Oleh:
MUHAMMAD NUH
NIP.197503242007101001
Abstract
The mechanism of development indicators in the KTSP 2006 is relatively
simpler than the steps Kurikulum 2013. There are two important things to
understand the mechanisms of development indicators according to Kurikulum
2013, that is: first, in the process of instructional design to flow used begins to
parse KD of KI 3 than KD of KI 4; which give effect to the KD formation of KI 2
and KI 1; second, after KD was derived from KI 3 and KI 4 completely analyzed,
then is derived the relevant material and description of instructions. Based on the
learning activities and assignments are designed, indicators is derived from KD of
KI 1 and KI 2. KD indicator of KI 2 is designed as an authentic assessment tools.
A. Pendahuluan
Salah satu istilah yang relatif baru di telinga para guru dan praktisi
pendidikan seiring dengan berlakunya Kurikulum 2013 di pertengahan Juli 2013
lalu adalah Kompetensi Inti (KI) yang pada Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan (KTSP) 2006 tidak ditemukan. Ada sebagian orang menafsirkan
bahwa KI menggantikan istilah untuk Standar Kompetensi (SK) pada KTSP 2006.
Mereka umumnya sepakat bahwa KI dan SK itu sama saja, karena sama-sama
menghasilkan kompetensi turunannya atau disebut Kompetensi Dasar (KD).
Kedengarannya apa pun itu yang sedang berkembang dalam benak guru dan para
praktisi pendidikan atau masyarakat sekali pun, kenyataannya pemerintah
mengarahkan pendidikan sekarang ini dengan memberlakukan kurikulum terbaru.
Pemerintah melalui Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (kemdikbud) harus
menunjukkan sikap khususnya pada guru yang diyakini sebagai pioner dalam
pelaksanaan Kurikulum 2013. Oleh sebab itu, sosialisasi dan pemantapan
pelaksanaan Kurikulum 2013 terus dilakukan melalui sejumlah riset dan diklat
guna mensukseskan implementasi Kurikulum 2013.
Dalam sebuah publikasi TV Edukasi tanggal 14 Juli 2013 Profesor Syawal
Gultom selaku Kepala Badan PSDM dan PMP kemdikbud menjelaskan temuan di
lapangan terkait Sosialisasi Kurikulum 2013 bahwa:
Ternyata dalam proses perancangan pembelajaran para guru kita bahkan
guru inti kita masih ada sebagian yang belum paham bagaimana merancang
pembelajaran itu yang dimulai dari KD yang berasal dari KI 3 melaju terus
ke KD yang berasal dari KI 4. Temuan ini sangat penting dibahas. Karena di
lapangan elaborasi dari KI 2 artinya KD yang berasal dari KI 2 masih
banyak guru yang belum paham sehingga indikatornya tidak berhubungan
sama sekali dengan maksud dari KD kelompok KI 3 dan KI 4.
Penjelasan di atas memiliki makna bahwa kompetensi inti ibarat anak tangga
yang harus dilalui peserta didik untuk sampai pada kompetensi lulusan jenjang
satuan pendidik. Kompetensi inti meningkat seiring dengan meningkatnya usia
peserta didik yang dinyatakan dengan meningkatnya kelas. Mulyasa (2013: 173-
174) menjelaskan pokok-pokok kompetensi inti yang dapat diringkas sebagai
berikut: (a) kompetensi inti bersifat multidimensi, (b) kompetensi inti bukan untuk
diajarkan, (c) kompetensi inti merupakan integrator horizontal antarmata
pelajaran, (d) kompetens inti merupakan operasionalisasi SKL, serta (e)
kompetensi inti sebagai organizing element kompetensi dasar.
Kompetensi inti bersifat multidimensi menguatkan makna bahwa dalam
operasionalnya, kompetensi lulusan pada ranah sikap dipecah menjadi dua, yaitu
sikap spiritual untuk membentuk siswa yang beriman dan bertakwa, dan
kompetensi sikap sosial untuk membentuk siswa yang berakhlak mulia, mandiri,
demokratis, dan bertanggung jawab.
Kompetensi inti bukan untuk diajarkan, tetapi untuk dibentuk melalui
berbagai tahapan proses pembelajaran pada setiap mata pelajaran yang relevan.
Setiap mata pelajaran harus mengacu pada pencapaian dan perwujudan
kompetensi inti yang telah dirumuskan. Dengan kata lain, semua mata pelajaran
yang diajarkan dan dipelajari pada setiap kelas di setiap satuan pendidikan harus
mengacu dan menuju pada pembentukan kompetensi inti.
Kompetensi inti merupakan pengikat kompetensi-kompetensi yang harus
dihasilkan melalui pembelajaran dalam setiap mata pelajaran, sehingga berperan
sebagai integrator horizontal antarmata pelajaran. Kompetensi inti adalah bebas
dari mata pelajaran karena tidak mewakili mata pelajaran tertentu. Kompetensi
inti merupakan kebutuhan kompetensi peserta didik, sedangkan mata pelajaran
adalah pasokan kompetensi dasar yang harus dipahami dan dimiliki peserta didik
melalui proses pembelajaran yang tepat menjadi kompetensi inti.
Kompetensi inti merupakan operasionalisasi Standar Kompetensi Lulusan
(SKL) dalam bentuk kualitas yang harus dimiliki oleh peserta didik yang telah
menyelesaikan pendidikan pada satuan pendidikan tertentu, yang menggambarkan
kompetensi utama yang dikelompokkan ke dalam aspek sikap, keterampilan, dan
pengetahuan yang harus dipelajari peserta didik untuk suatu jenjang sekolah, kelas
dan mata pelajaran. Kompetensi inti harus menggambarkan kualitas yang
seimbang antara pencapaian hard skills dan soft skills.
Kompetensi inti berfungsi sebagai unsur pengorganisasi (organizing
element) kompetensi dasar. Sebagai unsur pengorganisasi, Kompetensi Inti
merupakan pengikat untuk organisasi vertikal dan organisasi horizontal
Kompetensi Dasar. Organisasi vertikal Kompetensi Dasar adalah keterkaitan
antara konten Kompetensi Dasar satu kelas atau jenjang pendidikan ke
kelas/jenjang di atasnya sehingga memenuhi prinsip belajar yaitu terjadi suatu
akumulasi yang berkesinambungan antara konten yang dipelajari peserta didik.
Organisasi horizontal adalah keterkaitan antara konten. Kompetensi dasar satu
mata pelajaran dengan isi kompetensi dasar dari mata pelajaran yang berbeda
dalam satu pertemuan mingguan dan kelas yang sama sehingga terjadi proses
saling memperkuat.
Dalam mendukung kompetensi inti, capaian pembelajaran mata pelajaran
diuraikan menjadi kompetensi dasar-kompetensi dasar yang dikelompokkan
menjadi empat. Ini sesuai dengan rumusan kompetensi inti yang didukungnya,
yaitu dalam kelompok kompetensi sikap spiritual, kompetensi sikap sosial,
kompetensi pengetahuan, dan kompetensi keterampilan. Keempat kelompok itu
menjadi acuan dari Kompetensi Dasar yang harus dikembangkan di dalam setiap
peristiwa pembelajaran secara integratif. Kompetensi yang berkenaan dengan
sikap keagamaan dan sosial dikembangkan secara tidak langsung (indirect
teaching) ketika peserta didik belajar tentang pengetahuan dan penerapan
pengetahuan.
Uraian kompetensi dasar serinci ini adalah untuk memastikan capaian
pembelajaran tidak berhenti sampai pengetahuan saja, melainkan harus berlanjut
ke keterampilan, dan bermuara pada sikap. Mulyasa (2013: 175) menegaskan
bahwa:
Kompetensi dasar dalam kelompok kompetensi inti sikap bukanlah untuk
peserta didik karena kompetensi ini tidak diajarkan, tidak dihapalkan, dan
tidak diujikan, tetapi sebagai pegangan bagi pendidik, bahwa dalam
mengajarkan mata pelajaran tersebut ada pesan-pesan sosial dan spiritual
yang terkandung dalam materinya.
Tabel 2
Penurunan Kompetensi Inti dari SKL untuk SMP/MTs
SKL SMP KI Kelas VII KI Kelas VIII KI Kelas IX
Memiliki [melalui Menghargai dan Menghargai dan Menghargai dan
menerima, menjalankan, menghayati ajaran menghayati ajaran menghayati ajaran
menghargai , agama yang dianutnya. agama yang dianutnya. agama yang dianutnya.
menghayati, Menghargai dan Menghargai dan Menghargai dan
mengamalkan] perilaku menghayati perilaku menghayati perilaku menghayati perilaku
yang mencerminkan jujur, disiplin dan jujur, disiplin dan jujur, disiplin dan
sikap orang beriman, tanggung jawab, peduli tanggung jawab, peduli tanggung jawab, peduli
berakhlak mulia, percaya (toleransi, gotong – (toleransi, gotong – (toleransi, gotong –
diri dan bertanggung royong] ), santun royong] ), santun royong] ), santun
jawab dalam berinteraksi percaya diri, dalam percaya diri, dalam percaya diri, dalam
secara efektif dengan interaksi secara efektif interaksi secara efektif interaksi secara efektif
lingkungan sosial dan dengan lingkungan dengan lingkungan dengan lingkungan
alam dalam jangkauan sosial dan alam daam sosial dan alam daam sosial dan alam daam
jangkauan pergaulan jangkauan pergaulan jangkauan pergaulan
dan keberadaannya dan keberadaannya dan keberadaannya
Memiliki [melalui Memahami Memahami dan Memahami dan
mengetahui, memahami, pengetahuan (faktual, menerapkan menerapkan
menerapkan, konseptual, dan pengetahuan (faktual, pengetahuan (faktual,
menganalisis, prosedural) konseptual, dan konseptual, dan
mengeavluasi] berdasarkan rasa ingin prosedural) prosedural)
pengetahuan faktual, tahunya tentang ilmu berdasarkan rasa ingin berdasarkan rasa ingin
konseptual , dan pengetahuan, tahunya tentang ilmu tahunya tentang ilmu
procedural dalam ilmu teknologi, seni, budaya pengetahuan, pengetahuan,
pengetahuan, teknologi, terkait fenomena dan teknologi, seni, budaya teknologi, seni, budaya
seni, budaya dengan kejadian tampak mata. terkait fenomena dan terkait fenomena dan
wawasan kemanusiaan, kejadian tampak mata. kejadian tampak mata.
kebangsaan, kenegaraan,
dan peradaban terkait
fenomena dan kejadian
yang tampak mata.
Memiliki [melalui, Mencoba, mengolah, Mencoba, menyaji, Mencoba, menyaji,
mengamati, menanya, dan menyaji dalam dan menalar dalam dan menalar dalam
mencoba, mengolah, ranah konkret ranah konkret ranah konkret
menyaji, menalar, (menggunakan, (menggunakan, (menggunakan,
mencipta] kemampuan mengurai, merangkai, mengurai, merangkai, mengurai, merangkai,
pikir dan tindak yang memodifikasi, dan memodifikasi, dan memodifikasi, dan
efektif dan kreatif dalam membuat) dan ranah membuat) dan ranah membuat) dan ranah
ranah abstrak dan konkret abstrak (menulis, abstrak (menulis, abstrak (menulis,
sesuai dengan yang membaca, membaca, membaca,
dipelajari di sekolah dan menghitung, menghitung, menghitung,
sumber lain sejenis. menggambar, dan menggambar, dan menggambar, dan
mengarang) sesuai mengarang) sesuai mengarang) sesuai
dengan yang dipelajari dengan yang dipelajari dengan yang dipelajari
di sekolah dan sumber di sekolah dan sumber di sekolah dan sumber
lain yang sama dalam lain yang sama dalam lain yang sama dalam
sudut pandang/teori. sudut pandang/teori. sudut pandang/teori.
Kotak 1
Menjelaskan pengertian segiempat
Memberi contoh bangun segiempat
Mendefinisikan sifat-sifat segiempat
Menghitung keliling pada segiempat
Menghitung luasan pada segiempat
Menentukan besaran pada model segiempat
Jadi hierarki kompetensi berdasarkan perilaku belajar atau kata kerja dalam KD
3.6 [mengidentifikasi sifat-sifat …] dapat diturunkan menjadi tiga kata kerja
operasional sebagai indikator, yaitu [menjelaskan pengertian …], [memberi
contoh …], dan [mendefinisikan sifat-sifat …]. Selanjutnya hierarki kompetensi
berdasarkan perilaku atau kata kerja yang kedua dalam KD 3.6 [menggunakannya
untuk menentukan …] dapat diturunkan pula menjadi dua perilaku atau kata kerja
operasional, yaitu [menghitung … ] dan [menentukan …]. Hierarki kompetensi
dapat juga dianalisis berdasarkan content atau materi pokok. Uraian materi pokok
dengan mengambil topik segiempat akan membahas enam hal, yaitu: (a) persegi
panjang, (b) persegi, (c) trapesium, (d) jajargenjang, (e) belah ketupat, dan (f)
layang-layang. Praktis indikator paling bawah pada Gambar 2 akan ditulis
menjadi enam indikator soal, misalnya [menjelaskan pengertian persegi panjang]
atau [menjelaskan pengertian persegi], dan seterusnya sebanyak macam
segiempat yang akan dibahas. Karena sifat materi pokok segiempat jika pun diurai
menjadi enam, tentu jumlah indikator akan banyak dengan satu tingkat
kompetensi dari perilaku belajar [menjelaskan pengertian …], oleh sebab itu
indikator pertama cukup dengan perilaku belajar yang umum [menjelaskan
pengertian segiempat].
Langkah (3) perhatian pada Gambar 1 adalah menentukan KBM untuk
pencapaian pengetahuan dengan contextual teaching learning (CTL) dan atau
active learning (AL) yang pada pokoknya adalah memenuhi prinsip-prinsip
PAKEM. Berdasarkan informasi dalam Kotak 1, ciri pembelajaran CTL atau AL
yang dapat diterapkan pada pencapaian indikator itu dapat diilustrasikan pada
kegiatan belajar mengajar dalam Tabel 4 berikut. Strategi pembelajaran dalam
Tabel 4 menggunakan model pembelajaran aktif, yaitu strategi pembelajaran
kooperatif tipe jigsaw.
Tabel 4
Deskripsi Kegiatan Pembelajaran Berdasarkan Indikator dalam Kotak 1
No. Deskripsi Kegiatan Pembelajaran Metode Media
1 Pendahuluan:
Apersepsi dan motivasi
Siswa duduk sesuai dengan kelompok masing- Demonstrasi, Alat Peraga
masing (satu kelompok 4 – 6 orang) Tanya jawab Geometri,
Guru meminta satu wakil kelompok mengambil dan dan Lembar
dari lemari kelas 5 macam alat peraga segiempat Penugasan kerja
(datar persegi, persegi panjang, trapesium,
jajargenjang, belah ketupat, dan layang-layang).
Setiap kelompok mendiskusikan nama setiap
segiempat dan memberikan deskrisi singkat.
Tujuan Pembelajaran:
No. Deskripsi Kegiatan Pembelajaran Metode Media
Guru menilai pengetahuan awal siswa berdasarkan
jawaban yang tertulis pada lembar kerja
2 Eksplorasi:
Guru membagi topik segiempat menjadi 5 Diskusi, Alat Peraga
rumusan tugas kepada kelompok-kelompok asal Tanya Geometri,
yang anggotanya heterogen. jawab, dan Buku
Memberi waktu yang cukup untuk mereka resume. Pegangan
mengambil bagian membahas satu topik. Dalam Siswa,
hal ini mereka dipandu dengan Lembar kerja. Kertas Plano,
Selanjutnya guru meminta siswa yang memiliki dan dan
topik sama bertemu di kelompok ahli untuk Lembar kerja
membahas lebih jelas rumusan tugas sesuai
Lembar kerja di kelompok ahli. Beri cukup waktu
mereka menuliskan rumusan tugas dari topik
tersebut.
Guru memandu siswa kembali ke kelompok asal,
dan setiap topik yang dibawa secara tertulis dari
kelompok ahli harus diajarkan kepada anggota
kelompok asalnya secara bergiliran. Dalam hal ini
siswa memerlukan waktu lebih banyak untuk
menuliskan semua rumusan tugas dalam kertas
plano.
Elaborasi:
Guru meminta siswa kunjung karya dari setiap Presentasi, Pajangan
rumusan tugas dalam plano yang dipajangkan di Tanya karya siswa.
dinding kelas. Untuk memberi komentar. jawab, dan
Guru meminta tiga panelis dari tiga kelompok diskusi.
untuk menyampaikan presentasi rumusan tugas.
Panelis 1, untuk topik 1 dan 2, Panelis 2, untuk
topik 3 dan 4, Panelis 3 untuk topik 5 dan rumusan
kesimpulan.
Konfirmasi:
Guru memandu siswa untuk menelaah tugas-tugas Penugasan, Lembar
berstruktur terkait dengan indikator soal. diskusi, dan kerja, dan
Guru menyediakan 5 model bangun datar untuk presentasi. Pajangan
dianalisis besaran-besaran yang terkait dengan karya siswa.
sifat-sifat segiempat untuk didiskusikan oleh setiap
kelompok hasilnya ditulis dalam plano.
3. Penutup:
Melakukan penilaian kinerja kelompok dan Tanya Lembar tes.
merefleksikan hal-hal tentang sifat-sifat segiempat jawab,
serta besaan-besarannya yang masih salah refleksi, dan
dipahami siswa. latihan.
Kuis untuk penilaian formatif.
Kotak 2
Menggunakan sifat dan besaran segiempat dalam
penyusunan langkah-langkah pemodelan matematika
Mendeskripsikan pemecahan masalah berdasarkan
model segiempat
Sampai pada ujung dari langkah (5) Gambar 2, dengan memperhatikan deskripsi
kegiatan pembelajaran pada Tabel 5 dapat ditarik beberapa asumsi bahwa (a)
pembelajaran menggunakan yang meminta siswa aktif berdiskusi dan
memecahkan masalah, (b) pembelajaran juga melatih siswa belajar membuat
keputusan, dan (c) mengembangkan kemampuan literasi dan membuat deskripsi
dari model pemecahan masalah. Berdasakan asumsi itu, guru mempersiapkan
siswa dengan pengalaman belajar yang melatih karakter kerjasama, berpikir
analitik dan sikap teliti.
Langkah (6) dan Langkah (7) perhatian Gambar 2, deskripsi kegiatan
pembelajaran dari Tabel 4 dan Tabel 5 sudah dapat dipadukan menjadi alur
pembelajaran yang lengkap. Jadi kegiatan pembelajaran telah menggunakan dua
strategi aktif yaitu strategi pembelajaran kooperatif tipe jigsaw dan strategi
pemecahan masalah. Karakter yang memuati prosedur pembelajaran itu dapat
diperkirakan yaitu pembiasaan karakter kerjasama, berpikir logis, berpikir analitik
dan sikap teliti. Namun sebenarnya masih banyak lagi karakter yang telah
memuati deskripsi pembelajaran tersebut. Jadi karakter kerjasama, berpikir logis,
berpikir analitik dan sikap teliti menjadi dasar pengembangan indikator untuk KD
dari KI 2. Pengembangan karakter dalam wujud indikator KD yang berasal dari
KI 2 dapat dirumuskan dan ini menjadi dasar untuk pengembangan alat
pengukuran nontes misalnya angket atau daftar pengamatan proses pembelajaran
berlangsung. Dalam proses ini KD dari KI 2 tidak disimulasikan dalam tulisan ini
karena setiap sekolah atau guru memiliki ukuran sendiri dalam mengembangkan
indikator dari KD yang berasal dari kelompok KI 2.
E. Penutup
Mekanisme pengembangan indikator menurut KTSP 2006 versus
Kurikulum 2013 pada jenjang satuan SMP/MTs memiliki prosedur yang berbeda.
Pengembangan indikator pada KTSP 2006 relatif lebih sederhana langkah-
langkahnya daripada Kurikulum 2013. Hal ini adanya tuntutan perancangan
pembelajaran yang harus melihat bahwa materi pelajaran dimulai dari analisis
kebutuhan berdasarkan SKL yang termuat dalam KD dari setiap kelompok KI
yang berbeda. Ada dua hal penting yang dapat disumpulkan dalam memahami
mekanisme pengembangan indikator menurut Kurikulum 2013, yaitu:
Pertama, dalam proses perancangan dan pembelajaran alur yang digunakan
bermula mengurai KD dari KI 3 kemudian KD dari KI 4 yang memberi dampak
terhadap terbentuknya KD pada KI 2 dan KI 1.
Kedua, setelah KD yang berasal dari KI 3 dan KI 4 tuntas dianalisis, lalu
diturunkan materi yang relevan dan deskripsi pembelajarannya. Di dalam
deskripsi pembelajaran itu telah ada penugasan dan penilaian. Berdasarkan
aktivitas belajar dan penugasan tersebut dirancang indikator KD yang berasal dari
KI 1 dan KI 2. Indikator KD dari KI 2 yang dirancang sebagai perangkat penilaian
otentik.
Daftar Pustaka