Anda di halaman 1dari 47

pMAKALAH

TEKNIK DAN INSTRUMEN PENILAIAN KOGNITIF

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Evaluasi Pembelajaran Biologi

Dosen Pengampu: Nukhbatul Bidayati Haka, M. Pd

Disusun Oleh:

Kelompok 6

- Reza Jauhar Novita (2011060422)


- Via Dita Septriana (2011060244)
- Vina Cantika Anggraini (2011060175)
- Waya Natasedya (2011060297)

KELAS C

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI

FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI RADEN INTAN LAMPUNG

2023
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh


Alhamdulillah, puji syukur kami ucapkan kepada Allah SWT. Karena atas rahmat, taufiq
dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik tanpa adanya halangan
apapun. Tak lupa sholawat dan salam kami curahkan kepada Baginda Rasullah Saw. Ucapan
terima kasih kami sampaikan kepada sumber-sumber yang telah membantu dalam proses
penyusunan makalah ini dan terima kasih pula kepada Ibu Nukhbatul Bidayati Haka, M. Pd,
selaku dosen pengampu mata kuliah Evaluasi Pembelajaran Biologi.
Dalam makalah ini akan dibahas mengenai “Teknik Dan Instrumen Penilaian
Kognitif”. Makalah ini diharapkan dapat membantu menambah pengetahuan dan pemahaman
bagi penulis juga pembaca. Kami menyadari bahwa dalam makalah ini masih banyak terdapat
kekurangan. Oleh karena itu, kami mengharapkan saran dan kritik yang membangun demi
kesempurnaan makalah ini.
Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh

Bandar Lampung, 15 Maret 2023

Penulis

DAFTAR ISI
ii
HALAMAN JUDUL

KATA PENGANTAR....................................................................................ii

DAFTAR ISI...................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN...............................................................................1

A. Latar Belakang......................................................................................1
B. Rumusan Masalah.................................................................................2
C. Tujuan...................................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN.................................................................................3

A. Penilaian Kompetensi Pengetahuan......................................................3


B. Ruang Lingkup Penilaian Kompetensi Pengetahuan............................5
C. Teknik dan Instrumen Penilaian Kompetensi Pengetahuan.................7
D. Telaah Soal...........................................................................................9
E. Analisis Butir Soal................................................................................9
F. Kunci Jawaban dan Pedoman Penskoran.............................................13
G. Pemanfaatan Hasil Belajar Peserta Didik.............................................14
H. Pengembangan Tes Objektif dan Tes Subjektif....................................17
I. Komponen - Komponen Menyusun Tes...............................................30
J. Penyusunan Tes Kognitif dan Teknik Penskorannya...........................32

BAB III PENUTUP.........................................................................................39

A. Kesimpulan...........................................................................................39
B. Saran.....................................................................................................42

DAFTAR PUSTAKA......................................................................................43

BAB I

iii
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Sejalan dengan perkembangan pendidikan di Indonesia kita tentunya mengenal
istilah evaluasi di dalam dunia pendidikan. Kita mengetahui bahwa setiap jenjang dan 
jenis pendidikan dalam setiap periode pendidikan tertentu selalu mengadakan evaluasi.
Kegiatan ini di lakukan untuk mengetahui sejauh mana pemahaman peserta didik di
dalam memahami materi pembelajaran, perkembangan hasil belajar, bakat khusus, minat,
hubungan sosial sikap dan kepribadian siswa atau peserta didik dan juga apakah sudah
tepat metode dan materinya sesuai dengan tujuan yang telah di rumuskan. Adapun dalam
Al-Qur’an sudah dicontohkan mengenai penilaian sikap dalam QS. Qaf [50]: 17-18, yaitu
sebagai berikut:

‫يد‬ٞ ِ‫يد َّما يَ ۡلفِظُ ِمن قَ ۡو ٍل ِإاَّل لَد َۡي ِه َرقِيبٌ َعت‬ٞ ‫ِإ ۡذ يَتَلَقَّى ۡٱل ُمتَلَقِّيَا ِن ع َِن ۡٱليَ ِمي ِن َو َع ِن ٱل ِّش َما ِل قَ ِع‬

Artinya: “(yaitu) ketika dua orang malaikat mencatat amal perbuatannya, seorang duduk
di sebelah kanan dan yang lain duduk di sebelah kiri. Tiada suatu ucapanpun yang
diucapkannya melainkan ada di dekatnya malaikat pengawas yang selalu hadir.” (QS.
Qaf [50]: 17-18)
Kontekstualisasi ayat ini adalah percontohan bagi pendidik dalam menilai peserta
didiknya. Pertama, penilaian harus dilakukan secara autentik (sebagaimana adanya) yang
terkait dengan penilaian sikap baik atau penilaian sikap buruk. Namun seorang pendidik,
harus memberi kesempatan kepada peserta didiknya untuk berubah ketika sikap yang
ditunjukkan tidak baik.
Akan tetapi dalam realita yang terjadi di dalam dunia pendidikan saat ini seorang
guru yang terkait langsung dengan pembelajaran tak sedikit yang mengalami kesulitan
dalam memahami sasaran dan obyek penilaian hasil belajar peserta didik, selain itu
evaluasi yang di lakukan seorang evaluator tersebut hanya sebatas penilaian semata. Guru
hendaknya menjadi seorang evaluator yang baik yang mampu dan terampil dalam
melaksanakan penilaian, karena dengan penilaian guru dapat mengetahui prestasi yang
dicapai oleh siswa setelah ia melaksanakan proses belajar.
Oleh sebab itu salah satu upaya untuk mengatasi masalah tersebut perlu adanya
pamahaman mengenai sasaran dan obyek penilaian dalam pembelajaran. Karena itu
makalah ini di buat untuk menjelaskan mengenai “TEKNIK DAN INSTRUMEN
PENILAIAN KOGNITIF” yang di harapkan dapat memberikan wawasan mengenai
taksonomi bloom itu sendiri.
B. Rumusan Masalah

iv
Berdasarkan latar belakang yang sudah dipaparkan di atas, maka penulis dapat
merumuskan masalah sebagai berikut :
1. Apa yang dimaksud dengan penilaian kompetensi pengetahuan?
2. Bagaimana ruang lingkup penilaian kompetensi pengetahuan?
3. Bagaimana teknik dan instrument penilaian kompetensi pengetahuan?
4. Bagaimana penelaahan soal?
5. Bagamaiana penganalisisans butir soal?
6. Bagaimana penyusunan kunci jawaban dan pedoman penskoran?
7. Bagaimana pemanfaatan hasil belajar peserta didik?
8. Bagaimana pengembangan tes objektif dan tes subjektif?
9. Apa saja komponen yang perlu di perhatikan dalam menyusun tes?
10. Bagaimana menyusun tes kognitif dan teknik penskorannya?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian penilaiian kompetensi pengetahuan
2. Untuk mengetahui ruang lingkup penilaian kompetensi pengetahuan
3. Untuk mengetahui teknik dan instrument penilaian kompetensi pengetahuan
4. Untuk mengetahui cara menelaah soal
5. Untuk mengetahui cara analisis butir soal
6. Untuk mengetahui penyususunan kunci jawaban dan pedoman penskoran
7. Untuk mengetahui pemanfaatan hasil belajar peserta didik
8. Untuk mengetahui pengembangan tes objektif dan tes subjektif
9. Untuk mengetahui komponen dalam menyusun tes
10. Untuk mengetahui cara menyususn tes kognitif dan teknik penskorannya

v
BAB II

PEMBAHASAN

A. Penilaian Kompetensi Pengetahuan


Kompetensi adalah sesuatu yang kompleks yang didalamnya mengandung banyak
aspek (ranah), kompetisi ini meliputi antara lain kompetisi inti-1 (KI -1) untuk kompetisi
inti sikap spiritual, kompetisi inti-2 (KI-2) untuk kompetisi inti sikap sosial, kompetisi
inti-3 (KI -3) untuk kompetisi pengetahuan, kompetisi inti-4 (KI-4) untuk kompetisi
keterampilan1.
Penilaian kompetensi pengetahuan atau kognitif adalah penilaian yang dilakukan
guru untuk mengukur tingkat percapaian atau penguasaan peserta didik dalam aspek
pengetahuan yang meliputi ingatan atau hafalan, pemahaman,penerapan, atau aplikasi
analisis, sintesis dan evaluasi. Dalam permendikbud Nomor 66 Tahun 2013 menjelaskan
bahwa pendidikan menilai kompetensi pengetahuan peserta didik melalui tes tulis, tes
lisan, dan penugasan. Instrumen tes tulis yang bisa digunakan guru berupa soal pilihan
ganda, isian, jawaban singkat, benar salah, menjodohkan,dan uraian yang dilengkapi
pedoman penskoran. Instrumen tes lisan berupa daftar pertanyaan dan instrumen
penugasan berupa pekerjaan rumah atau proyek yang dikerjakan secara individu atau
kelompok sesuai dengan karakteristik tugas.
Dalam kegiatan pembelajaran ditujukkan dengan kemampuan mempertahankan
pendapat, beradu pendapat, memiliih solusi terbaik, menyusun kriteria penilaian,
menyarankan perubahan, menulis lapporan, menyarankan strategi baru dan membahas
suatu kasus. Ada tiga istilah yang berkaitan dengan penilaian yaitu evaluasi, pengukuran
(measurement) dan assessment. Evaluasi menurut kourilkski adalah the act of the degree
to which and individual or group prossess the xertain atribute (tindakan tentang
penetapan derajat penguasaan atribut tertentu oleh individu atau kelompok). Evaluasi
umumnya berpusat kepada peserta didik, dan berupaya menentukan bagaimana
mencipakan kesempatan belajar.
Karakteristik prosedur assessment peserta didik harus valid, reliable,
practicable,fair dan berguna. Valid adalah apabila secara aktual menguji apa yang ingin
di uji artinya mengukur tingkah laku yang telah ditentukan atau dirumuskan pada tujuan.
Reliable adalah mengukur konsitensi dengan pertanyaan, pengetesan menghasilkan hasil
yang sama dan dicapai oleh populasi siswa dalam kondisi yang berbeda atau sebanding.
Assessment yang fairness dan userfulness karena akurat yang merefleksikan tingkah laku
yang diharapkan sebagaimana ditetapkan dalam tujuan pelajaran. Kegunaanya karena
hasilnya memberikan umpan balik tentang kemampuan peserta didik (kekuatan dan
kekurangan) pengukuran atau measurement berkenaan dengan pengumpulan data
1
I Putu Agus,dkk..Pengembangan Instrumen Penilaian Kompetensi Pengetahuan IPA Siswa Dasar. Journal For
Lesson and Learning Studies. Vol. 4 (1) 2021 : 13-19

vi
deskriptif tentang produk peserta didik dana tau tingkah laku peserta didik dan
hubungannya dengan standar prestasi atau norma. Evaluasi menunjuk pada teknik-teknik
pengukuran, baik data rangka assessment peserta didik maupun terhadap proses
instruksional menyeluruh yang meliputi urutan instruksional, (perencanaan,
penyampaian, tindak lanjut) dan perubahan tingkah laku peserta didik yang dapat diamati
(kognitif, psikomotorik, dan afektif).
Pengetahuan tertulis biasa juga disebut dalam bentuk tes. Kata tes secara harfiah
berasala dari Bahasa Perancis kuno “testum”artinya piring untuk menyisihkan logam-
logam mulia. Tes adalah serangkaian pertanyaan atau latihan atau juga alat lain yang
digunakan untuk mengukur keterampilan, pengetahuan, kecerdasan,, kemampuan atau
alat yang dimiliki oleh seseorang atau kelompok. Jadi tes adalah cara atau alat untuk
mengadakan penilaian yang berbentuk suatu tugas atau serangkaian tugas yang harus
dikerjakan oleh peserta didik tersebutt yang menunjukkan tingkat pencapaian tujuan
instruksional pembelajaran atau tingkat penguasaan terhadap seperangkat materi yang
telah diberikan dalam proses pembelajaran dan dapat juga menunjukkan kedudukan
peserta didik yang bersangkutan dalam kelompokknya.

 Tujuan Penilaian
Dalam kurikulum 2013 penilaian mengacu pada permendikbud Nomor 66 Tahun
2013 tentang standar Pendidikan Standar Penilaian bertujuan untuk menjamin
a. Perencanaan penilaian peserta didik sesuai dengan kompetensi yang akan dicapai
berdasarkan prinsip-prinsip penilaian
b. Pelaksanaan penilaian pserta didik secara professional, terbuka, edukatiof, efektif,
efisien, dan sesuai dengan konteks sosial budaya
c. Pelaporan hasil penilaian peserta didik secara objektif, akuntabel, dan informatif.
Penilaian pendidikan sebagai proses pengumpulan dan pengolahan informasi
untuk mengukur pencapaian hasil belajara peserta didik mencakup penilaian autentik,
penilaian diri, penilaian berbasis fortofolio, ulangan, ulangan harian, ulangan tengah
smester, ulangan akhir smester, ujian ingkat kompetensi, ujian mutu kompetensi,
ujian nasional, dan ujian sekolah
Tujuan penilalian dalam kurikulum berbasis kompetensi secara umum adalah
untuk mengetahui apakah peserta didik telah atau belum menguasai suatu kompetensi
dasar tertentu. Secara spesifik tujuan penilaian yaitu :
a. Untuk mengetahui tingkat pencapaian pserta didik
b. Mengukur pertumbuhan dan perkembangan
c. Mendiagnosis kesulitan belajar peserta didik
d. Untuk memperoleh masukan atau umpan balik bagi guru dan siswa dalam
rangka perbaikan

 Manfaat Penilaian Pengetahuan Tertulis

vii
Evaluasi (penialian) merupakan bagian penting dalam suatu sistem instruksional
Karena itu penialian mendapat tanggung jawab untuk melaksanakan fungsi-fungsi
pokok sebagai berikut :

1. Fungsi Edukatif
Dengan penilaian dapat diketahui tingkat kemampuan belajar siswa, sehingga dapat
dimuat konsep baha ajar yang sifatnya nilai pendidikan bagi siswa
2. Fungsi Instusional
Penilaian merupakan hal penting dalam suatu lembaga agar dapat mengukur tingkat
kemampuan perkembangan mutu pendidikan suatu lembaga khususnya sekolah atau
madrasah
3. Fungsi Diagnostik
Dengan penilaian ini dapat diketahui kesulitan masalah-masalah yang sedang
dihadapi oleh siswa dalam proses kegiatan belajarnya. Dengan informasi tersebut
maka dapat dirancang dan digunakan unuk menanggulangi dan atau membantu
yang bersangkutan mengatasi kesulitannya dan atau memecahkan masalahnya.
4. Fungsi administratif
Evaluasi menyediakan data tentang kemajuan belajar siswa, yang pada gilirannya
berguna untuk memberikan tanda kelulusan dan untuk melanjutkan studi lebih
lamjut dan/atau untuk kenaikan kelas.juga untuk mengetahui tingkat kemampuan
guru-guru dalam proses belajar-mengajar (PBM) yang berguna untuk kepentingan
supervise
5. Fungsi kurikuler
Evaluasi berfungsi menyediakan data dan informasi yang akurat dan berdaya guna
bagi pengembangan kurikulum (perencanaan, uji coba dilapangan, implementasi
dan revisi)
6. Fungsi manajemen
Komponenm evaluasi merupakan bagian integral dalam sistem manajemen, hasil
evaluasi berdaya guna sebagai bahan bagi pimpinan untuk membuat keputusan
manajemen pada semua jenjang manajemen

Menurut Abdul Rahman Saleh, fungsi penilaian anatara lain:


1. Fungsi seleksi yaitu menyeleksi calon peserta suatu lembaga pendidikan kursus
sesuai kriteria tertentu.
2. Fungsi penempatan agar setiap orang peserta pendidikan mengikuti pendidikan
pada jenis dan atau jemjang pendidikan yang sesuai dengan
bakat dan kemampuannya masing-masing
3. Fungsi diagnostik yaitu untuk mengidentifikasi kesulitan belajar yang dialami
peserta didik menntukan faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya kesulitan
belajar dan menetapkan cara mengatasi kesulitan belajar tersebut.

B. Ruang Lingkup Penilaian Kompetensi Pengetahuan


viii
Ruang lingkup dalam penilaian kompetensisi penialian pengetahuan yaitu sebagai berikut
:
1. Pengetahuan Hafalan (knowledge)
Pegetahuan hafalan (knowledge) merupakan kemampuan seseorang untuk
mengingat kembali (recall) atau mengenal kembali tentang nama, istilah, ide,
gejala, nama-nama, dan sebagainya tanpa mengharapkan kemampuan untuk
menggunakannya. Pengetahuan atau ingatan ini adalah proses berpikir yang
paling rendah, kemampuan mengetahui juga dapat diartikan sebagai kemampuan
mengenal fakta,konsep,prinsip dan skill.
Kegiatan pembelajaran dapat difokuskan melalui mengemukakan arti, membuat
daftar, mendeskripsikan sesuatu, menderiakan sesuatu yang terjadi, menguraikan
sesuatu yang terjadi, menetukan lokasi tempat dan memberi nama
2. Pemahaman (comprehension)
Pemahaman (comprehension) adalah kemampuan seseorang untuk mengerti atau
memahami sesuatu setelah sesuatu itu diketahui untuk diingat, dengan demikian
memahami adalah mengetahui tentang sesuatu dan dapat melihatnya dari berbagai
aspek Peserta didik dikatakan memahami sesuatu apabila dapat memberikan
penjelasan atau memberikan uraian yang rinci dengan kata-katanya sendiri.
Pemahaman juga merupakan jenjang kemampuan berpikir setingkat lebih tinggi
dari hafalan atau ingatan, kemampuan memahami juga dapat diartikan
kemampuan mengerti tentang hubungan antara faktor, antar prinsip, antar
data,hubungan sebab akibat, dan penarikan kesimpulan
3. Penerapan (Aplication)
Penerapan atau aplikasi adalah kesanggupan seseorang untuk menerapkan atau
nenggunakan ide-ide umum, tata cara ataupun metode-metode, prinsip-prinsip,
rumus-rumus, teori-teori, dan sebagainya dalam situasi yang baru dan kongkret
4. Analisis (Analysis)
Analisis (Analysis) adalah kemampuan seseorang untuk merinci atau menguraikan
suatu bahan atau keadaan menurut bagian-bagian yang lebih kecil dan mampu
memahami hubungan di antara bagia-bagian atau faktor-faktor yang satu dengan
faktor-faktor lainnya. Analisis merupakan proses berpikir yang setingkat lebih
tinggi dari penerapan atau aplikasi. Kemampuan analisis juga dapat diartikan
menemukan bagian-bagian dari hubungan antar bagian itu
5. Sintesis (syinthesis)
Sintesis adalah kemampuan berpikir yang merupakan kebalikan dari proses
berpikir analisis. Sintesis juga merupakan suatu proses yang memadukan bagian
—bagian atau unsur-unsur secara logis, sehingga menjelma menjadi suatu pola
yang berstruktur atau berbentuk pila baru. Penerapannya dalam pembelajaran
ditunjukkan melalui menyelesaikan penyelesaiannya atau solusi masalah,

ix
memprediksi, merancang model produk tertentu, membuat desain, dan
menciptakan produk tertentu
6. Evaluasi (evaluation )
Evaluasi atau evaluation adalah kemampuan seseorang untuk membuat
pertimbangan terhadap suatu situasi, nilai atau ide. Misalnya jika seseorang
dihadapkan pada beberapa pilihan, maka ia akan mampu memilih sesuatu yang
terbaik, sesuai dengan patokan-patokan atau kriteria tertentu. Kemampuan
melakukan evaluasi juga dapat diartikan sebagai mempertimbangkan dan menilai
benar atau salah, baik,buruk, bermanfaat dan tidak bermanfaat

C. Teknik Dan Instrumen Penilaian Kompetensi Pengetahuan


 Teknik Penilaian Kompetensi Pengetahuan
Ada beberapa cara atau teknik menilai dalam penilaian berbasis kelas yakni tes
tertulis, penilaian produk, unjuk kerja, portofolio dan penilaian sikap.Jenis penilaian
dalam aspek pengetahuan dapat berupa:
a. Tes tertulis
Tes tertulis yang digunakan guru banyak variasinya yang mana digunakan untuk
mengukur pencapaian kompetensi pengetahuan (kognitif) peserta didik, tes tertulis
terdiri dari soal pilihan ganda, isian,jawaban singkat (pendek), benar-salah,
penjodohan dan uraian
b. Tes Lisan
Tes bentuk lisan adalah tes yang dipergunakan mengukur tingkat pencapaian
kompetensi, terutama pengetahuan (kognitif) di mana guru memberikan pertanyaan
langsung kepada peserta didik secara verbal (lisan) dan ditanggapi secara langsung
oleh peserta didik.
c. Tes Penugasan/Proyek
Instrumen penugasan berbentuk pekerjaan rumah dan proyek yang dikerjakan
secara individu atau kelompok sesuai dengan karakteristik tugas.32 Penilaian tes
tertulis (Paper and Pencil Test) sangat efektif untuk mengukur kemampuan
penguasaan materi (kognitif). Penilaian tertulis dilaksanakan untuk waktu yang
terbatas dan dalam kondisi tertentu. Tes tertulis secara umum ada 2 macam, yakni tes
objektif dan tes uraian (esai). Tes objektif terdiri dari pilihan ganda (multiple choiche),
benar-salah (true-false), menjodohkan (matching), isian singkat (short answer),
melengkapi (completion).2

 Contoh Instrumen Penilaian Kompetensi Pengetahuan


Berikut adalah beberapa contoh dari bentuk instrumen penilaian kompetensi
pengetahuan yaitu :
a. Bentuk pilihan ganda
2
Nurul Waiziah, dkk. PENIALIAN PENGETAHUAN TERTULIS DALAM KURIKUUM 2013. Journal of Islamic Education.
Vol. 2 (2) 2021 : 210-221

x
Bentuk pilihan ganda merupakan bentuk penialian aspek pengetahuan teknik tulis
yang menuntut peserta didik untuk memiliih jawaban yang paling benar diantara
beberapa kemungkinan jawaban yang tersedia. Bentuk penialian pilihan ganda
tidak terdapat pada masing-masing bab.
b. Bentuk isian
Isian merupakan bentuk penialian spek pengetahuan teknik tulis yang menuntut
peserta didik untuk menjawab pertanyaan secara singkat. Contoh bentuk penialian
isian terdapat dalam buku teks siswa Bahasa Indonesia Kelas VII Kurikulum 2013
yaitu :

1. lengkapilah bagian yang rumpang sehingga menjadi teks deskripsi yang padu!
2. isilah tabel dengan istilah yang kamu temukan pada teks 1,2 dan 3!
c. Bentuk benar salah
Bentuk benar salah merupakan bentuk penilaian aspek pengetahuan teknik tulis
yang menuntut peserta didik untuk memilih jawaban di antara dua pilihan yaitu
benar atau salah. Contoh bentuk penilaian benar salah yang terdapat dalam buku
teks siswa adalah sebagai berikut :
1. Berilah tanda cek (√) pada kolom benar dan salah sesuai dengan hasil
pengamatanmu!
2. Tulislah B jika penulisan kalimat langsung benar dan S jika penulisan kalimat
langsung salah!
d. Bentuk Menjodohkan
Bentuk menjodohkan merupakan bentuk penilaian aspek pengetahuan teknik tulis
yang menuntut peserta didik untuk menjodohkan suatu pernyataan dengan
jawaban yang paling tepat. Contoh bentuk penilaian menjodohkan adalah sebagai
berikut.
1. Pasangkan nilai-nilai pada paparan berikut dengan nilai pada syair di atas!
e. Bentuk Uraian
Uraian merupakan bentuk penilaian aspek pengetahuan teknik tulis yang menuntut
jawaban dari peserta didik berupa uraian panjang. Beberapa contoh bentuk
penilaian uraian adalah sebagai berikut
1. Tulis dengan bahasamu sendiri jenis teks deskripsi ditinjau dari
kemandiriannya sebagai sebuah jenis teks!
2. Dari informasi tentang fabel di atas, jelaskan jenis fabel ditinjau dari jenis
alurnya!
f. Bentuk Tanya Jawab
Tanya jawab merupakan bentuk penilaian aspek pengetahuan teknik lisan yang
menuntut jawaban dari peserta didik dalam bentuk lisan. Beberapa contoh bentuk
penilaian tanya jawab adalah sebagai berikut:
1. Pernahkah kamu mendengar atau membaca teks deskripsi?
2. Mengapa kamu membaca buku pengetahuan/ ensiklopedia?

xi
g. a. Bentuk Penugasan Individu
1) Penugasan Individu di Dalam Sekolah
Penugasan individu di dalam sekolah merupakan bentuk penilaian
aspek pengetahuan teknik penugasan yang menuntut peserta didik
untuk melakukan suatu pekerjaan secara individu di dalam sekolah. Contoh
penugasan individu di dalam sekolah adalah sebagai berikut:
- Amati ringkasan novel cerita fantasi berikut!
- Bacalah ketiga teks prosedur berikut!
b. Penugasan Kelompok
2) Penugasan Kelompok di Luar SekolahPenugasan kelompok di luar sekolah
menuntut peserta didik untuk bekerja secara kolektif di luar sekolah. Pada buku
teks Bahasa Indonesia Kelas VII Kurikulum 2013 tidak terdapat bentuk
penilaian penugasan kelompok di luar sekolah.3

D. Telaah Soal
Telaah soal atau analisis kualitatif soal adalah mengkaji secara teoritik soal tes
yang telah tersusun. Telaah ini dilakukan dengan memperhatikan tiga aspek, yaitu aspek
materi, aspek konstruksi, dan aspek bahasa. Soal yang bersumber dari kompetensi dasar
kelas VII SMP terdapat 12 soal (100%). Hasil telaah soal memperlihatkan adanya
kesesuain soal dengan indikator pencapaian pembelajaran dengan butir soal. Dilihat dari
aspek isi, soal sudah baik, dari materi yang ditanyakan seluruh soal sudah sesuai dengan
jenjang jenis sekolah, atau tingkat kelas, rumusan kalimat soal atau pertanyaan
menggunakan kata-kata tanya atau perintah yang menuntut jawaban terurai. Petunjuk
yang digunakan dalam soal sangat jelas tentang cara mengerjakan soal tersebut.
Dilihat dari aspek bahasa, seluruh butir soal sudah menggunakan bahasa yang
sederhana sesuai dengan tingkat kelas. Soal tidak mengandung kata-kata yang
menyinggung perasaan siswa. Kemudian, seluruh butir soal tidak ada yang menggunakan
kata-kata/ kalimat yang menimbulkan penafsiran ganda atau salah Pengertian. Butir soal
menggunakan Bahasa Indonesia yang baik dan benar, tidak menggunakan bahasa
setempat serta menggunakan bahasa yang komunikatif, namun terdapat satu soal yang
harus direvisi pada kata bahasa yaitu soal nomor 8.4

E. Analisis Butir Soal


Analisis butir soal (item analysis) merupakan suatu kegiatan dalam menentukan tingkat
kebaikan butir-butir soal suatu tes. Informasi yang diperoleh dari kegiatan analisis butir
soal dapat digunakan untuk memperbaiki butir soal yang sudah dibuat.Analisis butir
soal dapat dilakukan apabila suatu tes telah selesai dilaksanakan dan diperoleh jawaban
terhadap butir-butir soal yang diteskan. Ada dua pendekatan yang digunakan untuk

3
Anita Hidayah,dkk. TELAAH TEKNIK DAN BENTUK PENIALIAN ASPEK PENGETAHUAN SERTA KETERAMPILAN
DALAM BUKU TEKS SISWA BAHASA INDONESIA KELAS VII KURIKULUM 2013. CARAKA. Vol. 5 (2) 2019 : 42-45
4
Jennifer Brier and lia dwi jayanti, “ANALISIS KESUKARAN SOAL, DAYA PEMBEDA DAN FUNGSI DISTRAKTOR” 21,
no. 1 (2020): 1–9, http://journal.um-surabaya.ac.id/index.php/JKM/article/view/2203.

xii
melakukan analisis ini, yaitu: teori klasik dan teori respon. Untuk responden yang kecil
(kurang dari 100) lebih cocok menggunakan teori klasik, sebaliknya untuk responden
yang besar (lebih besar dari 200) lebih cocok menggunakan teori respon butir

Tujuan Analisis Butir Soal


Analisis butir soal merupakan kegiatan penting yang harus dilakukan guru dalam
menyusun soal agar diperoleh soal dengan kualitas baik. Soal yang bermutu adalah soal
yang dapat memberikan informasi setepat-tepatnya tentang penguasan materi peserta
didik. Berikut ini adalah beberapa tujuan dari kegiatan analisis butir soal.

1. Mengkaji dan menelaah setiap butir soal agar diperoleh soal yang bermutu,
2. Meningkatkan kualitas butir tes melalui revisi atau membuang soal yang tidak
efektif
3. Mengetahui informasi diagnostik pada peserta didik tentang pemahaman materi
yang diajarkan.5

Manfaat Kegiatan Analisis Butir Soal


Analisis butir soal memiliki banyak manfaat, antara lain sebagai berikut.

1. Membantu pengguna tes dalam mengevaluasi kualitas tes yang digunakan,


2. Sesuai untuk penyusunan tes informal, seperti tes yang disiapkan guru untuk
peserta didik.
3. Mendukung penulisan soal yang efektif dan berkualitas.
4. Meningkatkan validitas dan reliabilitas soal sehingga tercipta soal yang berkualitas.

Melalui kegiatan analisis butir soal, guru akan dapat menentukan soal-soal yang baik
dan soal-soal yang cacat atau tidak berfungsi dengan baik. Selain itu, guru dapat
merevisi soal-soal yang sudah tidak relevan dengan materi yang diajarkan dengan
melihat banyaknya peserta didik yang tidak mampu menjawab butir soal tertentu.

Tabel 1. Kata Kerja Dalam Peringkat Kognitif Bloom

C1 C2 C3

Menyebutkan Membedakan Menggunakan

Menghafal Membandingkan Menerapkan

Mengidentifikasi Menjelaskan Membentuk

Menunjukkan Mengilustrasikan Mengatur

5
Sitti Mania et al., “Analisis Butir Soal Ujian Akhir Sekolah,” Al Asma : Journal of Islamic Education 2, no. 2 (2020):
274, https://doi.org/10.24252/asma.v2i2.16569.

xiii
Menduga Menghitung

Menguraikan Menentukan

Menghubungkan Menyelesaikan

Melakukan
Menterjemahkan
eksperimen

Meringkas Mendemonstrasikan

Menggolongkan

C4 C5 C6

Menganalisis Mengkritik Mengkreasi

Membandingkan Menentukan Merancang


konsep

Memprediksikan Memberi keputusan Menyintesis

Mengorganisasikan Merekomendasikan Membuat proposal


informasi

Mengupas Menyetujui pendapat Membangun

Memeriksa hubungan Mendukung Mengkompilasi

Menyimpulkan Memilih Membuat estimasi

Membenarkan Menciptakan

Menyangkal Memodifikasi

Mempreoritaskan Mengembangkan

Menilai

Mengevaluasi

xiv
 Langkah-langkah Penulisan Butir Soal
Seperti yang dijelaskan di atas bahwa langkah-langkah pengembangan suatu tes
prestasi belajar adalah : (1) penentuan tujuan tes, (2) penyusunan kisi-kisi, (3)
penulisan soal, (4) penelaahan soal (review dan revisi soal), (5) uji coba soal,
termasuk analisis dan perbaikan, dan (6) perakitan soal menjadi perangkat tes.
a. Penentuan tujuan/penyusunan blueprint
Dalam melakukan pengetesan pasti ada tujuan yang ingin dicapai. Tujuan
ini dapat berupa tujuan khusus, misal untuk mengetahui penguasaan
materi, tes diagnostik, atau tes seleksi; dan tujuan umum, misal untuk
mengetahui pengetahuan umum dari sekelompok responden atau
sekelompok orang. Dalam kesempatan ini, tujuan pemberian tes adalah
untuk mengetahui penguasaan peserta didik pada kompetensi/sub
kompetensi tertentu setelah diajarkan. Penguasaan ini dapat diartikan,
sejauh mana peserta didik memahami atau mungkin menganalisis materi
tertentu yang telah dibahas di ruang kelas. Dengan kata lain, pada tingkat
kognitif mana mereka menguasai materi yang telah diberikan, ditugaskan,
atau dibahas, yang biasanya direncanakan dalam bentuk blue print. Tujuan
tes harus jelas agar arah dan ruang lingkup pengembangan tes selanjutnya
juga jelas.
b. Penyusunan Kisi-kisi
Kisi-kisi adalah panduan atau acuan dalam menyiapkan bahan ajar,
menyelenggarakan pembelajaran, dan mengembangkan butir-butir soal uji.
Kisi-kisi soal tes yang merupakan bagian dari silabus ini biasanya berisi
standar kompetensi, kompetensi dasar, materi pokok, kegiatan
pembelajaran, penilaian, waktu, dan sumber belajar. Hal yang harus
diperhatikan dalam menyusun kisi-kisi adalah indikator jabaran dari
kempetensi dasar (KD), kompetensi dasar jabaran dari standar kompetensi
(SK), standar kompetensi jabaran dari standar kompetensi lulusan mata
pelajaran (SKL-MP), dan standar kompetensi lulusan mata pelajaran
jabaran dari standar kompetensi lulusan satuan pendidikan (SKL-P), dan
standar kompetensi lulusan satuan pendidikan jabaran dari Tujuan
Pendidikan Nasional. Kompetensi lulusan dijabarkan ke dalam
subkompetensi, selanjutnya subkompetensi dijabarkan menjadi indikator
esensial dan deskriptor. Sama halnya pada kompetensi dan subkompetensi,
kata utama dalam indikator esensial dan deskriptor juga kata kerja, hanya
saja skope nya sama atau lebih sempit dan peringkat kognitifnya sama
atau lebih rendah
c. Penulisan butir-butir soal/tes Penulisan butir-butir soal merupakan
langkah penting dalam upaya pengembangan alat ukur kemampuan atau
tes yang baik. Penulisan soal adalah penjabaran indikator jenis dan tingkat
perilaku yang hendak diukur menjadi pertanyaan-pertanyaan yang
karakteristiknya sesuai dengan perinciannya dalam kisi-kisi. Butir soal
merupakan jabaran atau dapat juga ujud dari indikator, Dengan demikian
setiap pernyataan atau butir soal perlu dibuat sedemikian rupa sehingga

xv
jelas apa yang ditanyakan dan jelas pula jawaban yang diminta. Mutu
setiap butir soal akan menentukan mutu soal tes secara keseluruhan. Butir-
butir soal harus memiliki tingkat penalaran tinggi atau memiliki Higher
Order Thinking (HOT).
e. Telaah Soal atau Analisis Kualitatif Soal Telaah soal atau analisis
kualitatif soal adalah mengkaji secara teoritik soal tes yang telah tersusun.
Telaah ini dilakukan dengan memperhatikan tiga aspek, yaitu aspek
materi, aspek konstruksi, dan aspek bahasa.
f. Uji coba Soal Ujicoba soal pada dasarnya adalah upaya untuk mengetahui
kualitas soal tes berdasarkan pada empirik atau respon dari peserta tes. Hal
ini dapat terwujud manakala dilakukan analisis empirik atau analisis
kuantitatif, baik menggunakan teori klasik maupun teori modern.
g. Analisis Empirik Untuk mengetahui kualitas butir soal, maka hasil uji coba
harus dianalisis secara empirik. Ada dua pendekatan yang digunakan untuk
melakukan analisis empirik ini, yaitu: teori klasik dan teori respon.
Masing-masing pendekatan ada kelebihan dan kekurangannya.
Untukresponden yang kecil (kurang dari 100) lebih cocok menggunakan
teori klasik, sebaliknya untuk responden yang besar (lebih besar dari 200)
lebih cocok menggunakan teori respon butir.
h. Perakitan Soal Tes Agar skor tes yang diperoleh tepat dan dapat dipercaya
maka soal tes harus valid dan reliabel. Butir-butir soal perlu dirakit
menjadi alat ukur yang yang terpadu. Hal-hal yang dapat mempengaruhi
validitas skor tes adalah urutan nomor soal, pengelompokan bentuk-bentuk
soal, tata letak soal, dan sebagainya. Untuk itu, ada baiknya soal tes
disajikan mulai dari butir mudah ke yang susah, pengelompokan rapi, tata
letak bagus dan tidak terpotong-potong kalimatnya, dan kemasannya
menarik.6

F. Kunci jawaban dan Pedoman penskoran


Penskoran merupakan langkah pertama dalam proses pengolahan hasil tes.
Penskoran adalah suatu proses pengubahan jawaban-jawaban tes menjadi angka-angka.
Angka-angka hasil penskoran itu kemudian diubah menjadi nilai-nilai melalui suatu
proses pengolahan tertentu. Penggunaan simbol untuk menyatakan nilai-nilai itu ada
yang dengan angka, seperti angka dengan rentangan 0 – 10, 0 – 100, 0 – 4, dan ada pula
yang dengan huruf A, B, C, D, dan E (Ngalim Purwanto, 1994:70). Cara menskor hasil
tes biasanya disesuaikan dengan bentuk soalsoal tes yang dipergunakan, apakah tes
objektif atau tes essay, atau dengan bentuk lain.
Pedoman penskoran adalah pedoman yang digunakan untuk menentukan skor
hasil pekerjaan pelajar. Dengan menyusun pedoman penskoran artinya pengajar telah
memikirkan strategi pemberian skor terhadap jawaban yang akan muncul. Pedoman
penskoran ini sangat penting disiapkan khususnya untuk ujian dalam bentuk esai.
Dengan adanya pedoman penskoran akan memudahkan pengajar atau penilai dalam
membandingkan jawaban dengan kunci jawaban sesuai kemiripan dan tingkat
kesempurnaan serta kelengkapan jawaban pelajar dengan ideal.

6
Farida Far Ida and Anna Musyarofah, “Validitas Dan Reliabilitas Dalam Analisis Butir Soal,” Al-Mu’Arrib: Journal of
Arabic Education 1, no. 1 (2021): 34–44, https://doi.org/10.32923/al-muarrib.v1i1.2100.

xvi
Dalam Permendikbud No. 66 Tahun 2013 tentang Standar Penilaian dijelaskan
bahwa penilaian harus dilakukan dengan objektif dan akuntabel serta berbasis pada
standar, tidak dipengaruhi oleh faktor subjektivitas penilai serta harus dapat
dipertanggungjawabkan kepada pihak internal maupun eksternal sekolah. Sehingga
pedoman penskoran yang baik akan membantu pengajar dalam memenuhi kedua prinsip
penilaian tersebut. Dengan pedoman penskoran pengajar dapat memberikan7

Pedoman Penskoran

Kunci Jawaban Skor

File 1

Edite 1

View 1

Insert 1

Format 1

Skor Maksimum 5

G. Pemanfaatan Hasil Belajar Peserta Didik

Evaluasi hasil belajar dan implementasinya dalam proses belajar mengajar Dilakukan
dengan cara penilaian kelas, tes kemampuan dasar, penilaian akhir satuan Pendidikan dan
sertifikasi, benchmarking, dan penilaian program. Lebih jelasnya Dapat dikemukakan
sebagai berikut:

1. Penilaian Kelas
Penilaian kelas dilakukan dengan ulangan harian, ulangan umum dan Ulangan ujian
akhir. Ulangan harian dilakukan pada setiap selesai proses Pembelajaran dalam
satuan bahasan atau kompetensi tertentu. Penilaian Ulangan harian ini terdiri dari
seperangkat soal yang harus dijawab para Peserta didik, dan tugas-tugas terstruktur
yang berkaitan dengan konsep Yang sedang dibahas. Dalam ulangan harian minimal
dilakukan tiga kali Dalam setiap semester, dan ditujukan untuk memperbaiki modul
dan program Pembelajaran, serta digunakan untuk tujuan-tujuan lain, misalnya
sebagai Bahan pertimbangan dalam memberikan nilai bagi para peserta didik.

7
Abil Thoriq Syahputra, Nurjannah Nurjannah, and Muhammad Arsyam, “Pemberian Skor Dan Sistem Penilaian
Dalam Pembelajaran,” Jurnal Pendidikan 2, no. 1 (2020): 1–8.

xvii
2. Tes Kemampuan Dasar
Tes kemampuan dasar dilakukan untuk mengetahui kemampuan membaca, Menulis,
dan berhitung yang diperlukan dalam rangka memperbaiki program Pembelajaran
(program remedial). Tes kemampuan dasar dilakukan pada Setiap tahun akhir kelas
III.

3. Penilaian Akhir Satuan Pendidikan dan Sertifikasi


Pada setiap akhir semester dan tahun pelajaran diselenggarakan kegiatan Penilaian
guna mendapat gambaran secara utuh dan menyeluruh mengenai Ketuntasan belajar
peserta didik dalam satuan waktu tertentu. Untuk keperluan Sertifikasi, kinerja, dan
hasil belajar yang dicantumkan dalam Surat Tanda Tamat Belajar tidak semata-mata
didasarkan atas hasil penilaian pada Akhir jenjang sekolah.12

4. Benchmarking
Benchmarking merupakan suatu standar untuk mengukur kinerja yang sedang
Berjalan, proses, dan hasil untuk mencapai keunggulan yang memuaskan. Ukuran
keunggulan ditentukan di tingkat sekolah, dan daerah atau nasional. Penilaian
dilaksanakan secara berkesinambungan, sehingga peserta didik dapat mencapai
satuan tahap keunggulan pembelajaran yang sesuai dengan kemampuan usaha dan
keuletannya. Untuk dapat memperoleh data dan informasi tentang pencapai
Benchmarking tertentu dapat diadakan pada akhir satuan pendidikan.

5. Penilaian Program

Penilaian Program dilakukan oleh Kementerian Pendidikan Nasional dan Dinas


Pendidikan secara kontinu dan berkesinambungan. Penilaian program dilakukan
untuk mengetahui kesesuaian Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan(KTSP) dengan
dasar, fungsi, tujuan pendidikan nasional, dan kesesuaiannya dengan tuntutan
perkembangan masyarakat, dan kemajuan zaman.

Pada dasarnya pemanfaatan atau penggunaan hasil evaluasi yang diperoleh Adalah
bergantung pada tujuan yang hendak dicapai dalam mengadakan evaluasi Itu sendiri, atau
bergantung pada jenis-jenis tes yang dilakukan. Beberapa contoh Pemanfaatan atau
penggunaan hasil evaluasi antara lain adalah:

a. Menentukan naik tidaknya atau lulus tidaknya seorang siswa. Hal ini kita Dasarkan
pada interpretasi kita terhadap taraf kesiapan siswa tersebut, Dalam penggunaan ini,
tes yang dimaksud adalah tes sumatif. Penentuan Ini dilakukan setelah hasil tes
tersebut dipadukan dengan hasil tes-tes Formatif atau sub sumatif sebelumnya.
b. Mengadakan diagnosa atau remedial. Dari hasil tes yang telah kita lakukan Kita
dapat mengetahui kelemahan-kelemahan siswa, maka langkah Berikutnya adalah
mencari sebab-sebab kelemahan tersebut, kemudian Melakukan remedial
(penyembuhan). Dalam penggunaan ini, tes yang Dimaksud adalah tes diagnostik.

xviii
c. Perlu tidaknya suatu pelajaran diulang kembali atau tidak. Hal ini kita Dasarkan pada
interpretasi terhadap prestasi kelompok. Dalam penggunaan Ini, tes yang dimaksud
adalah tes formatif
d. Membangkitkan motif siswa. Ketika hasil tes ditunjukkan, biasanya siswa berminat
sekali untuk mengetahuinya, guru dapat memanfaatkan minat yang besar tersebut
untuk memberikan dorongan kepada siswa untuk belajar lebih giat. Dalam
penggunaan ini, tes yang dimaksud adalah tes formatif.
e. Memberikan laporan kepada orang tua. Dengan tujuan agar dia memiliki gambaran
yang obyektif tentang perkembangan anaknya, untuk kemudian menyikapinya.
Dalam penggunaan ini, tes yang dimaksudkan adalah tes sumatif. Pemberian hasil
laporan ini dilakukan setelah hasil tes tersebut dipadukan dengan hasil tes-tes
formatif atau sub sumatif sebelumnya.

Salah satu upaya untuk meningkatkan kualitas hasil pendidikan dapat Dilakukan melalui
pemanfaatan data hasil penilaian. Hasil penilaian, baik melalui Tes maupun bukan tes
besar sekali manfaatnya bila dikaji dan digunakan untuk Upaya perbaikan proses belajar
mengajar. Kajian hasil penilaian hasil formatif dan Sumatif dapat memberikan gambaran
tentang hasil belajar yang dicapai siswa Setelah ia menempuh proses belajar mengajar.
Data hasil penilaian proses belajar Mengajar sangat bermanfaat bagi guru, siswa dan
kepala sekolah. Ada dua jenis penilaian sekolah yaitu formatif dan sumatif Yaitu :

 Tes formatif dilaksanakan pada saat berlangsungnya proses belajar mengajar,


Khususnya pada akhir pengajaran, sedangkan tes sumatif dilaksanakan pada akhir
Suatu program, semester, dan caturwulan. Pertanyaan biasanya diajukan diajukan
Secara lisan ataupun tertulis untuk untuk tes formatif dan secara tertulis untuk tes
Sumatif. Dari hasil penilaian formatif ini guru dapat memetik manfaat dalam:
a. Memperbaiki program pengajaran atau satuan pelajaran di masa
Mendatang,terutama dalam merumuskan tujuan intruksional.
b. Meninjau kembali dan memperbaiki tindakan mengajarnya dalam memilih dan
menggunakan metode mengajar, mengembangkan kegiatan belajar siswa,
bimbingan belajar ,tugas dan latihan para siswa.
c. Mengulang kembali bahan pelajaran yang belum dikuasai para siswa sebelum
melanjutkan dengan bahan baru, atau memberi penugasan kepada siswa untuk
memperdalam bahan yang belum dikuasainya.
d. Melakukan diagnosis kesulitan belajar para siswa sehingga dapat ditemukan
faktor penyebab kegagalan siswa dalam menguasai tujuan intruksional.

Adapun manfaat yang didapat siswa dari hasil tes formatif adalah:

a. Dalam belajar berkelanjutan para siswa harus mengetahui susunan tingkat Bahan-
bahan pelajaran berdasarkan susunan tingkat tersebut.

xix
b. Dengan tes formatif para siswa akan mengetahui pokok bahasan yang Sudah
betul-betul dikuasai serta belum dikuasai. Hal ini merupakan balikan yang
berguna bagi siswa, untuk mempelajari kembali secara individual.

Tes sumatif diberikan dengan maksud untuk menetapkan keberhasilan Seorang siswa
mencapai sekumpulan tujuan pengajaran. Tujuan tes sumatif adalah Untuk menentukan
angka berdasarkan tingkatan hasil belajar siswa, selanjutnya Dipakai sebagai angka rapor.
Ujian akhir dan ulangan umum pada akhir catur Wulan atau semester termasuk tes
sumatif. Hasil tes sumatif juga dimanfaatkan Untuk perbaikan proses pengajaran. Tes
sumatif merupakan penilaian acuan Norma. Dengan cakupan bahan yang luas dan soal-
soalnya meliputi tingkat Mudah, sedang, dan sukar. Fungsi utama tes sumatif adalah:

a. Untuk menentukan nilai akhir dalam periode tertentu.


b. Untuk memberikan keterangan tentang kecakapan atau keterampilan Seorang
siswa dalam periode tertentu.
c. Untuk meramalkan berhasil tidaknya seorang siswa dalam pengajaran Yang lebih
tinggi8
H. Pengembangan Tes Objektif Dan Tes Subjektif

Ada dua bentuk alat evaluasi bidang kognitif, yaitu tes dan non tes. Teknik tes
Sendiri memiliki dua bentuk yaitu tes objektif dan tes subjektif. Yang dimaksud Dengan
tes objektif adalah tes dengan pertanyaan tertutup. Kata tertutup di sini Maksudnya
adalah bahwa jawaban benar telah tersedia. Soal tes objektif terdiri Atas dua bagian.
Bagian pertama disebut stem atau batang tubuh yang berisi Pertanyaan dan sering pula
disertai gambar atau bagan untuk disimak. Bagian Kedua berupa options atau pilihan
jawaban. Pilihan jawaban ini bervariasi dari Dua sampai lima pilihan bahkan mungkin
lebih. Apabila perlu, soal dapat memuat Stimulus atau dasar pertanyaan (Howe & Jones,
1993). Sifat dan kegunaan tes objektif adalah:

 Dapat digunakan untuk mengukur hampir semua aspek kemampuan siswa.


 Dapat digunakan untuk mendiagnosis kesulitan belajar.
 Dapat mencakup sasaran belajar yang luas dalam waktu yang relatif singkat.
 Memiliki reliabilitas yang tinggi.
 Sangat berguna untuk ujian seleksi dari siswa yang sangat banyak jumlahnya
 Karena pemeriksaannya cepat, mudah, dan dapat dilakukan oleh orang lain.
 Sulit dan lama membuatnya.
 Ada kemungkinan siswa menjawab benar karena menembak.
 Tidak memungkinkan siswa mengeluarkan pendapatnya secara bebas.

Beberapa saran pengembangan tes objektif adalah:


8
Sabariah. PEMANFAATAN HASIL EVALUASI DAN REFLEKSI PELAKSANAAN EVALUASI BELAJAR, JURNAL TAZKIYA,
IX.2 2020 : 124-129

xx
 Stem menggunakan kalimat singkat dan jelas.
 Stem menggunakan kalimat positif.
 Stem menghindari menggunakan TIDAK atau KECUALI, namun apabila Digunakan
tulis dengan huruf besar.
 Stem tidak menggunakan kata bilangan tak tentu, misalnya sering kali, Kadang-
kadang, kira-kira.
 Stem tidak menggunakan kata-kata ekstrem, misalnya selalu, pasti.
 Kunci jawaban hendaknya tidak terletak pada tempat yang sama atau Memiliki pola
tertentu supaya tidak tertebak.
 Nomor soal yang satu hendaknya bebas/tidak tergantung dari nomor soal Yang lain.
 Soal harus sesuai dengan indikator yang dirumuskan.

Teknik pengembangan indikator menjadi butir soal Penulisan butir soal tes objektif
merupakan suatu kegiatan yang tidak kalah Penting dalam penyusunan soal. Setiap butir
soal yang ditulis harus berdasarkan Rumusan indikator yang sudah disusun dalam kisi-
kisi dan berdasarkan kaidah Penulisan soal tes objektif yang benar. Salah satu
keunggulan soal tipe pilihan ganda adalah soal ini dapat mengukur Kemampuan secara
objektif, sedangkan soal tipe uraian dapat mengukur Kemampuan mengorganisasikan
gagasan dan menyatakan jawabannya menurut Kata-kata atau kalimat sendiri. Salah satu
kelemahan soal tipe pilihan ganda Adalah penyusunan pengecoh yang sulit, sedangkan
soal tipe uraian memiliki Kesulitan dalam penyusunan rubrikasi atau pedoman
penskorannya (Sarwanto, 2011).

Penulisan butir soal tes objektif sangat memerlukan keterampilan dan ketelitian
Tingkat tinggi. Hal yang paling sulit dilakukan dalam menulis soal ini adalah Penyusunan
pengecohnya. Pengecoh yang baik memiliki beberapa kriteria, di Antaranya adalah
pengecoh yang tingkat kerumitan atau tingkat Kesederhanaannya proporsional, panjang-
pendek yang relatif sama dengan Kunci jawabannya, dan sebagainya. Oleh karena itu,
untuk memudahkan dalam Penulisan soal tes objektif pilihan ganda, langkah-langkah
berikut perlu diikuti Yaitu:

 Menuliskan pokok soalnya.


 Menuliskan kunci jawabannya.
 Menuliskan pilihan pengecohnya.

xxi
Untuk memudahkan pengelolaan, perbaikan, dan pengembangannya, soal ditulis Di
dalam suatu format kartu soal. Setiap satu soal ditulis di dalam satu format Kartu. Contoh
formatnya adalah:

xxii
Soal pilihan ganda merupakan soal yang telah disediakan pilihan jawabannya. Peserta
didik yang mengerjakan soal bentuk ini hanya memilih satu jawaban Yang benar dari
pilihan jawaban yang disediakan. Soalnya mencakup:

 Pokok soal (stem).


 Pilihan jawaban (pengecoh).
 Dasar pertanyaan atau stimulus (bila ada).

Perhatikan contoh berikut:

Soal:

1. Ada suatu zat cair. Zat tersebut menghantarkan arus listrik dan memerahkan Kertas
lakmus. Apabila ditetesi perak nitrat, zat tersebut menjadi keruh Keputihan.
Kemungkinan zat tersebut adalah ....
A. Asam sulfat
B. Asam cuka
C. Asam klorida
D. Asam formiat
Kunci: C

2. Pokok soal: Kemungkinan zat tersebut adalah ....

Pilihan jawaban:

A. Asam sulfat
B. Asam cuka
C. Asam klorida
D. Asam formiat
Perhatikan titik-titik pada pokok soal. Tiga titik pertama adalah tanda ellipsis,
Sedangkan titik keempat adalah titik tanda akhir kalimat soal. Dasar pertanyaan: Ada
suatu zat cair. Zat tersebut menghantarkan arus listrik dan memerahkan Kertas
lakmus. Apabila ditetesi perak nitrat, zat tersebut menjadi keruh Keputihan.

Tes subyektif

Tes subjektif sering disebut dengan tes uraian, tes ini peserta didik memiliki Kebebasan
memilih dan menentukan jawaban, yang mengakibatkan data jawaban Bervariasi dan
menimbulkan subjektivitas dalam penilaiannya. Secara ontologis tes subjektif adalah
salah satu bentuk tes tertulis, yang susunannya terdiri atas item-item pertanyaan yang
masing-masing mengandung permasalahan dan menuntut jawaban siswa melalui uraian-
uraian kata yang merefleksikan kemampuan berpikir siswa (Sukardi, 2008). Menurut
Suherman (1993) tes subjektif adalah tes yang menuntut siswa untuk dapat menyusun dan

xxiii
memadukan gagasan-gagasan tentang hal-hal yang telah dipelajari, dengan cara
mengekspresikan atau mengemukakan gagasan tersebut secara tertulis dengan kata-kata
sendiri.

Senada dengan itu, menurut Oemar Hamalik (2001) tes subjektif adalah salah satu bentuk
tes yang terdiri dari satu atau beberapa pertanyaan subjektif, yakni pertanyaan yang
menuntut jawaban tertentu oleh siswa secara individu

Tes Subjektif dibedakan manjadi 3 macam yaitu :

a. Ingatan sederhana

Dengan ciri-cirinya, dapat dijawab dengan singkat, dapat dinilai secara objektif,
dan umumnya menggunakan kata tanya yang berupa kata bagaimana, di mana,
berapa banyak, dan kapan

b. Jawaban pendek (short answer )

Dengan ciri-cirinya meliputi : pertanyaan berisi perintah seperti berikan difinisi,


susunlah, tuliskan (jawaban berupa pernyataan atau kalimat pendek dan dapat
dinilai secara objektif.

c. Bentuk diskusi

d. Dengan ciri-cirinya : memerlukan jawaban panjang, tidak dapat dinilai secara


objektif, menggunakan kata : jelaskan, gambarkan, bandingkan, terangkan,
berikan alasan.9

Ada beberapa bentuk tes obyektif, antara lain:

a. Completion Type Test terdiri atas:


1) Completion Test (tes melengkapi)
2) Fill-in (mengisi titik-titik dalam kalimat yang dikosongkan)
Tes Obyektif bentuk fill-in mirip sekali dengan tes obyektif bentuk Completion. Letak
perbedaannya ialah, pada tes obyektif bentuk fill-in Bahan yang diteskan itu merupakan
satu kesatuan cerita, sedangkan Pada tes obyektif bentuk completion tidak harus
demikian. Dengan Kata lain, pada tes obyektif bentuk completion ini, butir-butir soal tes
Dapat saja dibuat berlainan antara yang satu dengan yang lain.

9
Magdalena Ina ,Syariah Eva Nur , Mahromiyati Mia , Nurkamilah Silvi. ANALISIS INSTRUMEN TES SEBAGAI ALAT
EVALUASI PADA MATA PELAJARAN SBdP SISWA KELAS II SDN DURI KOSAMBI 06 PAGI. Nusantara : Jurnal
Pendidikan dan Ilmu Sosia. Volume 3, Nomor 2, (Juli 2021) :276-287

xxiv
b. Selection Type Test (tes yang menjawabnya dengan mengadakan pilihan), yang terdiri
atas:
1) True false (benar-salah) adalah tes yang butir soalnya terdiri dari Pernyataan
yang disertai dengan alternatif jawaban yaitu jawaban atau Pernyataan yang
benar dan yang salah.
2) Multiple choice (pilihan ganda) yaitu tes obyektif yang terdiri atas Pertanyaan
atau pernyataan yang sifatnya belum selesai, dan untuk Menyelesaikannya harus
dipilih salah satu (atau lebih) dari beberapa Kemungkinan jawaban yang telah
disediakan pada tiap-tiap butir soal Yang bersangkutan. Tes bentuk inilah yang
umum digunakan karena Mempunyai beberapa kelebihan dibandingkan dengan
bentuk lain,Diantaranya: Pertama, materi yang diujikan dapat mencakup
sebagian Besar dari bahan pengajaran yang telah diberikan. Kedua, jawaban
Peserta didik dapat dikoreksi atau dinilai dengan mudah dan cepat. Ketiga,
penilaian akan lebih bersifat obyektif karena jawaban untuk Setiap pertanyaan
sudah pasti benar atau salah.
3) Matching (menjodohkan) Tes obyektif bentuk matching atau sering Dikenal
dengan tes menjodohkan disusun dalam dua kelompok atau Daftar yang masing-
masing memuat kata, istilah atau kalimat yang Diletakkan bersebelahan.

Teknik Penskoran

Ada tiga teknik penskoran untuk mengoreksi response siswa, pada tiap Teknik penskoran
memiliki aturan yang berbeda sehingga akan Mempengaruhi cara siswa menjawab pertanyaan,
berikut adalah tiga jenis Teknik penskoran:

a. Skor Konvensional

xxv
Skor konvensional adalah jumlah butir yang dijawab benar. Perhitungan skor dengan cara
konvensional adalah menjumlahkan seluruh Respons siswa pada satu tes. Nilai yang

diberikan pada tes pilihan ganda Adalah 1 untuk setiap butir benar dan 0 untuk setiap butir
salah. Di dalam Penjumlahan itu, setiap skor tunggal dapat saja diberi bobot berlainan.
Namun, bila tidak dinyatakan secara khusus maka bobot skor tunggal itu Dianggap sama.
Maka, didapat rumus untuk skor konvensional untuk Responden ke i pada butir 1 – m
adalah:

b. Skor Penalti
Teknik penskoran penalti adalah penskoran yang mengurangi skor Total jawaban benar
dengan jumlah jawaban salah. Penilaian penalti Dilakukan karena pada tes pilihan ganda
memungkinkan siswa untuk Menebak ketika memilih pilihan jawaban. Siswa yang tidak
mengetahui Jawaban yang benar cenderung melakukan tebakan. Teknik penskoran ini
juga diharapkan Akan membuat siswa menjadi lebih fokus pada butir tes, lebih berhati-
hati Dalam memilih jawaban, dan berusaha agar keadaan emosional tetap Terjada agar
tidak mempengaruhi konsentrasi ketika memilih jawaban. Ada dua cara menskor
dengan cara penalti rumus untuk skor penalti yang pertama adalah:

xxvi
Berikut adalah rumus mencari taraf sukar pada tes yang diskor Menggunakan teknik

penskoran penalti:

Rumus penalti yang pertama hanya menghitung jumlah jawaban salah Namun tidak melibatkan
butir yang tidak dijawab, rumus penalti kedua Melibatkan pula butir yang tidak dijawab
sehingga pengurangan terhadap skor total jawaban benar menjadi lebih besar, rumus yang
kedua adalah Sebagai berikut:

c. Skor Kompensasi
Skor kompensasi adalah cara pensekoran yang memberi tambahan Skor sesuai dengan
jumlah butir yang tidak dijawab dibagi jumlah pilihan Jawaban. Hal ini dilakukan agar
kemungkinan skor yang didapat antara Siswa yang menebak dengan siswa yang tidak
menebak dan membiarkan Jawaban tidak diisi menjadi sama, sehingga siswa akan
memilih untuk Tidak menebak.

xxvii
Dari rumus di atas, diketahui bahwa responden yang tidak menerka, Dengan jumlah
seluruh responden n tidak menjawab sebanyak N butir, Diberi kompensasi skor menjadi
sama. Ini berarti butir yang tidak dijawab Diberi kompensasi sebesar x, sehingga:

Scoring tes objektif

1. Fill-in dan completion (tes isian dan melengkapi)


Cara menilai tes bentuk ini ada dua pendapat, yang pertama mengatakan bahwa skor
maksimum setiap bentuk fill-in sama dengan jumlah isian yang ada pada test tersebut.
Jika pada suatu test bentuk fill-in ada 10 item, dan setiap item berisi satu isian, dua isian
atau tiga isian, maka cara menilainya dihitung menurut jumlah isian yang ada pada
seluruh item.

Rumus penskoran untuk fill-in dan completion adalah sebagai berikut:

S=R

S : Skor terakhir / yang diharapkan

R : Jumlah isian yang dijawab betul (right)

Contoh penggunaan :

Misalnya sebuah test berbentuk fill-in mengandung 30 isian, Ahmad mengerjakan test
tersebut 23 isian betul, 3 isian salah, dan 2 isian kosong (tidak dijawab). Maka skor
Ahmad : 23 (tiap isian diberi nilai 1).

2. True-False (tes benar-salah)

xxviii
Setiap item tes bentuk true false diberi skor maksimum 1 (satu). Jadi apabila suatu item
dijawab betul (sesuai dengan kunci jawaban), maka skornya adalah 1 (satu). Akan tetapi,
jika dijawab salah (tidak sesuai dengan kunci jawaban), maka skornya 0 (nol). Untuk
menghitung skor akhir dari seluruh item test bentuk true false biasanya digunakan
rumus sebagai berikut :

S = Skor terakhir / yang diharapkan

R = Jumlah item yang dijawab betul (right)

W = Jumlah item yang dijawab salah (wrong)

N = Banyaknya option untuk true false selalu dua

1 = Bilangan tetap (konstanta)

Keterangan penggunaan :

Umpamakan jumlah item true-false (B-S) = 20. Seorang siswa bernama Ali dapat
menjawab betul 13 item dan salah 7 item, maka skor yang diperoleh Ali adalah sebagai

berikut :

Aman dapat menjawab betul 10 item, dan salah 10 item. Skor yang diperoleh sebagai
berikut :

Bakir hanya dapat menjawab 8 item betul dan 12 item salah, maka skor yang diperoleh

Bakir ialah :

Dengan menggunakan rumus tersebut ternyata bahwa siswa yang hanya dapat
menjawab betul setengah dari jumlah item akan mendapatkan skor 0 (nol). Dan siswa
yang menjawab betul kurang dari setengah akan mendapatkan skor minus.

xxix
1. choice (tes pilihan ganda)
Cara menskor terakhir dari tes yang berbentuk multiple choice dipergunakan rumus
sebagai berikut :

Contoh penggunaan :

Umpamakan kita membuat test berbentuk multiple choice sebanyak 20 item, dengan
item alternatif jawaban (A, B, C, D) 4 tiap item. Seorang siswa bernama Ipung dapat
menjawab betul 14 item dan salah 6 item, maka skor yang diperoleh Ipung dari test
tersebut sebagai berikut :

Jika dalam mengerjakan tes berbentuk true false / multiple choice terdapat item yang
tidak dijawab (dikosongkan) maka dalam penilaian atau scoring, item yang tidak dijawab
itu tidak diperhitungkan (tidak dianggap benar dan tidak dianggap salah).

Sebagai contoh :

a. True false

Jumlah 30 item

Dijawab betul 19 item

Dijawab salah 8 item

Tidak dijawab 3 item

Skor yang diperoleh :

Jadi, yang diperhatikan dalam scoring hanya 27 item.

xxx
b. Multiple choice

Jumlah 20 item

Yang dijawab betul 16 item

Yang dijawab salah 3 item

Tidak dijawab 1 item

Skor yang diperoleh :

2. Matching (test menjodohkan)


Untuk menilai tes yang berbentuk matching diperhitungkan dari jumlah item yang
dijawab betul saja, rumusnya sama dengan completion, yaitu :

S=R

Contoh penggunaan :

a. Misalnya berbentuk matching sebanyak 10 item. Hari dapat mengerjakan test tersebut 7
item betul dan 3 item salah, maka skor yang diperoleh Hari = 10 – 3 = 7
Mira dapat mengerjakan 5 item betul, 3 item salah, 2 item dikosongkan atau tidak
dijawab, maka skor yang diperoleh Mira = 5.Jadi, dengan rumus penskoran tersebut di
atas, item yang di jawab salah dan item yang tidak dijawab atau dikosongkan, kedua-
duanya dianggap salah karena yang diperhitungkan hanya item yang dijawab betul.

b. Cara lain dalam penilaian test berbentuk matching dapat juga dilakukan dengan
menentukan tingkat kesukaran (difficulty index) dari tes tersebut dibandingkan dengan
test-test bentuk lain yang digunakan bersama-sama. Cara lain yang kedua ini perlu
dilakukan jika kita menganggap bahwa items yang berbentuk matching itu lebih sukar
dari pada items bentuk lain yang digunakan bersama-sama dalam suatu tes.
Misalkan suatu tes terdiri atas tiga macam bentuk yaitu true-false, multiple choice, dan
matching kita telah menetapkan bahwa tingkat kesukaran tiap item dari ketiga macam
bentuk test tersebut berturut-turut adalah 1,2 dan 4. Ini berarti bahwa nilai tiap item
yang betul dari true false, multiple choice, dan matching = 4.

xxxi
Andaikata tes yang berbentuk matching itu ada 10 item, dan Basir dapat menjawab
betul 7 item, maka skor yang diperoleh Basir = 7 x 4 = 28.

3. Jawaban singkat
Dengan bentuk jawaban singkat menuntut siswa untuk menemukan sendiri jawaban
singkat atas pernyataan dalam soal test. Test bentuk ini tidak memberikan peluang
untuk menebak jawaban dari kemungkinan jawaban yang tersedia seperti pada bentuk
pilihan. Dengan demikian sistem koreksi untuk faktor tebakan pun tidak dikenakan pada
test bentuk ini. Dengan bentuknya yang sangat berbeda dari bentuk pilihan, maka cara
penskorannya pun tidak seperti bentuk pilihan, yang perlu disiapkan untuk skoring test
bentuk jawaban singkat hanyalah lembaran tidak dapat dibuat kunci skoring.

Lembaran kunci jawaban memuat semua kemungkinan jawaban yang dapat dibenarkan
atas pernyataan sebuah soal. Apabila terdapat soal sebagai berikut:

Apabila hasil test membentuk kurva juling negatif berarti soal-soal tes itu …………

Butir soal semacam ini mengundang banyak kemungkinan jawaban yang dapat diterima
karena memang benar.

Jawaban atas soal tersebut misalnya :

- Mudah

- Gampang

- Sukar

- Tingkat kesukaran rendah

- Indeks kesukaran diatas 0.85

Dan mungkin ada yang lain lagi.

Untuk soal-soal hitungan lebih banyak lagi kemungkinan, tanpa pembatasan yang tegas,
yang harus diterima sebagai jawaban yang benar. Contoh :

Jawabannya dapat : 3.33, 3.3, 31/3, 32/6, 33/9 dan seterusnya.

xxxii
Meskipun jawaban yang diminta dalam test bentuk ini adalah jawaban yang singkat,
terdapat variasi jawaban siswa mulai dari yang lengkap sampai dengan yang kurang
lengkap, namun masih menunjukkan bahwa siswa mempunyai sedikit pengetahuan
mengenai materi yang dinyatakan itu. Oleh karena itu kemungkinan-kemungkinan
jawabannya perlu diberikan pembobotan. Misalnya dengan pembandingan 3 : 2 : 1 atau
4 : 3 : 2 : 1 atau langsung saja diberi tingkatan skor 2 yang lengkap sekali, 1.5 yang
lengkap dan yang kurang lengkap10

Teknik membuat tes subjektif dan scoring

Soal-soal bentuk uraian jika direncanakan dengan baik, sangat tepat untuk menilai
proses berfikir seseorang serta kemampuannya mengekspresikan buah pikiran,
kelemahan yang sering dirasakan penggunaan soal-soal bentuk uraian ini antara lain
terbatasnya lingkup bahan pelajaran yang dinilai dan sulitnya mengoreksi jawaban
dengan objektif. Adapun teknik menskor soal-soal non objektif (essay) adalah sebagai
berikut :

Nilailah jawaban-jawaban soal essay dalam hubungannya dengan hasil belajar yang
sedang diukur.

1. Untuk soal-soal isian dengan jawaban terbatas (restricted-response questions) berilah


jawaban skor dengan point method gunakan pedoman jawaban sebagai petunjuk.
Tulislah lebih dahulu pedoman jawabannya untuk tiap soal, dan tentukan nilai skor yang
dikenakan pada tiap soal atau bagian soal (dengan weighting atau pembobotan).
2. Untuk soal-soal isian dengan jawaban terbuka, nilailah dengan rating method, gunakan
kriteria tertentu sebagai pedoman penilaian.Soal-soal essay menurut jawaban yang
terbuka dan bebas sehingga seringkali tidak mungkin untuk menyiapkan pedoman
jawabannya. Oleh karena itu, biasanya guru atau pembuat test menilai tiap jawaban
dengan menimbang-nimbang kualitasnya dan hubungannya dengan kriteria yang telah
ditetapkan sebelumnya. Jadi bukan menskor point demi point dengan kunci jawaban,
untuk itu bisa dilakukan dengan mengklasifikasikan jawaban-jawaban itu ke dalam 5
tingkat, yang selanjutnya diberi nilai 0, 1, 2, 3, 4 atau A, B, C, D dan E.
3. Evaluasilah semua jawaban siswa, soal demi soal dan bukan siswa demi siswa. Dengan
demikian dapat dihindarkan terjadinya halo effect.
4. Evaluasilah jawaban-jawaban soal essay tanpa mengetahui identitas atau nama murid
yang mengerjakan jawaban itu.

10
Khaerudin, Teknik Penskoran Tes Obyektif Model Pilihan Ganda 185 TEKNIK PENSKORAN TES OBYEKTIF MODEL
PILIHAN GANDA, Jurnal Madaniyah,Volume 2 Edisi XI (2016) : 185-202

xxxiii
5. Bila mana mungkin, mintalah dua atau tiga orang guru lain, yang mengetahui masalah
itu untuk menilai tiap jawaban, ini diperlukan untuk mengecek keandalan skoring
terhadap jawaban-jawaban essay itu11

I. Komponen – komponen menyusun tes


Dalam pendidikan, yang dimaksud dengan tes adalah cara atau prosedur dalam
rangka pengukuran dan penilaian di bidang pendidikan yang digunakan untuk
mengetahui kemampuan kognitif dan psikomotor, yang berbentuk pemberian tugas atau
serangkaian tugas berupa pertanyaan atau perintah oleh tester sehingga dapat dihasilkan
nilai yang melambangkan tingkah laku atau prestasi testee, nilai yang dicapai dapat
dibandingkan dengan nilai standar tertentu12. Adapun ciri – ciri dari tes hasil belajar
yaitu:
1. Validitas
Tes hasil belajar dinyatakan valid apabila tes hasil belajar (sebagai alat pengukur
keberhasilan peserta didik) dengan secara tepat, benar, sahih telah dapat
mengukur atau mengungkap hasil-hasil belajar yang telah dicapai oleh peserta
didik, setelah mereka mempunyai proses belajar mengajar dalam jangka waktu
tertentu.
2. Reliabilitas
Suatu tes dikatakan telah memiliki reabilitas apabila bila skor-skor atau nilai-nilai
yang diperoleh para peserta ujian untuk pekerjaan ujiannya adalah stabil, kapan
saja dimana saja dan oleh siapa saja ujian itu dilaksanakan, diperiksa dan dinilai.
3. Obyektivitas
Sebuah tes dikatakan sebagai tes hasil belajar yang obyektif apabila tersebut
disusun dan dilaksanakan menurut apa adanya. Dari segi materi berdasarkan
bahan pelajaran yang telah diberikan sesuai atau sejalan dengan tujuan
instruksional khusus yang telah diberikan. Ditinjau dari segi pemberian skor dan
penentuan nilai hasil tesnya maupun dalam melakukan koreksi terhindar dari
unsur-unsur subyektivitas yang melekat pada diri penyusun tes.
4. Praktikabilitas
Sebuah tes bersifat praktis apabila 1) bersifat sederhana, tidak memerlukan
peralatan yang banyak atau peralatan yang sulit pengadaannya. 2) tes dilengkapi
kunci jawabannya dan pedoman skoring dan penentuan nilainya, 3) tes hasil
belajar tidak memakan waktu yang lama, tenaga yang banyak serta biaya yang
banyak.
Sebelum menyusun tes, ada beberapa langkah yang harus diperhatikan dalam menyusun
tes yaitu :

11
Ngalim Purwanto, op.cit., hal. 64
12
Hellin Putri et al., “Instrumen Penilaian Hasil Pembelajaran Kognitif Pada Tes Uraian Dan Tes Objektif,” Jurnal
Papeda 4, no. 2 (2022): 139–148.

xxxiv
1. Menentukan tujuan mengadakan tes. Menentukan alasan diselenggarakan tes,
perlu dipastikan alasan manakah yang melatar belakangi. Misalnya: formatif,
sumatif, selektif, placement, diagnostik, motivatif, komprehensif.
2. Mengadakan pembatasan terhadap bahan yang akan diteskan.
3. Memastikan tujuan instruksional yang akan diujikan. Tujuan harus detail dan
rinci. Tujuan yang bersifat khusus diharapkan dapat diamati, diukur, dan dinilai.
4. Menderetkan semua TIK dalam tabel persiapan yang memuat pula aspek tingkah
laku. Pada tabel lajur vertikal untuk mencantumkan TIK dan lajur horisontal
untuk mencantumkan aspek lingkah laku misalnya: ingatan pemahaman, aplikasi,
dan lain-lain.
5. Memilih butir tes disesuaikan dengan tujuan instruksional. Perlu dicermati
karakteristik masing-masing jenis tes.
6. Membuat tabel spesifikasi atau disebut blue-print. Blue-print atau kisi-kisi adalah
sebuah tabel yang memuat tentang perincian materi dan tingkah laku beserta
proporsi yang dikehendaki oleh penilai. Tabel spesifikasi mempunyai kolom dan
baris yang nampak hubungan antara materi, TIK, kegiatan belajar, dan evaluasi.
Adapun langkah-langkah dalam membuat blue-print yaitu a) mencantumkan
pokok materi, b) menentukan presentasenya, c) menentukan jumlah soal, d)
merinci banyaknya butir soal untuk tiap pokok materi, e) menentukan aspek yang
diukur dan presentasenya, f) menentukan banyaknya butir soal tiap sel.
7. Menuliskan butir-butir soal dengan memperhatikan rambu-rambu penulisan.
8. Melakukan uji coba soal dan tes untuk mendapatkan soal tes yang baik.
9. Menganalisis butir soal dengan menggunakan uji konstruksi dan uji statistik.
10. Merevisi dan merakit soal tes dengan melakukan perbaikan atau diganti.
11. Memberi label pada soal tes setelah soal tes tersebut memenuhi syarat, baik dilihat
dari butir-butir maupun secara keseluruhan. Dilengkapi dengan petunjuk cara
menggunakan soal tes, waktu yang diperlukan untuk mengerjakan, validitas isi,
tingkat kesukaran, daya beda, distribusi jawaban dan reliabilitas soal tes

Dan adapun komponen – komponen dalam menyusun tes adalah sebagai berikut :

1. Buku tes, yakni lembaran atau buku yang memuat butir-butir soal yang harus
dikerjakan siswa.
2. Lembar jawaban tes, yakni lembaran yang disediakan oleh penilaian bagi testee
untuk mengerjakan tes.
3. Kunci jawaban tes, berisi jawaban-jawaban yang dikehendaki. Ide daripada
adanya kunci jawaban ini adalah agar: (1) Pemeriksaan tes dapat dilakukan orang
lain. (2) Pemeriksaannya betul. (3) Dilakukan dengan mudah (4) Sesedikit
mungkin masuknya unsur subjektif.

xxxv
4. Pedoman Penilaian Pedoman penilaian atau skoring berisi keterangan perincian
tentang skor atau angka yang diberikan kepada siswa bagi soal-soal yang telah
dikerjakan
J. Penyusunan Tes Kognitif dan Teknik Penskorannya
Ranah kognitif adalah ranah yang mencakup kegiatan mental (otak). Dalam ranah
kognitif itu terdapat enam aspek atau jenjang proses berfikir, mulai dari terendah sampai
dengan jenjang yang paling tinggi. Keenam jenjang atau aspek yang dimaksud adalah: 1)
Mengingat (C1); 2) Memahami (C2); 3) Menerapkan (C3); 4) Menganalisis (C4); 5)
Mengevaluasi (C5); 6) dan Mencipta (C6).13
 Penyusunan Tes Ranah Kognitif
1. Tes bentuk Pilihan Ganda
Tipe butir soal ini dikenal dengan nama multiple choice test. Yang dimaksud
dengan butir soal pilihan ganda ialah suatu butir soal yang alternatif jawabannya
lebih dari dua. Pada umumya jumlah alternatif jawabannya berkisar antara empat
atau lima. Bila alternatif itu lebih dari lima maka akan sangat membingungkan
peserta tes. Sebutir soal bentuk pilihan ganda terdiri dua bagian, yaitu 1)
pernyataan atau disebut stem dan 2) alternatif jawaban atau disebut option.14
Adapun penyusunan tes bentuk pilihan ganda yaitu :
a) Saripati permasalahan harus ditempatkan pada pokok soal (stem)
b) Hindari pengulangan kata-kata yang sama dalam pilihan.
c) Hindari rumusan kata yang berlebihan.
d) Kata-kata yang melengkapi harus diletakkan pada ujung pernyataan.
e) Susunan alternatif jawaban dibuat teratur dan sederhana.
f) Hindari penggunaan kata-kata teknis atau istilah yang aneh.
g) Semua pilihan jawaban harus homogen dan diinginkan sebagai jawaban
yang benar.
h) Hindari keadaan dimana jawaban yang benar selalu ditulis lebih panjang
dari jawaban yang salah.
i) Hindari adanya petunjuk indikator pada jawaban yang benar.
2. Tes bentuk jawaban singkat
Tes jawaban singkat adalah bentuk tes yang berupa kalimat pertanyaan yang
harus dijawab dengan jawaban singkat atau kalimat perintah yang harus
dikerjakan atau berupa kalimat pernyataan yang belum selesai sehingga testee
harus mengisikan kata untuk melengkapi kalimat tersebut.Bentuk tes ini tepat
digunakan untuk mengetahui tingkat ingatan/hafalan dan pemahaman peserta
didik.
Adapun penyusunan tes bentuk jawaban singkat yaitu:

13
Ibid.
14
Dedi Rosyidi, “Teknik Dan Instrumen Asesmen Ranah Kognitif,” Tasyri` : Jurnal Tarbiyah-Syari`ah-Islamiyah 27,
no. 1 (2020): 1–13.

xxxvi
a) Rumusan butir soal harus sesuai dengan kemampuan (kompetensi dasar
dan indikator)
b) Jawaban yang benar hanya satu
c) Rumusan kalimat soal harus komunikatif
d) Rumusan soal harus menggunakan bahasa yang baik, kalimat singkat, dan
jelas sehingga mudah dipahami
e) Jawaban yang dituntut oleh butir berupa kata, frase, angka, simbol, tahun,
tempat, dan sejenisnya harus singkat dan pasti.
f) Rumusan butir soal tidak merupakan kalimat yang belum lengkap, bagian
yang dikosongkan (perlu diisi oleh testee) maksimud dua untuk satu
kalimat soal
g) Titik-titik kosong sebagai tempat jawaban hendaknya diletakan pada akhir
atau dekat akhir kalimat daripada pada awal kalimat.
3. Tes Bentuk Menjodohkan
Tipe butir soal ini dikenal dengan nama matching-test. Istilah ini sering dikenal
dengan tes mencari pasangan, tes menyesuaikan, tes menjodohkan, dan tes
mempertandingkan.15 Butir soal tipe ini ditulis dalam dua kolom. Kolom pertama
adalah pokok soal atau stem atau biasanya disebut premis. Kolom kedua adalah
kolom jawaban. Tugas testee ialah menjodohkan pernyataan-pernyataan yang ada
di bawah kolom premis dengan pernyataan-pernyataan yang ada di bawah kolom
jawaban.
Adapun penyusunan tes bentuk menjodohkan yaitu:
a) Pernyataan pada kolom pertama dan kolom kedua masing-masing
haruslah terdiri dari kelompok yang homogen.
b) Pernyataan pada kolom kedua harus lebih banyak dari kolom yang
pertama.
c) Hendaknya diatur sedemikian rupa, sehingga kelompok soal maupun
kelompok jawabannya berada pada satu halaman kertas.
d) Petunjuk cara mengerjakan dibuat seringkas dan setegas mungkin
4. Tes Bentuk Uraian
Tes uraian disebut pula dengan tes esai (essay test) atau tes subjektif. Dikatakan
tes subjektif terutama terkait dengan proses pemeriksaan dan pemberian skor dari
tester (evaluator) yang relatif lebih bersifat subjektif jika dibandingkan dengan
pada tes objektif. Tes bentuk uraian ini ada dua macam, yaitu:
1) Tes uraian terbatas, disebut pula dengan tes uraian terstruktur atau tes
uraian objektif adalah tes uraian yang sifat jawabannya dibatasi (sudah
terarah) baik ditinjau dari segi materi maupun jawabannya. Penskoran
pada tes uraian terbatas cenderung lebih konsisten dan objektif.

15
Putri et al., “Instrumen Penilaian Hasil Pembelajaran Kognitif Pada Tes Uraian Dan Tes Objektif.”

xxxvii
2) Tes Uraian bebas, yaitu bentuk tes uraian yang menghendaki jawaban
yang terurai (jawaban panjang). Tes uraian bebas ini bebas melalui tulisan
atau karangan. Jadi testee memiliki kebebasan mengemukakan jawaban
melalui tuliasan. Benar tidaknya tulisan testee hanya dapat diskor oleh
guru yang benar-benar berpegalaman

Adapun bentuk penyusunan tes bentuk uraian yaitu:


a) Soal harus sesuai dengan kompetensi dasar dan indikator yang terdapat
pada kurikulum. Artinya, soal uraian harus menanyakan perilaku dan
materi yang hendak diukur sesuai dengan tuntutan kompetensi dasar dan
indikator.
b) Ruang lingkup berupa batasan pertanyaan dan jawaban harus jelas dan
tegas
c) Rumusan pertanyaan atau penyataan harus menggunakan katakata tanya
atau kata pentih yang menntut jawaban terurai seperti: “bandingkan ...”,
“berikan alasan ...”, “jelaskan mengapa ..”, “uraikan..”, “tafsirkan ...”, dan
semacamnya yang menghendaki jawaban terurai
d) Isi materi yang ditanyakan harus sesuai dengan jenjang dan jeni sekolah
dan tingkat sekolah
e) Rumusan pertanyaan jangan mengguakan kata yang tidak menuntut
peserta didik untuk menguraikan seperti: siapa, kapan, dimana, apakah,
dan bila.
f) Buatlah pedoman penskoran segera setelah soal uraian selesai ditulis.
Pedoman penskoran harus dibuat dengan cara menguraikan kriteria
penskoran atau komponen yang akan dinilai seperti rentang skor dan
besarnya skor untuk setiap kriteria.
g) Sesaat setelah butir-butir soal disusun, hendaknya segera drumuskan kunci
jawabannya, atau setidak-tidaknya disiapkan ancer-ancer jawaban
betulnya
h) Rumusan butir soal harus menggunakan bahasa indonesia yang baku dan
bahsa yang sederhanaserta komunikatif sehingga mudah dipahami oleh
peserta didik. Penulis soal jangan sampai menggunkan istilah atau kalimat
yang bertele-tele tidak terfokus pada inti permaslahan sehingga sukar
dipaham oleh testee.
 Teknik Penskoran Ranah Kognitif
1. Tes bentuk pilihan ganda

Kelas / Semester : X / 1

Muatan Pelajaran : IPA Biologi

KD : 3.2 Memahami berbagi system dalam kehidupan manusia

xxxviii
Indikator :

3.2.11 Menyebutkan tingkat takson pada system klasifikasi makhluk hidup

3.2.12 Menentukan system klasifikasi makhluk hidup klasifikasi binomial

Butir soal:

1. Tujuan dari klasifikasi adalah....


A. mencari perbedaan makhluk hidup
B. mencari kesamaan dan perbedaan makhluk hidup
C. menyederhanakan objek studi tentang makhluk hidup
D. setiap makhluk hidup diberi satu nama
E. mengidentifikasikan tumbuhan untuk herbarium

Jawaban :B

Teknik Penskoran tanpa menerapkan sistem denda terhadap jawaban


a) menghitung jawaban benar setiap testee dan kemudian dikalikan bobot skor setiap
soal. Cara ini dapat diformulasikan sebagai berikut: S = ƩR x Wt
Di mana:
S : Score (skor yang sedang dicari)
ƩR: Right (jumlah jawaban betul)
Wt: Weigt (bobot skor setiap soal)
b) Menghitung jumlah jawaban benar dan setiap butir yang dijawab benar diberi skor
satu, sehingga jumlah skor yang diperoleh peserta didik adalah bayaknya butir yang
dijawab benar. Cara ini dapat diformulasikan sebagai berikut: S = ƩR

2. Pada siang hari, di dalam kolam air tawar yang juga ditumbuhi ganggang terdapat
gelembung-gelembung yang menempel di dinding kolam. Gelembung udara ini berisi
gas.....
A. nitrogen
B. karbon monoksida
C. oksigen
D. karbondioksida
E. ammonia

Jawaban C

Teknik Penskoran dengan menerapkan denda terhadap jawaban tebakan


Dapat dihitung dengan menggunakan formula sebagai berikut:
S = ƩR – (ƩW : ( O – I)

xxxix
Di mana:
S : Skor yang sedang di cari
ƩR: Right (jumlah jawaban betul)
ƩW : Wrong (jumlah jawaban salah)
O : Banyaknya opsi (pilihan) yang dipasang pada soal
I : Bilangan Konstan (tetap)

2. Tes Bentuk Jawaban Singkat


Kelas / Semester : Xl / 1
Muatan Pelajaran : IPA Biologi
KD : 3.2. Menganalisis berbagai proses pada sel yang meliputi: mekanisme
transpor pada membran, difusi, osmosis, transpor aktif, endositosis, dan
eksositosis, reproduksi, dan sintesis protein sebagai dasar pemahaman
bioproses dalam sistem hidup
Indikator :
3.2.1. Menjelaskan mekanisme transport pasif difusi melalui kegiatan demonstrasi
membuat sirup.
3.2.2. Menjelaskan mekanisme transport pasif osmosis pada kentang yang diberi lubang
dan diisi larutan gula.

Contoh butir soal:


Proses masuknya zat cair kedalam sel terjadi secara......

Jawaban : Pinositosis

Teknik Penskorannya
jawaban benar diberi skor satu (1) dan jawaban salah diberi skor nol (0). S = ƩR

3. Tes Bentuk Menjodohkan


Kelas / Semester : Xl / 1
Muatan Pelajaran : IPA Biologi
KD : 3.4 Menganalisis keterkaitan antara struktur sel pada jaringan hewan
dengan fungsi organ pada hewan
Indikator :
3.4.1. Menganalisis letak dan fungsi jaringan pada hewan
3.4.2. Menganalisis keterkaitan antara struktur sel pada jaringan hewan dengan fungsi
organ pada hewan

Contoh butir soal:

xl
Jodohkan pernyataan pada bagian A dengan jawaban yang tepat pada bagian B. Isikanlah
jawaban pada bagian yang disediakan!

A B
1. Jaringan muda yang sel-selnya aktif membelah a. Kolenkim
secara mitosis.
2. Jaringan yang tersusun dari sel-sel yang menutupi b. Meristemapikal
permukaan organtumbuhan.
3. Jaringan dasar yang terbentuk dari sel-sel hidup c. Kutikula
dengan strukturmorfologi yang bervariasi.
4. Jaringan penguat pada organ-organ tumbuhan yang d. Trikoma
masih aktifmengadakan pertumbuhan dan
perkembangan. e. Meristemlateral
5. Jaringan penguat pada organ-organ tumbuhan yang
sudah berhentimelakukan pertumbuhan dan f. Meristem
perkembangan.
6. Mengangkut air dan garam-garam mineral dari akar g. Sklerenkim
menuju ke daun.
7. Mengangkut dan mendistribusikan zat makanan h. Aerenkim
hasil fotosintesisdari daun ke seluruh
bagian tumbuhan. i. Floem
8. Modifikasi atau derivat epidermis (biasanya berupa
duri, rambut dansisik) j. Parenkim
9. Lapisan pelindung yang terdiri dari lapisan lilin
10. Parenkim yang mampu menyimpan udara k. Xilem
karena memiliki ruangantar sel yang besar
l. Epidermis

m. Kambium

Teknik Penskorannya
jawaban benar diberi skor satu (1) dan jawaban salah diberi skor nol (0). S = ƩR

4. Tes Bentuk Uraian


Kelas / Semester : X / 1
Muatan Pelajaran : IPA Biologi
KD : 3.2 Memahami berbagi system dalam kehidupan manusia
Indikator :
3.2.11 Menyebutkan tingkat takson pada system klasifikasi makhluk hidup
3.2.12 Menentukan system klasifikasi makhluk hidup klasifikasi binomial

Contoh butir soal

xli
Apa yang mendasari perbedaan tiap tingkat klasifikasi pada makhluk hidup ? Jelaskan
dan berikan contoh !

Teknik penskorannya
Pada tes bentuk uraian, pemberian skor umumnya mendasarkan diri pada bobot yang
diberikan untuk setiap butir soal, atas dasar tingkat kesukarannya, atau atas dasar banyak
sedikitnya unsur yang harus terdapat dalam jawaban yang dianggap paling baik atau
paling benar.

xlii
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
 Penilaian kompetensi pengetahuan atau kognitif adalah penilaian yang dilakukan guru
untuk mengukur tingkat percapaian atau penguasaan peserta didik dalam aspek
pengetahuan yang meliputi ingatan atau hafalan, pemahaman,penerapan, atau aplikasi
analisis, sintesis dan evaluasi.
 Ruang lingkup dalam penilaian kompetensisi penialian pengetahuan yaitu Pengetahuan
Hafalan (knowledge), Pemahaman (comprehension), Penerapan (Aplication), Analisis
(Analysis), Sintesis (Syinthesis), Evaluasi (Evaluation).
 Ada beberapa cara atau teknik menilai dalam penilaian kompetensi pengetahuan yakni tes
tertulis, tes lisan dan tes penugasan/proyek. Adapun instrument nilai kompetensi
pengetahuan yaitu bentuk pilihan ganda, bentuk isian, bentuk benar salah, bentuk
menjodohkan, bentuk uraian, bentuk Tanya jawab, bentuk penugasan individu, dan
penugasan kelompok
 Telaah soal atau analisis kualitatif soal adalah mengkaji secara teoritik soal tes yang telah
tersusun. Telaah ini dilakukan dengan memperhatikan tiga aspek, yaitu aspek materi,
aspek konstruksi, dan aspek bahasa.
 Analisis butir soal (item analysis) merupakan suatu kegiatan dalam menentukan tingkat
kebaikan butir-butir soal suatu tes. Informasi yang diperoleh dari kegiatan analisis butir
soal dapat digunakan untuk memperbaiki butir soal yang sudah dibuat. Untuk mencapai
butir-butir soal yang valid dan reliabel maka butir soal perlu dianalisis, yakni analisis
secara teoritik atau telaah butir dan analisis kuantitatif untuk melihat tingkat kesulitan
butir, daya beda butir, dan keberfungsian distraktor.
 Kunci jawaban adalah sebuah jawaban untuk menyelesaikan masalah yang ditujukan
dengan menggunakan kalimat, angka, atau symbol. Pedoman penilaian atau skoring brisi
keterangan perincian tentang skor atau angka yang diberikan kepada siswa bagi soal-soal
yang telah dikerjakan. Adapun langkah-langkah penyusunan pedoman penskoran yaitu:
1). Menuliskan semua jawaban yang benar atau kata kunci jawaban untuk setiap nomor
soal, 2) setiap kata kunci jawaban diberi skor satu dan, 3) jumlahkan skor dari semua kata
kunci jawaban yang sudah di tetapkan pada soa (jumlah ini disebut skor maksimum dari 1
soal)
 Adapun pemanfaatan hasil belajar peserta didik yaitu untuk memperbaiki program
pelajaran pada masa pendatang terutama dalam kegiatan bealjar mengajar, memperbaiki
dan meninjau kembali tindakan mengajar dalam memilih dan menggunakan metode
mengajar dan mengembangkan kegiatan, serta melakukan diagnosis kesulitan belajar para
peserta didik. Hasil diagnosis ini dapat di jadikan bahan untuk memberikan bantuan dan
bimbingan kepada siswa.

xliii
 Soal tes objektif terdiri Atas dua bagian. Bagian pertama disebut stem atau batang tubuh
yang berisi Pertanyaan dan sering pula disertai gambar atau bagan untuk disimak. Bagian
Kedua berupa options atau pilihan jawaban. Pilihan jawaban ini bervariasi dari Dua
sampai lima pilihan bahkan mungkin lebih. Apabila perlu, soal dapat memuat Stimulus
atau dasar pertanyaan. Tes subjektif sering disebut dengan tes uraian, tes ini peserta didik
memiliki Kebebasan memilih dan menentukan jawaban, yang mengakibatkan data
jawaban Bervariasi dan menimbulkan subjektivitas dalam penilaiannya. Secara ontologis
tes subjektif adalah salah satu bentuk tes tertulis, yang susunannya terdiri atas item-item
pertanyaan yang masing-masing mengandung permasalahan dan menuntut jawaban siswa
melalui uraian-uraian kata yang merefleksikan kemampuan berpikir siswa
 Komponen – komponen yang perlu diperhatikan dalam menyusun tes adalah menentukan
tujuan mengadakan tes, mengadakan pemabatasan terhadap materi yang akan diteskan,
memastikan tujuan instruksional yang akan diujikan, menderetkan semua TIK dalam
tabel persiapan, memilih butir tes yang disesuaikan dengan tujuan instruksional, membuat
tabel spesifikasi, menuliskan butir – butir soal dengan memperhatikan rambu – rambu
penulisan, melakukan uji coba soal dan tes, menganalisis butir soal, merevisi dan merakit
soal tes dengan melakukan perbaikan atau diganti, dan memberikan label pada soal tes
setelah soal tes tersebut memenuhi syarat.
 Penyusunan tes kognitif dan teknik penskorannya
1. Tes bentuk pilihan ganda
Adapun penyusunan tes bentuk pilihan ganda yaitu :
j) Saripati permasalahan harus ditempatkan pada pokok soal (stem)
k) Hindari pengulangan kata-kata yang sama dalam pilihan.
l) Hindari rumusan kata yang berlebihan.
m) Kata-kata yang melengkapi harus diletakkan pada ujung pernyataan.
n) Susunan alternatif jawaban dibuat teratur dan sederhana.
o) Hindari penggunaan kata-kata teknis atau istilah yang aneh.
p) Semua pilihan jawaban harus homogen dan diinginkan sebagai jawaban
yang benar.
q) Hindari keadaan dimana jawaban yang benar selalu ditulis lebih panjang
dari jawaban yang salah.
r) Hindari adanya petunjuk indikator pada jawaban yang benar.
Adapun teknik penskorannya yaitu:
a) Penskoran tanpa menerapkan denda
Cara pertama adalah menghitung jawaban benar setiap testee dan
kemudian dikalikan bobot skor setiap soal. Cara ini dapat diformulasikan
sebagai berikut: S = ƩR x Wt Di mana:
S : Score (skor yang sedang dicari)
ƩR: Right (jumlah jawaban betul)
Wt: Weigt (bobot skor setiap soal)

xliv
Cara kedua adalah menghitung jumlah jawaban benar dan setiap butir yang
dijawab benar diberi skor satu, sehingga jumlah skor yang diperoleh
peserta didik adalah bayaknya butir yang dijawab benar. Cara ini dapat
diformulasikan sebagai berikut: S = ƩR
b) Penskoran dengan menerapkan denda terhadap jawaban tebakan
Dapat dihitung dengan menggunakan formula sebagai berikut:
S = ƩR – (ƩW : ( O – I)
Di mana:
S : Skor yang sedang di cari
ƩR: Right (jumlah jawaban betul)
ƩW : Wrong (jumlah jawaban salah)
O : Banyaknya opsi (pilihan) yang dipasang pada soal
I : Bilangan Konstan (tetap)
2. Tes bentuk jawaban singkat
Adapun penyusunan tes bentuk jawaban singkat yaitu:
h) Rumusan butir soal harus sesuai dengan kemampuan (kompetensi dasar
dan indikator)
i) Jawaban yang benar hanya satu
j) Rumusan kalimat soal harus komunikatif
k) Rumusan soal harus menggunakan bahasa yang baik, kalimat singkat, dan
jelas sehingga mudah dipahami
l) Jawaban yang dituntut oleh butir berupa kata, frase, angka, simbol, tahun,
tempat, dan sejenisnya harus singkat dan pasti.
m) Rumusan butir soal tidak merupakan kalimat yang belum lengkap, bagian
yang dikosongkan (perlu diisi oleh testee) maksimud dua untuk satu
kalimat soal
n) Titik-titik kosong sebagai tempat jawaban hendaknya diletakan pada akhir
atau dekat akhir kalimat daripada pada awal kalimat.
Adapun teknik penskorannya yaitu
Pemberian skor untuk tes ini, umumnya tidak memperhitungkan sanksi berupa
denda.Umumnya jawaban benar diberi skor satu (1) da jawaban salah diberi skor
nol (0). S = ƩR
3. Tes bentuk menjodohkan
Adapun penyusunan tes bentuk menjodohkan yaitu:
e) Pernyataan pada kolom pertama dan kolom kedua masing-masing
haruslah terdiri dari kelompok yang homogen.
f) Pernyataan pada kolom kedua harus lebih banyak dari kolom yang
pertama.
g) Hendaknya diatur sedemikian rupa, sehingga kelompok soal maupun
kelompok jawabannya berada pada satu halaman kertas.
h) Petunjuk cara mengerjakan dibuat seringkas dan setegas mungkin
xlv
Teknik penskoran tes bentuk menjodohkan ini sama dengan teknik penskoran tes
bentuk jawaban singkat.
4. Tes bentuk uraian
Adapun bentuk penyusunan tes bentuk uraian yaitu:
i) Soal harus sesuai dengan kompetensi dasar dan indikator yang terdapat
pada kurikulum. Artinya, soal uraian harus menanyakan perilaku dan
materi yang hendak diukur sesuai dengan tuntutan kompetensi dasar dan
indikator.
j) Ruang lingkup berupa batasan pertanyaan dan jawaban harus jelas dan
tegas
k) Rumusan pertanyaan atau penyataan harus menggunakan katakata tanya
atau kata pentih yang menntut jawaban terurai seperti: “bandingkan ...”,
“berikan alasan ...”, “jelaskan mengapa ..”, “uraikan..”, “tafsirkan ...”, dan
semacamnya yang menghendaki jawaban terurai
l) Isi materi yang ditanyakan harus sesuai dengan jenjang dan jeni sekolah
dan tingkat sekolah
m) Rumusan pertanyaan jangan mengguakan kata yang tidak menuntut
peserta didik untuk menguraikan seperti: siapa, kapan, dimana, apakah,
dan bila.
n) Buatlah pedoman penskoran segera setelah soal uraian selesai ditulis.
Pedoman penskoran harus dibuat dengan cara menguraikan kriteria
penskoran atau komponen yang akan dinilai seperti rentang skor dan
besarnya skor untuk setiap kriteria.
o) Sesaat setelah butir-butir soal disusun, hendaknya segera drumuskan kunci
jawabannya, atau setidak-tidaknya disiapkan ancer-ancer jawaban
betulnya
p) Rumusan butir soal harus menggunakan bahasa indonesia yang baku dan
bahsa yang sederhanaserta komunikatif sehingga mudah dipahami oleh
peserta didik.
Teknik penskoran tes bentuk uraian umumnya mendasarkan diri pada bobot
yang diberikan untuk setiap butir soal, atas dasar tingkat kesukarannya, atau
atas dasar banyak sedikitnya unsur yang harus terdapat dalam jawaban yang
dianggap paling baik atau paling benar.
B. Saran
Dalam penyusunan makalah ini pastilah banyak kesalahan, baik dari penulisan makalah
ini maupun dari penjelasan yang kami sajikan. Oleh karena itu sumbangsih berupa kritik
dan saran yang bersifat membangun dari rekan pembaca sangat kami harapkan demi
kemajuan kita bersama. Atas perhatian dan kerjasamanya disampaikan ribuan terima
kasih.
DAFTAR PUSTAKA

xlvi
Adi Saputra, I. P. A., Jampel, I. N., & Suwatra, I. I. W. (2021). Pengembangan Instrumen
Penilaian Kompetensi Pengetahuan Ipa Siswa Sd Kelas V. Journal for Lesson and Learning
Studies, 4(1), 13–19. https://doi.org/10.23887/jlls.v4i1.29794
Hidayah, A., & Rochmiyati, S. (2019). Pengetahuan Serta Keterampilan Dalam Buku Teks
Siswa Bahasa Indonesia Kelas Vii Kurikulum 2013. Caraka, 5(2).
Ida, F. F., & Musyarofah, A. (2021). Validitas dan Reliabilitas dalam Analisis Butir Soal. Al-
Mu’Arrib: Journal of Arabic Education, 1(1), 34–44. https://doi.org/10.32923/al-
muarrib.v1i1.2100
Mania, S., Fitriani, F., Majid, A. F., Ichiana, N. N., & Abrar, A. I. P. (2020). Analisis Butir Soal
Ujian Akhir Sekolah. Al Asma : Journal of Islamic Education, 2(2), 274.
https://doi.org/10.24252/asma.v2i2.16569
Putri, H., Susiani, D., Wandani, N. S., & Putri, F. A. (2022). Instrumen Penilaian Hasil
Pembelajaran Kognitif pada Tes Uraian dan Tes Objektif. Jurnal Papeda, 4(2), 139–148.
Rosyidi, D. (2020). Teknik dan Instrumen Asesmen Ranah Kognitif. Tasyri` : Jurnal Tarbiyah-
Syari`ah-Islamiyah, 27(1), 1–13. https://doi.org/10.52166/tasyri.v27i1.79
Sabariah. (2020). Pemanfaatan Hasil Evaluasi Dan Refleksi Pelaksanaan Evaluasi Belajar.
Jurnal Tazkiya UINSU, IX(2), hlm, 130.
Saputri, S. R., Wati, M., & Misbah. (2021). Prosiding Seminar Nasional Pendidikan IPA Tahun
2021 “Redesain Pembela jaran IPA yang Adaptif di Maa Pandemi Covid- 19” Palembang,
16 Oktober 2021. Prosiding Seminar Nasional Pendidikan IPA Tahun 2021, 2015, 1–12.
Syahputra, A. T., Nurjannah, N., & Arsyam, M. (2020). Pemberian Skor Dan Sistem Penilaian
Dalam Pembelajaran. Jurnal Pendidikan, 2(1), 1–8.

xlvii

Anda mungkin juga menyukai