Anda di halaman 1dari 17

d

Volume. 5
Nomor. 2
Tahun.2020

Implikasi Asesmen Kompetensi Minimum Dan Survei Karakter


Terhadap Pengelolaan Pembelajaran SD

Ria Norfika Yuliandari1, Syamsul Hadi2


1PGMI, UIN Maulana Malik Ibrahim Malang. Jl. Gajayana No. 50, Malang, Jawa Timur

2Pendidikan Dasar, Pascasarjana Universitas Negeri Malang

surel: fikachu_math@pgmi.uin-malang.ac.id 1, syamsulhadi.mhs@gmail.com2

ABSTRAK
Asesmen Kompetensi Minimum (AKM) dan Survei Karakter merupakan salah satu kebijakan
merdeka belajar yang digagas oleh Mendikbud yang ditujukan untuk meningkatkan mutu
pendidikan di Indonesia. Muatan penilaian dalam kebijakan tersebut meliputi literasi dan
numerasi. Memang bukan sesutau yang baru dalam dunia pendidikan kita, namun dalam
implementasinya selama ini belum optimal. Sehingga perlu adanya perbaikan pada tata
kelola pembelajaran di sekolah dasar agar dapat menyukseskan kebijakan tersebut. Tujuan
penelitian ini adalah menganalisis kebijakan AKM dan Survei Karakter serta
mendeskripsikan implikasi kebijakan tersebut terhadap tata kelola pembelajaran di Sekolah
Dasar. Penelitian ini merupakan studi literature. Hasil dari pembahasan ini adalah bahwa
literasi dan numerasi serta karakter sebagai muatan materi dalam kebijakan tersebut ini
bukanlah sesuatu yang baru dalam pendidikan kita. Namun, mungkin implementasi nya saja
yang masih belum optimal. Untuk itu perlu adanya perbaikan pada tata kelola pembelajaran
yang salah salah satunya adalah melalui pendidikan holistic dimana pendidikan harus dapat
mengembangkan seluruh potensi peserta didik secara harmonis yang meliputi potensi
intelektual pada aspek kognitif, emosional, fisik, sosial dan estetika sebagai aspek afektif.
Selanjutnya, pembelajaran dapat dilakukan melalui strategi pemecahan masalah dengan
menerapkan pembelajaran dengan soal Higher Order Thinking Skills (HOTS) yang dapat
dimodifikasi dengan mengintegrasikan nilai-nilai karakter di dalamnya. Pembelajaran
dengan berbasis pemecahan masalah ini dinilai dapat mengembangkan ketrampilan literasi
dan numerasi siswa. Agar tata kelola pembelajaran dapat berjalan dengan baik maka perlu
adanya peran aktif kepala sekolah sebagai manajer yang memiliki wewenang penuh dalam
melaksanakan supervise terhadap kinerja guru. Dengan peran aktif kepala sekolah
diharapkan dapat menciptakan pembelajaran yang berkualitas.

Kata Kunci: Implikasi, asesmen kompetensi minimum, survei karakter, tata kelola
pembelajaran.
204 | | Vol 5 No 2 Tahun 2020

ABSTRACT
Minimum competency assessment and character survey are two of the freedom to learn policies
that are formulated by the Ministry of Education and Culture. They aim to improve the quality
of education in Indonesia. The assessment content of these policies includes literacy and
numeracy. These policies are not new in our education, but their implementations are not so
optimal that improvement in elementary school learning management is necessary in
succeeding the policies. This research aims to analyze minimum competency assessment and
character survey policies and describe the implications of those policies in the elementary
school learning management. This research is a literature study. The result of this study shows
that literacy, numeracy and character as the assessment content of those policies are not new
in our education. However, the implementation is not optimal yet. Thus, it is necessary to
improve the learning management through holistic education in which education needs to be
able to develop students’ potential harmoniously including intellectual potential in cognitive,
emotional, physical, social and aesthetic aspects as an affective aspect. Furthermore, learning
can be conducted with a problem solving strategy by applying Higher Order Thinking Skills
(HOTS) that can be modified by integrating character values. Problem solving based learning
is considered able to develop students’ literacy and numeracy skills. In order to succeed the
learning management, headmasters, who have full authority in supervising teachers’
performances, need to get actively involved. It then can create off high quality education.

Keywords: Implication, minimum competency assessment, character survey, learning


management

PENDAHULUAN sesuai dengan Pasal 1 Ayat (16) Undang-


Pendidikan merupakan salah satu Undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem
usaha pemerintah untuk mencetak dan Pendidikan Nasional, yang berbunyi:
mempersiapkan generasi penerus bangsa “Wajib belajar adalah program pendidikan
yang berkualitas dan berdaya saing. Untuk minimal yang harus diikuti oleh Warga
itu, di Indonesia, mewajibkan semua Negara Indonesia atas tanggung jawab
warga negaranya untuk mengikuti Pemerintah dan Pemerintah Daerah”.1
program pemerintah wajib belajar Sebagai salah satu negara
minimal 9 tahun yang terdiri dari enam berkembang, Indonesia masih mempunyai
tahun pada sekolah dasar dan tiga tahun beberapa masalah besar dalam dunia
pada sekolah menengah pertama. Hal ini, pendidikan yang berkaitan dengan

1 UU Sisdiknas, “Tentang Sistem Pendidikan


Nasional,” 2003.
Implementasi Assesmen Kompetensi… | 205

kualitas pendidikan. Salah satu isu kognitif saja, dan mengabaikan aspek
permasalahan dalam dunia pendidikan lainnya yaitu aspek afektif dan
kita adalah Ujian Nasional atau disingkat psikomotorik. Lagi-lagi hal ini
UN. Menurut Pasal 58 Ayat (1) Undang- bertentangan dengan tujuan pendidikan
Undang No. 20 tahun 2003 Sisdiknas, UN yang tertuang dalam pasal 35 Ayat (1) UU
merupakan alat untuk evaluasi hasil Sisdiknas 2003 dimana terdapat tiga
belajar yang harusnya dilakukan sendiri aspek untuk mengukur kompetensi
oleh pendidik terhadap peserta didiknya lulusan yaitu aspek kognitif, afektif dan
dengan tujuan memantau proses, psikomotorik. Oleh sebab itu, kebijakan
kemajuan, dan perbaikan hasil belajar UN seharusnya tidak dapat dijadikan
peserta didik secara berkelanjutan. sebagai alat untuk mengukur kompetensi
Namun dalam penerapannya, peserta didik dan mutu pendidikan karena
kewenangan guru/pendidik tersebut di hanya mengukur salah satu aspek saja.
rampas oleh pemerintah. Masih terkait Selain hal-hal yang mendasar
dengan evaluasi, UN akhirnya hanya seperti di atas, hal-hal teknis pun
digunakan untuk mengevaluasi hasil mewarnai permasalahan UN. Diantaranya
belajar peserta didik saja, padahal di kesiapan dalam hal pendistribusian
dalam pasal 57 Ayat (2) UU Sisdiknas naskah ujian yang terkendala sehingga UN
dituliskan bahwa evaluasi tidak hanya tidak dapat dilakukan secara serentak di
dilakukan terhadap peserta didik, tetapi Indonesia.3 Kesiapan sekolah dan peserta
juga terhadap lembaga dan program didik juga menjadi menjadi perhatian
pendidikan. utama dalam hal ini. Nasib peserta didik
Selain hal tersebut, terdapat seolah-olah hanya dipertaruhkan selama
beberapa kritik terhadap UN. Yang tiga hari saja. Tentunya hal ini secara tidak
pertama adalah adanya ketentuan bahwa langsung memberikan dampak negatif
UN sebagai penentu kelulusan siswa bagi peserta didik, guru dan sekolah.
secara nasional, sedangkan kenyataannya Selama ini UN dinilai masih
semua siswa dan sekolah di Indonesia memberikan dampak psikologi, fisik,
masih belum memiliki kualitas yang maupun persepsual sehingga peserta
sama.2 Hal ini dinilai bertentangan dengan didik mengalami stress dalam belajar.
prinsip kemajemukan dalam pendidikan Stress dalam belajar ini diakibatkan
yang dijelaskan pada pasal 36 Ayat (2) UU adanya tekanan dan tuntutan yang harus
Sisdiknas 2003, dimana satuan dipenuhi peserta didik demi mendapatkan
pendidikan, potensi daerah dan peserta nilai yang tinggi. Hal ini dapat
didik tentunya akan berbeda pada setiap memunculkan dampak lainnya yaitu
daerah. Kedua, UN hanya mengukur aspek terkait dengan moral. Ujian Nasional dapat

2Suke Silverius et al., “Dampak Psikologi, Fisik, Dan 3Nurul Hidayah, “Ujian Nasional Dalam Perspektif
Persepsual Siswa Dalam Menghadapi Ujian Kebijakan Publik” 7, no. 1 (2013): 35–40,
Nasional Berbasis Komputer,” Jurnal Pendidikan https://doi.org/10.13170/jp.7.1.2053.
Dan Kebudayaan 7, no. 1 (2010): 194,
https://doi.org/10.24832/jpnk.v16i2.446.
206 | | Vol 5 No 2 Tahun 2020

melemahkan moral dan motivasi siswa sekolah lebih bebas atau merdeka dalam
dalam belajar karena dalam penilaian hasil belajar siswanya sendiri.
pelaksanaanya ditemukan bentuk-bentuk Kebijakan kedua yaitu mengenai Ujian
pelanggaran dan kecurangan.4 Misalnya, Nasional. Nadiem Makariem menyebutkan
isu kebocoran soal dan kunci jawaban bahwa tahun 2020 akan menjadi
yang dilakukan oleh oknum yang tidak pelaksanaan UN yang terakhir.
bertanggungjawab. Permasalahan- Penyelenggaraan UN pada tahun 2021
permasalahan seperti ini seharusnya akan di ganti dengan AKM dan Survei
menjadi tantangan tersendiri bagi pihak Karakter. Asesmen ini terdiri dari
pemerintah dan sekolah yang harus lebih kemampuan literasi, numerasi dan
memperhatikan kesiapan peserta didik penguatan pendidikan karakter.
dalam hal fisik dan mental dalam Kebijakan merdeka belajar yang
menghadapi UN. ketiga adalah terkait penyusunan Rencana
Sampai ketika dilantiknya Nadiem Pelaksanaan Pembelajaran (RPP). Guru
Makariem sebagai Menteri Pendidikan dapat memilih dan mengembangkan
dan kebudayaan periode 2019-2024 yang sendiri format RPP yang akan digunakan
melahirkan kebijakan baru yang didasarkan pada tiga komponen inti yaitu
dinamakan “merdeka belajar”. Kebijakan tujuan, kegiatan dan asesmen
ini didasari oleh arahan Presiden Joko pembelajaran. Penyederhanaan RPP ini
Widodo dan wakil Presiden Ma’ruf Amin bertujuan agar guru lebih banyak memiliki
terkait peningkatan kualitas pada sumber waktu untuk mempersiapkan dan
daya manusia (SDM). Nadiem Makariem mengevaluasi proses belajar daripada
menetapkan empat pokok kebijakan harus disibukkan dalam pembuatan RPP
merdeka belajar. Dikutip dari Kementrian yang panjang. Terakhir adalah kebijakan
Pendidikan dan Kebudayaan Indonesia5, terkait penerimaan peserta didik baru
kebijakan pertama yaitu Ujian Sekolah (PPDB). Kebijakan ini merupakan
Berstandar Nasional atau disingkat USBN. pengembangan dari kebijakan
Masih dikutip dari laman resmi sebelumnya mengenai sistem zonasi.
Kemendikbud, Nadiem Makariem Sistem zonasi pada kebijakan yang baru
menjelaskan bahwa arah kebijakan baru lebih fleksibel dengan komposisi PPDB
USBN terkait dengan penyelenggaraanya. yang lebih diperluas dengan tujuan
Pada tahun 2020, USBN akan mengurangi kesenjangan akses dan
diselenggarakan hanya oleh sekolah untuk kualitas di berbagai daerah. Dan, daerah di
menilai kompetensi siswa yang dilakukan berikan kewenangan untuk menentukan
dalam bentuk penilaian yang lebih proporsi final dan menetapkan wilayah
komprehensif. Hal ini dengan tujuan agar zonasi.

4 Ni Ketut and Srie Kusuma, “Dampak Pelaksanaan 5 Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan
Ujian Nasional Terhadap Motivasi Belajar , Moral Indonesia, “Mendikbud Tetapkan Empat Pokok
Siswa Dan Eksistensi Guru,” no. 2 (2017): 77–87. Kebijakan Pendidikan ‘Merdeka Belajar,’”
Www.Kemdikbud.Go.Id, 2020, 2019–20.
Implementasi Assesmen Kompetensi… | 207

Tujuan dan arah kebijakan tempat. Untuk pergi ke tempat tersebut


merdeka belajar yaitu memeratakan akses menyewa mobil beserta sopirnya mobil.
dan kualitas pendidikan, sehingga Mobil hanya dapat memuat 6 siswa. jadi
pemerintah pusat dan daerah tentunya berapa mobil yang diperlukan?
harus dapat bekerja secara bersama-sama Berdasarkan pengetahuan matematika,
untuk mencapai tujuan tersebut. Agar penyelesaiannya mungkin dengan 28: 6 =
kebijakan tersebut dapat dilaksanaan 4,666. Tetapi dengan kemampuan
dengan baik, harus ada kematangan numerasi maka mobil yang diperlukan
persiapan agar kebijakan tersebut dapat sebanyak 5 mobil karena tidak mungkin
direalisasikan sesuai harapan. Salah satu akan menyewa mobil sebanyak 4,666.
kebijakan yang membutuhkan perhatian Sedangkan untuk survei karakter,
lebih adalah AKM dan Survei Karakter. Mendikbud berpendapat bahwa survei ini
Sebagai pengganti UN, penilaian ini terdiri tidak berupa tes, tetapi akan dirancang
dari dua aspek yaitu asesmen kompetensi sedemikian rupa supaya dapat mengukur
minimum dan survei karakter. Sistem dan mengetahui karakter pribadi dan
AKM ini akan menilai dua aspek kognitif wawasan kebangsaan siswa.7
yaitu literasi dan numerasi. Menurut Berdasarkan hasil survei, selama
Mendikbud, dalam materi literasi akan ini materi UN dianggap terlalu padat untuk
menekankan pada kemampuan siswa dan materinya pun lebih banyak
pemahaman dan kemampuan mengarah pada kemampuan hafalan.
menganalisis bacaan. Jadi tidak hanya Untuk itu, dalam pelaksanaanya terdapat
sekedar dapat membaca, tetapi juga harus dua poin penting yang membedakan
mampu untuk mengerti dan memahai dengan UN sebelumnya. Yang pertama
konsep dibalik bacaan atau tulisan muatan materi AKM dan survei karakter
tersebut.6 tidak hanya menilai aspek kognitif saja
Berikutnya, pada materi numerasi seperti UN, tapi juga akan menilai aspek
akan menekankan pada kemampuan afektif dengan survei karakter. Kedua,
menganalisis angka-angka. Numerasi ini AKM dan survei karakter akan dilakukan
berbeda dengan pengetahuan siswa pada pertengahan jenjang satuan
matematika. Secara sederhana numerasi pendidikan, yaitu pada kelas 4, 8 dan 11,
merupakan keterampilan untuk sehingga pihak sekolah mempunyai
menerapkan pengetahuan matematika kesempatan untuk memperbaiki mutu
seperti konsep bilangan dan keterampilan pembelajaran selanjutnya. Ketiga, hasil
operasi hitung serta menginterpretasikan dari ujian ini tidak akan dijadikan dasar
informasi kuantitatif di dalam kehidupan seleksi untuk melanjutkan ke jenjang
nyata. Contoh sederhana adalah ketika pendidikan selanjutnya.
siswa dalam satu kelas yang terdiri dari 28 Dengan skema pelaksanaan
siswa ingin pergi bertamasya ke suatu kebijakan tersebut dan kondisi

6 Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan 7 Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan


Indonesia. Indonesia.
208 | | Vol 5 No 2 Tahun 2020

pendidikan kita saat ini wajar jika muncul dianalisis, didiskusikan dan disarikan dan
pertanyaan, apakah guru-guru kita siap kemudian disusun dalam bentuk laporan
dengan kebijakan tersebut? Apakah artikel. Studi literatur adalah studi
sekolah-sekolah siap dalam menghadapi kepustakaan yang dilakukan hanya
tantangan kebijakan tersebut? Tentunya, berdasar karya tertulis, baik hasil
sekolah sebagai penyelenggara penelitian yang sudah dipublikasikan
pendidikan harus mempersiapkan tata ataupun yang belum.8 Hal ini berarti
kelola pembelajaran yang menunjang bahwa penelitian ini dilakukan dengan
kebijakan tersebut. Perbaikan pada tata metode pengumpulan data dari berbagai
kelola pembelajaran akan menjadi satu hal rujukan melalui beberapa buku, majalah
utama yang meliputi perencanaan yang berkaitan dengan tujuan untuk
pembelajaran, pelaksanaan pembelajaran mengungkapkan berbagai teori yang
dan evaluasi pembelajaran. Diharapkan berhubungan dengan permasalahan yang
kegiatan-kegiatan pembelajaran harus sedang dihadapi atau diteliti.
bermuatan materi dan kegiatan yang
dapat mengembangkan ketreampilan HASIL DAN PEMBAHASAN
literasi dan numerasi serta penguatan 1. Asesmen Kompetensi Minimum
karakter siswa. Berdasarkan uraian Dan Survei Karakter.
tersebut, tujuan penulisan artikel ini Kebijakan dapat diartikan sebagai
adalah menganalisis kebijakan Asesmen salah satu proses yang digunakan untuk
Kompetensi Minimum dan Survei mewujudkan kehidupan yang lebih baik.9
Karakter serta menganalisis implikasi dari Salah satunya adalah pengambilan
kebijakan tersebut dalam tata kelola kebijakan dalam pendidikan. Hal ini
pembelajaran di Sekolah Dasar. dikarenakan pendidikan merupakan
sektor publik yang harus dikelola secara
METODE serius karena merupakan prioritas dalam
Artikel ini menggunakan metode program pembangunan.10 Apalagi di era
studi pustaka atau yang biasa disebut globlalisasi yang sangat pesat seperti saat
studi literatur. Sumber pengkajian ini, sistem pendidikan harus mampu
didapatkan dari artikel dan buku yang melakukan perubahan-perubahan yang
terkait, serta penelitian-penelitian mengarah pada peningkatan mutu.11
terdahulu dan dokumen-dokumen lainnya Berbagai kebijakan pun sudah
yang terkait. Selanjutnya, berbagai dikeluarkan oleh pemerintah. Tetapi
sumber yang telah dikumpulkan akan pembuatan kebijakan membutuhkan

8 Melfianora, “Penulisan Karya Tulis Ilmiah Dengan 11 A. Lin Goodwin, “Globalization and the
Studi Literatur,” Studi Litelatur, 2017, 1–3. Preparation of Quality Teachers: Rethinking
9 Nicola A. Alexander, Policy Analysis For Knowledge Domains for Teaching,” Teaching
Educational Leaders (United State, 2009). Education 21, no. 1 (2010): 19–32,
10 Aminuddin Bakry, “Kebijakan Pendidikan https://doi.org/10.1080/10476210903466901.
Sebagai Kebijakan Publik,” Jurnal MEDTEK 2, no.
April (2010): 1–13.
Implementasi Assesmen Kompetensi… | 209

kemampuan analisa yang mendasar.12 Hal memahami dan menggunakan informasi


ini dapat kita lihat dari dikeluarkannya cetak dalam kegiatan sehari-hari di sekitar
kebijakan baru yang didasarkan pada kita misal di rumah, di tempat kerja dan di
analisa kebijakan sebelumnya. Analisa ini masyarakat, dengan tujuan
didasarkan pada kebutuhan pada mengembangkan pengetahuan dan
kehidupan nyata. potensi seseorang. Jadi, literasi di sini
Salah satunya adalah kebijakan berkaitan dengan kegiatan membaca dan
merdeka belajar yang meliputi AKM dan menulis. Definisi ini senada dengan
Survei Karakter. Kebijakan ini dikeluarkan definisi literasi Kemendikbud, bahwa
sebagai pengganti UN yang selama ini literasi adalah pengetahuan dan
dijadikan evaluasi satuan pendidikan kemampuan seseorang dalam membaca,
secara nasional. Dalam skemanya, menulis, menelusuri, mengolah informasi,
Asesmen Kompetensi Minimum akan menganalisis, memberikan tanggapan,
mempunyai dua materi untuk aspek serta menggunakan teks tertulis di
kognitif, yaitu kemampuan literasi dan lingkungan sosial. Jika kita telaah dari
numerasi. Sedangkan untuk aspek afektif definisi tersebut, literasi tidak hanya
dengan menggunakan survei karakter kemampuan bisa membaca dan menulis
untuk mengukur karakter siswa. saja, tetapi lebih mengarah bagaimana
Kebijakan ini diharapkan dapat menjadi kecakapan dan keterampilan tersebut
solusi untuk meningkatkan kualitas dapat digunakan dalam penyelesaian
pendidikan kita di kancah internasional. masalah di kehidupan nyata.14
Aspek kognitif pertama yang akan Sebenarnya, literasi bukan
dinilai adalah literasi. Definisi literasi merupakan hal yang baru di dunia
adalah sebagai berikut: pendidikan kita. Bahkan Kemendikbud
Literacy is defined as a particular telah mengeluarkan Buku Literasi
capacity and mode of behavior: the Numerasi pada tahun 2017, yang berjudul
ability to understand and employ Materi Pendukung Literasi Numerasi
printed information in daily sebagai pendukung kebijakan literasi
activities, at home, at work and in nasional yang dikeluarkan pada tahun
the community – to achieve one’s 2016 silam. Ini sebagai bukti bahwa
goals, and to develop one’s Kemendikbud serius untuk
knowledge and potential.13 mengembangkan kemampuan literasi
Dari definisi tersebut, literasi merupakan sebagai prasyarat kecakapan hidup di
kemampuan dan cara perilaku tertentu abad ke-21. Terdapat enam literasi dasar
yang meliputi keterampilan untuk yang diharapkan harus dikuasai oleh

12 Deborah Stone, Policy Paradox, Third Edit (New 14 Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan,
York London: Norton & Company, 2012). “Materi Pendukung Literasi Numerasi,” Gerakan
13 Nicolas Jonas, “Numeracy Practices and Literasi Nasional 53, no. 9 (2017): 1689–99,
Numeracy Skills among Adults,” OECD Education https://doi.org/10.1017/CBO9781107415324.00
Working Paper No. 177, no. 177 (2018), 4.
https://doi.org/10.1787/8f19fc9f-en.
210 | | Vol 5 No 2 Tahun 2020

semua warga negara, salah satunya adalah guru dalam mengelola pembelajaran dan
literasi baca tulis yang selama ini menyusun penugasan. Menurut Suyono,19
digalakkan melalui program Gerakan inti kegiatan literasi yaitu membaca,
Literasi Sekolah. Sudah banyak sekolah berfikir dan menulis. Sehingga dalam
yang mengimplementasikan gerakan penugasan seharusnya memperhatikan
literasi ini melalui kegiatan pembiasaan inti literasi tersebut tetapi tetap
membaca dan menulis serta menciptakan diperhatikan peruntukannya untuk
lingkungan sekolah yang kaya akan teks15 jenjang kelas tertentu. Jika kita perhatikan
serta mengoptimalkan sarana dan banyak pola yang dapat digunakan dalam
prasarana pendukung di sekolah seperti penugasan literasi yang terdapat pada
perpustakaan.16 buku tematik.20
Namun dalam implementasinya, Selanjutnya, aspek kognitif kedua
tidak semua pelaksanaan gerakan literasi yaitu numerasi. Numerasi merupakan
ini terlaksana dengan optimal, kurangnya kemampuan, kepercayaan diri dan
dukungan fasilitas berupa terbatasnya kemauan untuk melibatkan informasi
koleksi buku bacaan menjadi salah satu kuantitatif dan spasial untuk membuat
kendala keterlaksanaan gerakan literasi di keputusan berdasarkan informasi dalam
sekolah17 serta kurangnya gairah dan semua aspek kehidupan sehari-hari.
motivasi dalam membaca.18 Jika kebijakan Sehingga kemampuan numerasi terdiri
asesmen kompetensi minimum literasi ini dari tiga aspek yaitu (1) keterampilan dan
benar-benar akan dilaksanakan, maka pengetahuan matematika, (2) pemahaman
tidak lagi hanya kegiatan pembiasaan situasi dan konteks, serta (3) kepercayaan
literasi saja yang perlu diterapkan kepada diri, kemauan, kesadaran dan lainnya.21
peserta didik, karena literasi ini akan Dengan kata lain, kemampuan numerasi
dinilai sehingga literasi perlu dimasukkan adalah kemampuan menerapkan
ke dalam pembelajaran di kelas. Terkait pengetahuan matematika di kehidupan
dengan hal tersebut kendala lain yang
muncul adalah kurangnya kekreatifan

15 Indah Wijaya Antasari, “Implementasi Gerakan 18 Muhammad Hilal Hidayat, Imam Agus Basuki,
Literasi Sekolah Tahap Pembiasaan” 9, no. 1 and Sa Akbar, “Gerakan Literasi Sekolah Di Sekolah
(2017): 367–73; Gheanurma Ekahasta Novarina Dasar,” Jurnal Pendidikan: Teori, Penelitian, Dan
and Anang Santoso, “Model Pelaksanaan Gerakan Pengembangan, no. 2017 (2018): 810–17.
Literasi Sekolah Di Sekolah Dasar,” Jurnal 19 Suyono, “Pembelajaran Efektif Dan Produktif

Pendidikan: Teori, Penelitian, Dan Pengembangan, Berbasis Literasi: Analisis Konteks, Prinsip, Dan
no. 2016 (2019): 1448–56. Wujud Alternatif Strategi Implementasinya Di
16 L. Hidayah, “Implementasi Budaya Literasi Di Sekolah,” Bahasa Dan Seni 37, no. 2 (2009): 203–
Sekolah Dasar Melalui Optimalisasi Perpustakaan: 17.
Studi Kasus Di Sekolah Dasar Negeri Di Surabaya,” 20 Suyono, Titik Harsiati, and Ika Sari Wulandari,

JU-Ke (Jurnal Ketahanan Pangan) 1, no. 2 (2017): “Implementasi Gerakan Literasi Sekolah Pada
48–58. Pembelajaran Tematik Di Sekolah Dasar,” Jippsd 2,
17 Retno Shoimah Nuzilatus, “Implementasi no. 1 (2014): 116–23.
Gerakan Literasi Di Sekolah ( Studi Kasus Di SDN 21 Alberta Government, “Why Is Numeracy so

Karah 1 Suarabaya),” Jurnal Pendidikan Dasar Important?,” 2013.


Islam Mida 1, no. 2 (2008).
Implementasi Assesmen Kompetensi… | 211

sehari-hari.22 Sedangkan menurut menjadi dasar permasalahan


Kementrian Pendidikan dan dikeluarkannya kebijakan numerasi ini.
Kebudayaan, 23 numerasi merupakan Indonesia menduduki peringkat ke-72
keterampilan menerapkan konsep dari 78 negara yang mengikuti OECD.
bilangan dan operasi hitung di dalam Peringkat yang sama untuk kemampuan
membantu menyelesaikan masalah di membaca di Indonesia. Hal ini menjadi
kehidupan nyata serta keterampilan perhatian Mendikbud bahwa kemampuan
menginterpretasikan informasi kuantitatif numerasi siswa di Indonesia masih
yang terdapat di sekeliling kita. Yang rendah. Hal ini diduga karena pendidikan
termasuk ke dalam komponen numerasi kita selama ini masih berfokus pada Ujian
antara lain yaitu bilangan, geometri dan Nasional sebagai penentu kelulusan
pengukuran serta aljabar. Selanjutnya sehingga pembelajaran pun masih
terdapat empat konten numerasi yaitu terkesan hafalan. Selain itu, pembelajaran
rumah, lingkungan kerja, kehidupan selama ini mengabaikan hal yang jauh
masyarakat dan sebagai warga negara lebih penting yaitu pembelajaran
serta pembelajaran lebih lanjut.24 bermakna yang menjembatani konsep
Lalu mengapa literasi dan yang diajarkan di sekolah serta
numerasi dinilai sangat penting? Hal ini penerapannya dalam kehidupan nyata
karena kemampuan dan keterampilan sehari-hari.
menggunakan angka, data dan simbol Oleh sebab itu, guru sebagai kunci
matematika dapat dimanfaatkan untuk utama dalam pembelajaran diharapkan
menyelesaikan permasalahan hidup betul-betul memahami betul bahwa
manusia sehari-hari. Sebagian besar numerasi itu bukan hanya mengenai
aktifitas kita dalam kehidupan sehari-hari berhitung dengan menggunakan rumus
melibatkan kegiatan literasi, numerasi tetapi juga bagaimana penerapannya
maupun karakter. Namun sayangnya, dalam kehidupan sehari-hari. Guru harus
tidak banyak dari kita yang memanfaatkan menguasai keterampilan numerasi
keterampilan tersebut. Mungkin saja dengan berbagai macam konteks serta
penguasaan konsep matematika sudah harus lihai dalam memanfaatkan berbagai
tidak diragukan lagi tapi pengaplikasian konteks untuk memampukan siswa dalam
konsep tersebut dalam situasi numerasi.25 Oleh sebab itu, guru harus
permasalahan nyata yang tidak mengubah pola pembelajaran di kelas
terstruktur masih sering diabaikan. Hal ini agar numerasi ini dapat tersampaikan
terlihat dari rendahnya skor penilaian dengan maksimal kepada peserta didik.
kemampuan matematika pada PISA Dari pembelajaran yang hanya

22Alex W Neill, “The Essentials of Numeracy,” New 24 L Ginsburg, M Manly, and MJ Schmitt, “The
Zealand Association for Research in Education, no. Components of Numeracy. NCSALL Occasional
1973 (2001); Alberta Government, “Why Is Paper.,” National Center for the Study of Adult …, no.
Numeracy so Important?” December (2006).
23 Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, 25 Ginsburg, Manly, and Schmitt.

“Materi Pendukung Literasi Numerasi.”


212 | | Vol 5 No 2 Tahun 2020

memprioritaskan pengetahuan pelajaran tersendiri dan bukan juga


prosedural menjadi pembelajaran yang berupa tambahan pada SK maupun KD
bersifat pemahaman konseptual. tetapi dalam bentuk integrasi ke dalam
Selain itu, dukungan pemerintah mata pelajaran, muatan lokal serta
sangat diperlukan untuk optimalisasi pengembangan diri.28 Survei karakter
implementasi kebijakan tersebut melalui akan menjadi pelengkap dalam asesmen
pelatihan maupun workshop yang dapat ini untuk menilai aspek afektif. Pendidikan
dilakukan oleh LPTK. Pihak lain yang karakter diharapkan dapat diintegrasikan
terkait misal keluarga dan lingkungan juga ke dalam kedua materi literasi dan
diperlukan dalam pelaksanaan kebijakan numerasi. Tentu saja tidak akan lepas dari
tersebut. Lingkungan dapat konteks dalam kehidupan sehari-hari.
mempengaruhi kemampuan anak dalam Oleh karena itu, penguatan karakter tidak
kegiatan berhitung.26 Australia yang sudah hanya dapat diberikan melalui ranah
lebih dahulu menerapkan kurikulum kognitif saja tetapi juga harus pada
numerasi menemukan bahwa peran orang penerapan dan pengalaman kehidupan
tua merupakan tantangan tersendiri nyata peserta didik di sekolah, keluarga
dalam pengembangan program ataupun masyarakat. Dalam survei
numerasi,27 sehingga perlu adanya karakter ini yang menjadi fokus adalah
kerjasama yang baik antara sekolah karakter pribadi dan wawasan
dengan orang tua. kebangsaan siswa. Mendikbud
Tidak hanya dua kemampuan menjelaskan bahwa survei karakter ini
tersebut yang akan dinilai, tetapi agar adalah program bukan melalui tes, tetapi
penilaian tetap mengacu pada tujuan mengukur dan mengetahui karakter
pendidikan nasional, maka unsur karakter secara personal dan pemahaman
tidak dapat dikesampingkan. Penguatan mengenai pandangan kebangsaan seperti
karakter ini juga bukan sesuai yang baru makna gotong royong dan Bhineka
dalam pendidikan kita, tapi dalam Tunggal Ika.
implementasinya juga masih belum Selanjutnya, untuk
optimal. Dalam implementasinya, penyelenggaraannya direncanakan akan
pendidikan karakter ini tidak berupa mata dilaksanakan pada pertengahan jenjang.

26 Eliane Segers, Tijs Kleemans, and Ludo 28 Sri Judiani, “Implementasi Pendidikan Karakter
Verhoeven, “Role of Parent Literacy and Numeracy Di Sekolah Dasar Melalui Penguatan Pelaksanaan
Expectations and Activities in Predicting Early Kurikulum,” Jurnal Pendidikan Dan Kebudayaan 16,
Numeracy Skills,” Mathematical Thinking and no. 9 (2010): 280,
Learning 17, no. 2–3 (2015): 219–36, https://doi.org/10.24832/jpnk.v16i9.519;
https://doi.org/10.1080/10986065.2015.101681 Darmiyati Zuchdi, Zuhdan Kun Prasetya, and
9. Muhsinatun Siasah Masruri, “Pengembangan
27 Christina E. Van Kraayenoord and John Elkins, Model Pendidikan Karakter Terintegrasi Dalam
“Learning Difficulties in Numeracy in Australia,” Pembelajaran Bidang Studi Di Sekolah Dasar” 1, no.
Journal of Learning Disabilities 37, no. 1 (2004): 3 (2010): 1–12,
32–41, https://doi.org/10.21831/cp.v1i3.224.
https://doi.org/10.1177/0022219404037001040
1.
Implementasi Assesmen Kompetensi… | 213

Pada jenjang sekolah dasar, dilaksanakan penting dalam proses pendidikan. Karena
pada kelas 4, pada jenjang SMP akan proses pendidikan yang berkualitas akan
dilaksanakan pada kelas 9, dan pada menghasilkan lulusan yang bermutu dan
jenjang SMA akan dilaksanakan pada kelas relevan dengan kebutuhan
11. Hal ini dilakukan dengan berbagai pembangunan. 30

tujuan, yang pertama adalah agar masih Tata kelola pembelajaran meliputi
ada waktu bagi sekolah untuk perencanaan, pelaksanaan, penilaian serta
memperbaiki hasil tes sampai nilai benar- tindak lanjut penilaian hasil
benar mencapai minimum. Kedua, agar pembelajaran. 31 Dalam proses
asesmen ini tidak digunakan sebagai alat pembelajaran dimulai dari perencanan
seleksi siswa yang dapat menimbulkan hingga tindak lanjut penilaian harus
stress dan kecemasan berlebihan pada dilakukan dengan menyesuaikan kondisi
anak dan orang tua akibat ujian tersebut. peserta didik. Pada pelaksanaan
2. Implikasi AKM Dan Survei Karakter pembelajaran meliputi bagaimana guru
terhadap Tata Kelola Pembelajaran membuka pelajaran, menyajikan
SD pelajaran, penggunaan metode,
Dari hasil analisa diatas maka perlu pemanfaatan media, menyimpulkan
adanya perbaikan tata kelola pada pelajaran hingga pengelolaan kelas.
pembelajaran di sekolah dasar. Kualitas Kaitannya dengan literasi dan numerasi,
pendidikan sekolah akan dapat dicapai bagaimana guru menyajikan materi dan
melalui manajemen atau tata kelola pemanfaatan media pembelajaran
pembelajaran yang baik yang bersifat menjadi hal utama yang perlu adanya
holistik. Empat frame yang dapat perbaikan. Pemanfaatan media
digunakan sebagai dasar evaluasi suatu pembelajaran yang relevan sangat
organisasi, yaitu struktur, politik, sumber dibutuhkan untuk menunjang
daya manusia dan simbolik.29 Keempat kemampuan literasi peserta didik. Hal ini
frame terebut dapat digunakan sebagai karena keterampilan dan pengetahuan
dasar melakukan perbaikan tata kelola profesional guru yang mampu memediasi
pembelajaran. Fokus utama dalam interaksi dan memfasilitasi
pembelajaran adalah sumberdaya pengembangan respon kreatif siswa
manusia yaitu kepala sekolah yang dengan menggunakan teknologi dapat
berperan sebagai leadership dan guru meningkatkan pembelajaran di dalam
sebagai unsur pembelajar. Dalam hal ini, kelas.32 Tata kelola pembelajaran harus
peran kepala sekolah dan guru sangat dirancang yang menyenangkan sehingga

29 Lee G Bolman and Terrence E Deal, Reframing 31 Maryani Abdullah, “Tata Kelola Pembelajaran,”
Organizations, Reframing Organizations, 2017, Eklektika 1, no. 2 (2013): 189–204.
https://doi.org/10.1002/9781119281856. 32 Ruth Wood and Jean Ashfield, “The Use of the
30 Zaedun Na’im, “Konsep Dasar Dan Tata Kelola Interactive Whiteboard for Creative Teaching and
Manajemen Peserta Didik Di Sekolah,” Journal Learning in Literacy and Mathematics: A Case
EVALUASI 2, no. 2 (2018): 499, Study,” British Journal of Educational Technology
https://doi.org/10.32478/evaluasi.v2i2.168. 39, no. 1 (2008): 84–96,
214 | | Vol 5 No 2 Tahun 2020

dapat meningkatkan optimalisasi peserta anak-anak yang sukses di abad 21 maka


didik dalam penguasaan materi.33 Salah perlu adanya pendidikan yang
satunya adalah dengan strategi mengembangkan berbagai aspek, tidak
pembelajaran pemecahan masalah hanya kognitifnya saja tetapi juga
melalui soal dengan tipe Higher Order kepribadian, emosi, kemauan, kinestetik,
Thinking Skill (HOTS). Hal ini dengan sosial, spiritual, karakter dan
pertimbangan bahwa literasi numerasi kewarganegaraan. Misalnya ketika guru
36

sangat berkaitan erat dengan pemecahan memberikan pelajaran dengan numerasi


masalah matematika yang dapat menggali dengan konteks keluarga maka di
ide-ide matematika, memperkuat dalamnya harus ada nilai-nilai karakter
kemampuan pemahaman dan penalaran yang dimunculkan. Membagi makanan
serta melatih ketekunan dan kreatifitas secara adil kepada anggota keluarga,
dalam penyelesaian.34 Tentu kita dapat berbagi kepada saudara, dan rasa hormat
memodifikasi soal HOTS tersebut agar kepada orang tua. Dengan cara seperti ini
terintegrasi dengan nilai-nilai karakter maka peserta didik akan merasa
tertentu. menemukan manfaat matematika dalam
Selanjutnya, pendidikan harus kehidupan sehari-hari sehingga tidak aka
bersifat holistik dimana pendidikan harus nada lagi anggapan matematika sebagai
dapat mengembangkan seluruh potensi mata pelajaran yang menakutkan.
atau kemampuan kognitif, afektif dan Apalagi di saat kondisi pandemi
psikomotorik peserta didik secara covid-19 saat ini, ketika semua siswa harus
harmonis. Di mana kemampuan kognitif belajar di rumah, namun keterampilan
meliputi potensi intelektual, serta afektif literasi dan numerasi serta karakter tetap
dan psikomotorik meliputi potensi dapat dikembangkan melalui
emosional, fisik, sosial dan estetika.35 pembelajaran dalam jaringan (daring)
Secara sederhana, pendidikan holistik dengan memanfaatkan internet. Misalkan
mengembangkan sekaligus aspek kognitif keterampilan literasi dan numerasi dapat
serta karakter peserta didik. Sehingga dimanfaatkan ketika kita membaca data
diharapkan dapat meng-cover literasi, banyaknya korban yang terkonfirmasi,
numerasi serta karakter. Hal ini dinilai pasien yang sembuh dan yang meninggal
penting karena untuk mempersiapkan pada setiap negara, terutama di Indonesia.

https://doi.org/10.1111/j.1467- 35 Herry Widyastono, “Muatan Pendidikan Holistik


8535.2007.00703.x. Dalam Kurikulum Pendidikan Dasar Dan
33 Azhar Burhanuddin, “Tata Kelola Pembelajaran Menengah,” Jurnal Pendidikan Dan Kebudayaan 18,
Aktif, Inovatif, Kreatif, Efektif Dan Menyenangkan no. 4 (2012): 467,
(Paikem) Di Sma Pondok Pesantren Immim https://doi.org/10.24832/jpnk.v18i4.102.
Makassar,” Idaarah: Jurnal Manajemen Pendidikan 36 William Huitt, “A Holistic View of Education and

1, no. 1 (2017): 34–51, Schooling: Guiding Students to Develop Capacities,


https://doi.org/10.24252/idaarah.v1i1.4082. Acquire Virtues, and Provide Service William,”
34 Fitraning Tyas and Puji Pangesti, Annual International Conference Sponsored by the
“MENUMBUHKEMBANGKAN LITERASI” 5 (2018): Athens Institute for Education and Research
566–75. (ATINER), May 24-27, Athens, Greece., 2011.
Implementasi Assesmen Kompetensi… | 215

Selain itu, protokol kesehatan yang Kepala sekolah berperan sebagai manajer
menentukan jarak pada physical yang memiliki wewenang dalam
distancing juga merupakan kegiatan melaksanakan kegiatan supervisi
numerasi yang dapat dimanfaatkan oleh terhadap kinerja guru. 39 Kontrol dan
guru dalam pembelajaran. Penguatan pengawasan terhadap guru menjadi tugas
nilai-nilai karakter juga dituntut dalam dan tanggungjawab kepala sekolah. Tentu
kondisi pandemi saat ini, rasa empati dan hal ini tidak berlebihan jika dikatakan
sikap berbagi kepada sesama menjadi nilai bahwa kepala sekolah merupakan titik
karakter yang dapat dikembangkan serta tumpu pembelajaran yang berkualitas.
sikap patuh kepada peraturan pemerintah Dengan demikian, sekolah diharapkan
untuk tetap belajar dari rumah untuk mampu mempersiapkan diri menghadapi
mengurangi penyebaran virus covid-19. kebijakan baru beserta dengan
Selain kegiatan pembelajaran, tantangannya.
kegiatan ekstrakurikuler juga perlu untuk
diperhatikan dan ditingkatkan dalam SIMPULAN
pelaksanaannya. Implementasi Salah satu isu permasalahan dalam
pendidikan karakter tidak hanya dunia pendidikan kita adalah UN. Banyak
terintegrasi melalui mata pelajaran saja kritik yang muncul terkait dengan
tetapi juga dapat melalui kegiatan penyelenggaraan UN. Hingga pada akhir
ekstrakurikuler.37 Kegiatan ini dapat tahun 2019, Mendikbud mengeluarkan
memenuhi kebutuhan siswa di luar jam kebijakan merdeka belajar di mana salah
pelajaran dengan tujuan agar siswa tetap satunya adalah terkait dengan UN. Untuk
melakukan kegiatan yang berpotensi berikutnya UN akan diganti dengan AKM
untuk membentuk diri, menggali dan dan Survei Karakter. Penilaian tidak akan
mengembangkan bakat38 sehingga lagi didasarkan pada per mata pelajaran
diharapkan melalui kegaitan ini siswa tetapi terdapat dua ranah kognitif yang
dapat mengembangkan nilai-nilai dinilai yaitu literasi dan numerasi.
karakter. Sedangkan untuk ranah afektif terdapat
Selanjutnya, kepala sekolah survei karakter.
sebagai pemimpin mempunyai peranan Untuk mendukung dan
yang sangat penting dalam pembelajaran. mensukseskan kebijakan tersebut maka,

37 Angga Meifa Wiliandani, Bambang Budi Wiyono, 1–7,


and A. Yusuf Sobri, “Implementasi Pendidikan https://doi.org/http://pasca.um.ac.id/conference
Karakter Dalam Pembelajaran Di Sekolah Dasar,” s/index.php/gtk/article/download/246/233.
Jurnal Pendidikan Humaniora (JPH) 4, no. 3 (2016): 39 Sarifudin, “Islamic Management: Jurnal
132–42, Manajemen Pendidikan Islam, Vol. 02, No. 01,
https://doi.org/10.17977/JPH.V4I3.8214. Januari 2019” 2, no. 1 (2019); Euis Haryani,
38 Yayan Inriyani, Wahjoedi Wahjoedi, and “Pengaruh Iklim Organisasi Sekolah Dan
Sudarmiatin Sudarmiatin, “Peran Kegiatan Kepemimpinan Kepala Sekolah Terhadap
Ekstrakurikuler Untuk Meningkatkan Prestasi Manajemen Pembelajaran Untuk Mewujudkan
Belajar IPS,” Prosiding Seminar Nasional Kinerja Guru,” Jurnal Pendidikan Universitas Garut
Mahasiswa Kerjasama Direktorat Jenderal Guru 11 (2017): 77–87.
Dan Tenaga Kependidikan Kemendikbud 1 (2016):
216 | | Vol 5 No 2 Tahun 2020

sekolah sebagai penyelenggara fungsi kepemimpinan kepala sekolah,


pendidikan harus mempersiapkan tata peningkatan sarana dan prasarana
kelola pembelajaran yang di mulai dari sekolah serta meningkatkan keterlibatan
perencanaan, pelaksanaan hingga peran orang tua dan masyarakat.
penilaian. Salah satunya adalah melalui Selain itu, jika memang benar
pendidikan holistik di mana pendidikan bahwa acuan pengembangan asesmen ini
harus dapat mengembangkan seluruh adalah sola PISA maka pola antara proses
potensi peserta didik secara harmonis pembelajaran dan asesmennya harus
yang meliputi potensi intelektual pada dirumuskan dengan tepat agar keduanya
aspek kognitif, emosional, fisik, sosial dan saling berkesinambungan. Dari sini maka
estetika sebagai aspek afektif. Berikutnya yang menjadi pokok penting
adalah, pembelajaran melalui strategi pertimbangan pemerintah adalah bahwa
pemecahan masalah dengan soal Higher guru yang sebelumnya ditunjuk oleh
Order Thinking Skills (HOTS) yang dapat Puspendik yang diberikan tugas
dimodifikasi dengan mengintegrasikan mengembangkan soal UN harus telah
nilai-nilai karakter di dalamnya. memiliki kompetensi dalam
Pembelajaran dengan berbasis mengembangkan Asesmen Kompetensi
pemecahan masalah ini dinilai dapat Minimum nanti. Sehingga kembali lagi
mengembangkan keterampilan literasi bahwa harus ada kerjasama dan
dan numerasi siswa. Kemudian peran aktif keterlibatan yang positif dan mendukung
kepala sekolah sebagai manajer yang antara pengembang asesmen dengan para
memiliki wewenang penuh dalam guru.
melaksanakan kegiatan supervisi
terhadap kinerja guru juga sangat DAFTAR RUJUKAN
diperlukan. Melalui peran aktif kepala Alberta Government. “Why Is Numeracy
sekolah diharapkan dapat menciptakan so Important?,” 2013.
pembelajaran yang berkualitas. Alexander, Nicola A. Policy Analysis For
Educational Leaders. United State,
Dalam pelaksanaan AKM dan
2009.
Survei Karakter, perlu adanya kerjasama Antasari, Indah Wijaya. “Implementasi
yang baik antara pemerintah pusat dengan Gerakan Literasi Sekolah Tahap
pemerintah daerah. Perlu adanya Pembiasaan” 9, no. 1 (2017): 367–73.
sosialisasi terkait kebijakan AKM dan Bakry, Aminuddin. “Kebijakan Pendidikan
survei karakter ke berbagai satuan Sebagai Kebijakan Publik.” Jurnal
pendidikan Sekolah Dasar. Perbaikan pada MEDTEK 2, no. April (2010): 1–13.
Bolman, Lee G, and Terrence E Deal.
tata kelola pembelajaran dinilai sangat
Reframing Organizations. Reframing
penting. Untuk itu perlu banyaknya Organizations, 2017.
peningkatan dalam berbagai aspek yang https://doi.org/10.1002/978111928
mendukung tata kelola pembelajaran, 1856.
antara lain peningkatan pengetahuan dan Burhanuddin, Azhar. “Tata Kelola
profesionalisme guru melalui berbagai Pembelajaran Aktif, Inovatif, Kreatif,
pelatihan atau workshop, peningkatan Efektif Dan Menyenangkan (Paikem)
Di Sma Pondok Pesantren Immim
Implementasi Assesmen Kompetensi… | 217

Makassar.” Idaarah: Jurnal William.” Annual International


Manajemen Pendidikan 1, no. 1 Conference Sponsored by the Athens
(2017): 34–51. Institute for Education and Research
https://doi.org/10.24252/idaarah.v (ATINER), May 24-27, Athens, Greece.,
1i1.4082. 2011.
Deborah Stone. Policy Paradox. Third Edit. Inriyani, Yayan, Wahjoedi Wahjoedi, and
New York London: Norton & Sudarmiatin Sudarmiatin. “Peran
Company, 2012. Kegiatan Ekstrakurikuler Untuk
Ginsburg, L, M Manly, and MJ Schmitt. “The Meningkatkan Prestasi Belajar IPS.”
Components of Numeracy. NCSALL Prosiding Seminar Nasional
Occasional Paper.” National Center for Mahasiswa Kerjasama Direktorat
the Study of Adult …, no. December Jenderal Guru Dan Tenaga
(2006). Kependidikan Kemendikbud 1 (2016):
Goodwin, A. Lin. “Globalization and the 1–7.
Preparation of Quality Teachers: https://doi.org/http://pasca.um.ac.i
Rethinking Knowledge Domains for d/conferences/index.php/gtk/article
Teaching.” Teaching Education 21, no. /download/246/233.
1 (2010): 19–32. Jonas, Nicolas. “Numeracy Practices and
https://doi.org/10.1080/104762109 Numeracy Skills among Adults.” OECD
03466901. Education Working Paper No. 177, no.
Haryani, Euis. “Pengaruh Iklim Organisasi 177 (2018).
Sekolah Dan Kepemimpinan Kepala https://doi.org/10.1787/8f19fc9f-
Sekolah Terhadap Manajemen en.
Pembelajaran Untuk Mewujudkan Judiani, Sri. “Implementasi Pendidikan
Kinerja Guru.” Jurnal Pendidikan Karakter Di Sekolah Dasar Melalui
Universitas Garut 11 (2017): 77–87. Penguatan Pelaksanaan Kurikulum.”
Hidayah, L. “Implementasi Budaya Literasi Jurnal Pendidikan Dan Kebudayaan
Di Sekolah Dasar Melalui Optimalisasi 16, no. 9 (2010): 280.
Perpustakaan: Studi Kasus Di Sekolah https://doi.org/10.24832/jpnk.v16i
Dasar Negeri Di Surabaya.” JU-Ke 9.519.
(Jurnal Ketahanan Pangan) 1, no. 2 Kementerian Pendidikan dan
(2017): 48–58. Kebudayaan. “Materi Pendukung
Hidayah, Nurul. “Ujian Nasional Dalam Literasi Numerasi.” Gerakan Literasi
Perspektif Kebijakan Publik” 7, no. 1 Nasional 53, no. 9 (2017): 1689–99.
(2013): 35–40. https://doi.org/10.1017/CBO97811
https://doi.org/10.13170/jp.7.1.205 07415324.004.
3. Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan
Hidayat, Muhammad Hilal, Imam Agus Indonesia. “Mendikbud Tetapkan
Basuki, and Sa Akbar. “Gerakan Empat Pokok Kebijakan Pendidikan
Literasi Sekolah Di Sekolah Dasar.” ‘Merdeka Belajar.’”
Jurnal Pendidikan: Teori, Penelitian, Www.Kemdikbud.Go.Id, 2020, 2019–
Dan Pengembangan, no. 2017 (2018): 20.
810–17. Ketut, Ni, and Srie Kusuma. “Dampak
Huitt, William. “A Holistic View of Pelaksanaan Ujian Nasional Terhadap
Education and Schooling: Guiding Motivasi Belajar , Moral Siswa Dan
Students to Develop Capacities, Eksistensi Guru,” no. 2 (2017): 77–87.
Acquire Virtues, and Provide Service Kraayenoord, Christina E. Van, and John
218 | | Vol 5 No 2 Tahun 2020

Elkins. “Learning Difficulties in Siswa Dalam. “Dampak Psikologi,


Numeracy in Australia.” Journal of Fisik, Dan Persepsual Siswa Dalam
Learning Disabilities 37, no. 1 (2004): Menghadapi Ujian Nasional Berbasis
32–41. Komputer.” Jurnal Pendidikan Dan
https://doi.org/10.1177/002221940 Kebudayaan 7, no. 1 (2010): 194.
40370010401. https://doi.org/10.24832/jpnk.v16i
Maryani Abdullah. “Tata Kelola 2.446.
Pembelajaran.” Eklektika 1, no. 2 Suyono. “Pembelajaran Efektif Dan
(2013): 189–204. Produktif Berbasis Literasi: Analisis
Melfianora. “Penulisan Karya Tulis Ilmiah Konteks, Prinsip, Dan Wujud
Dengan Studi Literatur.” Studi Alternatif Strategi Implementasinya
Litelatur, 2017, 1–3. Di Sekolah.” Bahasa Dan Seni 37, no. 2
Na’im, Zaedun. “Konsep Dasar Dan Tata (2009): 203–17.
Kelola Manajemen Peserta Didik Di Suyono, Titik Harsiati, and Ika Sari
Sekolah.” Journal EVALUASI 2, no. 2 Wulandari. “Implementasi Gerakan
(2018): 499. Literasi Sekolah Pada Pembelajaran
https://doi.org/10.32478/evaluasi.v Tematik Di Sekolah Dasar.” Jippsd 2,
2i2.168. no. 1 (2014): 116–23.
Neill, Alex W. “The Essentials of Tyas, Fitraning, and Puji Pangesti.
Numeracy.” New Zealand Association “MENUMBUHKEMBANGKAN
for Research in Education, no. 1973 LITERASI” 5 (2018): 566–75.
(2001). UU Sisdiknas. “Tentang Sistem Pendidikan
Novarina, Gheanurma Ekahasta, and Nasional,” 2003.
Anang Santoso. “Model Pelaksanaan Widyastono, Herry. “Muatan Pendidikan
Gerakan Literasi Sekolah Di Sekolah Holistik Dalam Kurikulum
Dasar.” Jurnal Pendidikan: Teori, Pendidikan Dasar Dan Menengah.”
Penelitian, Dan Pengembangan, no. Jurnal Pendidikan Dan Kebudayaan
2016 (2019): 1448–56. 18, no. 4 (2012): 467.
Sarifudin. “Islamic Management: Jurnal https://doi.org/10.24832/jpnk.v18i
Manajemen Pendidikan Islam, Vol. 02, 4.102.
No. 01, Januari 2019” 2, no. 1 (2019). Wiliandani, Angga Meifa, Bambang Budi
Segers, Eliane, Tijs Kleemans, and Ludo Wiyono, and A. Yusuf Sobri.
Verhoeven. “Role of Parent Literacy “Implementasi Pendidikan Karakter
and Numeracy Expectations and Dalam Pembelajaran Di Sekolah
Activities in Predicting Early Dasar.” Jurnal Pendidikan Humaniora
Numeracy Skills.” Mathematical (JPH) 4, no. 3 (2016): 132–42.
Thinking and Learning 17, no. 2–3 https://doi.org/10.17977/JPH.V4I3.
(2015): 219–36. 8214.
https://doi.org/10.1080/10986065. Wood, Ruth, and Jean Ashfield. “The Use of
2015.1016819. the Interactive Whiteboard for
Shoimah Nuzilatus, Retno. “Implementasi Creative Teaching and Learning in
Gerakan Literasi Di Sekolah ( Studi Literacy and Mathematics: A Case
Kasus Di SDN Karah 1 Suarabaya).” Study.” British Journal of Educational
Jurnal Pendidikan Dasar Islam Mida 1, Technology 39, no. 1 (2008): 84–96.
no. 2 (2008). https://doi.org/10.1111/j.1467-
Silverius, Suke, Nurul Hidayah, Dampak 8535.2007.00703.x.
Psikologi, D A N Persepsual, and Zuchdi, Darmiyati, Zuhdan Kun Prasetya,
Implementasi Assesmen Kompetensi… | 219

and Muhsinatun Siasah Masruri.


“Pengembangan Model Pendidikan
Karakter Terintegrasi Dalam
Pembelajaran Bidang Studi Di
Sekolah Dasar” 1, no. 3 (2010): 1–12.
https://doi.org/10.21831/cp.v1i3.22
4.

Anda mungkin juga menyukai