OLEH :
RAFSAN WAKANO
0106519024
PROGRAM PASCASARJANA
2021
CATATAN PERBAIKAN UNTUK BAB 1 LATAR BELAKANG :
pembelajaran
kumunikasi)
2
BAB I
PENDAHULUAN
komunikasi yang efektif, kemahiran era digital dan produktivitas yang tinggi
(Rahzianta, 2016).
3
keterampilan berfikir tingkat tinggi Higher order thingking skills (Rahzianta,
2016)
2019)
pendidikan, dan tidak terjadi secara alami bagi kebanyakan kita. Sehingga
4
Komponen berfikir kritis termasuk keterampilan meganalisis,
(Emily R. Lai, 2011). Sementara itu, The National Council for Excellence
penerapan dan refleksi ( Maya Bialik, Charles Fadel, 2015 dalam Pratama,et
all, 2019). Sedangkan menurut (Dewi et al., 2019) critical thinking skill
(Marlina & Jayanti, 2019). Selain itu juga keterampilan berpikir kritis ini
fakta atau opini, atau fiksi dan non fiksi. Maka dari itu ketrampilan ini sangat
2019).
5
Selain kemampuan berpikir kritis, kemampuan yang tidak kalah
Noor, 2019). Komunikasi secara umum dapat diartikan sebagai suatu cara
untuk menyampaikan pesan baik langsung secara lisan, maupun tak langsung
merupakan proses berbagi pengetahuan dan ide antara dua orang atau lebih
konsep yang dimiliki untuk berbagi dengan siswa lainnya. Oleh karena itu
6
verbal atau lisan, tertulis atau kemampuan komunikasi non-verbal lainnya
langsung (Junedi, et al, 2020). Guru merupakan penentu dalam kualitas siswa
bidang, mahir dalam hal pedagogi termasuk inovasi dalam pengajaran dan
lain (Tarihoran, 2019) . Guru di abad 21 adalah guru yang sebagai fasilitator
Maka dari itu menurut International Society for Technology in Education ada
lima karakteristik guru abad 21 yaitu 1). mampu menjadi fasilitator dan
model dalam belajar dan bekerja era digital 4). mendorong dan menjadi model
7
Pembelajaran merupakan sebuah proses interaksi antara peserta didik
metode konvensional, dimana siswa dan guru melakukan tatap muka dalam
guru dengan cara ceramah, kegiatan praktikum secara langsung dengan media
8
Dalam proses Pembelajaran dengan metode online atau daring
youtube, telepon atau live chat, zoom maupun melalui whatsapp group
(Astini, 2020).
merupakan pembelajaran yang dilakukan di luar tatap muka oleh guru dan
peserta didik, namun dilakukan secara offline yang berarti guru memberikan
efektif dan efisien, untuk mencapai tujuan pembelajaran. Terutama pada era
revolusi industri 4.0 (Rohana & Syahputra, 2021). Model Dengan situasi dan
kondisi saat ini, model pembelajaran yang dirasa tepat dan dapat dijadikan
sinkron dan asinkron adalah model pembelajran Hybrid Learning (Mufidah &
Surjanti, 2021).
9
Hybrid learning sendiri adalah pembelajaran yang menggabungkan
dan efektif (Putra, 2015). Model Hybrid Learning juga adalah model
kebutuhan belajar saat ini (Tim Brilian, 2015; Watson, 2008). Penerapan
10
indikator yang akan diukur (Delsika P.S, & Darhim, 2017). Ketersediaan
SMA pada mata pelajaran biologi khusunya di daerah 3T. Melihat mata
pelajaran ini merupakan salah satu mata pelajaran yang bisa digunakan oleh
individu oleh siswa, maka dari itu, akan diadakan penelitian dengan judul
11
2. Masih kurangnya pemahaman guru dalam membuat instrumen
penilaian.
objecktif.
sebagai berikut:
12
2. Bagaimana bentuk instrumen assasment yang di gunakan oleh guru
siswa?
ini untuk :
13
Berdasarkan rumusan maslah dan tujuan penelitaian, maka hasil
penelitin ini diharapkan dapat memberikn manfaat baik secara teoritis maupun
secara praktis.
hasil penelitian ini dapat menjadi salah satu panduan penelaian baku dan
berfikir kritis dan komunikasi siswa. yang dimana di fukuskan untuk penilin
14
pengamatan untuk kegiatan pembelajran yang dilakukan oleh siswa dan guru
pada mata pelajaran biologi dan diukur dengan, instrumen, rubrik penilaian,
dan juga interpretasi skor yang sudah di cantumkan dalam panduan instrumen.
kritis dan komunikasi dari siswa akan berhasil apabila jika prosedur dalam
15
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
abad 21 yang perlu ditekankan pada bidang pendidikan (The Partnership for
21st Century Skills, 2015, p. 3). Keterampilan berpikir kritis dianggap sebagai
16
terhadap berbagai perubahan dan per- kembangan zaman. Huitt (Friedel, Irani,
Rudd, Gallo, Eckhardt, & Ricketts, 2008, p.2) menyatakan bahwa berpikir
kritis meru- pakan alat yang penting untuk meraih ke- berhasilan di abad 21.
agar sesuai situasi yang dibutuhkan serta tidak hanya menghafal sesuatu
17
berperan penting menunjukkan produk berfikir yang dapat
2020)
Norris & Ennis (1986, p. xvii) mende- finisikan berpikir kritis meliputi cara
berpi- kir yang masuk akal (reasonable) dan reflektif yang berpusat pada
18
Critical thinking skill dapat dikatakan kemampuan sesorang dalam
thinking as the set of skills and dispositions which enable one to solve
197), “Less formal and more skeptical definition of critical thinking: deciding
what to do and when, where, why, and how to do it.” Hal senada juga
(R Hidayah., 2017).
kritis idealnya memiliki beberapa kriteria atau elemen dasar yang disingkat
19
relevan pada setiap langkah dalam membuat keputusan maupun kesimpulan.
memilih reason (R) yang tepat untuk mendukung kesimpulan yang dibuat.(4)
lanjut tentang apa yang dimaksudkan dalam kesimpulan yang dibuat. Jika
terdapat istilah dalam soal, siswa dapat menjelaskan hal tersebut. Siswa
dari awal sampai akhir yang dihasilkan FRISC, (Fridanianti, et al, 2018)
untuk membantu siswa memiliki pola pikir tingkat tinggi. Seseorang yang
kritis diperlukan sebuah proses, peserta didik tidak secara serta merta
Namun menurut Hohmann & Grillo (2014) masih ditemukan peserta didik
20
konsep yang kompleks merupakan bagian normal dari proses pembelajaran,
atau masih ditemukan peserta didik yang tidak memperdulikan proses atau
berpikir kritis tidak akan menjadi kuat apabila tidak melalui sebuah proses
memproses informasi yang sulit inilah yang dapat menjadi tantangan bagi
berpikir kritis yang dikemukakan Ennis (Zubaidah et al., 2018, p.204), adalah
sebagai berikut:
1. Fokus (focus), merupakan hal yang utama yang harus dilakukan untuk
21
dikemukakan. Dalam mengemukakan suatu pernyataan harus disertai
dengan
yang tepat.
yang terjadi. Oleh karena itu perlu mengetahui situasi atau keadaan
permasalahan.
indikator berfikir kritis menurut Ennis dalam (Hartanto, 2020, pp. 16)
22
clarification) argumen 1.1.2 mengidentikasi dan
menangani
kerelevanan.
2 Membangun 2.1 Mempertimbangka 2.1.1 Kemampuan
ketrampilan n apakah sumber memberikan alasan
dasar (besic dapat di percaya
suport) atau tidak
3 Menyimpulka 3.1 Menginduksi dan 3.1.1 Menggeneralisasika
n (inference) mempertimbangka n
n hasil induksi
4 Memberikan 4.1 Mendefinisikan 4.1.1 Bentuk operasional
penjelasan istilah dan dan persuasif
lebih lanjut mempertimbangkan 4.1.2 Bentuk contoh dan
(advanced suatu defenisi bukan contoh
clarification)
5 Menyusun 5.1 Berintraksi dengan 5.1.1 Memberi label
startegi dan orang lain. 5.1.2 Strategi logika
taktik
(Strategy and
tectics)
penerimaan pesan dari seseorang kepada orang lainnya baik secara lisan
dua arah . Jika Anda mencoba membuatnya satu arah, Anda mencegah
pertukaran ini dan pada akhirnya akan membuat orang lain frustrasi (Sugito et
23
al., 2017). Sedangkan menurut (Ross M et al, 2017) Komunikasi sebagai
komunikasi itu sendiri menghindari definisi yang jelas dan ringkas yang
intensionalitas.
dengan teknologi atau masyarakat melabeli abad ini dengan era digital.
24
Hampir sebagian besar aktivitas pembelajaran memanfaatkan peran teknologi
dan informasi. Melalui teknologi, siswa lebih mudah mencari informasi untuk
keterampilan komunikasi (Jackson, 2014 hlm. 223). Pada abad 21 siswa sudah
optimal. Hal ini disebabkan siswa lebih banyak menggunakan teknologi untuk
berbahasa, pada saat ini siswa perlu mahir mendayagukanan teknologi untuk
menyimak yang merupakan bagian dari literasi bahasa. Sementara itu, literasi
25
informasi bermanfaat bagi individu untuk menyeleksi informasi yang tepat
komunikasi formal yaitu terkait dengan rendahnya kepercayaan diri siswa dan
dengan memberi pendapat berdasarkan ahli atau informasi dari sumber yang
26
padahal bahasa adalah objek yang pertama kalidikenalkan pada manusia sejak
itu, siswa perlu membiasakan diri untuk banyak membaca. Dosen perlu
pemikiran dan ringkasan secara pribadi akan lebih percaya diri untuk
berbicara dalam konteks formal daripada siswa yang tidak menguasai materi
terdapat minimal lima strategi yang dapat dikembangkan dalam upaya untuk
berikut:
1. Keterbukaan
kita harus diawali dengan rasa saling terbuka. Adanya rasa saling
27
terbuka pada orang-orang yang berinteraksi dengan kita. Dan
terhadap orang lain dengan jujur dan terus terang tentang sesuatu yang
kita katakan. Dari sini orang lain akan mengetahui pendapat, pikiran
2. Empati
dan kondisi yang dihadapi orang lain. Syarat utama darisikap empeti
didengarkan dan dimengerti orang lain. Guru yang baik tidak akan
3. Prilaku suportif
privisionalisme.
4. Prilaku positif
28
Sikap positif dalam komunikasi ,enunjuk paling tidak dua aspek, yaitu
5. Kesamaan
tidaklah komunikatif, tentu saja dapat tetapi komunikasi lebih sulit dan
generalisasi.
bahasa sendiri
29
2.1.5 Moteode Pembelajaran yang Mendoron Siswa Berfikir Kritis dan
Berkomuniksai
pembelajran.
2018/2019, maka dapat disimpulkan bahwa hasil nilai rata-rata Post test kelas
eksperimen (X IPS 1) sebesar 75,1 dan nilai rata-rata kelas kontrol (X IPS 4)
sebesar 64,5. Hal ini menunjukkan bahwa hasil belajar yang diperoleh siswa
besar dari pada kelas kontrol tanpa menggunakan Inquiry Based Learning.
30
kelas eksperimen lebih tinggi jika disbanding dengan kelas kontrol. Hasil
perhitungan hipotesis, nilai thitung = 4,468 sedangkan harga t yang didapat dari
terima Ha Jika thitung > thabel Ho ditolak. Sehingga thitung 4,468> thabel 1,996 dapat
Pelajaran 2018/2019.
Kritis Siswa Kelas Xi Mia Man 2 Mataram” dari hasil Penelitian yang telah
pokok sel pada siswa kelas XI MIA di MAN 2 Mataram menunjukkan adanya
Pengaruh ini dibuktikan oleh hasil uji anakova yang menunjukkan nilai
inkuiri terhadap keterampilan berpikir kritis siswa adalah sebesar 27,4 persen.
Adapun pengaruh yang diberikan berupa pengaruh positif, dapat dilihat dari
31
Dalam penelitian (Nuraini, 2017) dengan judul “ Profil Keterampilan
Mempersiapkan Generasi Abad 21” dari hasil penelitian yang telah dilakukan,
biologi yang mengikuti mata kuliah fisiologi hewan memiliki skor nilai dan
memiliki skor 78,18; 84,17 dan 84,29 dengan kriteria baik. Keterampilan
mengikuti mata kuliah fisiologi hewan memiliki skor nilai dan kriteria yang
(analisis) dan menjelaskan (penjelasan) memiliki skor 66,06 dan 57,78 dengan
32
dengan model pembelajran berbasis masalah dengan menggunakn 5 indikator
Kemampuan Berpikir Kritis dan Hasil Belajar Biologi melalui Model Blended
dalam hal perolehan kategori berpikir kritis 8 peserta didik (24,7%) pada
kritis dan sangat kritis, sedangkan pada kelompok kontrol tidak ada peserta
didik berada pada kategori kritis dan sangat kritis. Itu artinya, 19 peserta didik
33
dan pada kelompok kontrol terdapat 13 peserta didik (37,14%). Kategori
berpikir sangat kurang kritis kelompok kontrol adalah 3 peserta didik (8,58%).
Jadi, kemampuan berpikir kritis peserta didik kelas eksperimen lebih baik
bepikir kritis pada kelas eksperimen dan kelas kontrol adalah 38.48 dan 39.93,
jika diklasifikasikan masuk pada kualifikasi kurang. Hal ini sesuai dengan
peserta didik di dalam kelas tidak hanya disebabkan oleh kemampuan murid,
kualifikasi baik dan kelas kontrol adalah 65,19 dengan kualifikasi cukup.
dapat dilihat dengan nilai gain score kelas eksperimen dan kelas kontrol
masing-masing adalah adalah 32,7 dan 25,2. Peningkatan nilai posttest kelas
34
berbasis multiliterasi membuat siswa aktif dalam belajar dan menyelesaikan
Siswa” dari Hasil penelitian yang diperoleh bahwa kemampuan berpikir kritis
dari pra siklus, siklus I dan siklus II terjadi peningkatan untuk kemampuan
berpikir kritis “Baik” dan “Sangat Baik”. Didapat data pra siklus 0 % (0
siswa), siklus I 25% (6 siswa) Baik, dan 4,2% (1 siswa) Sangat Baik; terjadi
peningkatan lagi pada siklus II 79,2% (19 siswa) Baik, dan 4,2% (1 siswa)
alat perlengkapan yang di gunakan untuk mengukur atau mencatat data seperti
aparat, perlengkapan, kronometer, tes, dan sebagainya: satu sarana atau alat
35
menyatakan bahwa data merupakan semua hasil observasi atau pengukuran
di pilih dan digunakan oleh peneliti dalam kegiatan pengumpulan data agara
kegiatan tersebut menjadi sistematis dan mudah. Instrumen sebagai alat bantu
yang ditetapkan. Atau dengan kata lain sebagai metode penelitian yang
36
memastikan, bahwa produk yang akan dikembangkan adalah benar-benar
dan menguji keefektifannya. Menurut Borg and Gall, yang dimaksud dengan
bukan untuk menguji teori, sedangkan Borg and Gall (1983: 772)
37
are usually referred to as the R&D cycle, which consists of studying
2017)
2.2.3 Model Pembelajaran Abad 21
38
Pada abad 21 ini, perkembangan teknologi yang semakin luas
muka sudah tidak efektif lagi dan membuat mereka cepat merasa bosan.
merupakan kemampuan seseorang atau suatu hal dalam memikat dan menarik
seseorang untuk menyukai suatu objek. Daya tarik dapat timbul karena
terdapat suatu keunikan atau ciri khas dan kemudahan dalam menggunakan
atau memahami suatu hal. Dalam proses pembelajaran, daya tarik perlu
pembelajaran.
dapat membuat para siswa tertarik dengan mata pelajaran atau bidang studi
39
dan mempertahankan daya tarik bidang studi atau mata pelajaran (Wardani, et
all 2018).
informasi , 2).Model interaksi social 3). Model pengajaran personal 4). Model
Berikut ini adalah model –model yang disarankan untuk pendidikan abad 21
pyang biasa dipilih para guru –guru kita sesuai dengan keinginan dan
40
3. PBL =Problem Basic Learning Berbasis Masalah
4. PjBL = Projec Basic Learnig atau Berbasis Proyek
5. PBT/PBET=Production Based Training/Production
6. TEFA =Teaching Faktori atau pembelajaran berbasis industry
7. MBL =Model Bleanded Learning
luas yang berlandaskan tiga kriteria yaitu: (1) E-learning merupakan jaringan
41
Hybrid learning sama dengan blended learning. Hybrid learning adalah
42
kegiatan tatap muka (face to face) dan online (forum diskusi/chatting).
belajar akan menjadi lebih efektif, lebih efisien, dan lebih menarik. Menurut
dibandingkan pembelajaran tatap muka biasa yakni siswa dapat lebih sukses
adanya peningkatan interaksi dan kontak antar siswa dan antara siswa dan
kalangan perguruan tinggi dan dunia pelatihan. Melalui hybrid learning semua
sumber belajar yang dapat memfasilitasi terjadinya belajar bagi orang yang
maupun yang dimuat dalam media komputer, telpon seluler atau iPhone,
saluran televisi satelit, konferensi video, dan media elektronik lainnya. Peserta
43
kesempatan bagi berbagai karakteristik peserta didik agar terjadi belajar
akan menjadi lebih efektif, lebih efisien, dan lebih menarik (Verawati and
Desprayoga, 2019).
beberapa faktor.yaitu: (1) Sarana dan prasarana meliputi jaringan internet, (2)
44
Implementasi hybrid learning berdasarkan model-model pada Gambar
1 sudah dirancang sesuai kondisi sekolah. Berikut penjabaran dari tiap model
dapat dilakukan pada lembaga tingkat perguruan tinggi dimana guru dan
Model ini memberikan kelonggaran bagi siswa dan guru untuk tidak setiap
Pembelajaran tatap muka dilakukan saat ada kegiatan diskusi kelas atau
45
praktikum di kelas. Penggunaan internet pada model ini sama dengan
model 1 dan model 2 dimana siswa dan guru atau dosen dan mahasiswa
siswa dan guru. Internet pada model ini digunakan sebagai pendukung saat
mempresentasikannya.
sederhana. Model ini tidak menuntut siswa untuk selalu terhubung dengan
ada. Selain itu, kegiatan siswa dan guru di kelas tetap menggunakan
pada sumber internet, misalnya video, musik, film, animasi, gambar, dan
lain-lain.
46
BAB III
METODE PENELITIAN
keabsahan data, dan analisis data. Jenis penelitian yangd igunakan adalah
dilakukan oleh model penelitian pengembangan Borg & Gall (1983 : 775)
47
dalam salirawati, (2011., p. 232). Penelitin menggunakan 8 langkah yang
(4) Preliminary field testing (Uji coba produk awal), (5) Main product
revision (Penyempurnaan produk awal), (6) Main field testing ( Uji coba skala
luas), (7) Operational product revision (penyempurnaan produk hasil uji coba
48
penilaian. Informasi diperoleh melalui analisis kebutuhan, studi literatur, dan
studi lapangan diskusi dengan guru mata pelajaran dan studi dokumen.
kritis dan komunikasi Siswa SMA dengan berbantuan model Hybrid Learning
49
1) Menusun prototype instrumen assasmen kemampuan berpikir kritis
Learning.
lapangan. Uji coaba instrumen skala kecil dilakaukan pada sisa SMA di slaah
satu sekolah di Kabupaten Seram Bagigan Barat. Uji coba skala kecil
keterbacaan.
skala kecil. Pada tahap penyempurnaan prodk awal ini. Lebih banyak
perbaikan internal. Hasil uji coba skala kecil digunakan untuk merevisi
instrumen yaitu memilih butir-butir yang valid untuk diikut sertakan pada uji
50
coba lapangan luas dan butir yang tidak valid langsung dan tidak diikutkan ke
Instrumen hasil uji coba skala kecil menjadi acuan untuk uji coba pad
askla besar. Responden uji coa skala besar dilakukan untuk lebih dri satau
sekolah dan mungkin dilakukan pada 100 sisw dari 3-4 sekolah SMA di
dan prktis merupakan produk akhir dari berbagai tahapan yang dilakukan
51
3.3 Sumber Data dan Subjek Penelitian
perangkat penilaian yang berupa hasil belajar siswa V, RPP pada kurikulum
Subjek uji coba skala kecil dilakukan pada keseluruhan siswa di salah satu
52
dibutuhkan. Data yang diperoleh berupa data kualitatif dan kuantitatif.
Seram Bagian Barat dan validasi oleh pakar/ahli. Secra jelas tekhnik-
53
dokumentasi. Selain itu, pemakaina alat bantu seperti kamera dan
telah disusun
instrumen baik pada uji coba skala kecil maupun uji coba skal luas. Analisis
sebagai berikut:
54
dan refrensi bahan ajar guru, lembar observasi merupakan instrumen asasmen
pemberi informasi.
terkait
55
kemampuan berpikir kritis siswa SMA pada pemebelajaran biologi dengan
dokumen. Dengan alat ini diharapkan data yang diperoleh akan terkumpul
dengan baik sehingga data yang terkumpul tidak akan hilang atau lupa jka
Kurang Valid, Tidak Valid. Selain itu. Penilaian ahli bertujuan untuk
instrumen awal yang ditulis menjadi instrumen yang lebih baik dan layak
lebih baik.
56
3.4.2.6 Lembar Soal Tes Essay Untuk Mengukur Kemampuan
data dapat dilakukan. Salah satu teknik yang digunakan untuk menguji
proses pengecekan data antara sumber data , metode, maupu teori yang satu
data yang sama antara lain dengan observasi, wawancara dan studi dokumen.
57
3.5.2 Uji Validitas
validitas atau validasi (Azwar, 2014 : 131). Uji validasi instrumen yang
digunakan dalam penelitian ini menggunakan validasi oleh para ahli (expert
mengajar Biologo ahli evaluasi dan ahli pengukuran. Validasi instrumen yang
dilakukan dalam penelitian ini ialalah validitas isi dan validitas konstruk.
suatu skala mampu menghasilkan data yang akurat sesuai dengan tujuan
yang digunakan dalam penelitin ini menggunakan validasi oleh para ahli
bantuan dua ahli teori dana tiga praktisi, yang dimaksud dengan praktisi
dalam instrumen asesmen berpikir kritis dan komunikasi dalam penelitian ini
adalah guru SMA. Untuk menghitung validasi isi instrumen didasrkan pada
58
penelitian pakar / ahli sebanyak n – orang terhadap suatu item yaitu dengan
berikut :
Keterangan :
n : Jumlah nilai
59
4 1,00 ,004 ,94 ,008
4 1,00 ,012 ,92 ,020 ,88 ,024
5 1,00 ,004 ,93 ,006 ,90 ,007
5 1,00 ,031 ,90 ,025 ,87 ,021 ,80 ,040
6 ,92 ,010 ,89 ,007 ,88 ,005
6 1,00 ,016 ,83 ,038 ,78 ,050 ,79 ,029
Aiken,L, R (1985)
Keterangan :
No. Of Item (m) or Raters (n) : Banyak ahli / reter
Number of Rating Categoris (c) : Banyak karakter pilihan
V : Nilai Tabel Aiken’s
P : Probabilitas atau Peluan
angket untuk validasi ahli yang terdiri dari 5 expert jidgement, dengan
beberapa SMA di Kab, Seram Bagian Barat. Selanjutnya hasil uji validtas
60
validitasnya, uji coba validtas konstruk suatu instrumen dilakukan
dilihat dari muatan faktor (facor loading) dari variabel tersebut terhadap
variabel latennya.
Hair et. Al (1995, 2010) dan Holmes -Smith (2006) dalam Mohamad,
setidaknya tiga indeks kecocokan dengan memasukan satu indeks dari setiap
kategori kecocokan model. Absolute fir menyajikan tiga jenis indeks yaitu
Fit Indes (GFI). Incremental fit mengajukan empat jenis indeks yaitu Adjust
Good of Fit (AGFI), Comparative Fit Indes (CFI). Tucker Lewis Indes (TLI),
dan Normed Fit Indes (NFI). Semua kategori kecocokan model harus dicapai
3.2
61
Tabel 3.2 Indeks Kecocokan Model dan Tingkat Penerimaan
3.5.3 Reliabilitas
atau konsistensi hasil pengukuran suatu tes (Mardapi, pp. 2016:46). Menurut
reliabilitas, jika instrumen tidak memenuhi hal tesebut, maka data yang
62
reliabilitas hasil rating memperoleh nilai koefisien ≥
(Khumaedi, 2012 p. 27) berikut teknik Alpa Crounbach yang digunakan untuk
❑
( ) n
( r 11 ) = n−1 1− ( )
∑
❑
❑
s 2i
Keterangan :
ri : Koefisien reliabilitas instrumen
n : Jumlah item dalam instrumen
s2i : Jumlah varians item
s2t : Variasn skor butir
63
koefisien Alpha Cronbach pada Tabel 3.3.
kemampuan suatu butir soal dapat membedakan antara siswa yang telah
menguasai materi yang di tanyakan. Semakin tinggi daya beda soal, maka
melakukan uji daya beda dengan menggu akan aplikasi Exel dengan rumus
yang telah di sesuaikan. Rumus untuk mengetahui daya pembeda soal dalam
64
3.7 Tingakat Kesukaran
soal pada tingkat kemampuan tertentu yang biasanya dinyatakan dalam bentuk
indeks (Rusilowati, 2014 :35). Semakin besar indeks tingkat kesukaran yang
diperoleh dari hasil hitungan, berarti semaki mudah suatu soal. Rumus yang
Mean
Tingkat Kesukaran (TK )=
Skor maksimal
ketika digunakan oleh para pengguna instrumen ( Hidayat et al, 2017 p, 36).
menunjukan sejauh mana instrumen dapat digunakan dengan baik dan mudah
oleh praktisi pendidikan seperti para guru. Instrumen aspek yang akan dinilai
65
diadaptasi dari Grinnel (dalam Wood 2007) meliputi : subjektivitas,
66
dikembangkan kepada sejumlah guru SMA. Angket kepraktisan nilai terendah
table 3.6.
Keterangan :
67
d. Instrument assasment kemapuan berfikir kritis dikategorikan tidak
DAFTAR PUSTAKA
68
Berbantuan Media Quipper School Untuk Meningkatkan Kemampuan Literasi Siswa
Kelas XI MA …’. Available At: Http://Etheses.Iainponorogo.Ac.Id/10015/.
Amala, H. A., Amprasto, A. And Solihat, R. (2019) ‘Virtual Field Trip Dan
Penggunaannya Sebagai Fasilitator Dalam Mengembangkan Keterampilan
Komunikasi Abad Ke-21 Siswa’, Assimilation: Indonesian Journal Of Biology
Education, 2(1), P. 29. Doi: 10.17509/Aijbe.V2i1.16150.
Amir, M. F. (2015) ‘Proses Berpikir Kritis Siswa Sekolah Dasar Dalam Memecahkan
Masalah Berbentuk Soal Cerita Matematika Berdasarkan Gaya Belajar’, Jurnal Math
Educator Nusantara, 01(02), Pp. 159–170.
69
D Ramdani, L. B. (2018) ‘Korelasi Antara Kemampuan Berpikir Kritis Dengan Hasil
Belajar Siswa Melalui Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing Berbasis Blended
Learning Pada Materi Sistem Respirasi Manusia’, 3, Pp. 37–44.
70
Fridanianti, A., Purwati, H. And Murtianto, Y. H. (2018) ‘Analisis Kemampuan
Berpikir Kritis Dalam Menyelesaikan Soal Aljabar Kelas Vii Smp N 2 Pangkah
Ditinjau Dari Gaya Kognitif Reflektif Dan Kognitif Impulsif’, AKSIOMA : Jurnal
Matematika Dan Pendidikan Matematika, 9(1), P. 11. Doi: 10.26877/Aks.V9i1.2221.
71
Pembelajaran Ips Untuk Menjawab Tantangan Abad 21’, Sosial Horizon: Jurnal
Pendidikan Sosial, 7(1), P. 12. Doi: 10.31571/Sosial.V7i1.1540.
Irawan, R. (2018) ‘Peningkatan Kemampuan Berpikir Kritis Peserta Didik Smp Kelas
Vii Melalui Pembelajaran Berbasis Masalah’, 3(24), Pp. 8–14.
72
Mukti, S. H. And Julianto (2018) ‘Penerapan Model Pembelajaran Berpikir Induktif
Untuk Meningkatkan Penggunaannya Sdn Sokalela Kadur Pamekasan’, Jpgsd, 6(11),
Pp. 2054–2063.
Mulenga, E. M. And Marbán, J. M. (2020) ‘Is Covid-19 The Gateway For Digital
Learning In Mathematics Education?’, Contemporary Educational Technology,
12(2), Pp. 1–11. Doi: 10.30935/Cedtech/7949.
Pal, N., Halder, S. And Guha, A. (2019) ‘Study On Communication Barriers In The
Classroom: A Teacher’s Perspective’, Online Journal Of Communication And Media
Technologies, 6(1), Pp. 103–118. Doi: 10.29333/Ojcmt/2541.
73
Mengembangkan Produk Pembelajaran Bahasa Arab)’, LITERASI (Jurnal Ilmu
Pendidikan), 4(1), P. 19. Doi: 10.21927/Literasi.2013.4(1).19-32.
Ross Metusalem, Daniel M. Belenky, K. And Foltz, K. D. (2017) ‘Skills For Today:
What We Know About Teaching And Assessing Communication’, Executive
Development, 3(4), Pp. 6–12.
74
Sri Ajeng Mellita, L. R. (2019) ‘Pengaruh Model Pembelajaran Inquiry Based
Learning Terhadap Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Pada Mata Pelajaran
Geografi’, Primary : Jurnal Keilmuan Dan Kependidikan Dasar, 11(2), P. 133. Doi:
10.32678/Primary.V11i02.2323.
75
Wardani, D. N., Toenlioe, A. J. E. And Wedi, A. (2018) ‘Daya Tarik Pembelajaran
Di Era 21 Dengan Blended Learning’, Jurnal Kajian Teknologi Pendidikan (JKTP),
1(1), Pp. 13–18. Available At: Https://Core.Ac.Uk/Download/Pdf/287323676.Pdf.
76