OLEH :
A MANDIRI 2016
PENDIDIKAN PRA SEKOLAH DASAR
PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
MEDAN, 2019
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan rahmatnya
sehingga penulisan laporan hasil Mini Riset Pendidikan Budi Pekerti ini dapat dikerjakan dan
diselesaikan. Pada kesempatan ini penulis juga mengucapkan terimakasih kepada dosen
pengampu mata kuliah “Pendidikan Budi Pekerti” yang telah membimbing dan mengarahkan
penulis dalam menyusun Laporan Mini Riset. Penulis telah berusaha dengan segenap tenaga
dan pikiran, tetapi karena kemampuan, pengetahuan dan pengalaman yang masih sangat
terbatas maka dengan rendah hati penulis menyadari bahwa laporan dari Mini Riset tersebut
masih jauh dari sempurna, baik isi, susunan maupun tata bahasa.
Oleh sebab, itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari
semua pihak demi kesempurnaan laporan hasil Mini Riset ini. penulis berharap laporan Hasil
Mini Riset ini dapat berguna dan bermanfaat bagi penulis maupun pembaca dalam usaha
peningkatan mutu pendidikan di masa yang akan datang. Akhir kata penulis mengucapkan
terimakasih.
Penulis
Kelompok 4
i
DAFTAR ISI
LAMPIRAN ...................................................................................................................... 16
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1
dalam kelas, bukan hanya mengajar, akan tetapi juga mengarahkan siswa mengerjakan tugas,
mengawasi siswa dan melakukan evaluasi. Sehingga, guru mengalami keterbatasan waktu
dalam melakukan penilaian terhadap sikap siswa.
2
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
Dengan demikian terdapat tiga komponen sikap menurut George L. Mouly (1967)
dalam Majid (2014) yaitu:
1. Komponen afektif (kehidupan emosional individu), yakni perasaan tertentu (posiif atau
negative) yang mempengaruhi penerimaan atau penolakan terhadap objek sikap,
sehingga timbul rasa senang-tidak senang, takut-tidak takut.
2. Komponen kognitif merupakan aspek intelektual yang berhubungan ndengan belief,
idea atau konsep terhadap objek sikap.
3. Komponen behavioral merupakan kecenderungan individu untuk bertingkah laku
tertentu terhadap objek sikap.
Dari penjelasan tentang pengertian sikap dapat dijelaskan bahwa penilaian sikap
merupakan penilaian yang dilakukan guru untuk mengukur tingkat pencapaian kompetensi
sikap peserta didik yang meliputi aspek menerima atau memerhatikan (receiving atau
3
attending), merespon atau menanggapi (responding), menilai atau menghargai (valuing),
mengorganisasi atau mengelola (organization), dan berkarakter (characterization).
Dalam kurikulum 2013 sikap dibagi menjadi dua, yaitu sikap spiritual yang terkait
dengan pembentukan peserta didik yang beriman dan bertaqwa, dan sikap social yang
terkait dengan pembentukan peserta didik yang berakhlak mulia, mandiri, demokratis, dan
bertanggung jawab. Sikap spiritual sebagai perwujudan dari menguatnya interaksi vertical
dengan Tuhan YME, sedangkan sikap social sebagai perwujudan eksistensi kesadaran
dalam upaya mewujudkan harmoni kehidupan.
Berdasarkan rumusan Kompetensi Inti sikap spiritual (KI 1) dan sikap social (KI
2) setiap jenjang pendidikan mencakup:
Tabel 1. Cakupan Penilaian Sikap
Penilaian sikap spiritual Menghargai dan menghayati agama yang dianut
Penilaian sikap sosial 1. Jujur
2. Disiplin
3. Tanggung jawab
4. Toleransi
5. Gotong royong
6. Santun
7. Percaya diri
4
Bersyukur atas nikmat dan karunia Tuhan
YME.
Mensyukuri kemampuan manusia dalam
mengendalikan diri.
Mengucapkan syukur ketika berhasil
mengerjakan sesuatu.
Berserah diri kepada Tuhan setelah berikhtiar
atau melakukan usaha.
Menjaga lingkungan hidup sekitar rumah
tempat tinggal, sekolah dan masyarakat.
Memelihara hubungan baik dengan sesama
umat ciptaan Tuhan YME.
Bersyukur keada Tuhan YME sebagai bangsa
Indonesia.
Menghormati orang lain menjalankan ibadah
sesuai dengan agamanya.
Sikap sosial
5
3. Tanggung jawab Melaksanakan tugas individu dengan baik.
Adalah sikap dan perilaku Menerima resiko dari tindakan yang
seseorang untuk dilakukan.
melaksanakan tugas dan Tidak menyalahkan orang lain tanpa bukti.
kewajibannya, yang Mengembalikan barang yang dipinjam.
seharusnya dia lakukan, Mengakui dan meminta maaf atas kesalahan
terhadap diri sendiri, yang dilakukan.
masyarakat, linkungan Menepati janji
(alam, social dan budaya), Tidak menyalahkan orang lain untuk
Negara dan TUhan Yang kesalahan kita sendiri.
Maha Esa.
Melaksanakan apa yang pernah dikatakan.
4. Toleransi Tidak mengganggu teman yang berbeda
Adalah sikap dan pendapat.
tindakan yang Menerima kesepakatan meskipun berbeda
menghargai keberaaman dengan pendapatnya.
latar belakang, pandangan Dapat menerima kekurangan orang lain.
dan keyakinan. Dapat memaafkan kesalahan orang lain.
Mampu dan mau bekerja sama dengan
siapapun yang memiliki keberagaman latar
belakang, pandangan dan keyakinan.
Tidak memaksakan pendapat atau keyakinan
diri kepada orang lain.
Kesediaan untuk belajar terbuka terhadap
keyakinanan dan gagasan orang lain agar
dapat memahami orang lain.
Terbuka untuk menerima sesuatu yang baru.
5. Gorong royong Terlibat aktif dalam bekerja bakti
Adalah bekerja bersama- membersihkan kelas atau sekolah.
sama dengan orang lain Kesediaan melakukan tugas sesuai
untuk mencapai tujuan kesepakatan.
bersama dengan saling Bersedia membantu orang lain tanpa
mengharap imbalan.
6
berbagi tugas dan tolong Aktif dalam kerja kelompok.
menolon secara ikhlas. Memusatkan perhatian pada tujuan
kelompok.
Tidak mendahulukan kepentingan pribadi.
Mencari jalan untuk mengatasi perbedaan
pendapat/pikiran antara diri sendiri dan
orang lain.
Mendorong orang lain untuk bekerja sama
demi mencapai tujuan bersama.
6. Sopan santun Menghormati orang yang lebih tua.
Adalah sikap baik dalam Tidak berkata kotor, kasar, dan takabur.
pergaulan baik dalam Tidak meludah disembarang tempat.
berbahasa maupun Tidak menyela pembicaraan pada waktu
bertingkah laku. Norma yang tidak tepat.
kesantunan bersifat Mengucapkan terimakasih setelah menerima
relative, artinya yang bantuan orang lain.
dianggap baik/santun Bersikap 3S (salam, senyum, sapa)
pada tempat dan waktu
Meminta izin ketika akan memasuki ruangan
yang lain. orang lain atau menggunakan barang milik
orang lain.
Memperlakukan orang lain sebagaimana diri
sendiri ingin diperlakukan.
7. Percaya diri Berpendapat atau melakukan kegiatan tanpa
Adalah kondisi mental ragu-ragu.
atau psikologis seseorang Mampu membuat keputusan dengan cepat
yang member keyakinan Tidak mudah putus asa
kuat untuk berbuat atau Tidak canggung dalam bertindak
bertindak. Berani presentasi di depan kelas.
Berani berpendapat, bertanya atau menjawab
pertanyaan.
7
Menurut pendapat Al-Khouly (2009: 67) “Kurikulum diartikan sebagaiperangkat
perencanaan dan media untuk mengantarkan lembaga pendidikan dalammewujudkan
tujuan pendidikan yang diinginkan”. Dalam berbagai sumber referensidisebutkan bahwa
definisi kurikulum memiliki ragam pengertian, Nurgiantoro (2008:2) menyatakan bahwa
“Kurikulum merupakan alat untuk mencapai tujuan tertentudalam pendidikan. Kurikulum
dan pendidikan adalah dua hal yang sangat eratkaitannya, tidak dapat dipisahkan satu
sama yang lain”. Pendapat tersebut menggarisbawahi bahwa relasi antara pendidikan dan
kurikulum adalah relasi tujuan dan isi pendidikan. Karena ada tujuan, maka harus ada alat
yang sama untuk mencapainya,dan cara untuk menempuh adalah kurikulum.
Menurut Sanjaya (2009:3) kurikulum berhubungan erat dengan usaha
mengembangkan peserta didik sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai dalam
prosespembelajaran. Oleh karena itu, kurikulum memang dirancang dan
dikembangkansesuai dengan kebuthan siswa, sehingga keberadaan kurikulum diharapkan
dapat membantu siswa menguasai materi pembelajaran.
Berdasarkan pendapat ahli di atas maka dapat penulis simpulkan bahwa kurikulum
adalah seperangkat isi, bahan ajar, tujuan yang akan ditempuh sebagai pedoman
penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan. Kurikulum
2013 lebih menekankan pada keterlibatan siswa dalam proses belajar secara aktif dalam
proses pembelajaran, sehingga siswa dapat memperoleh pengalaman langsung dan terlatih
untuk dapat menemukan sendiri berbagai pengetahuan yang dipelajarinya. Melalui
pengalaman langsung siswa akan memahami konsep-konsep yang mereka pelajari dan
menghubungkannya dengan konsep lain yang telah dipahaminya. Kurikulum 2013
merupakan suatu hal yang relatif baru, sehingga dalam implementasinya belum
sebagaimana yang diharapkan. Masih banyak guru yang merasa sulit dalam melaksanakan
pembelajaran 2013 ini. Hal ini terjadi antara lain karena guru belum mendapat pelatihan
secara intensif tentang pembelajaran 2013 ini. Disamping itu juga guru masih sulit
meninggalkan kebiasan kegiatan pembelajaran yang penyajiannya berdasarkan mata
pelajaran/bidang studi.
Menurut Mulyasa (2013:6) Kurikulum 2013 lebih ditekankan pada pendidikan
karakter, terutama pada tingkat dasar yang akan menjadi fondasi bagi tingkat berikutnya.
Melalui pengembangan kurikulum 2013 yang berbasis karakter dan berbasis kompetensi,
diharapkan bangsa ini menjadi bangsa yang bermartabat, dan masyarkat yang memiliki
nila tambah (added value) dan nilai jual yang bisa ditawarkan kepada orag lain atau
bangsa lain. Pelaksanaan pembelajaran 2013 di sekolah dasar pada saat ini difokuskan
8
pada kelas-kelas bawah (kelas 1 dan 2) atau kelas yang anak-anaknya masih tergolong
pada anak usia dini, walaupun sebenarnya pendekatan pembelajaran 2013 ini bisa
dilakukan di semua level siswa.
BAB III
METODE PENELITIAN
9
3.1 Jenis Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode variable, wawancara dan deskriptif sehingga
pendekatan yang digunakan adalah pendekatan kualitatif. Penelitian ini tidak diarahkan
untuk membuktikan hipotesis, tetapi lebih ditekankan pada pengumpulan data yang
bertujuan untuk mendeskripsikan atau menggambarkan keadaan sesungguhnya yang
terjadi di lapangan. Tujuan utama penelitian yang kelompok kami lakukan adalah untuk
memberikan gambaran yang jelas dan akurat tentang bagaimana cara guru dan apa
kendala guru dalam menilai sikap siswa pada proses pembelajaran didalam kelas.
3.2 Metode Penelitian
Adapun metode penelitian kegiatan miniriset kami mengenai kendala guru dalam
memberikan penilaian terhadap sikap siswa yang dilakukan dengan menggunakan
metode wawancara atau metode deskriptif kualitatif.
3.3 Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian dilakukan di SD Negeri 106806 Cinta Rakyat, Medan Provinsi
Sumatera Utara.
3.4 Waktu Penelitian
Waktu penelitian dilakukan pada hari Rabu, 27 November 2019 Pukul 09.00 s.d selesai.
3.5 Subjek Penelitian
Subjek pada penelitian tersebut adalah guru kelas 2 SD Negeri 106806 Cinta Rakyat
yang bernama Ibu Martha. Alasan penulis memilih guru tersebut sebagai subjek
penelitian adalah karena guru tersebut bersedia untuk memberikan informasi mengenai
kendala dalam memberikan penilaian terhadap sikap siswa.
3.6 Prosedur Penelitian
Penulis terlebih dahulu meminta izin kepada kepala sekolah untuk melakukan penelitian
disekolah tersebut. Penulis juga meminta izin kepada guru kelas 2 tersebut untuk
bersedia diwawancarai mengenai kendala dalam memberikan penilaian terhadap sikap
siswa dikelas 2 SDN 106806 Cinta Rakyat. Setelah itu penulis menyusun pertanyaan
terkait dengan penilaian sikap siswa dalam kurikulum 2013 yang diterapkan oleh guru
tersebut. Setelah itu penulis melaksanakan kegiatan miniriset, penulis juga melakukan
observasi langsung didalam ruang kelas selanjutnya diakhiri dengan penyusunan
laporan mini riset.
3.7 Teknik Analisis Data
10
Pendekatan yang digunakan dalam penelitian tersebut adalah pendekatan kualitatif,
dimana pendekatan penelitian tersebut bertujuan untuk mendeskripsikan aktifitas siswa
dan guru dalam pelaksanaan tindakan pembelajaran.
BAB IV
11
Berdasarkan hasil observasi dan wawancara dengan guru wali kelas 2 SDN 06806 Cinta
Rakyat maka dapat diketahui bahwa guru menghadapi berbagai kendala dalam melakukann
penilaian sikap siswa pada pembelajaran tematik berdasarkan kurikulum 2013. Hasil
wawancara yang dilakukan oleh penulis dengan wali kelas 2 bahwa guru wali kelas tersebut
mengalami kesulitan dalam menumbuhkan sikap mandiri dan gemar membaca dalam diri
siswa. Saat guru mengarahkan siswa untuk belajar mandiri, terdapat beberapa siswa yang tidak
membaca atau belajar, melainkan bercerita bersama teman di sampingnya. Hal ini menunjukan
guru tidak lagi memperhatikan aktivitas siswanya. Sehingga, penilaian yang diberikan oleh
guru tidak sesuai dengan sikap siswa.
Kendala lainnya dalam melakukan penilaian sikap siswa adalah mengembangkan
kepedulian lingkungan dan kerjasama. Guru tidak dapat mengamati sikap siswa yang berkaitan
dengan kepedulian siswa terhadap lingkungan dengan baik, hal ini dikarenakan sikap ini harus
diamati oleh guru saat siswa berada di luar kelas. Hal ini menjadi kendala bagi guru
dikarenakan jumlah siswa yang lebih banyak dan membutuhkan waktu yang lama. Sikap
menghargai dan jujur juga sulit untuk ditetapkan secara tepat. Hal ini dikarenakan sikap jujur
tidak dapat diamati secara langsung dan hanya dalam beberapa kali pengamatan saja. Akan
tetapi guru harus melakukannya secara rutin dan konsisten.
Guru mengalami kendala dalam mengarahkan siswa untuk mendengarkan penjelasan
dengan baik, beberapa siswa terlihat tidak memperhatikanpenjelasan guru. Guru juga
mengalami kendala dalam mengarahkan siswa mengidentifikasi masalah, siswa belum dapat
mengidentifikasi permaslaahan yang terdapat pada materi pelajaran Selain itu, guru juga
terkendala dalam mengarahkan siswa terlibat aktif dalam diskusi.
Hasil wawancara menunjukkan bahwa guru menghadapi kesuiltan yang berbeda-beda
dalam melakukan penilaian atas sikap siswa dalam belajar. Saat guru mengarahkan siswa untuk
mengembangkan sikap sopan santun. Siswa yang masih tergolong anak-anak, masih belum
mampu memiliki sikap sopan santun, bahkan terkadang siswa masih sering membuat ribut di
dalam kelas. Guru juga sulit dalam mengarahkan sikap kerjasama pada siswa. Siswa terlihat
kurang mampu bekerjasama. Meskipun guru sudah mengarahkan dan mencontohkan cara
bekerja sama saat belajar, siswa masih saja belum mampu mengembangkannya. Selain itu,
sikap yang paling sulit dinilai adalah kejujuran dan menghargai orang lain. Hal ini dikarenakan
pada saat siswa belajar dan diamati oleh guru, siswa akan bersikap sangat baik. Akan tetapi,
jika guru tidak mengamati, maka siswa akan bersikap berbeda bahkan tidak memperdulikan
teman lainnya. Selanjutnya guru mengalami kesulitan dalam melakukan penilaian sikap
disiplin dan tanggung jawab.Hal ini sulit diamati. Apalagi proses pengamatannya dilakukan
12
secara individu. Guru terkendala dalam menentukan secara tepat siswa yang memiliki displin
yang tinggi dan siswa yang tidak memiliki disiplin yang tinggi.
Hasil wawancara dengan guru menunjukkan bahwa terdapat beberapa faktor yang
menyebabkan guru mengalami kesulitan dalam menganalisis hasil belajar siswa berkaitan
dengan sikap. Faktor pertama adalah keterbatasan waktu yang dimiliki oleh guru. Pada saat
mengajar, guru harus membagi waktu antara penyampaian materi, pemberian tugas dan proses
evaluasi. Hal inilah yang menyulitkan guru dalam melakukan penilaian sikap siswa.
Sebagaimana diketahui bahwa penilaian sikap siswa harus dilakukan secara individu dan
langsung bertatap muka. Sehingga, keterbatasan waktu yang dimiliki menjadi penghambat bagi
guru. Faktor kedua adalah jumlah siswa yang banyak dalam satu kelas. Guru harus mengamati
30 siswa dalam sekali pertemuan. Sehingga, guru harus benar-benar membagi waktunya. Guru
yang hanya berjumlah satu orang harus mengamati 30 siswa dalam waktu yang bersamaan.
Faktor ketiga adalah guru sulit untuk mengarahkan siswa yang belum memiliki sikap yang
baik. Pada saat proses belajar berlangsung, siswa yang belum mencapai sikap yang baik lebih
acuh dalam pembelajaran. Sehingga, guru harus lebih bekerja keras dalam memberikan
motivasi kepada siswa tersebut.
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan penjelasan diatas, maka dapat disimpulkan bahwa walaupun guru mengalami
kesulitan dalam melakukan penilaian aspek sikap terhadap peserta didik, tetapi guru harus
13
melakukan penilaian terhadap peserta didik secara subjektif dan melalui instrmen penilaian
autentik. Penilaian autentik dapat digunakan sebagai salah satu cara untuk mengatasi
beberapa faktor-faktor penyebab sulitnya mengatasi perbedaan sikap-sikap peserta didik.
5.2 Saran
Saran yang dapat penulis sampaikan adalah baik sebagai calon guru dan tenaga pendidik
sebaiknya kita menciptakan pembelajaran yang bersifat menyenangkan atau menerapkan
konsep belajar sambil bermain bagi peserta didik sesuai dengan tahapan belajar yang
disampaikan oleh Brunner yang mampu menyeimbangkan antara aspek sikap, dengan
ranah kognitif, keterampilan maupun sosial.
DAFTAR PUSTAKA
Majid, Abdul. 2014. Penilaian Autentik Proses dan Hasil Belajar. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya.
Kunandar. 2014. Penilaian Autentik (Penilaian Hasil Belajar Peserta Didik Berdasarkan
Kurikulum 2013). Jakarta: Rajawali Pers.
14
Muslich, Masnur. 2011. Authentic Assessment: Penilaian Berbasis Kelas dan Kompetensi.
Bandung: PT Refika Aditama.
Basuki dan Haryanto. 2014. Asesmen Pembelajaran. Bandung: PT. Remaja Rosdaarya
LAMPIRAN
15
16