Anda di halaman 1dari 9

KETERAMPILAN ABAD 21 DALAM PEMBELAJARAN IPS

Tita
Email: titanuraini221@gmail.com
Program Studi Pendidikan Sekolah Dasar
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas
Setia Budhi Rangkasbitung

Abstrak

Era revolusi industri 4.0 menjadi fenomena penting di berbagai bidang termasuk dalam bidang pendidikan.
Permasalahan yang dihadapi dalam era ini siswa tidak hanya dituntut menggunakan teknologi digital,
namun kualitas sumber daya manusia harus lebih ditingkatkan agar mampu beradaptasi dari
perubahan. Artikel ini merupakan kajian literatur yang bertujuan untuk mengungkapkan keterampilan
abad 21 dalam Pendidikan IPS menghadapi era revolusi industri 4.0. Pendidikan IPS sebagai
bekal dalam menghadapi perubahan zaman, pengajaran IPS bukan hanya konsep atau teori, tetapi
implementasi dari pendidikan IPS menjadi pedoman bagi siswa untuk dapat memecahkan persoalan sosial.
Pengajaran IPS harus bertransformasi menjadi pembelajaran yang menarik dan menyenangkan, kreatif,
menumbuhkan rasa ingin tahu yang tinggi, berpikir kritis, berpendapat, kolaborasi dalam tim, kepekaan
sosial, dan kemampuan pemecahan masalah. Peran pendidikan IPS tidak hanya sekedar membuat peserta
didik cerdas, namun juga menjadi warga negara yang baik, berjiwa sosial, berakhlak, dan berkarakter.
Oleh karena itu, dalam menghadapi tantang di era ini diperlukan kolaborasi semua pihak meliputi:
sekolah, keluarga, masyarakat, serta pemerintah dalam rangka meningkatkan kualitas pendidikan di era
revolusi industri 4.0.
Kata kunci: transformasi pendidikan; ilmu pengetahuan sosial; revolusi industry: keterampilan
abad 21.

PENDAHULUAN
Abad ke-21 ditandai sebagai abad keterbukaan atau abad globalisasi, artinya
kehidupan manusia pada abad ke-21 mengalami perubahan-perubahan yang fundamental
yang berbeda dengan tata kehidupan dalam abad sebelumnya. Dikatakan abad ke-21 adalah abad
yang meminta kualitas dalam segala usaha dan hasil kerja manusia. Dengan sendirinya
abad ke-21 meminta sumberdaya manusia yang berkualitas, yang dihasilkan oleh lembaga-
lembaga yang dikelola secara profesional sehingga membuahkan hasil unggulan. Tuntutan-
tuntutan yang serba baru tersebut meminta berbagai terobosan dalam berfikir, penyusunan konsep,
dan tindakan-tindakan. Dengan kata lain diperlukan suatu paradigma baru dalam menghadapi
tantangan-tantangan yang baru, demikian kata filsuf Khun. Menurut filsuf Khun apabila
tantangan-tantangan baru tersebut dihadapi dengan menggunakan paradigm lama, maka segala
usaha akan menemui kegagalan. Tantangan yang baru menuntut proses terobosan pemikiran
(breakthrough thinking process) apabila yang diinginkan adalah output yang bermutu yang dapat
bersaing dengan hasil karya dalam dunia yang serba terbuka (Tilaar, 1998: 245). Abad ke-21 juga
dikenal dengan masa pengetahuan (knowledge age), dalam era ini, semua alternative upaya
pemenuhan kebutuhan hidup dalam berbagai konteks lebih berbasis pengetahuan. Upaya
pemenuhan kebutuhan bidang pendidikan berbasis pengetahuan (knowledge based education),
pengembangan ekonomi berbasis pengetahuan (knowledge based economic), pengembangan dan
pemberdayaan masyarakat berbasis pengetahuan (knowledge based social empowering), dan
pengembangan dalam bidang industri pun berbasis pengetahuan (knowledge based industry).
(Mukhadis, 2013: 115)
Saat ini, pendidikan berada di masa pengetahuan (knowledge age) dengan
percepatan peningkatan pengetahuan yang luar biasa. Percepatan peningkatan pengetahuan ini
didukung oleh penerapan media dan teknologi digital yang disebut dengan information super
highway (Gates, 1996). Gaya kegiatan pembelajaran pada masa pengetahuan (knowledge
age) harus disesuaikan dengan kebutuhan pada masa pengetahuan (knowledge age). Bahan
pembelajaran harus memberikan desain yang lebih otentik untuk melalui tantangan di mana
peserta didik dapat berkolaborasi menciptakan solusi memecahkan masalah pelajaran. Pemecahan
masalah mengarah ke pertanyaan dan mencari jawaban oleh peserta didik yang kemudian dapat
dicari pemecahan permasalahan dalam konteks pembelajaran menggunakan sumber daya
informasi yang tersedia. (Trilling and Hood, 1999: 21).
Untuk menghadapi pembelajaran di abad 21, setiap orang harus memiliki
keterampilan berpikir kritis, pengetahuan dan kemampuan literasi digital, literasi informasi, literasi
media dan menguasai teknologi informasi dan komunikasi (Frydenberg & Andone, 2011). sejumlah
penelitian tentang pemanfaatan teknologi informasi yang mendukung pembelajaran abad 21 telah
dilakukan di berbagai Negara.

Metode
Metode Penilitian ini menggunakan metode yang bersifat kulitatif yaitu menggunakan kelas
literatur ilmiah (Litrature review) yang dikaji dari berbagai Artikel yang dipublikasikan pada jurnal
internasional maupun jurnal nasional baik trakreditasi SINTA, selain itu, juga berasal dari prosiding
dan buku yang berkaitan dengan topik atau materi artikel. Data hasil telaah literatur kemudian
dianalisis secara deskiftif untuk menganalisis implementasi artikel intelligence dalam bidang
pendididikan berdasarkan informasi dan hubungan saling keterkaitan antar literatur sehingga diperolah
informasi yang komperenhensif.

KETERAMPILAN ABAD 21
Tuntutan perubahan mindset manusia abad 21 yang telah disebutkan di atas
menuntut pula suatu perubahan yang sangat besar dalam pendidikan nasional, yang kita ketahui
pendidikan kita adalah warisan dari sistem pendidikan lama yang isinya menghafal fakta tanpa
makna. Merubah sistem pendidikan indonesia bukanlah pekerjaan yang mudah. Sistem pendidikan
Indonesia merupakan salah satu sistem pendidikan terbesar di dunia yang meliputi sekitar 30 juta
peserta didik, 200 ribu lembaga pendidikan, dan 4 juta tenaga pendidik, tersebar dalam area yang
hampir seluas benua Eropa.
Namun perubahan ini merupakan sebuah keharusan jika kita tidak ingin terlindas oleh
perubahan jaman global. P21 (Partnership for 21st Century Learning) mengembangkan
framework pembelajaran di abad 21 yang menuntut peserta didik untuk memiliki
keterampilan, pengetahuan dan kemampuan dibidang teknologi, media dan informasi,
keterampilan pembelajaran dan inovasi serta keterampilan hidup dan karir (P21, 2015). Framework
ini juga menjelaskan tentang keterampilan, pengetahuan dan keahlian yang harus dikuasai agar siswa
dapat sukses dalam kehidupan dan pekerjaannya.
Sejalan dengan hal itu, Kemdikbud merumuskan bahwa paradigma pembelajaran abad 21
menekankan pada kemampuan peserta didik dalam mencari tahu dari berbagai sumber,
merumuskan permasalahan, berpikir analitis dan kerjasama serta berkolaborasi dalam
menyelesaikan masalah (Litbang Kemdikbud, 2013). Adapun penjelasan mengenai framework
pembelajaran abad ke-21 menurut (BSNP: 2010) adalah sebagai berikut: (a) Kemampuan
berpikir kritis dan pemecahan masalah (Critical-Thinking and Problem-Solving Skills), mampu
berfikir secara kritis, lateral, dan sistemik, terutama dalam konteks pemecahan masalah; (b)
Kemampuan berkomunikasi dan bekerjasama (Communication and Collaboration Skills), mampu
berkomunikasi dan berkolaborasi secara efektif dengan
berbagai pihak; (c) Kemampuan berpikir kritis dan pemecahan masalah (Critical-Thinking and
Problem-Solving Skills), mampu berfikir secara kritis, lateral, dan sistemik, terutama dalam
konteks pemecahan masalah; (d) Kemampuan berkomunikasi dan bekerjasama (Communication
and Collaboration Skills), mampu berkomunikasi dan berkolaborasi secara efektif dengan
berbagai pihak; (e) Kemampuan mencipta dan membaharui (Creativity and Innovation
Skills), mampu mengembangkan kreativitas yang dimilikinya untuk menghasilkan berbagai
terobosan yang inovatif; (f) Literasi teknologi informasi dan komunikasi(Information and
Communications TechnologyLiteracy),mampu memanfaatkan teknologi informasi
dan komunikasi untuk meningkatkan kinerja dan aktivitas sehari-hari; (g) Kemampuan belajar
kontekstual (Contextual Learning Skills) , mampu menjalani aktivitas pembelajaran mandiri yang
kontekstual sebagai bagian dari pengembangan pribadi, dan (h) Kemampuan informasi dan
literasi media, mampu memahami dan menggunakan berbagai media komunikasi untuk
menyampaikan beragam gagasan dan melaksanakan aktivitas kolaborasi serta interaksi dengan
beragam pihak.
Keterampilan yang menjadi fokus kompetensi pembelajaran pada Abad 21 adalah
keterampilan dalam menguasai media informasi dan teknologi (TIK). Berkenaan dengan ini Trilling
and Fadel (2009: 65) menjelaskan bahwa keterampilan ini menghendaki siswa di masa yang akan
datang melek informasi, melek media, dan melek TIK. Kemampuan melek informasi mencakup
mengakses informasi lebih efektif dan efisien, kompeten dan mengkritisi informasi dan
kemampuan menggunakan informasi secara akurat dan kreatif. Keterampilan melek media
mencakup kemampuan menggunakan media sebagai sumber belajar dan menggunakan media
sebagai alat untuk berkomunikasi, berkarya dan berkreativitas. Keterampilan melek TIK
mencakup kemampuan menggunakan TIK secara efektif sebagai alat penelitian, alat komunikasi,
alat evaluasi serta memahami benar kode etik penggunaan TIK.

PEMBELAJARAN IPS
Pembelajaran IPS berdasarkan Kurkulum 2013 memiliki tujuan agar peserta didik belajar
bagaimana belajar dan belajar menjadi sesuatu yang menyenangkan. Keberhasilan dari
pembelajaran ditandai dengan pemahaman mendalam tentang konsep-konsep dan
mengimplementasikan dalam kehidupan sehari-hari. Peserta didik memiliki kompetensi akan
kegunaan belajar bagi kehidupan manusia, dan dampak dari penggunaan sains bagi kehidupan
manusia dan lingkungan. Model pembelajaran bertumpu pada landasan filosofis pendidikan
terutama konstruksionisme, guru membangun pengalaman yang dimiliki seluruh siswa dalam
pembelajaran. Model pembelajaran juga bertumpu pada teori belajar yang mengajak siswa berpikir
ilmiah. Teori belajar ini sesuai dengan karakteristik peserta didik yang selalu ingin tahu.
Dalam pembelajaran guru dituntut mengembangkan seluruh kecerdasan siswa secara
utuh dan terpadu. Model pembelajaran IPS yang dapat dikembangkan berpijak pada pembelajaran
kontektual dan pembelajaran kooperatif dalam bentuk pembelajaran Science Technology Society
atau Sains Teknologi Masyarakat (STM), bentuk pembelajaran yang bertumpu pada pemahaman
dan keterampilan tentang kegunaan dan akibat dari sains atau teknologi. Model pembelajaran
inkuiri, bentuk pembelajaran yang menekankan pada pemecahan masalah dengan berdasarkan
kaidah ilmiah. Model pembelajaran berbasis portofolio, siswa diajak belajar sambil
beraktivitas bersama-sama dalam memecahkan permasalahan. Beberapa model pembelajaran
di atas dalam aplikasinya perlu memperhatikan pokok bahasan, jenjang pendidikan, dan
lingkungan. Pemilihan yang tepat dan pelaksanaan yang terencana diharapkan dapat melahirkan
peserta didik cerdas yang memiliki kearifan lokal, siap bersaing dalam lingkup global, dan gemar
belajar.

KETERAMPILAN ABAD 21 DALAM PEMBELAJARAN IPS


Pada masa pengetahuan (knowledge age), pembelajaran didefinisikan sebagai proses
belajar yang dibangun oleh guru untuk mengembangkan kreativitas berfikir yang dapat
meningkatkan kemampuan siswa dalam mengkonstruksi pengetahuan baru sebagai upaya untuk
meningkatkan penguasaan yang baik terhadap materi pelajaran. Pembelajaran dapat diartikan
sebagai upaya guru untuk memberikan stimulus, bimbingan, pengarahan dan dorongan kepada
siswa agar terjadi proses belajar. Pembelajaran dalam definisi ini bukanlah sebuah proses
pembelajaran pengetahuan, melainkan proses pembentukan pengetahuan oleh siswa melalui
kinerja kognitifnya. Pembelajaran mengandung dua karateristik utama yaitu: (1) proses
pembelajaran melibatkan proses mental siswa secara maksimal yang menghendaki aktivitas siswa
untuk berfikir dan (2) pembelajaran diarahkan untuk memperbaiki dan meningkatkan
kemampuanberfikirsiswayangpada gilirannya
kegiatan berfikir itu dapat membantu siswa untuk memperoleh pengetahuan yang mereka
konstruksi sendiri. Pembelajaran bukan hanya dilakukan sebagai transfer pengetahuan
melainkan kegiatan yang harus dilakukan siswa secara aktif beraktivitas dalam upaya
membangun pengetahuannya sendiri berdasarkan potensi yang dimilikinya (Abidin, 2014: 1).
Pada masa pengetahuan (knowledge age) seolah-olah semuanya tergantung pada teknologi
informasi dan komputasi, namun ada beberapa hal pada pembelajaran yang dapat dilaksanakan tanpa
menggunakan teknologi tersebut. Meskipun teknologi informasi dan komunikasi adalah katalis
penting untuk memindahkan pembelajaran dari masa industri (industrial age) ke masa
pengetahuan (knowledge age) namun hal tersebut merupakan alat bukan penentu hasil dalam
proses pembelajaran.
Tuntutan abad ke-21 dalam dunia pendidikan memerlukan adanya pergeseran tujuan
pendidikan. Yaitu, mempersiapkan peserta didik menghadapi dunia yang relatif sederhana, statis,
dan dapat diramalkan ke arah mempersiapkan peserta didik untuk hidup di dunia yang tidak mudah
untuk diramal dan memerlukan kekuatan pikiran serta kreativitas yang tinggi. Untuk menjawab
tantangan dan harapan tersebut hanya dapat diwujudkan melalui suatu pendidikan yang
memfasilitasi peserta didik untuk dapat mengembangkan potensi yang dimilikinya.
Kegiatan pembelajaran di sekolah harus merujuk pada 4 karakter belajar abad 21 yang biasanya
dirumuskan dalam 4C yakni:
1. Communication. Artinya, pembelajaran yang dilaksanakan oleh guru dan peserta didik
harus terjadi komunikasi multi arah. Di mana terjadi komunikasi timbal balik antara
guru dengan peserta didik, peserta didik dengan guru, maupun antar sesama peserta
didik. Peserta didik hendaknya diberi kesempatan untuk mengemukakan
pendapatnya dalam proses belajar mengajar, sehingga peserta didik dapat
mengkonstruk pengetahuannya sendiri melalui komunikasi dan pengalaman yang dia
alami sendiri. Hal ini sejalan dengan filsafat pembelajaran modern yang dikenal dengan
filsafat Kontrukstivisme.
2. Collaboration. Artinya, pada proses pembelajaran guru hendaknya menciptakan situasi
dimana peserta didik dapat belajar bersama-sama atau berkelompok (team work),
sehingga akan tercipta suasana demokratis dimana peserta didik dapat belajar
menghargai perbedaan pendapat, menyadari kesalahan yang ia buat, serta dapat memupuk
rasa tanggung jawab dalam mengerjakan tangung jawab yang diberikan. Selain itu,
dalam situasi ini peserta didik akan belajar tentang kerjasama tim, kepemimpinan, ketaatan
pada otoritas, dan fleksibilitas dalam lingkungan kerja. Hal ini akan mempersiapkan
peserta didik dalam menghadapi dunia kerja dimasa yang akan datang.
3. Critical Thinking and Problem Solving. Artinya, proses pembelajaran hendaknya membuat
peserta didik dapat berpikir kritis dengan menghubungkan pembelajaran dengan masalah-
masalah kontekstual yang ada dalam kehidupan sehari-hari. Kedekatan dengan
situasi yang real yang dialami oleh peserta didik ini akan membuat peserta didik
menyadari pentingnya pembelajaran tersebut sehingga peserta didik akan
menggunakan kemampuan yang diperolehnya untuk menyelesaikan permasalahan-
permasalahan yang dihadapinya.
4. Creativity and Innovation. Artinya, pembelajaran harus menciptakan kondisi di mana
peserta didik dapat berkreasi dan berinovasi, bukannya didikte dan diintimidasi
oleh guru. Guru hendaknya selalu menjadi fasilitator dalam menampung hasil
kreativitas dan inovasi yang dikembangkan oleh peserta didik.
Tantangan pada era revolusi industri 4.0 sangat besar bagi kehidupan. Pendidikan sebagai agent of
change menghasilkan sumber daya manusia yang berkualitas yang dapat beradaptasi dengan
tuntutan zaman. Dalam menjawab tantangan zaman tersebut pendidikan IPS diharapkan dapat
melakukan transformasi agar berguna bagi kehidupan siswa dalam tataran pergaulan lokal,
nasional, maupun global. Berdasarkan hasil kajian diatas terdapat transformasi yang dapat
dilakukan: yaitu (1) perubahan dalam pengajaran IPS dari konvensional ke arah pengajaran
berbasis teknologi, penerapan berbagai media dan metode pembelajaran yang sesuai dengan
kemajuan zaman. Namun seberapa canggih teknologi dalam pendidikan,tak akan mampu
menggantikan peran guru terutama dalam pengajaran akan nilai. (2) pengembangan keterampilan
yang dimiliki siswa dalam menghadapi era revolusi diantaranya: kreativitas, inovasi, berpikir kritis,
memecahkan permasalahan sosial,
kemampuan berkomunikasi, berkolaborasi dengan sesama. (3) penguatan dalam pendidikan nilai
yang dapat diimplementasikan dalam kehidupan sehari-hari, siswa dapat menjadi warga negara
yang baik, berjiwa sosial, berakhlak, dan berkarakter. (4) peningkatan profesionalitas guru.
Guru dalam era digital yang dapat menguasai berbagai peran meliputi: guru sebagai mediator,
inovator, fasilitator, evaluator, motivator, dan sebagainya. (5) pengembangan kurikulum IPS
harus disesuaikan dengan kebutuhanzaman, menyeimbangkan antara hard skill dan soft skill dalam
pembelajaran, dan pembelajaran IPS dengan pendekatan scientific. Berbagai perubahan tersebut tidak
akan terlaksana jika tidak adanya kerjasama dari berbagai pihak meliputi: pihak sekolah, keluarga,
masyarakat, serta pemerintah dalam rangka meningkatkan kualitas pendidikan di era revolusi industri
4.0. Menghadapi perkembangan zaman dalam pembelajaran abad 21 yang menuntut siswa
memiliki keterampilan Learning and Inovation, Digital Literacy, Carrer and Life Skill, mata
pelajaran IPS mampu memberikan sumbangsih yang nyata dalam
menumbuhkembangkan kompetensi keterampilan abad 21 yang dimiliki oleh siswa. Kondisi
ini tercermin dalam pembelajaran IPS yang dilakukan dengan mengembangkan
aspek keterampilan abad 21 menggunakan prosedur penilaian aspek keterampilan yang telah
diatur dalam Kurikulum 2013. Optimalisasi kemampuan keterampilan abad 21 yang dimiliki oleh
siswa dapat dilakukan dengan cara mengembangkan model dan media pembelajaran yang
secara spesifik dapat mengukur aspek keterampilan abad 21.

SIMPULAN
Dalam proses belajar mengajar IPS guru harus melakukan komunikasi dengan baik terhadap
siswa secara terus menerus dalam berbagai keadaan. Dalam proses pembelajaran guru harus
membiasakan siswanya untuk saling berkomunikasi baik tentang pelajaran maupun hal lain,
baik dengan guru maupun dengan siswa. Bahasa yang digunakan siswa dalam berkomunikasi akan
memberikan dampak pada siswa itu sendiri. Penggunaan kata yang tidak baik dalam komunikasi
membawa dampak negatif. Dalam menggali informasi dan membangun makna, siswa perlu
didorong untuk bisa berkolaborasi dengan teman-teman di kelasnya. Dalam mengerjakan suatu
produk, siswa perlu dibelajarkan bagaimana menghargai kekuatan dan kemampuan setiap orang
serta bagaimana mengambil peran dan menyesuaikan diri secara tepat dengan mereka. Seseorang
tidak dapat belajar dengan baik tanpa berpikir dengan baik. Pemikiran kritis berhubungan pada
kesuksesan karir, tapi juga untuk kesuksesan di pendidikan tinggi. kreativitas anak dapat berkembang
dengan baik bila didukung oleh beberapa faktor seperti berikut: memberikan rangsangan mental
yang baik, menciptakan lingkungan kondusif, peran serta guru dalam mengembangkan
kreativitas, peran serta orangtua Orangtua yang dimaksud disini adalah orangtua yang
memberikan kebebasan anak untuk melakukan aktivitas yang dapat mengembangkan kreativitas.
Tantangan pada era revolusi industri 4.0 sangat besar bagi kehidupan. Pendidikan sebagai
agent of change menghasilkan sumber daya manusia yang berkualitas yang dapat beradaptasi
dengan tuntutan zaman. Dalam menjawab tantangan zaman tersebut pendidikan IPS diharapkan dapat
melakukan transformasi agar berguna bagi kehidupan siswa dalam tataran pergaulan lokal,
nasional, maupun global. Berdasarkan hasil kajian diatas terdapat transformasi yang dapat
dilakukan: yaitu (1) perubahan dalam pengajaran IPS dari konvensional ke arah pengajaran
berbasis teknologi, penerapan berbagai media dan metode pembelajaran yang sesuai dengan
kemajuan zaman. Namun seberapa canggih teknologi dalam pendidikan,tak akan mampu
menggantikan peran guru terutama dalam pengajaran akan nilai. (2) pengembangan keterampilan
yang dimiliki siswa dalam menghadapi era revolusi diantaranya: kreativitas, inovasi, berpikir kritis,
memecahkan permasalahan sosial, kemampuan berkomunikasi, berkolaborasi dengan sesama. (3)
penguatan dalam pendidikan nilai yang dapat diimplementasikan dalam kehidupan sehari-hari,
siswa dapat menjadi warga negara yang baik, berjiwa sosial, berakhlak, dan berkarakter. (4)
peningkatan profesionalitas guru. Guru dalam era digital yang dapat menguasai berbagai peran
meliputi: guru sebagai mediator, inovator, fasilitator, evaluator, motivator, dan sebagainya. (5)
pengembangan kurikulum IPS harus disesuaikan dengan kebutuhan zaman,
menyeimbangkan antara hard skill dan soft skill dalam pembelajaran, dan pembelajaran IPS dengan
pendekatan scientific. Berbagai perubahan tersebut tidak akan terlaksana jika tidak adanya kerjasama
dari berbagai pihak meliputi: pihak sekolah, keluarga, masyarakat, serta pemerintah dalam rangka
meningkatkan kualitas pendidikan di era revolusi industri 4.0.

REFERENSI
Abbas, Ersis Warmansyah. (2013). Mewacanakan Pendidikan IPS. Bandung: Wahana Jaya Abadi.
Abidin. (2014). Desain Sistem Pembelajaran dalam Konteks Kurikulum 2013. Bandung: Refika
Aditama.
Anis, M. Z. A. (2015). Sejarah Bukan Warisan Melainkan Pembelajaran. Seminar
Nasional Pendidikan Sejarah untuk Menyiapkan Generasi Emas Indonesia 2050.
Anis, M. Z. A. (2015). Pendidikan Humaniora dalam Masyarakat Banjar di Kalimantan
Selatan. In: Prosiding Pendidikan IPS Berbasis Kearifan Lokal.
Anis, M. Z. A. (2014). Sejarah, Pendidikan Sejarah, dan Pendidikan Karakter Dialog yang Tidak
Pernah Dituntaskan. In: Building Nation Character Through Education: Proceeding
International Seminar on Character Education.
Anis. M. Z. A. (2013). Obyek Sejarah, Jatidiri Bangsa dan Ketahanan Nasional. Pendidikan Sejarah,
Patriotisme & Karakter Bangsa Malaysia-Indonesi.
Program Suti Pendidikan IPS dan Program Studi Pendidikan Sejarah FKIP Universitas
Lambung Mangkurat Banjarmasin.
BNSP. (2010). Panduan Pengembangan Indikator. Jakarta: Kemendiknas
Frydenberg, M., & Andone, D. (2011). Learning for 21 st Century Skills, 314–318.
Gates. (1996). Transformasi pendidikan abad 21 sebagai tuntutan pengembangan sumber
daya manusia di era global.
Litbang Kemdikbud. (2013). Kurikulum 2013: Pergeseran Paradigma Belajar Abad-21.
Diakses dari http://litbang.kemdikbud.go.id tanggal 6 Juni 2021.
Mukhadis, Amat. (2013). Sosok Manusia Indonesia Unggul dan Berkarakter dalam Bidang
Teknologi Sebagai Tuntutan Hidup di Era Globalisasi. Diakses pada situs
http://journal.uny.ac.id tanggal 6 Juni 2021.
P21 Partnership for 21st Century Learning. (2014). What We Know About. Communication
– Part of the 4Cs Research Series. US.
Putro, H. P. N., Anis, M. Z. A., Syarifuddin, S., dan Arisanty, D. (2019). “Kemampuan
Adaptasi Masyarakat Transmigran Jawa di Lahan Gambut Desa Jejangkit Timur
Kecamatan Jejangkit Kabupaten Barito Kuala”. Enviro Scienteae, Volume 15, Nomor 3.
Putro, Herry P. N. (2020). “Revitalisasi Nilai-Nilai Transportasi Tradisional Dalam
Pembelajaran Ips Di Kalimantan Selatan.” OSF Preprints. December 25.
doi:10.31219/osf.io/jwqsy.
Tilaar. (1998). Paradigma Baru Pendidikan Nasional. Jakarta: Rineka Cipta.
Trilling, Bernie and Fadel, Charles. (2009). 21st Century Skills: Learning for Life in Our
Times,
John Wiley & Sons, 978-0-47-055362-6.
Trilling, Bernie and Hood, Paul. (1999). Learning, Technology, and Education Reform In The
Knowledge Age. Diakses pada situs https://www.wested.org tanggal 6 Juni 2021.

Anda mungkin juga menyukai