Anda di halaman 1dari 11

Resti Septikasari, Rendy Nugraha Frasandy: Keterampilan 4C Abad 21...

KETERAMPILAN 4C ABAD 21
DALAM PEMBELAJARAN PENDIDIKAN DASAR

Resti Septikasari
Dosen PGMI STKIP Nurul Huda OKU, Sumatera Selatan
restikasar@gmail.com

Rendy Nugraha Frasandy


Dosen PGMI FTK UIN Imam Bonjol Padang, Sumatera Barat
rendy.nugraha04@yahoo.co.id

Abstrak
Bangsa yang tidak siap menghadapi perkembangan ilmu dan teknologi yang berkembang sangat cepat
ini dipastikan akan sangat tertinggal jauh dengan bangsa lain. Untuk itu, pada abad 21 ini, sekolah dituntut
untuk memiliki keterampilan berpikir kreatif (creative thinking), berpikir kritis dan pemecahan masalah (critical
thinking and problem solving), berkomunikasi (communication), dan berkolaborasi (collaboration) atau yang
biasa disebut dengan 4C.
Tujuan penelitian ini adalah untuk memberikan motivasi bagi lembaga pendidikan formal dan informal
untuk memperhatikan keterampilan yang dimiliki para siswanya dan memberikan pembekalan positif kepada
anak untuk masa yang akan datang.
Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian kepustakaan (library research) dengan metode
deskriptif analilis, yaitu serangkaian kegiatan yang berkenaan dengan metode pengumpulan data pustaka untuk
mengambarkan situasi secara apa adanya. Analisis data yang digunakan yaitu analisis isi (content analysis) .
Hasil penelitian ini yaitu 1) dengan diimplementasikannya keterampilan abad ke-21 yang disebut
dengan 4C adalah guru harus melakukan komunikasi dengan baik terhadap siswa secara terus menerus dalam
berbagai keadaan. Sososialisasi pada siswa diperlukan karena masa anak-anak adalah masa bermain. Ketika
siswa bermain dengan teman sebayanya, siswa akan secara alami melakukan interaksi sosial dengan temannya.
Sering mengajak siswa berkomunikasi memberikan dampak positif untuk mengembangkan kemampuan
berkomunikasi anak. Hal ini akan menstimulasi otak anak untuk mencontoh penggunaan kalimat yang baik.
Selain itu keterampilan abad ke-21 siswa dilatih untuk menjelaskan dan bertukar informasi dengan temannya
ketika proses pembelajaran berlangsung, belajar cara menyampaikan informasi dengan benar, sehingga dapat
dimengerti dan dipahami oleh temannya. Peran guru disini adalah sebagai fasilitator. Keterampilan abad ke-21
dapat menumbuhkan dan meningkatkan kerjasama dalam suatu kelompok untuk menyelesaikan masalah
tertentu, meningkatkan rasa toleransinya terhadap perbedaan pendapat teman, berusaha untuk berpikir kritis dan
kreatif untuk memecahkan permasalahan tentang mengkaitkan sesuatu.
Kata kunci: Keterampilan, Abad 21 (4C)
Abstrack
Nations that are not ready to face the development of science and technology is growing very fast is
certainly going to be left far behind with other nations. For that, in the 21st century, the school is required to
have creative thinking, critical thinking and problem solving, communication, collaboration (collaboration) or
so called 4C.
The purpose of this study is to provide motivation for formal and informal education institutions to pay
attention to the skills possessed by their students and provide a positive briefing to the child for the future.
The type of research used is literature research (library research) with descriptive analytical method,
which is a series of activities related to the method of collecting data library to describe the situation as it is.
Data analysis used is content analysis.
The results of this study are 1) the implementation of 21st century skills called 4C is the teacher must
communicate well to students continuously in various circumstances. Socializing in students is necessary
because the childhood is a period of play. When students play with peers, students will naturally engage in
social interactions with their friends. Frequently invite students to communicate a positive impact to develop
children's communication skills. This will stimulate the child's brain to imitate the use of good sentences. In
addition 21st century skills students are trained to explain and exchange information with their friends when the
learning process takes place, learn how to convey information properly, so that can be understood and
understood by his friend. The teacher's role here is as a facilitator. 21st century skills can foster and enhance
cooperation within a group to solve specific problems, increase their sense of tolerance for peer opinions, strive
to think critically and creatively to solve problems of relating something.

107
108 Jurnal Tarbiyah Al-Awlad, Volume VIII Edisi 02 2018, hlm 112-122

Keywords: Skills, 21st Century (4C)

PENDAHULUAN individu memilki keterampilan untuk hidup di


abad ke-21 dengan berbagai peluang dan
Sejalan dengan era globalisasi, ilmu tantangan yang akan di hadapi di era
pengetahuan dan teknologi yang berkembang kemajuan teknologi dan informasi. Beberapa
sangat cepat dan makin canggih, dengan pakar menjelaskan pentingnya penguasaan
peran yang makin luas maka diperlukan guru berbagai keterampilan abad ke-21 sebagai
yang mempunyai karakter. Bangsa yang sarana kesuksesan di abad dimana dunia
masyarakatnya tidak siap hampir bisa berkembang dengan cepat dan dinamis.
dipastikan akan jatuh oleh dahsyatnya
perubahan alam dan kemajuan pesat ilmu Indikator keberhasilan lebih
pengetahuan dan teknologi sebagai ciri khas didasarkan pada kemampuan untuk
globalisasi itu sendiri. Maka dari itu kualitas berkomunikasi, berbagi, dan menggunakan
pendidikan harus ditingkatakan. Sekolah informasi untuk memecahkan masalah yang
sebagai lembaga pendidikan dituntut untuk kompleks, dapat beradaptasi dan berinovasi
memiliki keterampilan berpikir kreatif dalam menanggapi tuntutan baru dan
(creative thinking), berpikir kritis dan mengubah keadaan, dan memperluas
pemecahan masalah (critical thinking and kekuatan teknologi untuk menciptakan
problem solving), berkomunikasi pengetahuan baru. Ketidakmampuan anak
(communication), dan berkolaborasi dalam mengungkapkan keinginan, perasaan
(collaboration) atau yang biasa disebut serta mengaktualisasikan apa yang ada dalam
dengan 4C. diri mereka menjadikan masalah yang
dihadapi oleh anak-anak semakin besar.
Pada kurikulum 2013 terdapat Sehingga anak-anak memerlukan sebuah
perubahan terutama pada permendikbud kemampuan dan keterampilan untuk
nomor 20 tahun 2016. Perubahan tersebut mengungkapkan masalah yang mereka hadapi
adalah tentang keterampilan yang sangat kepada orang lain.
diperlukan oleh anak-anak bangsa. Oleh
karena itu diperlukan keterlibatan semua Semua kecakapan ini bisa dimiliki
pihak terutama pihak sekolah dalam oleh peserta didik apabila pendidik mampu
menyiapkan anak-anak bangsa agar memiliki mengembangkan rencana pembelajaran yang
sejumlah keterampilan yang diperlukan dalam berisi kegiatan-kegiatan yang menantang
kehidupan di abad 21 ini. Untuk bisa berperan peserta didik untuk berpikir kritis dalam
secara bermakna pada era globalisasi di abad memecahkan masalah. Kegiatan yang
ke-21 ini maka setiap warga negara dituntut mendorong peserta didik untuk bekerja sama
untuk memiliki kemampuan yang dapat dan berkomunikasi harus tampak dalam setiap
menjawab tuntutan perkembangan zaman. rencana pembelajaran yang dibuatnya.

Hal ini menuntut peran pendidik untuk KETERAMPILAN ABAD KE-21


mengembangkan keterampilan baik hard skill Communication (komunikasi)
maupun soft skill pada peserta didik dalam
pembelajaran di sekolah agar dapat terjun ke Communication (komunikasi) adalah
dunia pekerjaan dan siap berkompetisi dengan proses pertukaran bahasa yang berlangsung
negara lain. Guru menyiapkan segala dalam dunia manusia. Oleh sebab itu
perangkat seperti kurikulum, Rencana komunikasi selalu melibatkan manusia baik
Pelaksaan Pembelajaran, dan model atau dalam konteks intrapersonal, kelompok
metode yang diintergrasikan dengan maupun massa. Peneliti komunikasi
pembelajaran abad 21. Dengan membuktikan bahwa hingga saat ini bahasa
mengembangkan keterampilan abad ke-21 diakui sebagai media paling efektif dalam
dalam pembelajaran, diharapkan setiap melakukan komunikasi pada suatu interaksi
Resti Septikasari, Rendy Nugraha Frasandy: Keterampilan 4C Abad 21... 109

antar individu seperti halnya kegiatan terlihat dalam proses komunikasi. Tujuan dari
penyuluhan dan pembinaan, proses belajar komunikasi yang efektif sebenarnya adalah
mengajar, pertemuan tempat kerja dan lain- memberi kan kemudahan dalam memahami
lain. (Muhtadi, 2012) pesan yang disampaikan antara pemberi
informasi dan penerima informasi sehingga
Berkomunikasi artinya perkembangan bahasa yang digunakan oleh pemberi informsi
bicara dan bahasa yang mempunyai muatan lebih jelas dan lengkap, serta dapat dimengerti
emosi dan sosial, yaitu bagaimana sesi dan dipahami dengan baik oleh penerima
komunikasi itu dapat berlangsung secara informasi, atau komunikan. tujuan lain dari
timbal balik (Van, 2011). Komunikasi Komunikasi Efektif adalah agar pengiriman
merupakan suatu aktifitas yang sangat sering informasi dan umpan balik atau feed back
dilakukan oleh setiap orang dalam lingkup dapat seinbang sehingga tidak terjadi
apapun, dimanapun, dan kapanpun.Karena monoton. Selain itu komunikasi efektif dapat
komunikasi sangatlah penting bagi kehidupan melatih penggunaan bahasa nonverbal secara
kita. Semua orang membutuhkan komunikasi baik. (Kurnia, 2009:15).
karena adanya komunikasi semuanya menjadi
lebih mengerti. Dalam proses pembelajaran guru
harus membiasakan siswanya untuk saling
Komunikasi mempertemukan antara berkomunikasi baik tentang pelajaran maupun
komunikan dengan komunikator. Komunikan hal lain, baik dengan guru maupun dengan
yang menerima sedangkan komunikator yang siswa. Bahasa yang digunakan siswa dalam
menyampaikan pesan. Berinteraksi dengan berkomunikasi akan memberikan dampak
cara berkomunikasi tidak harus dengan pada siswa itu sendiri. Penggunaan kata yang
ucapan kata-kata tetapi juga bisa tidak baik dalam komunikasi membawa
menggunakan gerak mimik tubuh seperti dampak negatif. Pesan yang disampaikan oleh
tersenyum, mengedipkan mata, melambaikan siswa tidak dapat diterima oleh penerima
tangan, juga bisa menggunakan persaan yang pesan. Hal ini akan memicu terjadinya
ada dalam hati seseorang. Tetapi pesan kesalahan dalam penerimaan pesan yang
komunikasi akan bisa diterima oleh dapat menimbulkan kesalahpahaman atau
komunikan apabila komunikan mengerti apa konflik dalam berinteraksi. Selain itu,
yang komunikator sampaikan (Wilson, 2009: membiarkan siswa menggunakan kata-kata
10) kasar dalam berkomunikasi dapat
menimbulkan kebiasaan buruk bagi anak.
Masa kanak-kanak adalah usia yang
Penggunaan kata yang baik dalam
paling tepat untuk mengembangkan bahasa.
berkomunikasi akan membawa dampak
Karena pada masa ini sering disebut masa
positif pada anak. Anak akan merasakan
emas dimana anak sangat peka mendapatkan
kepuasan karena tujuan yang diinginkan
rangsangan-rangsangan baik yang berkaitan
tercapai sehingga kepercayaan diri anak akan
dengan aspek fisik motorik, intelektual,
meningkat.
sosial, emosi maupun bahasa. Untuk
membantu perkembangan kognitif anak perlu
Collaborative (kolaborasi)
memperoleh pengalaman belajar yang
dirancang melalui kegiatan mengobservasi
Beberapa peneliti membuktikan
dan mendengarkan secara tepat.
bahwa peserta didik akan belajar dengan lebih
Seiringnya perkembangan zaman, kita baik jika mereka secara aktif terlibat pada
tentunya perlu tahu bagaimana cara proses pembelajaran dalam suatu kelompok-
berkomunikasi secara efektif. Karena dengan kelompok kecil. Peserta didik yang bekerja
dapat berkomunikasi secara efektif tentunya dalam kelompok-kelompok kecil cenderung
kita tak kalah saing dengan negara lain. belajar lebih banyak tentang materi ajar dan
Komunikasi efektif yaitu komunikasi yang mengingatnya lebih lama dibandingkan jika
mampu menghasilkan perubahan sikap materi ajar tesebut dihadirkan dalam bentuk
(attitude change) pada orang lain yang bisa lain, misalnya bentuk dalam ceramah, tanpa
110 Jurnal Tarbiyah Al-Awlad, Volume VIII Edisi 02 2018, hlm 112-122

memandang bahan ajarnya (Warsono dan Siswa harus dibelajarkan untuk bisa
Hariyanto, 2012: 66-67). berkolaborasi dengan orang lain.
Berkolaborasi dengan orang-orang yang
Menurut Roberts (2004: 205), berbeda dalam latar budaya dan nilai-nilai
“Collaborative is an adjective that implies yang dianutnya. Dalam menggali informasi
working in a group of two or more to achieve dan membangun makna, siswa perlu didorong
a common goal, while respecting each untuk bisa berkolaborasi dengan teman-teman
individual’s contribution to the whole.” Paz di kelasnya. Dalam mengerjakan suatu
Dennen dalam Roberts (2004: 205), produk, siswa perlu dibelajarkan bagaimana
mengemukakan “Collaborative learning is a menghargai kekuatan dan kemampuan setiap
learning method that uses social interaction orang serta bagaimana mengambil peran dan
as a means of knowledge building”. menyesuaikan diri secara tepat dengan
Selanjutnya Bruffee dalam Roberts (2004: mereka.
205), menyatakan bahwa “educators must
trust students to perform in ways that the Critical Thinking and Problem Solving
teacher has not necessarily determined a (berpikir kritis dan pemecahan masalah)
head of time”, serta berpendapat bahwa
“collaborative learning therefore implies that Setiap manusia pasti memiliki skill
(educators) must rethink what they have to do untuk berpikir. Berpikir menjadi kodrat
to get ready to teach and what they are doing alamiah yang setiap saat dilakukan dalam
when they are actually teaching.” seluruh aktivitas kehidupan. Berpikir sendiri
terbagi menjadi beberapa tingkatan mulai dari
Suatu pembelajaran termasuk
yang paling sederhana yang hanya
pembelajaran kolaboratif apabila anggota
membutuhkan ingatan, sampai pada level
kelompoknya tidak tertentu atau ditetapkan
yang paling tinggi dan membutuhkan
terlebih dahulu, dapat beranggotakan dua
perenungan.
orang, beberapa orang atau bahkan lebih dari
tujuh orang. Lebih lanjut Wasono dan Berpikir kritis merupakan suatu proses
Hariyanto mengemukakan bahwa yang terarah dan jelas yang digunakan dalam
pembelajaran kolaboratif dapat terjadi setiap kegiatan mental seperti memecahkan masalah,
saat, tidak harus di sekolah, misal sekelompok mengambil keputusan, membujuk,
siswa saling membantu dalam mengerjakan menganalisis asumsi dan melakukan
pekerjaan rumah, bahkan pembelajaran penelitian ilmiah. Berpikir kritis adalah
kolaboratif dapat berlangsung antar siswa kemampuan untuk berpendapat dengan cara
yang berbeda kelas maupun dari sekolah yang yang terorganisasi. Berpikir kritis merupakan
berbeda. Jadi, pembelajaran kolaboratif dapat kemampuan untuk mengevaluasi secara
bersifat informal yaitu tidak harus sistematis bobot pendapat pribadi dan
dilaksanakan di dalam kelas dan pembelajaran pendapat orang lain (Elaine B. Johnson, 2009:
tidak perlu terstruktur dengan ketat (Warsono 182).
dan Hariyanto (2012: 50-51).
Berpikir kritis secara esensial adalah
Berdasarkan pendapat di atas, dapat proses aktif dimana seseorang memikirkan
disimpulkan bahwa pembelajaran kolaboratif berbagai hal secara mendalam, mengajukan
adalah pembelajaran yang melibatkan siswa pertanyaan untuk diri sendiri, menemukan
dalam suatu kelompok untuk membangun informasi yang relevan untuk diri sendiri
pengetahuan dan mencapai tujuan daripada menerima berbagai hal dari orang
pembelajaran bersama melalui interaksi sosial lain (John Dewey dalam Alec Fisher, 2009:
di bawah bimbingan pendidik baik di dalam 2). Elaine B. Johnson (2009: 185)
maupun di luar kelas, sehingga terjadi mengatakan bahwa tujuan berpikir kritis
pembelajaran yang penuh makna dan siswa adalah untuk mencapai pemahaman yang
akan saling menghargai kontribusi semua mendalam. Sementara itu, Fahruddin Faiz,
anggota kelompok. (2012: 2) mengemukakan bahwa tujuan
Resti Septikasari, Rendy Nugraha Frasandy: Keterampilan 4C Abad 21... 111

berpikir kritis sederhana yaitu untuk masalah sebagai tanggapan terhadap suatu
menjamin, sejauh mungkin, bahwa pemikiran situasi
kita valid dan benar. Dengan kemampuan
untuk berpikir kritis siswa akan dapat Menurut Yeni Rachmawati dan Euis
menyelesaikan masalah yang dihadapinya. Kurniati (2010: 30-31) kreativitas anak dapat
berkembang dengan baik bila didukung oleh
Seseorang tidak dapat belajar dengan beberapa faktor seperti berikut: 1)
baik tanpa berpikir dengan baik. Pemikiran Memberikan rangsangan mental yang baik
kritis berhubungan pada kesuksesan karir, tapi Rangsangan diberikan pada aspek kognitif
juga untuk kesuksesan di pendidikan tinggi. maupun kepribadiannya serta suasana
psikologis anak 2) Menciptakan
Creativity and innovation (kreativitas dan lingkungan kondusif Lingkungan kondusif
inovasi) perlu diciptakan agar memudahkan anak
untuk mengakses apapun yang dilihatnya,
dipegang, didengar, dan dimainkan untuk
Lawrence dalam Suratno, 2005: 24 mengembangkan kreativitasnya. 3) Peran
menyatakan kreativitas merupakan ide atau serta guru dalam mengembangkan kreativitas
pikiran manusia yang bersifat inovatif, Guru yang kreatif akan memberikan stimulasi
berdaya guna dan dapat dimengerti. Berbeda yang tepat pada anak agar anak didiknya
dengan Lawrence, Chaplin dalam Yeni menjadi kreatif. 4) Peran serta orangtua
Rachmawati dan Euis Kurniati, 2010: 16) Orangtua yang dimaksud disini adalah
mengutarakan bahwa kreativitas adalah orangtua yang memberikan kebebasan anak
kemampuan menghasilkan bentuk baru dalam untuk melakukan aktivitas yang dapat
bidang seni atau dalam persenian, atau dalam mengembangkan kreativitas.
memecahkan masalah-masalah dengan
metode-metode baru. Suratno mengemukakan Inovasi (innovation) ialah suatu ide,
bahwa kreativitas adalah suatu ativitas yang barang, kejadian, metode yang dirasakan atau
imajinatif yang memanifestasikan diamati sebagai suatu hal yang baru bagi
(perwujudan) kecerdikan dari pikiran yang seseorang atau sekelompok orang
berdaya guna menghasilkan suatu produk atau (masyarakat), baik itu berupa hasil invention
menyelesaikan suatu persoalan dengan cara maupun diskoveri. Inovasi diadakan untuk
tersendiri. (Suratno, 2005:24) mencapai tujuan tertentu atau untuk
memecahkan suatu masalah tertentu (Sa’ud,
Menurut Yeni Rachmawati dan Euis 2008: 3).
Kurniati (2010: 16-17) proses kreatif hanya
akan terjadi jika dibangkitkan melalui METODE
masalah yang memacu pada lima macam
perilaku kreatif sebagai berikut: 1) Fluency Penelitian ini merupakan penelitian
(kelancaran), yaitu kemampuan kepustakaan. Penelitian ini menggali konsep
mengemukakan ide-ide yang serupa untuk keterampilan abad 21 dalam pembelajaran di
memecahkan suatu masalah. 2) Flexibility pendidikan dasar. Penelitian pustaka adalah
(keluwesan), yaitu kemampuan untuk serangkaian kegiatan yang berkenaan dengan
menghasilkan berbagai macam ide guna metode pengumpulan data pustaka, membaca
memecahkan suatu masalah di luar kategori dan mencatat serta mengolah bahan koleksi
yang biasa. 3) Originality (keaslian), yaitu perpustakaan saja tanpa memerlukan riset
kemapuan memberikan respon yang unik atau lapangan (Mestika, 2004:3). Penelitian
luar biasa. 4) Elaboration (keterperincian), kepustakaan (library research), juga dapat
yaitu kemampuan menyatakan pengarahan ide diartikan serangkaian kegiatan yang
secara terperinci untuk mewujudkan ide berkenaan dengan metode pengumpulan data
menjadi kenyataan. 5) Sensitivity (kepekaan), pustaka (Mahmud, 2011:31). Menurut Abdul
yaitu kepekaan menangkap dan menghasilkan Rahman Sholeh, penelitian kepustakaan
(library research) ialah penelitian yang
112 Jurnal Tarbiyah Al-Awlad, Volume VIII Edisi 02 2018, hlm 112-122

mengunakan cara untuk mendapatkan data peserta didik; guru harus lebih banyak
informasi dengan menempatkan fasilitas yang mendengarkan siswanya saling berinteraksi,
ada di perpus, seperti buku, majalah, berargumen, berdebat, dan berkolaborasi.
dokumen, catatan kisah-kisah sejarah Fungsi guru dari pengajar berubah dengan
(Rahman, 2005: 63). sendirinya menjadi fasilitator bagi peserta
didik. b) Mekanisme pembelajaran harus
HASIL DAN PEMBHASAN terdapat interaksi multi-arah yang cukup
dalam berbagai bentuk komunikasi serta
Dalam pembelajaran dengan menggunakan berbagai sumber belajar yang
keterampilan abad ke-21, guru harus kontekstual sesaui dengan materi
memotivasi siswa untuk mengikuti proses pembelajaran. Guru harus berusaha
pembelajaran dengan baik. Keterampilan abad menciptakan pembelajaran melalui berbagai
21 yang disebut dengan 4C adalah pendekatan atau metode atau model
keterampilan yang harus dimiliki oleh siswa pembelajaran, termasuk penggunaan TIK. c)
untuk bekal di abad ke-21 ini. Maka dari itu Peserta didik disarankan untuk lebih lebih
dalam proses belajar mengajar guru harus aktif dengan cara memberikan berbagai
melakukan komunikasi dengan baik terhadap pertanyaan dan melakukan penyelidikan, serta
siswa secara terus menerus dalam berbagai menuangkan ide-ide, baik lisan, tulisan, dan
keadaan. Sososialisasi pada siswa diperlukan perbuatan. d) Kegiatan pembelajaran yang
karena masa anak-anak adalah masa bermain. dikembangkan harus dapat memfasilitasi
peserta didik untuk dapat bekerjasama antar
Ketika siswa bermain dengan teman sesamanya (kolaboratif dan kooperatif). e)
sebayanya, siswa akan secara alami Semua kompetensi (KI-1, KI-2, KI-3, dan KI-
melakukan interaksi sosial dengan temannya. 4) harus dibelajarkan secara terintegrasi
Sering mengajak siswa berkomunikasi dalam suatu mata pelajaran, sehingga peserta
memberikan dampak positif untuk didik memiliki kompetensi yang utuh. f)
mengembangkan kemampuan berkomunikasi Pembelajaran harus memperhatikan
anak. Hal ini akan menstimulasi otak anak karakteristik tiap individu dengan
untuk mencontoh penggunaan kalimat yang kuinikannya masing-masing, sehingga dalam
baik. Selain itu keterampilan abad ke-21 perencana pembelajaran harus sudah
siswa dilatih untuk menjelaskan dan bertukar diprogramkan pelayanan untuk peserta didik
informasi dengan temannya ketika proses dengan karakteristik masing-masing (normal,
pembelajaran berlangsung, belajar cara remedial, dan pengayaan). g) Guru harus
menyampaikan informasi dengan benar, dapat memotivasi peserta didik untuk
sehingga dapat dimengerti dan dipahami oleh memahami interkoneksi antar konsep, baik
temannya. Peran guru disini adalah sebagai dalam mata pelajarannya dan antar mata
fasilitator. Keterampilan abad ke-21 dapat pelajaran, serta aplikasinya dalam dunia
menumbuhkan dan meningkatkan kerjasama nyata. h) Sesuai dengan karakter pendidikan
dalam suatu kelompok untuk menyelesaikan Abad 21 (4K atau 4C), maka pembelajaran
masalah tertentu, meningkatkan rasa yang dikembangkan harus dapat mendorong
toleransinya terhadap perbedaan pendapat peserta didik untuk mengembangkan
teman, berusaha untuk berpikir kritis dan kemampuan berpikir lebih tinggi (Higher
kreatif untuk memecahkan permasalahan Order Thinking Skills = HOTS).
tentang mengkaitkan sesuatu.
Sebagai seorang guru, kita juga harus
Pengkaitan sesuatu sejalan dengan menyiapkan anak didik kita untuk memiliki
karateristik atau menjadi ciri khas keterampilan abad ke-21. Seorang guru perlu
pembelajaran dalam Kurikulum 2013, seperti menguasai berbagai bidang, mahir dalam hal
yang tertuang dalam Permendikbud Nomor pedagogi termasuk inovasi dalam pengajaran
103 Tahun 2015, maka karakteristik dan pembelajaran, memahami psikologi
pembelajaran Abad 21 dapat dijabarkan pembelajaran dan memiliki keterampilan
antara lain sebagai berikut. a) Berpusat pada konseling, mengikuti perkembangan tentang
Resti Septikasari, Rendy Nugraha Frasandy: Keterampilan 4C Abad 21... 113

kebijakan kurikulum dan isu pendidikan, sama dengan siswa mereka, tahu bagaimana
mampu memanfaatkan media dan teknologi melakukan sesuatu, tahu bagaimana cara
baru dalam pembelajaran, dan tetap untuk mengetahui sesuatu atau bagaimana
menerapkan nilai-nilai untuk pembentukan menggunakan sesuatu untuk melakukan
kepribadian dan akhlak yang baik. Banyak sesuatu yang baru. Peran penting seorang
faktor yang berkontribusi terhadap kinerja guru abad ke-21 adalah peran mereka sebagai
akademik siswa, termasuk karakteristik role model untuk kepercayaan, keterbukaan,
individu dan pengalaman keluarga. Penelitian ketekunan dan komitmen bagi siswanya
secara konsisten menunjukkan bahwa, di dalam menghadapi ketidakpastian di abad ke-
antara faktor-faktor yang berhubungan dengan 21.
sekolah, guru adalah faktor paling penting.
Selanjutnya keterampilan abad 21
Guru yang berkualitas tinggi adalah penulis coba hubungkan dengan empat pilar
yang memiliki pengaruh kuat terhadap pendidikan yang terdapat pada Delors Repots
prestasi siswa. Sekalipun teknologi di era terdapat hubungan yang sinergis akomodatif
digital berkembang sangat pesat, namun peran dimana keterampilan 4C pada abad 21 masuk
guru dan tenaga kependidikan masih tetap pada kategori pembelajaran untuk melakukan
memiliki peran sentral, tidak peduli atau yang dikenal dengan istilah Learning to
bagaimana konsep pendidikan. Peran guru Do. Secara rinci sebagai berikut:
dalam abad ke-21 harus bergeser dari berpola 1. Komunikasi
“penanam pengetahuan”, menuju peran Kemampuan komunikasi yang
sebagai pembimbing, pengarah diskusi dan baik merupakan keterampilan yang sangat
pengukur kemajuan belajar siswa (Hampson, berharga di dunia belajar dan kehidupan
et al., 2011). sehari-hari siswa. Kemampuan
komunikasi mencakup keterampilan
Tujuan utama dari pembelajaran abad dalam menyampaikan pemikiran dengan
ke-21 adalah membangun kemampuan belajar jelas dan persuasif secara oral maupun
individu dan mendukung perkembangan tertulis, kemampuan menyampaikan opini
mereka menjadi pebelajar sepanjang hayat, dengan kalimat yang jelas, menyampaikan
aktif, pebelajar yang mandiri; oleh karena itu perintah dengan jelas, dan dapat
guru perlu menjadi 'pelatih pembelajaran' – memotivasi orang lain melalui
sebuah peran yang sangat berbeda dari guru kemampuan berbicara.
kelas tradisional. Guru sebagai pelatih
pembelajaran akan memberikan bimbingan Siswa dengan kemampuan
untuk membantu siswa dalam komunikasi yang baik mengemukakan ide
mengembangkan keterampilan dan atau gagasan yang dimilikinya kepada
menawarkan berbagai dukungan yang akan teman sebayanya, guru dan lingkungan
membantu siswa mencapai tujuan belajar sekolah. Aspek yang dinilai adalah a)
mereka. Guru sebagai pelatih pembelajaran menartikulasikan pemikiran dan ide-ide
akan mendorong siswa untuk berinteraksi secara efektif menggunakan keterampilan
dengan pengetahuan - untuk memahami, komunikasi lisan, tertulis dan nonverbal
mengkritisi, memanipulasi, mendesain, dalam berbagai bentuk dan konteks, b)
membuat dan mengubahnya. menggunakan komunikasi untuk berbagai
tujuan (misalnya memberi informasi,
Guru perlu memperkuat keingintahuan intruksi, memotivasi dan membujuk)., c)
intelektual siswa, keterampilan memanfaatkan beberapa media dan
mengidentifikasi dan memecahkan masalah, teknologi dan tahu bagaimana untuk
dan kemampuan mereka untuk membangun menilai keefektifannya serta menilai
pengetahuan baru dengan orang lain. Guru di dampaknya, d) berkomuni secara efektif
abad ke-21 bukanlah guru yang mahir dalam dalam lingkungan yang beragam
setiap topik dalam kurikulum, namun harus (P21:2006).
menjadi ahli dalam mencari tahu bersama-
114 Jurnal Tarbiyah Al-Awlad, Volume VIII Edisi 02 2018, hlm 112-122

Pembelajaran ini dirasakan oleh bagaimana untuk memperbaiki kesalahan


siswa sangat membantu untuk mereka. Terdapat bukti kuat bahwa
menciptakan pola komunikasi yang efektif pembelajaran berpendekatan kolaboratif
karena dilakukan hanya dalam kelompok berbasis penyelidikan bermanfaat dalam
kecil saja. Dengan demikian lebih nyaman pengembangan pengetahuan individu
bagi siswa untuk mengekspresikan maupun kelompok. Siswa dapat
pendapat dan pemikiran mereka dalam mengembangkan konten pengetahuan dan
kelompok kecil tersebut. Selain itu, belajar keterampilan abad ke-21 seperti
pelaksanaan mini presentasi juga kemampuan untuk bekerja dalam tim,
memotivasi siswa untuk menggali lebih memecahkan masalah yang kompleks, dan
jauh pengetahuan mereka tidak hanya menerapkan pengetahuan yang diperoleh
pemahaman personal juga pemahaman ke dalam situasi lain (Barron dan Darling-
orang lain atau sosial. Hammond, 2008). Hal ini berbeda dengan
pembelajaran berbasis ceramah,
2. Kolaborasi pembelajaran kolaboratif adalah bentuk
Kolaborasi dan kerjasama dapat pengembangan interaksi siswa dalam
dikembangkan melalui siswa melalui membangun engetahuan secara
pengalaman yang ada di dalam sekolah, berkelompok.
antar sekolah, dan di luar sekolah. Siswa
dapat bekerja bersama-sama secara 3. Keterampilan berpikir kritis dan
kolaboratif pada tugas berbasis proyek penyelesaian masalah
yang autentik dan mengembangkan Keterampilan ini merupakan
keterampilannya melalui pembelajaran keterampilan fundamental pada
tutor sebaya dalam kelompok. Kolaborasi pembelajaran di abad ke-21. Keterampilan
adalah trend pembelajaran abad ke-21 berpikir kritis mencakup kemampuan
yang menggeser pembelajaran berpusat mengakses, menganalisis, mensintesis
pada guru menjadi pembelajaran informasi yang dapat dibelajarkan,
kolaboratif. Lingkungan pembelajaran dilatihkan dan dikuasai. Keterampilan
kolaboratif menantang siswa untuk berpikir kritis juga menggambarkan
mengekspresikan dan mempertahankan keterampilan lainnya seperti keterampilan
posisi mereka, dan menghasilkan ide-ide komunikasi dan informasi, serta
mereka sendiri berdasarkan refleksi. kemampuan untuk memeriksa,
Mereka dapat berdiskusi menyampaikan menganalisis, menafsirkan, dan
ide-ide pada teman-temannya, bertukar mengevaluasi bukti. Pada era literasi
sudut pandang yang berbeda, mencari digital dimana arus informasi sangat
klarifikasi, dan berpartisipasi dengan berlimpah, siswa perlu memiliki
tingkat berpikir yang tinggi berpikir kemampuan untuk memilih sumber dan
seperti mengelola, mengorganisasi, informasi yang relevan, menemukan
menganalisis kritis, menyelesaikan sumber yang berkualitas dan melakukan
masalah, dan menciptakan pembelajaran penilaian terhadap sumber dari aspek
dan pemahaman baru yang lebih objektivitas, reliabilitas, dan kemutahiran.
mendalam.
Keterampilan memecahkan
Pembelajaran kolaboratif juga masalah mencakup keterampilan lain
mengarah pada pengembangan seperti identifikasi dan kemampuan untuk
metakognisi, perbaikan dalam mencari, memilih, mengevaluasi,
merumuskan ide, dan diskusi atau mengorganisir, dan mempertimbangkan
berdebat dengan tingkat berpikir yang berbagai alternatif dan menafsirkan
lebih tinggi. Hal ini memberikan informasi. Seseorang harus mampu
kesempatan pada siswa untuk belajar mencari berbagai solusi dari sudut
saling memantau satu sama lain, saling pandang yang berbeda-beda, dalam
mendeteksi kesalahan dan belajar memecahkan masalah yang kompleks.
Resti Septikasari, Rendy Nugraha Frasandy: Keterampilan 4C Abad 21... 115

Pemecahan masalah memerlukan pengetahuan' menjadi pelatih dan


kerjasama tim, kolaborasi efektif dan fasilitator untuk memperoleh
kreatif dari guru dan siswa untuk dapat pengetahuan. Bagi sebagian guru,
melibatkan teknologi, dan menangani mungkin menimbulkan ketidaknyamanan
berbagai informasi yang sangat besar dengan adanya pergeseran dari
jumlahnya, dapat mendefinisikan dan pembelajaran yang berpusat pada guru
memahami elemen yang terdapat pada menjadi pembelajaran yang berpusat pada
pokok permasalahan, mengidentifikasi siswa ini.
sumber informasi dan strategi yang
diperlukan dalam mengatasi masalah. 4. Kreativitas dan inovasi
Pemecahan masalah tidak dapat Pencapaian kesuksesan profesional
dilepaskan dari keterampilan berpikir dan personal, memerlukan keterampilan
kritis karena keterampilan berpikir kritis berinovasi dan semangat berkreasi.
merupakan keterampilan fundamental Kreativitas dan inovasi akan semakin
dalam memecahkan masalah. Siswa juga berkembang jika siswa memiliki
harus mampu menerapkan alat dan teknik kesempatan untuk berpikir divergen.
yang tepat secara efektif dan efisien untuk Siswa harus dipicu untuk berpikir di luar
menyelesaikan permasalahan. kebiasaan yang ada, melibatkan cara
berpikir yang baru, memperoleh
Hasil penelitian tentang kesempatan untuk menyampaikan ide-ide
pembelajaran berbasis proyek dan dan solusi-solusi baru, mengajukan
pembelajaran berbasis masalah pertanyaan yang tidak lazim, dan mencoba
menunjukkan bahwa pembelajaran mengajukan dugaan jawaban. Kesuksesan
tersebut memberikan keuntungan bagi individu akan didapatkan oleh siswa yang
siswa untuk belajar secara faktual memiliki keterampilan kreatif. Individu-
dibandingkan pembelajaran di kelas yang individu yang sukses akan membuat dunia
lebih tradisional. Trilling dan Fadel ini menjadi tempat yang lebih baik bagi
(2009) menjelaskan bahwa pembelajaran semuanya.
dengan model tersebut dalam waktu yang Adapun aspek aspek yang dinilai
cukup lama, menunjukkan hasil belajar adalah bagaimana siswa: a) Menentukan
dan berbagai keterampilan abad ke-21 dari tantangan kreatif, siswa yang memiliki
siswa secara signifikan berbeda dengan keterampilan abad 21 memiliki ciri
kelas yang menggunakan metode kreatif, hal ini tertuang dan tergambar
tradisional. Namun demikian, agar pada saat kegiatan belajar mengajar,
pembelajaran berbasis proyek dan kreatifitas siswa tumbuh juga dilator
pembelajaran berbasis masalah dapat belakangi faktor guru yang mampu
berjalan dengan baik, guru harus merangsang para siswa untuk
merancang rencana kegiatan yang sesuai mengutarakan ide dan gagasannya dalam
dengan minat dan kebutuhan siswa, dan bentuk pendapat. Hal ini tidak lepas dari
tentu saja disesuaikan dengan kurikulum. faktor keterbukaan akan informasi yang
Mungkin tidak mudah menerapkan kedua dikenal dengan istilah literasi atau melek
model pembelajaran tersebut dengan akan informasi., b) Mengidentifikasi
standar alokasi waktu perjam 45 – 50 sumber informasi, dalam keterampilan
menit seperti lazimnya, namun hal itu abad 21 erat kaitannya dengan literasi
dapat diupayakan dengan alternatif informasi, siswa yang memiliki kecakapan
penjadwalan kegiatan belajar yang menerima, menggali dan mampu
direncanakan dengan sebaik-baiknya. mengidentifikasi sumber informasi berate
Woods (2014) menyatakan bahwa siswa tersebut dikatakan siswa yang
pembelajaran berbasis proyek dan melek/literlet akan informasi.,c)
pembelajaran berbasis masalah pada Mengembangkan dan memilih ide, dari
akhirnya memerlukan perubahan dalam kemampuan literasi informasi yang
peran guru dari menjadi 'sumber dimiliki siswa abad 21, akan muncul ide-
116 Jurnal Tarbiyah Al-Awlad, Volume VIII Edisi 02 2018, hlm 112-122

ide atau gagasan yang dapat dipilih dan kebebasan anak untuk melakukan aktivitas
oleh siswa secara individu dan mampu yang dapat mengembangkan kreativitas.
dikembangkan secara berkelompok dalam
bentuk hasil atau produk capaian. d) REFERENSI
Mempresentasikan hasil produk,
merupakan capaian akhir atau wujud dari Barron, B. and Darling-Hammond, L. 2008.
siswa yang mampu berkreatifitas dan Teaching for meaningful learning: a
berinovasi sebagai keterampilan abad 21. review of research on inquiry-based and
Produk yang dihasilkan baik secara cooperative learning. L.
individu dan kelompok akan menjadi
temuan dan pengalaman baru dari siswa Faiz, Fahrudin. Thinking Skills Pengantar
tersebut, hal ini juga sangat sejalan Menuju Berpikir Kritis. Yogyakarta:
dengan pendekatan saintific pada Suka Press, 2012.
kurikulum 2013 dimana capaian akhir
Fisher, Alec. Berpikir Kritis Sebuah
merupakan proses penemuan pengalaman
Pengantar. Jakarta.: Erlangga, 2009.
baru bagi siswa.
Hampson, M., Patton, A. and Shanks, L.
2011. Ten Ideas for 21st Century
KESIMPULAN DAN SARAN Education. London, Innovation Unit.
Dari uraian tersebut dapat disimpulkan Johnson, Elaine B.,Contextual Teaching And
bahwa: dalam proses belajar mengajar guru Learning. (Edisi Terjemahan Ibnu
harus melakukan komunikasi dengan baik Setiawan). Bandung: MLC, 2009.
terhadap siswa secara terus menerus dalam
berbagai keadaan. Dalam proses pembelajaran Kurnia, Rita. Metodologi Pengembangan
guru harus membiasakan siswanya untuk Bahasa Anak Usia Dini. Cendekia
saling berkomunikasi baik tentang pelajaran Insane: pekan baru, 2009.
maupun hal lain, baik dengan guru maupun
dengan siswa. Bahasa yang digunakan siswa Mahmud, Metode Penelitian Pendidikan.
dalam berkomunikasi akan memberikan Bandung: pustaka setia, 2011.
dampak pada siswa itu sendiri. Penggunaan Mestika, Zed. Metode Penelitian
kata yang tidak baik dalam komunikasi Kepustakaan, Yayasan Bogor
membawa dampak negatif. Dalam menggali Indonesia. Jakarta: 2004.
informasi dan membangun makna, siswa
perlu didorong untuk bisa berkolaborasi Muhtadi, Asep Saeful, Komunikasi Dakwah
dengan teman-teman di kelasnya. Dalam Teori Pendekatan Dan Aplikasinya
mengerjakan suatu produk, siswa perlu Bandung: Simbiosa Rekatama Media,
dibelajarkan bagaimana menghargai kekuatan 2012.
dan kemampuan setiap orang serta bagaimana
mengambil peran dan menyesuaikan diri Rahmawati, Yeni dan Kurniati, Euis (2010).
secara tepat dengan mereka. Seseorang tidak Strategi Pengembangan Kreativitas.
dapat belajar dengan baik tanpa berpikir Pada Anak Usia Taman Kanak-kanak.
dengan baik. Pemikiran kritis berhubungan Jakarta: Kencana. Sofia
pada kesuksesan karir, tapi juga untuk
Roberts, Timothy S. Collaborative Learning:
kesuksesan di pendidikan tinggi. kreativitas
Theory and Practice. London: Idea
anak dapat berkembang dengan baik bila
Group Inc., 2004
didukung oleh beberapa faktor seperti berikut:
memberikan rangsangan mental yang baik, Sa‟ud, Udin Saefudin. Inovasi Pendidikan.
menciptakan lingkungan kondusif , peran Bandung: Alfabeta, 2008.
serta guru dalam mengembangkan kreativitas,
peran serta orangtua Orangtua yang dimaksud
disini adalah orangtua yang memberikan
Resti Septikasari, Rendy Nugraha Frasandy: Keterampilan 4C Abad 21... 117

Sholeh, Abdul Rahman. Pendidikan Agama Van, Tiel Julia Maria. Pendidikan Anakku
dan Pengembangan untuk Bangsa. Terlambat Bicara. Jakarta: Perdana,
Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2005. 2011.
Suratno. 2005. Pengembangan Kreativitas Warsono & Hariyanto. Pembelajaran Aktif:
Anak Usia Dini. Jakarta: Depdiknas Teori dan Asesmen. Bandung: Remadja
Rosdakarya, 2012.
Trilling, B. and Fadel, C. 2009. 21st Century
Skills: Learning for Life in Our Times. Wilson. Konsep Dasar Pendidikan Anak
San Francisco, Calif., Jossey-Bass/John Usia Dini,. FKIP UNSRI: Pekan Baru,
Wiley & Sons, Inc. 2009.

Anda mungkin juga menyukai