Anda di halaman 1dari 36

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


PP No. 72 Tahun 1991 bab 2 pasal 2 menyebutkan tujuan Pendidikan
Luar Biasa yaitu membantu peserta didik yang menyandang kelainan fisik/mental
agar mampu mengembangkan sikap, pengetahuan dan ketrampilan sebagai
pribadi maupun anggota masyarakat dalam mengadakan hubungan timbal balik
dengan lingkungan sosial budaya dan alam sekitar serta dapat mengembangkan
kemampuan dalam dunia kerja/mengikuti pendidikan lanjutan.

Dalam Kurikulum 2013 didalamnya juga telah dirumuskan secara


terpadu kompetensi sikap, pengetahuan dan ketrampilan yang harus dikuasai
siswa. Kompetensi yang diharapkan dari lulusan SLB adalah kemampuan
berfikir, terampil dan bersikap sesuai dengan karakteristiknya. Pada kurikulum
2013 juga dikembangkan nilai sikap jujur, disiplin, tanggung jawab, mandiri,
santun, peduli, percaya diri, patuh terhadap tata tertib, kasih sayang, kerjasama,
menghargai dan lain-lain. Dan untuk mencapai sikap atau karakter tersebut dapat
dilakukan secara langsung dalam berbagai aktivitas pembelajaran yang
dilakukan.

Pada umumnya sikap seseorang merupakan wujud dari pendidikan di


dalam keluarga dan sekolah. Jika sejak dari dalam keluarga anak tidak dididik
atau dilatih untuk hidup teratur, tertib dan menurut kemauannya sendiri maka
kelak sulit diharapkan anak tersebut mampu disiplin dan mandiri, ia akan selalu
tergantung pada orang lain.

Disiplin merupakan sesuatu yang berkembang dengan pengendalian diri


seseorang terhadap bentuk-bentuk peraturan, peraturan yang dimaksud dapat
ditetapkan oleh orang yang bersangkutan maupun berasal dari luar
(Arikunto.1990). Pembiasaan hidup teratur dan mentaati peraturan akan
mendorong seseorang untuk selalu siap melaksanakan tata tertib yang berlaku dan
membiasakannya menjadi disiplin. Sikap disiplin yang perlu dilakuakan antara
lain dengan menerapkan pengetahuan dan pengertian sosial seperti mengenal hak
milik orang lain, mengerti dan segera menurut untuk menjalankan kewajiban
2

secara langsung seperti memahami aturan, mengerti tingkah laku baik dan buruk,
belajar mengendalikan keinginan dan mengorbankan kesenangan diri tanpa
peringatan orang lain (Gunarso dalam Prasojo.2014).

Tingkat perkembangan kedisiplinan dan kemandirian sangat dipengaruhi


oleh perubahan-perubahan fisik yang kemudian memicu terjadinya perubahan
emosional, perubahan kognitif yang memberikan pemikiran logis tentang cara
berfikir yang mendasari tingkah laku, serta perubahan nilai dalam peran sosial
melalui pengasuhan orang tua dan aktivitas individu, secara spesifik kemandirian
menuntut suatu kesiapan individu baik melakukan aktivitas atas tanggung
jawabnya sendiri tanpa banyak menggantungkan diri pada orang lain
(Desmita.2014). Menurut Monks (dalam Desmita.2014) kemandirian merupakan
usaha untuk melepaskan diri dari orang tua dengan maksud untuk menemukan
dirinya melalui proses mencari identitas ego yang merupakan perkembangan ke
arah individualitas yang mantap dan berdiri sendiri. Seorang anak dikatakan
mandiri jika: a) percaya diri yang didasari oleh kepemilikan akan konsep diri
yang positif: b) bertanggung jawab pada hal-hal yang dikerjakan dan hal ini dapat
ditumbuhkan dengan memberikan kesempatan kepada anak untuk memegang
tanggung jawab: c) mampu menemukan pilihan dan mengambil keputusannya
sendiri yang mana hal ini diperoleh dari adanya peluang untuk mengerjakan
sesuatu , dan: d) mampu mengendalikan emosi dengan adanya kesempatan untuk
berbuat dengan tidak banyak mendapatkan larangan (Soemantri dalam
Nofitasari.2015).

Chabib Toha (dalam Desmita.2014) merumuskan delapan ciri sikap


kemandirian sebagai berikut: a) mampu berfikir secara kritis, kreatif dan inovatif;
b) tidak mudah terpengaruh oleh pendapat orang lain; c) tidak lari atau
menghindari masalah; d) memecahkan masalah dengan berfikir yang mendalam;
e) tidak merasa rendah diri jika harus berbeda dengan orang lain; f) berusaha
bekerja dengan penuh ketekunan dan kedisiplinan; g) bertanggung jawab atas
tindakannya sendiri. Dengan adanya ciri-ciri kemandirian tersebut maka dapat
diketahui seberapa tingkat kemandirian yang ada pada seorang anak, untuk dapat
berperilaku mandiri ada hal lain yang penting yaitu melalui proses belajar,
dengan kata lain kemandirian tidak hanya dipengaruhi oleh diri sendiri tetapi juga
hasil dari proses belajar dalam masa perkembangan.
3

Sikap kedisiplinan dan kemandirian merupakan salah satu hal yang


sangat penting bagi anak tuna grahita. Mereka bisa dikatakan disiplin dan mandiri
apabila telah mampu mengontrol dirinya sendiri untuk patuh pada aturan yang
berlaku dilingkungannya dan tidak bergantung lagi pada orang lain. Namun
perbedaan latar belakang ekonomi, pendidikan, status sosial dan lingkungan
merupakan faktor yang sangat berpengaruh pada pembentukan sikap kedisiplinan
dan kemandirian anak. Dengan bekal kedisiplinan dan kemandirian diharapkan
mereka akan mengerti dan patuh pada aturan yang ada di lingkungannya, mampu
mengurus diri sendiri dan memenuhi kebutuhan-kebutuhannya sendiri sehingga
tidak selalu bergantung pada orang lain.

Karakteristik anak tuna grahita yang mengalami hambatan dalam


kemampuan berfikir konkret dan sukar berpikir abstrak, mengalami kesulitan
dalam konsentrasi, kemampuan sosialisasi terbatas, tidak mampu menyimpan
intruksi yang sulit, kurang mampu menganalisis dan menilai kejadian yang
dihadapi dan anak tuna grahita mampu didik prestasi tertinggi di bidang baca,
tulis, hitung tidak lebih dari anak normal setingkat kelas III-IV Sekolah Dasar
(Efendi.2006). Sehingga mempengaruhi sikapnya dalam kehidupan sehari-hari.
Mereka cenderung bersikap sesuai keinginan sendiri dan sangat bergantung pada
orang lain. Kauffman dan Hallahan dalam Soemantri (2012:104) mengatakan
bahwa “Keterbelakangan mental menunjukkan fungsi intelektual di bawah rata-
rata secara jelas dengan disertai ketidakmampuan dalam penyesuaian perilaku
dan terjadi pada masa perkembangan”. Hal itu sangat berdampak pada
kedisiplinan dan kemandirian pada anak tuna grahita.

Asrori (dalam Nofitasari.2015) menjelaskan bahwa kedisiplinan dan


kemandirian dipengaruhi oleh beberapa faktor yang meliputi; a) gen atau
keturunan orang tua; b) pola asuh orang tua, sistem pendidikan di sekolah; dan c)
sistem pendidikan di masyarakat. Oleh karena itu dalam melatih kedisiplinan dan
kemandirian dibutuhkan bimbingan dan arahan dari berbagai pihak, baik dari
orang tua, guru, pengasuh, maupun lingkungan sekitarnya sehingga anak dapat
melakukan kegiatan sehari-hari. Mengingat intelegensi anak tuna grahita yang
berada di bawah rata-rata, maka pembelajaran untuk anak tuna grahita harus
disesuaikan dengan kebutuhan dan kondisi anak. Pembiasaan, pembentukan
asosiasi, pemberian reinforcement, reward and punishment serta contoh-contoh
konkrit akan lebih mudah diterima (Nurmeliawati.2016)
4

Seperti yang terjadi pada anak kelas VIII Tuna Grahita SLB Negeri
Tamiang Layang, pembelajaran yang dilakukan di dalam kelas sering terhambat
karena sikap mereka di dalam kelas yang belum siap menerima pelajaran. Mereka
sering terlambat masuk kelas karena mereka belum berani masuk ke kelas sendiri
dan harus menunggu orang tua mengantarkannya ke dalam kelas, dan ketika di
dalam kelas mereka cenderung berbicara dengan teman, berjalan-jalan di kelas,
mengusili teman, makan minum di kelas dan sering ijin ke toilet. Hal itu perlu
penanganan lebih lanjut agar kelak ketika mereka berada di kelas selanjutnya
dapat lebih disiplin dan mandiri di dalam kelas.

Pembelajaran untuk anak tuna grahita tidak hanya sekedar pemberian


kasih sayang dan motivasi, mereka juga harus diberikan reward untuk hal-hal
baik yang dilakukannya dan punishment jika mereka melanggar aturan yang telah
disepakati. Pemberian reward dimaksudkan agar lebih memotivasi anak,
pemberian reward dapat berupa pujian, sikap non verbal maupun benda yang
disukai anak. Sebaliknya jika anak melanggar aturan yang telah disepakati maka
guru harus memberikan punishment. Punishment dapat berupa verbal maupun
non verbal agar dapat membantu pembentukan asosiasi respon dan konsekuensi
pada anak.

Menurut Purwanto (dalam Faidy.2014) reward digunakan sebagai alat


untuk mendidik anak supaya anak dapat merasa senang karena perbuatan atau
pekerjaannya mendapat penghargaan. Reward merupakan segala yang diberikan
guru berupa penghargaan yang menyenangkan, perasaan yang diberikan kepada
siswa atas dasar hasil baik yang telah dicapai dalam proses pendidikan dengan
tujuan memberikan motivasi kepada siswa agar melakukan perbuatan terpuji dan
berusaha untuk meningkatkannya (Faidy.2014). Contoh pemberian reward dapat
berupa pemberian hadiah atau simbol-simbol yang menarik maupun dalam
bentuk lisan seperti mengucapkan “hebat”, “keren” dan “pintar”.

Punishment adalah usaha edukatif untuk memperbaiki dan mengarahkan


anak kearah yang benar, bukan siksaan yang memasung kreatifitas (Faidy.2014).
Contoh punishment seperti melarang melakukan sesuatu, menegur, membentak,
bermuka masam, pemberian hukuman berdiri di depan kelas, duduk terpisah
dengan teman atau pemberian simbol-simbol yang kurang menarik.
5

Penerapan pemberian reward dan punishment merupakan strategi yang


cukup efektif untuk melatih kedisiplinan dan kemandirian anak. Hal ini
dibuktikan dalam penelitian yang dilakukan pada tahun 2005 oleh Deborah A.
Moberly, Jerry L. Wadle dan R. Elanor Duff dengan judul “The Use of Rewards
and Punishment In Early Childhood Classrooms. Dalam penelitian tersebut dapat
diambil kesimpulan bahwa terdapat perubahan perilaku yang signifikan kearah
yang lebih baik pada siswa setelah diberikan pembelajaran menggunakan reward
dan punishment.

Penelitian lain yang membuktikan bahwa pemberian reward dan


punishment dapat merubah perilaku siswa menjadi lebih baik adalah penelitian
yang baru saja dilakukan oleh Ikbal Tuba Sahin Sak, Ramazan Sak, Betul Kubra
Sahin Sak di Negara Turki pada agustus 2016 dengan judul “The Persistance of
Reward and Punishment in Preschool Classrooms”. Dalam penelitian tersebut
hasil yang didapatkan adalah reward diperlukan untuk meningkatkan frekuensi
perilaku positif pada anak-anak preschool dan punishment yang diperlukan untuk
mengurangi kejadian yang tidak diinginkan.

Lory Kay Baranek dalam penelitiannya yang berjudul “The Effect of


Rewards and Motivation in Student Achievement” pada tahun 1996 memperoleh
hasil bahwa dengan pemberian reward dan motivasi dapat memperikan pengaruh
yang positif pada hasil prestasi belajar siswa.

Penelitian lain dilakukan oleh Philip Firestone dan Virginia Douglas


pada tahun 1975 dengan judul “The Effects of Reward and Punishment on
Reaction Times and Autonomic Activity in Hyperactive and Normal Children”.
Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa reward menyebabkan peningkatan
yang signifikan dalam respon impulsif pada anak-anak hiperaktif, reward juga
meningkatkan gairah untuk tingkat yang lebih besar daripada punishment.

Rachel E. Caffyn pada tahun 1975 juga melakukan penelitian


dengan judul “Rewards and Punishments in Schools, A Study of their
Effectiveness as Perceived by Secondary School Pupils and Their Teachers”.
Dalam penelitian ini, pandangan tentang efektivitas reward dan punishment di
sekolah menengah bahasa Inggris dikumpulkan dengan cara kuesioner yang
dirancang khusus, dilengkapi dengan komentar tertulis dan informasi dari diskusi
6

dengan murid. Hasilnya adalah pemberian reward dan punishment di sekolah


sangat efektif untuk memperbaiki perilaku mereka.
Penelitian tahun 2013 yang dilakukan oleh Becker Stephen P., Fite Paula
J., Annie A. Garner, Leilani Greening, Laura Stoppelbein dan Aaron M. Luebbe
dengan judul “Reward and Punishment Sensitivity are Differentially Assosiated
with ADHD and Sluggish Cognitive Tempo Symptoms in Children. Dalam
penelitian tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa anak ADHD menunjukkan
sedikit perubahan perilaku dengan di berlakukannya reward dan punishment.

Selanjutnya pemberian reward dan punishment berpengaruh terhadap


motivasi belajar siswa dilakukan oleh Feri Nasrudin pada tahun 2015 dengan
judul “Pengaruh Pemberian Reward dan Punishment Terhadap motivasi belajar
Siswa Kelas VI SD Negeri d Sekolah Binaan 02 Kecamatan Bumiayu Kabupaten
Brebes” memperoleh hasil bahwa dengan pengajaran menggunakan reward dan
punishment memiliki pengaruh yang cukup kuat terhadap motivasi belajar siswa.

Penelitian peningkatan perilaku disiplin melalui pemberian reward dan


punishment juga dilakukan oleh Indrawati pada Tahun 2013, penelitian ini
berjudul “Peningkatan Perilaku Disiplin Siswa Melalui Pemberian Reward dan
Punishment Dalam Pembelajaran Penjasorkes Pada Siswa Kelas XII IPS 1 SMA
Negeri Lamongan”. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan, diketahui
bahwa tingkat perilaku disiplin siswa meningkat dengan memenuhi seluruh
indicator yang ditetapkan sebagai penyusun instrument sebesar 84,96% dari batas
minimal yang ditetapkan sebesar 75%, maka secara umum dapat disimpulkan
bahwa penerapan pemberian reward dan punishment dalam pelajaran Penjasorkes
dapat meningkatkan perilaku disiplin siswa.

Ahmad Bahril Faidy pada tahun 2014 juga telah melakukan penelitian
dengan judul “Hubungan Pemberian Reward dan Punishment Dengan Motivasi
Belajar Pendidikan Kewarganegaraan Siswa Kelas XI SMA Negeri 1 Ambuten
Kecamatan Sumenep”. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa ada hubungan
antara pemberian reward dan punishment dengan motivasi belajar Pendidikan
Kewrganegaraan pada siswa sebesar 0,601 yang berarti semakin sering guru
memberikan reward dan punishment semakin tinggi motivasi belajar siswa pada
mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan.
7

Penelitian serupa juga dilakukan oleh Ririn Listyawati, Sadiman dan


Ruli Hafidah dengan judul “Pengaruh Pemberian Reward Terhadap Kemandirian
Anak Kelompok A Taman Kanak-Kanak Gugus Melon Kecamatan Banjarsari
Tahun Ajaran 2013/2014” dari penelitian ini dapat diketahui terdapat perbedaan
kemandirian anak kelompok eksperimen yang diberi perlakuan berupa pemberian
reward dengan kelompok kontrol yang tidak diberikan perlakuan. Selain itu
terdapat perbedaan kemandirian anak pada kelompok eksperimen antara sebelum
dan sesudah diberi perlakuan. Rata-rata nilai kelompok eksperimen setelah diberi
perlakuan lebih tinggi dari pada rata-rata sebelum diberi perlakuan, dengan
demikian pemberian reward efektif dalam meningkatkan kemandirian pada anak
Taman Kanak-kanak.

Prihandini juga melakukan penelitian tentang “Pengaruh Penggunaan


Reward Dan Punishment Untuk Meningkatkan Kemandirian Belajar Dan Prestasi
Belajar Matematika Anak Lamban Belajar Kelas V Sd N Petoran Surakarta
Tahun 2014”. Hasil dari penelitian ini menunjukkan nilai yang diperoleh
mengalami peningkatan ketika subjek diberikan intervensi, untuk kemandirian
belajar subjek M.J memiliki kecenderungan jejak dan arah mengalami
peningkatan baik indikator 1 sampai 8, nilai overlap untuk indikator 1 sampai 8
kemandirian belajar adalah 0%. Subjek S.N juga mengalami peningkatan ketika
diberikan intervensi, kemandirian belajar subjek S.N memiliki kecenderungan
arah dan jejak yang meningkat, nilai overlap untuk indikator 1 sampai 8 adalah
0%. Hasil prestasi belajar untuk kedua subjek baik M.J dan S.N mengalami
peningkatan baik kecenderungan arah dan jejak, nilai overlap untuk kedua subjek
adalah 0%. Kesimpulan dari penelitian ini adalah pemberian reward dan
punishment dapat meningkatkan kemandirian dan prestasi belajar matematika
anak lamban belajar kelas V di SD Negeri Petoran Surakarta tahun ajaran
2013/2014”.

Berdasarkan latar belakang masalah di atas dan bukti penelitian yang


mendukung penggunaan reward dan punishment dapat merubah perilaku siswa
kearah positif, maka penulis tertarik untuk mengkaji masalah tersebut dengan
mengadakan penelitian yang berjudul “Pengaruh Pemberian Reward dan
Punishment Terhadap Kedisiplinan dan Kemandirian di Dalam Kelas Pada Anak
Tuna Grahita Ringan Kelas VIII di SLB Negeri Tamiang Layang Tahun Ajaran
2017/2018”.
8

B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas maka
dapat teridentifikasi beberapa permasalah dalam penelitian ini. Identifikasi
masalah tersebut adalah sebagai berikut:

1. Anak tuna grahita mempunyai kedisiplinan yang rendah.


2. Pada umumnya guru mengajar kedisiplinan tanpa menggunakan punishment.
3. Reward dan punishment merupakan salah satu cara yang perlu diketahui
manfaatnya dalam meningkatkan kedisiplinan siswa.

C. Pembatasan Masalah
Penelitian tindakan kelas ini, perlu adanya suatu pembatasan masalah
agar kajian yang dibahas tidak keluar jauh dari konsepnya. Pada pembatasan
masalah dibatasi hanya pada:

1. Siswa tuna grahita ringan kelas VIII Tingkat kedisiplinan grahita ringan kelas
VIII SLB Negeri Tamiang Layang Tahun Ajaran 2017/2018
2. Pemberian reward dan punishment.

D. Rumusan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah dan pembatasan masalah diatas, maka
dapat dirumuskan masalah dari penelitian ini yaitu:

”Apakah Reward dan Punishment dapat Mempengaruhi Kedisiplinan dan


Kemandirian Anak Tuna Grahita Ringan Kelas VIII di SLB Negeri Tamiang
Layang Tahun Ajaran 2017/2018?”.

E. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah yang diambil, tujuan dari penelitian ini
adalah: Untuk mengetahui Pengaruh reward dan punishment terhadap
kedisiplinan Anak Tuna Grahita Ringan Kelas VIII di SLB Negeri Tamiang
Layang Tahun Ajaran 2017/2018.
9

F. Manfaat Penelitian
Manfaat yang diharapkan dalam penelitian tindakan kelas ini adalah
meliputi manfaat bagi semua warga sekolah. Adapun manfaat yang dingin
dicapai adalah sebagai berikut:

1. Manfaat bagi siswa


Penelitian ini diharapkan akan membantu meningkatkan kedisiplinan siswa.
2. Manfaat bagi guru
Penelitian ini diharapkan akan dapat menambah pengetahuan guru, sebagai
wujud meningkatkan profesionalisme guru. Kemudian hasil dari penelitian ini,
nantinya dapat diaplikasikan langsung dalam proses belajar mengajar di kelas.
3. Manfaat bagi sekolah
Penelitian ini diharapkan akan memberikan manfaat dan menjadi acuan bagi
guru serta referensi di sekolah dalam meningkatkan kualitas siswa, guru dan
sekolah, dalam rangka pengembangan kurikulum.
4. Manfaat bagi perpustakaan sekolah
Penelitian ini diharapkan dapat memperkaya dan melengkapi koleksi
perpustakaan dan dapat dijadikan bahan bacaan yang menarik bagi para
pengunjungnya, yang diharapkan dapat mengaplikasikannya demi optimalisasi
pembelajaran di sekolah.
10

BAB II

KAJIAN TEORI DAN PENGAJUAN HIPOTESIS

A. Kajian Teori
1. Tinjauan tentang Reward
a. Hakekat Reward
Reward adalah hadiah atau alat pendidikan yang diberikan kepada
siswa yang telah mencapai prestasi baik (Pradja dalam Faidy.2014).
sedangkan menurut Nasrudin reward merupakan suatu bentuk, cara atau
strategi yang digunakan oleh guru untuk membangkitkan, menumbuhkan,
memelihara dan meningkatkan motivasi belajar siswa di sekolah agar
seluruh siswa terdorong untuk melakukan usaha-usaha kelanjutan dalam
rangka pencapaian tujuan-tujuan pengajaran. Menurut Chaplin (dalam
Indrawati.2013) reward adalah segala perangsang, situasi atau pernyataan
lisan yang menghasilkan kepuasan atau menambah kemungkinan suatu
perbuatan yang telah dipelajari.
Dengan demikian yang dimaksud reward adalah suatu hadiah, bentuk,
cara, strategi atau alat pendidikan yang digunakan oleh guru untuk
membangkitkan, menumbuhkan, memelihara dan meningkatkan motivasi
belajar siswa di sekolah agar seluruh siswa terdorong untuk melakukan
usaha-usaha kelanjutan dalam rangka pencapaian tujuan-tujuan pengajaran.

b. Bentuk-bentuk Reward
Collins dan Fontenelle (dalam Nasrudin.2015) menyebutkan bentuk-bentuk
reward seperti:
1). Pendorong dalam bentuk lisan seperti “Hebat”, “Luar biasa”, “Semua
betul”, “Bagus sekali”, “Wah sempurna”.
2). Tulisan atau symbol seperti: tulisan (Baik!, Rapi!, Bagus!, Hebat!),
3). Symbol (symbol senyum, stiker, abjad). Hadiah istimewa seperti:
memimpin kelompok, memilh kegiatan, membantu siswa lain.
4). Ganjaran bendawi: buku, pensil, rautan, dan lain sebagainya.
5). Kartu atau label, medali.
Sedangkan menurut Faidy (2014) reward berupa pujian yang
mendidik, hadiah, mendoakan, menepuk pundak.
11

2. Tinjauan tentang Punishment


a. Hakekat Punishment
Menurut Shalahudin (dalam Faidy.2014) punishment adalah
tindakan yang dijatuhkan kepada anak didik secara sadar dan sengaja
sehingga menimbulkan nestapa, dan dengan adanya nestapa itu anak didik
akan menjadi sadar akan perbuatannya dan berjanji di dalam hati untuk
tidak mengulanginya. Punishment adalah salah satu bentuk reinforcement
negative yang menjadi alat motivasi jika diberikan secara tepat dan bijak
sesuai dengan prinsip-prinsip pemberian hukuman (Sardiman dalam
Nasrudin.2015).
Berdasarkan pengertian punishment di atas dapat ditarik kesimpulan
bahwa punishment adalah salah satu bentuk alat motivasi dijatuhkan kepada
anak didik secara sadar dan sengaja sehingga anak didik akan menjadi sadar
akan perbuatannya dan berjanji di dalam hati untuk tidak mengulanginya.
b. Bentuk-bentuk Punishment
Menurut Collins dan Fontenelle (dalam Nasrudin.2015) bentuk-
bentuk punishment antara lain:
1.) Pemberian stimulus derita seperti: bentakan, cemoohan, ancaman.
2.) Pembatalan perlakuan positif seperti: mengambil kembali suatu mainan
atau mencegah anak untuk bermain-bain bersama temannya.Bentuk
bentuk punishment seperti: menasehati, melarang melakukan sesuatu,
menegur, membentak, bermuka masam, pemberian hukuman berdiri di
depan kelas, duduk terpisah dengan teman atau pemberian simbol-
simbol yang kurang menarik.
3. Tinjauan tentang Kedisiplinan
a. Hakekat Disiplin
Disiplin merupakan sesuatu yang berkembang dengan
pengendalian diri seseorang terhadap bentuk-bentuk peraturan, peraturan
yang dimaksud dapat ditetapkan oleh orang yang bersangkutan maupun
berasal dari luar (Arikunto.1990).
Menurut Siagian (dalam Prasojo.2014) disiplin adalah kadar atau
derajat kepatuhan siswa terhadap aturan atau ketentuan yang ada di
sekolah.Dengan demikian dapat ditarik kesimpulan bahwa disiplin adalah
pengendalian diri seseorang terhadap aturan atau ketentuan yang ada di
sekolah.
12

b. Tujuan Disiplin
Pendisiplinan bukan berarti bertujuan menjadikan seseorang
menjadi penurut walaupun awalnya mungkin dari sikap otoriter, tujuan
disiplian mengarahkan tingkah laku yang menyenangkan dan memberikan
kepuasan. Tujuan disiplin menurut Moekijat (dalam Faidy.2014) tujuan
didiplin baik kolektif maupun perseorangan sebenarnya dalah untuk
menjurus atau mengarahkan tingkah laku pada relasi yang menyenangkan
dan member kepuasan. Menurut Ghaerles (dalam Nasrudin.2015) tujuan
disiplin adalah mennolong anak-anak untuk hidup sebagai makhluk social
dan untuk mencapai pertumbuhan dan perkembangan mereka seoptimal
mungkin.

Dengan demikian tjuan disiplin adalah untuk mengajar


pengendalian diri atau dengan kata lain walaupun tidak ada perintah mereka
sudah tahu apa yang sebaiknya dilakukan.

4. Tinjauan tentang Kemandirian


a. Hakekat Kemandirian
Menurut Monks (dalam Desmita.2014) kemandirian merupakan
usaha untuk melepaskan diri dari orang tua dengan maksud untuk
menemukan dirinya melalui proses mencari identitas ego yang merupakan
perkembangan ke arah individualitas yang mantap dan berdiri sendiri.
Soemantri (dalam Nofitasari.2015) berpendapat bahwa
kemandirian adalah kemampuan untuk mengelola individu dalam
mengelola dirinya sendiri yang ditandaikemampuan untuk tidak bergantung
atau minta bantuan kepada orang lain terutama orang tua, maupun
mengambil keputusan secara mandiri dan kosekuen terhadap keputusan
tersebut, serta mengetahui hakekat tentang benar dan salah, penting dan
tidak penting.
b. Ciri-ciri Kemandirian
Seorang anak dikatakan mandiri jika: a) percaya diri yang didasari
oleh kepemilikan akan konsep diri yang positif: b) bertanggung jawab pada
hal-hal yang dikerjakan dan hal ini dapat ditumbuhkan dengan memberikan
kesempatan kepada anak untuk memegang tanggung jawab: c) mampu
menemukan pilihan dan mengambil keputusannya sendiri yang mana hal ini
diperoleh dari adanya peluang untuk mengerjakan sesuatu , dan: d) mampu
13

mengendalikan banyak mendapatkan larangan (Soemantri dalam


Nofitasari.2015).

Lovinger (dalam Desmita. 2014) mengemukakan enam ciri


tingkatan kemandirian, yaitu

1.) Tingkat pertama, yaitu tingkat impulsive dan melindungi diri


2.) Tingkat kedua konformistik
3.) Tingkat sadar diri
4.) Tingkat seksama
5.) Tingkat individualis
6.) Tingkat mandiri

B. Penelitian yang Relevan


Terdapat beberapa penelitian yang relevan dengan penelitian ini.
Beberapa penelitian yang relevan ini akan dijadikan acuan dalam penelitian yang
akan datang.Penelitian yang membuktikan bahwa pemberian reward dan
punishment dapat merubah perilaku siswa menjadi lebih baik adalah penelitian
yang baru saja dilakukan oleh Ikbal Tuba Sahin Sak, Ramazan Sak, Betul Kubra
Sahin Sak di Negara Turki pada agustus 2016 dengan judul “The Persistance of
Reward and Punishment in Preschool Classrooms”. Dalam penelitian tersebut
hasil yang didapatkan adalah reward diperlukan untuk meningkatkan frekuensi
perilaku positif pada anak-anak preschool dan punishment yang diperlukan untuk
mengurangi kejadian yang tidak diinginkan.
Lory Kay Baranek dalam penelitiannya yang berjudul “The Effect of
Rewards and Motivation in Student Achievement” pada tahun 1996 memperoleh
hasil bahwa dengan pemberian reward dan motivasi dapat memperikan pengaruh
yang positif pada hasil prestasi belajar siswa.
Penelitian lain dilakukan oleh Philip Firestone dan Virginia Douglas
pada tahun 1975 dengan judul “The Effects of Reward and Punishment on
Reaction Times and Autonomic Activity in Hyperactive and Normal Children”.
Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa reward menyebabkan peningkatan
yang signifikan dalam respon impulsif pada anak-anak hiperaktif, reward juga
meningkatkan gairah untuk tingkat yang lebih besar daripada punishment.
14

Rachel E. Caffyn pada tahun 1975 juga melakukan penelitian dengan


judul “Rewards and Punishments in Schools, A Study of their Effectiveness as
Perceived by Secondary School Pupils and Their Teachers”. Dalam penelitian
ini, pandangan tentang efektivitas reward dan punishment di sekolah menengah
bahasa Inggris dikumpulkan dengan cara kuesioner yang dirancang khusus,
dilengkapi dengan komentar tertulis dan informasi dari diskusi dengan murid.
Hasilnya adalah pemberian reward dan punishment di sekolah sangat efektif
untuk memperbaiki perilaku mereka.
Penelitian tahun 2013 yang dilakukan oleh Becker Stephen P., Fite
Paula J., Annie A. Garner, Leilani Greening, Laura Stoppelbein dan Aaron M.
Luebbe dengan judul “Reward and Punishment Sensitivity are Differentially
Assosiated with ADHD and Sluggish Cognitive Tempo Symptoms in Children.
Dalam penelitian tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa anak ADHD
menunjukkan sedikit perubahan perilaku dengan di berlakukannya reward dan
punishment.
Selanjutnya pemberian reward dan punishment berpengaruh terhadap
motivasi belajar siswa dilakukan oleh Feri Nasrudin pada tahun 2015 dengan
judul “Pengaruh Pemberian Reward dan Punishment Terhadap motivasi belajar
Siswa Kelas VI SD Negeri d Sekolah Binaan 02 Kecamatan Bumiayu Kabupaten
Brebes” memperoleh hasil bahwa dengan pengajaran menggunakan reward dan
punishment memiliki pengaruh yang cukup kuat terhadap motivasi belajar siswa.
Penelitian peningkatan perilaku disiplin melalui pemberian reward dan
punishment juga dilakukan oleh Indrawati pada Tahun 2013, penelitian ini
berjudul “Peningkatan Perilaku Disiplin Siswa Melalui Pemberian Reward dan
Punishment Dalam Pembelajaran Penjasorkes Pada Siswa Kelas XII IPS 1 SMA
Negeri Lamongan”. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan, diketahui
bahwa tingkat perilaku disiplin siswa meningkat dengan memenuhi seluruh
indicator yang ditetapkan sebagai penyusun instrument sebesar 84,96% dari batas
minimal yang ditetapkan sebesar 75%, maka secara umum dapat disimpulkan
bahwa penerapan pemberian reward dan punishment dalam pelajaran Penjasorkes
dapat meningkatkan perilaku disiplin siswa.
Ahmad Bahril Faidy pada tahun 2014 juga telah melakukan penelitian
dengan judul “Hubungan Pemberian Reward dan Punishment Dengan Motivasi
Belajar Pendidikan Kewarganegaraan Siswa Kelas XI SMA Negeri 1 Ambuten
Kecamatan Sumenep”. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa ada hubungan
15

antara pemberian reward dan punishment dengan motivasi belajar Pendidikan


Kewarganegaraan pada siswa sebesar 0,601 yang berarti semakin sering guru
memberikan reward dan punishment semakin tinggi motivasi belajar siswa pada
mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan.
Penelitian serupa juga dilakukan oleh Ririn Listyawati, Sadiman dan
Ruli Hafidah dengan judul “Pengaruh Pemberian Reward Terhadap Kemandirian
Anak Kelompok A Taman Kanak-Kanak Gugus Melon Kecamatan Banjarsari
Tahun Ajaran 2013/2014” dari penelitian ini dapat diketahui terdapat perbedaan
kemandirian anak kelompok eksperimen yang diberi perlakuan berupa pemberian
reward dengan kelompok kontrol yang tidak diberikan perlakuan. Selain itu
terdapat perbedaan kemandirian anak pada kelompok eksperimen antara sebelum
dan sesudah diberi perlakuan. Rata-rata nilai kelompok eksperimen setelah diberi
perlakuan lebih tinggi dari pada rata-rata sebelum diberi perlakuan, dengan
demikian pemberian reward efektif dalam meningkatkan kemandirian pada anak
Taman Kanak-kanak.
Prihandini juga melakukan penelitian tentang “Pengaruh Penggunaan
Reward Dan Punishment Untuk Meningkatkan Kemandirian Belajar Dan Prestasi
Belajar Matematika Anak Lamban Belajar Kelas V Sd N Petoran Surakarta
Tahun 2014”. Hasil dari penelitian ini menunjukkan nilai yang diperoleh
mengalami peningkatan ketika subjek diberikan intervensi, untuk kemandirian
belajar subjek M.J memiliki kecenderungan jejak dan arah mengalami
peningkatan baik indikator 1 sampai 8, nilai overlap untuk indikator 1 sampai 8
kemandirian belajar adalah 0%. Subjek S.N juga mengalami peningkatan ketika
diberikan intervensi, kemandirian belajar subjek S.N memiliki kecenderungan
arah dan jejak yang meningkat, nilai overlap untuk indikator 1 sampai 8 adalah
0%. Hasil prestasi belajar untuk kedua subjek baik M.J dan S.N mengalami
peningkatan baik kecenderungan arah dan jejak, nilai overlap untuk kedua subjek
adalah 0%. Kesimpulan dari penelitian ini adalah pemberian reward dan
punishment dapat meningkatkan kemandirian dan prestasi belajar matematika
anak lamban belajar kelas V di SD Negeri Petoran Surakarta tahun ajaran
2013/2014”.
16

C. Kerangka Berfikir
Skema kerangka berfikir pada penelitian ini adalah sebagai berikut:

Siswa/ yang diteliti


Guru/ Peneliti
KONDISI
Tingkat kedisiplinan
AWAL Belum menerapkan
masih rendah
Reward dan
punishment

Menerapkan Siklus I
TINDAKAN Reward dan
punishment menerapkan
Reward dan
Punishment

Diduga melalui
Reward dan Siklus II
KONDISI Punishment dapat
Pengembangan
AKHIR meningkatkan dari siklus I
kedisiplinan dan
kemandirian di dalam
kelas

Gambar 2.1. Alur Penerapan Tindakan Kelas

D. Hipotesis
Berdasarkan kajian teori dan kerangka berpikir seperti uraian diatas,
penulis mengajukan hipotesis tindakan sebagai berikut: Reward dan Punishment
dapat meningkatkan kedisiplinan dan Kemandirian Anak Tuna Grahita Ringan
Kelas VIII di SLB Negeri Tamiang Tahun Ajaran 2017/2018 ”.
17

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Setting Penelitian
1. Waktu Penelitian
a. Penelitian dilaksanakan pada semester ganjil, tepatnya pada bulan
Februari-April 2018. Pada penelitian ini terdapat 2 kali siklus yang artinya
membutuhkan 2 kali pertemuan dengan siswa dengan masing-masing
pertemuan 2 x 35 menit.
b. Pengumpulan data dan pelaksanaan tindakan dilakukan pada pertemuan
kedua sampai keempat dikarenakan penelitian ini menggunakan 2 siklus
penelitian. Pada pertemuan pertama untuk mengetahui kondisi diawal dan
pada pertemuan keempat untuk mengetahui efek dari penerapan metode
yang digunakan dalam pembelajaran di kelas VIII SLB Negeri Tamiang
Layang Tahun Ajaran 2017/2018.

Tabel 3.1 Alokasi Waktu Penelitian Tindakan Kelas

No Februari Maret April


Jenis Kegiatan
. 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4

Menyusun
1 ✓ ✓
Proposal

Menyusun
2 ✓
Instrumen

3 Pengumpulan Data ✓

Melakukan
4 Tindakan Kelas ✓
Siklus I

5 Melakukan ✓
Tindakan Kelas
18

Siklus II

Menganalisis Data
6 dan Menyusun ✓ ✓ ✓ ✓ ✓
Laporan

2. Tempat Penelitian
a. Penelitian ini dilakukan di SLB Negeri Tamiang Layang
b. Peneliti memilih tempat penelitian di SLB Negeri Tamiang Layang
dikarenakan peneliti merupakan salah satu pengajar di SLB tersebut.

B. Subjek Penelitian
Subjek yang digunakan dalam penelitian tindakan kelas ini adalah siswa
Kelas VIII Tuna Grahita Ringan SLB Negeri Tamiang Layang Tahun Ajaran
2017/2018 yang berjumlah 3 siswa. Daftar nama siswa dapat dilihat pada tabel di
bawah ini:

No Nama L/P

1 RA P

2 SH L

3 R L

Tabel 3.2. Daftar Nama Siswa Kelas VIII SLB Negeri Tamiang Layang

C. Sumber Data
Sumber data dalam penelitian adalah subjek dari mana data dapat
diperoleh (Arikunto, 2002: 107), ditambahkan oleh Moleong (2007: 157) bahwa
sumber data utama dalam penelitian kualitatif ialah kata-kata, dan tindakan
selebihnya adalah data tambahan seperti dokumen dan lain-lain. Data dalam
penelitian ini adalah data yang berasal dari subjek penelitian yaitu siswa Kelas III
Tuna Grahita Ringan SLB Negeri Surakarta Tahun Ajaran 2016/2017 yang berupa
hasil awal penilaian sikap kedisiplinan dan kemandirian.
19

D. Teknik dan Alat Pengumpulan Data


Sesuai dengan jenis penelitian yang digunakan, penelitian kualitatif
memandang bahwa manusia adalah instrumen utama dalam mengumpulkan data,
sebab manusia memiliki kemampuan menyesuaikan diri dengan berbagai situasi
dan ragam realitas. Selain itu manusia memiliki sifat responden, adaptif dan
holistik, dapat membangun, pengertian dari pengetahuan yang tidak terkatakan,
mampu mengolah, mengejar klarifikasi dan mampu meningkatkan pemahaman
yang lebih dalam.

Zuchdi (2001:1) menyatakan bahwa terdapat beberapa metode


pengumpulan data yang sering digunakan dalam penelitian kualitatif yaitu
pengamatan berpartisipasi (Partisipation observation), wawancara mendalam
(dept interview), penyelidikan sejarah hidup dan analisis dokumen. Dalam
penelitian ini metode pengamatan berpartisipasi, wawancara mendalam dan
analisis dokumen. Metode yang digunakan dalam penelitian ini dapat diuraikan
sebagai berikut:

1. Metode observasi partisipasif


Cara ini digunakan agar data yang diinginkan sesuai dengan yang
dimaksud peneliti. Dalam observasi ini peneliti terlibat langsung dengan
subyek yang diamati sebagai sumber data penelitian. Dengan metode ini data
yang diperoleh lebih lengkap, tajam, sampai mengetahui pada tingkat makna
dari setiap perilaku yang tampak.

2. Metode Interview
Wawancara dilakukan dengan wali murid dan beberapa siswa yang
dianggap menonjol dibanding siswa lain. Dengan situasi santai wawancara
diharapkan mampu menghasilkan data-data yang berguna dan dapat
menunjang keberhasilan penelitian yang dilakukan.

3. Metode Dokumentasi
Metode dokumentasi yang digunakan penulis lebih banyak
berhubungan dengan data-data yang dimiliki sekolah, khususnya yang
berhubungan dengan kedisiplinan dan kemandirian siswa.
20

E. Validasi Data
Untuk mendapatkan data yang absah serta valid maka dapat dirumuskan
langkah-langkah yang dilakukan penelitimelalui:

1. Pengamatan secara terus menerus.


2. Membicarakan dengan orang lain (rekan-rekan sejawat yang banyak
mengetahui dan memahami masalah yang diteliti).

F. Analisa Data
1. Analisa Data
Analisa data adalah proses mengorganisasikan dan mengurutkan data
ke dalam pola, kategori dan satuan uraian dasar sehingga dapat ditemukan
tema dan dapat dirumuskan hipotesis kerja seperti yang disarankan data
(Moleong, 2006: 104). Menurut Miles dan Huberman (1992: 16) analisa data
terdiri dari tiga alur kegiatan yang berlangsung secara bersamaan, yaitu
reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan/ verifikasi.

2. Komponen Analisa Data


Pemilihan rancangan analisis untuk penelitian dengan pendekatan
kualitatif didasarkan pada tiga komponen utama (Miles dan Huberman, 1992:
21-23). Ketiga komponen pokok tersebut meliputi reduksi data (data
reduction), penyajian data (data display), dan penarikan kesimpulan
(verifikasi). Berikut adalah penejelasan ketiga komponen tersebut

a. Reduksi data
Reduksi data merupakan proses seleksi, pemfokusan,
penyederhanaan dan abstraksi ata (kasar) yang ada dalam file note. Proses
reduksi data berlangsung terus sepanjang penelitian. Bahwa prosesnya
sudah dimulai sebelum pelaksanaan pengumpulan data, seperti sejak
penelitian memutuskan tentang kerangka kerja konseptual, pemilihan
kasus, menyusun pertanyaan penelitian dan juga waktu menentukan cara
pengumpulan data yang akan digunakan (Sutopo, 2002: 91).

Pada waktu pengumpulan data berlangsung, reduksi data dilakukan


dengan membuat ringkasan dari catatan di lapangan. Dibuat rangkuman,
memusatkan tema, menentukan batas-batas permasalahan dan menulis
21

memo. Dengan reduksi data berarti mempertegas, meringkas, membuat


fokus, menyeleksi dan membuang hal-hal yang tidak penting, serta
mengatur data secara rutut, sehingga mempermudah perumusan simpulan
penelitian.

b. Sajian data
Penyajian data (data display) adalah suatu rakitan organisasi
informasi yang memungkinkan kesimpulan riset dapat dilakukan. Data
dalam penelitian ini disajikan terutama dalam bentuk narasi kalimat yang
disusun secara logis dan sistematis mengacu pada rumusan masalah,
artinya sajian data ini merupakan gambaran data hasil penelitian untuk
menjawab permasalahan berdasarkan logika penelitian. Di samping itu
penyajian data dilakukan dalam bentuk gambar/ skema untuk mendukung
keutuhan narasi, sehingga merupakan sajian data yang lengkap.

c. Verifikasi
Dalam penelitian biasanya dijumpai berbagai hal yang harus
dipahami artinya, seperti peraturan, pola-pola, pertanyaan, konfigurasi
yang mungkin, alasan sebab-akibat dan berbagai proporsi (Sutopo,
2002:93). Hal-hal tersbeut sebagai dasar konvensi awal yang sifatnya
masih terbuka, karena bisa jadi masih kurang jelas, akan tetapi kemudian
berangsur-angsur semakin meningkat dengan landasan yang kuat.

Simpulan perlu diverifikasi dengan melakukan aktivitas ulangan


untuk tujuan pemanfaatan, dengan penelusuran data kemabali, dengan
mengembangkan ketelitian misalkan mengembangkan antar subjek. Pada
prinsipnya harus dilakukan pengujian validitas data agar simpulan
penelitian menjadi bisa dipercaya.

d. Model Analisa Data


Penerapan metode kualitatif pada penelitian ini adalah untuk
mengungkapkan kebenaran dan memahaminya. Penelitian ini
menggunakan pendekatan induktif yaitu mencari, menjelaskan dan
memahami prinsip-prinsip umum yang berlaku dalam suatu kehidupan
masyarakat dengan memulainya dari kenyataan (phenomena) menuju ke
teori (tesis) bukan sebaliknya, seperti dalam penelitian deduktif (Moleong,
2006:94).
22

Setiap data dieksplanasikan hingga mendapat penjelaskan


mendalam dari berbagai variabel yang akan diteliti. Proses analisis sudah
dilakukan sebagai berikut, proses analisis diawali dengan pengumpulan
data. Pengumpulan data merupakan proses pencarian data yang dilakukan
dengan pengamatan, wawancara, kuisioner, dan dokumentasi. Selanjutnya
setelah data dikumpulkan, dilakukan proses lanjutnya yaitu reduksi data.

Reduksi data merupakan proses seleksi, pemfokusan,


penyenderhanaan dan abstraksi data (kasar) yang ada dalam field note.
Proses reduksi data berlangsung terus sepanjang penelitian. Setelah data
dipilah-pilah, selanjutnya data disajikan dalam bentuk narasi kalimat yang
disusun secara logis dan sistematis mengacu pada rumusan masalah. Tahap
terakhir adalah penarikan kesimpulan atau verifikasi data, yaitu
mengambil kesimpulan atas pola-pola atau konfigurasi tertentu. Hasil
simpulan perlu diverifikasi ulang agar dapat mengembangkan ketelitian
hasil penelitian.

Pengumpulan
Penyajian
data
data

Reduksi
data Kesimpulan-kesimpulan:
Penarikan/ Verifikasi

Gambar 3.1 Kegiatan analisis

Pada langkah penyajian data, data yang terpilih sudah direduksi disajikan
dalam bentuk tulisan atau kata-kata verbal atau secara sistematik sehingga mudah
untuk disimpulkan. Demikian analisis data ini berulang-ulang lalu di analisis
secara deskriptif.
23

G. Indikator Kinerja
Indikator kinerja pada penelitian ini adalah adanya peningkatan sikap
kedisiplinan dan kemandirian yang terjadi pada setiap siklus yang bersifat positif
dan nilai sikap yang diperoleh siswa dapat mencapai target yang telah ditentukan
oleh peneliti.

H. Prosedur Penelitian
Untuk memberikan penilaian mengenai strategi peningkatan kemampuan
siswa setelah memperoleh pengetahuan secara teoritik perlu ditingkatkan dengan
kegiatan latihan. Kegiatan latihan ini untuk pembetulan membaca permulaan
simulasi antar siswa dengan berbagai teknik perbaikan guna memperoleh
keterampilan nyata yang sesungguhnya. Pada simulasi ini dikaji mulai dari
mengetahui jenis kesulitan yang dialami siswa, termasuk sarana yang akan
digunakan. Kegiatan simulasi jika dipandang cukup maka kegiatan dilanjutkan
dengan pemberian penanganan pada siswa.

Rencana yang telah disusun dicobakan sesuai dengan langkah yang telah
dibuat yaitu proses peningkatan kedisiplinan dan kemandirian dengan pemberian
reward dan punishment.

Observasi ini dilakukan untuk melihat pelaksanaan apakah semua rencana


yang telah dibuat dengan baik tidak ada penyimpangan- penyimpangan yang dapat
memberikan hasil yang kurang maksimal dalam mengatasi rendahnya kedisiplinan
dan kemandirian melalui pemberian reward dan punishment pada siswa kelas VIII
Tuna Grahita SLB Negeri Tamiang Layang Tahun Ajaran 2017/2018.

Hasil kegiatan peningkatan kedisiplinan dan kemandirianmelalui


pemberian reward dan punishment di kelas VIII SLB Negeri Tamiang Layang
yang telah direkam, diputar kembali untuk dianalisis untuk mengetahui kegagalan
atau kesalahan yang dialami oleh penulis dan kemudian didiskusikan dengan guru
dan pengajar lain untuk mencari penyelesaiannya yang efektif pada kegiatan
pembentukan bicara berikutnya pada tahap berikutnya.

Secara garis besar, prosedur penelitian dapat dibagi menjadi beberapa


bagian. Model penelitian ini terdiri dari dua siklus, yang masing-masing siklus
terbagi dalam empat bagian yaitu 1) rencana, 2) implementasi tindakan, 3)
24

observasi, 4) refleksi. Kemudian dari proses secara keseluruhan tersebut dibuatlah


suatu evaluasi hasil pembelajaran dan kesimpulan yang dikemas dalam satu
laporan.

1. Sikus I
a. Perencanaan
Pada tahap perencanaan ini yaitu merefleksikan dan menganalisis
masalah yang terjadi di dalam kelas serta mencari pemecahan masalahnya.
Kegiatan utama yang dilakukan peneliti dalam tahap perencanaan yaitu:

1) Menganalisis masalah kedisiplinan dan kemandirian yang terjadi.


2) Membuat dan menetapkan aturan yang ada di dalam kelas.
3) Membuat instrument penilaian sikap kedisiplinan dan kemandirian
4) Membuat format penilaian sikap kedisiplinan dan kemandirian.
5) Menyiapkan lembar pengamatan siswa di dalam kelas.
6) Menentukan criteria keberhasilan.
b. Pelaksanaan Tindakan
Pada tahap ini peneliti menerapkan pemberian reward dan
punishment yang mengacu pada penilaian sikap kurikulum 2013.
1) Guru menyampaikan aturan di dalam kelas.
2) Guru menyampaikan reward dan punishment dari dari setiap pemberian
aturan.
3) Penilaian dilaksanakan selama proses pembelajaran.
c. Observasi
Dalam kegiatan pengamatan guru mengumpulkan serta menyusun
data yang diperoleh dalam proses pembelajaran. Guru mengisi penilaian
skala sikap tiap jam pelajaran dan mencatat hal-hal penting berkaitan
dengan kedisiplinan dan kemandirian siswa.
d. Refleksi
Hasil observasi yang telah dilaksanakan kemudian dianalisis dan
direfleksikan untuk mengetahui hasil pemberian reward dan punishment
yang telah dilaksanakan pada siklus I. adapun kegiatan yang dilaksanakan
pada tahap refleksi yaitu menganalisis data yang diperoleh selama proses
pembelajaran dengan pemberian reward dan punishment.
25

Jika pada siklus I belum menunjukkan peningkatan kedisiplinan


dan kemandirian, maka perlu adanya suatu tindakan lagi sehingga peneliti
akan melanjutkan ke siklus II.

2. Siklus II
a. Perencanaan
Kegiatan utama yang dilakukan oleh peneliti dalam tahap
perencanaan pada siklus II ini. Dari hasil tersebut peneliti melakukan hal-
hal sebagai ber Menganalisis masalah kedisiplinan dan kemandirian yang
terjadi.
1) Membuat dan menetapkan aturan yang ada di dalam kelas.
2) Membuat instrument penilaian sikap kedisiplinan dan kemandirian
3) Membuat format penilaian sikap kedisiplinan dan kemandirian.
4) Menyiapkan lembar pengamatan siswa di dalam kelas.
5) Menentukan criteria keberhasilan.
b. Melaksanakan tindakan
Pada tahap ini peneliti menerapkan pemberian reward dan
punishment yang mengacu pada penilaian sikap siklus I.
1) Guru menyampaikan aturan di dalam kelas.
2) Guru menyampaikan reward dan punishment dari dari setiap
pemberian aturan.
3) Penilaian dilaksanakan selama proses pembelajaran.
c. Observasi
Dalam kegiatan pengamatan peneliti mengumpulkan serta menyususn
data yang diperoleh dalam pembelajaran. fokus pengamatan yang dilakukan
pada perbaikan sikap kedisiplinan dan kemandirian.
d. Refleksi
Peneliti melakukan refleksi terhadap pelaksanaan siklus I dan siklus II
serta menganalisis untuk membua kesimpulan atas pelaksanaan pemberian
reward dan punishment untuk meningkatkan kedisiplinan dan kemandirian.
26

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Pelaksanaan Penelitian
1. Deskripsi Kedisiplinan dan Kemandirian Pada Kondisi Awal
Berdasarkan hasil asesmen kedisiplinan dan kemandirian siswa kelas
VIII SLB Negeri Tamiang Layang yang telah diamati sebelum diberikan
reward dan punishment maka berikut ini dapat disajikan hasil asesmen
kedisiplinan dan kemandirian siswa yang terkait dengan kondisi awal siswa.

Tabel 2. Hasil Asesmen Kedisiplinan dan Kemandirian Siswa Kelas VIII SLB
Negeri Tamiang Layang Pada Kondisi Awal.

No. Urut Kode Subyek Nilai Keterangan

1 RA 60 Tuntas

2 SH 30 Belum

3 R 50 Belum

Jumlah 140

Rerata Kedisiplinan dan Kemandirian 40

Ketuntasan Klasikal 36,3% Belum

Sumber data: Lampiran 1 halaman 31.


Kedisiplinan dan kemandirian siswa yang disajikan pada tabel di atas
menunjukkan bahwa 4 siswa memperoleh nilai di bawah 65 dan hanya 1 siswa
mendapat nilai di atas 65 (target) dengan tingkat ketuntasan secara klasikal
sebesar 20%. Data ini menunjukkan bahwa kedisiplinan dan kemandirian siswa
kelas VIII SLB Negeri Tamiang Layang belum memenuhi target yang
ditetapkan (80% dari jumlah siswa mendapat nilai 65 ke atas). Dengan
demikian, pada kondisi awal kedisiplinan dan kemandirian dapat dikatakan
belum mencapai tujuan yang diharapkan.
27

Berdasarkan kedisiplinan dan kemandirian siswa yang masih rendah,


maka sebagai guru berusaha melakukan inovasi pembelajaran agar kedisiplinan
dan kemandirian dapat ditingkatkan. Inisiatif yang diambil guru kelas serta
didukung oleh kepala sekolah dan dibantu teman guru kolaborasi, dilakukan
inovasi pembelajaran dengan menerapkan reward dan punishment dengan
tujuan untuk meningkatkan kedisiplinan dan kemandirian siswa.

2. Deskripsi Kedisiplinan dan Kemandirian Siklus I


a. Perencanaan
Perencanaan penelitian tindakan kelas pada siklus I meliputi kegiatan-
kegiatan:
1) Menganalisis masalah kedisiplinan dan kemandirian yang terjadi.
2) Membuat dan menetapkan aturan yang ada di dalam kelas.
3) Membuat instrument penilaian sikap kedisiplinan dan kemandirian
4) Membuat format penilaian sikap kedisiplinan dan kemandirian.
5) Menyiapkan lembar pengamatan siswa di dalam kelas.
6) Menentukan criteria keberhasilan.
b. Pelaksanaan Tindakan
Pada tahap ini peneliti menerapkan pemberian reward dan
punishment yang mengacu pada penilaian sikap kurikulum 2013.
1) Guru menyampaikan aturan di dalam kelas.
2) Guru menyampaikan reward dan punishment dari dari setiap
pemberian aturan.
3) Penilaian dilaksanakan selama proses pembelajaran.
c. Observasi
Dalam kegiatan pengamatan guru mengumpulkan serta menyusun
data yang diperoleh dalam proses pembelajaran. Guru mengisi penilaian
skala sikap tiap jam pelajaran dan mencatat hal-hal penting berkaitan dengan
kedisiplinan dan kemandirian siswa.
d. Refleksi
Hasil observasi yang telah dilaksanakan kemudian dianalisis dan
direfleksikan untuk mengetahui hasil pemberian reward dan punishment
yang telah dilaksanakan pada siklus I. adapun kegiatan yang dilaksanakan
pada tahap refleksi yaitu menganalisis data yang diperoleh selama proses
pembelajaran dengan pemberian reward dan punishment.
28

Jika pada siklus I belum menunjukkan peningkatan kedisiplinan dan


kemandirian, maka perlu adanya suatu tindakan lagi sehingga peneliti akan
melanjutkan ke siklus II.

3. Pengamatan
Tingkat kedisiplinan dan kemandirian siswa selama mengikuti
pemberian reward dan punishment berdasarkan hasil tes pada siklus I
diperoleh hasil sebagai berikut:

Tabel 3. Kedisiplinan dan Kemandirian Siswa Kelas VIII SLB Negeri Tamiang
Layang pada Siklus I.

No. Urut Kode Subyek Nilai Keterangan

1 SF 70 Belum

2 GF 50 Belum

3 BG 50 Belum

Jumlah 170

Rerata kedisiplinan dan Kemandirian 56

Ketuntasan Klasikal 33,3% Belum

Sumber data: Lampiran 2 halaman 31.


Kedisiplinan dan kemandirian siswa yang disajikan pada tabel di atas
menunjukkan bahwa 2 siswa memperoleh nilai di bawah 65 dan 1 siswa
mendapat nilai 65 ke atas dengan tingkat ketuntasan secara klasikal sebesar
33,3%. Data ini menunjukkan bahwa kedisiplinan dan kemandirian siswa kelas
VIII SLB Negeri Tamiang Layang telah mengalami peningkatan dibanding
sebelum diberi tindakan dengan pemberian reward dan punishment tetapi
belum memenuhi batas tuntas yang ditetapkan (80% dari jumlah siswa
mendapat nilai 65 ke atas). Dengan demikian, pada kondisi siklus I kedisiplinan
dan kemandirian dapat dikatakan belum mencapai tujuan yang diharapkan.
maka masih perlu diadakan perbaikan untuk meningkatkan kedisiplinan dan
kemandirian siswa. Guru berusaha meningkatkan aktivitas mengajar dengan
29

melakukan perbaikan terhadap indikator yang masih kurang sehingga


diharapkan pada siklus II kemampuan membaca permulaan siswa dapat
mencapai batas tuntas.
4. Refleksi
Berdasarkan hasil observasi di atas, dapat diketahui bahwa dengan
pemberian reward dan punishment ada peningkatan kedisiplinann dan
kemandirian yang dihasilkan oleh beberapa siswa dikelas subjek.
5. Deskripsi Kemampuan membaca Siklus II
a. Perencanaan
Kegiatan utama yang dilakukan oleh peneliti dalam tahap perencanaan pada
siklus II. Dari hasil tersebut peneliti melakukan hal-hal sebagai berikut:
1) Menganalisis masalah kedisiplinan dan kemandirian yang terjadi.
2) Membuat dan menetapkan aturan yang ada di dalam kelas.
3) Membuat instrument penilaian sikap kedisiplinan dan kemandirian
4) Membuat format penilaian sikap kedisiplinan dan kemandirian.
5) Menyiapkan lembar pengamatan siswa di dalam kelas.
6) Menentukan criteria keberhasilan.
b. Melaksanakan tindakan
Pada tahap ini peneliti menerapkan pemberian reward dan punishment yang
mengacu pada penilaian sikap siklus I.
1) Guru menyampaikan aturan di dalam kelas.
2) Guru menyampaikan reward dan punishment dari dari setiap
pemberian aturan.
3) Penilaian dilaksanakan selama proses pembelajaran.
c. Observasi
Dalam kegiatan pengamatan peneliti mengumpulkan serta menyususn data
yang diperoleh dalam pembelajaran. fokus pengamatan yang dilakukan
pada perbaikan sikap kedisiplinan dan kemandirian.
d. Refleksi
Peneliti melakukan refleksi terhadap pelaksanaan siklus I dan siklus II serta
menganalisis untuk membuat kesimpulan atas pelaksanaan pemberian
reward dan punishment untuk meningkatkan kedisiplinan dan kemandirian
30

a. Pengamatan
Tingkat kedisiplinan dan kemandirian siswa selama pemberian
reward dan punishment berdasarkan hasil tes pada siklus II diperoleh hasil
sebagai berikut:

Tabel 4. Kedisiplinan dan Kemandirian Siswa Kelas VIII SLB Negeri


Tamiang Layang pada Siklus II.

No. Urut Kode Subyek Nilai Keterangan

1 RA 80 Tuntas

2 SH 70 Tuntas

3 R 70 Tuntas

Jumlah 210

Rerata Kedisiplinan dan Kemandirian 70

Ketuntasan Klasikal 100% Tuntas

Sumber data: Lampiran 3 halaman32


Kedisiplinan dan kemandirian siswa yang disajikan pada tabel di atas
menunjukkan bahwa 3 siswa memperoleh nilai diatas 65 dengan tingkat
ketuntasan secara klasikal mencapai 100%. Data ini menunjukkan bahwa
kedisiplinan dan kemandirian siswa kelas VIII SLB Negeri Tamiang Layang
telah mengalami peningkatan dibanding siklus I dan telah memenuhi batas
tuntas yang ditetapkan (80% dari jumlah siswa mendapat nilai 65 ke atas).
Dengan demikian, pada kondisi siklus II kedisiplinan dan kemandirian dapat
dikatakan telah mencapai tujuan yang diharapkan, dan guru terus memotivasi
siswa agar kedisiplianan dan kemandirian lebih ditingkatkan. Guru berusaha
meningkatkan aktivitas mengajar dengan melakukan perbaikan terhadap
indikator yang masih kurang sehingga diharapkan kedisiplinan dan kemandirian
siswa dapat terus ditingkatkan.

b. Refleksi
Berdasarkan hasil observasi di atas, dapat diketahui bahwa siswa lebih
bersemangat daripada siklus I. Guru terus menerus menekankan pada siswa
akan pentingnya kedisiplinan dan kemandirian. Siswa paham akan pentingnya
31

kedisiplinan dan kemandirian sehingga siswa mau menerapkannya di rumah.


Guru memberikan motivasi kepada siswa akan perlunya peningkatan
kedisiplinan dan kemandirian. Siswa terus dibimbing guru dan diarahkan untuk
meningkatkan kedisiplinan dan kemandirian.

B. Pembahasan Hasil Penelitian


Berdasarkan data awal kedisiplinan dan kemandirian, diketahui 4 siswa
memperoleh nilai di bawah 65 dan hanya 1siswa mendapat nilai 65 ke atas dengan
tingkat ketuntasan secara klasikal sebesar 20%. Data ini menunjukkan bahwa
kedisiplinan dan kemandirian siswa kelas VIII SLB Negeri Tamiang Layang
belum memenuhi batas tuntas yang ditetapkan (80% dari jumlah siswa mendapat
nilai 65 ke atas). Dengan demikian, pada kondisi awal kedisiplinan dan
kemandirian dapat dikatakan belum mencapai tujuan yang diharapkan.

Berdasarkan hasil kedisiplinan dan kemandirian pada siklus I, yang


diperoleh dari tes skala sikap, diketahui 3 siswa memperoleh nilai di bawah 65 dan
terdapat 2 siswa mendapat nilai 65 ke atas dengan tingkat ketuntasan secara
klasikal sebesar 40%. Data ini menunjukkan bahwa kedisiplinan da nkemandirian
siswa kelas VIII SLB Negeri Tamiang Layang belum memenuhi batas tuntas yang
ditetapkan (80% dari jumlah siswa mendapat nilai 65 ke atas). Dengan demikian,
pada kondisi siklus I kedisiplinan dan kemandirian dapat dikatakan belum
mencapai tujuan yang diharapkan, dan perlu dilakukan perbaikan pada siklus II.

Berdasarkan hasil belajar kedisiplinan dan kemandirian pada siklus II,


menunjukkan bahwa kedisiplinan dan kemandirian siswa kelas VIII SLB Negeri
Tamiang Layang Surakarta telah mengalami peningkatan dibanding siklus I
dengan pemberian reward daan punishment dan telah memenuhi batas tuntas yang
ditetapkan (80% dari jumlah siswa mendapat nilai 65 ke atas). Dengan demikian,
pada kondisi siklus II kedisiplinan dan kemandirian dapat dikatakan telah
mencapai tujuan yang diharapkan, dan guru terus memotivasi siswa agar
mempertahankan kedisiplinan dan kemandirian.

Berdasarkan hasil observasi, dengan upaya-upaya perbaikan yang


dilakukan melalui pemberian reward dan punishment kedisiplinan dan
kemandirian yang dicapai siswa mengalami peningkatan. Peningkatan tersebut
32

dapat dilihat dari naiknya persentase nilai rata-rata setiap siklusnya diperoleh dari
siswa.

Tabel 5. Nilai Kemandirian dan kedisiplinan Siswa kelas VIII


No. Kode Subyek Nilai Awal Siklus I Siklus II

1 SF 70 70 80

2 GF 50 50 70

3 BG 50 50 70

JUMLAH 230 120 210

RATA-RATA 73 56 70

KETUNTASAN KLASIKAL 20% 40 % 100 %

Sumber data: Lampiran 4 halaman32.


Dari hasil nilai rata-rata secara klasikal dari setiap siklus dapat dibuat tabel
perbandingan sebagai berikut:

Tabel 6. Peningkatan Kedisiplinan dan kemandirian Secara Klasikal Setiap Siklus.

Siklus Nilai Rata-rata Peningkatan

Tes Awal 48 -

Siklus I 56 8

Siklus II 74 18

Sumber data: Lampiran 5halaman 33.


Dari peningkatan nilai kedisiplinan melalui pemberian reward dan
punishmet tersebut dapat digambarkan dalam bentuk grafik sebagai berikut:
33

Gambar 3

Peningkatan Nilai kedisiplinan dan kemandirian Setiap Siklus

Hasil penilaian melalui pengamatan menunjukkan bahwa rerata nilai


kedisiplinan dan kemandirian telah mencapai nilai rata-rata 72 dari 5 siswa
terdapat 4 siswa mendapat nilai di atas 65 dan tinggal 1 siswa yang mendapat nilai
di bawah 65 tetapi dilihat dari nilai kedisiplinan dan kemandirian telah mengalami
peningkatan yang signifikan. Ketuntasan secara klasikal sebesar 80% siswa
mendapat nilai 65 ke atas yang dapat diasumsikan indikator kinerja secara klasikal
telah mencapai batas tuntas.

Berdasarkan hasil penelitian tindakan kelas hipotesis tindakan yang


diajukan yang berbunyi ”melalui pemberian reward dan punishment dapat
meningkatkan kedisiplinan dan kemandirian pada siswa kelas VIII SLB Negeri
Tamiang Layang tahun pelajaran 2017/2018” diterima kebenarannya, semakin
sering guru menerapkan reward dan punishment maka semakin meningkat
kedisiplinan dan kemandirian siswa kelas VIII SLB Negeri Tamiang Layang,
dengan kesimpulan pemberian reward dan punishment dapat dijadikan prediktor
dalam meningkatkan kedisiplinan dan kemandirian siswa.
34

BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis dan pembahasannya dalam penelitian tindakan
kelas ini dapat ditarik beberapa kesimpulan sebagai berikut:
1. Dari keseluruhan putaran/siklus yang telah dilakukan, dapat disimpulkan
bahwa pemberian reward dan punishment dapat meningkatkan kedisiplinan
dan kemandirian siswa kelas VIII SLB Negeri Tamiang Layang. Hal ini
nampak jelas dari perkembangan perolehan nilai kedisiplinan dan kemandirian
yang menunjukkan bahwa dalam setiap putaran/siklus melalui pemberian
reward dan punishment dapat membawa dampak yang positif dan signifikan
terhadap kedisiplinan dan kemandirian yang selalu mengalami peningkatan
dari setiap siklusnya.
2. Reward dan punishment terbukti dapat dapat meningkatkan kedisiplinan dan
kemandirian siswa kelas VIII SLB Negeri Tamiang Layang.
B. Saran
Berdasarkan kesimpulan hasil penelitian ini diberikan saran-saran yang
mungkin dapat bermanfaat bagi para pelaksana pendidikan khususnya yang
berkecimpung dalam dunia pendidikan, yaitu:
1. Untuk Kepala Sekolah, hendaknya lebih meningkatkan pengawasan kepada
guru-guru kelas dalam meningkatkan pembelajaran dan memberikan
penjelasan kepada guru dan siswa akan pentingnya memahami reward dan
punishment untuk meningkatkan kedisiplinan
2. Untuk guru, mengingat adanya pengaruh yang signifikan metode reward &
punishment terhadap kedisiplinan siswa, diperlukan kejelian dalam memilih
reward & punishment yang sesuai dengan karakterestik anak agar hasilyang
diharapkan semakin maksimal
3. Untuk siswa, agar melaksanakan kegiatan belajar sesuai dengan instruksi guru
tanpa harus terlalu mengedepakan reward & punishment, dengan demikian
maka hasil yang diperoleh semakin maksimal
4. Untuk penelitian lebih lanjut, penelitian tindakan kelas ini perlu diupayakan
adanya penelitian yang berkaitan dengan pengaruh reward & punishment
terhadap kedisiplinan siswa lebih lanjut..
35

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, S.2009.Manajemen Penelitian.Jakarta:Rineka Cipta.

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 72 Tahun 1991 Tentang Pendidikan


Luar Biasa.Diakses tanggal 1 September 2016 dari
http://hukum.unsrat.ac.id/pp/pp199172.htm

Rachel E, Caffyn.1987.Rewards and Punishments in Schools, A Study of their


Effectiveness as Perceived by Secondary School Pupils and Their Teachers.
Journal School Psychology International. April 1987 vol. 8 no. 2-3.Page 85-
94.

Deborah A. Moberly, Jerry L. Wadle dan R. Elanor Duff.2005.2005.The Use of


Rewards and Punishment In Early Childhood Classrooms.Journal of Early
Chilhood Teacher Education.Volume 25.Issue 4.Page359-366.

Desmita. 2010. Psikologi Perkembangan. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.


Effendi, M.2006.Pengantar Psikopedagogik Anak Berkelainan.Jakarta:Bumi Aksara.
Faidy Bahril Ahmad.2014.Hubungan Pemberian Reward dan Punishment Dengan
Motivasi Belajar Pandidikan Kewrganegaraan Siswa Kelas XI SMA Negeri 1
Ambuten Kabupaten Sumenep.Jurnal Kajian Moral dan Kewarganegaraan
Nomor 2 Volume 2.Hal 454-468.

Feri Nasrudin. 2015.Pengaruh Pemberian Reward dan Punishment Terhadap


motivasi belajar Siswa Kelas VI SD Negeri d Sekolah Binaan 02 Kecamatan
Bumiayu Kabupaten Brebes.Skripsi.
Ikbal Tuba Sahin Sak, Ramazan Sak, Betul Kubra Sahin Sak.2016.The Persistance of
Reward and Punishment in Preschool Classrooms.Journal of Education and
Instructional Studies In The Word.Volume 6.Issue 3.

Indrawati Rengga.2013.Peningkatan Perilaku Disiplin Siswa Melalui Pemberian


Reward dan Punishment Dalam Pembelajaran Penjasorkes Pada Siswa Kelas
XII IPS 1 SMA Negeri Lamongan.Jurnal Pendidikan Olahraga dan
Kesehatan.Volume1.No2.Hal 304-306.
36

Listyawati Ririn, Sadiman dan Hafidah.2014.Pengaruh Pemberian Reward Terhadap


Kemandirian Anak Kelompok A Taman Kanak-Kanak Gugus Melon
Kecamatan Banjarsari Tahun Ajaran 2013/2014.Skripsi.
Lory Kay .1996.The Effect of Rewards and Motivation in Student
Achievement.Journal of Graduate research and Creative Practice. Volume
25.Issue4.
Nurmeliawati Tia.2016.Modul Guru Pembelajar SLB Tuna Grahita Kelompok
Kompetensi B.PPPPTK&PLB.Bandung.

Nofitasari Fanny.2015.Hubungan Antara Pola Asuh Orang Tua Yang Memiliki Anak
Berkebutuhan Khusus Dengan Kemandirian Pada Anak Di SDLB Harapan
Mandiri Palembang.Jurnal Fakultas Psikologi Universitas Bina Darma
Palembang.

Prihandini Femi .2014.Pengaruh Penggunaan Reward Dan Punishment Untuk


Meningkatkan Kemandirian Belajar Dan Prestasi Belajar Matematika Anak
Lamban Belajar Kelas V Sd N Petoran Surakarta Tahun 2014.Skripsi.

Philip Firestone dan Virginia Douglas.1975.The Effects of Reward and Punishment on


Reaction Times and Autonomic Activity in Hyperactive and Normal Children.
Journal of Abnormal Child Psychology.Sept 1975. Volume 3.Issue3.Page 201-
216.

Prasojo Jazib Retmono.2014.Pengaruh Perhatian Orang Tua Dan Kedisiplinan


Belajar Terhadap Prestasi Belajar Mata Pelajaran IPS.Jurnal Pendidikan
Ekonomi.Volume 2 No 1.Hal 1-11.

Soemantri, S.2012.Psikologi Anak Luar Biasa.Bandung:Refika Aditama.

Becker Stephen P., Fite Paula J., Annie A. Garner, Leilani Greening, Laura
Stoppelbein dan Aaron M. Luebbe.2013.Reward and Punishment Sensitivity
are Differentially Assosiated with ADHD and Sluggish Cognitive Tempo
Symptoms in Children.Journal of Research in Personality 47.Page 719-727.

Anda mungkin juga menyukai