Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

KURIKULUM DAN TANTANGAN ABAD KE 21

Disusun Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah Telaah kurikulum


Dosen Pengampu : Mustaqim Masan, M.Pd

Disusun oleh:
M. AMIRUDIN 2127101010530

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN


UNIVERSITAS ISLAM AN NUR LAMPUNG
1444 H / 2023 M
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami haturkan kehadirat Allah Swt. yang telah melimpahkan
rahmat dan hidayah-Nya sehingga kami bisa menyelesaikan makalah tentang
"Konsep Dasar Media Pembelajaran".

Tidak lupa juga kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang
telah turut memberikan kontribusi dalam penyusunan makalah ini. Tentunya,
tidak akan bisa maksimal jika tidak mendapat dukungan dari berbagai pihak.

Sebagai penyusun, kami menyadari bahwa masih terdapat kekurangan, baik


dari penyusunan maupun tata bahasa penyampaian dalam makalah ini. Oleh
karena itu, kami dengan rendah hati menerima saran dan kritik dari pembaca agar
kami dapat memperbaiki karya ilmiah ini.

Kami berharap semoga makalah yang kami susun ini memberikan manfaat
dan juga inspirasi untuk pembaca.

Pulau Panggung, 11 September


2023

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL.................................................................................................i
KATA PENGANTAR ............................................................................................ii
DAFTAR ISI...........................................................................................................ii
BAB 1 PENDAHULUAN
A. Latar belakang............................................................................................. 1
B. Rumusan masalah ........................................................................................2
C. Tujuan penulisan .........................................................................................2
D. Manfaat .......................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN
A. Konsep Belajar Dan Pembelajaran Abad Ke 21 .........................................3
B. Model Pembelajaran Abad Ke 21................................................................4
C. Prinsip Pokok Pembelajaran Abad Ke 21 ..................................................7
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan .................................................................................................9
B. Saran ............................................................................................................9
DAFTAR PUSTAKA

iii
1

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Belajar merupakan kegiatan yang dilakukan dengan sengaja atau tidak


sengaja oleh setiap individu, sehingga terjadi perubahan dari yang tidak tahu
menjadi tahu, dari yang tidak bisa berjalan menjadi bisa berjalan, tidak bisa
membaca menjadi bisa membaca dan sebagainya, sedangkan Pembelajaran
berarti kegiatan belajar yang dilakukan oleh peserta didik dan pendidik.
Belajar dimaksudkan agar terjadinya perubahan dalam pikiran dan karakter
diri peserta didik. Tantangan pendidik tidak hanya membekali keterampilan
peserta didik saat ini, tetapi memastikan bahwa anak didiknya sukses kelak di
masa depan. Sukses artinya anak didik setelah belajar di sekolah dapat terjun
hidup di masyarakat. Untuk itu, pendidik harus membekali keterampilan
kepada anak didiknya sesuai dengan kebutuhan yang dapat mereka
manfaatkan dalam kehidupan sehari-hari.
Pembelajaran di abad 21 ini memiliki perbedaan dengan pembelajaran
di masa yang lalu. Dahulu, pembelajaran dilakukan tanpa memperhatikan
standar, sedangkan kini memerlukan standar sebagai acuan untuk mencapai
tujuan pembelajaran. Melalui standar yang telah ditetapkan, pendidik
mempunyai pedoman yang pasti tentang apa yang diajarkan dan yang hendak
dicapai. Kemajuan teknologi informasi dan komunikasi telah merubah gaya
hidup manusia, baik dalam bekerja, bersosialisasi, bermain maupun belajar.
Memasuki abad 21 kemajuan teknologi tersebut telah memasuki berbagai
sendi kehidupan, tidak terkecuali dibidang pendidikan. Dosen dan
mahasiswa, pendidik dan peserta didik dituntut memiliki kemampuan belajar
mengajar di abad 21 ini. Sejumlah tantangan dan peluang harus dihadapi
peserta didik dan pendidik agar dapat bertahan dalam abad pengetahuan di era
informasi ini.

1
2

Pendidikan Nasional abad 21 bertujuan untuk mewujudkan cita-cita


bangsa, yaitu masyarakat bangsa Indonesia yang sejahtera dan bahagia,
dengan kedudukan yang terhormat dan setara dengan bangsa lain dalam dunia
global, melalui pembentukan masyarakat yang terdiri dari sumber daya
manusia yang berkualitas, yaitu pribadi yang mandiri, berkemauan dan
berkemampuan untuk mewujudkan cita-cita bangsanya.

B. Rumusan Masalah
1. Apa konsep dari belajar dan pembelajaran abad 21?
2. Apa saja prinsip pokok pembelajaran pada abad 21?
3. Bagaimana model pembelajaran pada Abad 21?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui konsep belajar dan pembelajaran abad 21.
2. Untuk mengetahui prinsip pokok pembelajaran pada abad 21.
3. Untuk mengetahui model pembelajaran pada abad 21.

D. Manfaat
1. Dapat digunakan sebagai bahan pengajaran mengenai pembelajaran abad
21.
2. Dapat Memberi pengetahuan terdahap pembaca mengenai pembelajaran
abad 21

2
3

BAB II
PEMBAHASAN

A. Konsep Belajar dan Pembelajaran Abad 21

Pembelajaran abad 21 dituntut berbasis teknologi untuk


menyeimbangkan tuntutan zaman era milenia dengan tujuan, nantinya
peserta didik terbiasa dengan kecakapan hidup abad 21. Sejalan dengan
pendapat tersebut (Greenstein) menyatakan bahwa peserta didik yang
hidup pada abad 21 harus menguasai keilmuan, berketerampilan
metakognitif, mampu berpikir kritis dan kreatif, serta bisa berkomunikasi
atau berkolaborasi yang efektif, keadaan ini menggambarkan adanya
kesenjangan antara harapan dan kenyataan. Oleh karena itu, pemerintah
merancang pembelajaran abad 21 melalui kurikulum 2013 yang berbasis
pada peserta didik. Pendidik sebagai kepanjangan tangan dari pemerintah
di sekolah - sekolah menerapkan pembelajaran abad 21.
Untuk mengembangkan pembelajaran abad 21, pendidik harus
memulai satu langkah perubahan yaitu merubah pola pembelajaran
tradisional yang berpusat pada pendidik menjadi pola pembelajaran yang
berpusat pada peserta didik. Pola pembelajaran yang tradisional bisa
dipahami sebagai pola pembelajaran dimana pendidik banyak memberikan
ceramah sedangkan peserta didik lebih banyak mendengar, mencatat dan
menghafal.
Pendidik sudah sering mendengar mengenai pola pembelajaran
CBSA (Cara Belajar Siwa Aktif), namun pendekatan yang dilakukan
masih bersifat tradisional. Untuk mengerti pola pembelajaran yang
berpusat pada peserta didik maka kita bisa kembali kepada slogan
pendidikan kita yang tercantum dalam logo kementerian pendidikan dan
kebudayaan dan merupakan pesan dari Bapak Pendidikan Bangsa, Ki
Hajar Dewantara, yaitu Tut Wuri Handayani. Pendidik berperan sebagai
pendorong dan fasilitator agar peserta didik bisa sukses dalam kehidupan.

3
4

Satu hal lain yang penting yaitu pendidik akan menjadi contoh pembelajar
(learner model), pendidik harus mengikuti perkembangan ilmu terakhir
sehingga sebetulnay dalam seluruh proses pembelajaran ini pendidik dan
peserta didik akan belajar bersama namun pendidik mempunyai tugas
untuk mengarahkan dan mengelola kelas.

B. Model Pembelajaran Abad 21

Di sekolah formal, pembelajaran sudah dituntut untuk menerapkan


kemampuan 4C (Critical Thinking, Communiaction, Collaboration ,
Creativity), ini dapat terwujud cepat tidak hanya tuntutan pada kinerja
pendidik dalam mengubah metode mengajar, tetapi juga peran dan
tanggung jawab pendidik non formal dalam membiasakan peserta didik
menerapkan 4C dalam keseharian. Untuk mencapai kondisi belajar yang
ideal, kualitas pengajaran selalu terkait dengan penggunaan model
pembelajaran secara optimal, ini berarti bahwa untuk mencapai kualitas
pengajaran yang tinggi setiap mata pelajaran harus diorganisasikan dengan
model pengorganisasian yang tepat dan selanjutnya disampaikan kepada
siswa dengan model yang tepat pula. Keterampilan 4C wajib dikuasai dan
dimiliki oleh setiap peserta didik guna menghadapi tantangan abad 21.
Adapun kemampuan 4C menurut Anies Baswedan.

1. Critical thinking (berpikir kritis) yaitu kemampuan peserta didik dalam


berpikir kritis berupa bernalar, mengungkapkan, menganalisis dan
menyelesaikan masalah. Di era reformasi critical thinking, juga
digunakan untuk menangkal dan memfilter paham radikal yang
dianggap tidak masuk akal. Kemampuan berpikir kritis biasanya
diawali dengan kemampuan seseorang mengkritisi berbagai fenomena
yang terjadi di sekitarnya, kemudian menilai dari sudut pandang yang
digunakannya. Kemudian ia memposisikan dirinya, dari situasi yang
tidak tepat menjadi situasi yang berpihak padanya.

4
5

2. Communication (komunikasi) yaitu bentuk nyata keberhasilan


pendidikan dengan adanya komunikasi yang baik dari para pelaku
pendidikan demi peningkatan kualitas pendidikan.

3. Collaboration (kolaborasi) yaitu mampu bekerja sama, saling


bersinergi dengan berbagai pihak dan bertanggung jawab dengan diri
sendiri, masyarakat dan lingkungan. Dengan demikian ia akan
senantiasa berguna bagi lingkungannya.

4. Creativity (kreativitas) yaitu kemampuan untuk menghasilkan sesuatu


yang baru. Kreativitas peserta didik perlu diasah setiap hari agar
menghasilkan terobosan atau inovasi baru bagi dunia pendidikan.
Kreatifitas membekali seorang peserta didik yang memiliki daya saing
dan memberikan sejumlah peluang baginya untuk dapat memenuhi
segala kebutuhan hidupnya.

Penerapan 4C dalam pembelajaran kurikulum 2013 jika benar-benar


dilakukan di sekolah akan memberikan dampak yang luar biasa bagi
generasi penerus bangsa untuk menghadapi tantangan hidup abad 21.

Disamping 4C, Kemdikbud juga meluncurkan program unggulan


Gerakan Literasi Sekolah sebagai upaya pemerintah menjadikan pendidikan
berkualitas dengan meningkatkan budaya literasi (membaca dan menulis)
menurut Suragangga. Di Dalam Permendikbud Nomor 23 Tahun 2015 telah
menyadari pentingnya penumbuhan karakter peserta didik melalui kebijakan
membaca selama 15 menit sebelum pelajaran dimulai. Kegiatan ini perlu
perhatian khusus untuk dilaksanakan secara rutin oleh warga sekolah.
Walaupun terlihat mudah, namun sulit dalam mengerjakannya karena kita
harus melawan hawa nafsu yaitu rasa malas membaca yang tertanam dalam
masing-masing pribadi yang belum terbiasa. Namun, jika kita sudah
terbiasa melakukannya ini akan menjadi ringan dan kebiasaan baik untuk
membangun karakter anak bangsa yang multiliterat. Semua kalangan perlu

5
6

bersinergi untuk mensukseskan program pemerintah baik sekolah keluarga


dan masyarakat.

Literasi merupakan proses kompleks yang melibatkan proses


pembangunan pengetahuan sebelumnya, budaya dan pengalaman untuk
mengembangkan pengetahuan baru dan pemahaman yang lebih mendalam
menurut Abidin, Yunus, dkk. Sejalan dengan hal tersebut konsep literasi
juga mengalami perkembangan diantaranya yaitu penggunaan berbagai
media digital baik di kelas, sekolah, tempat tinggal maupun masyarakat.
Kini istilah literasi telah berkembang menjadi multiliterasi. Multiliterasi
merupakan kemampuan membaca, menulis puisi, membagi, melukis,
menari, menulis novel ataupun kemampuan berkontak dengan berbagai
media yang memerlukan literasi menurut Kist. Dengan demikian, literasi
dipandang sebagai kegiatan yang bermakna dari berbagai media. Dalam
pandangan Cope dan Kalantzis, literasi merupakan elemen terpenting dalam
proyek pendidikan modern. Morocco et al menyatakan kompetensi belajar
dan berkehidupan dalam abad ke-21 ditandai dengan kompetensi
pemahaman yang tinggi, kompetensi berpikir kritis, kompetensi
berkolaborasi dan berkomunikasi, serta kompetensi berpikir kreatif. Sejalan
dengan uraian tersebut pembelajaran multiliterasi pada hakikatnya adalah
pengembangan dan penggunaan konsep kompetensi 4C.

Memasuki abad 21 penguasaan sains dan teknologi adalah kunci


keberhasilan generasi bangsa dalam menghadapi persaingan global. Sains
adalah bagian dari pendidikan sebagai wahana bagi peserta didik untuk
menguasai secara kontekstual dan mempraktekkannya dalam kehidupan
sehari-hari. Rustaman berpendapat bahwa sains berperan dalam membangun
karakter masyarakat dan bangsa dikarenakan kemajuan pengetahuan yang
amat pesat, keampuhan proses yang dapat ditransfer pada bidang lain, dan
terkandung muatan nilai dan sikap di dalamnya. Adapun literasi sains adalah
bagaimana pemahaman tentang sains menjadikan solusi dalam pengambilan
setiap keputusan yang dihadapi.

6
7

C. Prinsip Pokok Pembelajaran Abad 21


Dalam buku paradigma pendidikan nasional abad XXI yang
diterbitkan Badan Standar Nasional Pendidikan (BNSP) atau membaca isi
Pemendikbud No. 65 tahun 2013 tentang Standar Proses, BSNP
merumuskan 16 prinsip pembelajaran yang harus dipenuhi dalam proses
pendidikan abad ke-21. Sedangkan Pemendikbud No. 65 tahun 2013
mengemukakan 14 prinsip pembelajaran, terkait dengan implementasi
Kurikulum 2013. Sementara itu, Jennifer Nichols menyederhanakannya ke
dalam 4 prinsip pokok pembelajaran abad ke 21 yang dijelaskan dan
dikembangkan seperti berikut ini:

1. Instruction should be student-centered

Pengembangan pembelajaran menggunakan pendekatan


pembelajaran yang berpusat pada peserta didik. Peserta didik
ditempatkan sebagai subyek pembelajaran yang secara aktif
mengembangkan minat dan potensi yang dimilikinya. Peserta didik tidak
lagi dituntut untuk mendengarkan dan menghafal materi pelajaran yang
diberikan pendidik, tetapi berupaya mengkonstruksi pengetahuan dan
keterampilannya, sesuai dengan kapasitas dan tingkat perkembangan
berfikirnya, sambil diajak berkontribusi untuk memecahkan masalah-
masalah nyata yang terjadi di masyarakat.
2. Education should be collaborative
Peserta didik harus diajarkan untuk bisa berkolaborasi dengan
orang lain. Berkolaborasi dengan orang-orang yang berbeda dalam latar
budaya dan nilai-nilai yang dianutnya. Dalam menggali informasi dan
membangun makna, peserta didik perlu didorong untuk bisa
berkolaborasi dengan teman-teman di kelasnya. Dalam mengerjakan
suatu proyek, peserta didik perlu dibelajarkan bagaimana menghargai
kekuatan dan talenta setiap orang serta bagaimana mengambil peran dan
menyesuaikan diri secara tepat dengan mereka.

7
8

3. Learning should have context

Pembelajaran tidak akan banyak berarti jika tidak memberi dampak


terhadap kehidupan peserata didik di luar sekolah. Oleh karena itu,
materi pelajaran perlu dikaitkan dengan kehidupan sehari-hari peserta
didik. Pendidik mengembangkan metode pembelajaran yang
memungkinkan peserta didik terhubung dengan dunia nyata (real word).
Pendidik membantu peserta didik agar dapat menemukan nilai, makna
dan keyakinan atas apa yang sedang dipelajarinya serta dapat
mengaplikasikan dalam kehidupan sehari-harinya. Pendidik melakukan
penilaian kinerja siswa yang dikaitkan dengan dunia nyata.

4. Schools should be integrated with society

Dalam upaya mempersiapkan peserta didik menjadi warga negara


yang bertanggung jawab, sekolah seyogyanya dapat memfasilitasi
peserta didik untuk terlibat dalam lingkungan sosialnya. Misalnya,
mengadakan kegiatan pengabdian masyarakat, dimana peserta didik
dapat belajar mengambil peran dan melakukan aktivitas tertentu dalam
lingkungan sosial. Peserta didik dapat dilibatkan dalam berbagai
pengembangan program yang ada di masyarakat, seperti: program
kesehatan, pendidikan, lingkungan hidup, dan sebagainya. Selain itu,
peserta didik perlu diajak pula mengunjungi panti-panti asuhan untuk
melatih kepekaan empati dan kepedulian sosialnya.

8
9

BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Pembelajaran di abad 21 ini memiliki perbedaan dengan
pembelajaran di masa yang lalu. Untuk mengembangkan pembelajaran
abad 21, pendidik harus memulai satu langkah perubahan yaitu merubah
pola pembelajaran tradisional yang berpusat pada pendidik menjadi pola
pembelajaran yang berpusat pada peserta didik.

B. Saran
Untuk sekarang Indonesia harus bisa menerapkan pembelajaran
abad 21 agar peserta didik lebih aktif dalam belajar

9
DAFTAR PUSTAKA

Abidin, Yunus, dkk. (2017). Pembelajaran Literasi. Jakarta: Bumi Aksara. Cope
dan Kalantiz. (2005).

BSNP. (2010). Paradigma Pendidikan Nasional Abad XXI. [Online]. Tersedia:


http://www.bsnp-indonesia.org/id/wpcontent/uploads/2012/04/Laporan-
BSNP 2010. pdf diakses pada tanggal 12 September 2019 pukul 20.50
WITA

Cope dan Kalantiz. (2005). Multiliteracies: Literacy Learning and The Design of
Social Futures. New York: Routledge, Taylor, dan Francis Group.

Greenstein, L. (2012). Assessing 21st Century Skills:a guide to evaluating


mastery and authentic learning. London: Sage Publications Ltd.

Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan RI. (2015). Desain Induk Gerakan


Literasi Sekolah. Jakarta: Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan RI.

Kist, W. (2005). New Literacies in Action: Teaching and Learning in Multiple


Media. New York: Teachers College, Columbia University.

Morocco, C. C. et al. (2008) Supported Literacy fo Adolescents: Transforming


Teaching and Content Learning for The Twenty-First Century. San
Francisco: Jossey-Bass A Wiley Imprint.

Prihadi, Singgih. (2017). Penguatan Ketrampilan Abad 21 Melalui Pembelajaran


Mitigasi Bencana Banjir. Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Geografi
FKIP UMP 2017, 4550.

Rustaman, N.Y. (2007). Kemampuan Dasar Bekerja Ilmiah dalam Pendidikan


Sains dan Asesmennya. Proceeding of the First International on Science
Education. Bandung: Sps UPI.

Nurliana Siregar. (2016) “Belajar dan Pembelajaran”. [Online]. Tersedia:


https://akademik.uhn.ac.id › portal › public_html › FKIP › Nurliani_Siregar
diakses pada tanggal 12 September 2019 pukul 19.00 WITA

Yana. (2015) .Pendidikan Abad 21. [Online]. Tersedia : http:/yana.staf.upi.edu/2015/10/11/pendidikan-


abad-21/ di akses pada tanggal 13 September 2019 pukul 20.50 WITA

https://republika.co.id/berita/pendidikan/eduaction/16/02/06/o24uep284-strategi-
4cuntuk-tingkatkan-mutu-pendidikan diakses tanggal 10 November 2019
pukul 20.00 WITA

Anda mungkin juga menyukai