SD- Association of American Colleges &
an, 13(2), 113-124. Universities.

Jampel, I. N., Widiana, I. W., & Juliantari, N. M. 2017. Rustaman, N. Y. 2005. Perkembangan Penelitian
“Inovasi Pembelajaran Saintifik Dengan Pembelajaran Berbasis Inkuiri Dalam
Snowball Throwing Dalam Proses Menanya Pendidikan Sains.
Terhadap Hasil Belajar Siswa”. Jurnal Ilmu http://file.upi.edu/Direktori/SPS/PRODI.PE
Sekolah Dasar, 128-137. NDIDIKAN_IPA/195012311979032-
NURYANI_RUSTAMAN/PenPemInkuiri.pdf
Kemendikbud RI. 2014. Peraturan Menteri Pendidikan (2 Juli 2019)
dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 58
Tahun 2014 tentang Pedoman Mata Pelajaran Sitepu, B. P. 2014. Pengembangan Sumber Belajar.
IPA. Jakarta: Kemendikbud RI. Bandung: Sitepu.

Mahmudi, A. 2006. “Pembelajaran Kolaboratif”. Sugiyono. 2015. Metode Penelitian Kuantitatif,


Penelitian, Pendidikan, dan Penerapan MIPA. Kualitatif, dan R&D. Cetakan ke XXII.
Bandung: Alfabeta
Mitra, S., & Crawley, E. 2014. “Effectiveness of Self-
Organised Learning by Children: Gateshead Sukmadinata, N. S. 2009. Metode Penelitian Pendidikan.
Experiments”. Journal of Education and Bandung: Remaja Rosdakarya
Human Development, 3(3), 79-88.
Suwignyo. 2015. “Penggunaan Pendekatan Kuis Tim
Mitra, S., & Dangwal, R. 2010. “Limits to self-organising Untuk Meningkatkan Tanggungjawab
systems of learning—The Kalikuppam Individu Dalam Kelompok Belajar Siswa Kelas
experiment”. British Journal of Educational 8 A SMP N 1 Sukomoro Kabupaten Magetan
Technology, 41(5), 672-688. Tahun Pelajaran 2013/2014”. Citizenship:
Jurnal Pancasila dan Kewarganegaraan, 302-
Mitra, S., Dolan, P., Leat, D., Smith, L. M., Todd, L., &
319.
Wall, K. 2013. “Self-Organised Learning
Environments (SOLEs) in an English School:an Tjiptiany, E. N., As'ri, A. R., & Muksar, M. 2016.
example of transformative pedagogy?”. “Pengembangan Modul Pembelajaran
Educational Research Journal. Matematika Dengan Pendekatan Inkuiri Untuk
Membantu Siswa SMA Kelas X Dalam
Mitra, S. 2015. Self-Organised Learning Environment Memahami Materi Peluang”. Jurnal Pendidikan:
(SOLE) Toolkit. https://s3-eu-west- Teori, Penelitian, dan Pengembangan, 1(10),
1.amazonaws.com/school-in-the-cloud- 1938-1942

10

Anda mungkin juga menyukai