Anda di halaman 1dari 12

See discussions, stats, and author profiles for this publication at: https://www.researchgate.

net/publication/352165998

KETERAMPILAN ABAD 21 DALAM PEMBELAJARAN IPS

Article · June 2021

CITATIONS READS
2 5,320

1 author:

Mulyani Safitri
Universitas Lambung Mangkurat
7 PUBLICATIONS   2 CITATIONS   

SEE PROFILE

Some of the authors of this publication are also working on these related projects:

PENGARUH PENGGUNAAN VIRTUAL TOUR MUSEUM (VTM) MANUSIA PURBA SANGIRAN TERHADAP KEMAMPUAN MENGOLAH INFORMASI PADA PEMBELAJARAN SEJARAH
PESERTA DIDIK KELAS X DI SMAN 8 BANJARMASIN View project

All content following this page was uploaded by Mulyani Safitri on 06 June 2021.

The user has requested enhancement of the downloaded file.


KETERAMPILAN ABAD 21 DALAM PEMBELAJARAN IPS
Mulyani Safitri
Email: 1810111220023@mhs.ulm.ac.id
Program Studi Pendidikan Sejarah Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Lambung Mangkurat
Banjarmasin

Abstrak
Era revolusi industri 4.0 menjadi fenomena penting di berbagai bidang termasuk dalam
bidang pendidikan. Permasalahan yang dihadapi dalam era ini siswa tidak hanya dituntut
menggunakan teknologi digital, namun kualitas sumber daya manusia harus lebih
ditingkatkan agar mampu beradaptasi dari perubahan. Artikel ini merupakan kajian
literatur yang bertujuan untuk mengungkapkan keterampilan abad 21 dalam Pendidikan
IPS menghadapi era revolusi industri 4.0. Pendidikan IPS sebagai bekal dalam
menghadapi perubahan zaman, pengajaran IPS bukan hanya konsep atau teori, tetapi
implementasi dari pendidikan IPS menjadi pedoman bagi siswa untuk dapat memecahkan
persoalan sosial. Pengajaran IPS harus bertransformasi menjadi pembelajaran yang
menarik dan menyenangkan, kreatif, menumbuhkan rasa ingin tahu yang tinggi, berpikir
kritis, berpendapat, kolaborasi dalam tim, kepekaan sosial, dan kemampuan pemecahan
masalah. Peran pendidikan IPS tidak hanya sekedar membuat peserta didik cerdas, namun
juga menjadi warga negara yang baik, berjiwa sosial, berakhlak, dan berkarakter. Oleh
karena itu, dalam menghadapi tantang di era ini diperlukan kolaborasi semua pihak
meliputi: sekolah, keluarga, masyarakat, serta pemerintah dalam rangka meningkatkan
kualitas pendidikan di era revolusi industri 4.0.
Kata kunci: transformasi pendidikan; ilmu pengetahuan sosial; revolusi industry:
keterampilan abad 21.

PENDAHULUAN
Abad ke-21 ditandai sebagai abad keterbukaan atau abad globalisasi, artinya
kehidupan manusia pada abad ke-21 mengalami perubahan-perubahan yang fundamental

1
yang berbeda dengan tata kehidupan dalam abad sebelumnya. Dikatakan abad ke-21 adalah
abad yang meminta kualitas dalam segala usaha dan hasil kerja manusia. Dengan
sendirinya abad ke-21 meminta sumberdaya manusia yang berkualitas, yang dihasilkan
oleh lembaga-lembaga yang dikelola secara profesional sehingga membuahkan hasil
unggulan. Tuntutan-tuntutan yang serba baru tersebut meminta berbagai terobosan dalam
berfikir, penyusunan konsep, dan tindakan-tindakan. Dengan kata lain diperlukan suatu
paradigma baru dalam menghadapi tantangan-tantangan yang baru, demikian kata filsuf
Khun. Menurut filsuf Khun apabila tantangan-tantangan baru tersebut dihadapi dengan
menggunakan paradigm lama, maka segala usaha akan menemui kegagalan. Tantangan
yang baru menuntut proses terobosan pemikiran (breakthrough thinking process) apabila
yang diinginkan adalah output yang bermutu yang dapat bersaing dengan hasil karya dalam
dunia yang serba terbuka (Tilaar, 1998: 245).
Abad ke-21 juga dikenal dengan masa pengetahuan (knowledge age), dalam era ini,
semua alternative upaya pemenuhan kebutuhan hidup dalam berbagai konteks lebih
berbasis pengetahuan. Upaya pemenuhan kebutuhan bidang pendidikan berbasis
pengetahuan (knowledge based education), pengembangan ekonomi berbasis pengetahuan
(knowledge based economic), pengembangan dan pemberdayaan masyarakat berbasis
pengetahuan (knowledge based social empowering), dan pengembangan dalam bidang
industri pun berbasis pengetahuan (knowledge based industry). (Mukhadis, 2013: 115)
Saat ini, pendidikan berada di masa pengetahuan (knowledge age) dengan
percepatan peningkatan pengetahuan yang luar biasa. Percepatan peningkatan pengetahuan
ini didukung oleh penerapan media dan teknologi digital yang disebut dengan information
super highway (Gates, 1996). Gaya kegiatan pembelajaran pada masa pengetahuan
(knowledge age) harus disesuaikan dengan kebutuhan pada masa pengetahuan (knowledge
age). Bahan pembelajaran harus memberikan desain yang lebih otentik untuk melalui
tantangan di mana peserta didik dapat berkolaborasi menciptakan solusi memecahkan
masalah pelajaran. Pemecahan masalah mengarah ke pertanyaan dan mencari jawaban oleh
peserta didik yang kemudian dapat dicari pemecahan permasalahan dalam konteks
pembelajaran menggunakan sumber daya informasi yang tersedia. (Trilling and Hood,
1999: 21).

2
Untuk menghadapi pembelajaran di abad 21, setiap orang harus memiliki
keterampilan berpikir kritis, pengetahuan dan kemampuan literasi digital, literasi informasi,
literasi media dan menguasai teknologi informasi dan komunikasi (Frydenberg & Andone,
2011). sejumlah penelitian tentang pemanfaatan teknologi informasi yang mendukung
pembelajaran abad 21 telah dilakukan di berbagai Negara.

KETERAMPILAN ABAD 21
Tuntutan perubahan mindset manusia abad 21 yang telah disebutkan di atas
menuntut pula suatu perubahan yang sangat besar dalam pendidikan nasional, yang kita
ketahui pendidikan kita adalah warisan dari sistem pendidikan lama yang isinya menghafal
fakta tanpa makna. Merubah sistem pendidikan indonesia bukanlah pekerjaan yang mudah.
Sistem pendidikan Indonesia merupakan salah satu sistem pendidikan terbesar di dunia
yang meliputi sekitar 30 juta peserta didik, 200 ribu lembaga pendidikan, dan 4 juta tenaga
pendidik, tersebar dalam area yang hampir seluas benua Eropa. Namun perubahan ini
merupakan sebuah keharusan jika kita tidak ingin terlindas oleh perubahan jaman global.
P21 (Partnership for 21st Century Learning) mengembangkan framework
pembelajaran di abad 21 yang menuntut peserta didik untuk memiliki keterampilan,
pengetahuan dan kemampuan dibidang teknologi, media dan informasi, keterampilan
pembelajaran dan inovasi serta keterampilan hidup dan karir (P21, 2015). Framework ini
juga menjelaskan tentang keterampilan, pengetahuan dan keahlian yang harus dikuasai agar
siswa dapat sukses dalam kehidupan dan pekerjaannya.
Sejalan dengan hal itu, Kemdikbud merumuskan bahwa paradigma pembelajaran
abad 21 menekankan pada kemampuan peserta didik dalam mencari tahu dari berbagai
sumber, merumuskan permasalahan, berpikir analitis dan kerjasama serta berkolaborasi
dalam menyelesaikan masalah (Litbang Kemdikbud, 2013). Adapun penjelasan mengenai
framework pembelajaran abad ke-21 menurut (BSNP: 2010) adalah sebagai berikut: (a)
Kemampuan berpikir kritis dan pemecahan masalah (Critical-Thinking and Problem-
Solving Skills), mampu berfikir secara kritis, lateral, dan sistemik, terutama dalam konteks
pemecahan masalah; (b) Kemampuan berkomunikasi dan bekerjasama (Communication
and Collaboration Skills), mampu berkomunikasi dan berkolaborasi secara efektif dengan

3
berbagai pihak; (c) Kemampuan berpikir kritis dan pemecahan masalah (Critical-Thinking
and Problem-Solving Skills), mampu berfikir secara kritis, lateral, dan sistemik, terutama
dalam konteks pemecahan masalah; (d) Kemampuan berkomunikasi dan bekerjasama
(Communication and Collaboration Skills), mampu berkomunikasi dan berkolaborasi
secara efektif dengan berbagai pihak; (e) Kemampuan mencipta dan membaharui
(Creativity and Innovation Skills), mampu mengembangkan kreativitas yang dimilikinya
untuk menghasilkan berbagai terobosan yang inovatif; (f) Literasi teknologi informasi dan
komunikasi (Information and Communications Technology Literacy), mampu
memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi untuk meningkatkan kinerja dan
aktivitas sehari-hari; (g) Kemampuan belajar kontekstual (Contextual Learning Skills) ,
mampu menjalani aktivitas pembelajaran mandiri yang kontekstual sebagai bagian dari
pengembangan pribadi, dan (h) Kemampuan informasi dan literasi media, mampu
memahami dan menggunakan berbagai media komunikasi untuk menyampaikan beragam
gagasan dan melaksanakan aktivitas kolaborasi serta interaksi dengan beragam pihak.
Keterampilan yang menjadi fokus kompetensi pembelajaran pada Abad 21 adalah
keterampilan dalam menguasai media informasi dan teknologi (TIK). Berkenaan dengan ini
Trilling and Fadel (2009: 65) menjelaskan bahwa keterampilan ini menghendaki siswa di
masa yang akan datang melek informasi, melek media, dan melek TIK. Kemampuan melek
informasi mencakup mengakses informasi lebih efektif dan efisien, kompeten dan
mengkritisi informasi dan kemampuan menggunakan informasi secara akurat dan kreatif.
Keterampilan melek media mencakup kemampuan menggunakan media sebagai sumber
belajar dan menggunakan media sebagai alat untuk berkomunikasi, berkarya dan
berkreativitas. Keterampilan melek TIK mencakup kemampuan menggunakan TIK secara
efektif sebagai alat penelitian, alat komunikasi, alat evaluasi serta memahami benar kode
etik penggunaan TIK.

PEMBELAJARAN IPS
Pembelajaran IPS berdasarkan Kurkulum 2013 memiliki tujuan agar peserta didik
belajar bagaimana belajar dan belajar menjadi sesuatu yang menyenangkan. Keberhasilan
dari pembelajaran ditandai dengan pemahaman mendalam tentang konsep-konsep dan

4
mengimplementasikan dalam kehidupan sehari-hari. Peserta didik memiliki kompetensi
akan kegunaan belajar bagi kehidupan manusia, dan dampak dari penggunaan sains bagi
kehidupan manusia dan lingkungan. Model pembelajaran bertumpu pada landasan filosofis
pendidikan terutama konstruksionisme, guru membangun pengalaman yang dimiliki
seluruh siswa dalam pembelajaran. Model pembelajaran juga bertumpu pada teori belajar
yang mengajak siswa berpikir ilmiah. Teori belajar ini sesuai dengan karakteristik peserta
didik yang selalu ingin tahu.
Dalam pembelajaran guru dituntut mengembangkan seluruh kecerdasan siswa
secara utuh dan terpadu. Model pembelajaran IPS yang dapat dikembangkan berpijak pada
pembelajaran kontektual dan pembelajaran kooperatif dalam bentuk pembelajaran Science
Technology Society atau Sains Teknologi Masyarakat (STM), bentuk pembelajaran yang
bertumpu pada pemahaman dan keterampilan tentang kegunaan dan akibat dari sains atau
teknologi. Model pembelajaran inkuiri, bentuk pembelajaran yang menekankan pada
pemecahan masalah dengan berdasarkan kaidah ilmiah. Model pembelajaran berbasis
portofolio, siswa diajak belajar sambil beraktivitas bersama-sama dalam memecahkan
permasalahan. Beberapa model pembelajaran di atas dalam aplikasinya perlu
memperhatikan pokok bahasan, jenjang pendidikan, dan lingkungan. Pemilihan yang tepat
dan pelaksanaan yang terencana diharapkan dapat melahirkan peserta didik cerdas yang
memiliki kearifan lokal, siap bersaing dalam lingkup global, dan gemar belajar.

KETERAMPILAN ABAD 21 DALAM PEMBELAJARAN IPS


Pada masa pengetahuan (knowledge age), pembelajaran didefinisikan sebagai
proses belajar yang dibangun oleh guru untuk mengembangkan kreativitas berfikir yang
dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam mengkonstruksi pengetahuan baru sebagai
upaya untuk meningkatkan penguasaan yang baik terhadap materi pelajaran. Pembelajaran
dapat diartikan sebagai upaya guru untuk memberikan stimulus, bimbingan, pengarahan
dan dorongan kepada siswa agar terjadi proses belajar. Pembelajaran dalam definisi ini
bukanlah sebuah proses pembelajaran pengetahuan, melainkan proses pembentukan
pengetahuan oleh siswa melalui kinerja kognitifnya. Pembelajaran mengandung dua
karateristik utama yaitu: (1) proses pembelajaran melibatkan proses mental siswa secara
maksimal yang menghendaki aktivitas siswa untuk berfikir dan (2) pembelajaran diarahkan
untuk memperbaiki dan meningkatkan kemampuan berfikir siswa yang pada gilirannya

5
kegiatan berfikir itu dapat membantu siswa untuk memperoleh pengetahuan yang mereka
konstruksi sendiri. Pembelajaran bukan hanya dilakukan sebagai transfer pengetahuan
melainkan kegiatan yang harus dilakukan siswa secara aktif beraktivitas dalam upaya
membangun pengetahuannya sendiri berdasarkan potensi yang dimilikinya (Abidin, 2014:
1).

Pada masa pengetahuan (knowledge age) seolah-olah semuanya tergantung pada


teknologi informasi dan komputasi, namun ada beberapa hal pada pembelajaran yang dapat
dilaksanakan tanpa menggunakan teknologi tersebut. Meskipun teknologi informasi dan
komunikasi adalah katalis penting untuk memindahkan pembelajaran dari masa industri
(industrial age) ke masa pengetahuan (knowledge age) namun hal tersebut merupakan alat
bukan penentu hasil dalam proses pembelajaran. Tuntutan abad ke-21 dalam dunia
pendidikan memerlukan adanya pergeseran tujuan pendidikan. Yaitu, mempersiapkan
peserta didik menghadapi dunia yang relatif sederhana, statis, dan dapat diramalkan ke arah
mempersiapkan peserta didik untuk hidup di dunia yang tidak mudah untuk diramal dan
memerlukan kekuatan pikiran serta kreativitas yang tinggi. Untuk menjawab tantangan dan
harapan tersebut hanya dapat diwujudkan melalui suatu pendidikan yang memfasilitasi
peserta didik untuk dapat mengembangkan potensi yang dimilikinya. Kegiatan
pembelajaran di sekolah harus merujuk pada 4 karakter belajar abad 21 yang biasanya
dirumuskan dalam 4C yakni:

1. Communication. Artinya, pembelajaran yang dilaksanakan oleh guru dan peserta


didik harus terjadi komunikasi multi arah. Di mana terjadi komunikasi timbal
balik antara guru dengan peserta didik, peserta didik dengan guru, maupun antar
sesama peserta didik. Peserta didik hendaknya diberi kesempatan untuk
mengemukakan pendapatnya dalam proses belajar mengajar, sehingga peserta
didik dapat mengkonstruk pengetahuannya sendiri melalui komunikasi dan
pengalaman yang dia alami sendiri. Hal ini sejalan dengan filsafat pembelajaran
modern yang dikenal dengan filsafat Kontrukstivisme.

2. Collaboration. Artinya, pada proses pembelajaran guru hendaknya menciptakan


situasi dimana peserta didik dapat belajar bersama-sama atau berkelompok (team
work), sehingga akan tercipta suasana demokratis dimana peserta didik dapat
belajar menghargai perbedaan pendapat, menyadari kesalahan yang ia buat, serta
dapat memupuk rasa tanggung jawab dalam mengerjakan tangung jawab yang
diberikan. Selain itu, dalam situasi ini peserta didik akan belajar tentang kerjasama
tim, kepemimpinan, ketaatan pada otoritas, dan fleksibilitas dalam lingkungan
kerja. Hal ini akan mempersiapkan peserta didik dalam menghadapi dunia kerja
dimasa yang akan datang.

6
3. Critical Thinking and Problem Solving. Artinya, proses pembelajaran hendaknya
membuat peserta didik dapat berpikir kritis dengan menghubungkan pembelajaran
dengan masalah-masalah kontekstual yang ada dalam kehidupan sehari-hari.
Kedekatan dengan situasi yang real yang dialami oleh peserta didik ini akan
membuat peserta didik menyadari pentingnya pembelajaran tersebut sehingga
peserta didik akan menggunakan kemampuan yang diperolehnya untuk
menyelesaikan permasalahan-permasalahan yang dihadapinya.

4. Creativity and Innovation. Artinya, pembelajaran harus menciptakan kondisi di


mana peserta didik dapat berkreasi dan berinovasi, bukannya didikte dan
diintimidasi oleh guru. Guru hendaknya selalu menjadi fasilitator dalam
menampung hasil kreativitas dan inovasi yang dikembangkan oleh peserta didik.

Tantangan pada era revolusi industri 4.0 sangat besar bagi kehidupan. Pendidikan
sebagai agent of change menghasilkan sumber daya manusia yang berkualitas yang dapat
beradaptasi dengan tuntutan zaman. Dalam menjawab tantangan zaman tersebut pendidikan
IPS diharapkan dapat melakukan transformasi agar berguna bagi kehidupan siswa dalam
tataran pergaulan lokal, nasional, maupun global. Berdasarkan hasil kajian diatas terdapat
transformasi yang dapat dilakukan: yaitu (1) perubahan dalam pengajaran IPS dari
konvensional ke arah pengajaran berbasis teknologi, penerapan berbagai media dan metode
pembelajaran yang sesuai dengan kemajuan zaman. Namun seberapa canggih teknologi
dalam pendidikan,tak akan mampu menggantikan peran guru terutama dalam pengajaran
akan nilai. (2) pengembangan keterampilan yang dimiliki siswa dalam menghadapi era
revolusi diantaranya: kreativitas, inovasi, berpikir kritis, memecahkan permasalahan sosial,
kemampuan berkomunikasi, berkolaborasi dengan sesama. (3) penguatan dalam pendidikan
nilai yang dapat diimplementasikan dalam kehidupan sehari-hari, siswa dapat menjadi
warga negara yang baik, berjiwa sosial, berakhlak, dan berkarakter. (4) peningkatan
profesionalitas guru. Guru dalam era digital yang dapat menguasai berbagai peran meliputi:
guru sebagai mediator, inovator, fasilitator, evaluator, motivator, dan sebagainya. (5)
pengembangan kurikulum IPS harus disesuaikan dengan kebutuhan zaman,
menyeimbangkan antara hard skill dan soft skill dalam pembelajaran, dan pembelajaran IPS
dengan pendekatan scientific. Berbagai perubahan tersebut tidak akan terlaksana jika tidak
adanya kerjasama dari berbagai pihak meliputi: pihak sekolah, keluarga, masyarakat, serta
pemerintah dalam rangka meningkatkan kualitas pendidikan di era revolusi industri 4.0.

Menghadapi perkembangan zaman dalam pembelajaran abad 21 yang menuntut


siswa memiliki keterampilan Learning and Inovation, Digital Literacy, Carrer and Life
Skill, mata pelajaran IPS mampu memberikan sumbangsih yang nyata dalam
menumbuhkembangkan kompetensi keterampilan abad 21 yang dimiliki oleh siswa.
Kondisi ini tercermin dalam pembelajaran IPS yang dilakukan dengan mengembangkan

7
aspek keterampilan abad 21 menggunakan prosedur penilaian aspek keterampilan yang
telah diatur dalam Kurikulum 2013. Optimalisasi kemampuan keterampilan abad 21 yang
dimiliki oleh siswa dapat dilakukan dengan cara mengembangkan model dan media
pembelajaran yang secara spesifik dapat mengukur aspek keterampilan abad 21.

SIMPULAN
Dalam proses belajar mengajar IPS guru harus melakukan komunikasi dengan baik
terhadap siswa secara terus menerus dalam berbagai keadaan. Dalam proses pembelajaran
guru harus membiasakan siswanya untuk saling berkomunikasi baik tentang pelajaran
maupun hal lain, baik dengan guru maupun dengan siswa. Bahasa yang digunakan siswa
dalam berkomunikasi akan memberikan dampak pada siswa itu sendiri. Penggunaan kata
yang tidak baik dalam komunikasi membawa dampak negatif. Dalam menggali informasi
dan membangun makna, siswa perlu didorong untuk bisa berkolaborasi dengan teman-
teman di kelasnya. Dalam mengerjakan suatu produk, siswa perlu dibelajarkan bagaimana
menghargai kekuatan dan kemampuan setiap orang serta bagaimana mengambil peran dan
menyesuaikan diri secara tepat dengan mereka. Seseorang tidak dapat belajar dengan baik
tanpa berpikir dengan baik. Pemikiran kritis berhubungan pada kesuksesan karir, tapi juga
untuk kesuksesan di pendidikan tinggi. kreativitas anak dapat berkembang dengan baik bila
didukung oleh beberapa faktor seperti berikut: memberikan rangsangan mental yang baik,
menciptakan lingkungan kondusif, peran serta guru dalam mengembangkan kreativitas,
peran serta orangtua Orangtua yang dimaksud disini adalah orangtua yang memberikan
kebebasan anak untuk melakukan aktivitas yang dapat mengembangkan kreativitas.
Tantangan pada era revolusi industri 4.0 sangat besar bagi kehidupan. Pendidikan
sebagai agent of change menghasilkan sumber daya manusia yang berkualitas yang dapat
beradaptasi dengan tuntutan zaman. Dalam menjawab tantangan zaman tersebut pendidikan
IPS diharapkan dapat melakukan transformasi agar berguna bagi kehidupan siswa dalam
tataran pergaulan lokal, nasional, maupun global. Berdasarkan hasil kajian diatas terdapat
transformasi yang dapat dilakukan: yaitu (1) perubahan dalam pengajaran IPS dari
konvensional ke arah pengajaran berbasis teknologi, penerapan berbagai media dan metode
pembelajaran yang sesuai dengan kemajuan zaman. Namun seberapa canggih teknologi

8
dalam pendidikan,tak akan mampu menggantikan peran guru terutama dalam pengajaran
akan nilai. (2) pengembangan keterampilan yang dimiliki siswa dalam menghadapi era
revolusi diantaranya: kreativitas, inovasi, berpikir kritis, memecahkan permasalahan sosial,
kemampuan berkomunikasi, berkolaborasi dengan sesama. (3) penguatan dalam pendidikan
nilai yang dapat diimplementasikan dalam kehidupan sehari-hari, siswa dapat menjadi
warga negara yang baik, berjiwa sosial, berakhlak, dan berkarakter. (4) peningkatan
profesionalitas guru. Guru dalam era digital yang dapat menguasai berbagai peran meliputi:
guru sebagai mediator, inovator, fasilitator, evaluator, motivator, dan sebagainya. (5)
pengembangan kurikulum IPS harus disesuaikan dengan kebutuhan zaman,
menyeimbangkan antara hard skill dan soft skill dalam pembelajaran, dan pembelajaran IPS
dengan pendekatan scientific. Berbagai perubahan tersebut tidak akan terlaksana jika tidak
adanya kerjasama dari berbagai pihak meliputi: pihak sekolah, keluarga, masyarakat, serta
pemerintah dalam rangka meningkatkan kualitas pendidikan di era revolusi industri 4.0.

REFERENSI
Abbas, Ersis Warmansyah. (2013). Mewacanakan Pendidikan IPS. Bandung: Wahana Jaya
Abadi.

Abidin. (2014). Desain Sistem Pembelajaran dalam Konteks Kurikulum 2013. Bandung:
Refika Aditama.

Anis, M. Z. A. (2015). Sejarah Bukan Warisan Melainkan Pembelajaran. Seminar


Nasional Pendidikan Sejarah untuk Menyiapkan Generasi Emas Indonesia 2050.

Anis, M. Z. A. (2015). Pendidikan Humaniora dalam Masyarakat Banjar di Kalimantan


Selatan. In: Prosiding Pendidikan IPS Berbasis Kearifan Lokal.

Anis, M. Z. A. (2014). Sejarah, Pendidikan Sejarah, dan Pendidikan Karakter Dialog yang
Tidak Pernah Dituntaskan. In: Building Nation Character Through Education:
Proceeding International Seminar on Character Education.

9
Anis. M. Z. A. (2013). Obyek Sejarah, Jatidiri Bangsa dan Ketahanan Nasional. Pendidikan
Sejarah, Patriotisme & Karakter Bangsa Malaysia-Indonesi. Program Suti
Pendidikan IPS dan Program Studi Pendidikan Sejarah FKIP Universitas Lambung
Mangkurat Banjarmasin.

BNSP. (2010). Panduan Pengembangan Indikator. Jakarta: Kemendiknas

Frydenberg, M., & Andone, D. (2011). Learning for 21 st Century Skills, 314–318.

Gates. (1996). Transformasi pendidikan abad 21 sebagai tuntutan pengembangan sumber


daya manusia di era global.

Litbang Kemdikbud. (2013). Kurikulum 2013: Pergeseran Paradigma Belajar Abad-21.


Diakses dari http://litbang.kemdikbud.go.id tanggal 6 Juni 2021.

Mukhadis, Amat. (2013). Sosok Manusia Indonesia Unggul dan Berkarakter dalam Bidang
Teknologi Sebagai Tuntutan Hidup di Era Globalisasi. Diakses pada situs
http://journal.uny.ac.id tanggal 6 Juni 2021.

P21 Partnership for 21st Century Learning. (2014). What We Know About. Communication
– Part of the 4Cs Research Series. US.

Putro, H. P. N., Anis, M. Z. A., Syarifuddin, S., dan Arisanty, D. (2019). “Kemampuan
Adaptasi Masyarakat Transmigran Jawa di Lahan Gambut Desa Jejangkit Timur
Kecamatan Jejangkit Kabupaten Barito Kuala”. Enviro Scienteae, Volume 15, Nomor
3.

Putro, Herry P. N. (2020). “Revitalisasi Nilai-Nilai Transportasi Tradisional Dalam


Pembelajaran Ips Di Kalimantan Selatan.” OSF Preprints. December 25.
doi:10.31219/osf.io/jwqsy.

Tilaar. (1998). Paradigma Baru Pendidikan Nasional. Jakarta: Rineka Cipta.

Trilling, Bernie and Fadel, Charles. (2009). 21st Century Skills: Learning for Life in Our
Times, John Wiley & Sons, 978-0-47-055362-6.

10
Trilling, Bernie and Hood, Paul. (1999). Learning, Technology, and Education Reform In
The Knowledge Age. Diakses pada situs https://www.wested.org tanggal 6 Juni 2021.

11

View publication stats

Anda mungkin juga menyukai