Anda di halaman 1dari 39

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

Berdasarkan model pengembangan ADDIE yaitu tahap analysis (analisis),

design (perancangan), development (pengembangan), implementation

(implementasi), dan evaluation (evaluasi), langkah-langkah pengembangan

perangkat pembelajaran pada materi segiempat dengan pendekatan PMRI untuk

siswa kelas VII SMP dilakukan melalui tahapan berikut.

1. Tahap Analisis (Analysis)

a. Hasil analisis kebutuhan perangkat pembelajaran

Setelah melakukan observasi dan wawancara dengan guru matematika kelas

VII di SMP N 23 Purworejo terkait ketersediaan perangkat pembelajaran yang ada

terhadap materi segi empat, diperoleh bahwa perangkat pembelajaran yang tersedia

hanyalah buku paket yang diterbitkan oleh pemerintah saja. Dari segi isi buku

pelajaran tersebut sudah cukup lengkap, khususnya pada materi segi empat.

Kompetensi inti dan kompetensi dasar juga sudah sesuai dengan kurikulum 2013,

hanya saja kegiatan-kegiatan yang memancing kemampuan siswa untuk

mengonstruksi pengetahuannya dan muatan realistik di dalamnya masih kurang.

Dari segi perencanaan pembelajaran, RPP yang dirancang guru juga belum

menerapkan pembelajaran dengan seting pembelajaran yang realistik.

b. Hasil Analisis Karakteristik Siswa

Analisis karakteristik siswa dilakukan untuk menentukan solusi yang sesuai

untuk siswa dalam mengatasi permasalahan dalam proses pembelajaran

68
matematika. Berdasarkan wawancara dengan guru matematika SMP N 23

Purworejo, sebagian besar siswa kurang aktif dan kurang antusias dalam

pembelajaran. Menurut keterangan guru, hal ini disebabkan karena bahan ajar yang

digunakan oleh guru kurang beragam. Mengingat bahan ajar hanya menggunakan

buku pegangan dari Pemerintah saja. Kemudian tidak terbiasanya siswa pada

pembelajaran dengan menerapkan K 13, dimana SMP N 23 Purworejo baru

menerapkan K 13 pada Tahun 2017. Masalah tersebut dikarenakan sebagian besar

siswa ketika SD masih menggunakan KTSP sebagai kurikulumnya.

Selain wawancara oleh guru matematika, peneliti juga melakukan observasi

langsung ke dalam kelas. Dari hasil observasi tersebut bahwa guru kurang

memperhatikan tingkah laku para siswa ketika pembelajaran berlangsung. Ketika

pembelajaran berlangsung guru hanya memberikan materi seperti definisi-definisi

dan rumus-rumus secara langsung kepada siswa, tanpa memberikan kegiatan-

kegiatan kepada siswa untuk menemukan sendiri definisi-definisi dan rumus-rumus

tersebut. Ternyata ketika menginjak pada kegiatan latihan soal-soal, sebagian besar

siswa masih salah dalam mengerjakan soal-soal tersebut. Setelah peneliti

mewawancarai sebagian siswa ternyata siswa bingung dalam menentukan rumus

yang cocok untuk menyelesaikan permasalahan tersebut dikarenakan terlalu

banyaknya rumus yang harus dihafal oleh siswa dan kurang pahamnya siswa

terhadap apa yang mereka tulis ketika guru memberikan materi.

c. Analisis Kurikulum

Analisis materi dilakukan dengan menganalisis kompetensi inti dan

kompetensi dasar serta indikator pencapaian kompetensi mengacu Kurikulum 2013

69
pada materi segi empat. Pemaparan kompetensi inti, kompetensi dasar serta

penjabaran indikator pencapaian kompetensi materi segi empat untuk siswa kelas

VII SMP secara lengkap dapat dilihat pada Lampiran A.10. Penelitian ini bertujuan

untuk mengembangkan perangkat pembelajaran pada materi segi empat dengan

pendekatan PMRI.

2. Tahap Perancangan (Design)

Berdasarkan hasil analisis, kemudian peneliti merancang bahan ajar. Bahan

ajar yang dirancang berupa RPP dan LKS dengan pendekatan PMRI yang

berorintasi kepada pemahaman konsep segi empat untuk siswa kelas VII SMP.

Setelah itu, disusun pula instrumen penilaian perangkat pembelajaran untuk menilai

kualitas perangkat pembelajaran. Secara rinci kegiatan yang dilakukan peneliti pada

tahap ini adalah:

a. Penyusunan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)

Penyusunan rancangan RPP merupakan perancangan pertama yang harus

dilakukan. Perancangan RPP meliputi sebagai berikut.

1) Menentukan identitas, yang meliputi: nama sekolah, mata pelajaran,

kelas/semester, dan alokasi waktu.

2) Menentukan KI dan KD

Menentukan KI dan KD materi segi empat pada RPP yang diturunkan

langsung dari Standar Isi pada Permendikbud Nomor 22 tahun 2016 tentang standar

proses

3) Menentukan indikator dan tujuan pembelajaran berdasarkan indikator

70
Indikator dirumuskan dari KD. Kemudian tujuan pembelajaran diturunkan

dari indikator.

4) Pemilihan Sumber Belajar

Sumber belajar yang digunakan pada pembelajaran di kelas adalah buku

Matematika SMP Kelas VII untuk siswa oleh Kementrian Pendidikan dan

Kebudayaan Republik Indonesia tahun 2013 dan buku Mandiri (Mengasah

Kemampuan Diri) Matematika untuk SMP kelas VII tahun 2013

5) Menentukan Pendekatan Pembelajaran

Pendekatan pembelajaran yang digunakan disesuaikan dengan pendekatan

Pendidikan Matematika Realistik Indonesia.

6) Menyusun Kegiatan Pembelajaran

Kegiatan pembelajaran dibagi menjadi tiga bagian yaitu kegiatan

pendahuluan, kegiatan inti, dan penutup. Kegiatan pendahuluan meliputi penyiapan

peserta didik secara fisik dan mental, apersepsi, motivasi, dan penyampaian tujuan

pembelajaran. Kegiatan inti disesuaikan dengan langkah-langkah pendekatan

PMRI. Kegiatan inti juga disesuaikan dengan standar proses yang tercantum pada

Permendikbud yang meliputi mengamati, menanya, mengumpulkan informasi,

menalar, dan mengomunikasikan. Kegiatan penutup meliputi refleksi pembelajaran

yang telah dilakukan, dan penarikan kesimpulan.

7) Penentuan Teknik Penilaian

Penilaian pembelajaran dilakukan pada tiga aspek sesuai dengan standar

proses pada Permendikbud yaitu: sikap, pengetahuan, dan keterampilan termasuk

kemampuan pemecahan masalah. Sikap dinilai berdasarkan pengamatan guru,

71
sedangkan pengetahuan dan keterampilan dinilai dari pengerjaan LKS baik dalam

kegiatan, latihan soal, tugas dan juga kuis.

b. Penyusunan Lembar Kerja Siswa (LKS)

1) Penyusunan garis besar isi LKS

Garis besar isi LKS berisi tentang penyajian materi segi empat. Penyajian

materi segi empat disesuaikan dengan hasil analisis kurikulum. Tabel berikut

memperlihatkan penyajian materi segi empat pada LKS.

Tabel. 12 Penyajian Materi Segi Empat


Kegiatan Belajar (KB) Materi
1. Pengertian Segi Empat
KB 1 2. Membedakan bangun segi empat
dan bangun bukan segi empat
3. Sifat-sifat Segi Empat
4. Keliling Segi Empat
KB 2
5. Luas Segi Empat
6. Klasifikasi Segi Empat

2) Menyiapkan buku referensi

Peneliti mencari dan mengumpulkan buku referensi yang relevan sebagai

acuan dalam mengembangkan LKS. Adapun beberapa buku referensi tersebut

adalah :

a. As’ari, A.R. (2016). Matematika Untuk SMP Kelas VII Semester 2. Jakarta:

KEMENDIKBUD

b. Kurniawan. (2013). Mandiri (Mengasah Kemampuan Diri) Matematika untuk

SMP kelas VII. Jakarta: Erlangga.

Selain buku referensi, peneliti juga mengumpulkan gambar-gambar yang

berkaitan dengan materi untuk digunakan dalam LKS. Peneliti memperoleh

72
gambar-gambar tersebut dari internet dan membuat secara manual dengan aplikasi

Coreldraw X7.

3) Perancangan Syarat Teknis atau Tampilan LKS

Rancangan LKS dari syarat teknis atau tampilan memuat beberapa

komponen yang dicantumkan sebagai berikut.

a) Sampul LKS

Sampul LKS memuat tulisan pendekatan PMRI, judul LKS, nama penulis,

identitas pemilik LKS. Tampilan sampul LKS dapat dilihat pada Gambar 3 berikut.

Gambar 3. Tampilan Sampul LKS

73
b) Fitur atau Bagian-bagian pada LKS

Ada beberapa hal yang terdapat dalam LKS di antaranya: KD, indikator

pencapaian kompetensi, apersepsi, apa yang akan dipelajari, judul setiap kegiatan,

petunjuk pembelajaran, kegiatan peserta didik (mengajak siswa untuk berdiskusi

dan belajar menemukan konsep-konsep baru), dan latihan soal. Keunggulan LKS

yang dikembangkan sebagai berikut.

1. KD disajikan untuk menginformasikan kompetensi apa saja yang dipelajari dan

harus dikuasai oleh peserta didik. Tampilan KD disajikan pada Gambar 4

berikut.

Gambar 4. Tampilan Kompetensi Dasar (KD) dan indikator pencapaian


kompetensi

2. Apersepsi memberikan informasi mengenai pengetahuan yang sebelumnya dan

memberikan motivasi bagi peserta didik. Contoh tampilan apersepsi disajikan

pada Gambar 5. Bagian ini merupakan salah satu langkah pembelajaran PMRI,

74
dimana pada awal pembelajaran disajikan masalah konteks yang dapat

dibayangkan oleh siswa.

Gambar 5. Tampilan Apersepsi

3. Pada setiap kegiatan LKS disajikan judul LKS dan petunjuk pengerjaan LKS.

Judul LKS mencerminkan tujuan pembelajaran pada kegiatan. Petunjuk LKS

berguna untuk memberikan arahan dan hal apa saja yang perlu dilakukan oleh

peserta didik selama melaksanakan kegiatan. Tampilan judul kegiatan, petunjuk,

dan kegiatan pembelajaran disajikan pada Gambar 6. Pada Gambar 6 juga

merupakan contoh dari kegiatan kontruktivisme, dimana kontruktivisme

merupakan salah satu ciri-ciri dari PMRI.

75
Gambar 6.Tampilan Judul Setiap Kegiatan, Petunjuk
Pembelajaran, dan Kegiatan
4. Setiap kegiatan yang terdapat pada LKS disertai dengan kolom kesimpulan,

sehingga peserta didik dapat menuliskan kesipmulan pada setiap kegiatan.

Kolom kesimpulan memudahkan peserta didik untuk mempelajarinya kembali.

Tampilan kesimpulan disajikan pada Gambar 7 berikut.

76
Gambar 7. Tampilan Kesimpulan
5. Latihan soal digunakan untuk evaluasi dan meningkatkan kemampuan peserta

didik dalam memahami materi. Tampilan latihan soal disajikan pada Gambar 8

berikut.

Gambar 8. Tampilan Latihan Soal

77
c) Daftar Isi

Daftar isi ditulis untuk memudahkan pembaca dalam mencari materi yang

diinginkan. Tampilan daftar isi dapat dilihat pada Gambar 9 berikut.

Gambar 9. Tampilan Daftar Isi


d) Nomor Halaman

Nomor halaman digunakan untuk pada setiap halaman memudahkan

pembaca menemukan halaman yang tercantum pada daftar isi. Tampilan nomor

halaman LKS dapat dilihat pada Gambar 10 berikut.

Gambar 10. Tampilan Nomor Halaman

78
e) Footer LKS

Footer LKS diletakkan pada pojok bawah setiap halaman pada samping

nomor halaman. Tampilan footer LKS dapat dilihat pada Gambar 11 berikut.

Gambar 11. Tampilan Footer LKS

c. Penyusunan lembar penilaian instrumen pembelajaran

Terdapat 4 instrumen yang digunakan untuk menilai kualitas perangkat

pembelajaran, yaitu:

1) Lembar Penilaian Perangkat Pembelajaran

Lembar penilaian ini ada dua macam, yaitu lembar penilaian RPP dan

lembar penilaian LKS. Fungsi keduanya adalah untuk mengetahui kevalidan

perangkat pembelajaran yang dikembangkan.

a) Penyusunan Instrumen Penilaian RPP

Instrumen penilaian RPP dimodifikasi oleh peneliti berdasarkan pendekatan

pembelajaran dan kurikulum yang divalidasi oleh dosen pembimbing. Angket

penilaian RPP berbentuk checklist dengan menggunakan skala bertingkat yang

terdiri dari 5 kategori, yaitu skor 5 (sangat baik), 4 (baik), 3 (cukup), 2 (kurang),

dan 1 (sangat kurang).

Jumlah butir pada angket penilaian RPP adalah 38 butir. Kisi-kisi, deskripsi

butir, serta angket penilaian RPP dapat dilihat selengkapnya pada lampiran.

b) Menyusun instrumen penilaian LKS

79
Instrumen penilaian LKS dimodifikasi oleh peneliti berdasarkan

pendekatan pembelajaran dan kurikulum yang divalidasi oleh dosen pembimbing.

Angket penilaian LKS berbentuk checklist dengan menggunakan skala bertingkat

yang terdiri dari 5 kategori, yaitu skor 5 (sangat baik), 4 (baik), 3 (cukup), 2

(kurang), dan 1 (sangat kurang).

Angket penilaian LKS terdiri dari dua aspek penilaian yaitu aspek materi

dan aspek teknis LKS dengan pendekatan PMRI. Pada aspek materi diajabarkan

menjadi tiga indikator yaitu kualitas materi, kesesuaian dengan syarat didaktik, dan

kesesuaian LKS dengan syarat konstruksi. Jumlah butir pada angket penilaian LKS

adalah 29 butir. Kisi-kisi, deskripsi butir, serta angket penilaian LKS dapat dilihat

selengkapnya pada lampiran.

2) Angket respon siswa

Angket ini untuk mengetahui siswa terhadap perangkat pembelajaran untuk

mengukur kepraktisannya. Angket respon siswa berbentuk checklist dengan

menggunakan skala bertingkat yang terdiri dari 5 kategori, yaitu skor S (sangat

setuju), S (setuju), N (netral), TS (tidak setuju), dan STS (sangat tidak setuju).

Jumlah butir pada angket respon siswa adalah 13 butir. Sedangkan angket

respon siswa dan kisi-kisinya dapat dilihat pada Lampiran.

3) Soal tes prestasi belajar

Soal ini digunakan diakhir pembelajaran. Hasil tes prestasi ini digunakan

untuk mengetahui keefektifan perangkat pembelajaran ditinjau dari pemahaman

konsep siswa.

80
Penyusunan tes hasil belajar yang digunakan untuk mengetahui keefektifan

perangkat pembelajaran berjumlah 6 butir soal uraian. Kisi-kisi tes hasil belajar,

soal tes hasil belajar, serta kunci dan rubrik penyekoran tes hasil belajar dapat

dilihat selengkapnya pada Lampiran B.1

4) Lembar observasi keterlaksanaan pembelajaran

Lembar ini berguna untuk memantau dan mengevaluasi keterlaksanaan

pembelajaran dengan perangkat pembelajaran yang diujikan. Data dari lembar ini

dijadikan sebagai data pendukung.

3. Tahap Pengembangan (Development)

Pada tahap ini dikembangkan perangkat pembelajaran matematika dengan

pendekatan PMRI yang berorientasi kepada pemahaman konsep, yang meliputi:

a. Pengembangan rancangan perangkat pembelajaran

Kegiatan perancangan perangkat pembelajaran dilakukan sesuai dengan

perencanaan awal yang telah disusun. Pada tahap ini, diperoleh produk awal

perangkat pembelajaran matematika dengan pendekatan PMRI yang berorientasi

kepada pemahaman konsep segi empat untuk siswa kelas VII SMP. Perangkat

pembelajaran yang dimaksud berupa RPP dan LKS. Perangkat pembelajaran yang

telah disusun kemudian dikonsultasikan kepada dosen pembimbing untuk

mendapatkan koreksian dan saran.

Pengembangan RPP dan LKS dikembangkan berdasarkan draft yang telah

dibuat pada tahap design. Berikut spesifikasi pengembangan RPP dan LKS.

81
1) Pengembangan RPP

RPP dikembangkan sesuai dengan struktur penulisan RPP menurut

Permendikbud nomor 22 tahun 2016 tentang standar proses yang memuat identitas,

KI, KD, indikator, tujuan pembelajaran, materi pembelajaran, metode

pembelajaran, sumber belajar, kegiatan pembelajaran yang terdiri dari kegiatan

pembuka, kegiatan inti, dan kegiatan penutup, dan teknik penilaian pembelajaran.

RPP yang telah dikembangkan dapat dilihat pada Lampiran F.1

2) Pengembangan LKS

LKS dikembangkan sesuai dengan draft yang disusun pada tahap design.

Spesifikasi LKS yang dikembangkan sebagai berikut.

a) LKS berupa media cetak

b) LKS berisi komponen-komponen di antaranya: identitas pemilik, KD, indikator,

apersepsi, materi, kegiatan, latihan soal, dan tugas.

c) LKS disusun menggunakan bahasa Indonesia yang baku

d) Tampilan LKS disesuaikan dengan layout pada tahap design.

Berdasarkan spesifikasi-spesifikasi tersebut terbentuk LKS untuk peserta

didik berdasarkan pendekatan PMRI. LKS tersebut dapat dilihat secara lengkap

pada Lampiran F.2

b. Validasi

Setelah RPP dan LKS dikembangkan tahap selanjutnya adalah validasi ahli

untuk menilai perangkat pembelajaran yang telah dikembangkan. Validasi ahli

dilakukan untuk mengetahui kualitas perangkat pembelajaran dari segi kevalidan.

82
Terdapat dua validator dosen dan satu validator guru matematika. Validator

memberikan masukan saran dan penilaian terhadap perangkat pembelajaran

matematika yang telah dikembangkan. Lembar hasil penilaian oleh ketiga validator

tersebut dapat dilihat pada Lampiran C.3.

c. Revisi perangkat pembelajaran

Setelah menerima penilaian, masukan dan saran dari validator, perangkat

pembelajaran direvisi untuk mendapatkan produk yang lebih baik sesuai masukan

dan saran validator. Berikut revisi produk berdasarkan masukan dan saran validator

pada Gambar 12 & 13.

1) Pada RPP belum terdapat penilaian sikap.

RPP belum ada tentang penilaian sikap seperti gambar 12 berikut

Gambar 12. Tampilan RPP Sebelum Revisi

83
Gambar 13. Tampilan RPP Setelah Revisi
2) Kesalahan penulisan pada RPP dan LKS.

Kesalahan penulisan pada RPP dan LKS ditunjukkan pada Gambar 14 & 15

berikut

Gambar 14. Tampilan kunci jawaaban RPP sebelum revisi

84
Gambar 15. Tampilan kunci jawaaban RPP setelah revisi

3) Terdapat beberapa kegiatan pada LKS yang belum diberi kolom kesimpulan
Berikut adalah Gambar 16 & 17 tentang tampilan kegiatan yang belum diberi
kolom kesimpulan dan sesudah diberi kolom kesimpulan

Gambar 16. Tampilan kegiatan pada LKS sebelum revisi

85
Gambar 17. Tampilan kegiatan pada LKS setelah revisi

4) Kecermatan terkait realitas pada RPP dan LKS yang sesuai dengan pendekatan

PMRI.

Gambar 18. Tampilan latihan soal pada LKS sebelum revisi

86
Gambar 19. Tampilan latihan soal pada LKS setelah revisi

d. Hasil penilaian kualitas perangkat pembelajaran

Perangkat pembelajaran yang telah divalidasi sebelumnya kemudian

dikonsultasikan kepada dosen pembimbing untuk mendapat saran perbaikan sesuai

dengan saran validator.

Validator memberikan penilaian pada RPP dan LKS yang dikembangkan

menggunakan instrumen penilaian. Hasil pengisian angket penilaian dan

penyekoran angket dapat dilihat pada secara lengkap pada Lampiran A.1.

1) Hasil penilaian RPP

Berdasarkan hasil perhitungan, penilaian RPP oleh ahli media dan materi

termasuk dalam katagori sangat valid dengan skor rata-rata penilaian 169,67.

2) Hasil penilaian LKS

Berdasarkan hasil perhitungan, penilaian LKS oleh ahli media dan materi

termasuk dalam katagori sangat valid dengan skor rata-rata 127,67.

87
4. Tahap Implementasi (Implementation)

Produk perangkat pembelajaran matematika yang telah direvisi kemudian

diujicobakan. Uji coba produk dilaksanakan di SMP Negeri 23 Purworejo kelas VII

oleh 32 peserta didik pada tanggal 9 -18 Mei 2017. Tabel berikut menunjukkan

jadwal pembelajaran menggunakan perangkat pembelajaran yang telah

dikembangkan seperti pada tabel berikut.

Tabel 13. Jadwal Uji Coba Perangkat Pembelajaran

No Waktu Penelitian Materi Pembelajaran

1 Selasa, 9 Mei Mengenal segi empat


2 Rabu, 10 Mei Persegi Panjang & Pesegi
3 Kamis, 11 Mei Jajargenjang & Belah Ketupat
4 Selasa, 16 Mei Layang-layang
5 Rabu, 17 Mei Layang-layang & Trapesium
6 Kamis, 18 Mei Tes hasil belajar

Pada pertemuan pertama, peserta didik diberikan LKS dengan materi

Mengenal Segi Empat. Sebelum masuk pada pembelajaran, peserta didik terlebih

dahulu diberikan penjelasan mengenai bagian-bagian LKS dan petunjuk

penggunaan LKS. Peserta didik belajar mengenai Pengertian Segi Empat dan

Membedakan bangun segi empat dan bangun bukan segi empat. Pada kegiatan ini

peserta didik bekerja secara individu mengerjakan kegiatan di LKS dengan bantuan

secukupnya oleh peneliti seperti Gambar 20. Secara keseluruhan dipertemuan

pertama pembelajaran berjalan dengan lancar.

88
Gambar 20. Peserta didik mengerjakan kegiatan dalam LKS secara individu
dengan bantuan secukupnya oleh peneliti

Pertemuan kedua, peserta didik belajar menentukan definisi, sifat-sifat,

keliling, dan luas persegi panjang dan persegi. Pada pembelajaran kali ini peserta

didik mengalami kesulitan dalam menemukan definisi persegi panjang dan persegi

dengan kata-kata mereka sendiri. Kemudian pada kegiatan menentukan sifat-sifat,

keliling, dan luas persegi panjang dan persegi peserta didik membentuk kelompok

yang beranggotakan 4 orang seperti pada Gambar 21 berikut.

Gambar 21. Peserta didik mengerjakan kegiatan dalam LKS secara


kelompok

89
Dalam mengerjakan kegiatan berkelompok awalnya peserta didik kurang kondusif,

kemudian perlahan kegiatan kelompok mulai kondusif karna peneliti mengatur

jalannya diskusi di setiap kelompok. Kemudian beberapa kelompok

mempresentasikan hasil diskusinya di depan kelas. Pada akhir pertemuan, peserta

didik diberikan PR untuk menyelesaikan masalah pada LKS halaman 15 dan 22

tentang uji kompetensi persegi panjang dan persegi, sehingga mereka dapat belajar

di rumah.

Pada pertemuan ketiga, peneliti melihat hasil PR di pertemuan kedua dan

membahasnya di depan kelas. Selanjutnya peserta didik belajar mengenai

jajargenjang dan belah ketupat. Pada pembelajaran kali ini peserta didik kembali

membentuk kelompok yang sama seperti pertemuan sebelumya untuk menentukan

definisi, sifat-sifat, keliling, dan luas jajargenjang dan belah ketupat yang termuat

pada LKS. Ketika menentukan luas belah ketupat peserta didik sedikit kesulitan

karena kurang menguasai operasi aljabar, akhirnya peneliti yang menjelaskan

kepada peserta didik untuk menentukan luas belah ketupat tersebut. Kemudian

beberapa kelompok mempresentasikan hasil diskusinya di depan kelas seperti pada

Gambar 22 berikut.

90
Gambar 22. Peserta didik sedang mempresentasikan hasil diskusi

Pada akhir pertemuan, peserta didik diberikan PR untuk menyelesaikan masalah

pada LKS halaman 29 dan 38 tentang uji kompetensi materi jajargenjang dan belah

ketupat.

Pada pertemuan keempat, peneliti melihat hasil PR di pertemuan ketiga dan

bersama-sama membahasnya di depan kelas ternyata sebagian besar peserta didik

masih salah dalam menjawab soal nomor 2 halaman 38. Alasan sebagian besar

peserta didik ternyata soal yang terlalu panjang dan rumit. Selanjutnya peserta didik

belajar mengenai layang-layang. Pada pembelajaran kali ini peserta didik

membentuk kelompok baru dengan empat anggota seperti pertemuan sebelumnya

untuk mengurangi kebosanan. Karena alokasi waktu hanya 1 jam, kegiatan

pembelajaran hanya menentukan definisi dan sifat-sifat layang-layang saja. Secara

keseluruhan pembelajaran berjalan dengan lancar.

Pada pertemuan kelima, peserta didik belajar mengenai layang-layang dan

trapesium. Pada pembelajaran kali ini peserta didik kembali membentuk kelompok

yang sama seperti pertemuan keempat. Dalam menentukan definisi, sifat-sifat,

91
keliling, dan luas layang-layang dan trapesium berjalan dengan lancar. Tetapi

seperti biasa sebagian besar peserta didik masih kesulitan untuk menentukan luas

layang-layang dan trapesium, tetapi kali ini ada beberapa siswa yang mampu

menentukan luas bangun tersebut. Selanjutnya peneliti meminta beberapa siswa

menuliskan hasil jawaban mereka di papan tulis, ketika diminta untuk menjelaskan

mereka tidak mau menjelaskan dikarenakan tidak biasa berbicara di depan kelas.

Kemudian beberapa kelompok mempresentasikan hasil diskusinya di depan

kelas. Pada akhir pertemuan, peserta didik diberikan PR untuk menyelesaikan

masalah pada LKS halaman 47 dan 53 tentang layang-layang dan trapesium,

sehingga mereka dapat belajar secara individu di rumah. Selain itu, pembelajaran

kelima juga digunakan untuk meluruskan hal-hal yang masih kurang tepat terkait

konsep-konsep segi empat yang telah dipelajari pada pertemuan-pertemuan

sebelumnya. Pada pertemuan ini peserta didik juga belajar mengenai klasifikasi segi

empat sesuai dengan sifat-sifatnya. Awalnya ketika peneliti bertanya kepada

peserta didik “Adakah di kelas ini yang bisa mengelompokkan bangun-bangun segi

empat yang telah kita pelajari kemarin?” ternyata tidak ada satupun peserta didik

yang mampu menjawabnya. Hal ini sudah diduga oleh peneliti, karena hal ini

merupakan hal yang baru bagi peserta didik. Akhirnya peneliti pelan-pelan bersama

peserta didik mengelompokkan bangun segi empat sesuai dengan sifat-sifatnya. Di

akhir pertemuan guru memberi informasi bahwa pada pertemuan selanjutnya akan

diadakan tes hasil belajar.

Pada pertemuan terakhir yaitu pertemuan keenam, diadakan tes hasil belajar

untuk mengukur keefektifan perangkat pembelajaran materi segi empat dan

92
pengisian angket respon untuk mengukur kepraktisan perangkat pembelajaran oleh

peserta didik yang terlihat pada Gambar 23 berikut.

Gambar 23. Peserta didik sedang mengerjakan tes hasil belajar

Kegiatan tersebut diadakan pada tanggal 18 Mei 2017. Banyak peserta didik yang

mengikuti tes hasil belajar dan mengisi angket respon adalah 32 orang.

5. Tahap Evaluasi (Evaluation)

Tahap pengembangan selanjutnya adalah tahap evaluasi. Evaluasi yang

telah dilakukan terhadap perangkat pembelajaran berbentuk RPP dan LKS dengan

pendekatan pembelajaran PMRI meliput penilaian:

a. Kevalidan produk oleh ahli

Analisis kevalidan perangkat pembelajaran didasarkan pada hasil penilaian

oleh 3 validator. Berikut merupakan hasil analisis yang telah dilakukan:

1) Kevalidan RPP

Tabulasi penilaian RPP oleh validator dapat dilihat pada Lampiran D1.

Secara umum hasil rata-rata penilaian sebesar 169,67 dengan skor maksimal 190.

Berdasarkan klasifikasi penilaian, RPP tersebut masuk dalam kategori sangat baik.

93
Oleh karena itu, RPP dinyatakan valid dan layak untuk digunakan dalam

pembelajaran.

2) Kevalidan LKS

Tabulasi penilaian LKS oleh validator dapat dilihat pada Lampiran D2.

Secara umum hasil rata-rata penilaian sebesar 127,67 dengan skor maksimal 145.

Berdasarkan klasifikasi penilaian, LKS tersebut masuk dalam kategori sangat baik.

Oleh karena itu, LKS dinyatakan valid dan layak untuk digunakan dalam

pembelajaran.

b. Kepraktisan LKS

Analisis kepraktisan didasarkan pada hasil data angket respon siswa dan

lembar observasi keterlaksanaan pembelajaran. Analisis dari masing-masing data

adalah sebagai berikut:

1) Kepraktisan berdasarkan angket respon siswa

Setelah mengikuti kegiatan pembelajaran, siswa diminta untuk mengisi

angket respon siswa. Contoh pengisian angket respon siswa dapat dilihat pada

Lampiran C.4. Angket respon siswa terdiri dari 13 butir pernyataan yang terbagi ke

dalam tiga aspek, yaitu aspek keterbantuan 3 butir pernyataan, aspek kemudahan 7

butir pernyataan, dan aspek kemenarikan 3 butir pernyataan. Dari ketiga aspek

tersebut, aspek yang digunakan untuk menilai kepraktisan perangkat pembelajaran

yakni aspek aspek keterbantuan dan kemudahan. Sedangkan aspek kemenarikan

digunakan sebagai dasar evaluasi dan perbaikan perangkat pembelajaran. Hasil

tabulasi angket respon siswa terdapat pada Lampiran D.3, sedangkan hasil

perolehan rata-rata skor angket respon siswa adalah 57,56 dengan skor maksimal

94
65. Berdasarkan pedoman penilaian, angka tersebut termasuk kategori sangat baik.

Oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa perangkat pembelajaran yang

dikembangkan termasuk praktis.

2) Kepraktisan berdasarkan lembar observasi keterlaksanaan pembelajaran

Dalam penelitian ini, yang berperan sebagai observer adalah 1 orang

mahasiswa jurusan pendidikan guru sekolah dasar UNY. Contoh pengisian lembar

observasi keterlaksanaan pembelajaran terdapat dalam Lampiran C.6. Tabulasi data

hasil pengisian lembar observasi keterlaksanaan pembelajaran untuk setiap butir

pernyataan pada setiap pertemuan terdapat dalam Lampiran D.5, sedangkan hasil

perolehan rata-rata skor keterlaksanaan pembelajaran menggunakan perangkat

pembelajaran yang dikembangkan mencapai 98,04%. Hasil tersebut berada pada

kategori sangat baik. Artinya perangkat pembelajaran yang dikembangkan praktis

untuk diterapkan dalam pembelajaran matematika.

c. Keefektifan LKS

Dari hasil analisis tes hasil belajar diketahui bahwa persentase ketuntasan

belajar klasikal kelas VII SMP N 23 Purworejo sebesar 62,5%. Berdasarkan

ketuntasan belajar klasikal diketahui bahwa kriteria yang didapatkan baik, sehingga

dapat disimpulkan bahwa perangkat pembelajaran yang digunakan efektif.

B. Pembahasan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah diuraikan sebelumnya langkah-

langkah pengembangan perangkat pembelajaran matematika dengan pendekatan

PMRI melalui tahap pengembangan ADDIE yaitu tahap analysis (analisis), design

95
(perancangan), development (pengembangan), implementation (implementasi), dan

evaluation (evaluasi) (Pribadi, 2009: 127).

Pada tahap analisis, dilakukan beberapa analisis yaitu analisis kebutuhan

perangkat pembelajaran, karakteristik siswa, dan materi. Berdasarkan dari segi

bahan ajar terutama pada materi segi empat di SMP N 23 Purworejo hanya

menggunakan buku pelajaran yang diterbitkan oleh Pemerintah saja. Dari segi isi,

buku pelajaran tersebut sudah cukup lengkap, khususnya pada materi segi empat.

Kompetensi inti dan kompetensi dasar juga sudah sesuai dengan kurikulum 2013,

tetapi masih ditemukan beberapa kesalahan penulisan dalam buku tersebut. Hal ini

membuat peneliti ragu atas kevalidan dari bahan ajar tersebut.

Kemudian dilakukan analisis karakteristik siswa, dalam analisis

karakteristik siswa hasil yang diperoleh bahwa sebagian besar siswa kelas VII F

SMP N 23 Purworejo siswa kurang aktif dalam pembelajaran. Hal ini disebabkan

karena bahan ajar yang digunakan oleh guru kurang beragam, mengingat bahan ajar

hanya menggunakan buku pegangan dari Pemerintah saja. Ditambah kurangnya

perhatian guru kepada siswanya ketika pembelajaran berlangsung. Ketika

pembelajaran berlangsung guru hanya memberikan materi seperti definisi-definisi

dan rumus-rumus secara langsung kepada siswa, tanpa melibatkan siswa untuk

menemukan sendiri definisi-definisi dan rumus-rumus tersebut. Padahal salah satu

karakteristik Kurikulum 2013 menurut Marsigit (2015:2) adalah pembelajaran yang

berpusat kepada siswa.

Masalah lain dalam analisis karakteristik siswa adalah pembelajaran yang

tidak sesuai dengan karakteristik siswa. Hal tersebut berdasarkan hasil observasi

96
dimana guru hanya memberikan definisi-definisi dan rumus-rumus secara langsung

tanpa melibatkan peran siswa, sehingga siswa seakan-akan dipaksa untuk berfikir

secara formal dalam pembelajaran. Terbukti bahwa ketika guru memberikan soal-

soal latihan kepada siswa hampir sebagian besar siswa bingung bagaimana cara

menjawab soal-soal tersebut. Menurut Santrock (2011:60), siswa SMP merupakan

pemikir operasional konkret bahkan baru memulai untuk berfikir secara formal.

Oleh karena itu diperlukan suatu pendekatan pembelajaran yang dimulai dari

sesuatu yang realistik. Salah satu pendekatan yang sesuai adalah Pendidikan

Matematika Realistik Indonesia (PMRI). Berdasarkan kondisi tersebut, untuk

meningkatkan pemahaman konsep matematika peneliti perlu untuk

mengembangkan perangkat pembelajaran matematika dengan pendekatan PMRI

yang berorientasi kepada pemahaman konsep segi empat siswa kelas VII SMP.

Kemudian dilakukan analisis materi, hasil analisis materi yang diperoleh

ialah kompetensi inti dan kompetensi dasar serta indikator pencapaian kompetensi

mengacu pada Kurikulum 2013. Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan

perangkat pembelajaran pada materi segi empat. Materi ini cocok dikembangkan

dengan pendekatan PMRI, karena pendekatan PMRI mampu menghubungkan

materi pelajaran yang abstrak dengan kehidupan nyata yang dekat dengan siswa.

Sejalan dengan pendapat Gravemeijer (1994:93), model dalam pembelajaran

realistik digunakan untuk menjembatani pengetahuan informal dan pengetahuan

formal. Pada awalnya siswa dihadapkan pada masalah kontekstual, lalu

memodelkan masalah tersebut berdasarkan pengetahuan yang sudah dimilikinya

menuju ke model formal dengan berbagai aktivitas yang beragam.

97
Berdasarkan tahap perancangan (design), dilakukan perancangan RPP dan

LKS. Perancangan RPP disusun berdasarkan standar proses pendidikan yang

tercantum pada Permendikbud. Hal utama yang dilakukan adalah menentukan

Kompetensi inti dan KD. Kemudian menentukan indikator yang diturunkan dari

KD. Selanjutnya menentukan materi, sumber belajar, metode pembelajaran,

kegiatan pembelajaran, dan teknik penilaian.

Pada tahap pengembangan (development), RPP dan LKS disusun sesuai

dengan langkah-langkah penyusunan dengan memperhatikan spesifikasi perangkat

pembelajaran yang dihasilkan. RPP dan LKS yang dihasilkan merupakan satu

kesatuan perangkat pembelajaran dengan pendekatan PMRI.

LKS dikembangkan menurut peta kebutuhan LKS dengan memperhatikan

syarat-syarat LKS menurut aspek materi, didaktik, konstruksi, dan teknis

(Darmodjo & Kaligis, 1992:41). LKS disusun secara urut dengan memperhatikan

materi prasyarat yang diberikan terlebih dahulu untuk memudahkan peserta didik

dalam mempelajari materi LKS selanjutnya. Misal peserta didik diharapkan mampu

menentukan luas jajargenjang, maka peserta didik perlu mengetahui bahwa luas

jajargenjang dapat ditemukan menggunakan luas persegi panjang yang telah

dipelajari di materi sebelumnya. Adapun kegiatan-kegiatan pada LKS disesuaikan

dengan indikator yang dicapai.

Secara singkat, cara mengembangan perangkat pembelajaran dengan

pendekatan PMRI ini dilakukan secara bertahap. Pertama peneliti mengembangkan

LKS berdasarkan Darmodjo dan Kaligis (1992:41) bahwa LKS harus memenuhi

tiga syarat, yaitu (1) Syarat didaktik; (2) Syarat konstruksi; dan (3) Syarat teknis.

98
Kemudian untuk menentukan pendekatan pembelajaran yang tepat, sesuai dengan

syarat didaktik yaitu menganalisis karakteristik siswa terlebih dahulu. Pada tahap

ini siswa yang dianalisis adalah siswa SMP kelas VII yang masuk dalam tahap

operasional konkrit (Santrock, 2011:60). Kemudian didapatkan pendekatan PMRI

untuk mengembangkan LKS tersebut.

Selanjutnya peneliti menentukan langkah-langkah dari pendekatan PMRI

yang dirujuk dari pendekatan RME De Lange (dalam Hadi, 2005:37) sebagai

berikut,

1. Menggunakan konteks pada awal pembelajaran

Setiap awal materi pada LKS selalu memunculkan konteks yang dapat

dibayangkan oleh siswa seperti pada Gambar 24. Karena konteks merupakan

pijakan awal dalam pembelajaran matematika. Hal tersebut merupakan hal yang

paling utama untuk meningkatkan motivasi siswa dalam pembelajaran.

Gambar 24 Contoh konteks pada awal pembelajaran

99
2. Memberikan kegiatan yang dapat mengonstruksi kemampuan siswa

Kegiatan mengonstruksi kemampuan siswa ini diberikan pada kegiatan

“Ayo kita menggali informasi”seperti pada Gambar 25. Salah satu kegiatannya

adalah menentukan sifat jajargenjang. Dalam RME matematika bukan merupakan

produk jadi yang siap dipakai oleh siswa, akan tetapi merupakan produk yang

dibangun oleh siswa. Dalam hal ini siswa diperlakukan sebagai subjek belajar.

Caranya adalah dengan membebaskan siswa mengerjakan suatu permasalahan

dengan cara yang bervariasi sehingga mereka mampu mengonstruksi

pengetahuannya sendiri.

Gambar 25 Contoh kegiatan konstruktivisme


3. Memberikan fasilitas pembelajaran yang interaktif

Belajar bukan saja merupakan proses individu, tetapi juga proses sosial.

Dengan menjadikan proses pembelajaran matematika sebagai suatu aktivitas sosial,

100
siswa mampu saling bertukar pikiran dan mengomunikasikan hasil pekerjaan

mereka. Salah satu cara untuk menumbuhkan interaktivitas dalam pembelajaran

adalah dengan diskusi kelompok. Hampir setiap kegiatan yang ada pada LKS ini

melakukan diskusi kelompok.

4. Menggunakan model untuk menyelesaikan sebuah permasalahan

Gravemeijer (1994:93), mengemukakan bahwa model dalam RME

digunakan untuk menjembatani pengetahuan informal dan pengetahuan formal.

Pada awalnya siswa dihadapkan pada masalah kontekstual. Lalu masalah tersebut

dipecahkan oleh siswa berdasarkan pengetahuan yang sudah dimilikinya. Pada LKS

ini memodelkan masalah juga diberikan pada saat latihan soal yang dilaksanakan

disetiap akhir pembelajaran.

5. Mengaitkan materi satu dengan materi lainnya

Konsep-konsep dalam matematika saling terkait satu sama lain. Hampir

semua konsep baru dalam matematika yang dipelajari di sekolah membutuhkan

konsep lain yang telah dipelajari sebelumnya. Pada LKS langkah ini biasanya

muncul pada kegiatan mendefinisikan macam-macam segi empat dan menentukan

luas bangun segi empat. Contohnya pada kegiatan menentukan luas jajargenjang

pada Gambar 26 berikut

101
Gambar 26 Contoh kegiatan keterkaitan antar materi

Setelah LKS selesai dikembangkan, langkah berikutnya adalah

mengembangkan RPP. Pengembangan RPP ini disesuaikan dengan Permendikbud,

kemudian pada kegiatan pembelajaran RPP merujuk pada LKS yang telah

dikembangkan.

Bentuk evaluasi yang digunakan pada perangkat pembelajaran dengan

pendekatan PMRI yang berorientasi kepada pemahaman konsep ini adalah soal

uraian. Dasar pertimbangan pemilihan soal uraian untuk evaluasi dikarenakan

keunggulannya menurut Surapranata (2005: 232), sebagai berikut

1. Peserta didik mempunyai keleluasaan dalam menulis, mengorganisasikan, dan

mengekspresikan gagasan yang mereka miliki.

102
2. Dapat digunakan untuk mengukur kemampuan yang tidak dapat diukur oleh soal

objektif seperti pemahaman konsep dan kemampuan berfikir kritis.

Kedua hal tersebut mendukung tujuan dari pengambangan perangkat

pembelajaran untuk meningkatkan kemampuan pemahaman konsep. Guru dapat

melihat seberapa jauh peserta didik memahami dan menggunakan konsep yang

telah dipelajari untuk menyelesaikan permasalahan.

Pada Tahap Implementasi (Implementation), perangkat diujicobakan pada

siswa kelas VII F SMP Negeri 23 Purworejo yang terdiri dari 32 anak. Uji coba

perangkat pembelajaran dilakukan dalam enam kali pertemuan. Berdasarkan

tanggapan peserta didik bahwa mereka senang menggunakan LKS PMRI dan

merespon positif terhadap pembelajaran di kelas karena peserta didik ikut

berpartisipasi aktif dalam proses pembelajaran. Hal tersebut juga didukung dari

hasil tes belajar siswa dan angket respon siswa. Sesuai dengan pendapat Suherman

(2001:128) bahwa siswa akan mengonstruksi sendiri pengetahuannya dengan

berbagai macam kegiatan yang beragam.

Pada tahap evaluasi, setelah perangkat pembelajaran diimplementasikan di

lapangan. Dilakukan perbaikan terhadap perangkat pembelajaran sesuai dengan

masukan dari siswa maupun hal-hal yang peneliti temukan selama proses uji coba.

Kesalahan-kesalahan tersebut antara lain kesalahan penulisan dalam LKS dan

kesalahan jawaban pada buku LKS guru.

Selain dilakukan perbaikan, dilakukan pula analisis terhadap kualitas

perangkat pembelajaran yang meliputi aspek kevalidan, kepraktisan dan

103
keefektifan. Uraian dari masing-masing hasil analisis tiap aspek adalah sebagai

berikut:

1. Kevalidan Perangkat Pembelajaran

Langkah-langkah pengembangan Perangkat Pembelajaran yang telah

dilakukan mengacu pada langkah-langkah pengembangan seperti pada tahap

Development yang sudah diuraikan sebelumnya. Perangkat yang telah

dikembangkan divalidasi oleh ahli yaitu dua dosen dan satu guru matematika.

Penilaian validator menunjukkan bahwa perangkat pembelajaran layak

diujicobakan dengan beberapa revisi. Berdasarkan penilaian oleh ahli, RPP dan

LKS berturut-turut memiliki skor rata-rata 169,67 dan 127,67. Hal tersebut

menunjukkan bahwa perangkat pembelajaran yang berorientasi kepada pemahaman

konsep segi empat dengan pendekatan PMRI valid. Dengan demikian, perangkat

pembelajaran matematika yang dikembangkan layak untuk diujicobakan.

2. Kepraktisan Perangkat Pembelajaran

Perangkat pembelajaran matematika yang dikembangkan telah memenuhi

syarat praktis berdasarkan data hasil angket respon siswa dan lembar observasi

keterlaksanaan pembelajaran. Berdasarkan hasil angket respon siswa diperoleh

57,56. Hasil ini termasuk dalam kategori praktis. Artinya siswa merasa lebih mudah

dan terbantu dalam memahami konsep-konsep segi empat menggunakan perangkat

pembelajaran yang telah dikembangkan.

Menurut analisis peneliti, respon peserta didik terhadap perangkat

pembelajaran yang dikembangkan memberikan dampak positif dalam

meningkatkan pemahaman konsep. Hal tersebut ditunjukkan dari hasil angket

104
respon peserta didik butir ke-10 yaitu (Setelah mengikuti pembelajaran dengan

LKS, pemahaman saya terhadap materi segi empat meningkat) dengan skor 58.

Peserta didik juga merasa bahwa dengan banyaknya pembelajaran secara

berkelompok mereka mampu menemukan ide-ide baru terkait materi segi empat hal

ini sejalan dengan pendapat De Lange (dalam Hadi, 2005:37) Pembelajaran secara

berkelompok menjadikan proses pembelajaran matematika sebagai suatu aktivitas

sosial yang berdampak positif dalam perkembangan kemampuan kognitif siswa.

Hal ini pula ditunjukkan pada perolehan skor rata-rata butir ke-7 (Kegiatan

kelompok dalam LKS ini membantu saya berdiskusi dengan teman untuk

menemukan ide-ide baru) yaitu 55. Begitu pula baiknya dengan hasil aspek-aspek

yang lainnya.

Dari hasil Lembar Observasi Keterlaksanaan Pembelajaran diperoleh

persentase rata-rata 98,04% yang termasuk dalam katagori sangat baik. Hal tersebut

menunjukkan bahwa perangkat pembelajaran yang berorientasi kepada pemahaman

konsep segi empat dengan pendekatan PMRI praktis.

3. Keefektifan Perangkat Pembelajaran

Perangkat pembelajaran yang dikembangkan telah memenuhi syarat efektif

berdasarkan ketuntasan belajar klasikal yang mencapai persentase 62,5% yang

masuk dalam katagori baik. Artinya pembelajaran dengan menerapkan perangkat

pembelajaran berbasis PMRI terbukti efektif dalam meningkatkan pemahaman

konsep segi empat.

Berdasarkan tercapainya kriteria valid, praktis, dan efektif dari perangkat

pembelajaran yang telah dikembangkan, maka diperoleh suatu produk akhir berupa

105
perangkat pembelajaran matematika berbasis PMRI yang berorientasi kepada

pemahaman konsep segi empat siswa SMP kelas VII yang berkualitas. Serta adanya

respon positif siswa yang meliputi, hasil tes yang baik, dan penilaian yang baik

terhadap produk yang dikembangkan. Diharapkan perangkat pembelajaran

matematika dengan pendekatan PMRI yang berorientasi kepada pemahaman

konsep segi empat dapat digunakan di sekolah-sekolah lain yang memiliki

kesamaan karakteristik dengan sekolah yang telah diuji coba.

C. Keterbatasan Penelitian

Keterbatasan penelitian pengembangan perangkat pembelajaran dengan

pendekatan PMRI yang berorientasi kepada pemahaman konsep segi empat adalah

sebagai berikut.

1. Beberapa pelaksanaan uji coba perangkat pembelajaran tidak sesuai dengan

alokasi waktu yang telah dicantumkan pada RPP karena adanya keterbatasan

waktu.

2. Kondisi siswa belum terbiasa dengan pembelajaran PMRI, sehingga dibutuhkan


waktu yang lebih lama pada awal pembelajaran.

3. Implementasi pengajaran di dalam kelas seharusnya dilakukan oleh guru, namun


pembelajaran dilakukan oleh peneliti.

106

Anda mungkin juga menyukai