Anda di halaman 1dari 24

HAMBATAN DALAM PERLIBATAN

KELUARGA/ORANG TUA/MASYARAKAT DALAM


PRAKTIK PENDIDIKAN DI SEKOLAH
Makalah Ini Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah
Hubungan Sekolah Dan Masyarakat
DOSEN PENGAMPU : Dr. H. A. MUHYANI RIZALIE, M.Si

DISUSUN OLEH : KELOMPOK 3


7C PG-PAUD
MAGFERATUL HUSNA (A1E415235)
MARFU’AH (A1E415238)
NENI ADHISTY (A1E415243)
NOOR HALIZA (A1E415244)
NOR IRFAH (A1E415249)
PUTRI ANGGRAINI (A1E415253)
RISMA FADZLIANA (A1E415260)
SIFA AUDINA (A1E415265)
SITI MUJIATI (A1E415267)
WINDA IRIYANI (A1E415274)
KEMENTERIAN RISET TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
PROGRAM PENDIDIKAN GURU PRA-SEKOLAH DAN SEKOLAH DASAR
PENDIDIKAN GURU ANAK USIA DINI
BANJARMASIN
2018
KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, dengan rahmat-Nya yang telah
melimpahkan kekuatan membimbing hamba-Nya dalam setiap berpikir dan
beraktivitas sehingga kami mampu menyelesaikan penyusunan makalah ini, dan
semoga makalah ini dapat menambah ilmu pengetahuan kita dan semoga bermanfaat
bagi kita semua.
Dalam penyelesaian makalah ini kami banyak mengalami kesulitan, terutama
disebabkan oleh kurangnya ilmu pengetahuan yang menunjang. Namun, berkat
beberapa sumber dan bantuan dari berbagai pihak, akhirnya makalah ini dapat
terselesaikan dengan cukup baik.
Kami sadar sebagai seorang mahasiswa yang masih dalam proses
pembelajaran, penulisan makalah ini masih banyak kekurangannya. Oleh karena itu,
kami sangat mengharapkan adanya kritik dan saran yang bersifat positif, guna
penulisan makalah yang lebih baik lagi di masa yang akan datang.

Banjarmasin, 06 Oktober 2018

Kelompok 3

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..................................................................................................i

DAFTAR ISI................................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN............................................................................................1

A. Latar Belakang....................................................................................................1

B. Rumusan masalah...............................................................................................3

C. Tujuan.................................................................................................................3

D. Manfaat...............................................................................................................3

BAB II PEMBAHASAN.............................................................................................4

A. Pengertian Hubungan Sekolah Dan Masyarakat................................................4

B. Tujuan Hubungan Sekolah Dan Masyarakat......................................................5

C. Prinsip-Prinsip Hubungan Sekolah Dan Masyarakat.........................................6

D. Hambatan Dalam Perlibatan Keluarga/Orang Tua/Masyarakat Dalam Praktik


Pendidikan Disekolah..............................................................................................13

BAB III PENUTUP...................................................................................................19

A. Kesimpulan.......................................................................................................19

B. Saran.................................................................................................................20

DAFAR PUSTAKA...................................................................................................21

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pendidikan tidak hanya tanggung jawab pemerintah, tetapi juga
tanggung jawab orang tua dan masyarakat. Dalam Undang-Undang Sistem
Pendidikan Nasional Nomor 2 Tahun 1989 dinyatakan bahwa: “Pendukung
dan penunjang pelaksanaan pendidikan yang terwujud sebagai tenaga, sarana,
dan prasarana yang tersedia dan didayagunakan oleh keluarga, masyarakat,
peserta didik dan pemerintah, baik sendiri-sendiri maupun bersama-sama”.
Hal tersebut mengisyaratkan bahwa peran serta masyarakat dan orang
tua bertujuan mendayagunakan kemampuan yang ada pada orang tua dan
masyarakat bagi pendidikan untuk mewujudkan tujuan pendidikan, terlebih
pada era otonomi sekolah (Manajemen Berbasis Sekolah) saat ini peran serta
orang tua dan masyarakat sangat menentukan. Dalam rangka Manajemen
Berbasis Sekolah (MBS),  sekolah sebagai lembaga pendidikan formal hidup
dari masyarakat, oleh masyarakat, dan untuk masyarakat. Sekolah jelas bukan
sekolah yang berjalan terisolasi dari masyarakat, melainkan sekolah yang
berorientasi kepada kenyataan-kenyataan kehidupan dan hidup bersama-sama
masyarakatnya baik  masyarakat orangtua siswa, masyarakat terorganisasi,
atau masyarakat secara luas. Masyarakat memiliki potensi-potensi yang dapat
didayagunakan dalam mendukung program-program sekolah. Untuk itu agar
sekolah dapat tumbuh dan berkembang, maka program sekolah harus sejalan
dengan kebutuhan masyarakat.
Partisipasi masyarakat dan orang tua di sekitarnya sangat penting. Di
satu sisi sekolah memerlukan masukan dari masyarakat dalam menyusun
program yang relevan, sekaligus memerlukan dukungan masyarakat dalam
melaksanakan program tersebut. Dilain pihak, masyarakat memerlukan jasa
sekolah untuk mendapatkan program-program pendidikan sesuai dengan yang

1
diinginkan. Jalinan semacam itu dapat terjadi, jika orang tua dan masyarakat
dapat saling melengkapi untuk meningkatkan mutu penyelenggaraan
pendidikan di tingkat sekolah. . Partisipasi orang tua dan masyarakat
hendaknya diperhatikan oleh pihak sekolah, khususnya kepemimpinan Kepala
Sekolah agar dapat terwujud dan terpelihara keberadaannya. Pada akhirnya
apabila partisipasi telah terpelihara dengan baik, maka sekolah tidak akan
mengalami kesulitan yang berarti dalam mengembangkan berbagai jenis
program, karena semua pihak telah memahami dan merasa bertanggung jawab
terhadap keberhasilan suatu program yang akan dikembangkan oleh pihak
sekolah.
Dengan sendirinya agar semua terpelihara dengan baik, maka harus
ada komunikasi timbal balik antara sekolah dengan semua pihak yang
berkepentingan, terutama masyarakat setempat dan orang tua murid, sehingga
sekolah, masyarakat dan orang tua merupakan satu kesatuan yang utuh dalam
menyelenggarakan proses pendidikan yang bermutu di sekolah. Melalui
upaya-upaya yang dilakukan pihak sekolah diharapkan masyarakat dan orang
tua murid dapat berpartisipasi aktif dan optimal dalam proses pendidikan di
sekolah. Hal ini berarti bahwa pemberdayaan masyarakat harus menjadi
tujuan utama dan peran serta masyarakat bukan hanya pada stakeholders,
tetapi menjadi bagian mutlak dari sistem pengelolaan. Hal ini jelas
menggambarkan bahwa sekolah dalam menyelenggarakan pendidikan
hendaknya melibatkan masyarakat dan orang tua murid.

2
B. Rumusan masalah
1. Apa pengertian hubungan sekolah dan masyarakat?
2. Apa saja tujuan hubungan sekolah dan masyarakat?
3. Apa saja prinsip-prinsip hubungan sekolah dan masyarakat?
4. Apa saja hambatan dalam perlibatan keluarga/ orang tua/ masyarakat
dalam praktik pendidikan disekolah?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian hubungan sekolah dan masyarakat.
2. Untuk mengetahui tujuan hubungan sekolah dan masyarakat.
3. Untuk mengetahui prinsip-prinsip hubungan sekolah dan masyarakat.
4. Untuk mengetahui hambatan dalam perlibatan keluarga/ orang tua/
masyarakat dalam praktik pendidikan disekolah.

D. Manfaat
Hasil dari penulisan ini di harapkan dapat memberikan manfaat kepada
semua pihak khususnya pada mahasiswa untuk menambah pengetahuan dan
wawasan mengenai pengertian hubunga sekolah dan masyarakat, tujuan
hubungan seolah dan masyarakat, prinsip-prinsip hubungan sekolah dan
masyarakt, dan hambatan dalam perlibatan keluarga/ orang tua/ masyarakat
dalam praktik pendidikan di sekolah.

3
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Hubungan Sekolah Dan Masyarakat


Hubungan sekolah dan masyarakat pada hakekatnya adalah suatu
sarana yang cukup mempunyai peranan yang menentukan dalam rangka usaha
mengadakan pembinaan pertumbuhan dan pengembangan murid-murid di
sekolah. Secara umum, orang dapat mengatakan hubungan sekolah dan
masyarakat apabila terjadi kontak, pertemuan dan lain-lain antara sekolah
dengan orang di luar sekolah. Sedangkan menurut Arthur B. Mochlan
menyatakan bahwa school publik relation (hubungan sekolah dan masyarakat)
adalah suatu kegiatan yang dilakukan sekolah untuk memenuhi kebutuhan
masyarakat.
Dari beberapa pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa hubungan
sekolah dan masyarakat merupakan jalinan interaksi yang diupayakan oleh
sekolah agar dapat diterima di tengah-tengah masyarakat untuk mendapatkan
aspirasi, simpati, serta untuk mengupayakan terjadinya kerjasama yang baik
antar sekolah dan masyarakat untuk kebaikan bersama, atau secara khusus
bagi sekolah penjalin hubungan tersebut adalah untuk mendukung program-
program sekolah yang bersangkutan sehingga sekolah tersebut bisa tetap
eksis.
Hubungan antar sekolah dan masyarakat lebih dibutuhkan dan terasa
fungsinya karena adanya kecendrungan perubahan dalam pendidikan yang
menekankan perkembangan pribadi dan sosial anak melalui pengalaman-
pengalaman anak dibawah bimbingan guru, baik di luar maupun di dalam
sekolah.
Ada 3 faktor yang menyebabkan sekolah harus berhubungan dengan
masyarakat, yaitu sebagai berikut :
1. Faktor perubahan sifat, tujuan dan metode mengajar di sekolah.

4
2. Faktor masyarakat, yang menuntut adanya perubahan-perubahan dalam
pendidikan di sekolah dan perlunya bantuan masyarakat terhadap
sekolah.
3. Faktor perkembangan ide demokrasi bagi masyarakat terhadap
pendidikan.

B. Tujuan Hubungan Sekolah Dan Masyarakat


Pengelolaan hubungan sekolah dengan masyarakat sebagai salah satu
aktivitas yang mendapat kedudukan setara dengan kegiatan pengajaran,
pengelolaan keuangan, pengelolaan kesiswaan dan sebagainya juga harus
direncanakan, dikelola dan dievaluasi secara baik. Tanpa perencanaan dan
pengelolaan serta evaluasi yang baik, tujuan yang hakiki dari kegiatan
hubungan sekolah dengan masyarakat tidak akan tercapai.adapun tujuan
hubungan sekolah dengan masyarakat sebagai berikut :Untuk memperoleh
bantuan dari orang tua murid/masyarakat, Bantuan apa?  Ingat bantuan ini
bukan hanya sekedar uang! Untuk melaporkan perkembangan dan kemajuan,
masalah dan prestasi-prestasi yang dapat dicapai sekolah. Kapan sebenarnya
laporan ini perlu dilakukan oleh pihak sekolah
1. Untuk memajukan program pendidikan.
2. Untuk mengembangkan kebersamaan dan kerjasama yang erat, sehingga
segala permasalahan dan lain-lain dapat dilakukan secara bersama dan
dalam waktu yang tepat.
Ditinjau dari kepentingan sekolah, pengembangan penyelenggaraan
hubungan sekolah dan masyarakat bertujuan untuk:
1. Memelihara kelangsungan hidup sekolah
2. Meningkatkan mutu pendidikan di sekolah yang bersangkutan
3. Memperlancar proses belajar mengajar
4. Memperoleh dukungan dan bantuan dari masyarakat yang diperlukan
dalam pengembangan dan pelaksanaan program sekolah.

5
Sedangkan jika ditinjau dari kebutuhan masyarakat itu sendiri, tujuan
hubungannya dengan sekolah adalah untuk:
1. Memajukan dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat, terutama dalam
bidang moral-spiritual
2. Memperoleh bantuan sekolah dalam memecahkan berbagai masalah yang
dihadapi oleh masyarakat
3. Memperoleh kembali anggota-anggota masyarakat yang makin
meningkatkan kemampuannya
Secara lebih kongkret lagi, tujuan diselenggarakannya hubungan
sekolah dan masyarakat adalah:
1. Mengenalkan pentingnya sekolah atau pendidikan bagi masyarakat.
2. Mendapatkan dukungan dan bantuan moral maupun finansial yang
diperlukan bagi pengembangan sekolah
3. Mengembangkan kerjasama yang lebih erat antara keluarga dan sekolah
dalam mendidik anak-anak
Hubungan kerjasama antara sekolah dan masyarakat itu mengandung
arti yang lebih luas dan mencangkup beberapa bidang. Sudah barang tertentu
bidang-bidang yang ada hubungannya dengan pendidikan anak-anak dan
pendidikan masyarakat pada umumnya dapat digolongkan menjadi tiga jenis
hubungan, yaitu:
1. Hubungan Educatif ialah hubungan kerjasama dalam hal mendidik murid,
antar guru di sekolah dan orangtua di dalam keluarga.
2. Hubungan Cultural ialah usaha kerjasama antara sekolah dan masyarakat
yang memungkinkan adanya saling membina dan mengembangkan
kebudayaan masyarakat tempat sekolah itu berada.

C. Prinsip-Prinsip Hubungan Sekolah Dan Masyarakat


Apabila kegiatan hubungan sekolah dengan masyarakat ingin berhasil
mencapai sasaran, baik dalam arti sasaran masyarakat /orang tua yang dapat

6
diajak kerja sama maupun sasaran hasil yang diinginkan, maka beberapa
prinsip-prinsip pelaksanaan dibawah ini harus harus menjadi pertimbangan
dalam pelaksanaan hubungan sekolah dengan masyarakat adalah sebagai
berikut:
1. Integrity
Prinsip ini mengandung makna bahwa semua kegiatan hubungan
sekolah dengan masyarakat harus terpadu , dalam arti apa yang
dijelaskan , disampaikan dan disuguhkan kepada masyarakat harus
informasi yang terpadu antara informasi kegiatan akademik dan informasi
kegiatan akademik dab informasi kegiatan non akademik. Dalam bahasa
lain prinsip mengandung informasi terpadu tentang sekolah dan anak.
Hindarkan sejauh mungkin upaya menyembunyikan (hidden activity)
kegiatan yang telah , sedang dan yang akan dijalankan oleh lembanga
pendidikan, orang menghindari persipsi serta kecurigaan terhadap
lembaga pendidikan. Kecerugiaan yang bersifat negatif terhadap sekolah
akan menurunkan kepercayaan yang akhirnya berdampak turunnya
dukungannya mereka kepada sekolah.
Oleh sebab itu, lembaga pendidikan harus sedini mungkin
mengantisipasi kemungkinan adanya adanya salah resepsi , salah
interpensi dalam informasi yang disajikan dengan melengkapi informasi
yang akurat dan data yang lengakap , dan sehingga dapat diterima secara
rasional oleh masyarakat. Hsl ini sangat penting untuk meningkatkan
penilaian dan kepercayaan masyarakat/oarang tua murit terhadap sekolah ,
atau dengan kata laintransprasi lembaga pendidikan yang diperlukan
lebaih dalam era reformasi dan abad informasi ini, masyarakat akan
semakin kritis dan berani memberikan penilaian secara langsung tentang
lembaga pendidikan. Bahkan tidak jarang penilaian dan persepsi yang
disampaikan masyarakat tentang sekolah tidak saling memiliki dasar dan
data yang akurat dan valid. Persepsi yang demikan apabila tida dihindari

7
akan menyembabkan hal yang negatif bagi sekolah, akibatnya sekolah
tidak akan mendapatkan dukungan bahkan sekolah mungkin hanya akan
menunggu kematiannya. Karena dia tidak dibutuhkan keberadaan oleh
masyarakatnya sendiri.
2. Continuty
Prinsip ini berarti bahwa pelaksanaan hubungan sekolah dengan
masyarakat, harus dilakukan secara terus menerus. Jadi, pelaksanaan
sekolah dengan masyarakat jamgan hanya dilakukan secara insedental
atau sewaktu-waktu, misalnya hanya 1 (satu) kali dalam setahun, seperti
misalnya pada saat akan meminta bantuan keuangan kepada orang
tua/masyarakat. Hal inilah yang menyebabkan masyarakt selalu
beranggapan bahwa apabila ada panggilan sekolah untuk datang kesekolah
akan selalu dikaitan meminta bantuan uang. Akibatnya mereka cenderung
untuk tidak datang atau sekedar mewakilkan kepada orang lain untuk
menghandiri undangan sekoalah. Kenyataan selama ini menunjukan
bahwa undangan kepada orang tua murit dari sekoah sering diwakilkan
kehadiraannya kepada orang lain, sehingga kehadiran mereka hanya
berkisar antara 60%-70% bahkan tidak jarang kurang dari 30%. Apabila
ini terkondisi , maka sekolah akan sulit mendaptakan dukungan yang kuat
dari semua orang tua murit dan masyarakat.
Perkembangan informasi, perkembangan kemajuan sekoalah,
permasalahan-permasalahn sekolah bahkan permasalhan belajar siswa
selalu muncul dan tumbuh setiap saat, karena itu diperlukan penjelasan
informasi yang terus-menerus dari lembaga pendidikan untuk
masyarakt/orang tua murid, sehingga mereka akan sadar akan pentingnya
keikutsertaan mereka dalam meningkat mutu pendidikan putra putrinya.
3. Coverage
Kegiatan pemberian informasi hendaknya menyeluruh dan
mencakup semua aspek, faktor atau subtansi yang perlu disampaikan dan

8
diketahui oleh masyarakat, misalnya program ekstra kurikuler, kegiatan
kurikuler, remedial teaching dan lain-lainkegiatan. Prinsip ini juga
mengandung bahwa makna segala informasi hendaknya lengkap , akurat
dan up to date. Lengkap artinya tidak ada satu informasi pun yang harus
ditutupi atau disimpan , padalah masyarakat/ orang tua murid mempunyai
hak dan mengetahui keberadaan dan kemajuan (progres) sekolah dimana
anaknya belajar , oleh sebab itu informasi dan kemajuan sekolah,
kegagalan masalah yang dihadapi sekolah seperti prestasi yang akan
dicapai sekolah harus diinformasikan sekolah harus dicapai masyarakat.
Akurat artinya informasi yang diberikan memang tepat dan sesuai dengan
kebutuhan masyarakat, dalam kegiaatan ini juga berarti informasi yang
diberikan jangan dibuat –buat atau informasi yang objektif.
Sedangkan up to date berati informasi yang diberikan adalah
informasi perkembangan, kemajuan, masalah atau prestasi sekolah
terakhir . dengan demikan masyarakat dapat memberikan penilaian sejauh
mana sekolah dapat mencapai misi dan visi yang disusunya . apabila hal ini
tercipta masyarakat dan orang tua murid akan dapat menentukan bentuk
partisipasi mereka kepada sekolah untuk kepentingan anak didik.
4. Simplicity
Prinsip ini menghendaki agar dalam proses hubungan sekolah
dengan masyarakat yang dilakukan baik komunikasi personal maupun
komonikasi kelompok pihak pemberi informasi (sekolah ) dapat
menyederhanakan berbagai informasi yang disajikan kepada masyarakat.
Informasi yang disajikan kepada masyarakat melalui pertemuan lansung
maupun melalui media hendaknya disajiakan melalui bentuk sederhana
sesuia dengan kondisi dan karekteristik pendengar (masyarakat setempat).
Prinsip kesederhanaan ini juga mengandung makna bahwa:
a. Informasi yang disajikan dan dinyataakan dengan kata-kata yang penuh
persahabatan dan mudah untuk dimengerti.

9
b. Penggunaan dengan kata-kata yang jelas , disukai oleh masyarakat atau
akrab bagi pendengar.
c. Informasi yang disajiakan menggunakan pendekatan budaya setempat.
d. Informasi yang diberikan jangan membelit-belit atau terlalu banyak.
Berikan informasi yang singkat dan jelas . apabila informasi yang
disampaikan sangat banyak dapat dilakukan dengan cara bertahap . hal
ini perlu karena orang tua mutid / masyarakat memiliki kemampuan
yang berbeda dalam menyerap informasi. Apabila terlalu banyak malah
dapat membuat mereka bingung dan bosan disamping itu terlalu lama
berada disekolah menyita waktu mereka dalam bekerja.
5. Constructiveness
Program hubungan sekolah dengan masyarakat hendaknya
konstruktif dalam arti sekolah memberi informasi yang konstruktif kepada
masyarakat. Dengan demikian masyarkat akan memberi respons hal-hal
positif tentang sekolah serta mengerti dan memahami secara detail berbagai
masalah(problme dan constrain) yang dihadapi sekolah. Apabila hal
tersebut dapat mereka mengerti , akan merupakan salah satu fakto yang
dapat mendorong mereka untuk memberikan bantuan kepada sekolah
sesuai dengan permasalahan sekolah yang perlu mendapat perhatian dan
pemecahan bersama. Hal ini menuntut sekolah untuk membuat daftar
masalah (list of problem) yang perlu dikomunikasikan secara terus menerus
kepada sasaran masyarakat tertentu.
Prinsip ini juga berarti dalam penyajian informasi hendaknya
objektif tanpa emosi dan rekayasa tertentu termasuk dalam hal ini
memberitahukan kelemahan –kelemahan sekolah dalam memacu
peningkatan mutu pendidikan disekolah.
Prinsip ini juga berarti bahwa informasi yang disajiakan kepada
khayalak sasaran harus dapat membangun kemauan dan merangsang untuk
berfikir bagi penerima informasi. Penjelasan yang konstruktif akan menarik

10
bagi masyarakat dan akan diterima oleh masyarakat tanpa prsasangka
tertentu , hal ini akan mengarahkan mereka untuk , berbuat sesuatu sesuai
dengan keinginan sekolah. Untuk informasi yang ramah , objetif
berdasarkan data-data yang ada pada sekoalah.
6. Adaptability (penyeseuaian)
Program hubungan sekolah dengan masyarakat ( school public
relation) hendaknya disesuaikan dengan keadaan didalam lingkunga
masyarakat tersebut. Penyesuian dalam hal ini termasuk penyesuaian
terhadap aktivitas , kebiasaan budaya (culture) dan bahan informasi yang
ada berlaki dalam kehidupan masyarakat.
Pengertia-pengertian yang benar dan valid tentang opini dan faktor-
faktor yang mendukung menumbuhkan kemauan dari masyarakat untuk
berpartisipasi kedalam pemecahan persoalan-persoalan yang dihadapi
sekolah.
Disamping prinsip-prinsip tersebut diatas, agar dapat mencapai tujuan
yang diinginkan maka hubungan sekolah dengan masyarakat khususnya
dengan orang tua murid perlu dilakukan sesuai dengan hakikat dan tujuan
program hubungan itu sendiri. Untuk itu ada beberapa prinsip yang perlu
diperhatikan dalam pelaksanaan membangun keterlibatan orang tua murid
dilingkungan sekolah. Grant dan Ray (2010) menyatakan ada 9 (sembilan)
prinsip yang perlu diperhatikan sekolah dalam membangun dan memelihara
dalam keterlibatan orang tua / keluarga pendidikan yaitu:
1. sataf sekolah bekerja sama untuk membangun hubungan positif dengan
keluarga berdasarkan kesetaraan dan kehormatan
2. administrator, kepala sekolah dan guru mengakui kapasitas keluarga dan
menghormati peran mereka dan guru mengakui kapasitas keluarga dan
menghormato peran mereka dalam mendukung pertumbuhan secara
keseluruhan dan pengembangan semua anggota keluarga , anak-anak ,
siswa dan orang dewasa.

11
3. staf sekolah memahami bahwa keluarga adalah sumber daya penting
untuk merancang melaksanakan, mengevaluasi program . mereka adalah
sumber daya untuk mereka sendiri dan keluarga lainnya.
4. sekolah dan mitra komunitas mereka memahami bahwa suksesnya
keterlibatan dan dukungan program keluarga harus memperkuat budaya ,
ras , suku, dan idensitas keluarga serta meningkatkan kemampuan mereka
untuk berfungsi dalam masyarakat multikurtular.
5. Sekolah mengakui peran mereka dalam masyarakat yang mereka layani
dan mengekui bahwa program sekolah yang tertanam dimasyarakat
konstribusi pada proses pembangunan masyarkat.
6. Berbasis sekolah atau inisiatif sekolahyang disponsori untuk keluarga
dirancang untuk mnegadvokasi dengan keluarga untuk sistem layanan
yang adil, responsitif, dan bertanggung jawab kepada keluarga dan
layanan siswa.
7. Staf sekolah bekerja sama dengan keluarga memobilisasi sumber daya
baik formal maupun informal untuk mendukung pembangunan
pembangunan keluarga dan kemanjuran.
8. Program berbasis sekolah atau program sekolah yang disponsori dan
dirancang untuk menjadi fliksebel dan terus responsif terhadap isu-isu
keluarga dan masyarakat muncul.
9. Staf sekolah memastikan bahwa prinsip-prinsip dukungan keluarga
bersifat moderat oleh semua staf dalam pekerjaan mereka sehari-hari
dalam berinteraksi dengan keluarga , dalam desain semua program
kegiatan, dan kebijakan kabupaten yang berbasis sekolah atau dukungan
inisiatif untuk keluarga.

12
D. Hambatan Dalam Perlibatan Keluarga/Orang Tua/Masyarakat Dalam
Praktik Pendidikan Disekolah
Melibatkan orangtua murid dan masyarakat untuk mendukung dan
terlibat secara optimal dalam berbagai kegiatan sekolah bukanlah hal mudah
untuk dilakukan. Apalagi kalau orangtua murid dan masyarakat tersebut
memiliki tujuan, harapan dan kepentingan masing-masing yang kadang sangat
bervariasi. Banyak kendala atau hambatan yang ditemui dalam menyatukan
harapan dan kepentingan tersebut (Suriansyah, 2014:64).
Menurut Suriansyah (2014:64) dalam praktiknya hubungan sekolah
dengan masyarakat dalam rangka menigkatkan keterlibatan atau partisipasi
orangtua murid/keluarga dalam pendidikan di sekolah ditemui sejumlah
hambatan. Hambatan-hambatan ini dapat bersumber dari persepektif guru dan
kepala sekolah sebagai pelaksana hubungan maupun dari pihak masyarakat
sebagai subjek yang diajak untuk terlibat langsung dalam berbagai kegiatan
sekolah dalam rangka meningkatkan mutu sekolah.
Grant dan Ray (Suriansyah, 2014:64) menyatakan ada sejumlah
hambatan yang ditemui dalam membangun keterlibatan keluarga di sekolah
mencakup aspek : economics, self efficacy, intergeneration, time demand,
cultural norms and value class room culture and past experience.
1. Economics (lack of money and transportation) ekonomi (kekurangan uang
dan transportasi).
Orangtua murid/keluarga yang memiliki tingkat ekonomi masih
rendah sering disibukkan dengan pekerjaan sehari-hari untuk memenuhi
kebutuhan hidup sehari-hari. Kesibukan ini menyebabkan mereka
cenderung sulit untuk berpartisipasi/terlibat aktif dalam berbagai kegiatan
bersama sekolah.
2. Self efficacy (lack of confident in ability to help, language consideration)/
kebahagiaan sendiri (kurangnya percaya diri dalam kemampuan untuk
membantu, pertimbangan bahasa).

13
Hambatan ini berkaitan dengan kurangnya percaya diri dari
masyarakat atau orangtua murid akan kemampuan untuk membantu
sekolah, demikian juga dengan pihak sekolah sendiri sering muncul
perasaan ketidak percayaan akan kemampuan untuk mampu membantu
orangtua murid dalam mengatasi masalah-masalah pendidikan anak di
rumah, akibatnya hubungan klaboratif tidak dilakukan secara optimal.
3. Intergenrational faktor (their parents uninvolved) /faktor antargenerasi
(orangtua mereka tidak terlibat).
Faktor ini merupakan salah satu faktor yang dapat mengganggu
terciptanya kemitraan dan keterlibatan orangtua murid dan masyarakat
terhadap pendidiakn di sekolah. Orangtua murid yang usianya sangat tua
atau tokoh masyarakat yang sudah sepuh cenderung tidak mau terlibat
banyak dalam berbagai kegiatan kolaboratif, meskipun sebenarnya
keterlibatan mereka sangat dibutuhkan oleh sekolah. Sehingga sering
sekolah tetap menyantumkan nama tokoh dalam struktur tim atau komite
tertentu di sekolah tetapi sebenarnya mereka tidak bisa banyak berbuat di
sekolah.
4. Time demands (work related, child care, elder care) /faktor tuntutan waktu
yaitu yang berhubungan dengan pekerjaan, perawatan anak, perawatan
orangtua.
Faktor waktu merupakan salah satu hal yang menjadi
pertimbangan bagi masyarakat dan orangtua murid untuk terlibat dalam
berbagai kegiatan kolaborasi untuk membantu sekolah. Lebih-lebih
masyarakat atau orangtua murid di pedesaan dengan pekerjaan petani,
lebih banyak waktu di sawah yang mengakibatkan tidak memiliki waktu
yang cukup dalam kegiatan kolaboratif atau partisipasinya. Dlam kondisi
seperti ini diperlukan kreativitas guru dan kepala sekolah dalam
melakukan manajemen hubungan sekolah dengan masyarakat.

14
5. Culture norms and values (teacher as expert) /faktor norma dan nilai
budaya (guru sama dengan seorang ahli).
Faktor budaya yang melekat dan pandangan yang kuat seakan-
akan guru adalah seorang ahli (expert) sehingga memiliki kemampuan
untuk mengatasi segala masalah yang ada sudah sangat kuat. Akibatnya,
orangtua sering menyerahkan sepenuhnya keberhasilan pendidikan
anaknya kepada pihak sekolah, karena pihak sekolah dianggap sebagai
pihak yang memiliki kemampuan untuk membentuk anak-anak mereka.
Kepala sekolah perlu meyakinkan guru dan orangtua murid serta
masyarakat, bahwa sehebat apapun guru dan sekolah tidak akan mampu
membuat anak berprestasi luar biasa tanpa dukungan orangtua murid dan
masyarakat demikian pula sebaliknya.
6. Classroom culture (not viewed as welcoming to parents) /faktor budaya
kelas yang tidak terbuka menyambut orangtua murid sebagai tamu.
Keterbukaan sekolah dan kelas untuk partisipasi orangtua murid
dan masyarakat masih belum optimal. Ada keraguan pihak guru dan
sekolah akan keterlibatan optimal mereka, terkadang muncul ketakutan
kalau orangtua murid dan masyarakat melakukan intervensi pada hal-hal
teknis yang menjadi kewenangan guru. Sekolah dan guru takut dicampuri
tugas dan kewenangannya dan takut sekolah justru menjadi bermasalah
dengan keterlibatan orangtua murid dan masyarakat secara optimal di
sekolah.
7. Past experience (negatif experiences with school) /faktor pengalaman
masa lalu (pengalaman negatif dengan sekolah).
Sekolah sering memiliki pengaalaman negatif akibat keterlibatan
orangtua murid dan masyarakat terhadap sekolah. Hal ini membawa dan
mempengaruhi sekolah untuk enggan berbuat banyak dalam membangun
kemitraan yang optimal.

15
Sementara itu Grant dan Ray (Suriansyah, 2014:66-68) melihat dari
perspektif hambatan yang bersumber dari guru dalam rangka meningkatkan
keterlibatan keluarga, keterlibatan orangtua murid dan atau masyarakat di
sekolah adalah mencakup : Doubts about parent, perceived job limitations,
negative attitude, scheduling, curricular constrains, lack of confidence.
1. Doubts about parent (parent lack training, should not help with
learning) /keraguan tentang orangtua (orangtua kurang pengetahuan, tidak
mampu membantu belajar).
Tenaga pendidik dan bahkan sekolah secara keseluruhan sering
meragukan dan tidak yakin akan kemampuan orangtua murid dalam
memberikan bantuan, bimbingan dan arahan kepada anak-anak saat
belajar di rumah. Disamping itu juga tidak yakin akan kemampuan dan
mungkin juga kemauan orangtua murid untuk terlibat dalam menbantu
sekolah meningkatkan mutu pendidikan. Oleh karena itu, akhirnya
program kemitraan di sekolah dengan masyarakat tidak terlaksana dengan
baik dan optimal.
2. Perceived job limitations (teaching doesn’t involve working with families)
/adanya keterbatasan kerja (mengajar tidak melibatkan bekerja dengan
keluarga).
Keterbatasan kerja yang dirasakan oleh guru dalam membina
kemitraan sebagai akibat dari beban kerja guru sehari penuh saat berada di
sekolah harus berhadapan dengan siswa, sehingga tidak memiliki waktu
yang cukup untuk melakukan kolaborasi dengan masyarakat dan orangtua
murid. Demikian juga halnya dengan usaha melibatkan orangtua murid
dalam pembelajaran dirasakn guru belum memiliki waktu yang cukup,
karena guru harus mengejar target kurikulum yang harus dilakukannya
dalam kurun waktu tertentu.
3. Negative attitude (prior negative experiences, biases about families) /sikap
negatif (pengalaman sebelumnya negatif, bisa tentang keluarga).

16
Pengalaman sebelumnya yang kurang baik dalam kemitraan
dengan keterlibatan orangtua murid atau masyarakat membuat guru dan
pihak sekolah menjadi enggan untuk melakukan kegiatan kolaborasi dan
kemitraan selanjutnya. Hal ini menjadi penghambat efektivitas
pelaksanaan kerjasama sekolah dan masyarakat secara keseluruhan.
4. Scheduling (classroom schedule inflexible, time conflicts with
parents) /penjadwalan (jadwal kelas tidak fleksibel, konflik waktu dengan
orangtua).
Jadwal pelajaran yang ada di sekolah pada umumnya sudah
ditetapkan secara rigid dan pasti selama jam pelajaran berlangsung mulai
masuk sekolah sampai pulang sekolah. Akibatnya apabila ingin
menggunakan waktu belajar untuk kegiatan kolaborasi, kerjasama dan
kemitraan jadwal tersebut sangat sulit untuk digunakan.
Disamping itu waktu yang tersedia dan sesuai untuk guru belum
tentu sesuai untuk masyarakat dan orangtua murid. Oleh sebab itu, sangat
sulit bagi sekolah memilih waktu yang tepat (bagi guru dan sekolah serta
bagi masyarakat dan orangtua murid) untuk melakukan pertemuan,
kolaborasi atau kegiatan bersama di sekolah.
5. Curricular constraints (high stakes testing) kendala kurikuler.
Kurikulum di sekolah telah diatur apa dan kapan pencapaian target
yang harus diselesaikan. Sehingga telah diatur waktu efektif untuk belajar
dalam setiap semester. Apabila waktu efektif tersebut digunakan untuk
kegiatan lain, maka akan menjadi masalah dalam pencapaian target
kurikulum.
6. Lack of confidence (fear of being judged by families)/ kurangnya
kepercayaan (takut dihakimi oleh keluarga.
Pengalaman buruk sekolah adalah ssering terjadi persepsi dan
pemahaman antara sekolah dengan masyarakat atau orangtua murid, yang
berdampak terjadinya perselisihan diantara keduanya. Perselisihan

17
tersebut bahkan dapat berakibat pertengkaran yang kadang-kadang juga
secara fisik. Lebih-lebih misalnya tentang hukuman kepada peserta didik
yang prangtuanya tidak mengerti dapat terjadi ancaman fisik bagi tenaga
pendidik di sekolah. Demikian juga tentang biaya pendidikan yang
sebenarnya sudah diputuskan oleh komite sekolah sering tidak diterima
oleh orangtua murid tertentu. Hal ini menyebabkan perselisihan antara
sekolah dengan orangtua murid dan masyarakat.
Perselisihan yang kuat dan menjurus pada ancaman fisik
menyebabkan pihak sekolah menjadi enggan bahkan tidak mau melakukan
kegiatan kolaborasi atau diskusi dengan pihak orangtua murid dan
masyarakat.
Untuk mengatasi berbagai kendala pelaksanaan hubungan kerjasama
dengan orangtua murid/masyarakat dilihat dari faktor orangtua, maka sekolah
harus melakukan berbagai kegiatan. Sehubungan dengan hal tersebut Asosiasi
Orangtua Murid dan Guru Amerika (PTA) telah membuat standar nasional
yang sama dan juga memungkinkan untuk pengembangan orangtua murid,
yaitu :
1. Berkomunikasi antara rumah dan sekolah adalah reguler, dua arah, dan
bermakna.
2. Keterampilan orangtua ditingkatkan didukung.
3. Orangtua memainkan peran integral dalam membantu belajar siswa.
4. Orang tua diterima di sekolah dan dukungan serta bantuan mereka
dibutuhkan.
5. Orang tua adalah mitra penuh dalam pengambilan keputusan yang
mempengaruhi keluarga dan anak.
6. Sumber daya masyarakat yang digunakan untuk memperkuat sekolah-
sekolah,keluarga dan belajarsiswa.

18
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
1. Hubungan sekolah dan masyarakat merupakan jalinan interaksi yang
diupayakan oleh sekolah agar dapat diterima di tengah-tengah masyarakat
untuk mendapatkan aspirasi, simpati, serta untuk mengupayakan
terjadinya kerjasama yang baik antar sekolah dan masyarakat untuk
kebaikan bersama, atau secara khusus bagi sekolah penjalin hubungan
tersebut adalah untuk mendukung program-program sekolah yang
bersangkutan sehingga sekolah tersebut bisa tetap eksis.
2. Secara lebih kongkret lagi, tujuan diselenggarakannya hubungan sekolah dan
masyarakat adalah: Mengenalkan pentingnya sekolah atau pendidikan bagi
masyarakat, Mendapatkan dukungan dan bantuan moral maupun finansial
yang diperlukan bagi pengembangan sekolah dan Mengembangkan
kerjasama yang lebih erat antara keluarga dan sekolah dalam mendidik
anak-anak.
3. Adapun prinsip-prinsip hubungan masyarakat yaitu : integrity, continuity,
coverage, simplicity, constructiveness, adaptability.
4. Beberapa hambatan dalm pelibatan keluarga/ orang tua/ masyarakat dalam
praktik di sekolah antara lain : keraguan tentang orangtua (orangtua
kurang pengetahuan, tidak mampu membantu belajar), kebahagiaan
sendiri (kurangnya percaya diri dalam kemampuan untuk membantu,
pertimbangan bahasa), faktor antargenerasi (orangtua mereka tidak
terlibat), faktor tuntutan waktu yaitu yang berhubungan dengan pekerjaan,
perawatan anak, perawatan orangtua, faktor norma dan nilai budaya (guru
sama dengan seorang ahli), faktor budaya kelas yang tidak terbuka
menyambut orangtua murid sebagai tamu dan lainnya.

19
B. Saran
Demikian makalah yang kami buat, semoga dapat bermanfaat bagi
pembaca apabila ada saran yang ingin disampaikan silahkan sampaikan
kepada kami, dan jika terdapat kesalahan mohon dapat memaafkan dan
memakluminya. Karena kami adalah hamba Allah SWT yang tak luput dari
salah dan khilaf, alfa dan lupa.

20
DAFAR PUSTAKA

Suriansyah, Ahmad. (2014). Manajemen Hubungan Sekolah Dengan Masyarakat.


Jakarta : PT. Rajagrafindo Persada
https://asharikeren.wordpress.com/2008/06/15/hubungan-sekolah-dengan-
masyarakat/amp/ (Diakses pada tanggal 6 Oktober 2018)
https://fadillawekay.wordpress.com/pendidikan/administrasi-pendidikan/hubungan-
sekolah-dan-masyarakat/ (Diakses pada tanggal 6 Oktober 2018)
https://titasuminar2013.wordpress.com/2015/07/27/tujuan-kerjasama-sekolah-dan-
masyarakat/ (Diakses pada tanggal 6 Oktober 2018)

21

Anda mungkin juga menyukai