Anda di halaman 1dari 20

MEKANISME PENGEMBANGAN INDIKATOR MENURUT

KTSP 2006 VERSUS KURIKULUM 2013 PADA


JENJANG SATUAN SMP/MTs

Artikel Ditulis untuk Melengkapi Penerbitan Jurnal di


Program Studi Pendidikan Guru Raudhatul Athfal

Oleh:

MUHAMMAD NUH
NIP.197503242007101001

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN


INTITUT AGAMA ISLAM NEGERI
SUMATERA UTARA
2014
MEKANISME PENGEMBANGAN INDIKATOR MENURUT KTSP 2006
VERSUS KURIKULUM 2013 PADA JENJANG SATUAN SMP/MTs
(Muhammad Nuh, email: emnoeh@gmail.com)

Abstract
The mechanism of development indicators in the KTSP 2006 is relatively
simpler than the steps Kurikulum 2013. There are two important things to
understand the mechanisms of development indicators according to Kurikulum
2013, that is: first, in the process of instructional design to flow used begins to
parse KD of KI 3 than KD of KI 4; which give effect to the KD formation of KI 2
and KI 1; second, after KD was derived from KI 3 and KI 4 completely analyzed,
then is derived the relevant material and description of instructions. Based on the
learning activities and assignments are designed, indicators is derived from KD of
KI 1 and KI 2. KD indicator of KI 2 is designed as an authentic assessment tools.

Key Word: Indikator Soal, KTSP 2006, dan Kurikulum 2013

A. Pendahuluan
Salah satu istilah yang relatif baru di telinga para guru dan praktisi
pendidikan seiring dengan berlakunya Kurikulum 2013 di pertengahan Juli 2013
lalu adalah Kompetensi Inti (KI) yang pada Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan (KTSP) 2006 tidak ditemukan. Ada sebagian orang menafsirkan
bahwa KI menggantikan istilah untuk Standar Kompetensi (SK) pada KTSP 2006.
Mereka umumnya sepakat bahwa KI dan SK itu sama saja, karena sama-sama
menghasilkan kompetensi turunannya atau disebut Kompetensi Dasar (KD).
Kedengarannya apa pun itu yang sedang berkembang dalam benak guru dan para
praktisi pendidikan atau masyarakat sekali pun, kenyataannya pemerintah
mengarahkan pendidikan sekarang ini dengan memberlakukan kurikulum terbaru.
Pemerintah melalui Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (kemdikbud) harus
menunjukkan sikap khususnya pada guru yang diyakini sebagai pioner dalam
pelaksanaan Kurikulum 2013. Oleh sebab itu, sosialisasi dan pemantapan
pelaksanaan Kurikulum 2013 terus dilakukan melalui sejumlah riset dan diklat
guna mensukseskan implementasi Kurikulum 2013.
Dalam sebuah publikasi TV Edukasi tanggal 14 Juli 2013 Profesor Syawal
Gultom selaku Kepala Badan PSDM dan PMP kemdikbud menjelaskan temuan di
lapangan terkait Sosialisasi Kurikulum 2013 bahwa:
Ternyata dalam proses perancangan pembelajaran para guru kita bahkan
guru inti kita masih ada sebagian yang belum paham bagaimana merancang
pembelajaran itu yang dimulai dari KD yang berasal dari KI 3 melaju terus
ke KD yang berasal dari KI 4. Temuan ini sangat penting dibahas. Karena di
lapangan elaborasi dari KI 2 artinya KD yang berasal dari KI 2 masih
banyak guru yang belum paham sehingga indikatornya tidak berhubungan
sama sekali dengan maksud dari KD kelompok KI 3 dan KI 4.

Dalam tayangan itu beliau memaparkan dengan jelas bahwa mekanisme


pengembangan indikator pada Kurikulum 2013 berdasarkan alur sebagai berikut,
(a) Dalam proses perancangan dan pembelajaran alur yang digunakan adalah:
bermula KI 3  KI 4 dan selanjutnya memberikan dampak terhadap terbentuknya
KD pada KI 2 dan KI 1, (b) Setelah KI 3 dan KI 4 tuntas dianalisis, lalu
diturunkan materi yang relevan dan rancangan skenario pembelajaran termasuk
penugasan dan penilaian, (c) Berdasarkan aktivitas belajar dan penugasan tersebut
dirancang indikator KD pada KI 1 dan KI 2 diintegrasikan.
Paparan Syawal Gultom sebagai hasil temuan atas implementasi
Kurikulum 2013 patut mendapatkan perhatian serius. Hal ini untuk memastikan
bahwa Kurikulum 2013 atau apa pun perubahan kurikulum sebelumnya tidak
lantas menjadi harapan kosong jika dihadapkan pada pertanyaan “apakah
kurikulum baru ini bisa memperbaiki kualitas pendidikan di Indonesia atau
tidak?”. Suarma Al Muchtar dalam Republika Online (2 Desember 2013)
menyampaikan bahwa: “Ia khawatir kurikulum 2013, sama dengan kurikulum
sebelumnya. Yakni, membuat kurikulum tanpa memperbaiki kualitas gurunya”.
Sebenarnya yang penting bukan kurikulumnya, tapi gurunya. Kurikulum apa pun
yang diberlakukan, kalau guru yang mengajar di kelas hanya menyampaikan
materi untuk mencapai Ujian Nasional, maka Indonesia akan selalu dihadapkan
dengan masalah moral. Jelas dari ungkapan tersebut perlu upaya lebih serius
untuk meningkatkan profesionalitas guru. Upaya ini sebenarnya sedang dilakukan
terbukti adanya sertifikasi guru yang prakteknya dari tahun ke tahun terus
mengalami penyempurnaan. Sebagaimana paparan oleh Syawal Gultom, tulisan
ini menjadi salah satu bahan bacaan untuk mengingatkan sebagian guru dan para
perancang pembelajaran sehingga berharap dapat melihat perbedaan mendasar
tentang mekanisme pengembangan indikator dalam KTSP 2006 versus Kurikulum
2013.
B. Indikator dalam Pengembangan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan
(KTSP) 2006 di Jenjang Satuan SMP/MTs

Indikator merupakan penanda KD yang ditunjukkan oleh perubahan


perilaku terukur dan/atau teramati meliputi sikap, pengetahuan, dan keterampilan
(Depdiknas, 2008: 3). Indikator dikembangkan sesuai dengan karakteristik peserta
didik, mata pelajaran, satuan pendidikan, potensi daerah dan dirumuskan dalam
kata kerja operasional yang terukur dan/atau dapat diamati. Dalam
pengembangan indikator (Depdiknas, 2008: 3) perlu dipertimbangkan tiga hal,
yaitu: “(a) Tuntutan kompetensi yang dapat dilihat melalui kata kerja yang
digunakan dalam KD, (b) Karakteristik mata pelajaran, peserta didik, dan sekolah,
(c) Potensi dan kebutuhan peserta didik, masyarakat, dan lingkungan/daerah”.
Dalam mengembangkan pembelajaran dan penilaian, terdapat dua rumusan
indikator, yaitu (a) Indikator pencapaian kompetensi yang disebut dengan
indikator saja, (b) Indikator penilaian yang digunakan dalam menyusun kisi-kisi
dan menulis soal yang dikenal sebagai indikator soal. Indikator dirumuskan dalam
bentuk kalimat dengan menggunakan kata kerja operasional. Rumusan indikator
sekurang-kurangnya mencakup dua hal yaitu tingkat kompetensi dan materi yang
menjadi media pencapaian kompetensi. Tabel 1 berikut ini adalah contoh untuk
memperjelas istilah indikator, indikator soal, kata kerja operasional, tingkat
kompetensi, dan materi pokok.
Tabel 1
Indikator dalam KTSP 2006 untuk Mata Pelajaran Matematika, dan IPA
No. SK dan KD Indikator
1. Matematika Kelas VII KD 2.1. Matematika Kelas VII:
Standar Kompetensi (SK): Indikator:
2. Memahami bentuk  Menyebutkan pengertian bentuk
aljabar, persamaan dan aljabar
pertidaksamaan linear  Memberikan contoh macam bentuk
satu variabel aljabar
 Membedakan macam-macam suku
Kompetensi Dasar (KD): bentuk aljabar
2.1 Mengenali bentuk aljabar  Menjelaskan unsur-unsur dalam
dan unsur-unsurnya bentuk aljabar
2.2 Melakukan operasi pada  Menuliskan unsur-unsur dari
bentuk aljabar macam bentuk aljabar
2.3 Menyelesaikan persamaan
linear satu variabel Indikator Soal:
No. SK dan KD Indikator
2.4 Menyelesaikan  Siswa dapat menuliskan contoh
pertidaksamaan linear bentuk aljabar suku dua tanpa
satu variabel kesalahan paling sedikit 3 buah.
 Siswa dapat menjelaskan unsur-
unsur bentuk aljabar suku banyak
yang bukan berderajat satu tanpa
kesalahan

2. IPA Kelas VII KD 6.2. IPA Kelas VII:


Standar Kompetensi (SK): Indikator:
6. Memahami  Mengklasifikasikan makhluk hidup
keanekaragaman makhluk berdasarkan ciri-ciri yang dimiliki
hidup  Menggunakan kunci determinasi

Kompetensi Dasar (KD): Indikator Soal:


6.1 Mengidentifikasi ciri-ciri  Siswa dapat menuliskan urutan
makhluk hidup takson dari kucing rumah menurut
6.2 Mengklasifikasikan sistem binomial nomenklatur tanpa
makhluk hidup kesalahan
berdasarkan ciri-ciri yang  Siswa dapat menggunakan kunci
dimiliki determinasi sederhana untuk
6.3 Mendeskripsikan tahapan klasifikasi 10 ekor hewan
keragaman pada sistem ternak hanya 2 yang boleh salah.
organisasi kehidupan
mulai dari tingkat sel
sampai organisme

Dengan memperhatikan Tabel 1, untuk mata pelajaran Matematika kelas VII


SMP/MTs dapat dilihat contoh indikator adalah [memberikan contoh macam
bentuk aljabar], sedangkan contoh indikator soal misalnya [Siswa dapat
menuliskan contoh bentuk aljabar suku dua tanpa kesalahan paling sedikit 3
buah]. Untuk membedakan kedua hal tersebut dapat dijelaskan bahwa pada
indikator [memberikan contoh macam bentuk aljabar] perilaku siswa yang
diharapkan adalah wujud hasil belajar yaitu siswa telah mendapatkan macam
bentuk aljabar yang meliputi bentuk aljabar suku dua, bentuk aljabar suku tiga,
dan bentuk aljabar suku banyak sesuai cakupan materi di SMP/MTs. Sementara
penekanan pada indikator soal [Siswa dapat menuliskan contoh bentuk aljabar
suku dua tanpa kesalahan paling sedikit 3 buah] memberikan pemahaman bahwa
pada saat siswa akan diberi tes, hasil belajar yang diharapkan muncul adalah siswa
tanpa kesalahan menuliskan 3 bentuk aljabar suku dua bukan bentuk aljabar suku
tiga atau suku banyak. Persoalan kata kerja operasional yang berciri terukur dan
teramati pada pernyataan indikator maupun indikator soal itu suatu ketentuan
yang baku. Sebab hasil belajar itu sendiri harus dapat diamati dan perbuatannya
harus dapat dilakukan atau dilaksanakan. Berbeda dengan kata kerja yang terdapat
pada SK nomor 2 mata pelajaran matematika, yaitu [memahami] kata kerja ini
abstrak dan masih memerlukan penafsiran tentang perbuatan yang terukur dan
teramati. Boleh jadi [memahami] memiliki turunan kata kerja sebagai [mengenali,
melakukan , dan menyelesaikan] dan ini dapat dijumpai pada KD-KD turunan dari
SK nomer 2 tadi, yaitu KD 2.1, KD 2.2, KD 2.3, dan KD 2.4.
Selanjutnya penafsiran kata kerja dalam indikator maupun indikator soal
harus konkret yaitu terukur dan teramati. Berdasarkan tingkatan kompetensi dari
dari SK ke KD, dari KD ke indikator, penafsiran kata kerja semakin konkret atau
dengan kata lain, perbuatan kata kerja dalam indikator atau indikator soal semakin
sangat khas yang ditandai oleh tingkat perbuatan yang tafsirannya hanya
dilakukan dengan sekurang-kurangnya satu indra saja atau pun tingkat perbuatan
yang tafsirannya ditandai oleh cakupan keluasan dan kedalaman materi pokok
dalam KD yang bersangkutan. Jadi tingkatan kompetensi tidak hanya ditandai
oleh kata kerja operasional tetapi juga ditandai oleh cakupan keluasan dan
kedalaman materi pokok. Maksud yang serupa juga untuk menjelaskan istilah
tersebut berdasarkan Tabel 1 SK dan KD mata pelajaran IPA. Hierarki atau
tingkatan kompetensi untuk SK nomer 6 [memahami] memiliki turunan kata
kerja sebagai [mengidentifikasi, mengklasifikasikan, dan mendeskripsikan].
Selanjutnya KD 6.2 dengan kata kerja [mengklasifikasikan] memiliki kata kerja
turunan yang hirarki kompetensinya menyesuaikan dengan cakupan materi
pelajaran [mengklasifikasikan, dan menggunakan]. Sementara indikator soal
[menuliskan urutan takson, menggunakan kunci determinasi sederhana] adalah
kata kerja turunan dari indikator contoh tadi yang hierarki kompetensinya dimuati
oleh cakupan materi berbentuk keterampilan proses IPA. Dengan dua contoh
berdasarkan Tabel 1 istilah-istilah indikator, indikator soal, kata kerja operasional,
hierarki kompetensi, dan materi pokok menjadi lebih jelas.

C. Indikator dalam Pengembangan Kurikulum 2013 pada Jenjang Satuan


SMP/MTs
Pengembangan Kurikulum 2013 merupakan bagian dari strategi
peningkatan capaian pendidikan. Orientasi Kurikulum 2013 adalah terjadinya
peningkatan dan keseimbangan antara kompetensi sikap (attitude), keterampilan
(skill), dan pengetahuan (knowledge). Salah satu bagian dari orientasi Kurikulum
2013 pada jenjang satuan SMP/MTs yang perlu disoroti adalah kompetensi inti
(KI) dan kompetensi dasar (KD). Majid (2014: 46) menjelaskan bahwa:
Kompetensi inti merupakan terjemahan atau operasionalisasi SKL dalam
bentuk kualitas yang harus dimiliki mereka yang telah menyelesaikan
pendidikan pada satuan pendidikan tertentu atau jenjang pendidikan
tertentu, gambaran mengenai kompetensi utama yang dikelompokkan ke
dalam aspek sikap, pengetahuan, dan keterampilan yang harus dipelajari
peserta didik untuk suatu jenjang sekolah, kelas, dan mata pelajaran.

Penjelasan di atas memiliki makna bahwa kompetensi inti ibarat anak tangga
yang harus dilalui peserta didik untuk sampai pada kompetensi lulusan jenjang
satuan pendidik. Kompetensi inti meningkat seiring dengan meningkatnya usia
peserta didik yang dinyatakan dengan meningkatnya kelas. Mulyasa (2013: 173-
174) menjelaskan pokok-pokok kompetensi inti yang dapat diringkas sebagai
berikut: (a) kompetensi inti bersifat multidimensi, (b) kompetensi inti bukan untuk
diajarkan, (c) kompetensi inti merupakan integrator horizontal antarmata
pelajaran, (d) kompetens inti merupakan operasionalisasi SKL, serta (e)
kompetensi inti sebagai organizing element kompetensi dasar.
Kompetensi inti bersifat multidimensi menguatkan makna bahwa dalam
operasionalnya, kompetensi lulusan pada ranah sikap dipecah menjadi dua, yaitu
sikap spiritual untuk membentuk siswa yang beriman dan bertakwa, dan
kompetensi sikap sosial untuk membentuk siswa yang berakhlak mulia, mandiri,
demokratis, dan bertanggung jawab.
Kompetensi inti bukan untuk diajarkan, tetapi untuk dibentuk melalui
berbagai tahapan proses pembelajaran pada setiap mata pelajaran yang relevan.
Setiap mata pelajaran harus mengacu pada pencapaian dan perwujudan
kompetensi inti yang telah dirumuskan. Dengan kata lain, semua mata pelajaran
yang diajarkan dan dipelajari pada setiap kelas di setiap satuan pendidikan harus
mengacu dan menuju pada pembentukan kompetensi inti.
Kompetensi inti merupakan pengikat kompetensi-kompetensi yang harus
dihasilkan melalui pembelajaran dalam setiap mata pelajaran, sehingga berperan
sebagai integrator horizontal antarmata pelajaran. Kompetensi inti adalah bebas
dari mata pelajaran karena tidak mewakili mata pelajaran tertentu. Kompetensi
inti merupakan kebutuhan kompetensi peserta didik, sedangkan mata pelajaran
adalah pasokan kompetensi dasar yang harus dipahami dan dimiliki peserta didik
melalui proses pembelajaran yang tepat menjadi kompetensi inti.
Kompetensi inti merupakan operasionalisasi Standar Kompetensi Lulusan
(SKL) dalam bentuk kualitas yang harus dimiliki oleh peserta didik yang telah
menyelesaikan pendidikan pada satuan pendidikan tertentu, yang menggambarkan
kompetensi utama yang dikelompokkan ke dalam aspek sikap, keterampilan, dan
pengetahuan yang harus dipelajari peserta didik untuk suatu jenjang sekolah, kelas
dan mata pelajaran. Kompetensi inti harus menggambarkan kualitas yang
seimbang antara pencapaian hard skills dan soft skills.
Kompetensi inti berfungsi sebagai unsur pengorganisasi (organizing
element) kompetensi dasar. Sebagai unsur pengorganisasi, Kompetensi Inti
merupakan pengikat untuk organisasi vertikal dan organisasi horizontal
Kompetensi Dasar. Organisasi vertikal Kompetensi Dasar adalah keterkaitan
antara konten Kompetensi Dasar satu kelas atau jenjang pendidikan ke
kelas/jenjang di atasnya sehingga memenuhi prinsip belajar yaitu terjadi suatu
akumulasi yang berkesinambungan antara konten yang dipelajari peserta didik.
Organisasi horizontal adalah keterkaitan antara konten. Kompetensi dasar satu
mata pelajaran dengan isi kompetensi dasar dari mata pelajaran yang berbeda
dalam satu pertemuan mingguan dan kelas yang sama sehingga terjadi proses
saling memperkuat.
Dalam mendukung kompetensi inti, capaian pembelajaran mata pelajaran
diuraikan menjadi kompetensi dasar-kompetensi dasar yang dikelompokkan
menjadi empat. Ini sesuai dengan rumusan kompetensi inti yang didukungnya,
yaitu dalam kelompok kompetensi sikap spiritual, kompetensi sikap sosial,
kompetensi pengetahuan, dan kompetensi keterampilan. Keempat kelompok itu
menjadi acuan dari Kompetensi Dasar yang harus dikembangkan di dalam setiap
peristiwa pembelajaran secara integratif. Kompetensi yang berkenaan dengan
sikap keagamaan dan sosial dikembangkan secara tidak langsung (indirect
teaching) ketika peserta didik belajar tentang pengetahuan dan penerapan
pengetahuan.
Uraian kompetensi dasar serinci ini adalah untuk memastikan capaian
pembelajaran tidak berhenti sampai pengetahuan saja, melainkan harus berlanjut
ke keterampilan, dan bermuara pada sikap. Mulyasa (2013: 175) menegaskan
bahwa:
Kompetensi dasar dalam kelompok kompetensi inti sikap bukanlah untuk
peserta didik karena kompetensi ini tidak diajarkan, tidak dihapalkan, dan
tidak diujikan, tetapi sebagai pegangan bagi pendidik, bahwa dalam
mengajarkan mata pelajaran tersebut ada pesan-pesan sosial dan spiritual
yang terkandung dalam materinya.

Tabel 2
Penurunan Kompetensi Inti dari SKL untuk SMP/MTs
SKL SMP KI Kelas VII KI Kelas VIII KI Kelas IX
Memiliki [melalui  Menghargai dan  Menghargai dan  Menghargai dan
menerima, menjalankan, menghayati ajaran menghayati ajaran menghayati ajaran
menghargai , agama yang dianutnya. agama yang dianutnya. agama yang dianutnya.
menghayati,  Menghargai dan  Menghargai dan  Menghargai dan
mengamalkan] perilaku menghayati perilaku menghayati perilaku menghayati perilaku
yang mencerminkan jujur, disiplin dan jujur, disiplin dan jujur, disiplin dan
sikap orang beriman, tanggung jawab, peduli tanggung jawab, peduli tanggung jawab, peduli
berakhlak mulia, percaya (toleransi, gotong – (toleransi, gotong – (toleransi, gotong –
diri dan bertanggung royong] ), santun royong] ), santun royong] ), santun
jawab dalam berinteraksi percaya diri, dalam percaya diri, dalam percaya diri, dalam
secara efektif dengan interaksi secara efektif interaksi secara efektif interaksi secara efektif
lingkungan sosial dan dengan lingkungan dengan lingkungan dengan lingkungan
alam dalam jangkauan sosial dan alam daam sosial dan alam daam sosial dan alam daam
jangkauan pergaulan jangkauan pergaulan jangkauan pergaulan
dan keberadaannya dan keberadaannya dan keberadaannya
Memiliki [melalui  Memahami  Memahami dan  Memahami dan
mengetahui, memahami, pengetahuan (faktual, menerapkan menerapkan
menerapkan, konseptual, dan pengetahuan (faktual, pengetahuan (faktual,
menganalisis, prosedural) konseptual, dan konseptual, dan
mengeavluasi] berdasarkan rasa ingin prosedural) prosedural)
pengetahuan faktual, tahunya tentang ilmu berdasarkan rasa ingin berdasarkan rasa ingin
konseptual , dan pengetahuan, tahunya tentang ilmu tahunya tentang ilmu
procedural dalam ilmu teknologi, seni, budaya pengetahuan, pengetahuan,
pengetahuan, teknologi, terkait fenomena dan teknologi, seni, budaya teknologi, seni, budaya
seni, budaya dengan kejadian tampak mata. terkait fenomena dan terkait fenomena dan
wawasan kemanusiaan, kejadian tampak mata. kejadian tampak mata.
kebangsaan, kenegaraan,
dan peradaban terkait
fenomena dan kejadian
yang tampak mata.
Memiliki [melalui,  Mencoba, mengolah,  Mencoba, menyaji,  Mencoba, menyaji,
mengamati, menanya, dan menyaji dalam dan menalar dalam dan menalar dalam
mencoba, mengolah, ranah konkret ranah konkret ranah konkret
menyaji, menalar, (menggunakan, (menggunakan, (menggunakan,
mencipta] kemampuan mengurai, merangkai, mengurai, merangkai, mengurai, merangkai,
pikir dan tindak yang memodifikasi, dan memodifikasi, dan memodifikasi, dan
efektif dan kreatif dalam membuat) dan ranah membuat) dan ranah membuat) dan ranah
ranah abstrak dan konkret abstrak (menulis, abstrak (menulis, abstrak (menulis,
sesuai dengan yang membaca, membaca, membaca,
dipelajari di sekolah dan menghitung, menghitung, menghitung,
sumber lain sejenis. menggambar, dan menggambar, dan menggambar, dan
mengarang) sesuai mengarang) sesuai mengarang) sesuai
dengan yang dipelajari dengan yang dipelajari dengan yang dipelajari
di sekolah dan sumber di sekolah dan sumber di sekolah dan sumber
lain yang sama dalam lain yang sama dalam lain yang sama dalam
sudut pandang/teori. sudut pandang/teori. sudut pandang/teori.

Untuk memahami mekanisme pengembangan indikator yang sesuai


dengan maksud implementasi Kurikulum 2013, Gambar 1 berikut ini
menunjukkan Diagram Alur prosedur pengembangan indikator berdasarkan uraian
di atas. Untuk memahami maksud dan uraian diagram alur tersebut, berikut ini
diberikan contoh pengembangan indikator dalam mata pelajaran matematika di
kelas VII.
Gambar 1
Diagram Alur Mekanisme Pengembangan Indikator pada Kurikulum 2013

Salah satu KD dari KI 3 pada mata pelajaran matematika kelas VII


menurut Permendikbud No. 68 Tahun 2013 adalah KD 3.6. yaitu mengidentifikasi
sifat-sifat bangun datar dan menggunakannya untuk menentukan keliling dan luas.
Hasil pemetaan kompetensi dasar, KD dari KI 4 yang relevan dengan KD 3.6
adalah KD 4.7 yang berbunyi menyelesaikan permasalahan nyata yang terkait
penerapan sifat-sifat persegi panjang, persegi, trapesium, jajargenjang, belah
ketupat, dan layang-layang. Selanjutnya KD dari KI 2 dan KI 1 agar dilirik untuk
sekedar memberi rambu-rambu awal pada saat menentukan cara indikator-
indikator nanti akan dievaluasi sehingga berdasarkan perkiraan cara mengevaluasi
perancang pembelajaran dapat menentukan strategi, media, dan pengembangan
bahan ajarnya. Dalam Permendikbud No. 68 Tahun 2013 termaktub KD dari KI 2
untuk kelas VII berbunyi:
2.1 Menunjukkan sikap logis, kritis, analitik, konsisten dan teliti, bertanggung
jawab, responsif, dan tidak mudah menyerah dalam memecahkan masalah
2.2 Memiliki rasa ingin tahu, percaya diri, dan ketertarikan pada matematika
serta memiliki rasa percaya pada daya dan kegunaan matematika, yang
terbentuk melalui pengalaman belajar.
2.3 Memiliki sikap terbuka, santun, objektif, menghargai pendapat dan karya
teman dalam interaksi kelompok maupun aktivitas sehari-hari.

Dengan melirik KD dari KI 2, tampaknya yang berkaitan dengan


pengembangan tujuan pendidikan matematika di SMP/MTs terhadap KD 3.6 dan
KD 4.7 adalah sikap logis, analitik, teliti dalam memecahkan masalah
matematika. Sedangkan untuk pengembangan tujuan keterampilan sosial dalam
kelas matematika adalah sikap terbuka, dan objektif dalam interaksi kelompok.
Jadi tidak semua KD dari KI 2 harus dipaksakan pada pengembangan
pembelajaran untuk KD 3.6 dan KD 4.7. Berdasarkan hasil pemetaan KD 3.6 dan
KD 4.7 langkah awal dari Diagram Alur pada Gambar 1 sudah dapat dimulai.

D. Contoh Menuliskan Indikator Mata Pelajaran Matematika Kelas VII


Sesuai Mekanisme Penerapan Kurikulum 2013
Mengikuti Diagram Alur pada Gambar 1, berikut ini langkah-langkah
pengembangan indikator pada mata pelajaran matematika kelas VII. Langkah (1)
perhatian Gambar 1 adalah menilik KD dari KI 3 untuk tujuan pemetaan KD.
Pada Langkah (1) ini sebenarnya KD dari KI 4 yang relevan juga sudah boleh
langsung diperiksa untuk memastikan materi pokok apa yang akan diterapkan
sebagai bentuk keterampilan atau materi pokok apa yang mengalami perluasan
dalam penerapan pengetahuan dasar yang termuat pada KD dari KI 3.
Tabel 3
Pemetaan KD dari KI 3 dan KI 4 untuk Satu Perangkat RPP
No KD dari KI 3 dan KI 4 Indikator
1. Mata Pelajaran Matematika Indikator:
Kelas VII.  Menjelaskan pengertian segiempat
3.6. Mengidentifikasi sifat-  Memberi contoh bangun segiempat
sifat bangun datar dan  Mendefinisikan sifat-sifat segiempat
menggunakannya untuk  Menghitung keliling pada segiempat
No KD dari KI 3 dan KI 4 Indikator
menentukan keliling dan  Menghitung luasan pada segiempat
luas  Menentukan keliling dari model
bangun segiempat.
 Menentukan luasan dari model
bangun segiempat.
2 4.7. Menyelesaikan Indikator:
permasalahan nyata  Menganalisis luas permukaan yang
yang terkait penerapan berkaitan dengan pengertian dan
sifat-sifat persegi sifat-sifat segiempat.
panjang, persegi,  Menganalisis keliling luasan
trapesium, jajargenjang, segiempat yang berkaitan dengan
belah ketupat, dan pengertian dan sifat-sifat
layang-layang segiempat.
Catatan: Untuk keluasan dan kedalaman materi pokok di SMP/MTs, konsep
segiempat dibatasi pada bangun datar persegi, persegi panjang, trapesium,
jajargenjang, belah ketupat, dan layang-layang. Ini terdapat dalam KD 4.7
dari KI 4.

Informasi dalam Tabel 3, hanya menjelaskan cara pengembangan indikator


sedangkan indiktor soal tidak, mengingat ruang tulis yang terbatas. Namun
ulasan contoh penulisan indikator soal dapat dipelajari kembali dari contoh pada
Tabel 1 terdahulu.
Langkah (2) perhatian Gambar 1 adalah mengurai KD 3.6 berdasarkan
hierarki kompetensi. Dari Tabel 3 hierarki kompetensi dapat dideskripsikan
berdasarkan Diagram seperti pada Gambar 2 berikut ini.
Gambar 2
Hierarki kompetensi berdasarkan kata kerja dalam KD 3.6

Gambar 2 menunjukkan bahwa untuk mencapai KD 3.6 [Mengidentifikasi sifat-


sifat bangun datar dan menggunakannya untuk menentukan keliling dan luas]
setidaknya siswa harus menyelesaikan tahapan demi tahapan dalam
subkompetensinya sebagaimana ditunjukkan dalam Kotak 1 berikut ini.

Kotak 1
 Menjelaskan pengertian segiempat
 Memberi contoh bangun segiempat
 Mendefinisikan sifat-sifat segiempat
 Menghitung keliling pada segiempat
 Menghitung luasan pada segiempat
 Menentukan besaran pada model segiempat

Jadi hierarki kompetensi berdasarkan perilaku belajar atau kata kerja dalam KD
3.6 [mengidentifikasi sifat-sifat …] dapat diturunkan menjadi tiga kata kerja
operasional sebagai indikator, yaitu [menjelaskan pengertian …], [memberi
contoh …], dan [mendefinisikan sifat-sifat …]. Selanjutnya hierarki kompetensi
berdasarkan perilaku atau kata kerja yang kedua dalam KD 3.6 [menggunakannya
untuk menentukan …] dapat diturunkan pula menjadi dua perilaku atau kata kerja
operasional, yaitu [menghitung … ] dan [menentukan …]. Hierarki kompetensi
dapat juga dianalisis berdasarkan content atau materi pokok. Uraian materi pokok
dengan mengambil topik segiempat akan membahas enam hal, yaitu: (a) persegi
panjang, (b) persegi, (c) trapesium, (d) jajargenjang, (e) belah ketupat, dan (f)
layang-layang. Praktis indikator paling bawah pada Gambar 2 akan ditulis
menjadi enam indikator soal, misalnya [menjelaskan pengertian persegi panjang]
atau [menjelaskan pengertian persegi], dan seterusnya sebanyak macam
segiempat yang akan dibahas. Karena sifat materi pokok segiempat jika pun diurai
menjadi enam, tentu jumlah indikator akan banyak dengan satu tingkat
kompetensi dari perilaku belajar [menjelaskan pengertian …], oleh sebab itu
indikator pertama cukup dengan perilaku belajar yang umum [menjelaskan
pengertian segiempat].
Langkah (3) perhatian pada Gambar 1 adalah menentukan KBM untuk
pencapaian pengetahuan dengan contextual teaching learning (CTL) dan atau
active learning (AL) yang pada pokoknya adalah memenuhi prinsip-prinsip
PAKEM. Berdasarkan informasi dalam Kotak 1, ciri pembelajaran CTL atau AL
yang dapat diterapkan pada pencapaian indikator itu dapat diilustrasikan pada
kegiatan belajar mengajar dalam Tabel 4 berikut. Strategi pembelajaran dalam
Tabel 4 menggunakan model pembelajaran aktif, yaitu strategi pembelajaran
kooperatif tipe jigsaw.
Tabel 4
Deskripsi Kegiatan Pembelajaran Berdasarkan Indikator dalam Kotak 1
No. Deskripsi Kegiatan Pembelajaran Metode Media
1 Pendahuluan:
Apersepsi dan motivasi
 Siswa duduk sesuai dengan kelompok masing- Demonstrasi, Alat Peraga
masing (satu kelompok 4 – 6 orang) Tanya jawab Geometri,
 Guru meminta satu wakil kelompok mengambil dan dan Lembar
dari lemari kelas 5 macam alat peraga segiempat Penugasan kerja
(datar persegi, persegi panjang, trapesium,
jajargenjang, belah ketupat, dan layang-layang).
 Setiap kelompok mendiskusikan nama setiap
segiempat dan memberikan deskrisi singkat.
Tujuan Pembelajaran:
No. Deskripsi Kegiatan Pembelajaran Metode Media
 Guru menilai pengetahuan awal siswa berdasarkan
jawaban yang tertulis pada lembar kerja
2 Eksplorasi:
 Guru membagi topik segiempat menjadi 5 Diskusi, Alat Peraga
rumusan tugas kepada kelompok-kelompok asal Tanya Geometri,
yang anggotanya heterogen. jawab, dan Buku
 Memberi waktu yang cukup untuk mereka resume. Pegangan
mengambil bagian membahas satu topik. Dalam Siswa,
hal ini mereka dipandu dengan Lembar kerja. Kertas Plano,
 Selanjutnya guru meminta siswa yang memiliki dan dan
topik sama bertemu di kelompok ahli untuk Lembar kerja
membahas lebih jelas rumusan tugas sesuai
Lembar kerja di kelompok ahli. Beri cukup waktu
mereka menuliskan rumusan tugas dari topik
tersebut.
 Guru memandu siswa kembali ke kelompok asal,
dan setiap topik yang dibawa secara tertulis dari
kelompok ahli harus diajarkan kepada anggota
kelompok asalnya secara bergiliran. Dalam hal ini
siswa memerlukan waktu lebih banyak untuk
menuliskan semua rumusan tugas dalam kertas
plano.
Elaborasi:
 Guru meminta siswa kunjung karya dari setiap Presentasi, Pajangan
rumusan tugas dalam plano yang dipajangkan di Tanya karya siswa.
dinding kelas. Untuk memberi komentar. jawab, dan
 Guru meminta tiga panelis dari tiga kelompok diskusi.
untuk menyampaikan presentasi rumusan tugas.
Panelis 1, untuk topik 1 dan 2, Panelis 2, untuk
topik 3 dan 4, Panelis 3 untuk topik 5 dan rumusan
kesimpulan.
Konfirmasi:
 Guru memandu siswa untuk menelaah tugas-tugas Penugasan, Lembar
berstruktur terkait dengan indikator soal. diskusi, dan kerja, dan
 Guru menyediakan 5 model bangun datar untuk presentasi. Pajangan
dianalisis besaran-besaran yang terkait dengan karya siswa.
sifat-sifat segiempat untuk didiskusikan oleh setiap
kelompok hasilnya ditulis dalam plano.
3. Penutup:
 Melakukan penilaian kinerja kelompok dan Tanya Lembar tes.
merefleksikan hal-hal tentang sifat-sifat segiempat jawab,
serta besaan-besarannya yang masih salah refleksi, dan
dipahami siswa. latihan.
 Kuis untuk penilaian formatif.

Dengan memperhatikan deskripsi kegiatan pembelajaran pada Tabel 4 dapat


ditarik beberapa asumsi bahwa (a) pembelajaran menggunakan pendekatan yang
meminta siswa aktif berdiskusi dan mencari informasi, (b) pembelajaran juga
melatih siswa menggali informasi dari sumber buku, diskusi/tanya jawab dengan
teman, (c) mengembangkan kemampuan literasi informasi dan merumuskan
gagasan/pengetahuan secara tertulis, dan (d) berlatih mengembangan penalaran
melalui panduan lembar kerja. Berdasakan asumsi itu, guru mempersiapkan siswa
dengan pengalaman belajar yang melatih karakter kerjasama, berpikir logis,
berpikir analitik dan sikap teliti. Dari langkah (3) diperoleh gambaran karakter
yang akan diperdalam atau dilakukan sebagai pembiasaan dalam proses
pembelajaran.
Langkah (4) perhatian Gambar 1 adalah mengurai indikator KD dari KI 4
berdasarkan hierarki kompetensi. Kotak 2 menunjukkan indikator dari KD 4.7
[menyelesaikan permasalahan nyata yang terkait penerapan sifat-sifat persegi
panjang, persegi, trapesium, jajargenjang, belah ketupat, dan layang-layang]
yang menunjukkan pencapaian kompetensi tahap per tahap.

Kotak 2
 Menggunakan sifat dan besaran segiempat dalam
penyusunan langkah-langkah pemodelan matematika
 Mendeskripsikan pemecahan masalah berdasarkan
model segiempat

Jadi hierarki kompetensi berdasarkan perilaku belajar dalam KD 4.7


[menyelesaikan permasalahan nyata …] dapat diturunkan menjadi dua kata kerja
operasional sebagai indikator, yaitu [menggunakan sifat dan besaran …], dan
[mendeskripsikan …. Berdasarkan …]. Selanjutnya hierarki kompetensi
berdasarkan materi pokok pada KD 4.7 akan berkaitan dengan konteks dari
masalah nyata tersebut. Misalnya konteks masalah terkait sisi datar dari
bangunan/gedung, sisi datar dari permukaan mozaik, atau sisi datar dari unsur
dekoratif.
Langkah (5) perhatian Gambar 2 adalah menentukan kegiatan belajar
mengajar untuk menerapkan pengetahuan dengan CTL dan AL. Strategi
pembelajaran dalam Tabel 5 menggunakan model pembelajaran aktif, yaitu
strategi pembelajaran pemecahan masalah.
Tabel 5
Strategi Pembelajaran Pemecahan Masalah
No. Deskripsi Kegiatan Pembelajaran Metode Media
1 Pendahuluan:
Apersepsi dan motivasi
No. Deskripsi Kegiatan Pembelajaran Metode Media
 Siswa duduk sesuai dengan kelompok masing- Demonstrasi, Tangram,
masing (satu kelompok 4 – 6 orang) Tanya jawab dan Lembar
 Guru meminta satu wakil kelompok mengambil dan kerja
Tangram untuk membentuk model sebuah mozaik. pemecahan
Tujuan Pembelajaran: masalah
 Guru menilai kemampuan kerjasama siswa dalam
membuat gagasan untuk menentukan model
mozaik
2 Eksplorasi:
 Guru mengajukan setiap kelompok dengan Penugasan, Tangram dan
mozaik yang berbeda-benda. Diskusi, dan Lembar kerja
 Siswa berdiskusi dalam kelompok untuk presentasi.
menentukan langkah-langkah menyelesaikan
mozaik dengan memutuskan akan menggunakan
berapa Tangram.
Elaborasi:
 Siswa bekerja dalam kelompok menyusun model Metode Karya Siswa
mozaik dengan menerapkan sifat dan besaran Proyek dan
segiempat. Deskripsi
 Siswa memperhitungkan besaran-besaran model.
segiempat yang berdasarkan model mozaik yang
telah diselesaikan.
Konfirmasi:
 Guru meminta setiap kelompok untuk membuat Penugasan, Lembar
deskripsi model mozaik masing-masing diskusi, dan kerja, dan
berdasarkan sifat-sifat segiempat. presentasi. Karya siswa.
 Siswa melakukan presentasi atas model mozaik
yang telah dibuat.
3. Penutup:
 Melakukan penilaian kinerja kelompok dan Tanya Lembar tes.
merefleksikan hal-hal tentang deskripsi pemecahan jawab,
masalah berdasarkan model segiempat refleksi, dan
 Kuis untuk penilaian formatif. latihan.

Sampai pada ujung dari langkah (5) Gambar 2, dengan memperhatikan deskripsi
kegiatan pembelajaran pada Tabel 5 dapat ditarik beberapa asumsi bahwa (a)
pembelajaran menggunakan yang meminta siswa aktif berdiskusi dan
memecahkan masalah, (b) pembelajaran juga melatih siswa belajar membuat
keputusan, dan (c) mengembangkan kemampuan literasi dan membuat deskripsi
dari model pemecahan masalah. Berdasakan asumsi itu, guru mempersiapkan
siswa dengan pengalaman belajar yang melatih karakter kerjasama, berpikir
analitik dan sikap teliti.
Langkah (6) dan Langkah (7) perhatian Gambar 2, deskripsi kegiatan
pembelajaran dari Tabel 4 dan Tabel 5 sudah dapat dipadukan menjadi alur
pembelajaran yang lengkap. Jadi kegiatan pembelajaran telah menggunakan dua
strategi aktif yaitu strategi pembelajaran kooperatif tipe jigsaw dan strategi
pemecahan masalah. Karakter yang memuati prosedur pembelajaran itu dapat
diperkirakan yaitu pembiasaan karakter kerjasama, berpikir logis, berpikir analitik
dan sikap teliti. Namun sebenarnya masih banyak lagi karakter yang telah
memuati deskripsi pembelajaran tersebut. Jadi karakter kerjasama, berpikir logis,
berpikir analitik dan sikap teliti menjadi dasar pengembangan indikator untuk KD
dari KI 2. Pengembangan karakter dalam wujud indikator KD yang berasal dari
KI 2 dapat dirumuskan dan ini menjadi dasar untuk pengembangan alat
pengukuran nontes misalnya angket atau daftar pengamatan proses pembelajaran
berlangsung. Dalam proses ini KD dari KI 2 tidak disimulasikan dalam tulisan ini
karena setiap sekolah atau guru memiliki ukuran sendiri dalam mengembangkan
indikator dari KD yang berasal dari kelompok KI 2.

E. Penutup
Mekanisme pengembangan indikator menurut KTSP 2006 versus
Kurikulum 2013 pada jenjang satuan SMP/MTs memiliki prosedur yang berbeda.
Pengembangan indikator pada KTSP 2006 relatif lebih sederhana langkah-
langkahnya daripada Kurikulum 2013. Hal ini adanya tuntutan perancangan
pembelajaran yang harus melihat bahwa materi pelajaran dimulai dari analisis
kebutuhan berdasarkan SKL yang termuat dalam KD dari setiap kelompok KI
yang berbeda. Ada dua hal penting yang dapat disumpulkan dalam memahami
mekanisme pengembangan indikator menurut Kurikulum 2013, yaitu:
Pertama, dalam proses perancangan dan pembelajaran alur yang digunakan
bermula mengurai KD dari KI 3 kemudian KD dari KI 4 yang memberi dampak
terhadap terbentuknya KD pada KI 2 dan KI 1.
Kedua, setelah KD yang berasal dari KI 3 dan KI 4 tuntas dianalisis, lalu
diturunkan materi yang relevan dan deskripsi pembelajarannya. Di dalam
deskripsi pembelajaran itu telah ada penugasan dan penilaian. Berdasarkan
aktivitas belajar dan penugasan tersebut dirancang indikator KD yang berasal dari
KI 1 dan KI 2. Indikator KD dari KI 2 yang dirancang sebagai perangkat penilaian
otentik.
Daftar Pustaka

Departemen Pendidikan Nasional. Perangkat Pembelajaran: Kurikulum Tingkat


Satuan Pendidikan Sekolah Menengah Atas (KTSP SMA). Jakarta:
Direktorat Jendral Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah,
Direktorat Pembinaan SMA. (2008).
Majid, Abdul. Pembelajaran Tematik Terpadu. Cetakan pertama. Bandung:
Remaja Rosdakarya. (2014).
Mulyasa, E. Pengembangan dan Implementasi Kurikulum 2013. Cetakan ke-3.
Bandung: Remaja Rosdakarya. (2013).
Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebuadayaan Nomor 67 Tahun 2013 tentang
Kerangka Dasar dan Struktur Kurikulum Sekolah Dasar/Madrasah
Ibtidaiyah. Jakarta: Kemdikbud. (2013).
Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebuadayaan Nomor 68 Tahun 2013 tentang
Kerangka Dasar dan Struktur Kurikulum Sekolah Menengah
Pertama/Madrasah Tsanawiyah. Jakarta: Kemdikbud. (2013).
Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebuadayaan Nomor 69 Tahun 2013 tentang
Kerangka Dasar dan Struktur Kurikulum Sekolah Menengah
Atas/Madrasah Aliyah. Jakarta: Kemdikbud. (2013).
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 20 Tahun
2007 tentang Standar Penilaian Pendidikan. Jakarta: Depdiknas. (2007).
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 22 Tahun
2006 tentang Standar Isi. Jakarta: Depdiknas. (2006).
Publikasi TV Edukasi tanggal 14 Juli 2013 tentang Paparan Syawal Gultom
Terkait Temuan Hasil Sosialisasi Kurikulum 2013. Tersedia di
https://www.youtube.com/watch?v=GZRRiPFCViU. Diunduh pada
tanggal 20 Maret 2014 pukul : 13:30 WIB.

Anda mungkin juga menyukai