Anda di halaman 1dari 11

Journal on Education

Volume 06, No. 01, September-Desember 2023, pp. 2836-2846


E-ISSN: 2654-5497, P-ISSN: 2655-1365
Website: http://jonedu.org/index.php/joe

Peranan Teknologi dalam Pembelajaran untuk Membentuk Karakter dan


Skill Peserta Didik Abad 21

Andromeda Valentino Sinaga


Program Studi Teknologi Pendidikan, Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri Makassar, Jl. Tamalate I
Tidung, Makassar, Indonesia
andromedavalentinosinaga@unm.ac.id

Abstract
The role of technological developments in learning has such a big impact. The existence of technology provides
opportunities to broaden and enrich students' learning experiences. Technological developments have positive
and negative impacts and provide challenges, especially in education. 21st-century learning requires students to
have the characters and skills that are relevant to the digital era so that students will be ready to enter the industrial
world. For this reason, in 21st-century learning, it is necessary to familiarize 21st-century skills, namely 4C,
which includes Communication, Collaboration, Critical Thinking and Problem Solving, and Creative and
Innovative. Achieving 21st-century skills can be done by improving the quality of learning, and the role of
educators in implementing 21st-century learning is very important to create a better future for students. In
addition, teachers must also have the latest skills and innovations in dealing with 21st-century learning.
Keywords: Technology In Learning, Character Education, 21st-Century Skills

Abstrak
Peranan perkembangan teknologi dalam pembelajaran memberikan dampak yang begitu besar. Adanya teknologi
memberikan peluang untuk memperluas dan memperkaya pengalaman belajar peserta didik. Perkembangan
teknologi memberikan dampak positif dan negatif, juga memberikan tantangan tersendiri, terutama dalam bidang
pendidikan. Pembelajaran abad 21 menuntut peserta didik memiliki karakter dan keterampilan yang relevan
dengan era digital sehingga peserta didik akan siap untuk terjun ke dunia industri. Untuk itu, dalam pembelajaran
abad 21 perlu membiasakan keterampilan abad 21 yaitu 4C yang meliputi Communication, Collaboration,
Critical Thinking and Problem Solving, dan Creative and Innovative. Pencapaian keterampilan abad ke 21 bisa
dilakukan dengan meningkatkan kualitas pembelajaran, dan peran pendidik dalam melaksanakan pembelajaran
abad 21 sangat penting untuk mewujudkan masa depan peserta didik yang lebih baik. Selain itu guru pun harus
memiliki keterampilan dan inovasi terbaru dalam menghadapi pembelajaran abad ke 21.
Kata Kunci: Teknologi Dalam Pembelajaran, Pendidikan Karakter, Skill Abad 21

Copyright (c) 2023 Andromeda Valentino Sinaga


🖂 Corresponding author: Andromeda Valentino Sinaga
Email Address: andromedavalentinosinaga@unm.ac.id (Jl. Tamalate I Tidung, Makassar, Indonesia)
Received 2 June 2023, Accepted 8 June 2023, Published 10 June 2023

PENDAHULUAN
Pada abad ke-21 perkembangan teknologi terjadi dengan luar biasa pesat. Teknologi telah
mengubah hampir setiap aspek kehidupan kita. Adanya perkembangan teknologi telah mengubah cara
hidup, bekerja, berkomunikasi, dan berinteraksi dengan dunia di sekitar kita. Contohnya di bidang
teknologi informasi maupun teknologi digital khususnya, kita sudah tidak asing lagi dengan adanya
jejaring sosial atau sosial media. Selain itu juga abad ke-21 dikenal dengan masa industri (industrial
age) dan juga masa pengetahuan (knowledge age) dalam hal ini semua upaya pemahiran keterampilan
melalui pembiasaan diri dan juga pemenuhan kebutuhan hidup dalam berbagai hal didasari dengan
pengetahuan (Mardhiyah et al., 2021).
2837 Journal on Education, Volume 06, No. 01, September-Desember 2023, hal. 2836-2846

Perkembangan teknologi secara tidak langsung juga mengubah cara pandang tentang
pendidikan abad 21 saat ini, dimana pada pendidikan bad 21 saat ini tidak hanya sekadar konsep cara
mengajar, tetapi juga perubahan cara pandang terhadap konsep pendidikan itu sendiri (Surani, 2019).
Berbagai macam kemajuan teknologi sudah mulai diterapkan dalam dunia pendidikan. Informasi dari
berbagai sudut dunia mampu diakses dengan cepat dan komunikasi dapat dilakukan dengan mudah
(Yulianisa et al., 2018).
Pada abad ke-21 tidak hanya mengandalkan pengetahuan tetapi keterampilan pun ikut berperan
dalam pembelajaran abad ke-21. Keterampilan merupakan komponen penting yang dibutuhkan dalam
berbagai bidang di kehidupan. Dengan demikian tuntutan dunia masa depan dimana peserta didik
diharuskan memiliki kecakapan berpikir dan belajar. Kecakapan-kecakapan yang harus dimiliki pada
pembelajaran abad 21 sering disebut sebagai kecapakan atau keterampilan 4C yaitu kecakapan berpikir
kritis dan memecahkan masalah (Critical Thinking and Problem Solving), kolaborasi (Collaboration),
kecakapan berkomunikasi (Communication), serta daya cipta dan inovasi (Creativity and Innovation)
(Mu’minah, 2021).
Pada sistem pembelajaran abad 21 terjadi peralihan pembelajaran dimana kurikulum yang
dikembangkan saat ini menuntut sekolah untuk merubah pendekatan pembelajaran yang berpusat pada
pendidik menjadi pendekatan pembelajaran yang berpusat pada peserta didik. Seorang pendidik
memiliki peranan yang sangat krusial dalam menentukan masa depan suatu bangsa. Seorang pendidik
dituntut untuk membiasakan peserta didik dapat terus berinovasi dan semakin kreatif dalam kehidupan
nyata. Ada banyak cara yang dapat dilakukan untuk mempersiapkan peserta didik yang kreatif, inovatif
dan berintegritas salah satunya yaitu dengan menghadirkan pembelajaran yang menyenangkan melalui
pemanfaatan perkembangan teknologi (Pinatih, 2020).
Peningkatan kualitas pembelajaran merupakan hal yang harus segera dilakukan mengingat
adanya berbagai tanntangan yang dihadapi oleh peserta didik di abad 21 ini. Untuk mempersiapkan
peserta didik yang memiliki keterampilan abad 21, pembelajaran harus dilakukan guru dengan
berorientasi pada pembelajaran yang memiliki karakteristik atau prinsip-prinsip diantaranya: 1).
Pendekatan pembelajaran berpusat pada peserta didik; 2) peserta didik dibelajarkan untuk mampu
berkolaborasi; 3) materi pembelajaran dikaitkan dengan permasalahan yang dihadapi dalam kehidupan
sehari-hari, pembelajaran harus memungkinkan peserta didik terhubung dengan kehidupan sehari-hari
mereka dan 4) dalam upaya menyiapkan peserta didik menjadi warga negara yang bertanggung jawab,
sekolah sudah seharusnya dapat memfasilitasi siswa untuk terlibat dalam lingkungan sosialnya (Devi,
2018). Yulianisa et al., (2018) mengemukakan ciri-ciri pembelajaran abad ke 21 yaitu berpusat pada
siswa, pengajaran interaktif, keterampilan, proses, keterampilan terapan, pertanyaan dan masalah,
praktek, berbasis proyek, sesuai kebutuhan, kolaboratif, personalized, berfokus pada komunitas global,
berbasis web, evaluasi formatif, dan belajar untuk kehidupan.
Pada penelitian literature review ini, penulis memfokuskan pada analisis konsep peranan
teknologi dalam pembelajaran untuk membentuk karakter dan skill abad 21. Analisa ini penting agar
Peranan Teknologi dalam Pembelajaran untuk Membentuk Karakter dan Skill Peserta Didik Abad 21, Andromeda
Valentino Sinaga 2838

tumbuhnya kesadaran SDM baik dari guru, teknolog, orangtua, institusi, sekolah maupun pemerintah
untuk memperhatikan mengenai kualifikasi dan kompetensi pendidik yang berkualitas, pengembangan
perangkat pembelajaran yang inovatif sesuai perkembangan teknologi, kurikulum yang sesuai dengan
kebutuhan dunia kerja (DUDI), serta fasilitasi teknologi yang menunjang proses pengajaran dan
pembelajaran.

METODE
Penelitian ini merupakan penelitian dengan menggunakan metode studi literatur. Studi literatur
ialah cara mengkaji suatu data yang dilakukan menggunakan cara peneliti tak berhadapan langsung
menggunakan data serta nomor berasal lapangan langsung melainkan data yang digunakannya artinya
data yang telah terdapat serta telah siap gunakan. Dari Cooper & Taylor pada (Farisi, 2012) penelitian
kepustakaan atau kajian literatur (literature research, literature review) artinya penelitian yang
mempelajari atau meninjau secara kritis pengetahuan, ide gagasan, atau temuan yang ada di dalam tubuh
literatur berorientasi akademik (academic oriented literature), serta merumuskan kontribusi teoritis
serta metodologis buat topik eksklusif”. Penelitian studi pustaka berfungsi sebagai tuntunan dalam
mengkaji suatu masalah penelitian (review of research) (Mulyadi, 2012).
Strategi Pencarian Literatur
Peneliti menelusuri artikel publikasi pada google scholar. Dengan menggunakan kata kunci
yang dipilih seperti perkembangan teknologi di abad 21, pendidikan karakter, skill abad 21,
pembelajaran abad 21. Artikel atau jurnal yang sesuai menggunakan kriteria kemudian diambil dan
dianalisis. Literature review ini menggunakan literatur dengan terbitan jurnal 10 tahun terakhir yang
bisa diakses full text pada format pdf serta scholarly (peer reviewed journals). Kriteria jurnal yang
direview merupakan artikel jurnal penelitian berbahasa Indonesia dan Inggris.

HASIL DAN DISKUSI


Peranan Teknologi pada Pembelajaran Abad 21
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) teknologi adalah metode ilmiah untuk
mencapai tujuan praktis; ilmu pengetahuan terapan; 2 keseluruhan sarana untuk menyediakan barang-
barang yang diperlukan bagi kelangsungan dan kenyamanan hidup manusia. Sedangkan pengertian
teknologi menurut pasal 1 ayat 2 Undang-undang Nomor 18 Tahun 2002 tentang Sistem Nasional
Penelitian, Pegembangan dan Penerapan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi adalah cara atau metode serta
peoses atau produk yang dihasilkan dari pemanfaatan berbagai disiplin ilmu pengetahuan yang
menghasilkan nilai bagi pemenuhan kebutuhan, kelangsungan dan peningkatan mutu kehidupan
manusia.
Perkembangan teknologi di abad ke-21 telah didorong oleh adanya beberapa faktor kunci.
Pertama, kemajuan dalam komputasi dan teknologi informasi telah menjadi pendorong utama dalam
transformasi digital yang melanda dunia saat ini. Perkembangan komputer, internet, dan perangkat
2839 Journal on Education, Volume 06, No. 01, September-Desember 2023, hal. 2836-2846

mobile telah membuka pintu menuju konektivitas global yang belum pernah terjadi sebelumnya. Kita
sekarang dapat terhubung dengan orang-orang di seluruh dunia, mengakses informasi secara instan, dan
berbagi pemikiran dan ide-ide dengan cara yang belum pernah kita bayangkan sebelumnya. Kedua,
perkembangan teknologi di bidang kecerdasan buatan (artificial intelligence) telah mengubah cara kita
berinteraksi dengan mesin dan sistem otomatis. AI telah memberikan kemampuan kepada mesin untuk
belajar, beradaptasi, dan membuat keputusan secara otonom.

Gambar 1. Perkembangan Era Industri


(sumber: https://otomasi.sv.ugm.ac.id/2018/10/09/sejarah-revolusi-industri-1-0-hingga-4-0/)

Dunia hari ini menghadapi fenomena disrupsi seperti lahirnya digitalisasi sistem pendidikan
melalui inovasi aplikasi teknologi seperti Massive Open Online Course (MOOC) dan Artificial
Intelligence. MOOC adalah inovasi pembelajaran daring yang dirancang terbuka, saling berbagi,
terhubung atau berjejaring satu sama lain. Prinsip ini menandai dimulainya demokratisasi pengetahuan
yang menciptakan peluang bagi setiap orang untuk memanfaatkan teknologi secara produktif.
Sementara Artificial Intelligence adalah mesin kecerdasan buatan yang dirancang untuk melakukan
pekerjaan spesifik untuk membantu tugas-tugas keseharian manusia. Di bidang pendidikan artificial
intelligence membantu pembelajaran secara infividual, yang mampu melakukanpencarian informasi
dan menyajikannya dengan cepat, akurat, dan interaktif. Inilah yang menandai revolusi industri 4.0
khususnya di bidang pendidikan (Sonia, 2019).
Perkembangan teknologi di abad ke-21 juga telah membawa dampak sosial dan budaya yang
signifikan. Kita hidup dalam era digital di mana media sosial, konten digital, dan platform komunikasi
telah mengubah cara kita berinteraksi dan membentuk identitas kita. Menurut Effendi & Wahidy (2019)
teknologi mempunyai peran yang sangat penting dalam bidang pendidikan antara lain:

1. Munculnya media massa, khususnya media elektronik sebagai sumber ilmu dan pusat pendidikan.
Dampak dari hal ini adalah pendidik bukannya satusatunya sumber ilmu pengetahuan.
2. Munculnya metode-metode pembelajaran baru, yang memudahkan peserta didik dan guru dalam
proses pembelajaran.
Peranan Teknologi dalam Pembelajaran untuk Membentuk Karakter dan Skill Peserta Didik Abad 21, Andromeda
Valentino Sinaga 2840

3. Sistem pembelajaran tidak harus melalui tatap muka. Dengan kemajuan teknologi proses
pembelajaran tidak harus mempertemukan siswa dengan guru, tetapi bisa juga menggunakan
internet dan lain-lain
Pendidikan sejatinya mampu dimaknai sebagai sebuah proses sosial yang terus bergerak secara
dinamis mengikuti perkembangan zaman. Proses pembelajaran tidak harus belajar di dalam kelas. Guru
dapat memanfaatkan teknologi internet dan berbagai aplikasi teknologi yang dapat membantu guru
dalam proses pembelajaran. Pembelajaran tidak terlepas dari bagaimana proses belajar yang hakikatnya
merupakan kegiatan mental yang tidak tampak. Artinya, proses perubahan yang terjadi dalam diri
seseorang yang sedang belajar tidak dapat disaksikan dengan jelas, tetapi dapat dilihat dari gejala-gejala
perubahan perilaku (Ismail et al., 2019). Keadaan kehidupan pada abad 21 ini sangat penuh tantangan
dan persaingan. Hal ini sangat berdampak antara lain pada tingkat depresi yang tinggi disamping
tersedianya peluang bagi yang memiliki kompetensi hidup, serta memiliki multiliterasi yang
menguatkan kapasitas fisik, mental, serta intelektual peserta didik (Ketut et al., 2021).
Salah satu model pembelajaran yang dapat diaplikasikan dalam perkembangan teknologi adalah
blended learning. Blended learning adalah sebuah kemudahan pembelajaran yang menggabungkan
berbagai cara penyampaian, model pengajaran, dan gaya pembelajaran, memperkenalkan berbagai
pilihan media dialog antara fasilitator dengan orang yang mendapat pengajaran. Blended learning juga
sebagai sebuah kombinasi pengajaran langsung (face-to-face) dan pengajaran daring tapi lebih daripada
itu sebagai elemen dari interaksi sosial (Effendi & Wahidy, 2019).
Karakteristik dari Blended learning yaitu: 1) Pembelajaran yang menggabungkan berbagai cara
penyampaian, model pendidikan, gaya pembelajaran, serta berbagai media berbasis teknologi yang
beragam; 2) Sebagai sebuah kombinasi pendidikan langsung (face to face), belajar mandiri, dan belajar
mandiri via online; 3) Pembelajaran yang didukung oleh kombinasi efektif dari cara penyampaian, cara
mengajar dan gaya pembelajaran; dan 4) Pendidik dan orangtua peserta didik memiliki peran yang sama
penting, pendidik sebagai fasilitator, dan orangtua sebagai pendukung.
Walaupun model Blended learning sangat membantu dalam proses pembelajaran,
bukan berarti model tersebut tidak ada kelemahannya. Kekurangan dari model Blended learning
menurut Effendi & Wahidy (2019) adalah sebagai berikut.
1. Media yang dibutuhkan sangat beragam, sehingga sulit diterapkan apabila sarana dan prasarana
tidak mendukung.
2. Kurangnya pengetahuan masyarakat terhadap penggunaan teknologi
3. Tidak meratanya fasilitas yang dimiliki pelajar, seperti komputer dan akses internet
Karakter dan Skill pada Pembelajaran Abad 21
Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses
pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan
psiritual keagamaan, pengendalian diri, masyarakat, bangsa dan negara (UU No.20, 2003). Dunia
pendidikan memiliki peranan yang sangat penting untuk melahirkan para generasi penerus bangsa yang
2841 Journal on Education, Volume 06, No. 01, September-Desember 2023, hal. 2836-2846

berkualitas, memiliki kemampuan yang handal dalam menghadapi tantangan serta mampu melakukan
inovasi ke arah yang lebih baik (Pinatih, 2020). Menurut Dictionary of Education, pendidikan adalah
proses ketika seseorang mengembangkan kemampuan, skiap dan bentuk-bentuk tingkah laku lainnya
dalam masyarakat tempat ia hidup, proses sosial ketika orang dihadapkan pada pengaruh lingkungan
yang terpilih dan terkontrol (khususnya yang datang dari sekolah) sehingga dia dapat memeperoleh atau
mengalami perkembangan kemampuan sosial dan kemampuan individu yang optimum.
Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional No 20 Tahun 2003 Pasal 3 menyebutkan bahwa
“tujuan pendidikan nasional adalah berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang
beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat berilmu, cakap, kreatif,
mandiri, dan menjadi warganegara yang demokratis serta bertanggungjawab”. Hal ini berarti bahwa
pendidikan nasional di Indonesia diarahkan pada membentuk insan yang memiliki kecakapan yang
diperlukan dalam mempertahankan budaya dan jati diri bangsa di tengah-tengah gencarnya gempuran
beragam budaya dan peradaban bangsa lain di era globalisasi. Dalam Peraturan Menteri Pendidikan dan
Kebudayaan Nomor 16 Tahun 2014 Tentang Pemberlakuan Kurikulum Tahun 2006 dan Kurikulum
2013, maka terjadi perubahan dalam system pengajaran dan pembelajaran di Sekolah. Kurikulum yang
dikembangkan berdasarkan prinsip bahwa peserta didik memiliki posisi sentral untuk mengembangkan
kompetensinya supaya menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,
berakhlak mulia, sehat dan berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis
serta bertanggung jawab.
Pendidikan tidak hanya bertujuan untuk meningkatkan kompetensi peserta didik pada
konsep-konsep bidang ilmu (aspek pengetahuan), namun juga untuk menghasilkan generasi muda yang
memiliki kemampuan menjadi agent of change, berkarakter, dan berbudaya dalam menghadapi
tantangan masa depan. Pendidikan karakter dan budaya telah menjadi isu penting dalam kurikulum di
berbagai level, khususnya mengembangkan kompetensi peserta didik untuk mengatasi permasalahan
dalam kehidupan sehari-hari dan melaksanakan peranannya di masa yang akan datang (Rahmawati,
2018). Tantangan dunia pendidikan di adab 21 ini adalah seorang pendidik atau guru harus mampu
mengubah mindset peserta didik dari memanfaatkan menjadi menciptakan. Pendidikan harus dapat
menghasilkan lulusan yang memiliki kemampuan memadai agar mampu beradaptasi dengan tuntutan
perubahan zaman serta mampu bersaing dengan tenaga kerja asing. Segala hal tersebut dilakukan agar
pendidikan dapat memiliki keterkaitan dan kesepadanan (link and match) dengan kebutuhan masyarakat
sehingga lulusan yang dihasilkan dapat langsung terserap oleh dunia kerja (Sonia, 2019).
Setidaknya terdapat lima kualifikasi dan kompetensi pendidik yang dibutuhkan di era 4.0 yaitu
1) Educational competence (kompetensi mendidik/pembelajaran berbasis internet of thing sebagai basic
skill), 2) Competence for technological commercialization (memiliki kompetensi membawa siswa
memiliki sikap entrepreneurship (kewirausahaan) dengan teknologi atas hasil karya inovasi siswa), 3)
Competence in globalization (dunia tanpa sekat, tidak gagap terhadap berbagai budaya, kompetensi
hybrid, global competence, dan keunggulan memecahkan problem nasional), 4) Competence in future
Peranan Teknologi dalam Pembelajaran untuk Membentuk Karakter dan Skill Peserta Didik Abad 21, Andromeda
Valentino Sinaga 2842

strategies (mempunyai kompetensi memprediksi dengan tepat apa yang akan terjadi di masa depan dan
strateginya, dengan cara joint lecture, joint-research, joint-resources, staff mobility dan rotasi, paham
arah SDG’s, dan lain sebagainya), 5) Conselor competence (mengingat ke depan masalah anak bukan
pada kesulitan memahami materi ajar, tapi lebih terkait masalah psikologis, stres akibat tekanan keadaan
yang makin komplek dan berat) (Surani, 2019).
BNSP (2010) merumuskan paradigma pendidikan nasional abad 21yang meliputi: (1)
pendidikan yang berorientasi pada ilmu pengetahuan dengan keseimbangan yang wajar; (2) pendidikan
harus dibarengi dengan penanaman sikap-sikap luhur; (3) pendidikan setiap jenjang harus memenuhi
frontliner ilmu; (4) perlu ditanamkan jiwa kemandirian; (5) perlu konvergensi ilmu; (6) perlu
memperhatikan aspek kebhinekaan; (7) pendidikan untuk semua; (8) perlu monitoring dan evaluasi
pendidikan. Lebih lanjut BNSP (2010) menyatakan bahwa untuk mencapai pendidikan abad 21
diperlukan perubahan pada model pendidikan di masa datang, yakni: proses pembelajaran: dari berpusat
pada guru menuju berpusat pada peserta didik, dari isolasi menuju lingkungan jejaring, dari pasif
menuju aktifmenyelidiki, dari maya/abstrak menuju konteks dunia nyata, dari pribadi menuju
pembelajaran berbasis tim, dari luas menuju perilaku khas memberdayakan kaidah keterikatan, dari
stimulasi rasa tunggal menuju stimulasi ke segala penjuru, dari alat tunggal menuju alat multimedia,
dari hubungan satu arah bergeser menuju kooperatif, dari produksi massa menuju kebutuhan pelanggan,
dari usaha sadar tunggal menuju jamak, dan dari satu ilmu pengetahuan bergeser menuju pengetahuan
disiplin jamak.
Karakter dapat dipandang sebagai cara berpikir dan berperilaku yang khas dari setiap individu
untuk hidup, bergaul, dan bekerjasama di lingkungan keluarga, sekolah, dan masyarakat. Karakter yang
baik ditunjukkan dengan akhlak, budi pekerti, dan perilaku yang terpuji dan menjadi teladan di tengah
keluarga, masyarakat, maupun bangsa. Keadaan sekarang adanya kecendrungan dikembangkan
hubungan antara sekolah dan keluarga bekerja sama dalam mendidik moral siswa. Karena selain
sekolah atau pendidikan berperan dalam membangun karakter siswa juga keluarga sangat diperlukan
terutama mengenai pola asuh orang tua terhadap siswa (Ismail et al., 2019).
Ada delapan belas nilai karakter dalam semua materi pembelajaran, yaitu nilai-nilai religius,
jujur, toleransi, disiplin, nilai kerja keras, kreatif, mandiri, demokratis, rasa ingin tahu, semangat
kebangsaan, cinta tanah air, menghargai prestasi, bersahabat/komunikatif, cinta damai, gemar
membaca, peduli lingkungan, peduli sosial, dan tanggung jawab. Badan penelitian dan pengembangan,
Pusat Kurikulum Kementerian Pendidikan Nasional telah membuat grand design, secara psikologis dan
sosial kultural pembentukan karakter dalam diri peserta didik merupakan fungsi dari seluruh potensi
individu manusia (kognitif, afektif, dan psikomotorik) dalam konteks sosial kultural dan berlangsung
sepanjang hayat.
Konfigurasi karakter dalam konteks totalitas proses psikologis dan sosialkultural tersebut dapat
dikelompokan dalam: (1) Olah hati (spiritual and emotional development), (2) Olah pikir (intellectual
development), (3) olah raga dan kinestetik (physical and kinesthetic development), dan (4) olah rasa dan
2843 Journal on Education, Volume 06, No. 01, September-Desember 2023, hal. 2836-2846

karsa (affective and creativity development). Ke empat hal ini tidak dapat dipisahkan satu sama lainnya,
bahkan ke empatnya saling melengkapi. (Ismail et al., 2019).
Lickona(1991) mengungkapkan ada tujuh alas an mengapa pendidikan karakteritu harus
disampaikan. Dari ketujuh alas an yang dimaksud adalah sebagai berikut: 1) cara terbaik untuk
menjamin anak-anak (siswa) memiliki kepribadian yang baik dalam kehidupannya; (2) cara untuk
meningkatkan prestasi akademik; (3) Sebagian siswa tidak dapat membentuk karakter yang kuat bagi
dirinya di tempat lain; (4) persiapan siswa untuk menghormati pihak atau orang lain dan dapat hidup
dalam masyarakat yang beragam; (5) berangkat dari akar masalah yang berkaitan dengan problem
moral-sosial, seperti ketidaksopanan, ketidakjujuran, kekerasan, pelanggaran kegiatan seksual, dan etos
kerja (belajar) yang rendah; (6) persiapan terbaik untuk menyongsong perilaku di tempat kerja;(7)
pembelajaran nilai-nilai budaya yang merupakan bagian dari kerja peradaban.
Keterampilan merupakan kemampuan dasar yang harus dilatih, diasah, dan dikembangkan
secara terus menerus (berkelanjutan) sehingga menjadi potensial dalam melakukan sesuatu. Untuk
mengembangkan keterampilan diperlukan proses pengasahan akal atau pemikiran, sehingga mendorong
timbulnya keterampilan khusus pada diri manusia (Mardhiyah et al., 2021). Kehidupan di abad 21 ini
menuntut keterampilan yang harus dikuasai seseorang, sehingga diharapkan pendidikan dapat
mempersiapkan siswa untuk menguasai berbagai keterampilan. Saavendra dan Opfer (Zubaidah,
2016)menyarankan sembilan prinsip untuk mengajarkan keterampilan abad ke-21: (1) membuat
pembelajaran relevan dengan 'big picture'; (2) mengajar dengan disiplin; (3) mengembangkan
kemampuan berpikir yang lebih rendah dan lebih tinggi untuk mendorong pemahaman dalam konteks
yang berbeda; (4) mendorong transfer pembelajaran; (5) membelajarkan bagaimana 'belajar untuk
belajar' atau metakognisi; (6) memperbaiki kesalahpahaman secara langsung; (7) menggalakkan kerja
sama tim; (8) memanfaatkan teknologi untuk mendukung pembelajaran; dan (9) meningkatkan
kreativitas siswa.
P21 (Partnership for 21st Century Learning) membagikan framework atau kerangka kerja
mengenai pembelajaran pada abad 21 yang menuntut peserta didik untuk mempunyai keterampilan,
pengetahuan serta kemampuan di bidang teknologi, media dan informasi, keterampilan pembelajaran
dan inovasi serta keterampilan hayati serta karir. Framework ini juga menyebutkan wacana
keterampilan, pengetahuan serta keahlian yang harus dikuasai agar siswa bisa sukses pada kehidupan
dimasa mendatang dan mendapat pekerjaan yang sesuai dengannya (Fahrozy et al., 2022).
Peranan Teknologi dalam Pembelajaran untuk Membentuk Karakter dan Skill Peserta Didik Abad 21, Andromeda
Valentino Sinaga 2844

Gambar 2. Framework Pembelajaran Abad ke – 21


((Fahrozy et al., 2022)
Menurut paparan Wold Economic Forum pada tahun 2020 ada sepuluh jenis keterampilan (skill)
yang relevan dengan era revolusi industri 4.0, yaitu: (1) complex problem solving, (2) coordinating with
others, (3) people management, (4) critical thinking, (5) negotiation, (6) quality control, (7) service
orientation, (8) judgement and decision making, (9) active learning, dan (10) creativity (Surani, 2019).
Trilling dan Fadel (Sumarno, 2019) berpendapat bahwa kecakapan abad 21 terdiri tiga jenis
kecakapan utama, yaitu: (1) life and career skills, (2) learning and innovation skills, dan (3) information
media and technology skills. Kecakapan abad 21 yang disosialisasikan oleh Dirjen Dikdasmen
Kemendikbud (2017) terdiri empat jenis kecakapan, yaitu: (1) keterampilan berpikir kritis dan
pemecahan masalah (Critical Thinking and Problem Solving Skill) (2) kecakapan berkomunikasi
(Communication Skills), (3) kreativitas dan inovasi (Creativity and Innovation), (4) kolaborasi
(Collaboration).
Adapun pencerahan mengenai framework pembelajaran abad ke-21 menurut (Badan Standar
Nasional Pendidikan, 2010) adalah sebagai berikut: 1. Kemampuan berpikir kritis dan pemecahan
masalah (Critical-Thinking and Problem-Solving Skills), dapat berpikir secara kritis, lateral, serta
sistemik, terutama dalam konteks pemecahan suatu perkara. 2. Kemampuan berkomunikasi serta
berafiliasi (Communication and Collaboration Skills), mampu berkomunikasi dan berkolaborasi secara
efektif dengan aneka macam pihak. 3. Kemampuan mencipta serta membaharui (Creativity and
Innovation Skills), mampu berbagi kreativitas yang dimilikinya guna menghasilkan aneka macam
terobosan yang kreatif dan inovatif. 4. Literasi teknologi informasi dan komunikasi (Information and
Communications Technology Literacy), bisa memanfaatkan teknologi tentang isu serta komunikasi
guna menaikkan kinerja serta kegiatan yang dibutuhkan untuk sehari-hari. 5. Kemampuan belajar
kontekstual (Contextual Learning Skills) dapat menjalankan aktivitas pembelajaran berdikari yang
kontekstual menjadi bagian berasal pengembangan eksklusif. 6. Kemampuan informasi dan literasi
media, bisa memahami dan menggunakan banyak sekali media komunikasi buat menyampaikan
beragam gagasan dan melaksanakan aktivitas kolaborasi dan hubungan dengan beragam pihak.
2845 Journal on Education, Volume 06, No. 01, September-Desember 2023, hal. 2836-2846

KESIMPULAN
Pesatnya perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) yang mengakibatkan
perubahan dalam sebuah proses pemebelajaran. Hal tersebut ditandai dengan adanya perubahan
kurikulum, dan teknologi. Dalam pada pembelajaran abad 21 juga perlu memahami sebuah konsep yaitu
konsep 4C. Dimana secara sederhana dapat diartikan sebagai pembelajaran yang memberikan
kecakapan abad 21 kepada para peserta didik, yaitu 4C yang meliputi Communication, Collaboration,
Critical Thinking and Problem Solving, dan Creative and Innovative. Pencapaian keterampilan abad ke
21 bisa dilakukan dengan meningkatkan kualitas pembelajaran, dan peran pendidik dalam
melaksanakan pembelajaran abad 21 sangat penting untuk mewujudkan masa depan peserta didik yang
lebih baik. Selain itu guru pun harus memiliki keterampilan dan inovasi terbaru dalam menghadapi
pembelajaran abad ke 21.

REFERENSI
Effendi, D., & Wahidy, D. A. (2019). Pemanfaatan Teknologi Dalam Proses Pembelajaran Menuju
Pembelajaran ABAD 21. Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Program Pascasarjana
Universitas PGRI Palembnag.
Fahrozy, F. P. N., Iskandar, S., Abidin, Y., & Sari, M. Z. (2022). Upaya Pembelajaran Abad 19-20 dan
Pembelajaran Abad 21 di Indonesia. Jurnal Basicedu, 6(2).
https://doi.org/10.31004/basicedu.v6i2.2098
Ismail, R. N., Mudjiran, & Neviyarni. (2019). Membangun Karakter Melalui Implementasi Teori
Belajar Behavioristik Pembelajaran Matematika Berbasis Kecakapan Abad 21. MENARA
Ilmu, XIII(11).
Kamus Besar Bahasa Indonesia. (2005). Jakarta: Balai Pustaka.
Ketut, N., Muliastrini, E., Nyoman, N., Handayani, L., Agama, S., Amlapura, H., Mpu, S., & Singaraja,
K. (2021). Gerakan Literasi Digital Bermuatan Karakter Dalam Menyongsong Pendidikan
Abad 21 Era Society 5.0. Prosiding Seminar Nasional IAHN-TP Palangka Raya, 3.
Lickona, T. (1991). Educating for Character: How Our School Can Teach Respect and Responsibility.
New York: Bantam Books
Mulyadi, M. (2012). Riset Desain Dalam Metodologi Penelitian Mohammad Mulyadi (. Studi
Komunikasi Dan Media, 16(1).
Mu’minah, I. H. (2021). Studi Literatur: Pembelajaran Abad-21 Melalui Pendekatan Steam (Science,
Technology, Engineering, Art, and Mathematics) dalam Menyongsong Era Society 5.0.
Prosiding Seminar Nasional Pendidikan, 3.
Pinatih, N. P. S. (2020). Pembelajaran Menyenangkan Dalam Menyongsong Era Society 5.0. Prosiding
Webinar Nasional IAHN-TP Palangka Raya 2020, 1(12).
Peranan Teknologi dalam Pembelajaran untuk Membentuk Karakter dan Skill Peserta Didik Abad 21, Andromeda
Valentino Sinaga 2846

Rahmawati, Y. (2018). Peranan Transformative Learning dalam Pendidikan Kimia: Pengembangan


Karakter, Identitas Budaya, dan Kompetensi Abad ke-21. JRPK: Jurnal Riset Pendidikan
Kimia, 8(1), 1–16. https://doi.org/10.21009/jrpk.081.01
Mardhiyah, R. H., Aldriani, S. N. F., Chitta, F., & Zulfikar, M. R. (2021). Pentingnya Keterampilan
Belajar di Abad 21 sebagai Tuntutan dalam Pengembangan Sumber Daya Manusia. Lectura:
Jurnal Pendidikan, 12(1), 29–40. https://doi.org/10.31849/lectura.v12i1.5813
Sonia, T. N. (2019). Menjadi Guru Abad 21: Jawaban Tantangan Pembelajaran Revolusi Industri 4.0.
Prosiding Seminar Nasional Teknologi Pendidikan Pascasarjana UNIMED.
Sumarno, S. (2019). Pembelajaran kompetensi abad 21 menghadapi era sosiety 5.0. SEMDIKJAR 3,
272–287.
Surani, D. (2019). Studi literatur: Peran teknolog pendidikan dalam pendidikan 4.0. Prosiding Seminar
Nasional Pendidikan FKIP, 2(1), 456–469.
Undamg-Undang nomor 18 tahun 2002 pasal 1 ayat 2, Sistem Nasional Penelitian, Pegembangan dan
Penerapan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi.
Undang-Undang No 20 Tahun 2003 Pasal 3, Sistem Pendidikan Nasional
Yulianisa, Rizal, F., Oktaviani, & Abdullah, R. (2018). Tinjauan Keterampilan Abad 21 (21st Century
Skills) di Kalangan Guru Kejuruan (Studi Kasus: SMK Negeri 2 Solok). Journal of Civil
Engineering and Vocational Education, 5(3), 1–8.
https://doi.org/https://doi.org/10.24036/cived.v5i3.102505
Zubaidah, S. (2016). Keterampilan abad ke-21: Keterampilan yang diajarkan melalui pembelajaran. In
Seminar Nasional Pendidikan (Vol. 2, No. 2, pp. 1-17). Seminar Nasional Pendidikan Dengan
Tema “Isu-Isu Strategis Pembelajaran MIPA Abad 21, 2(2).

Anda mungkin juga menyukai