Anda di halaman 1dari 22

PEND AKUNTANSI/ 3

MAKALAH

KREATIVITAS DAN INOVASI DALAM PEMBELAJARAN ABAD 21

Mata Kuliah Belajar Pembelajaran

Pengampu: Dr. H. Supri Wahyudi Utomo, M. Pd.

Disusun Oleh Kelompok 3:

1. Ardi Dian Andayani 2202106003


2. Adynda Surya A. K 2202106018
3. Dwi Aqni Puspandari 2202106019

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AKUNTANSI

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS PGRI MADIUN

2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur atas rahmat Allah Swt, berkat rahmat serta karunia-Nya sehingga makalah
dengan berjudul "Kreativitas Dan Inovasi Dalam Pembelajaran Abad 21" dapat selesai
dengan tepat waktu. Makalah ini dibuat dengan tujuan memenuhi tugas Mata Kuliah Belajar
Pembelajaran, Dosen pengampu Dr. Supri Wahyudi Utomo, M.Pd. Selain itu, Penulis
menyampaikan ucapan terima kasih kepada bapak Dr. Supri Wahyudi Utomo, M.Pd. selaku
dosen mata kuliah Belajar Pembelajaran.
Berkat tugas yang diberikan ini, dapat menambah wawasan penulis berkaitan dengan
topik yang diberikan. Penulis juga mengucapkan terima kasih yang sebesarnya kepada semua
pihak yang membantu dalam proses penyusunan makalah ini.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan dan penulisan masih melakukan banyak
kesalahan. Oleh karena itu, penulis memohon maaf atas kesalahan dan ketidaksempurnaan
yang pembaca temukan dalam makalah ini. Penulis juga mengharap adanya kritik serta saran
dari pembaca apabila menemukan kesalahan dalam makalah ini.

Madiun, 12 Oktober 2023

Penyusun
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Abad 21 merupakan era digital yang ditandai dengan pesatnya perkembangan
teknologi dan informasi. Perkembangan teknologi dan informasi ini mempengaruhi
segala aspek kehidupan, tak terkecuali bidang pendidikan, dimana teknologi menjadi
bagian yang integral dengan kehidupan pebelajar. Pendidikan di abad 21 menjadi
salah satu kebutuhan hidup yang penting agar peserta didik bisa berinovasi, memiliki
keterampilan belajar maupun keterampilan berteknologi dan menggunakan suatu
media informasi sehingga dapat bertahan dengan keterampilan hidup yang ia miliki
(Wijaya dkk, 2016: 264). Supaya dapat memecahkan suatu permasalahan di abad 21
maka dibutuhkan keterampilan-keterampilan penunjang seperti keterampilan abad 21.
Berbagai keterampilan abad ke-21 harus secara jelas diajarkan dalam berbagai
mata pelajaran. Prinsip utama dalam pembelajaran abad ke-21 diantaranya adalah
pembelajaran yang dilakukan harus bersifat kontekstual, berpusat pada peserta didik,
kolaboratif, dan terintegrasi dengan masyarakat. Oleh karena itu, biologi sebagai salah
satu mata pelajaran di sekolah pada dasarnya mengajarkan siswa untuk dapat berpikir
kreatif dan belajar kelompok berkolaboratif sesuai tantangan pendidikan abad 21.
Berpikir kreatif merupakan suatu keterampilan seseorang untuk menggunakan akal
dalam menciptakan inovasi baik berupa ide, keterangan, konsep, pengalaman, dan
pengetahuan (Ismara et al., 2017).
Berpikir kreatif pada era globalisasi ini merupakan sebuah keharusan, karena
hal tersebut sangatlah penting dan dengan berpikir kreatif siswa dapat
mengembangakan ide atau gagasan yang baru yang dimiliki, tak hanya oleh siswa
guru juga harus memiliki kreativitas dalam mengolah bahan ajar yang akan di
sampaikan agar siswa dapat terdorong berfikir kreatif. Pembelajaran di abad 21 ini
memiliki perbedaan dengan pembelajaran di masa yang lalu. Dahulu, pembelajaran
dilakukan tanpa memperhatikan standar, sedangkan kini memerlukan standar sebagai
acuan untuk mencapai tujuan pembelajaran. Melalui standar yang telah ditetapkan,
pendidik mempunyai pedoman yang pasti tentang apa yang diajarkan dan yang
hendak dicapai. Kemajuan teknologi informasi dan komunikasi telah merubah gaya
hidup manusia, baik dalam bekerja, bersosialisasi, bermain maupun belajar.
Memasuki abad 21 kemajuan teknologi tersebut telah memasuki berbagai sendi
kehidupan, tidak terkecuali dibidang Pendidikan. Dosen dan mahasiswa, pendidik dan
peserta didik dituntut memliki kemampuan belajar mengajar di abad 21. Sejumlah
tantangan dan peluang harus dihadapi peserta didik dan pendidik agar dapat bertahan
dalam abad era informasi ini (Yana, 2013).
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian Kreativitas dan Inovasi Abad 21?
2. Apa penjelasan dari Pembelajaran Abad 21? Serta penjelasan model dan
penerapan dalam pembelajaran abad 21.
3. Bagaimana penerapan Kreativitas dan Inovasi dalam Pembelajaran Abad 21?
C. Tujuan Penulisan
1. Untuk memahami tentang kreativitas dan inovasi abad 21
2. Supaya memahami tentang pembelajaran abad 21, model, dan penerapannya.
3. Untuk mengetahui penerapan kreativitas dan inovasi dalam pembelajaran abad 21
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Kreativitas dan Inovasi Abad 21


Abad 21 dikenal dengan sebagai abad globalisasi dimana kehidupan manusia
mengalami perubahan yang fundamental. Pada abad 21 pendidikan menuntut siswa
memiliki sejumlah sejumlah pengetahuan yag kompleks disertai berbagai
keterampilan baik keterampilan berpikir tinggi, keterampilan dalam dunia kerja,
keterampilan dalam menggunakan inormasi media maupun teknologi sesuai dengan
kerangka kerja pembelajaran inovatif abad ke 21.
Inovasi dan kreativitas adalah kompetensi yang sangat berharga dalam kehidupan
masyarakat. Pertanyaannya, apakah kita para guru siap untuk mengubah pembelajaran
konvensional dan mendorong siswa untuk berimprovisasi dan mengejar inovasi? Scott
(2015c) menyatakan bahwa beberapa sekolah telah mengajarkan siswanya untuk
menciptakan pengetahuan; bukan hanya mengajarakan siswa untuk “memakan”
pengetahuan yang statis dan lengkap. McLoughlin dan Lee (2008) berpendapat bahwa
tujuan akhir dari belajar adalah merangsang kemampuan siswa untuk menyusun dan
menghasilkan ide-ide, konsep dan pengetahuan. Tujuan tersebut dapat tercapai
apabila terpenuhi kebutuhan untuk pengalaman belajar yang bermakna yang
memanfaatkan dan mengembangkan kreativitas siswa, dan bukan mematikannya.
Guru dapat memainkan peran kunci dengan mendorong, mengidentifikasi dan
mengembangkan kreativitas siswa. Namun demikian, mengajar kreativitas seperti
mengajar metakognisi, memerlukan lingkungan belajar untuk mendukung
pertumbuhan kreativitas tersebut.
Menurut (Rogers, 2010) Inovasi merupakan benda, gagasan, atau perilaku yang
baru, secara kualitatif berbeda dari apa yang sudah ada. Pada sisi lain inovasi
dipahami bukan saja pada penciptaan sesuatu yang baru, tetapi juga proses
penyebarluasan pengetahuan yang sudah ada. Inovasi tidak hanya berkaitan tentang
teknologi informasi, tetapi juga tentang model pembelajaran, pengelolaan kelas,
penilaian hasil pembelajaran, dan sebagainya. Dari hal ini, teknologi informasi dapat
enjadi pendukung untuk mencapai efektivitas pendekatan pembelajaran.
Banyak inovasi yang sudah dilakukan dalam bidang Pendidikan di Indonesia,
seperti: Cara Belajar Peserta Didik Aktif, Kurikulum berbasisi kompetensi,
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), Kurikulum 2013, dan Kurikulum
yang sekarang sedang diterapkan atau dikembangkan oleh pemerintah yaitu
Kurikulum Merdeka, sebagai opsi satuan Pendidikan dalam rangka pemulihan
pembelajaran tahun 2022-2024 dengan berbagai macam karakteristik dan
pembelajaran terkaitnya. Sedangkan Inovasi Pembelajaran adalah sebuah upaya
pembaharuan terhadap berbagai komponen yang diperlukan dalam penyampaian
materi pelajaran berupa ilmu pengetahuan dari tenaga pendidik kepada para peserta
didik dengan tujuan untuk meningkatkan kualitas Pendidikan yang sedang
berlangsung.

B. Pembelajaran Abad 21
1. Pengertian Pembelajaran Abad 21
Dalam konteks pendidikan, terdapat dua konsep utama yaitu belajar dan
mengajar. Kedua konsep ini saling terkait, dimana proses belajar dan mengajar
saling melibatkan satu sama lain. Seseorang belajar karena ada yang mengajar,
menandakan adanya interaksi antara pendidik dan peserta didik. Namun, perlu
dicatat bahwa mengajar tidak hanya dianggap sebagai satu-satunya kegiatan yang
dapat menghasilkan belajar pada individu. Meskipun pendidik memiliki peran
penting dalam membimbing proses belajar, faktor-faktor lain seperti motivasi
internal, lingkungan belajar, dan partisipasi aktif peserta didik juga memainkan
peran krusial dalam terjadinya pembelajaran yang efektif. Seperti yang
diungkapkan oleh Siregar (2015:35) menyatakan bahwa,
pembelajaran merupakan usaha yang dilaksanakan secara sengaja,
terarah dan terencana, dengan tujuan yang telah ditetapkan terlebih
dahulu sebelum proses dilaksanakan, serta pelaksanaannya terkendali,
dengan maksud agar terjadi belajar pada diri seseorang.
Proses pembelajaran tidak hanya terjadi secara spontan, tetapi melibatkan
perencanaan dan pengorganisasian yang matang untuk mencapai tujuan
pembelajaran yang telah ditetapkan. Dengan melakukan upaya yang terarah dan
terencana, tujuannya adalah agar seseorang dapat belajar dengan efektif. Melalui
proses ini, diharapkan terjadi perkembangan dalam pengetahuan, keterampilan,
dan pemahaman individu sesuai dengan target pembelajaran yang telah ditetapkan
sebelumnya.
Proses pembelajaran ini harus mendorong peserta didik untuk aktif belajar,
dan tujuan pembelajaran perlu ditetapkan sebelumnya sebelum proses
dilaksanakan. Pelaksanaan pembelajaran harus terencana dengan baik, mencakup
aspek konten, waktu, proses, dan hasilnya dapat diukur. Berikut ciri-ciri
pembelajaran:
a) Dapat diidentifikasi sebagai serangkaian kegiatan yang sistematis
b) Difokuskan pada aktivitas peserta didik (learner centered)
c) Memiliki tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya
d) Dilaksanakan secara terkendali dengan kemampuan pengukuran terhadap hasil
pembelajaran.
Di abad ke-21, teknologi telah mengubah cara belajar di luar ruang kelas.
Meskipun menggunakan berbagai perangkat dan media canggih, yang paling
penting dalam pendidikan masih tetap pada inti pembelajaran. Teknologi ada
sebagai alat bantu untuk mendukung pembelajaran, membantu peserta didik
mengembangkan pengetahuan dan keterampilan yang diperlukan untuk
menggunakan teknologi dengan kreatif dan inovatif. Gaya belajar yang berpusat
pada peserta didik (student-centered) membuat pembelajaran lebih personal,
memungkinkan pendidik untuk memberikan perhatian lebih pada setiap peserta
didik. Pendekatan ini menciptakan lingkungan pembelajaran yang hidup dan
sesuai dengan kebutuhan zaman sekarang.
2. Strategi Pembelajaran
Jihad (2008: 24) menyatakan bahwa,
strategi pembelajatan merupakan pendekatan dalam mengelola
kegiatan, dengan mengintregasikan urutan kegiatan, cara
mengorganisasikan materi pelajaran dan pembelajar, peralatan dan
bahan serta waktu yang digunakan dalam proses pemelajaran untuk
mencapau tujuan pembelajaran yang telah ditentukan, secara efektif
dan efesien.
Berdasarkan hal tersebut dapat dikatakan bahwa strategi pembelajaran
merupakan suatu pendekatan yang cermat dalam mengelola kegiatan
pembelajaran dengan tujuan mencapai hasil yang diinginkan. Untuk mencapai
efektivitas dan efisiensi dalam proses pembelajaran, perlu diintegrasikan urutan
kegiatan, organisasi materi pelajaran, dan pilihan metode pembelajaran yang
sesuai dengan karakteristik peserta didik. Pengelolaan waktu juga menjadi aspek
penting dalam strategi ini, di mana waktu yang digunakan harus diatur secara
bijak untuk memaksimalkan hasil pembelajaran. Penerapan strategi pembelajaran
yang baik juga mencakup pemilihan peralatan dan bahan ajar yang relevan dan
mendukung tujuan pembelajaran. Dengan demikian, strategi pembelajaran yang
terencana dengan baik akan membantu mencapai tujuan pembelajaran secara
holistik dan memberikan pengalaman pembelajaran yang memadai bagi peserta
didik.
Dalam implementasinya, strategi pembelajaran perlu disesuaikan dengan
karakteristik pembelajar, sehingga dapat memberikan dukungan yang optimal
sesuai dengan gaya belajar mereka. Pendekatan ini mengakui perbedaan
individual dalam proses pembelajaran dan menekankan pentingnya adaptasi
metode mengajar agar sesuai dengan kebutuhan peserta didik. Dengan demikian,
strategi pembelajaran bukan hanya tentang menyusun rencana pembelajaran,
tetapi juga mengenali dan merespon kebutuhan khusus peserta didik agar mereka
dapat mencapai potensi maksimal mereka. Dalam esensinya, strategi pembelajaran
yang efektif dan efisien melibatkan perencanaan yang matang, pengelolaan
sumber daya dengan bijak, dan pengakuan terhadap keunikan setiap peserta didik
dalam mencapai tujuan pembelajaran.
Konsep pembelajaran abad ke-21 menekankan pada pengembangan kecakapan
yang sering disebut 4C, yaitu Critical Thinking and Problem Solving (Berpikir
Kritis & Pemecahan Masalah), Creativity and Innovation (Daya Cipta dan
Inovasi), Collaboration (Kerjasama), dan Communication (Komunikasi).
Keterampilan inti ini diperlukan untuk pembelajaran yang kompleks. Berikut
penjelasan singkat:
a) Critical Thinking and Problem Solving (Berpikir Kritis & Pemecahan
Masalah)
Berpikir kritis adalah suatu proses terarah dan jelas yang digunakan dalam
aktivitas mental seperti melibatkan kemampuan untuk berpendapat secara
terorganisir, mengevaluasi secara sistematis berbagai pendapat, serta aktif
memikirkan dan mencari informasi relevan secara mandiri. Peserta didik
diajarkan untuk memecahkan masalah dengan menjelaskan, menganalisis, dan
menciptakan solusi untuk tantangan individu maupun masyarakat. Peran
peserta didik dalam pembelajaran abad ke-21 mencakup kolaborasi,
pemecahan masalah berbasis pertanyaan, dan pengembangan kemampuan
berpikir tingkat tinggi.
b) Creativity and Innovation (Daya Cipta dan Inovasi)
Kreativitas tidak hanya terbatas pada kemampuan menggambar atau
merangkai kata, tetapi juga mencakup kemampuan berpikir di luar batas
aturan yang mengikat. Anak-anak yang kreatif mampu melihat masalah dari
berbagai perspektif, membuka pikiran mereka dalam menyelesaikan
tantangan. Dalam konsep ini, peserta didik diajak untuk membiasakan diri
menjelaskan ide-ide mereka secara terbuka, mempresentasikannya kepada
teman kelas untuk mendapatkan beragam reaksi. Aktivitas ini tidak hanya
memperluas sudut pandang peserta didik, tetapi juga membuka diri terhadap
berbagai pandangan yang ada.
c) Collaboration (Kerjasama)
Collaboration merupakan kegiatan bekerja sama dalam satu kelompok untuk
mencapai tujuan bersama. Kolaborasi mengajarkan keterampilan
pengembangan solusi bersama yang diterima oleh seluruh anggota kelompok.
Konsep ini melibatkan pembelajaran membuat kelompok, menyesuaikan diri,
dan kepemimpinan. Dengan berkolaborasi, peserta didik dapat belajar bekerja
secara efektif dengan orang lain, meningkatkan empati, dan bersedia
menerima pendapat yang berbeda. Manfaatnya termasuk pelatihan tanggung
jawab, adaptabilitas, dan kemampuan menetapkan target yang tinggi untuk
kelompok dan individu.
d) Communication (Komunikasi)
Communication diartikan sebagai kemampuan peserta didik dalam
menyampaikan ide dan pikirannya dengan cepat, jelas, dan efektif.
Keterampilan ini mencakup sub-skill seperti penggunaan bahasa yang tepat,
pemahaman konteks, dan kemampuan membaca audiens untuk memastikan
pesan tersampaikan. Peserta didik diberi kesempatan untuk mengelola
komunikasi dan menggunakan keterampilan ini dalam berbagai situasi, mulai
dari menyampaikan ide, berdiskusi, hingga memecahkan masalah.
3. Model Pembelajaran
Kurniawan (2019: 53) menyatakan bahwa “model adalah bentuk atau contoh
yang tersusun secara sistematis. Pembelajaran adalah pengaturan lingkungan yang
terdapat proses nteraksi untuk memperoleh sesuatu.”
Dengan kata lain, model merupakan representasi sistematis dari suatu bentuk
atau contoh, sementara pembelajaran adalah upaya untuk mengatur lingkungan
sedemikian rupa sehingga proses interaksi dapat terjadi dengan efektif guna
memperoleh pemahaman atau keterampilan baru.
Contoh model pembelajaran abad 21 menurut Barus (2019: 4)
Ada 7 model pembelajaran terkini yaitu:
a) DL = Discovery Learning atau penemuan
b) IL = Inquiry Learning atau penyelidikan
c) PBL = Problem Basic Learning Berbasis Masalah
d) PjBL = Project Basic Learning atau Berbasis Proyek
e) PBT/PBET = Production Based Training/Production
f) TEFA = Teaching Factory atau pembelajaran berbasis industri
g) MBL = Model Blended Learning
Model pembelajaran yang sesuai untuk menghadapi tuntutan pendidikan abad
21 di Indoensia adalah Project Based Learning (PjBL) berbasis STEM (Science
Technlogy Engineering dan Mathematic). Dalam PjBL, peserta didik tidak hanya
mendapatkan pengetahuan teoritis, tetapi juga terlibat aktif dalam proyek dunia
nyata. Proses ini melibatkan langkah-langkah seperti merumuskan pertanyaan
mendasar, merancang perencanaan proyek, menyusun timeline, memonitor
progres, menguji hasil, dan mengevaluasi pengalaman belajar.
Project-Based Learning (PjBL) adalah pendekatan pembelajaran yang
memanfaatkan proyek atau kegiatan sebagai sarana utama. Dalam metode ini,
peserta didik terlibat dalam eksplorasi, penilaian, interpretasi, sintesis, dan
penggunaan informasi untuk menghasilkan berbagai bentuk pembelajaran.
Pembelajaran Berbasis Proyek pada dasarnya, menggunakan masalah sebagai
langkah awal untuk mengumpulkan dan mengintegrasikan pengetahuan baru
berdasarkan pengalaman nyata mereka dalam beraktivitas.
Penerapan Pembelajaran Abad 21 melalui Project Based Learning (PjBL)
memiliki tujuan utama, antara lain meningkatkan kemampuan peserta didik dalam
memecahkan masalah proyek, memperoleh pengetahuan dan keterampilan baru,
serta membuat lebih aktif dalam menyelesaikan masalah proyek kompleks dengan
hasil produk nyata. Selain itu, model ini bertujuan mengembangkan keterampilan
peserta didik dalam mengelola bahan atau alat untuk menyelesaikan tugas atau
proyek, serta meningkatkan kolaborasi, khususnya dalam proyek berbasis
kelompok.
Langkah-langkah PjBL terdiri dari penentuan proyek, perancangan langkah-
langkah penyelesaian proyek, penyusunan jadwal pelaksanaan proyek,
penyelesaian proyek dengan fasilitasi dan monitoring oleh pengajar, penyusunan
laporan, dan evaluasi proses serta hasil proyek. Proses penilaian PjBL mencakup
penilaian proyek berdasarkan pengelolaan, relevansi, keaslian, inovasi, dan
kreativitas, serta penilaian produk dengan pendekatan holistic dan analitik.

C. Penerapan Kreativitas dan Inovasi dalam Pembelajaran Abad 21


Pembelajaran abad 21 menekankan pada pengembangan keterampilan abad 21,
seperti 4C (Critical Thinking and Problem Solving, Creativity and Inovation,
Collaboration, dan Comunication). Oleh karena itu, kreativitas dan inovasi
pembelajaran abad 21 menjadi penting dalam mengembangkan kemampuan siswa
untuk menghadapi tuntutan masa depan. Kreativitas dan inovasi pembelajaran abad
21 dapat dilakukan dengan berbagai cara, seperti penerapan model pembelajaran
inovatif. Berikut merupaakan penerapan model pembelajaran inovatif.
a. Discovery Learning atau Penemuan
Maharini dan Hardini (dalam Cintia, 2018) menyatakan bahwa,
discovery learning merupakan model pembelajaran yang penyampaian
materinya tidak utuh, karena model discovery learning menuntut siswa
terlibat aktif dalam proses pembelajaran dan menemukan sendiri suatu
konsep pembelajaran. Discovery Learning menuntut guru lebih kreatif
menciptakan situasi yang membuat peserta didik belajar aktif dan
menemukan pengetahuan sendiri.
Dengan belajar penemuan, siswa dapat berpikir analisis dan mencoba untuk
memecahkan sendiri masalah yang dihadapi. Ciri-ciri utama model discovery
learning adalah (1) berpusat pada siswa; (2) mengeksplorasi dan memecahkan
masalah untuk menciptakan, menghubungkan, dan menggeneralisasi pengetahuan;
serta (3) kegiatan untuk menggabungkan pengetahuan baru dan pengetahuan yang
sudah ada. Langkah-langkah pengaplikasian model discovery learning yaitu (1)
menentukan tujuan pembelajaran; (2) melakukan identifikasi karakteristik siswa;
(3) menentukan materi pelajaran; (4) menentukan topik-topik yang harus
dipelajari siswa secara induktif; (5) mengembangkan bahan-bahan dengan
memberikan contoh, ilustrasi, tugas, dan sebagainya untuk dipelajari siswa; (6)
mengatur topik-topik pelajaran berawal dari yang sederhana ke yang kompleks,
dari yang konkret ke abstrak, dan dari tahap enaktif, ikonik sampai ke tahap
simbolik; serta (7) melakukan penilaian proses dan hasil belajar siswa. Prosedur
yang harus digunakan dalam mengaplikasikan model discovery learning, yaitu (a)
stimulation (pemberian rangsangan); (b) problem statement (identifikasi masalah);
(c) data collection (pengumpulan data); (d) data processing (pengolahan data); (e)
verification (pembuktian); dan (f) generalization (menarik kesimpulan).
b. Inquiry Learning atau Penyelidikan
Abidin (dalam Ulansari, 2018) menyatakan bahwa,
inquiry learning atau model pembelajaran inkuiri adalah suatu model
pembelajaran yang dikembangkan agar siswa menemukan dan
menggunakan berbagai sumber informasi dan ide-ide untuk
meningkatkan pemahaman mereka tentang masalah, topik, atau isu
tertentu. Penggunaan model ini menuntut siswa untuk mampu untuk
tidak hanya sekedar menjawab pertanyaan atau mendapatkan jawaban
yang benar. Model ini menuntut siswa untuk melakukan serangkaian
investigasi, eksplorasi, pencarian, eksperimen, penelusuran, dan
penelitian.
Adapun jenis-jenis inquiry learning adalah sebagai berikut.
1) Open Inquiry (inkuiri terbuka), jenis pembelajaran inkuiri ini pengajar
menempatkan diri sebagai fasilitator selama proses pembelajaran. Pengajar
bisa memberikan masukan dan ikut terlibat membantu peserta didik jika
diminta. Dalam proses pembelajaran, peserta didik mendapat kebebasan
mengeksplor penyelidikannya. Terdapat inisiatifnya sendiri dari peserta didik
dalam menyelesaikan sebuah permasalahan yang dihadapi dan menemukan
jawabannya sendiri.
2) Guided Inquiry (inkuiri terbimbing), berbeda dengan open inquiry, peran
pengajar pada guided inquiry dimulai dari menentukan tema dan topik
penyelidikan yang akan dibahas. Selain itu pengajar juga turut
mengembangkan pertanyaan-pertanyaan yang akan diselidiki peserta didik.
Dalam hal ini pengajar ikut terlibat dalam membimbing dari awal proses
hingga akhir.
Inquiry learning adalah pembelajaran yang mampu mendatangkan
kemanfaatan bagi peserta didiknya. Adapun beberapa manfaat penerapan
model pembelajaran inquiry learning yaitu sebagai berikut.
1) Mampu mengembangkan keterampilan bertanya, penelitian, dan
komunikasi
2) Meningkatkan kolaborasi dan kerjasama antarpeserta didik atau kelompok
untuk mendapatkan hasil belajar yang maksimal
3) Mampu memecahkan masalah, membuat solusi, dan mengatasi pertanyaan
dan masalah kehidupan nyata. Dapat mengembangkan bakat,
mengembangkan keterampilan berpikir kritis atau critical thinking skills
dan meningkatkan keberhasilan belajar.
4) Meningkatkan partisipasi dalam penciptaan dan perbaikan ilmu
pengetahuan dalam belajar.
Dalam implementasi, manfaat dari pembelajaran model inquiry learning bisa
terwujud jika menerapkan langkah-langkah atau proses belajar mengajar yang
tepat, dengan model inquiry learning. Berikut adalah langkah inquiry learning:
1) Peserta didik atau siswa yang mengajukan atau merumuskan sendiri
pertanyaan.
2) Menyelidiki suatu hal dalam berbagai situasi.
3) Siswa melakukan analisis dan memberikan deskripsi dalam menemukan hal-
hal yang sudah diselediki.
4) Mempresentasikan hasil temuan baik secara lisan atau tertulis.
5) Proses evaluasi. Siswa merefleksikan tentang informasi dan pengetahuan yang
diperoleh.
c. Problem Based Learning (PBL) atau Model Pembelajaran Berbasis Masalah
Lidnillah (dalam Fauzia, 2018) menyatakan bahwa,
model pembelajaran PBL adalah pembelajaran yang menitik beratkan
kepada peserta didik sebagai pembelajar serta terhadap permasalahan
yang otentik atau relevan yang akan dipecahkan dengan menggunakan
seluruh pengetahuan yang dimilikinya atau dari sumber-sumber
lainnya.
Pembelajaran berbasis masalah merupakan metode pembelajaran yang diawali
dengan masalah untuk mengumpulkan dan mengintegrasikan pengetahuan baru.
Dalam usaha memecahkan masalah tersebut peserta didik akan mendapatkan
pengetahuan dan ketrampilan yang dibutuhkan atas masalah tersebut.
Ciri-ciri pembelajaran problem based learning (PBL) yaitu:
1) Menerapkan pembelajaran yang kontekstual.
2) Masalah yang ada dapat memotivasi peserta didik untuk belajar.
3) Pembelajaran integritas yaitu pembelajaran termotivasi dengan masalah yang
tidak terbatas.
4) Peserta didik terlibat secara aktif dalam pembelajaran, kolaborasi kerja.
5) Peserta didik memiliki berbagai keterampilan, pengalaman, dan berbagai
konsep.
Langkah-langkah pembelajaran berbasis masalah:
1) Pendefinisian masalah.
2) Peserta didik melakukan diskusi untuk menyamakan persepsi tentang masalah
yang dibahas lalu merancang tujuan dan target yang harus dicapai.
3) Mencari bahan-bahan dari berbagai sumber seperti buku di perpustakaan,
internet, observasi untuk memecahkan masalah.
Penilaian:
a) Penilaian yang dilakukan guru tidak hanya pada hasil belajar peserta didik
namun juga pada proses yang dijalani selama pembelajaran.
b) Memantau perkembangan belajar peserta didik untuk mencapai tujuan
pembelajaran.
c) Mengarahkan peserta didik dalam memecahkan masalah yang diberikan
sehingga tetap berada pada posisi yang benar.
Model pembelajaran problem based learning menjadikan masalah autentik
sebagai fokus pembelajaran yang bertujuan agar siswa mampu menyelesaikan
masalah tersebut, sehingga siswa terlatih untuk berpikir kritis dan berpikir tingkat
tinggi.
d. Project Basic Learning atau Berbasis Proyek
Menurut Sari dan Angreni (2018), “Project Based Learning (PjBL) ialah proses
pembelajaran yang secara langsung melibatkan siswa untuk menghasilkan suatu
proyek”. Pada dasarnya model pembelajaran ini lebih mengembangkan
keterampilan memecahkan dalam mengerjakan sebuah proyek yang dapat
menghasilkan sesuatu. Dalam implementasinya, model ini memberikan peluang
yang luas kepada siswa untuk membuat keputusan dalam memilih topik,
melakukan penelitian, dan menyelesaikan sebuah proyek tertentu. Pembelajaran
dengan menggunakan proyek sebagai metoda pembelajaran. Para siswa bekerja
secara nyata, seolah-olah ada didunia nyata yang dapat menghasilkan produk
secara realistis. PjBL merupakan salah satu model pembelajaran yang berpijak
pada teori belajar kontruktivistik. Menurut Driscoll (2000) menyatakan prinsip-
prinsip pembelajaran kontuktivistik adalah sebagai berikut.
1) Melibatkan pembelajaran dalam aktivitas nyata.
2) Negoisasi sosial dalam proses belajar.
3) Kolaboratif dan pengkajian multiperspektif.
4) Dukungan menentukan tujuan dan mengatur proses belajar.
5) Dorongan merefleksikan apa dan bagaimana sesuatu dipelajari.
Rumusan tujuan pembelajaran PjBL:
 Mengarah kepada ranah HOTS-PjBL (analisis, create (mengkreasi/mencipta)
dan evaluasi.
 Mengarah pengembangan keterampilan abad 21 (4C), di mana PjBL ciri
khasnya yairu kolaborasi, berpikir kritis, komunikasi dan kreativitas
(mengkreasi atau menciptakan suatu produk, fisik tangible dan non tagible
seperti ide, gagasan, model, dan sebagainya).
 Mengintegrasikan pengembangan PPK (karakter) dan literasi.
 Prinsip ABCD, spesifik, dapat diukur, dapat dicapai, relevan, dan waktu
pencapaian yang memungkinkan.
e. Production Based Training atau Produksi (PBT/PBET)
Mitasari dan Rusdati (2018) menyatakan bahwa,
model pembelajaran PBT merupakan proses pendidikan dan pelatihan
yang menyatu pada proses produksi, dimana peserta didik diberikan
pengalaman belajar pada situasi yang kontekstual mengikuti aliran
kerja industri mulai dari perencanaan berdasarkan pesanan,
pelaksanaan dan evaluasi produk/kendali mutu produk, hingga langkah
pelayanan pasca produksi.
Tujuan penerapan model pembelajaran PBT adalah untuk menyiapkan peserta
didik agar memiliki kompetensi kerja yang berkaitan dengan kompetensi teknis
serta kemampuan kerjasama (berkolaborasi) sesuai tuntutan organisasi kerja.
Pelaksanaan model pembelajaran PBT mengacu pada produk unggulan
sekolah/daerah, dan kompetensi-kompetensi yang dibutuhkan untuk memasuki
lapangan kerja dan berusaha mandiri di berbagai bidang yang relevan.
Pengembangan model pembelajaran inijuga memperhatikan optimalisasi,
efisiensi, kelestarian/ sustanibility agar mampu menggambarkan suatu pola
agribisnis yang terpadu, mengedepankan nilainilai kependidikan, dan bisnis.
Adapun sintaks atau tahapan model pembelajaran Production Based Training
meliputi:
1) Merencanakan produk
Membuat perencanaan produk dapat berupa benda hasil produksi/layanan
jasa /perencanaan pertunjukan yang dapat dilakukan dari mulai menggambar
detail/membuat pamflet (berisi tanggal waktu pertunjukan, isi cerita),
perhitungan kebutuhan bahan/kostum, peralatan, dan teknik pengerjaan serta
alur kerja/koordinasi kerja.
2) Melaksanakan proses produksi
Pada sintak ini peserta didik diajak melakukan tahapan produksi berdasarkan
rencana produk benda/layanan jasa/perencanaan pertunjukan, alur
kerja/koordinasi kerja serta memonitor proses produksi.
3) Mengevaluasi produk (melakukan kendali mutu)
Pada langkah ini peserta didik diajak untuk memeriksa hasil produk melalui
membandingkan dengan tuntutan pada perencanaan teknis.
4) Mengembangkan rencana pemasaran
Peserta didik diajak mempersiapkan rancangan pemasaran baik dalam jejaring
(daring) maupun luar jejaring (luring) berbentuk brosur/pamflet dan
mempresentasikannya.
f. Teaching Factory (TEFA) atau Pembelajaran Berbasis Industri
Teaching factory merupakan suatu konsep pembelajaran dalam suasana
sesungguhnya, sehingga dapat menjembatani kesenjangan kompetensi antara
kebutuhan industry dan pengetahuan sekolah. Yudisman (dalam Dadang, 2011:
271) menyatakan bahwa,
teknologi pembelajaran yang inovatif dan praktif produktif merupakan
konsep metode pendidikan yang berorientasi pada manajemen
pengelolaan siswa dalam pembelajaran agar selaras dengan kebutuhan
dunia industri.
Pembelajaran berbasis produksi adalah suatu proses pembelajaran keahlian tau
keterampilan yang dirancang dan dilaksanakan berdasarkan prosedur dan standar
kerja yang sesungguhnya (real job) untuk menghasilkan barang atau jasa yang
sesuai dengan tuntutan pasar atau konsumen. Barang yang diproduksi dapat
berupa hasil produksi yang dapat dijual atau yang dapat digunakan oleh
masyarakat, sekolah, atau konsumen. Secara umum, model pembelajaran teaching
factory bertujuan untuk:
1) Melatih siswa dalam mencapai ketepatan waktu.
2) Kualitas yang dituntut oleh industri.
3) mempersiapkan siswa sesuai dengan kompetensi keahliannya.
4) Menanamkan mental kerja dengan beradaptasi secara langsung dengan
kondisi dan situasi industri.
5) Menguasai kemampuan menajerial dan mampu menghasilkan produk jadi
yang mempunyai standar mutu industri.
g. Model Blended Learning (MBL)
Menurut Oliver dan Trigwell (dalam Motteram dan Sharma, 2009), “mengartikan
blended learning sebagai kombinasi terpadu dari pembelajaran tradisional dengan
pendekatan berbasis online”. Satu elemen dalam blended adalah muka, sedangkan
elemen lainnya adalah penyampaian materi jarak jauh melalui perangkat
teknologi. Jadi, blended learning merupakan pembelajaran yang memadukan
pertemuan tatap muka di kelas dengan kegiatan-kegiatan terintegrasi yang
difasilitasi dengan komputer, internet dan berbagai media pembelajaran lainnya.
Beberapa alternatif yang dapat diterapkan oleh guru untuk blended learning yaitu:
1) Guru dapat menggunakan model kela murni yang dilaksanakan secara tatap
muka dan hanya memanfaatkan internet untuk mengerjakan tugas.
2) Guru bisa mengkombinasikan kegiatan pembelajaran tatap muka (offline)
dengan pembelajaran online. Kegiatan offline untuk menyampaikan materi
pembelajaran, sedangkan kegiatan online untuk mengajarkan keterampilan.
Setelah itu kembali menggunakan pembelajaran tatap muka untuk
menyampaikan hasil kerja.
3) Kegiatan tatap muka yang dilaksanakan pada awal pembelajaran untuk
menyampaikan materi dan penugasan atau projek, selebihnya menggunakan
media online untuk keterampilan, menyelesaikan tugas/projek, dan
mempresentasikan hasil kerja.
Blended learning menjadikan peserta didik lebih fleksibel dalam belajar, karena
materi pembelajaran yang telah disiapkan guru tersimpan dalam format e-learning
sehingga bisa diakses kapanpun dan dimanapun. Pembelajaran blended learning
akan makin meningkatkan berkembangnya kompetensi Teknologi Informatika dan
Komunikasi (TIK) atau digital literacy yang menjadi salah satu ciri masyarakat
abad 21. Blended learning membuka wawasan dan menumbuhkan kemandirian
peserta didik karena mereka dapat mengakses beragam sumber belajar dari
internet baik melalui komputer maupun gadget. Di sisi lain, mereka juga tidak
akan kehilangan ‘sentuhan’ guru dan dapat berinteraksi dengan guru jika mereka
mengalami kesulitan dalam memahami materi pelajaran.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Paradigma pembelajaran mengalami pergeseran seiring dengan perkembangan
zaman. Pembelajaran zaman dahulu lebih ditekankan pada mengajar yang berfokus
pada aktivitas guru (teacher-centered), menempatkan guru sebagi pusat kegiatan
pengajaran. Dengan berkembangnya berbagai konsep psikologi dan filsafat
pendidikan, kegiatan mengajar bergeser pada pembelajaran yang berfokus pada
peserta didik (student-centered). Hal itu mengharuskan peserta didik terlibat secara
aktif untuk mengembangkan seluruh potensi yang dimilikinya. Peran guru bergeser,
bukan lagi sebagai satu-satunya sumber belajar. Namun, guru tetap menjadi pengarah
terhadap proses pembelajaran.
Perkembangan teknologi yang begitu pesat pada awal abad 21 mulai
diaplikasikan dalam dunia pendidikan. Metode pembelajaran mulai memanfaatkan
berbagai bentuk aplikasi elektronik dan internet atau yang dikenal dengan
pembelajaran berbasis e-learning. Diantaranya adalah discovery learning, inquiry
learning, problem based learning, project basic learning, production based training,
teaching factory dan blended learning. Melalui e-learning tersebut peserta didik
memiliki keleluasaan untuk mengakses berbagai sumber belajar dan informasi yang
mendukung proses pembelajaran.
B. Saran
Manusia dalam berbuat sesuatu tentunya terdapat kesalahan yang sifatnya dari
yang seharusnya. Terlebih dalam penyusunan makalah ini. Untuk itu, penulis
harapkan dari pembaca dalam kritik dan saran yang membangun guna perbaikan
penyusunan selanjutnya.
DAFTAR PUSTAKA

Barus, Diana Rosa. 2019. Model-Model Pembelajaran yang Disarankan untuk Tingkat SMK
dalam Menghadapi Abad 21. Medan: Universitas Negeri Medan.
Cintia, Nichen Irma, Firosalia Kristin, dan Indri Anugraheni. 2018. Penerapan Model
Pembelajaran Discovery Learning untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kreatif
dan Hasil Belajar Siswa. PERSPEKTIF Ilmu Pendidikan, Vol. 32, No. 1, Edisi 1 April
2018.
Fauzia, Hadist Awalia. 2018. Penerapan Model Pembelajaran Problem Based Learning untuk
Meningkatkan Hasil Belajar Matematika SD. Jurnal Primary, Vol. 7, No. 1, Edisi
April 2018.
Hidayat, M. 2011. Model Pembelajaran Teaching Factory untuk Meningkatkan Kompetensi
Siswa dalam Mata Pelajaran Produktif. Jurnal Ilmu Pendidikan, Jilid 17, No. 4, Edisi
Februari 2011: 270-278.
Iswatun, I, Mosik, M, dan Bambang Subali. 2017. Penerapan Model Pembelajaran Inkuiri
Terbimbing untuk Meningkatkan KPS dan Hasil Belajar Siswa SMP Kelas VIII.
Jurnal Inovasi Pendidikan IPA, Vol. 3, No. 2, Edisi 2017: 150-160.
Jihad, Asep dan Abdul Haris. 2008. Evaluasi Pembelajaran. Yogyakarta: Multi Pressindo.
Kurniawan, Hengki, dkk. 2019. Penerapan Model Blended Learning (Enriced-Virtual Model)
Untuk Meningatkan Kemandirian dan Prestasi Belajar Siswa. Jurnal Ilmiah
Teknologi Pendidikan, Tahun 2019, Nomor 9: 1.
Mudrikah, S., dkk. 2022. Inovasi Pembelajaran di Abad 21. Pradina Pustaka.
P21 (Partnership for 21st Century Skills). 2011. Framework for 21st century learning.
Retrieved from: www.p21.org/our-work/p21-framework.
Puspitarini, Dyah. 2022. Blended Learning sebagai Model Pembelajaran Abad 21. Ideguru:
Jurnal Karya Ilmiah Guru, Vol. 7, No. 1, Edisi Januari 2022.
Rafik, Muhammad, dkk. 2022. Telaah Literatur: Pengaruh Model Pembelejaran Project
Based
Learning (PjBL) terhadap Kreativitas Siswa Guna Mendukung Pembelajaran Abad
21. Jurnal Pembelajaran Inovatif, Vol. 05, No. 1, Edisi 2022: 80-85.
Rogers, E. M. 2010. Diffusion of Innovations. Simon and Schuster.
Rusdarti, Lilis Mitasari. 2018. Model Pembelajaran Production Based Training (PBT) Pada
Pembelajaran Prakarya dan Kewirausahaan. Economic Education Analysis Journal,
Vol 7, No. 3, Edisi 2018.
Sari, Taula Rona dan Angreni, Siska. 2018. Penerapan Model Pembelajaran Project Based
Learning (PjBL) Upaya Peningkatan Kreativitas Mahasiswa. Varia Pendidikan, Vol.
30, No. 1, Edisi Juli 2018: 79-83.
Scott, C.L. 2015c. The Futures of Learning 3: What kind of pedagogies for the 21st century?
UNESCO Education Research and Foresight, Paris. [ERF Working Papers Series, No.
15].
Siregar, Eveline dan Widyaningrum, Retno. 2015. Belajar Pembelajaran. Edisi 3. Tangerang
Selatan: Ghalia Indonesia.
Trilling, B. dan Fadel, C. 2009. 21st Century Skills: Learning for Life in Our Times. San
Francisc.
Ulansari, Putri Tuti, Ansori Irwandi, dan Yennita. 2018. Penerapan Model Pembelajaran
Inkuiri untuk Meningkatkan Aktivitas dan Hasil Belajar Siswa. Diklabio: Jurnal
Pendidikan dan Pembelajaran Biologi, Vol. 2, No. 1, Edisi 2018: 27-33.
Wijaya, E.Y., Sudjimat, D.A., dan Nyoto, A. 2016. Transformasi pendidikan abad 21
sebagai
tuntutan pengembangan sumber daya manusia di era global.prosiding
Seminar Nasional Pendidikan Matematika (pp. 263-278). Malang: Universitas
Kanjuruhan Malang.
Zubaidah, Siti. "Keterampilan abad ke-21: Keterampilan yang diajarkan melalui
pembelajaran." Seminar Nasional Pendidikan. Vol. 2. No. 2. 2016.

Anda mungkin juga menyukai