Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH TELAAH KURIKULUM dan BUKU TEKS GEOGRAFI

TUNTUTAN PENDIDIKAN ABAD KE-21


HIGHER ORDER THINKING SKILLS (HOTS)

Disusun Oleh :

Reski Ayuni 17045159

Dosen Pembimbing :

1. Dr.Nofrion,M.Pd

2. Bayu Wijayanto,S.Pd,M.Pd.

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GEOGRAFI

JURUSAN GEOGRAFI

FAKULTAS ILMU SOSIAL

2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT, atas rahmat dan hidayah-Nya, maka
penulis dapat menyelesaikan penyusunan makalah yang berjudul “Tunututan Pendidikan abad
21 Higher order thinking skills (HOTS)”
Penulisan makalah adalah merupakan salah satu tugas dan persyaratan untuk
menyelesaikan tugas Telaah kurikulum dan buku teks geografi.
Dalam Penulisan makalah ini penulis merasa masih banyak kekurangan-kekurangan
baik pada teknis penulisan maupun materi, mengingat akan kemampuan yang dimiliki penulis.
Untuk itu kritik dan saran dari semua pihak sangat penulis harapkan demi penyempurnaan
pembuatan makalah ini.

Padang, September 2019

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ...........................………………………………………… 2


DAFTAR ISI...........................................................................................................3
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ...............................................................................4
B. Rumusan Masalah .........................................................................................4
C. Tujuan Makalah ............................................................................................4
BAB II PEMBAHASAN ........................................................................................5
A. Tuntutan Pendidikan Abad 21 ......................................................................5
B. Inovasi Pendidikan Abad 21 (Higher Order Thinking Skills) ......................7
1.Kualitas Karakter ...........................................................................................7
2.Kompetensi 4C’s /HOTS (bagaimana siswa memecahkan masalah) …………… 7
BAB III PENUTUP .................................................. Error! Bookmark not defined.
DAFTAR PUSTAKA ............................................... Error! Bookmark not defined.
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Pendidikan hendaknya mampu menjawab atas berbagai permasalahan yang ada.
Ketidaksiapan generasi penerus bangsa dalam menghadapi zaman modern yang serba canggih
yang mana didalamnya terdapat kompetisi persaingan yang ketat dan bebas akan menyebabkan
lahirnya generasi muda yang rapuh dan mudah terombang-ambing oleh kuatnya arus
modernisme. Kecanggihan ilmu dan teknologi juga membawa dampak negatif, jika tidak
dihadapi dengan bijak, maka dapat memberikan imbas negatif.
Abad 21 mendatang jika disikapi dengan baik, maka akan melahirkan kekuatan tersendiri.
Oleh karena itu, guna menghadapi berbagai permasalahan yang ‘sudah muncul’ di abad ini dan
‘diperkirakan akan memuncak’ di abad 21, maka perlunya kita sebagai calon pendidik untuk
memberikan inovasi di bidang pendidikan sebagai bekal untuk peserta didik.Berangkat dari
permasalahan ini, kami merasa tergugah untuk menyusun makalah dengan judul “Tuntutan
Pendidikan Abad 21, Higher Thinking Order Skills (HOTS)”. Diharapkan kita sebagai calon
pendidik memiliki kesiapan untuk menghadapi abad 21 ini. Dan juga sebagai bekal untuk
berinovasi di bidang pendidikan yang hasilnya layak untuk disuguhkan kepada masyarakat.
Semoga makalah ini dapat bermanfaat, khususnya bagi kami dan umumnya bagi pembaca.

B. Rumusan Masalah
Dari latar belakang masalah diatas, penulis menarik rumusan masalah sebagai berikut:
1. Apa tuntutan pendidikan di abad 21?
2. Bagaimana inovasi pendidikan yang tepat guna menghadapi abad 21?
3. Apa yang dimaksud dengan Higher Order Thinking Skills?
C. Tujuan Makalah
Dari rumusan masalah diatas, penulis menarik tujuan penulisan makalah sebagai berikut:
1. Mengetahui tuntutan pendidikan di abad 21.
2. Mengetahui inovasi pendidikan di abad 21.
3. Mengetahui apa yang dimaksud dengan Higher Order Thinking Skills.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Tuntutan Pendidikan Abad 21


Abad ke-21 ditandai sebagai abad keterbukaan atau abad globalisasi, artinya kehidupan
manusia pada abad ke-21 mengalami perubahan-perubahan yang fundamental. Dikatakan abad
ke-21 adalah abad yang meminta kualitas dalam segala usaha dan hasil kerja manusia. Dengan
sendirinya abad ke-21 meminta sumberdaya manusia yang berkualitas.1 Seperti yang sudah kita
ketahui, apabila ingin memajukan suatu negara maka dimulai dengan memperbaiki kualitas
SDM-nya, adapun cara memperbaiki kualitas SDM ialah melalui pendidikan. Dengan kata lain
diperlukan suatu paradigma baru dalam menghadapi tantangan-tantangan baru yang menuntut
terobosan pemikiran agar mampu menghasilkan output peserta didik yang bermutu dan dapat
bersaing dalam dunia yang serba terbuka.
Abad 21 ditandai dengan berkembangnya teknologi informasi yang sangat pesat, tentu
diperlukan adanya kesiapan dalam menghadapi perkembangan ini. Arus informasi yang sangat
pesat, apabila tidak dapat diseleksi dengan baik, maka dapat mempengaruhi kepribadian
informan. Oleh karena itu diperlukan penegasan dan penguatan karakter guna membekali diri
peserta didik, agar peserta didik mampu mengarungi luasnya ilmu pengetahuan dengan tetap
memiliki kepribadian dan karakter yang kuat. Lalu bagaimana cara menguatkan karakter dalam
diri peserta didik? Diperlukan adanya pendekatan pembelajaran yang inovatif, yakni
pendekatan saintifik sebagaimana yang tertuang di dalam K.13.
Dengan adanya pendekatan pembelajaran yang menuntut kompetensi higher order thinking
skills (keterampilan berpikir tingkat tinggi), maka seorang guru mengajarkan peserta didik
untuk dapat berpikir kritis terhadap berbagai fenomena yang ada, sehingga diharapkan peserta
didik mampu memberikan persepsi dan interpretasi yang benar dan tepat sebagai solusi atas
permasalahan-permasalahn yang muncul di realita. Di dalam pembelajaran HOTS juga siswa
diajarkan untuk dapat menghasilkan gagasan baru yang inovatif dan bermanfaat. Sehingga
dengan begitu seorang siswa diharapkan dapat menjadi ilmuwan yang memiliki pemikiran kritis
(tidak jumud), selalu berkreasi serta berinovasi dengan tetap memiliki karakter yang tangguh.
Namun perlu diinsyafi, untuk dapat berpikir kritis dan kreatif maka diperlukan adanya
kemampuan ‘melek informasi’. Dalam artian, mampu memilah-memilih berbagai informasi
yang ada dengan menggunakan literatur yang ‘dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya’.
Literatur yang dapat digunakan sebagai pijakan penggalian informasi tidak hanya terdapat di
dalam media cetak (buku-buku) namun informasi juga kini telah disuguhkan di media online.
Apabila tidak mampu menyeleksi informasi yang tersedia, maka informan akan disesatkan oleh
informasi tersebut dan secara tidak langsung akan berimplikasi kepada pembunuhan karakter
melalui akses-akses informasi negatif. Oleh karena itu, guru perlu membekali peserta didik
yang hidup di zaman millenium yakni suatu kemampuan ‘melek informasi’, agar mereka
mampu untuk memfilter diri dalam mengakses berbagai informasi yang tersedia.
PERANAN PENDIDIKAN DI ABAD KE-21
Terdapat berbagai aturan pembelajaran yang ideal diterapkan di pendidikan abad ke-21,
yakni sebagai berikut:
1. Pembelajaran harus berpusat pada siswa (student centered). Dalam model kelas ini, guru
bertindak sebagai fasilitator bagi siswa. Siswa tidak akan menerima informasi secara pasif,
namun para siswa akan mengumpulkan informasi sendiri, di bawah bimbingan gurunya.
Gaya belajar yang digunakan siswa pun beragam. Mereka terlibat dalam berbagai jenis
aktivitas pembelajaran secara langsung, dan juga siswa menunjukkan pembelajaran dengan
berbagai cara belajar yang berbeda (5M). Di dalam konsep pembelajaran ini kegiatan
belajar adalah tentang penemuan, bukan menghafal fakta.2
2. Pendidikan harus kolaboratif. Siswa harus belajar bagaimana cara berkolaborasi dengan
orang lain. Siswa diharapkan dapat bekerja sama dengan orang lain yang memiliki budaya
yang berbeda, ideologi/sudut pandang yang berbeda.3 Dengan begitu siswa mampu
mengembangkan berbagai bakat dan minatnya dengan cara berkolaborasi dengan orang
lain. Karena tidak dapat dipungkiri, bahwa manusia merupakan zoon politicon atau makhluk
sosial.
3. Belajar harus memiliki konteks. Sistem pembelajaran student centered tidak berarti bahwa
guru menyerahkan semua kendali kelas kepada siswa tanpa kendali. Memang siswa
didorong untuk belajar dengan cara yang berbeda, namun guru tetap memberikan panduan
mengenai keterampilan yang perlu diperoleh atau kompetensi yang wajib dicapai. Guru
dapat membuat sebuah titik untuk membantu siswa memahami bagaimana keterampilan
yang mereka bangun dapat diterapkan dalam kehidupan mereka. Karena siswa akan lebih
termotivasi untuk belajar sesuatu yang bisa mereka lihat nilainya atau kegunannya di dunia
nyata.4
4. Sekolah harus diintegrasikan dengan masyarakat. Untuk mempersiapkan siswa menjadi
warga negara yang bertanggung jawab, kita perlu memodelkan apa itu warga negara yang
bertanggung jawab.5 Sekolah diharapkan mampu menjawab berbagai tantangan dan
permasalahan yang muncul di masyarakat. Yakni dengan membekali siswa berbagai
komptensi/keterampilan yang dibutuhkan oleh masyarakat. Oleh karenanya, sistem
pendidikan haruslah menyesuaikan dengan kearifan lokal.

B. Inovasi Pendidikan Abad 21 (Higher Order Thinking Skills)


Di poin sebelumnya, kita mendapati adanya berbagai tuntutan pendidikan di abad 21, yang
mana dalam menjawab tuntutan tersebut diperlukan adanya pembekalan keterampilan abad 21
yang dibutuhkan oleh setiap siswa, yakni sebagai berikut:
1. Kualitas Karakter (bagaimana siswa beradaptasi pada lingkungan yang dinamik)
Adapun karakter yang diharapkan muncul dalam diri siswa adalah:6
Jenis Karakter Deskripsi
Religius Sikap dan perilaku yang patuh dalam melaksanakan
agama, toleran terhadap pelaksanaan ibadah agama lain,
hidup rukun dengan pemeluk agama lain.
Nasionalis Cara berpikir, bersikap dan berbuat yang menunjukkan
kesetiaan, kepedulian dan penghargaan yang tinggi
terhadap bahasa, lingkungan fisik, sosial, budaya,
ekonomi dan politik bangsa.
Mandiri Sikap dan perilaku yang tidak mudah tergantung pada
orang lain dalam menyelesaikan tugas-tugas.
Integritas Adanya keterkaitan antara berbagai disiplin ilmu, dimana
materi pembelajaran disusun secara nondikotomik. Dan
adanya keterkaitan antara pengetahuan dengan sikap.
Gotong-royong Tindakan yang memperlihatkan rasa senasib-
sepenanggungan. Yakni mampu bekerja sama dengan
orang lain guna mencapai tujuan yang telah disepakati.
Toleransi Sikap dan tindakan yang menghargai perbedaan agama,
suku, etnis, pendapat, sikap, dan tindakan orang lain yang
berbeda dengan dirinya.
Tanggung jawab Sikap dan perilaku seseorang untuk melaksanakan tugas
dan kewajibannya, yang seharusnya dia lakukan, terhadap
diri sendiri, masyarakat, lingkungan (alam, sosial dan
budaya), negara dan Tuhan Yang Maha Esa.
Kreatif Berpikir dan melakukan sesuatu untuk menghasilkan cara
atau hasil yang baru dari sesuatu yang telah dimiliki.
Peduli lingkungan Sikap dan tindakan yang selalu berupaya mencegah
kerusakan pada lingkungan alam di sekitarnya dan
mengembangkan upaya-upaya untuk memperbaiki
kerusakan alam yang sudah terjadi.

Untuk mengimplementasikan penguatan karakter pada diri peserta didik maka diperlukan
adanya: kurikulum pendidikan karakter, pembelajaran berbasis karakter, dan evaluasi
terhadapnya. Kurikulum pendidikan karakter di sekolah meliputi dua kurikulum, yaitu
kurikulum tersembunyi dan kurikulum terbuka.7 Dengan kata lain, kurikulum pendidikan
karakter haruslah integratif, baik dari segi materi pembelajaran, strategi pembelajaran, dan
adanya penanaman nilai karakter didalam setiap aktivitas pembelajaran. Untuk menerapkan
kurikulum pendidikan karakter, maka diperlukan adanya penerapan pendekatan pembelajaran
berkarakter yang bertujuan mencapai kompetensi inti, yakni kompetensi spiritual/religius,
kompetensi sosial, kompetensi pengetahuan dan kompetensi keterampilan.

2.Kompetensi 4C’s /HOTS (bagaimana siswa memecahkan masalah)


a. Kompetensi 4C’s /HOTS
Anderson dan Krathwohl (2001) mengungkapkan bahwa kompetensi berpikir dapat
dikelompokkan menurut taksonomi Bloom, seperti pada tabel di bawah.8
Taksonomi Bloom Tingkatan Berpikir Tinjauan
Knowledge (C1) Lower-Order Mengingat
Comprehension (C2) Lower-Order Memahami
Application (C3) Higher-Order Menerapkan
Analysis (C4) Higher-Order Menganalisis
Synthesis (C5) Higher-Order Menciptakan
Evaluation (C6) Higher-Order Mengevaluasi
Keterampilan berpikir tingkat tinggi atau dikenal dengan istilah Higher Order Thinking
Skills (HOTS) pada taksonomi Bloom, merupakan urutan tingkat berpikir (kognitif) dari tingkat
rendah ke tinggi. Pada ranah kognitifnya, HOTS berada pada level analisis, sintesis dan
evaluasi. HOTS versi lama berupa kata benda yaitu pengetahuan, pemahaman, terapan, analisis,
sintesis, evaluasi. Sedangkan HOTS setelah direvisi menjadi kata kerja: mengingat, memahami,
menerapkan, menganalisis, mengevaluasi dan mencipta.9 Adapun pendekatan pembelajaran
yang ideal di abad 21 adalah dengan menerapkan HOTS ini menjadi 4 C’s Learning, sebagai
berikut:
 Critical Thinking (Berpikir Kritis). Pemikiran kritis adalah proses penyaringan, analisis
dan memberikan pertanyaan terhadap informasi/konten yang ditemukan di berbagai
media, dan kemudian mensintesisnya dalam bentuk yang memiliki nilai kepada
individu.
 Collaboration (Kolaborasi). Kolaborasi adalah keterampilan memanfaatkan berbagai
kepribadian, talenta, dan pengetahuan dengan cara menciptakan hasil maksimal.
 Creativity (Kreativitas). Kreativitas adalah keterampilan individu dalam menggunakan
proses berpikirnya untuk menghasilkan gagasan yang baru, konstruktif berdasarkan
konsep-konsep dan prinsip-prinsip yang rasional maupun persepsi, dan intuisi individu.
 Communication (Komunikasi). Komunikasi adalah keterampilan menyajikan informasi
dengan cara yang jelas, ringkas dan berarti.

Cara-cara yang dapat melatih siswa untuk berpikir tingkat tinggi


 Membuat Peta Konsep
 Mengajukan Pertanyaan
 Menyusun buku harian/jurnal pembelajaran
 Pembelajaran kooperatif berbasis TI (Teknologi Informasi)
 Menggunakan analogi
 Eksperimen berbasis inkuiri
 Metode Proyek
 Latihan-latihan membuat keputusan
BAB III
PENUTUP
A.Kesimpulan
Terdapat berbagai aturan pembelajaran yang ideal diterapkan di pendidikan abad ke-21,
yakni sebagai berikut:
1. Pembelajaran harus berpusat pada siswa (student centered).
2. Pendidikan harus kolaboratif.
3. Belajar harus memiliki konteks
4. Sekolah harus diintegrasikan dengan masyarakat.
Adapun pendekatan pembelajaran yang ideal di abad 21 adalah dengan menerapkan HOTS
ini menjadi 4 C’s Learning, sebagai berikut:
 Critical Thinking (Berpikir Kritis). Pemikiran kritis adalah proses penyaringan, analisis
dan memberikan pertanyaan terhadap informasi/konten yang ditemukan di berbagai
media, dan kemudian mensintesisnya dalam bentuk yang memiliki nilai kepada
individu.
 Collaboration (Kolaborasi). Kolaborasi adalah keterampilan memanfaatkan berbagai
kepribadian, talenta, dan pengetahuan dengan cara menciptakan hasil maksimal.
 Creativity (Kreativitas). Kreativitas adalah keterampilan individu dalam menggunakan
proses berpikirnya untuk menghasilkan gagasan yang baru, konstruktif berdasarkan
konsep-konsep dan prinsip-prinsip yang rasional maupun persepsi, dan intuisi individu.
 Communication (Komunikasi). Komunikasi adalah keterampilan menyajikan informasi
dengan cara yang jelas, ringkas dan berarti.

B.Saran
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa di dalam makalah ini masih jauh dari
sempurna,oleh sebab itu penulis mengharapkan masukan berupa kritik dan sarannya yang
membangun, guna kesempurnaan pembuatan makalah ini dan bermanfaat khususnya untuk
penulis dan umumnya untuk pembaca

DAFTAR PUSTAKA
Maksudin. 2013. Pendidikan Karakter Nondikotomik. Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Martinis Yamin. 2008. Paradigma Pendidikan Konstruktivistik. Jakarta: Gaung Persada Press
Suyadi. 2013. Mencegah Bahaya Penyalahgunaan Narkoba Melalui Pendidikan Budaya dan
Karakter Bangsa. Jakarta: Penerbit ANDI
Syaiful Sagala & Syawal Gultom. 2011. Praktik Etika Pendidikan di Seluruh Wilayah NKRI.
Bandung: Alfabeta

Internet
Aisyah Turidho. Tantangan Kurikulum dan Pembelajaran di Abad-21. Diakses dari:
Https://www.slideshare.net/mobile/aisyahturidho/tantangan-kurikulum-dan-pembelajaran-
di-abad-21 pada tanggal 14 November 2017 pukul 20.26 WIB
Doni Adhitia. 2016. Kemendikbud Kenalkan Enam Komponen Literasi Dasar. Diakses dari:
http://www.klikanggaran.com/kebijakan/kemendikbud-kenalkan-enam-komponen-literasi-
dasar.html pada tanggal 14 Nopember 2017 pukul 11.21 WIB
Dorotea Knezevic. 21st Century Skills: 6 C’S of Education. Diakses dari:
https://translate.google.co.id/translate?hl=id&sl=en&u=http://blog.awwapp.com/6-cs-of-
education-classroom/&prev=search pada tanggal 14 Nopember 2017 pukul 11.16 WIB
Jennifer Rita Nichols. 2015. 4 Essential Rules Of 21st Century Learning. Diakses dari:
https://www.teachthought.com/learning/4-essential-rules-of-21st-century-learning/ pada
tanggal 14 Nopember 2017 pukul 10.53 WIB
Komarudin Sukmana. 2016. Keterampilan Berpikir Tingkat Tinggi (HOTS) Untuk Siswa SD.
Diakses dari: http://mytuaianilmu.blogspot.com/2016/10/keterampilan-berpikir-tingkat-
tinggi-.html?m=1 pada tanggal 14 Nopember 2017 pukul 21.21 WIB

Jurnal
Etistika Yuni Wijaya, dkk. 2016. Transformasi Pendidikan Abad 21 Sebagai Tuntutan
Pengembangan Sumber Daya Manusia di Era Global. Malang: Prosiding Seminar
Pendidikan Nasional Pendidikan Matematika 2016 Universitas Kanjuruhan Malang. Vol. 1:
263

Anda mungkin juga menyukai