Anda di halaman 1dari 15

GEOLOGI GEOMORFOLOGI INDONESIA

TUGAS 3

Dosen Pengampu: Listyo Yudha Irawan, S.Pd, M.Pd, M.Sc.


Disusun Oleh:
Aulia Winan Yanuariska
NIM (200721639643) / OFFERING A

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GEOGRAFI


FAKULTAS ILMU SOSIAL
UNIVERSITAS NEGERI MALANG
2021
TUGAS 3 GEOLOGI DAN GEOMORFOLOGI INDONESIA

1) Jelaskan perbedaan umum kondisi geomorfologis dan geologis Bali, Nusa Tenggara Barat,
dan Nusa Tenggara Timur!
2) Terdapat perbedaan potensi geologis, sumberdaya alam dan mineral di Provinsi Bali, Nusa
Tenggara Barat, dan Nusa Tenggara Timur. Berikan penjelasan mengapa dapat terjadi serta
berikan contohnya!
3) Secara geologis Nusa Tenggara Timur memiliki umur geologis yang lebih tua dibandingan
denganBali dan Nusa Tenggara Barat. Berikan penjelasan dan bukti terkait hal tersebut!
4) Ancaman bencana geologis berupa erupsi gunungapi dan gempa tektonik merupakan salah
satu ancaman kebencanaan di wilayah Bali dan Nusa Tenggara. Berikan penjelasan
mengenai hal ini!
5) Beberapa waktu yang lalu telah terjadi Sinklon Tropis Seroja yang mengakibatkan sebagian
besar wilayah Nusa Tenggara Timur terdampak banjir bandang dan longsor. Sebagai seorang
ilmuwan geografi bagaimana cara mendeteksi ancaman bencana geologis maupun
hidrometeorologis di suatu wilayah, jelaskan!
1. Secara geologi nusa tenggara berada pada busur Banda. Rangkaian pulau ini dibentuk oleh
pegunungan vulkanik muda. Pada teori lempeng tektonik, deretan pegunungan di nusa
tenggara dibangun tepat di zona subduksi indo-australia pada kerak samudra dan dapat di
interpretasikan kedalaman magmanya kira-kira mencapai 165-200 km sesuai dengan peta
tektonik (Hamilton 1979).
Kondisi Geologi
Pulau Nusa Tenggara atau sunda kecil, merupakan suatu gugusan pulau yang berada pada
sebelah Timur Pulau Jawa dan Bali. Nusa Tenggara terdiri atas dua bagian yaitu, Nusa
Tenggara Barat dan Nusa Tenggara Timur.
Nusa tenggara berada diantara anggota timur pulau Jawa dan kepulauan Banda tediri berasal
dari pulau-pulalu kecil dan lembah sungai. Secara fisik, dibagian utara berbatasan bersama
dengan pulau Jawa, anggota timur dibatasi oleh kepulauan Banda, anggota utara dibatasi oleh
laut Flores dan anggota selatan dibatasi oleh Samudra Hindia. Secara geologi nusa tenggara
berada terhadap busur Banda. Rangkaian pulau ini dibentuk oleh pegunungan vulkanik muda.
Pada teori lempeng tektonik, deretan pegunungan di nusa tenggara dibangun tepat di zona
subduksi indo-australia terhadap kerak samudra dan mampu di interpretasikan kedalaman
magmanya kira-kira meraih 165-200 km cocok bersama dengan peta tektonik (Hamilton
1979).

1. Nusa Tenggara Barat

Menurut Geoenviron, 2020, Stratigrafi Nusa Tenggara Barat terhadap dasarnya secara
umum merupakan batuan tersier (batuan tertua), dan batuan kuarter (batuan termuda), dan
juga didominasi batuan vulkanik dan alluvium. Batuan tersiernya merupakan perselingan
pada sandstone kuarsa, breksi, lava, tuff, batu gamping, dan dasit. Pada pulau Sumbawa,
terdiri atas lava, breksi, tuff, andesit, sandstone, tuffaan, claystone, dasit, tonalit, batu
gamping berlapis, dasitan, batu gamping tuffaan, dan juga lempung tufaan. Batuan
termudanya, pulau Lombok merupakan perselingan berasal dari breksi gampingan, lava,
breksi, lava tuff, tuff, batu apung, dan juga breksi lahar. Sedangkan di pulau Sumbawa,
terdiri atas terumbu, koral terangkat, konglomerat, tanah merah hasil vulkanik, gunungapi
tua, gunungapi Sangeangapi, gunungapi Tambora, gunungapi muda dan batugamping koral.
Pada ke-2 pulau tersebut, terkandung endapan pantai dan alluvium cukup luas.

Tatanan geologi Nusa Tenggara Barat merupakan lokasi yang berada terhadap kawasan
pertemuan dua lempeng, yakni lempeng Indo-Australia dan lempeng Australia yang
bertumbukan, menghasilkan tiga vulkan aktif bertipe A, yakni gunung Rinjani, gunung
Tambora, dan gunung Sangeangapi. Pada pulau Flores justru punyai struktur geologi yang
mirip bersama dengan pulau Jawa. Namun terdapat perbedaan terhadap struktur genatiklinal
yang sebagian besar mengalami proses tektonik sekunder dermal, yakni proses peluncuran
menuju dasar laut, terlebih anggota utara.

Perluasan dengan susunan yang mengarah ke timur melalui proses vulkanis membentuk
pulau-pulau kecil, seperti Bali, Lombok, Sumbawa, Flores, dimana pada setiap pulau
terdapat adanya zona vulkan kuarter. Pada bagian utara Bali ditempati gunung Batur dan
gunung Agung, pada bagian utara Lombok ditempati gunung Rinjani. Namun tidak nampak
pada Sumbawa karena geantiklinalnya tenggelam di dasar laut dan membentuk teluk
Sholeh. Sedangkan di Flores bekas geantiklinalnya terlihat pada pualu Komodo, pualu
Rinca, serta teluk Maumere Flores timur. Punggungan dasar laut di sebelah selatan pulau-
pulau tersebut terbentuk oleh busur luar yang bersifat non-vulkanik.
2. Nusa Tenggara Timur

Menurut Geologi Pulau Nusa Tenggara, 2017 Pada bagian dari Pulau Nusa Tenggara
Timur, yaitu mulai dari pulau Alor, Kambing, Wetar dan Romang, merupakan zona orogene
timor yang juga merupakan zona pusat penggelombangan di Flores. Terjadinya sistem
evolusi orogenik Nusa Tenggara Timur merupakan siklus yang kompleks. Hal ini
disebabkan karena adanya sistem penggelombangan yang dimulai sejak early mesozoikum,
dan juga didalamnya termasuk sirkum Australia yang menghasilkan busur dalam Sumba
dengan konfigurasi yang mengarah ke timur laut serta busur luar Sawu yang juga mengarah
ke timur laut. Pada periode tersier, kawasan selanjutnya yang mengalami sistem
penggelombangan bersama dengan pusatnya berada di laut Flores, sebagai bagian yang
berasal dari sistem pegunungan Sunda. Distorsi-distorsi yang terdapat pada posisi interdeep
Sumba, garis arah busur luar Rote sampai Timor yang mengarah ke timur laut. Adapun
daerah undasi di Orogene Timor sebagai berikut:

 Busur dalam : Alor, Kambing, Wetar, non vulkanis


 Palung Antara : Pulau Sumba-L. Sawu
 Busur Luar : Dana, Raijua, Sawu, Rote, Semau, Timor.
 Backdeep : Punggungan Batutaza.

Matinya aktivitas vulkanis pada daerah ini disebabkan oleh penyumbatan pada jalan keluar
magma mengalami yang diakibatan oleh pergeseran lempeng Australia ke utara. Namun
beberapa ahli menyatakan bahwa tidak terdapat tanda-tanda adanya pergeseran lateral
menuju ke utara disekitar Bantar hingga Alor, yang merupakan tempat matinya aktivitas
vulkanis timur. Selain itu, tidak adanya perubahan konfigurasi struktural busur luar akibat
tekanan pada blok Australia, sedangkan busur tersebut akan menerima tekanan terlebih
dahulu. Apabila ditinjau lebih jauh, maka deretan busur dalam non-vulkanik tidak
bersambung dengan deretan busur dalam Damar hingga Banda yang bersifat vulkanik,
namun cenderung bersambung dengan zona Ambon yang non-vulkanik.

Hilangnya aktivitas vulkanik dari Alor ke arah timur, termasuk didalanya zona Ambon,
dikarenakan berbatasan dengan dangkalan Sahul. Factor lainnya yang mungkin dapat
berpengaruh terhadap hilangnya aktivitas vulkanik tersebut adalah:

 Gaya endogen dari lapisan tektonosfer telah habis


 Puncak asthenolithnya mungkin mengalami pembekuan sehingga saluran magma yang
keluar tersumbat.
 Barat Tampar : kurang dari 200m

Sumbu geantiklinal Nusa Tenggara pada bagian timur tenggelam, sedangkan semakin ke
barat semakin kelihatan. Hal ini dapat diasumsikan bahwa selat antara pulau yang ada di
kawasan Sunda kecil mulai dari barat hingga ke timur semakin dalam. Hal ini ditunjukkan
dengan:

 Antara Pantar Alor : 1140 m


 Alor hingga Kambing : 1260 m
 Kambing : 1040 m
 Wetar hingga Roman : lebih dari 2000 m
 Timur Roman : 4000 m
Rote merupakan pulau yang tersusun atas sedimen-sedimen yang mengalami pelipatan yang
kuat, tertutup dengan karang berumur kuarter hingga ketinggian 430m. Pulau Sawu terdiri
atas batuan pra tersier yang dikelilingi karang koral hingga setinggi 300m. pulau Timur
terdapat puncak genatiklinal yang mengalami depresi memanjang mulai dari teluk Kupang
hingga Lois. Pulau Timor mengalami pengangkatan yang ditunjukkan dengan bukti
ditemukannya sisa karang pada ketinggian lebih dari 1000 m. Pulau tersebut mengalami
over thrust, dimana bantuan intrusinya banyak mengalami singkapan. Sehingga banyak
ditemukannya bahan galian eksotis seperti emas, tembaga, chrome, dan uranium, namun
dalam jumlah yang tidak ekonomis.

3. Bali

Kondisi geologi pulau Bali dimulai sejak adanya aktivitas geologi di lautan selama pada
masa Miosen Bawah yang menghasilkan batuan lava bantal dan breksi yang disisipi oleh
batu gamping. Di bagian selatan terjadi pengendapan batu gamping yang kemudian
membentuk Formasi Selatan. Di jalur yang berbatasan dengan tepi utaranya terjadi
pengendapan sedimen yang lebih halus. Pada akhir masa Pliosen, seluruh daerah
pengendapan terangkat di atas permukaan laut. Bersamaan dengan adanya pengangkatan
daratan, terjadi pergeseran yang menyebabkan adanya bagian yang tersesarkan satu
terhadap yang lainnya. Pada umumnya sesar ini terkubur oleh bahan batuan organik atau
endapan yang lebih muda. Selama masa Pliosen, lautan sebelah utara terjadi pengendapan
berupa bahan yang berasal dari endapan yang kemudian menghasilkan Formasi Asah. Di
barat laut sebagian dari batuan muncul ke atas permukaan laut. Sementara ini semakin ke
barat pengendapan batuan karbonat lebih dominan. Seluruh jalur itu pada akhir Pliosen
terangkat dan tersesarkan.

(“Kondisi Geologi dan Topografi Pulau Bali”, 2012) Kegiatan gunung api lebih banyak terjadi
di daratan, yang menghasilkan gunung api dari barat ke timur. Seiring dengan terjadinya
dua kaldera, yaitu mula-mula kaldera Buyan sampai Bratan dan kemudian kaldera Batur,
Pulau Bali masih mengalami gerakan yang menyebabkan adanya pengangkatan di bagian
utara. Akibatnya, Formasi Palasari terangkat ke permukaan laut dan Pulau Bali pada
umumnya mempunyai penampang Utara-Selatan yang tidak simetris. Bagian selatan lebih
landai dari bagian Utara. Stratigrafi regional berdasarkan Peta Geologi Bali geologi Bali
tergolong masih muda. Batuan tertua kemungkinan berumur Miosen Tengah. secara
geologi pulau bali masih muda, batuan tertua berumur miosen. Secara garis besar batuan di
Bali dapat dibedakan menjadi beberapa satuan yaitu:

1) Formasi Ulakan

Formasi ini merupakan formasi tertua berumur Miosen Atas, terdiri dari stumpuk
batuan yang berkisar dari lava bantal dan breksi basal dengan sisipan gampingan.
Nama formasi Ulakan diambil dari nama kampung Ulakan yang terdapat di tengah
sebaran formasi itu. Bagian atas formas ulakan adalah formasi Surga terdiri dari tufa,
nafal dan batu pasir. Singkapan yang cukup luas terdapat dibagaian tengah daerah
aliran sungai Surga. Disini batuan umumnya miring kearah selatan atau sedikit
menenggara (170-190o) dengan kemiringan lereng hingga cukup curam (20-50o).
singkapan lain berupa jendela terdapat di baratdaya Pupuan, dengan litologi yang
mirip.

2) Formasi Selatan
Formasi ini menempati semenanjung Selatan. Batuannya sebagian besar berupa
batugamping keras. Tebal batuan tersebut berkisar kurang lebih 600 meter, dan
kemiringan yang lebih condong keselatan antara 7-10⁰. Kandungan fosil yang berada
pada kawasan ini terdiri dari Lepidocyclina emphalus, Cycloclypeus Sp, Operculina
Sp, menunjukan bahwa pembentukan mulai pada masa Miosen. Selain itu di kawasan
semananjung selatan, formasi ini juga menempati Pulau Nusa Penida.

3) Formasi Batuan Gunungapi Pulaki

Kelompok batuan ini berumur pliosen, merupakan kelompok batuan beku yang
bersifat basal, terdiri atas lava dan breksi. Batuan ini jumlahnya terbatas hanya di
dekat Pulaki. Meskipun berasal dari gunung api, tetapi pusat erupsinya sudah tidak
lagi dapat dikenali. Pada daerah ini terdapat sejumlah kelurusan yang berarah barat
sampai timur, setidaknya sebagian dapat dihubungkan dengan persesaran. Mata air
panas yang terdapat pada kaki pegunungan, pada perbatasan dengan jalur datar di
utara, dapat dianggap sebagai salah satu petunjuk adanya sisa vulkanisme, dengan
panas mencapai 470 ⁰C dan bau belerang yang agak kuat.

4) Formasi Prapatagung

Kelompok batuan ini berumur Pliosen, terdapat pada daerah Prapatagung di ujung
barat Pulau Bali. Selain batugamping dalam formasi ini terdapat pula batu pasir
gampingan dan napal.

5) Formasi Asah

Kelompok batuan ini berumur Pliosen yang letaknya menyebar dari baratdaya Seririt
ke timur hingga di baratdaya Tejakula. Pada lapisan bawah umumnya terdiri dari
breksi yang beromponen kepingan batuan bersifat basal, lava, obsidian. Batuan ini
umumnya bertekstur keras karena perekatnya biasanya berasal dari batu gampingan.
Dibagian atas tedapat lava yang sering kali menunjukkan rongga, kadang-kadang
memperlihatkan lempengan dan umunya berbutir halus. Kerpakali Nampak struktur
bantal yang menunjukan suasana pengendapan laut.

6) Formasi batuan gunungapi kuarter bawah

Kwarter di Bali di Dominasi oleh batuan bersal dari kegiatan gunung api. berdasarkan
morfologinya dapat diperkirakan bahwa bagian barat pulau Bali ditempati oleh
bentukan tertua terdiri dari lava, breksi dan tufa. Batuan yang ada basal, tetapi
sebagian terbesar bersifat andesit, semua batuan volkanik tersebut dirangkum ke
dalam Batuan Gunungapi Jemberana. Berdasarkan kedudukannya terdapat sedimen
yang mengalasinya, umur formasi ini adalah kuarter bawah, seluruhnya merupakan
kegiatan gunung api daratan. Pada daerah Candikusuma sampai Melaya terdapat
banyak bukit rendah yang merupakan trumbu terbentuk pada alas konglomerat dan
diatasnya menimbun longgokan kedalam formasi Palasari, suatu bentukan muda
karena pengungkitan endapan disepanjang tepi laut.

7) Formasi batuan gunungapi kwarter

Kegiaan vulkanis pada kwarter menghasilkan terbentuknya sejumlah kerucut yang


umumnya kini telah tidak aktif lagi. Gunungapi tersebut menghasikan batuan tufa dan
endapan lahar Buyan-Beratan dan Batur, batuan gunungapi Gunung Batur, batuan
gunungapi Gunung Agung, batuan gunungapi Batukaru, lava dari gunung Pawon dan
batuan gunungapi dari kerucut-kerucut subresen Gunung Pohen, Gunung Sangiang
dan gunung Lesung. Gunungapi-gunungapi tersebut dari keseluruhannya hanya dua
yang kini masih aktif yaitu Gunung Agung dan Gunung Batur di dalam Kaldera Batur.

Kondisi Geomorfologi

1) Nusa Tenggara
Jenis tanah di Nusa Tenggara terdiri atas tanah latosol, aluvial coklat, mediteran atau
campuran. Secara morfologi, terdapat tanah dataran, lipatan maupun gabungan keduanya
dengan permukaan yang datar, berbukit, juga bergunung-gunung.
 Jenis tanah di Pulau Lombok yang terletak pada bagian tengah dan utara pada
umumnya merupakan jenis tanah aluvial coklat sedangkan pada bagian selatan
memiliki jenis tanah latosol. Bagian tengah pulau berupa tanah datar, di daerah
utara berbukit dan di daerah selatan bergunung-gunung.
 Jenis tanah yang ada di wilayah kota Mataram sebagian besar dari jenis tanah liat,
tanah liat berpasir dan tufa. Ini akibat endapan kuarter yang berasal dari hasil
pengikisan atas lereng gunung atau sungai yang banyak terdapat di daerah ini,
kemudian diendapkan di wilayah yang letaknya relatif lebih rendah.
 Jenis tanah ini mempunyai karakteristik daya penyerapan air yang lambat akibat
kondisi permeabilitas yang rendah. Kondisi ini sebenarnya baik bagi
pengembangan wilayah saluran pertanian atau irigasi, sehingga tanah di kota
Mataram berpotensi sebagai daerah pertanian. Tetapi apabila curah hujan tinggi,
kondisi tanah dan topografi kota Mataram mempunyai potensi sebagai daerah
banjir dan genangan.
 Khusus pada daerah Bima jenis tanah terdiri dari Kompleks aluvial, Regosol,
Litosol dan Mediteran.
Pulau-pulau yang berada pada kawasan Nusa Tenggara terletak pada dua jalur geantiklinal,
yang merupakan perluasan busur Banda di sebelah barat. Geantiklinal yang membujur dari
timur sampai pulau-pulau Romang, Wetar, Kambing, Alor, Pantar, Lomblen, Solor,
Adonara, Flores, Rinca, Komodo, Sumbawa, Lombok dan Bali. Sedangkan dibagian selatan
dibentuk oleh pulau-pulau Timor, Roti, Sawu, Raijua dan Dana. Punggungan geantiklinal
tersebut bercabang di daerah Sawu. Salah satu cabangnya membentuk sebuah ambang yang
turun ke laut melewati Raijua dan Dana, berakhir ke arah punggungan bawah laut di selatan
Jawa. Cabang lain merupakan rantai penghubung dengan busur dalam yang melintasi
daerah dekat Sunda.
a. Palung Belakang
Di sebelah timur Flores dibentuk oleh bagian barat basin Banda selatan. Di
sebelah utara Flores dan Sumbawa terbentang laut Flores, yang dibedakan
menjadi tiga bagian, yaitu:
1. Laut Flores Barat laut, berupa dataran (platform) yang luas dan dangkal,
yang menghubungkan lengan selatan Sulawesi dengan dangkalan Sunda.
2. Basin Flores Tengah, berbentuk segitiga dengan puncak terletak di
sebelah selatan volkan Lompobatang, yang berhubungan dengan depresi
Walanae. Sedangkan dasarnya terletak di sepanjang pantai utara Flores,
yang merupakan bagian terdalam.
3. Laut Flores Timur terdiri dari punggungan dan palung diantaranya, yang
menghubungkan lengan selatan Sulawesi dengan punggungan bawah laut
Batu Tara. Di sebelah utara Bali dan Lombok palung belakang ini
dibentuk oleh Laut Bali (lebar 100 km dan dalam 1500 m) ke arah barat
dasarnya berangsur-angsur terangkat sampai bersambung dengan laut
dangkal di selat Madura.
b. Busur Dalam
Busur dalam Nusa Tenggara merupakan kelanjutan dari Jawa menuju Busur
Dalam Banda. Di Nusa Tenggara merupakan punggungan geantiklinal. Selat
diantara pulau di bagian barat dangkal dan menjadi lebih dalam ke arah timur.
Struktur yang berada di Lombok sebelah utara pad umumnya merupakan zona
volkanis dengan volkan aktif Rinjani (zone Solo), sedangkan pada dataran rendah
Mataram (subzone Blitar). Di selatan berupa pegunungan selatan dengan materi
kapur Tertier dan breksi volkanis.
Fisiografi Sumbawa yang khas adalah adanya depresi yang memisahkan
geantiklinal menjadi beberapa bagian, diantaranya berupa teluk di bagian timur.
Teluk tersebut dipisahkan dari laut oleh pulau Mojo yang memberikan sifat khas
dari depresi antar pegunungan pada puncak geantiklinal. Sisi utara ditumbuhi
oleh beberapa volkan muda. Volkan Ngenges, Tambora dan Soromandi
menghasilkan batuan leucit. Sedimen tertier dan batuan kapur alkali disebarkan
secara luas di pulau Sumbawa. Hal ini memberikan gambaran bahwa zone
pegunungan Selatan Jawa terdapat di seluruh pulau Sumbawa dan depresi
menengah yang disebut zone Solo. Teluk Saleh merupakan sebuah depressi
terpencil dari zone Solo.
Pulau Flores dipisahkan dari Sumba oleh selat Sape. Komodo dan Rinca
termasuk ke dalam puncak geantiklinal Flores Tengah, yang terdiri dari batuan
volkanis lebih tua (Tertier) dan intrusi magmatis yang dapat dibandingkan
dengan Pegunungan Selatan Jawa. Volkan-volkan yang lebih muda muncul di
sepanjang pantai selatan Flores Barat. Di Flores Timur geantiklinal itu berupa
sumbu yang tenggelam sehingga batuan volkanis yang lebih tua dan intrusi
granodiorit tidak begitu banyak, serta hanya terdapat volkan muda yang muncul
dibagian puncaknya. Geantiklinal itu bersambung disepanjang Solor, Adonara,
Lomblen dan Pantar, dimana pulau-pulau tersebut terdiri dari volkan yang aktif.
Sumbu itu kemudian melalui Alor, Kambing, Wetar dan Romang. Di bagian ini
busur dalam tidak memiliki volkan aktif. Pulau-pulau tersebut tersusun dari
endapan volkanis Tertier akhir yang sebagian terdapat di bawah permukaan laut.
c. Palung Antara dengan Sumba
Palung ini berada di antara busur dalam volkanis Jawa-Bali-Lombok dan
punggungan dasar laut sebelah selatan Jawa. Bagian terdalam terdapat di selatan
Lombok, bercabang dua ke arah timur menjadi dua cabang yaitu sebelah utara
dan selatan Sumba. Cabang-cabang ini merupakan penghubung antara palung
sebelah selatan Jawa dan Basin Sawu antara Flores timur dan Roti. Lereng yang
curam pada Wetar dan basin Sawu serta dasar laut yang datar menunjukkan
adanya penurunan permukaan bumi. Sedangkan ujung timur dan baratnya
dibatasi oleh pengangkatan seperti sembul (horst) di Kisar dan Sumba. Kedua
pulau tersebut secara morfologis termasuk zone palung antara.
d. Busur Luar
Pulau-pulau di nusa tenggara yang termasuk busur luar adalah: Dana, Raijua,
Sawu, Roti, Seman dan Timor. Punggungan dasar laut dari selatan Jawa muncul
sampai 1200 m dibawah permukaan laut, selanjutnya turun ke arah timur sampai
4000 m. Palung antara tersebut sebagian terangkat. Selanjutnya sumbu
geantiklinal itu naik lagi sampai ke pulau-pulau Sawu, Dana, Raijua, dan Sawu.
Pulau sawu mempunyai terumbu karang yang tingginya 300 m dpl dan
mengelilingi pulau ini yang tersusun dari batuan pre-tertier. Punggungan dana-
Raijua-Sawu serong terhadap punggungan Roti-Timor, dari tempat itu dipisahkan
oleh selat Daong. Pulau Roti tersusun dari sedimen terlipat kuat dan tertutup oleh
batu karang kuater yang tingginya 430 m dpl. Timor merupakan hasil
geantiklinal yang lebar. Disamping itu terdapat depressi memanjang di
puncaknya, melalui Teluk Kupang sampai perbatasan Timor Leste dan berakhir
di muara sungai Lois.
e. Palung Depan
Antar pulau Chrismast dan punggungan bawah laut di selatan Jawa terdapat
cekungan dalam utama yang membujur arah timur-barat, kedalamannya 7450 m.
Palung depan Jawa dari sistem pegunungan Sunda itu membentang ke arah
timur. Sampai di Sumba kedalamannya berkurang dan di sebelah selatan Sawu
melengkung ke timur laut sejajar dengan Timor. Sampai di pulau Roti dipisahkan
oleh punggungan (1940 m) terhadap palung Timor. Palung di selatan Jawa itu di
bagian selatan dibatasi oleh pengangkatan dasar laut yang tidak jelas batasnya
melalui Pulau Chrismast menuju dasar laut yang dalamnya 3000-4000 m. bagian
timur palung Timor ini dibatasi oleh dangkalan Australia atau dangkalan Sahul.
2) Bali

Secra garis besar kondisi Topografi pulau Bali dapat dibagi menjadi tga zona yaitu zona
Bali selatan, daerah tengah, dan zona bali utara. (Arimuhaimin, 2010)

a. Topografi zone selatan Bali terdiri dari batu gamping yang merupakan plato-plato
yang terbentuk karena pengangkatan dan dataran aluvial pantai yang banyak
terdapat di sekitar Nusa Dua maupun daerah yang terdapat dekat muara-muara
sungai. Pada pantai selatan yang berbatu gamping banyak terbentuk cliff dan
terjadi abrasi membentuk lereng yang sangat curam. Perbukitan kapur banyak
terdapat singkapan batuan gamping terumbu karang yang mengandung fosil dari
formasi palasari. Pantai bertebing terjal, yang terjadi karena abrasi laut yang sangat
kuat sedang batuan induknya breksi vulkanik. Beting gisik dan sand dunes yang
terdapat di pantai selatan Bali.
b. Daerah tengah termasuk vulkanik muda yang terdiri dari gunung Agung, gunung
Batur, gunung Lessung, dan gunung Bratan. Berlereng curam dan banyak
kenampakan danau tektonik seperti danau Batur, Beratan, buyan dan Tamblingan.
c. Daerah utara Bali berupa aluvial pantai dengan kemirinagan antara 0 – 2% dengan
arah utara selatan. Di bagian selatan terdiri atas perbukitan dengan ketinggian
antara 100-500 meter dengan kemiringan lereng 2-15%. Di daerah Pulaki terdapat
patahan arah timur barat yang telah berisi material aluvium. Ada juga perbukitan
kapur dengan ketinggian 0-500 meter dan kemiringan 15-40%. Bukit-bukit rendah
terdiri dari batuan umur tersier yang berlipat, sering batuan tersier yang sudah
tertutup oleh endapan vulkanik muda tersingkap.
Sedangkan dalam ( K.M Ejasta, 1995) topografi Pulau Bali secara garis besar dapat dibagi
menjadi tiga bentukan yaitu dataran aluvial, dataran atau komplek daerah volkanik, dan
daerah batu gamping selatan.
1. Dataran aluvial
Datarn alivial merupakan daerah penimbunan (sedimentasi), dan pada
dasarnya bentuklahan yang disebabkan oleh proses fluvial atau bentuklahan
yang terjadi akibat proses air mengalir baik yang memusat (sungai) maupun
oleh aliran permukaan bebas (overland flow). (Suprapto Dibyosaputro,
1997)
Dataran aluvial di Pulau Bali dapat di bagi menjadi dua, yaitu dataran aluvial
selatan dan dataran alluvial pantai utara.
a. Dataran Alluvial Selatan
Wilayah ini melipti sebagian besar kabupaten Tabanan, Badung,
Gianyar, dan Klungkung, dengan tofografi yang landai sampai datar,
terdiri dari endapan material flovio fulkanik. Karakteristik tanah yang
ada lebih banyak dipengaruhi oleh lamanya material-material volkanis
tersebut mengalami pelapukan dan endapan yang terjadi akibat adanya
luapan air sungai yang membawa sedimen disaat banjir maka struktur
endapan pada dataran alluvial berlapis horizontal pada elevasi yang
rendah. Pada wilayah selatan sekitar Lapangan Terbang Ngurah Rai
terdapat dataran sempit (tombolo), yang menghubungkan datran utama
Bali dengan pegunungan kapur selatan. Tombolo ini terbentuk akibat
adanya arus dan ombak kearah darat. Materian penyusun tombolo ini
merupakan endapan marin.
b. Dataran Alluvial Pantai Utara
Wilayah ini membentang sepanjang pantai utara Bali, atau disebut jalur
dataran aluvial yang sempit. Topografi dataran aluvial utara Bali berupa
aluvial pantai dengan kemirinagan antara 0 – 2% dengan arah utara
selatan. Di bagian selatan terdiri atas perbukitan dengan ketinggian
antara 100-500 meter dengan kemiringan lereng 2-15%. Jalur ini
termasuk daerah kering. Pada jalur antara Kubutambahan disebelah
timur dan Tukad Gemgem disebelah barat terdapat benyak meta air,
sehingga daerah ini tidak nampak kering. Disebelah timur
Kubutambahan mata air sudah hampit tidak ada, sering terjadi banjir
yang deras dimusim penghujan. Sedangkan pada musim kemarau sungai
itu kering, dan tidak dapat digunakan untuk pertanian.
2. Daerah Batu Gamping Selatan
Daerah ini terletak di semenanjung Bali bagian selatan dan Nusa
Penida. Daerah batuan gamping (Bukit Jimbaran dan Nusa Penida)
mempunyai kemiringan lereng landai sampai agak terjal (3 – 50 %) dengan
beberapa tempat >30 %, terutama pada tebing-tebing laut, terletak pada
ketinggian 0 – 210 meter di atas permukaan laut. Tingkat erosi permukaan
kecil hingga sedang dengan beberapa tempat yang termasuk kedalam daerah
abrasi dan berpotensi gerakan tanah berupa amblasan. Karakteristik lahan
pada wilayah ini yaitu pegunungan kapur selatan ini mirip dengan
pegunungan batu gamping barat. Namun terdapat perbedaan pada bagian
selatan terdapat dua jenis kapur yaitu koral dan marl. Kapur koral
berkembang menjadi topografi berbukit-bukit dengan kemiringan lereng
lebih terjal dari marl. Karakteristik lahan yang lain sama seperti daerah batu
gamping barat.
3. Komplek daerah vulkanik
Vulkanisme merupakan peristiwa alam yang berkaitan dengan pembentukan
gunung api, yaitu pergerakan magma di kulit bumi (litosfer) yang keluar ke
permukaan bumi. Pada permukaan bumi ini terdapat banyak berbagai bentuk
lahan yang berkaitan dengan proses vulkanisme, diantaranya yaitu gerak
tektonik adalah semua gerak naik dan turun yang menyebabkan perubahan
bentuk kulit bumi.
Komplek daerah volkanik di Bali dapat dibagi menjadi empat
komplek yaitu:
a. Komplek Vulkanik di Bali Bagian Barat
Wilayah ini meliputi daerah pegunungan mulai dari Gunung Patas
kearah barat sampai dekat Gilimanuk. Puncak-puncak seperti gunung
kelatakan, gunung sangiang, gunung Merbuk, dan Gunung Mesehe
termasuk didalam unit ini. Memiliki jenis batuan lava breksi, batu pasir,
dan tufa merupakan bahan induk tanah yang terbentuk di daerah yang
bertofografi barat ini.

b. Komplek Gunungapi Buyan - Beratan


Gunung Buyan - Beratan adalah komplek pegunungan di bagian tengah
Bali, dan puncak-puncak gunung yang saat dapat kita lihat seperti
menutupi daerah tersebut merupakan bagian dari gunungapi Beratan
Buyan purba. Tetapi karena adanya proses geomorfologi yang terjadi
pada kawasan ini menyebabkan terjadinya proses denudasi, sehingga
kenampakannya kini telah berubah dan menyebabkan kaldera gunung
beratan buyan kini kenampakannya tidak sejelas kaldera yang terdapat di
Gunung Batur. Daerah ini mempunyai kemiringan yang landai
sampai terjal di beberapa tempat. Daerah ini berada di dataran tinggi
yang subur sehingga lahan di daerah Candikuning dan Pancesari
dominan dimanfaatkan untuk lahan pertanian.
c. Gunung api Batur
Menurut Kemmerling, (1918) dan Stehn, (1928) dalam I.S. Sutawidjaja,
dkk, (1990). Kaldera Batur merupakan ketel raksasa berukuran 13,8 x 10
km. Kaldera ini tertutup dari segala arah, merupakan salah satu kaldera
terbesar dan terindah di dunia (van Bemmelen, 1949) dalam (I.S.
Sutawidjaya, 1990). Pematang kaldera tingginya berkisar antara 1267
m 2152 m (Puncak G. Abang). Di dalam Kaldera I terbentuk Kaldera II
yang berbentuk melingkar dengan garis tengah lk. 7 km. Dasar
Kaldera II terletak antara 120 - 300 m lebih rendah dari Undak
Kintamani (dasar Kaldera I). Di dalam kaldera tersebut terdapat danau
yang berbentuk bulan sabit yang menempati bagian tenggara yang
panjangnya lk. 7,5 km, lebar maksimum 2,5 km, kelilingnya lk. 22 km,
luasnya lk. 16 km2. Tinggi permukaan air 1031 m di atas muka laut.
Danau tersebut terjadi karena suatu penurunan dasar (“Slenk”, “graben”).
Menurut van Bemmelen (1949) diperkirakan terbentuk bersamaan
dengan pembentukan Kaldera II; menurut Stehn (1926) terbentuknya
kemudian.
Kegiatan purna kaldera ditandai dengan pertumbuhan kerucut G. Batur.
Kegiatan ini sekitar diawali 5000 tahun yang lalu oleh pembentukan
kerucut G. Batur berkomposisi basal sampai andesit basalan. Kawah
puncaknya berpindah berarah timurlaut - baratdaya antara G. Payang dan
G. Bunbulan. Sejak tahun 1800 G. Batur telah meletus sekurang-
kurangnya 28 kali, umumnya bersifat efusif (leleran lava) dan strobolian.
d. Komplek Gunung Agung dan Gunung Seraya
Komplek ini terletak pada bagian timur pulau Bali dengan titik tertinggi
sekaligus titik tertinggi di Bali setinggi 3.148 (mdpl). Disebelah timur
klungkung terdapat medan lahar yang cukup luas yang terbentuk dari
hasil letusan gunung Agung. Timbunan lahar yang sangat luas juga
terdapat di lereng utara Gunung Agung, mulai dari Batudawa disebelah
barat Culik, dekat Tianyar. Diantara medan lahar tersebut terdapat
deretan pegunungan yang terbentuk dari aliran lava pada periode erupsi
sebelumnya. Medan lahar berupa batu-batu, krikil campur pasir, aliran
lava berupa masa padat yang besar dari batuan beku berongga, berwarna
coklat kemerah-merahan.
Gunung Seraya memiliki karakteristik lahan yang berbeda dengan
gunung Agung. Gunungapi ini sudah tidak aktif pada periode yang cukup
lama, sehingga proses denudasi lebih dominan membentuk lembah-
lembah bekas pengikisan yang sangat dalam. Denudasi yang lanjut ini
mengakibatkan solum tanah tipis pada lereng-lerengnya, sedangkan pada
bagian yang agak datar solum tanahnya tebal berwarna coklat dengan
tekstur liat berdebu.
e. Depresi Karangasem
Terletak disebelah barat Gunung Seraya. Daerah merupakan kawasan
yang lebih hijau atau dapat dibilang lebih subur dibandingkan dengan di
sekitarnya. Hal ini disebabkan oleh adanya rembesan air tanah yang
keluar dari lapisan-lapisan tanah Gunung Agung, dan sungai-sungai
pada daerah ini tidak kering pada musim kemarau.
f. Gugusan bukit Sidemen
Terletak di sebelah barat depresi Karangasem, terdiri atas jajaran bukit-
bukit rendah, dengan tinggi tidak melebihi 800 mdpl. Gugusan Bukit
Sidemen ini dipisahkan dengan gunung Gunung Agung oleh sebuah
pelana yang dinamakan Sebetan. Sedangkan material bukit ini terdiri
dari lapisasn breksi.

2. Perbedaan potensi mineral disebabkan oleh kondisi geologi dan morfologi yang ada
dikawasan tersebut. Setiap kawasan memiliki kondisi geologi dan geomorfologi yang
berbeda. Pada pulau Timor mengalami over thrust, dimana bantuan intrusinya banyak
mengalami singkapan. Sehingga banyak ditemukannya bahan galian eksotis seperti emas,
tembaga, chrome, dan uranium, namun dalam jumlah yang tidak ekonomis. Geologi Pulau
Nusa Tenggara, 2017

Menurut Sumber Daya Alam Pulau Bali dan Nusa Tenggara, 2017 secara fisiografi, Pulau Bali
dapat dibedakan menjadi tiga bagian. Ketiga bagian itu adalah pegunungan vulkanik, dataran
rendah aluvial dan bagian yang non vulkanik. Wilayah dataran rendah aluvial dilandasi oleh
breksi yang kedap air. Di bagian ini sulit untuk penggalian sumur yang menyediakan air bagi
kepentingan rumah tangga. Di wilayah vulkanik persediaan air cukup baik. Sumber daya
bahan galian yang memiliki nilai baik di Bali adalah gamping. Batu gamping ini tersebar di
daerah Prapat Aung, Malaye, Jimbaran, Pecatu Badung dan Nusa Penida. Gamping merupaka
bahan dasar semen. Hal ini disebabkan karena pulau Bali terbentuk karena adanya Proses
pengangkatan daratan sehingga daratan yang awalnya terendam oleh laut menjadi terangkat
dan membentuk daratan baru. Sehingga kebanyakan batuan yang ada dikawasan ini terdiri dari
batuan kapur.

Secara klimatologi, mulai dari barat hingga timur Nusa Tenggara cenderung semakin kering.
Dampaknya, hutan lebat di Nusa Tenggara sudah tidak nampak dan mayoritas adalah vegetasi
hutan belukar dan padang rumput sabana. Sumber daya yang berasal dari bahan galian di Nusa
Tenggara hanya batu gamping, belerang, barit dan kaolin. Batu gamping yang menjadi bahan
dasar semen tersebar di Sumbawa besar, Semamung, Lenangguar, Bima, Monta, Lombok
Tengah dan Mangkung. Di NTT gamping muncul di Timor barat, Atambua, Otapu, Belu,
Teoka, Eban, Soe dan Batuna. Baik mutu maupun cadangannya cukup menjanjikan. Bahan
galian belerang tersebar di Gunung Baru, Lombok, Doro Pure dan Sumbawa. Sementara di
NTT belerang tersebar di Inilika, Flores, Gunung Ineri, Anburambu, Gunung Ija, Gunung
Lobo-Lobo, Gunung Egun dan Gunung Lowotolo. Salah satu bahan galian yang menjadi
bahan baku keramik halus, bahan patung dan semen putih adalah gips. Bahan galian ini ada di
Gunung Karabokai. Sementara kaolin tersebar di Lombok dan Sumbawa. (Geologi Pulau Nusa
Tenggara, 2017)

Jadi perbedaan bahan tambang yang dihasilkan pada suatu daerah disebabkan oleh faktor
Geologi dan Klimatologi. Sehingga potensi geologi yang berada pada sautu daerah tidak sama
dan dapat memenuhi kebutuhan setiap daerah.

3. Batuaan Volkanik didalam busur Banda dari kepulauan Nusa Tenggara yang diketahui lebih
tua dari batuan pada awal miocene, ditemukan pada kedalaman 150 km dibawah zona gempa.
Wilayah seismic di Jawa terbentang pada kedalaman maksimal 600 km ini merupakan
indikasi dari subduksi dari sub-ocean lithosfer milik lempeng Australia yang terletak dibawah
busur Banda. Pada awal pleistosen di seberang Timor menunjukkan adanya tabrakan dari
Timor dengan Alor dan Wetar, setelah semua lautan dimusnahkan oleh zona subduksi.
Ukuran dari deretan kepulauan volkanik perlahan-lahan akan semakin kecil dari timur pulau
Jawa, Bali, Lombok, Sumbawa , Flores, Wetar sampai ke Banda. Penurunan ini sangat
terlihat nyata pada bagian timur Wetar, kemungkinan ini karena pantulan jumlah subduksi
dari kerak samudra, Yang secara tidak langsung gerakannya berupa dip-slip di bagian barat
Wetar dan gerakan strike-slip dibagian timurnya. Kemungkinan busur vulkanik dibagian
timur wetar lebih muda dan kemungkinan busur volkanik yang asli di bagian timur Wetar
telah disisihkan oleh pinggiran batas benua Australia.
Sesuai dengan teori tektonik lempeng, Nusa Tenggara dapat dibagi menjadi menjadi 4
struktur tektonik yaitu busur belakang yang terletak di laut Flores, busur dalam yang dibentuk
oleh kepulauan vulkanik diantaranya Bali, Lombok, Sumbawa, Cómodo, Rinca, Flores,
Andora, Solor, Lomblen, Pantar, Alor, Kambing dan Wetar. Busur volkanik luar yang
dibentuk oleh kepulauan non-volkanik diantaranya Dana, Raijua, Sawu, Roti, Semau dan
Timor, dan dibagian depan busur dibagi kedalam dua bagian yaitu inner arc (busur dalam)
dan outer arc (busur luar) dan bagian dalam ialah lembah yang dalam diantaranya lembah
(basin) Lombok dan Sawu.
4. Indonesia dipengaruhi oleh pergerakan 3 lempeng tektonik, yaitu: Lempeng Indo-Australia
yang bergerak ke arah utara, Lempeng Eurasia ke arah selatan, dan Lempeng Pasifik ke arah
barat. Interaksi tersebut menyebabkan pada wilayah Indonesia banyak ditemui gunung berapi
aktif di sekitar busur kepulauannya. Interaksi paling aktif terdapat pada wilayah Indonesia
bagian timur yang dipengaruhi oleh pergerakan Lempeng Indo-Australia yang menunjam di
bawah Lempeng Eurasia. Selain itu aktivitas subduksi di sepanjang Pulau Bali hingga Flores
bagian Timur juga menyebabkan terjadinya patahan naik busur belakang Flores (Flores back-
arc thrust). Pada wilayah bali dan Nusa Tenggara memiliki potensi kegempaan yang besar.
Hal ini ditunjukkan dengan adanya gempa yang cukup besar seperti, gempa Sumba yang
terjadi pada tahun 1977 dengan kriteria magnitudo 7.0 SR, gempa tersebut disusul oleh
gempa besar berikutnya dan diikuti tsunami, gempa Pantar tahun 1987 dengan kriteria
magnitudo 5.9 SR, gempa Maumere 1992 dengan kriteria magnitudo 6.8 SR, gempa Seririt
yang terjadi pada tahun 1976, gempa Culik 1979, dan gempa Karangasem 2004 (Tamado
Briliati, Putri, 2020)
Hal ini disebabkan oleh adanya pola sebaran gempa bumi didominasi oleh gempa dangkal
pada bagian barat dan selatan, semakin ke timur dan utara maka gempa semakin dalam, hal
tersebut menunjukkan bahwa gempa bumi daerah tersebut berasosiasi dengan zona subduksi.
Pada daerah ini terdapat struktur patahan naik ke arah selatan pada cekungan busur belakang
di bawah busur vulkanik yang bersebrangan dengan subduksi utama pada Palung Jawa dan
Timor Trough. Zona ini memanjang dari Cekungan Bali ke Flores dan diestimasikan
kedalaman hingga 60 km dengan sudut 300. Mekanisme pada zona patahan naik ini yaitu
disebabkan karena adanya akumulasi energi akibat penunjaman. Busur Sunda-Banda ditandai
oleh perubahan tektonik dari Australia ke Eurasia, menyebabkan terjadinya patahan naik
busur belakang ke utara Pulau Sumbawa dan Pulau Flores. Zona patahan naik dijelaskan
dalam 2 segmen, yaitu zona patahan naik Flores di barat, dan zona patahan naik Wetar di
timur. Zona patahan naik Flores merupakan yang terpanjang dan lebih berkembang. Dengan
adanya zona patahan yang berada pada wilayah tersebut menyebabkan adanya potensi gempa
yang sangat besar pada wilayah Bali dan Nusa Tenggara. Serta Rangkaian pulau tersebut
dibentuk oleh pegunungan vulkanik muda. Pada teori lempeng tektonik, deretan pegunungan
di nusa tenggara dibangun tepat di zona subduksi indo-australia terhadap kerak samudra.
Sehingga banyak terdapat gunungapi pada kawasan ini dan meyebabkan adanya potensi
bencana vulkanik yang cukup besar.
5. Menurut Makalah Geografi tentang Bencana Alam, 2020 klasifikasi bencana alam
berdasarkan penyebabnya dibedakan menjadi tiga jenis, yaitu :
1) Bencana alam geologis
Bencana alam ini disebabkan oleh gaya-gaya yang berasal dari dalam bumi (gaya
endogen). Yang termasuk dalam bencana alam geologis adalah gempa bumi, letusan
gunung berapi, dan tsunami.
2) Bencana alam klimatologis
Bencana alam klimatologis merupakan bencana alam yang disebabkan oleh faktor
angin dan hujan. Contoh bencana alam klimatologis adalah banjir, badai, banjir
bandang, angin puting beliung, kekeringan, dan kebakaran alami hutan (bukan oleh
manusia). Gerakan tanah (longsor) termasuk juga bencana alam, walaupun pemicu
utamanya adalah faktor klimatologis (hujan), tetapi gejala awalnya dimulai dari
kondisi geologis (jenis dan karakteristik tanah serta batuan dan sebagainya).
3) Bencana alam ekstra-terestrial
Bencana alam Ekstra-Terestrial adalah bencana alam yang terjadi di luar angkasa,
contoh: hantaman/impact meteor. Bila hantaman benda-benda langit mengenai
permukaan bumi maka akan menimbulkan bencana alam yang dahsyat bagi penduduk
bumi.
Cara Ilmuwan geografi dalam mendeteksi bencana yaitu dengan,
1. Dengan mempelajari fenomena geosfer mencakup dimensi fisikal dan sosial di
permukaan bumi dengan sudut pandang kelingkungan dan kewilayahan dalam
pendekatan keruangan untuk pembangunan wilayah. Hal ini dilakukan agar kita dapat
mengetahui sejarah pembentukan struktur geologi pada tempat tersebut. Sehingga kita
mendapatkan data apakah tempat tersebut sangat berpotensi untuk terdampak bencana
yang cukup besar.
2. Karena geografi memiliki bidang kajian yang cukup banyak menyebabkan bidang ini
memiliki metode dan teknik yang berbeda, sehingga tidak mudah untuk mendudukkan
geografi sebagai satu disiplin. Geografi fisik berobjek kajian atmosfer, litosfer, dan
hidrosfer, masing-masing mempunyai kerangka teoretik dan pendekatan yang
berbeda, demikian juga halnya dengan geografi manusia yang berobjek
kependudukan, sosial, ekonomi, budaya, dan politik. Pada geografi fisik memiliki
beberapa unsur utama geografi fisik adalah yaitu lokasi, skala, bentuk daratan dan
konfigurasi permukaan bumi, cuaca dan iklim, flora dan fauna, tanah, batuan dan
mineral, bodi air kontinental, dan lautan. Dengan menggabunkan beberapa unsur
kajian geografi ini dapat disimpulkan adanya potensi bencana pada wilayah tersebut.
3. Melakukan studi lapangan terhadap daerah yang dikaji, setelah mengkaji wilayah
dengan literasi. Diperlukan adanya suatu studi lapangan sehingga dapat diperoleh hasil
apakah daerah ini memang berpotensi bencana yang cukup besar atau tidak.
4. Menggabungkan geografi fisik dengan metode studi lapangan memiliki kontribusi
besar dalam mencegah dan menanggulangi fenomena bencana alam terutama bencana
alam yang diakibatkan oleh perilaku manusia.

Daftar Pustaka
Geoenvironment. 2020. Geologi Pulau Nusa Tenggara.
https://geoenviron.wordpress.com/2018/08/22/geologi-pulau-nusa-tenggara/
Guru Geografi. 2017. Sumber Daya Alam Pulau Bali dan Nusa Tenggara
https://www.gurugeografi.id/2017/11/sumber-daya-alam-pulau-bali-dan-nusa.html
Kondisi Geologi dan Topografi Pulau Bali. 2012.
https://dexnachicharito.blogspot.com/2012/01/kondisi-geologi-dan-topografi-pulau.html
Makalah Geografi tentang Bencana Alam. 2017.
https://mediainstanbelajar.blogspot.com/2017/04/makalah-geografi-tentang-bencana-alam.html
Sriyono. 2018. Geologi dan Geomorfologi Indonesia. Yogyakarta: Penerbit Ombak
Tamado Brilianti, Putri. 2020. Tomografi Seismik Daerah Bali Hingga Nusa Tenggara Timur
Menggunakan Metode Penjejakan Sinar Fast Marching.

Anda mungkin juga menyukai