Anda di halaman 1dari 52

PENGEMBANGAN INSTRUMEN PENILAIAN

MAKALAH

Oleh:

DWI WAHYUNI 2023021003

SEPTI WULANDARI 2023023001

TUKINO 2023023006

SITI SOLIKAH 2023023007

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG

2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat
dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul:
“Pengembangan Instrumen Penilaian”. Semoga makalah ini dapat dipergunakan
sebagai salah satu acuan, petunjuk maupun pedoman bagi pembaca dalam
memahami materi mata kuliah Problematika dan Pengembangan Pembelajaran
Matematika yaitu Pengembangan Instrumen Penilaian.

Harapan kami semoga makalah ini membantu menambah pengetahuan dan


pengalaman bagi para pembaca. Makalah ini terdapat banyak kekurangan karena
keterbatasan pengetahuan dan pengalaman kami. Oleh karena itu, kami
mengharapkan kepada para pembaca untuk memberikan masukan-masukan yang
bersifat membangun untuk kesempurnaan makalah ini, sehingga kami kedepannya
bisa lebih baik.

Bandar Lampung, Juli 2021

Penyusun
DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR.............................................................................................i

DAFTAR ISI..........................................................................................................ii

1. PENDAHULAN..............................................................................................1

1.1. Latar Belakang..........................................................................................1

1.2. Rumusan Masalah.....................................................................................1

1.3. Tujuan Penulisan.......................................................................................2

2. PEMBAHASAN..............................................................................................3

2.1. Pengertian Penilaian..................................................................................3

2.2 Tujuan Penilaian........................................................................................4

2.3 Prinsip-Prinsip Penilaian...........................................................................5

2.4 Jenis-Jenis Instrumen Penilaian.................................................................6

2.5 Langkah-Langkah Membuat Instrumen Penilaian..................................43

3. PENUTUP.....................................................................................................47

DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................49
1. PENDAHULAN

1.1. Latar Belakang

Penilaian hasil belajar bertujuan melihat kemajuan belajar peserta didik dalam
hal penguasaan materi yang telah dipelajarinya sesuai dengan tujuan yang telah
ditetapkan. Sasaran penilaian meliputi perubahan ke dalam ranah kognitif,
afektif dan psikomotorik.

Alat meliputi tes objektif dan non objektif. Tes objektif meliputi pilihan ganda,
benar-salah, menjodohkan. Tes non-objektif dengan cara observasi,
wawancara, skala sikap dengan skala likert (pemberian skor), ceklist dan
angket.

Urgensi penilaian, pengukuran, evaluasi yaitu untuk mengetahui tingkat


kemajuan yang telah dicapai, pedoman untuk merenovasi atau melakukan
perbaikan proses belajar-mengajar, bahan pertimbangan bagi perubahan atau
kurikulum, sebagai alat motivasi belajar mengajar.

1.2. Rumusan Masalah

Rumusan masalah dalam makalah ini, yaitu:


a. Apa pengertian penilaian?
b. Apa tujuan penilaian?
c. Apa saja prinsip-prinsip penilaian?
d. Apa saja jenis-jenis instrumen penilaian?
e. Apa saja langkah-langkah dalam membuat instrumen penilaian?

1
1.3. Tujuan Penulisan

Tujuan dari penulisan makalah ini, yaitu:


a. Mengetahui pengertian penilaian.
b. Mengetahui tujuan penilaian.
c. Mengetahui prinsip-prinsip penilaian.
d. Mengetahui jenis-jenis instrumen penilaian.
e. Mengetahui langkah-langkah dalam membuat instrumen penilaian.

2
2. PEMBAHASAN

2.1. Pengertian Penilaian

Penilaian merupakan serangkaian kegiatan untuk memperoleh, menganalisis,


dan menafsirkan data tentang proses dan hasil belajar peserta didik yang
dilakukan secara sistematis dan berkesinambungan, sehingga menjadi
informasi yang bermakna dalam pengambilan keputusan (Trianto, 2009: 252).

Berdasarkan Permendikbud No 23 Tahun 2016, Penilaian adalah proses


pengumpulan dan pengolahan informasi untuk mengukur pencapaian hasil
belajar peserta didik. Penilaian hasil belajar peserta didik meliputi aspek
sikap, pengetahuan dan ketrampilan.

Penilaian pendidikan pada pendidikan dasar dan pendidikan menengah terdiri


atas:

a. penilaian hasil belajar oleh pendidik;


b. penilaian hasil belajar oleh satuan pendidikan; dan
c. penilaian hasil belajar oleh Pemerintah.

Untuk dapat melakukan penilaian, dilakukan suatu pengukuran terlebih


dahulu. Menurut Zaenul dan Nasution (1993), pengukuran merupakan
pemberian angka kepada suatu atribut atau karakteristik tertentu yang dimiliki
oleh orang, hal, atau obyek tertentu menurut aturan atau formula yang jelas.

3
2.2 Tujuan Penilaian

Penilaian memiliki berbagai macam tujuan dan manfaat. Chittenden (1994)


mengemukakan tujuan penilaian (assesment purpose) antara lain:

a. Keeping track, yaitu untuk menelusuri dan melacak proses belajar peserta
didik sesuai dengan rencana pelaksanaan pembelajaran yang telah
ditetapkan. Untuk itu, guru harus mengumpulkan data dan informasi
dalam kurun waktu tertentu melalui berbagai jenis dan teknik penilaian.
untuk memperoleh gambaran tetntang pencapaian kemajuan belajar
peserta didik.
b. Checking up, yaitu mengecek ketercapaian kemampuan peserta didik
dalam proses pembelajaran dan kekurangan-kekurangan peserta didik
selama mengikuti proses pembelajaran. Dengan kata lain, guru perlu
melakukan penilaian untuk mengetahui bagian mana dari materi yang
sudah dikuasai oleh peserta didik dan bagian mana dari materi yang belum
dikuasai.
c. Finding-out, yaitu untuk mencari, menemukakan dan mendeteksi
kekurangan. Kesalahan dan kelemahan peserta didik dalam proses
pembelajaran sehingga guru dapat dengan mudah mencari alternaif
solusinya.
d. Summing-up yaitu untuk menyimpulkan tingkat penguasaan peserta didik
terhadap kompetensi yang telah ditentukan. Hasil penyimpulan ini dapat
digunakan guru untuk menyusun laporan kemajuan belajar ke berbagai
pihak yang berkepentingan.

Arifin (2009: 15) mengemukakan tujuan dari penilaian hasil belajar antara
lain:

a. Untuk mengetahui kecakapan, motivasi, bakat, minat dan sikap peserta


didik terhadap pembelajaran
b. Untuk mengetahui tingkat kemajuan dan kesesuaian hasil belajar peserta
didik terhadap kompetensi inti dan kompetensi dasar yang telah
ditetapkan.

4
c. Untuk mendiagnosis keunggulan dan kelemahan peserta didik dalam
mengikuti kegiatan pembelajaran. Keunggulan peserta didik dapat menjadi
dasar bagi guru untuk memberikan pembinaan dan pengembangan lebih
lanjut, sedangkan kelemahannya dapat dijadikan acuan untuk memberikan
bantuan atau bimbingan.
d. Untuk seleksi, yaitu memilih dan menentukan peserta didik yang sesuai
dengan jenjang pendidikan tertentu.
e. Untuk menentukan kenaikan kelas
f. Untuk menempatkan peserta didik sesuai dengan potensi yang dimilikinya.

Berdasarkan Permendikbud No 23 Tahun 2016, tujuan penilaian jika dilihat


dari subjek yang melakukan penilaian yaitu:

a. Penilaian hasil belajar oleh pendidik bertujuan untuk memantau dan


mengevaluasi proses, kemajuan belajar, dan perbaikan hasil belajar peserta
didik secara berkesinambungan
b. Penilaian hasil belajar oleh satuan pendidikan bertujuan untuk menilai
pencapaian Standar Kompetensi Lulusan untuk semua mata pelajaran.
c. Penilaian hasil belajar oleh Pemerintah bertujuan untuk menilai
pencapaian kompetensi lulusan secara nasional pada mata pelajaran
tertentu.

2.3 Prinsip-Prinsip Penilaian

Berdasarkan Permendikbud No. 23 Tahun 2016, prinsip penilaian hasil belajar


antara lain:

a. Sahih, berarti penilaian didasarkan pada data yang mencerminkan


kemampuan yang diukur;
b. Objektif, berarti penilaian didasarkan pada prosedur dan kriteria yang
jelas, tidak dipengaruhi subjektivitas penilai;
c. Adil, berarti penilaian tidak menguntungkan atau merugikan peserta didik
karena berkebutuhan khusus serta perbedaan latar belakang agama, suku,

5
budaya, adat istiadat, status sosial ekonomi, dan terpadu, berarti penilaian
merupakan salah satu komponen yang tak terpisahkan dari kegiatan
d. Terbuka, berarti prosedur penilaian, kriteria penilaian, dan dasar
pengambilan keputusan dapat diketahui oleh pihak yang berkepentingan;
e. Menyeluruh dan berkesinambungan, berarti penilaian mencakup semua
aspek kompetensi dengan menggunakan berbagai teknik penilaian yang
sesuai, untuk memantau dan menilai perkembangan kemampuan peserta
didik.
f. Sistematis, berarti penilaian dilakukan secara berencana dan bertahap
dengan mengikuti langkah-langkah baku;
g. Beracuan kriteria, berarti penilaian didasarkan pada ukuran pencapaian
kompetensi yang ditetapkan; dan
h. Akuntabel, berarti penilaian dapat dipertanggung-jawabkan, baik dari segi
mekanisme, prosedur, teknik, maupun hasilnya.

2.4 Jenis-Jenis Instrumen Penilaian

Secara umum terdapat dua jenis instrumen penilaian yaitu instrumen tes dan
non tes.

a. Instrumen Tes
1) Pengertian Tes
Tes merupakan suatu teknik atau cara yang digunakan dalam rangka
melaksanakan kegiatan pengukuran, yang didalamnya terdapat
berbagai pertanyaan, pernyataan atau serangkaian tugas yang harus
dikerjakan atau dijawab oleh peserta didik untuk mengukur aspek
perilaku peserta didik (Arifin, 2011: 118). Berdasarkan pengertian
tersebut maka terdapat unsur-unsur penting yaitu:
a) Tes merupakan suatu cara atau teknik yang disusun secara
sistematis dan digunakan dalam rangka kegiatan pengukuran.
Artinya aitem-aitem dalam tes disusun menurut cara dan aturan
tertentu, prosedur administrasi tes dan pemberian skor (skoring)
terhadap hasilnya harus jelas dan dispesifikasikan secara terperinci

6
dan setiap orang yang mengambil tes itu harus mendapat aitem-
aitem yang sama dalam kondisi yang sebanding.
b) Di dalam tes terdapat berbagai pertanyaan dan pernyataan atau
serangkaian tugas yang harus dijawab dan dikerjakan oleh peserta
didik.
c) Tes digunakan untuk mengukur suatu aspek perilaku peserta didik.
Artinya aitem-aitem dalam tes menghendaki agar subjek
menunjukkan apa yang diketahui atau apa yang dipelajari subjek
dengan cara menjawab pertanyaan-pertanyaan atau mengerjakan
tugas-tugas yang dikehendaki oleh tes. (Azwar, 2007: 3)
d) Hasil tes peserta didik perlu diberi skor dan nilai.

2) Fungsi Tes
Sudijono (2012: 67) menyatakan bahwa secara umum, ada dua macam
fungsi yang dimiliki oleh tes, yaitu:
a) Sebagai alat pengukur terhadap peserta didik. Dalam hubungan ini
tes berfungsi mengukur tingkat perkembangan atau kemajuan yang
telah dicapai oleh peserta didik setelah mereka menempuh proses
belajar mengajar dalam jangka waktu tertentu.
b) Sebagai alat pengukur keberhasilan program pengajaran, sebab
melalui tes tersebut akan dapat diketahui sudah seberapa jauh
program pengajar yang telah ditentukan, telah dapat dicapai.

3) Klasifikasi Tes
a) Klasifikasi Tes Berdasarkan Aspek Psikis yang ingin
diungkapkan
Sudijono (2012: 73) Berdasarkan dari aspek psikis yang ingin
diungkapkan, tes dapat diklasifikasikan sebagai berikut:
(1) Tes intelegensi (intellegency test) yaitu tes yang dilaksanakan
dengan tujuan untuk mengungkap atau mengetahui tingkat
kecerdasan seseorang. Tes intelegensi biasanya terdiri dari soal

7
kemampuan verbal, kemampuan numerik, kemampuan
berpikir logis dan analitis dll.
(2) Tes kemampuan khusus (aptitude test), yaitu tes yang
dilakukan dengan tujuan untuk mengungkap kemampuan dasar
atau bakat khusus yang dimiliki oleh peserta tes. Contohnya
adalah tes kemampuan bidang kesehatan, tes kemampuan
bidang keguruan.
(3) Tes kepribadian (personality test), yaitu tes untuk mengukur
karakteristik pribadi seseorang atau ciri-ciri khas dari
seseorang yang bersifat lahiriah seperti gaya bicara, cara
berpaikan, nada suara, hobi dll.
(4) Tes Hasil Belajar (achievement test) yaitu tes yang digunakan
untuk mengungkap tingkat pencapaian atau prestasi belajar
peserta didik.

b) Klasifikasi Tes Berdasarkan Jumlah Peserta Didik


Arifin (2011: 118) menyatakan bahwa berdasarkan jumlah peserta
didik, tes hasil belajar dapat dibedakan atas dua jenis yaitu
(1) Tes kelompok, yaitu tes yang diadakan secara kelompok. Disini
guru akan berhadapan dengan sekelompok peserta didik.
(2) Tes perorangan yaitu tes yang dilakukan secara perorangan
(individual). Disini guru akan berhadapan dengan seorang
peserta didik.

c) Klasifikasi Tes Berdasarkan Waktu yang Disediakan untuk


Menyelesaikan Tes
(1) Tes Kemampuan (power test)
Prinsip tes kemampuan adalah tidak adanya batasan waktu di
dalam pengerjaan tes. Jika waktu tes tidak dibatasi, maka hasil
tes dapat mengungkapkan kemampuan peserta didik yang
sebenarnya. Sebaliknya, jika waktu pelaksanaan tes dibatasi,
maka ada kemungkinan kemampuan peserta didik tidak dapat

8
diungkapkan secara utuh. Artinya, skor yang diperoleh bukan
menggambarkan kemampuan peserta didik yang sebenarnya.
Namun demikian, bukan berarti peserta didik yang paling
lambat harus ditunggu sampai selesai. Tes kemampuan
menghendaki agar sebagian peserta didik dapat menyelesaikan
tes dalam waktu yang disediakan. Implikasinya adalah guru
harus menghitung waktu pelaksanaan tes yang logis, rasional,
dan proporsional ketika menyusun kisi-kisi tes.

(2) Tes Kecepatan (speed test)


Aspek yang diukur dalam tes kecepatan adalah kecepatan
peserta didik dalam mengerjakan sesuatu pada waktu atau
periode tertentu. Pekerjaan tersebut biasanya relatif mudah,
karena aspek yang diukur benar-benar kecepatan bekerja atau
kecepatan berpikir peserta didik, bukan kemampuan lainnya.
Misalnya, guru ingin mengetes kecepatan berlari, kecepatan
membaca, kecepatan mengendarai kendaraan, dan sebagainya
dalam waktu yang telah ditentukan (Arifin, 2011: 124)

d) Klasifikasi Tes Berdasarkan Fungsinya


Sudijono (2012: 68 -73) menyatakan bahwa ditinjau dari segi
fungsi yang dimiliki oleh tes pengukur perkembangan belajar
peserta didik, tes dapat dibedakan menjadi enam yaitu:
(1) Tes Seleksi
Tes seleksi sering dikenal dengan istilah “ Ujian Masuk". Tes
ini dilaksanakan dalam rangka penerimaan calon siswa baru,
dimana hasil tes digunakan untuk memilih calon peserta didik
yang tergolong paling baik dari sekian banyak calon yang
mengikuti tes. Materi tes pada tes seleksi ini merupakan materi
prasyarat untuk mengikuti program pendidikan yang akan
diikuti oleh calon. Sesuai dengan sifatnya, yaitu menyeleksi
atau melakukan penyaringan maka materi tes seleksi terdiri atas

9
butir-butir soal yang cukup sulit, sehingga hanya calon-calon
yang tergolong memiliki kemampuan tinggi sajalah yang
dimungkinkan dapat menjawab butir soal tes dengan benar.
Sebagai tindak lanjut dari hasil tes seleksi, maka para calon
yang dipandang memenuhi batas prasyaratan minimal yang
telah ditentukan dinyatakan sebagai peserta tes yang lulus,
sedangkan yang tidak memenuhi persyaratan yang ditentukan
dinyatakan tidak lulus.

(2) Tes Awal


Tes awal sering dikenal dengan istilah pre-test. Tes jenis ini
dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui sejauh manakah
materi atau bahan pelajaran yang akan diajarkan telah dikuasai
oleh para peserta didik. Isi atau materi tes awal pada umumnya
ditekankan ada bahan-bahan penting yang seharusnya sudah
diketahui atau dikuasai oleh peseta didik sebelum pelajaran
diberikan kepada mereka. Contoh sebelum siswa diberi
pelajaran matematika, terlebih dahulu dites pengatahuannya
tentang perkalian, pembagian, pengkuadratan, mencari akar dan
sebagainya. Tes awal dapat dilaksanakan baik secara tertulis
maupun secara lisan.

Setelah tes awal berakhir, maka sebagai tindak lanjutnya


adalah: (a) jika dalam tes awal itu semua materi yang
ditanyakan dalam tes sudah dikuasai dengan baik oleh peserta
didik, maka materi yang telah ditanyakan dalam tes awal itu
tidak akan diajarkan lagi; (b) jika materi yang ditanyakan dapat
dipahami peserta didik baru sebagian saja, maka diajarkan
materi pelajaran yang belum cukup dipahami.

(3) Tes Akhir

10
Tes akhir sering dikenal dengan istilah post-test. Tes akhir
dilaksanakan dengan tujuan untuk mengetahui apakah semua
materi pelajaran dapat dikuasai dengan baik oleh peserta didik.
Isi atau materi tes akhir ini adalah materi pelajaran yang
tergolong penting, yang telah diajarkan kepada peserta didik,
biasanya naskah soal tes akhir dibuat sama dengan naskah tes
awal. Dengan cara demikian maka akan dapat diketahui
bagaimana hasil sebelum dan sesudah program pembelajaran
yang dilakukan.

(4) Tes Diagnostik


Tes diagnostik adalah tes yang dilaksanakan untuk menentukan
secara tepat, jenis kesukaran yang dihadapi oleh para peserta
didik dalam suatu mata pelajaran tertentu. Dengan diketahuinya
jenis-jenis kesukaran yang dihadapi oleh peserta didik itu maka
lebih lanjut akan dicarikan upaya berupa pengobatan (therapy)
yang tepat. Tes diagnostik juga bertujuan ingin menemukan
jawaban atas pertanyaan “apakah peserta didik sudah dapat
menguasai pengetahuan yang merupakan dasar atau landasan
untuk dapat menerima pengetahuan selanjutnya?" Materi tes
yang ditanyakan dalam tes diagnostik pada umumnya
ditekankan pada bahan-bahan tertentu yang biasanya atau
menurut pengalaman sulit dipahami siswa. Tes jenis ini dapat
dilaksanakan dengan secara lisan, tertulis, perbuatan atau
kombinasi dari ketiganya.

(5) Tes Formatif


Adalah tes hasil belajar yang bertujuan untuk mengetahui
sudah sejauh mana peserta didik “telah terbentuk” (sesuai
dengan tujuan pengajaran yang telah ditentukan) setelah
mereka mengikuti proses pembelajaran dalam jangka waktu
tertentu. Tes formatif ini biasa dilaksanakan di tengah-tengah

11
perjalanan program pengajaran yaitu dilaksanakan pada setiap
kali sub pokok bahasan berakhir atau selesai. Di sekolah tes
formatif ini biasa dikenal dengan istilah ulangan harian.

(6) Tes Sumatif


Tes sumatif adalah tes hasil belajar yang dilaksanakan setelah
sekumpulan satuan program pengajaran selesai diberikan.
Disekolah, yang termasuk tes sumatif adalah Ujian Semester,
Ujian Kenaikan Kelas, Ujian Nasional. Tes sumatif ini pada
umumnya disusun atas dasar materi pelajaran yang telah
diberikan selama satu semester atau satu tahun. Dengan
demikian materi tes sumatif jauh lebih banyak dibandingkan tes
formatif. Yang menjadi tujuan utama tes sumatif adalah untuk
menentukan nilai yang melambangkan keberhasilan peserta
didik setelah mereka menempuh proses pembelajaran dalam
jangka waktu tertentu, sehingga dapat ditentukan:
(a) Kedudukan dari masing-masing peserta didik dalam
kelompoknya,
(b) Dapat atau tidaknya peserta didik untuk mengikuti program
pengajaran berikutnya (yang lebih tinggi)
(c) Kemajuan peserta didik, untuk diinformasikan kepada pihak
orang tua, petugas bimbingan dan konseling, lembaga-
lembaga pendidikan lainnya yang tertuang dalam rapot atau
Ijazah.

e) Klasifikasi Tes Berdasarkan Cara Penyusunannya


Arifin (2011: 119-123) menyatakan bahwa penyusunannya, tes
dibedakan atas dua jenis yaitu:
(1) Tes Buatan Guru (teacher-made test)
Tes buatan guru adalah tes yang disusun sendiri oleh guru yang
akan mempergunakan tes tersebut. Tes ini biasanya digunakan
untuk ulangan harian, formatif, dan ulangan umum (sumatif).

12
Tes ini dimaksudkan untuk mengukur tingkat penguasaan
peserta didik terhadap materi pelajaran yang sudah
disampaikan.

(2) Tes yang dibakukan (standardized test)


Tes yang dibakukan atau tes baku adalah tes yang sudah
memiliki derajat validitas dan reliabilitas yang tinggi
berdasarkan percobaan- percobaan terhadap sampel yang cukup
besar dan representatif. Tes baku adalah tes yang dikaji
berulang-ulang kepada sekelompok pembeda yang tinggi.

Tes baku juga digunakan untuk mengukur kemajuan belajar


peserta didik dalam mata pelajaran tertentu. Artinya, jika guru
telah selesai membahas satu atau beberapa pokok bahasan dari
mata pelajaran tertentu, guru bisa memberikan ulangan harian
atau ulangan umum pada setiap semester. Adakalanya tes itu
diberikan beberapa kali, sehingga kemajuan atau kemunduran
belajar peserta didik dapat diketahui. Tes untuk kemajuan
belajar inilah yang paling sering dan umum dilakukan oleh
setiap guru dalam kegiatan pembelajaran, baik untuk laporan
kemajuan belajar peserta didik maupun untuk keperluan
seleksi. Adapun pelaksanaannya dapat dilakukan secara
tertulis, lisan dan perbuatan, bergantung kepada tujuan dan
materinya.

Tes baku bertujuan untuk mengetahui kelebihan dan


kekurangan peserta didik dalam menguasai materi pelajaran
tertentu secara luas. Tes ini berisi materi-materi yang disusun
dari yang termudah sampai yang tersukar serta terdiri atas
cakupan yang luas.

13
f) Klasifikasi Tes Berdasarkan Bentuk Pertanyaan dan Jawaban
Peserta Didik
Jika dilihat dari bentuk pertanyaan dan jawaban peserta didik,
maka tes dapat dibagi menjadi tiga jensi, yaitu tes tertulis, tes lisan
dan tes praktek.
(1) Tes tertulis
Ter tertulis adalah tes dengan soal dan jawaban disajikan secara
tertulis untuk mengukur atau memperoleh informasi tentang
kemampuan peserta tes. Tes tertulis menuntut respons dari
peserta tes yang dapat dijadikan sebagai representasi dari
kemampuan yang dimiliki. Instrument tes tertulis dapat berupa
soal uraian dan soal objektif (soal benar-salah, menjodohkan,
isian dan jawaban singkat).

Bentuk tes tertulis dan contohnya:


(a) Tes bentuk uraian (essay)
Tes bentuk uraian adalah tes yang meminta siswa untuk
menuliskan jawaban dengan kalimatnya sendiri.

(b) Tes benar-salah true – false, yes or no)


Tes benar-salah adalah soal yang memuat pernyataan benar
atau salah. Peserta bertugas menandai masing-masing
pernyataan itu dengan melingkari huruf “B” jika pernyataan
benar, dan”S” jika pernyataan salah.

Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam menyusun soal


berbentuk dua pilihan adalah:
 Rumusan butir soal harus jelas, dan pasti benar atau
pasti salah,
 Hindari pernyataan negative
 Hindari penggunaan kata yang dapat menimbulkan
penafsiran ganda

14
Contoh:

Domain penilaian : Pemahaman

Kompentensi dasar : Menyelesaikan persamaan dan pertidak samaan linier satu

variabel (kelas VII)

Soal : Lingkari huruf “B” jika pernyataan berikut bernilai benar

dan “S” jika bernilai salah, seta tuliskan alasannya.

Salah satu penyelesaian persamaan linier :

4 x−3=1 adalah x=0( B−S)

Alasannya :…………………………………………………..

(c) Tes pilihan-ganda (multiple choice)


Tes yang terdiri atas pokok soal (stem) dan pilihan jawaban
(option). Untuk SMP biasanya digunakan 4 pilihan jawaban
dan untuk SMA biasanya digunakan 5 pilihan jawaban.
Dari pilihan jawaban tersebut, salah satu adalah kunci yaitu
jawaban yang benar atau paling tepat dan linnya disebut
pengecoh (distractor).

(d) Menjodohkan (matching)


Bentuk tes menjodohkan adalah tes yang terdiri dari
kumpulan soal dan kumpulan jawaban yang keduanya
dikumpulkan pada dua kolom yang berbeda, yaitu kolom
sebelah kiri menunjukkan kumpulan soal dan kolom
sebelah kanan menunjukkan kumpulan jawaban. Jumlah
pilihan jawaban dibuat lebih banyak daripada jumlah
persoalan. Bentuk soal menjodohkan sangat baik untuk
mengukur kemampuan peserta didik dalam

15
mengidentifikasi informasi berdasarkan hubungan yang
sederhana dan kemampuan mengidentifikasi hubungan dua
hal.

(e) Isian
Soal isian adalah soal yang memuat pernyataan yang tidak
lengkap dan peserta didik diminta untuk melengkapinya.

Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam menyusun tes


berbentuk jawaban singkat adalah:
 Soal harus sesuai dengan indicator
 Memiliki jawaban tunggal
 Rumusan kalimat harus komunikatif
 Menggunakan kaidah bahasa Indonesia yang benar
 Tidak menggunakan kosa kata yang bersifat local

(2) Tes lisan


Berdasarkan kemendikbud (2015:19) tes lisan merupakan
pemberian soal/pertanyaan yang menuntut peserta didik
menjawab secara lisan, dan dapat diberikan secara klasikal
ketika pembelajaran. Jawaban peserta didik dapat berupa kata,
frase, kalimat maupun paragraf. Tes lisan menumbuhkan sikap
peserta didik untuk berani berpendapat. Rambu-rambu
pelaksanaan tes lisan sebagai berikut:
(a) Tes lisan dapat digunakan untuk mengambil nilai dan dapat
juga digunkan sebagai fungsi diagnostic untuk mengetahui
mengetahui pemahaman peserta didik terhadap kompetensi
dan materi pembelajaran (assessment for learning).
(b) Pertanyaan harus sesuai dengan tingkat kompetensi dan
lingkup materi pada kompetensi dasar yang dinilai.
(c) Pertanyaan diharapkan dapat mendorong peserta didik
dalam mengonstruksi jawaban sendiri.

16
(d) Pertanyaan disusun dari yang sederhana ke yang lebih
komplek

Arifin (2011: 148) menyatakan bahwa kelebihan tes lisan


antara lain:

(a) Dapat mengetahui langsung kemampuan peserta didik


dalam mengemukakan pendapatnya secara lisan.
(b) Tidak perlu meyusun soal-soal secara terurai, tetapi cukup
mencatat pokok-pokok permasalahannya.
(c) Kemungkinan peserta didik akan menerka-nerka jawaban
dan berspekulasi dapat dihindari.

Kelemahan tes lisan antara lain:

(a) Memakan waktu yang cukup banyak, apalagi jika jumlah


peserta didik banyak.
(b) Sering muncul unsur subjektivitas jika suasana ujian lisan
itu hanya ada seorang guru dan seorang peserta didik.

(3) Tes perbuatan atau praktik


Tes tindakan atau praktik adalah tes yang menuntut jawaban
peserta didik dalam bentuk prilaku, tindakan atau perbuatan.
Menurut stigins dalam arifin (2011:149), tes tindakan adalah
suatu bentuk tes yang peserta didiknya diminta untuk
melakukan kegiatan khusus dibawah pengawasan penguji yang
akan mengobservasi penampilannya dan membuat keputusan
tentang kulitas hasil belajar yang didemonstrasikan. Peserta
didik bertindak sesuai dengan apa yang diperintahkan dan
ditanyakan.

Tes praktik merupakan penilaian di bidang ketrampilan. Pada


kurikulum 2013 tes praktik disebut juga dengan penilaian untuk

17
kerja/kinerja/praktik. Penilaian kinerja/praktik adalah penilaian
untuk mengukur capaian pembelaajran yang berupa
keterampilan proses dan atau hasil (produk). Dengan demikian,
aspekh yang dinilai dalam penilaian kinerja adalah kualitas
proses mengerjakan /melakukan suatu tugas atau kualitas
produknya atau kedua-duanya. Contoh keterampilan proses
adalah keterampilan melakukan tugas /tindakan dengan
menggunakan alat dan atau bahan dengan prosedur kerja
tertentu, sementara produk adalah sesuatu yang dihasilkan dari
penyelesaian sebuah tugas.

Langkah-langkah umum penilaian kinerja adalah:


(a) Menyusun kisi-kisi
(b) Mengembangkan/menyusun tugas yang dilengkapi dengan
langkah-langkah, bahan, dan alat
(c) Menyusun rubric penskoran dengan memperhatikan aspek-
aspek yang perlu dinilai
(d) Melaksanakan penilaian dengan mengamati siswa selama
proses penyelesaian tugas dan / menilai produk akhirnya
berdasarkan rubric.
(e) Mengolah hasil penilaian dan melakukan tindak lanjut.

b. Instrumen Non Tes


1) Pengertian Non Tes
Non tes merupakan penilaian atau ealuasi hasil belajar peserta didik
yang dilakukan tanpa “menguji” peserta didik, melainkan dilakukan
dengan melakukan pengamatan secara sistematis (observasi),
melakukan wawancara, menyebar angket dan memeriksa dan meneliti
dokumen-dokumen. Teknik non tes ini pada umumnya memegang
peranan penting dalam rangka mengevaluasi hasil belajar peserta didik
dari segi ranah sikap dan keterampilan sedangkan teknik tes
sebagaimana telah dikemukakan sebelumnya, lebih banyak digunakan

18
untk mengevaluasi hasil belajar peserta didik dari ranah kognitif
(sudijono, 2012:76).

2) Jenis-Jenis Non Tes


Bentuk non tes terdapat beberapa jenis antara lain.
a) Observasi
Secara umum pengertian observasi adalah cara menghimpun
bahan-bahan yang dilakukan dengan mengadakan pengamatan dan
pencatatan secara sistematis terhadap fenomena-fenomena yang
dijadikan objek pengamtan.

Observasi sebagai alat evaluasi sering digunakan untk menilai


tingkah laku individu atau proses terjadinya suatu kegiatan yang
dapat diamati. Observasi yang dapat menilai atau mengukur hasil
belajar ialah tingkah laku prara siswa pada waktu guru mengajar.
Observasi dapat berbentuk eksperimental yaitu observasi dalam
situasi yang dibuat atau observasi non eksperimental yaitu
observasi yang dilakukan dalam situasi wajar.

Pada observasi partisipasi, observer melibatkan diri ditengah-


tengah kegiatan observasi. Sedangkan observasi non partisipasi,
observer berada di luar kegiatan seoalah-olah sebagai penonton.
Pada observasi eksperimenal diharapkan tingkah laku muncul
karena peserta didik dikenal perlakuannya, maka observer perlu
persiapan yang benar-benar matang. Sedangkan observasi
eksperimental pelaksanaanya lebih sederhana dan dapat dilakukan
secara sepintas saja.

Jika observasi dilakukan sebagai alat evaluasi, maka pencatatan


hasil observasi lebih sukar daripada mencatat jawaban yang akan
diberikan oleh peserta tes terhadap pernyataan yang diberikan
dalam suatu tes, karena respon observasi adalah tingkah laku

19
dimana proses kejadiannya berlangsung cepat. Observasi yang
dilakukan dengan matang disebut observasi sistematis.

Contoh:

LEMBAR OBSERVASI

KEAKTIFAN SISWA DALAM BELAJAR

Sekolah/ Kelas : .............................................

Hari/ Tanggal : .............................................

Nama Guru : .............................................

Nama Observer : .............................................

Tujuan:

1. Merekam data berapa banyak siswa di suatu kelas aktif belajar


2. Merekam data kualitas aktivitas belajar siswa

Petunjuk:

1. Observer harus berada pada posisi yang tidak mengganggu pembelajaran


tetapi tetap dapat memantau setiap kegiatan yang dilakukan siswa.
2. Observer memberikan skor sesuai dengan petunjuk berikut:
 Banyak siswa: skor 0 bila sampai > 20% ; 2 bila 20% sampai > 40% ;
3 bila 40% sampai > 60% ; 4 bila 60% sampai 80% ; 5 bila 80%
sampai 100% aktif.
 Kualitas: 1 = sangat kurang; 2 = kurang; 3 = cukup; 4 = baik; 5 =
sangat baik sekali.

Banyak
No Kualitas
Aktivitas Belajar Siswa Siswa yang
. Keaktifan
Aktif
A. Pengetahuan dialami, dipelajari dan
--- ---
ditemukan oleh siwa
1 Melakukan pengamatan atau penyelidikan --- ---

20
2 Membaca dengan aktif (misal dengan pena di
tangan untuk menggarisbawahi atau membuat
--- ---
catatan kecil atau tanda-tanda tertentu pada
teks)
3 Mendengarkan dengan aktif (menunjukkan
respon, misal tersenyum atau tertawa saat
mendengar hal-hal lucu yang disampaikan, --- ---
terkagum-kagum bila mendengarkan sesuatu
yang menakjubkan dsb)
B. Siswa melakukan sesuatu untuk memahami
--- ---
materi pelajaran (membangun pemahaman)
1 Berlatih (misalnya mencobakan sendiri konsep-
--- ---
konsep misal berlatih dengan soal-soal)
2 Berpikir kreatif (misalnya mencoba
memecahkan masalah-masalah pada latihan
--- ---
soal yang mempunyai variasi berbeda dengan
contoh yang diberikan)
3 Berpikir kritis (misalnya mampu menemukan
kejanggalan, kelemahan atau kesalahan yang
--- ---
dilakukan orang lain dalam menyelesaikan soal
atau tugas)
C. Siswa mengkomunikasikan sendiri hasil
--- ---
pemikirannya
1 Mengemukakan pendapat --- ---
2 Menjelaskan --- ---
3 Berdiskusi --- ---
4 Mempresentasi laporan --- ---
5 Memajang hasil karya --- ---
D. Siswa berpikir reflektif --- ---
1 Mengomentari dan menyimpulkan proses
--- ---
pembelajaran
2 Memperbaiki kesalahan dan kekurangan dalam --- ---

21
proses pembelajaran
3 Menyimpulkan materi pembelajaran dengan
--- ---
kata-katanya sendidi

Bandar lampung, ................................

(Observer)

b) Wawancara
Secara umum yang dimaksud dengan wawancara adalah cara
menghimpun bahan-bahan keterangan yang dilaksanakan dengan
tanya jawab baik secara lisan, sepihak, berhadapan muka, maupun
dengan arah serta tujuan yang telah ditentukan. Ada dua jenis
wawancara yang dapat digumakan sebagai alat evaluasi yaitu:
1) Wawancara terpimpin (guided interview) yang dikenal juga
dengan wawancara berstruktur atau wawancara sistematis.
2) Wawancara tidak terpimpin (un-guided interview) yang dikenal
dengan istilah wawancara sederhana atau wawancara bebas.

Salah satu kelebihan yang dimiliki wawancara adalah


pewawancara sebagai evaluator dapat melakukan kontak langsung
dengan peserta didik yang dinilai, sehingga dapat diperoleh hasil
penilaian yang lengkap dan mendalam. Dengan melakukan
wawancara peserta didik dapat mengeluarkan isi pemikiran mereka
dengan bebas.

Jika wawancara dilakukan secara bebas, maka wawancara tidak


perlu persiapan yang matang tetapijika dilakukan dengan sistematis
maka pewawancara perlu pedoman wawancara yang berisi pokok-
pokok pertanyaan yang akan ditanyakan

22
Contoh:

Panduan Wawancara untuk Rekan Sejawat

(Sebelum Lesson Study)

Nama rekan sejawat : .............................................

Sekolah : .............................................

Pewawancara : .............................................

Tanggal wawancara : .............................................

2. Bagaimana prestasi belajar matematika kelas yang diajar Ibu Nana?


3. Apakah cara mengajar Ibu Nana mendapat apresiasi siswa?
4. Bagaimana sikap Ibu Nana dalam menjaga relasi dengan rekan sejawat?
5. Bagaimana keterlibatan Ibu Nana dalam kegiatan-kegiatan sekolah?
6. Bagaimana hubungan Ibu Nana dengan anak didik?
7. Bagaimana Ibu Nana memanfaatkan ICT untuk berkomunikasi?

c) Angket (Kuisioner)
Angket adalah alat penilaian berupa daftar pertanyaan/ pertanyaan
tertulis untuk menjaring informasi tentang sesuatu. Angket dapat
digunakan untuk memperoleh informasi kognitif maupun afektif.
Untuk penilaian kognitif, angket digunakan untuk melengkapi data
yang diperoleh dari tes sehingga data yang diperoleh lebih
komprehensif.

Angket atau kuisioner dapat digunakan untuk menilai hasil belajar.


Jika dalam wawancara pewawancara berhadapan langsung dengan
responden atau siswa. Maka dengan angket penilaian hasil belajar
akan jauh lebih praktis, hemat waktu dan tenaga. Kelemahannya
yaitu kemungkinan ada jawaban yang diberikan dalam angket tidak
sesuai dengan keadaan yang sebenarnya, apalagi pertanyaan dalam
angket tidak dirumuskan dengan jelas sehingga membingunkan
responden.

23
Angket dapat diberikan langsung kepada responden dapat juga
diberikan kepada orang lain yang mengenal berbagai karakteristik
responden untuk melakukan penilaian terhadap responden. Angket
penilaian hasil belajar dapat diberikan kepada orang tua siswa atau
kepada gurunya.

Data yang biasanya dihimpun melalui angket biasanya adalah data


yang berkenaan dengan kesulitan-kesulitan yang dihadapi siswa
dalam mengukti pelajaran antara lain: cara belajar, fasilitas belajar
yang tersedia, motivasi dan minat belajar, pandangan siswa
terhadap proses belajar serta sikap siswa terhadap guru.

Angket biasanya digunakan untuk menilai hasil belajar pada ranah


afektif. Angket dapat disajikan dalam bentuk pilihan ganda atau
skala sikap, misalnya skala likert yang paling banyak digunakan
orang, terutama peneliti dibidang pendidikan yang tertarik untuk
meneliti aspek-aspek psikologis yang diduga berpengaruh terhadap
proses belajar mengajar. Arifin (dalam Noer, 2019) menyatakan
bahwa angket terdiri dari beberapa bentuk, yaitu:
1) Bentuk angket berstruktur yaitu angket yang menyediakan
beberapa kemungkinan jawaban. Bentuk angket berstruktur
terdiri atas tiga bentuk yaitu:
a) Bentuk jawaban tertutup yaitu angket yang setiap
pertanyaannya sudah terisi berbagai alternatif jawaban.
b) Bentuk jawaban tertutup, tetapi pada alternatif jawaban
terakhir diberi secara terbuka. Hal ini dimaksudkan untuk
memberikan kesempatan peserta didik untuk menjawab
secara bebas.
c) Bentuk jawaban bergambar yaitu angket yang memberikan
jawaban dalam bentuk gambar.

24
2) Bentuk angket tak berstruktur yaitu angket yang memberikan
jawaban secara terbuka. Peserta didik secara bebas menjawab
pertanyaan tersebut. Hal ini dapat memberikan pemahaman
yang lebih mendalam tentang situasi, tetapi kurang dapat
menilai secara objektif. Jawabannya tidak dapat dianalisis
secara statistik sehingga kesimpulannya pun hanya merupakan
pandangan yang bersifat umum.

Contoh:

ANGKET

“Pengaruh Main Game Terhadao Waktu Belajar Mahasiswa

Jawablah pertanyaan di bawah ini dengan sejujur-jujurnya dan berilah tanda


silang (X) pada jawaban yang anda pilih untuk pertanyaan pilihan!

1. Apakah anda suka bermain game?


a. Sangat suka
b. Suka
c. Kurang suka
d. Tidak suka
2. Berapa lama anda bisanya main game dalam waktu satu hari?
a. < 1 jam
b. 1-2 jam
c. 3-4 jam
d. > 4 jam
e. Seharian penuh
3. Seberapa seringkah anda main game dalam satu minggu?
a. Sangat sering
b. Sering
c. Kadang-kadang
d. Tidak pernah
4. Berapa lama anda biasanya belajar (diluar jam kuliah) dalam waktu satu hari?
a. < 1 jam

25
b. 1-2 jam
c. 3-4 jam
d. > 4 jam
e. Seharian penuh
5. Seberapa seringkah anda belajar dalam waktu satu minggu?
a. Sangat sering
b. Sering
c. Kadang-kadang
d. Tidak pernah
6. Bagi anda, manakah yang lebih banyak anda lakukan “main game atau
belajar”?
*main game/ belajar (coret yang tidak perlu)
7. Berikan alasan anda!
..............................................................................................................................
..............................................................................................................................
8. Diwaktu anda belajar atau mengerjakan tugas kuliah, apakah anda sering
menyelingin waktu anda untuk bermain game?
*ya/ tidak (coret yang tidak perlu)
9. Jika ya, mengapa?
..............................................................................................................................
..............................................................................................................................
10. Jika besoknya ada kuis atau ujian, apakah malam harinya anda belajar dan
masih diselingi main game?
*ya/ tidak (coret yang tidak perlu)
11. Jika ya, mengapa?
..............................................................................................................................
..............................................................................................................................
12. Bagi anda, manakah yang lebih anda utamakan “main game atau belajar”?
*main game/ belajar (coret yang tidak perlu)
13. Apakah ada sering bermain game hingga larut malam?
*ya/ tidak (coret yang tidak perlu)
14. Jika ya, mengapa?

26
..............................................................................................................................
..............................................................................................................................

d) Daftar Cek
Daftar cek adalah suatu daftar yang berisi subjek dan aspek-aspek
yang akan diamati. Daftar cek dapat memungkinkan anda mencatat
tiap-tiap kejadian yang betapapun kecilnya, tetapi dianggap
penting. Ada bermacam-macam aspek perbuatan biasanya
dicantumkan dalam daftar cek, kemudian anda sebagai observer
tinggal memberikan tanda cek (V) pada tiap aspek tersebut sesuai
dengan hasil pengamatannya.

Daftar cek banyak manfaatnya, antara lain: (1) dapat membantu


guru untuk mengingat-ingat apa yang harus diamati (2) dan dapat
memberikan informasi kepada stakeholder. Namun demikian, anda
tetap harus waspada kemungkinan perilaku penting yang belum
tercakup di dalam daftar cek, karena itu anda jangan terlalu kaku
dengan apa yang sudah tertulis pada daftar cek tersebut.

Contoh 1

Daftar cek tentang keaktifan peserta didik dalam diskusi kelompok pada
mata pelajaran Matematiaka

No. Nama Siswa SB B C K SK


01 Nano Waryono 
02 Elin Roslina Arie 
03 Apriadi N. 
04 Angga Zalindra N. 
05 Ardi Maulana N. 

Keterangan:

27
SB = sangat baik
B = baik
C = cukup
K = kurang
SK = sangat kurang

Contoh 2:

Daftar cek tentang kebiasaan belajar

Nama : ...................................... Kelas : ......................................

Umur : ...................................... Madrasah : ......................................

Tgl. Observasi
No
1/9 2/9 3/9 4/9 5/9
.
Aspek-aspek yang dinilai
01 Berdiskusi
02 Membuat rangkuman
03 Latihan
04 Belajar sendiri
05 Belajar kelompok
06 Tanya-jawab

e) Skala Penilaian (Rating Scale)


Pencatatan data dengan alat ini dilakukan seperti cek list.
Perbedaannya terletak pada kategorisasi gejala yang dicatat. Dalam
rating scale tidak hanya terdapat nama objek yang diobservasi dan
gejala yang akan diselidiki akan tetapi tercantum kolom-kolom
yang menunjukkan tingkatan atau jenjang setiap gejala tersebut
(dalam Noer, 2019).

28
Arifin (dalam Noer, 2019) menyatakan bahwa dalam daftar cek,
hanya dapat mencatat ada-tidaknya variabel tingkah laku tertentu,
sedangkan dalam skala penilaian fenomena-fenomena yang akan
diobservasi itu disusun dalam tingkatan-tingkatan yang telah
ditentukan. Jadi, tidak hanya mengukur secara mutlak ada atau
tidaknya variabel tertentu, tetapi lebih jauh mengukur bagaimana
intensitas gejala yang akan diukur. Pencatatan melalui daftar cek
termasuk pencatatan yang kasar. Fenomena-fenomena hanya
dicatat ada atau tidak ada. Hal ini agak kurang realistik. Perilaku
manusia, baik yang berwujud sikap jiwa, aktivitas, maupun prestasi
belajar timbul dalam tingkat-tingkat tertentu. Oleh karena itu,
untuk mengukur hal-hal tersebut ada baiknya digunakan skala
penilaian.

Contoh:

Nama : ...................................... Kelas : ......................................

Umur : ...................................... Madrasah : ......................................

Hari : ...................................... Tanggal : ......................................

Tgl. Observasi
No
ST T S S SR
.
Aspek-aspek yang dinilai
1. Sopan santun
2. Tolong menolong
3. Bersikap ramah
4. Mengganggu teman
5. Pemberani
6. Pemarah
7. Egois
8. Agresif

29
f) Skala Sikap
Baskoro & Wihaskoro (dalam Noer, 2019) menyatakan skala sikap
adalah skala yang digunakan untuk mengukur sikap peserta didik
baik sikap kognisi, afeksi dan konasi. Terdapat beberapa model
untuk mengukur sikap antara lain.
1) Skala Likert
Skala likert digunakan untuk mengukur sikap, pendapat dan
persepsi seseorang atau kelompok tentang kejadian atau gejala
sosial. Dalam skala likert, peserta didik tidak disuruh memilih
pernyataan-pernyataan negatif. Tiap item dibagi ke dalam lima
skala, yaitu sangat setuju, setuju, tidak tentu, tidak setuju, dan
sangat tidak setuju. Setiap pertanyaan positif diberi bobot 4, 3,
2, 1 dan 0, sedangkan pernyataan yang negatif diberi bobot
sebaliknya, yaitu 0, 1, 2, 3 dan 4.

Contoh Sikap peserta didik terhadap mata pelakajaran Matematika

Petunjuk:

1. Pengisian skala ini tidak ada hubungannya dengan prestasi belajar. Anda tidak
perlu mencantumkan nama dan nomor absen.
2. Pilihlah salah satu alternatif jawaban yang sesuai dengan cara memberikan
tanda centang (√) pada kolom kosong yang telah disediakan.

Keterangan:

SS = Sangat setuju

S = Setuju

TT = Tidak tahu

TS = Tidak setuju

STS = Sangat tidak setuju

No
Pertanyaan SS S TT TS STS
.

30
Saya mempersiapkan diri untuk
1.
menerima pelajaran matematika
Saya berperan aktif dalam kegiatan
2.
pembelajaran matematika
3. Saya suka matematika
Saya tertarik artikel yang
4.
berhubungan dengan matematika
Saya memperkaya materi dari guru
5. matematika dan memperlajari buku-
buku sumber sebagai penunjang
Saya senang mengerjakan tugas
6.
pelajaran Matematika di rumah

2) Skala Guttman
Skala guttman adalah mempunyai ciri penting, yaitu
merupakan skala kumulatif dan mengukur satu dimensi saja
dari satu variabel yang multi dimensi, sehingga skala ini
termasuk mempunyai sifat undimensional. Skala guttman yang
disebut juga metode scalogram atau analisa skala (scale
analysis) sangat baik untuk meyakinkan peneliti tentang
kesatuan dimensi dari sikap atau sifat yang diteliti, yang sering
disebut isi universal (universe of content) atau atribut universal
(universe attribute).

Skala guttman ialah skala yang digunakan untuk jawaban yang


bersifat jelas (tegas dan konsisten. Misalnya yakin-tidak yakin;
ya-tidak; benar-salah; positive-negative; pernah-belum pernah;
setuju-tidak setuju; dan sebagainya). Penelitian dengan
menggunakan skala guttman apabila ingin mendapatkan
jawaban jelas (tegas) dan konsisten terhadap suatu
permasalahan yang ditanyakan.

31
Contoh:
 Yakin atau tidakkah anda, pergantian Menteri Kabinet
Indonesia Bersatu akan dapat mengatasi persoalan bangsa.
1. Yakin
2. Tidak
 Pernahkah pimpinan suadara mengajak rembuk bersama?
1. Setuju
2. Tidak setuju

3) Skala Thurstone
Skala thurstone meminta responden untuk memilih pertanyaan
yang ia setujui dari beberapa pernyataan yang menyajikan
pandangan yang berbeda-beda. Pada umumnya setiap item
mempunyai asosiasi nilai antara 1 sampai dengan 10, tetapi
nilai-nilainya tidak diketahui oleh responden. Pemberian nilai
ini berdasarkan jumlah tertentu pernyataan yang dipilih oleh
responden mengenai angkat tersebut.

Contoh:
Berikut ini disajikan contoh angket yang disajikan dengan
menggunakan skala thurstone.
Petunjuk: Pilihlah 5 (lima) buah pertanyaan yang paling sesuai
dengan sikap anda terhadap pelajaran matematika, dengan cara
membubuhkan tanda cek (V) di depan nomor pertanyaan di
dalam tanda kurung.
( ) 1. Saya senang belajar matematika.
( ) 2. Matematika adalah segalanya buat saya.
( ) 3. Jika ada pelajaran kosong, saya lebih suka belajar
matematika.
( ) 4. Belajar matematika menumbuhkan sikap kritis dan
kreatif.

32
( ) 5. Saya merasa senang pasrah terhadap ketidakberhasilan
saya dalam matematika.
( ) 6. Penguasaan matematika akan sangat membantu dalam
mempelajari bidang studi lain.
( ) 7. Saya selalu ingin meningkatkan pengetahuan dan
kemampuan saya dalam matematika.
( ) 8. Pelajaran matematika sangat menjemukan.
( ) 9. Saya merasa tersaing jika ada teman membicarakan
matematika.

4) Skala Sematik Defferensial


Skala ini juga digunakan untuk mengukur sikap, hanya
bentuknya tidak pilihan ganda maupun ceklist, tetapi tesusun
dalam satu garis yang kontinum yang jawaban “sangat
positifnya” terletak di bagian kanan dan jawaban yang “sangat
negatif” terletak di bagian kiri garis, atau sebaliknya.

Contoh:

Berilah nilai gaya mengajar dosen anda

tepat waktu 5 4 3 2 1 tidak tepat waktu


bersahabat 5 4 3 2 1 tidak bersahabat
komunikati
5 4 3 2 1 tidak komunikatif
f

Responden yang memberi penilaian dengan angka 5, berarti persepsi responden


terhadap dosen itu sangat positif. Sedangkan bila memberikan jawaban pada
angka 1, berarti persepsi responden terhadap dosen itu sangat negatif.

Pada Kurikulum 2013, nutuk mengukur aspek sikap social dan


spriritual digunakan beberapa keknik penilian sikap antara lain
penilaian diri sendiri dan penilaian teman sejawat.

33
Penilaian diri dalam penilaian sikap merupakan teknik
penilaian diri sendiri (siswa) dengan mengidentifikas kelebihan
dan kekurangan sikapnya dalam berperilaku. Hasil penilaian diri
siswa dapat digunakan sebagai data konfirmasi perkembangan
sikap siswa. Selain itu penilaian diri siswa juga dapat digunakan
untuk menumbuhkan nilai-nilai kejujuran dari meningkatkan
kemampuan refleksi atau mawas diri .

Instrumen penilaian diri dapat berupa lembar penilaian diri yang


berisi butir-butir penyataan sikap positif yang diharapkan dengan
kolom YA dan TIDAK atau dengan Likert Scale. Satu lembar
penilaian diri dapat digunakan nutuk penilaiari sikap spiritual dan
sikap Sosial sekaligus.

Contoh Lembar Penilaian Diri

Nama : .........................................................................................................

Kelas : .........................................................................................................

Semester : .........................................................................................................

Petunjuk:

Berilah landa centang (√) pada kolom "Ya" atau "Tidak" sesuai dengan keadaan
yang seberiamya.

No Pertanyaan Ya Tidak
1 Saya selalu berdoa sebelum melakukan aktivitas.    
2 saya sholat lima waktu tepat waktu.    
Saya tidak mengganggu teman saya yang beragama
3 lain berdoa sesuai agamanya.    
4 Saya berani mengakui kesalahannya    
5 Saya menyelesaikan tugas-tugas tepat waktu.    
6 Saya beraní menerima resiko atas tindakan yang saya    

34
lakukan
7 Saya mengembalikan barang yang saya pinjam    
8 Saya minta maaf jika saya melaukan kesalahan    
Saya melaukan praktikum sesuai dengan langkah yang
9 ditetapkan    
10 Saya datang ke sekolah tepat waktu    
… ……………..    
Keterangan : pertanyaan dapat diubah atau ditambah sesuai dengan butir-butir
sikap yang dinilai

Penilaian antarteman (Penilaian teman sejawat) merupakan teknik


penilaian yang dilakukan oleh seorang siswa (penilai) terhadap
siswa yang lain terkait dengan sikap/perilaku siswa yang dinilai.
Sebagaimana penilaian diri, hasil penilaian antar teman dapat
digunakan sebagai data konfirmasi. Selain itu penilaian antar
teman juga dapat digunakan untuk menumbuhkan beberapa nilai
seperti kejujuran, tenggang rasa, dan saling menghargai. Berikut
ini contoh lembar penilaian antar teman dengan menggunakan
skala likert:

Contoh Lembar Penilaian Antarteman (Likert)

Nama : .........................................................................................................

Kelas : .........................................................................................................

Semester : .........................................................................................................

Petunjuk:

Berilah tanda centang (√) pada kolom 1 (tidak pemah), (kadang- kadang), 3 (sering),
atau 4 (selalu) sesuai dengan keadaan teman kalian yang sebenarnya.

No Pertanyaan 1 2 3 4
1 Teman Saya selalu berdoa sebelum melakukan aktivitas.      
2 Teman saya sholat lima waktu tepat waktu      

35
Teman Saya tidak mengganggu teman saya yang
3 beragama lain berdoa sesuai agamanya      
Teman saya tidak menyontek dalam mengerjakan
4 ujian/ulangan      
Teman saya tidak menjiplak/mengambil/ menyalin karya
5 orang lain tanpa menyebutkan sumber dalam setiap tugas      
Teman saya mengemukakan perasaan terhadap sesuatu
 
6 apa adanya    
7 Teman saya melaporkan data atau informasi apa adanya      
… …………..      

g) Sosiometri
Sosiometri adalah suatu prosedur untuk merangkum, menyusun,
dan sampai batas tertentu dapat mengkualifikasikan pendapat-
pendapat peserta didik tentang penerimaan teman sebayanya serta
hubungan di antara mereka. Seperti Anda ketahui, di madrasah
banyak peserta didik kurang mampu menyesuikan diri dengan
lingkungannya. Ia nampak murung, mengasingkan diri, mudah
tersinggung atau bahkan ovcr-acting. Hal ini dapat diilihat ketika
mereka sedang istirahat, bermain atan mengeerjakan tugas
kelompok. Fenomena tersebut menunjukkan adanya
kekuranganmampuan peserta didik dalam nıenyesuaikan diri
dengan lingkungannya. Kondisi seperti ini perlu diketahui dan
dipelajari oleh Anda dan dicarai upaya untuk memperbaikinya,
karena dapat mengganggu proses belajarnya.

Salah satu cara untuk mengetahui kemampuan sosial peserta adalah


sosiometri. Terdapat beberapa langkah dalam menggunakan
sosiometri, yaitu:
(1) Memberikan “petunjuk” atau pertanyaan-pertanyaaan, seperti:
“tuliskan pada selembar kertas nama teman-temanmu yang
paling baik”, atau siapa teman mu yang paling baik di dalam

36
kelas?”, atau “siapa di antara temanmu yang sering
meminjaınkan buku pelajaran kepada teman- tcman yang lain”,
dan sebagainya. Usahakan tidak terjadi kompromi untuk saling
memilih diantara peserta didik.
(2) Mengumpulkan jawaban yang sejujumya dari semua peserta
didik.
(3) Jawaban-jawaban tersebut dimasukkan ke dalam tabel (lihat
contoh).
(4) Pilihan-pilihan yang tertera dalam tabel digambarkan pada
sebuah sosiogram.

Jawaban Peserta Didik Tentang Teman Terbaik

Y\X A B C D E F G H I J
A X X
B X X
C X X X
D X X X X
E X X X
F X X
G X X
H X X
I X X
J X X
Jumla
h 1 5 3 0 4 3 2 2 2 2

Setiap peserta didik dalam kelas digambarkan sebagai suatu


lingkaran. Garis panah menunjukkan pilihan persahabatan (teman
terbaik). Peserta didik B dan E adalah peserta didik yang populer
dan juga saling memilih, sedangkan peserta didik D ingin
bersahabat dengan temannya yang lain, tetapi tidak mendapat
respons yang baik. Dengan demikian, peserta didik D menjadi

37
terisolasi dalam pergaulannya di dalam kelas. Perhatikan
sosiogram berikut ini.

h) Penilaian Portofolio
Penilaian portofolio dapat digunakan sebagai alat formatif maupun
sumatif. Portofolio sebagai alat formatif digunakan untuk
memantau kemajuan peserta didik dari hari ke harı dan mendorong
peserta didik dalam merefleksi pembelajaran mereka sendiri.
Portofolio seperti ini difokuskan pada proses perkembangan
peserta didik dan digunakan untuk tujuan formatif dan diagrtostik.
Penilaian portofolio ditujukan juga untuk penilaian sumatif pada
akhir semester atan akhir tahun pelajaran. Hasil penilaian
portofolio sebagai alat sumatif ini dapat digunakan untuk mengisi
angka peserta didik, yang menunjuk kan prestasi peserta didik
dalam mata pelajaran tertentu.

Sebagaiman telah disinggung sebelumnya bahwa portofolio


merupaknn kumpulan karya peserta didik yang disimpan dalam
sebuh file. Nanıun demikian, bukan berarti portofolio hanya
merupakan tempat penyimpanan hasil pekerjaan peserta didik
rnelainkan juga sebagai sumber informasi bago guru, orang tua dan
peserta didik itu sendiri, portofolio dapat dijadikan sebagai bahan
tindak lanjut dari suatu pekerjaan yang telah dilakukan peserta

38
didik, sehirigga guru dan orang tua kesempatan untuk
mengembangkan kemampuan peserta didik.

Fungsi penilaian porlofolio dapat kita lihat dari berbagai segi.


yaitu;
(1) Portofolio sebagai sumber informasi bagi guru dan orang tua
untuk mengetahui pertumbu han dan perkembangan
kemampuan perserta didik, tanggung jawab dalam belajar,
perluasan dimensi belajar, dan inovasi pembelajaran.
(2) Portofolio sebagai alat pembelajaran merupakan komponen
kurikulum, karena portofolio mengharuskan peserta didik
untuk menunjukkan hasil kerja mereka.
(3) Portofolio sebagai alat penilaian otentik (outhentic assesment).
(4) Portofolio sebagai sumber informasi bagi peserta didik untuk
melakukan self-assessmen. Maksudnya, peserta didik
mempunyai kesempatan yang banyak untuk menilai diri sendiri
dari waktu ke waktu

Kesimpulan:

Tujuan penílaian portofolio adalah menghargai perkembangan peserta


didik, mendokumentasikan proses pembelajaran, memberi perhatian
pada prestasí kerja peserta didik yang terbaik, merefleksikan
kesanggupan mengambil resiko dan melakukan eksperimentasi,
meningkatkan efektifitas proses pembelajaran, bertukar informasi
dengan orang tua/waIi peserta didik dan guru lain, membina dan
mempercepat pertumbuhan konsep diri positif peserta didik,
meningkatkan kemampuan melakukan refleksi diri, dan membaritu
peserta didik dalam merumuskan tujuan.

Adapun fungsi penilaian porlofolio adalah sebagai sumber


informasi bagi guru dan orang ma untuk mengetahui pertumbuhan

39
dan perkembangan, kemampuan peserta didik, tanggung
jawab dalam belajar, dimensi belajar, dan inovasi pembelajaran,
sebagai alat pembelajaran karena portofolio mengharuskan peserta
didik untuk mengoleksi dan menunjukkan hasil kerja mereka,
sebagai alat penilaian otentik (outhentic assesment) dan sebagai
sumber informasi bagi peserta didik untuk self-assesment .

Prinsip-prinsip penilaian portofolio adalah mutual trust (saling


mempercayai), confidentiality (kerahasiaan bersama), join
ownership (milik bersama), satisfaction (kepuasan), relevance
(kesesuaian). Karakteristik penilaian portofolio, yaitu multi
sumber, outentik, dinamis, eksplisit, integrasi, kepemilikkan, dan
beragam tujuan.

Kelebihan model penilaian portofolio, antara lain dapat melihat


pertumbuhan dan pcrkembangan kemampuan peserta didik dari
waktu ke waktu berdasarkan feed-back dan refleksi diri,
membantu guru melakukan penilaian secara adil, objeklif,
transparan dan dapat dipertanggungjawabkan tanpa mengurangi
kreatifitas peserta didik di kelas; mengajak peserta didik untuk
belajar bertanggung jawab terhadap apa yang telah mereka
kerjakan, baik dl kelas maupun di luar kelas dalam rangka
implementasi pembelajaran, meningkatkan peran peserta peserta
didik secara aktif dalam kegiatan pembelajaran dan penilaian,
memberi kesempatan kepada peserta didik untuk meningka tkan
kemampuan mereka, membantu guru mengklarifikasi dan
mengidentifikasi program pembelajaran, terlibatnya berbagai
piliak, seperti orang tua, guru, komite sekolah dan masyarakat
lainnya dalam melihat pencapaian kemampuan peserta didik;
memungkinkan peserta didik melakukan penilaian diri (self-
assessinent), refleksi dan mengembangkan kemampuan berpikir kritis

40
(critical thinking); memungkinkan guru melakukan penilaian secara
fleksibel tetapi tetap mengacu kepada kompetensi dasar dan
indikator hasil belajar yang ditentukan; guru dan peserta didik
sama-sanna bertanggung jawab untuk merancang dan menilai
kemajuan belajar; dapat digunakan untuk menilai kelas yang
heterogen antara peserta didik yang pandai dan kurang pandai;
memungkinkan guru memberikan hadiah terhadap setiap usaha
belajar peserta didik.

Adapun kekurangan penilaian portofolio, antara lain membutuhkan


waktu dan kerja ekstra; dianggap kurang reliabel dibandingkan
dengan bentuk penilaian yang lain; ada kecenderungan guru hanya
memperhatikan pencapaian akhir sehingga proses penilaian kurang
mendapat perhatian; jika guru melaksanakan proses pembelajaran
yang bersifat teacher-oriented, kemungkinan besar inisiatif dan
kreatifitas peserta didik akan terbelenggu sehingga penilaian
portofolio tidak dapat dilaksanakan dengan baik, Orang tua peserta
didik sering berpikir skeptis karena laporan hasil belajarnya tidak
berbentuk angka, penilaian portofolio masih relatif baru sehingga
banyak guru, orang tua, dan peserta didik yang belum mengetahui
dan memahaminya, tidak tersedianya kreteria yang jelas, analisis
terhadap penilaian portofolio agak sulit dilakukan sebagai akibat
dikuranginya penggunaan angka, sulit dilakukan terutama dalam
menghadapi ujian dalam skala nasional, dan dapat menjebak
peserta didik jika terlalu sering menggunakan format yang lengkap
dan detail.

i) Catatan Insindental
Cataatan incidental adalah catatan-catatan singkat tentang
peristiwa-peristiwa sepintas yang dialami oleh peserta didik secara
perorangan. Catatan ini merupakan pelengkap dalam rangka

41
penilain guru terhadap peserta didiknya. Terutama yang berkenaan
dengan tingkah laku peserta didik, catatabn tersebut biasanya
berbunyi:

(1) Tanggal 23 Februari 2008, Gita menangis sendiri dibelakang madrasah, tanpa
sebab.
(2) Tanggal 5 Maret 2008, Gita mengambil mistar teman sebangkunya dan tidak
mengembalikannya.
(3) Tanggal 21 April 2008, Gita berkelahi dengan Galih,  karena Gita berkata:
"Galih anak pungut ".
(4) Tanggal 14 Mei 2008, Gita berkelahi dengan Gina, karena menuduh Gina
mencuri uang Gita.

Catatan insidental semacam ini mungkin belum berarti apa-apa


bagi keperluan penilaian kita, tetapi setelah dihubungkan dengan
data-data yang lain seringkali memberikan petunjuk yang berguna.
catatan ini dapat dibuat di buku khusus atau pada kartu kartu kecil,
sehingga memudahkan dalam penafsirannya. contoh:

Hari/ tanggal/ bulan/ tahun : Rabu, 21 April 2008

 Nama peserta didik : Gita

Nama MI / kelas : MI Negara II Palembang/ Kelas V

 Nama observer : Anggi

 Tempat observasi : di dalam kelas

 Catatan: Gita berkelahi dengan Galih karena kita berkata: Galih anak pungut. 

Kesimpulan sementara : Gita membuat orang tidak senang

42
2.5 Langkah-Langkah Membuat Instrumen Penilaian

Arifin (dalam Noer, 2019) menyatakan bahwa dalam perencanaan penilaian


hasil belajar, ada beberapa langkah yang harus dilakukan antara lain:

a. Menentukan Tujuan Penilaian


Guru harus mempunyai maksud dan tujuan tertentu dalam kegiatan
penilaian titik tujuan penilaian ini harus dirumuskan secara jelas dan tegas
serta ditentukan sejak awal, karena menjadi dasar untuk menentukan arah,
ruang lingkup materi,  jenis/ model,  dan karakter alat penilaian titik tujuan
penilaian jangan terlalu umum sehingga tidak menuntun guru dalam
menyusun soal. Rumusan tujuan penilaian harus memperhatikan domain
hasil belajar, seperti domain kognitif domain afektif dan domain
psikomotorik dari Bloom yang kemudian terkenal dengan Taksonomi
Bloom.

b. Mengidentifikasi Kompetensi dan Hasil Belajar


 Kompetensi adalah pengetahuan, keterampilan sikap dan nilai-nilai yang
direfleksikan dalam kebiasaan berpikir dan bertindak titik peserta didik
dianggap kompeten apabila dia memiliki pengetahuan keterampilan sikap
dan nilai-nilai untuk melakukan sesuatu setelah mengikuti proses
pembelajaran titik dalam kurikulum 2013 kompetensi pengetahuan yang
diharapkan adalah kemampuan berpikir tingkat tinggi atau high order
thinking skill (HOTS). Mengenai hasil belajar, Benjamin S Bloom dkk
mengelompokkan dalam tiga domain yaitu kognitif, afektif dan
psikomotorik.

c. Menyusun Kisi-Kisi
Kisi-kisi, yaitu matriks yang menggambarkan keterkaitan antara
behavioral objektives (kemampuan yang menjadi sasaran pembelajaran
yang harus dikuasai siswa) dan  course content (materi sajian yang
dipelajari siswa untuk mencapai kompetensi)  serta teknik evaluasi yang
akan digunakan dalam menilai keberhasilan penggunaan kompetensi oleh
siswa. Penyusunan kisi-kisi dimaksudkan agar materi evaluasi betul-betul

43
representative dan relevan dengan materi pelajaran yang sudah diberikan
oleh guru kepada peserta didik. Jika materi evaluasi tidak relevan dengan
materi pelajaran yang telah diberikan, maka akan berakibat hasil evaluasi
itu kurang baik. Begitu juga jika materi evaluasi terlalu banyak
dibandingkan dengan materi pelajaran, maka akan berakibat sama. Untuk
melihat apakah materi evaluasi relevan dengan materi pelajaran atau
Apakah materi evaluasi terlalu banyak atau kurang. Anda harus menyusun
kisi-kisi (layout atau blueprint atau table of specifications).

Kisi-kisi adalah format pemetaan soal yang menggambarkan distribusi


item untuk berbagai topik atau pokok bahasan berdasarkan jenjang
kemampuan tertentu. fungsi kisi-kisi adalah sebagai pedoman untuk
menulis soal atau merakit soal menjadi perangkat tes. Jika anda memiliki
kisi-kisi yang baik maka anda akan memperoleh perangkat soal yang
relatif sama sekalipun penulis soalnya berbeda. dalam konteks penilaian
hasil belajar, kisi-kisi disusun berdasarkan silabus setiap mata pelajaran.
perhatikan langkah-langkah berikut ini:
Langkah ke-1 Analisis Silabus
Langkah ke-2 Menyusun Kisi-Kisi
Langkah ke-3 Membuat Soal
Langkah ke-4 Menyusun Lembar Jawaban
Langkah ke -5 Membuat Kunci Jawaban
Langkah ke-6 Menyusun Pedoman Penskoran

Dalam prakteknya, seringkali guru membuat soal langsung dari sumber


buku titik hal ini jelas sangat keliru, karena buku sumber belum tentu
sesuai dengan silabus. kisi-kisi ini menjadi penting dalam perencanaan
evaluasi, karena di dalamnya terdapat sejumlah indikator sebagai acuan
dalam menulis soal. kisi-kisi soal yang baik harus memenuhi persyaratan
tertentu antara lain:
1. Representative,  yaitu harus betul-betul mewakili isi kurikulum yang
akan dievaluasi.

44
2. Komponen-komponennya harus terurai/rinci,  jelas, dan mudah
dipahami.

3. Soalnya dapat dibuat sesuai dengan indikator dan bentuk soal yang
ditetapkan.

Sebenarnya, format kisi-kisi tidak ada yang baku, karena itu banyak model
format yang dikembangkan para pakar evaluasi titik namun demikian
sekedar untuk memperoleh gambaran, format kisi-kisi dapat dibagi
menjadi dua komponen pokok, yaitu komponen identitas dan komponen
matriks. komponen identitas ditulis  di bagian atas matriks, sedangkan
komponen matriks dibuat dalam bentuk kolom yang sesuai titik komponen
identitas meliputi jenis atau jenjang Madrasah jurusan atau program studi (
bila ada),  bidang studi/ mata pelajaran, tahun pelajaran dan semester,
kurikulum acuan alokasi waktu, jumlah soal keseluruhan, dan bentuk soal.
sedangkan komponen matriks terdiri atas kompetensi dasar materi jumlah
soal, jenjang kemampuan, indikator, dan nomor urut soal.

d. Mengembangkan Draft Instrumen


Mengembangkan Instrumen penilaian merupakan salah satu langkah
penting dalam prosedur penilaian titik Instrumen penilaian dapat disusun
dalam bentuk tes maupun non tes dalam bentuk tes, berarti guru harus
membuat soal. Penulisan soal adalah penjabaran indikator menjadi
pertanyaan-pertanyaan yang karakteristiknya sesuai dengan pedoman kisi-
kisi. Setiap pernyataan harus jelas dan terfokus serta menggunakan bahasa
yang efektif, baik bentuk pertanyaan maupun bentuk jawabannya. Kualitas
butir soal akan menentukan kualitasnya secara keseluruhan Setelah semua
soal ditulis, sebaiknya soal tersebut dibaca lagi, Jika perlu didiskusikan
kembali dengan tim penelaah soal, baik dari ahli bahasa dan ahli bidang
studi, Ahli kurikulum dan ahli evaluasi titik dalam bentuk non tes, guru
dapat membuat angket, pedoman observasi pedoman wawancara, studi
dokumentasi, skala sikap, penilaian bakat, minat, dan sebagainya.

45
e. Uji Coba dan Analisis Soal
Jika semua soal sudah disusun dengan baik maka perlu diujicobakan
terlebih dahulu di lapangan titik tujuannya untuk mengetahui soal-soal
mana yang perlu diubah diperbaiki bahkan dibuang sama sekali serta soal
mana yang baik yang dipergunakan selanjutnya. Soal yang baik adalah
soal yang sudah mengalami beberapa kali uji coba dan revisi,  yang yang
didasarkan atas analisis empiris dan rasional. Analisis empiris
dimaksudkan untuk mengetahui kelemahan-kelemahan setiap soal. Hal
yang sama dilakukan pula terhadap instrumen non tes.

f. Revisi dan Merakit Soal


Setelah soal diuji coba dan dianalisis kemudian direvisi sesuai dengan
reliabilitas,  validitas, proporsi tingkat kesukaran soal dan daya pembeda.
Dengan demikian, ada soal yang masih dapat diperbaiki dari segi bahasa
ada juga soal yang harus direvisi total, baik menyangkut pokok soal
(stem), maupun alternatif jawaban, bahkan ada soal yang harus dibuang
atau disisihkan. Berdasarkan hasil revisi soal ini, barulah dilakukan
perakitan soal menjadi suatu instrumen yang terpadu, untuk itu semua hal
yang dapat mempengaruhi validitas skor tes seperti nomor urut soal,
pengelompokan, bentuk soal, penataan soaldan sebagaianya haruslah
diperhatikan.

46
3. PENUTUP

Penilaian adalah proses pengumpulan dan pengolahan informasi belajar peserta


didik. Penilaian hasil belajar peserta didik meliputi aspek sikap, pengetahuan dan
ketrampilan. untuk mengukur pencapaian hasil belajar peserta didik.

Tujuan penilaian jika dilihat dari subjek yang melakukan penilaian yaitu:

a. Penilaian hasil belajar oleh pendidik bertujuan untuk memantau dan


mengevaluasi proses, kemajuan belajar, dan perbaikan hasil belajar
b. Penilaian hasil belajar oleh satuan pendidikan bertujuan untuk menilai
c. pencapaian Standar Kompetensi Lulusan untuk semua mata pelajaran.
d. Penilaian hasil belajar oleh Pemerintah bertujuan untuk menilai pencapaian
kompetensi lulusan secara nasional pada mata pelajaran tertentu.

Prinsip penilaian hasil belajar antara lain:

a. sahih, berarti penilaian didasarkan pada data yang mencerminkan kemampuan


yang diukur;
b. objektif, berarti penilaian didasarkan pada prosedur dan kriteria yang jelas,
tidak dipengaruhi subjektivitas penilai;
c. adil, berarti penilaian tidak menguntungkan atau merugikan peserta didik
karena berkebutuhan khusus serta perbedaan latar belakang agama, suku,
budaya, adat istiadat, status sosial ekonomi, dan terpadu, berarti penilaian
merupakan salah satu komponen yang tak terpisahkan dari kegiatan
d. terbuka, berarti prosedur penilaian, kriteria penilaian, dan dasar pengambilan
keputusan dapat diketahui oleh pihak yang berkepentingan;

47
e. menyeluruh dan berkesinambungan, berarti penilaian mencakup semua aspek
kompetensi dengan menggunakan berbagai teknik penilaian yang sesuai,
untuk memantau dan menilai perkembangan kemampuan peserta didik.
f. sistematis, berarti penilaian dilakukan secara berencana dan bertahap dengan
mengikuti langkah-langkah baku;
g. beracuan kriteria, berarti penilaian didasarkan pada ukuran pencapaian
kompetensi yang ditetapkan; dan
h. akuntabel, berarti penilaian dapat dipertanggung-jawabkan, baik dari segi
mekanisme, prosedur, teknik, maupun hasilnya.

Dalam perencanaan penilaian hasil belajar, ada beberapa langkah yang harus
dilakukan antara lain:

a. Menentukan Tujuan Penilaian


b. Mengidentifikasi Kompetensi dan Hasil Belajar
c. Menyusun Kisi-Kisi
d. Mengembangkan Draft Instrumen
e. Uji Coba dan Analisis Soal
f. Revisi dan Merakit Soal

48
DAFTAR PUSTAKA

Nurdalia. 2017. Mengembangkan Instrumen Penilaian.


https://www.academia.edu/35415089/Pengembangan_instrumen_penilaian.
Diakses pada tanggal 07 Juli 2021 pukul 22.57

Noer, S.H. 2019. Desain Pembelajaran Matematika: Untuk Mahasiswa Program


Studi Pendidikan Matematika. Yogyakarta: Graha Ilmu.

49

Anda mungkin juga menyukai