Anda di halaman 1dari 17

Gemorfologi Pulau Kalimantan

DISUSUN OLEH:

MUHAMMAD DAFFA PRATAMA

NIM: 2110115110010

MATKUL

GEOMORFOLOGI INDONESIA

DIAMPU OLEH:

Dr. H. SIDHARTA ADYATMA, M. Si

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GEOGRAFI

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKUAT

2023
BAB II
PEMBAHASAN
A. KONDISI GEOLOGY
Pulau Nusa Tenggara atau dalam bahasa yang lebih lama dikenal sebagai
kepulauan sunda kecil, merupakan sebuah gugusan pulau yang secara relative
berada pada sebelah timur pulau jawa dan bali. Nusa Tenggara memanjang
hingga di sebelah barat pulau timor, yang mana sudah menjadi Negara
tersendiri. Nusa Tenggara pada dasarnya terbagi atas dua bagian, yaitu Nusa
Tenggara bagian barat (NTB) dan Nusa Tenggara bagian timur (NTT). Dua
bagian tersebut terintegrasi dengan Bali sehingga disebut dengan Kepulauan
Sunda Kecil.
Nusa tenggara berada diantara bagian timur pulau Jawa dan kepulauan
Banda tediri dari pulau-pulalu kecil dan lembah sungai. Secara fisik, dibagian
utara berbatasan dengan pulau Jawa, bagian timur dibatasi oleh kepulauan
Banda, bagian utara dibatasi oleh laut Flores dan bagian selatan dibatasi oleh
Samudra Hindia. Secara geologi nusa tenggara berada pada busur Banda.
Rangkaian pulau ini dibentuk oleh pegunungan vulkanik muda. Pada teori
lempeng tektonik, deretan pegunungan di nusa tenggara dibangun tepat di zona
subduksi indo-australia pada kerak samudra dan dapat di interpretasikan
kedalaman magmanya kira-kira mencapai 165-200 km sesuai dengan peta
tektonik Hamilton (1979).
Lempeng tektonik kepulauan Indonesia terletak di penggabungan tiga
lempeng utama diantaranya lempeng indo-australia, Eurasia dan pasifik.
Interaksi dari ke tiga lempeng tersebut menimbulkan kompleks tektonik
khususnya di perbatasan lempeng yang terletak di timur Indonesia.
Sebagian besar busur dari kepulauan Nusa Tenggara dibentuk oleh zona
subduksi dari lempeng Indo-australia yang berada tepat dibawah busur Sunda-
Banda selama diatas kurun waktu tertier yang mana subduksi ini dibentuk
didalam busur volcanik kepulauan Nusa Tenggara. Bagaimanapun juga ada
perbedaan-perbedaan hubungan dari análisis kimia diantara batuan volkanik
pada kepulauan Nusa Tenggara. Busur volkanik pada bagian timur wilayah
sunda secara langsung dibatasi oleh kerak samudra yang keduanya memiliki
karakteristik kimia yang membedakanya dari lava pada bagian barat busur Nusa
Tenggara. Menurut Hamilton dibagian barat barisan pegunungan Nusa Tenggara
dibentuk pada massa Senozoic.
Batuaan Volkanik didalam busur Banda dari kepulauan Nusa Tenggara yang
diketahui lebih tua dari batuan pada awal miocene, ditemukan pada kedalaman
150 km dibawah zona gempa. Wilayah seismic di Jawa terbentang pada
kedalaman maksimal 600 km ini merupakan indikasi dari subduksi dari sub-
ocean lithosfer milik lempeng Australia.yang terletak dibawah busur Banda. Pada
awal pleistosen di seberang Timor menunjukkan adanya tabrakan dari Timor
dengan Alor dan Wetar, setelah semua lautan dimusnahkan oleh zona subduksi.
Ukuran dari deretan kepulauan volkanik perlahan-lahan akan semakin kecil dari
timur pulau Jawa, Bali, Lombok, Sumbawa , Flores, Wetar sampai ke Banda.
Penurunan ini sangat terlihat nyata pada bagian timur Wetar, kemungkinan ini
karena pantulan jumlah subduksi dari kerak samudra, Yang secara tidak
langsung gerakannya berupa dip-slip di bagian barat Wetar dan gerakan strike-
slip dibagian timurnya. Kemungkinan busur vulkanik dibagian timur wetar lebih
muda dan kemungkinan busur volkanik yang asli di bagian timur Wetar telah
disingkirkan oleh pinggiran batas benua Australia.
Sesuai dengan teori tektonik lempeng, Nusa Tenggara dapat dibagi menjadi
menjadi 4 struktur tektonik yaitu busur belakang yang terletak di laut Flores,
busur dalam yang dibentuk oleh kepulauan vulkanik diantaranya Bali, Lombok,
Sumbawa, Cómodo, Rinca, Flores, Andora, Solor, Lomblen, Pantar, Alor,
Kambing dan Wetar. Busur volkanik luar yang dibentuk oleh kepulauan non-
volkanik diantaranya Dana, Raijua, Sawu, Roti, Semau dan Timor, dan dibagian
depan busur dibagi kedalam dua bagian yaitu inner arc (busur dalam) dan outer
arc (busur luar) dan bagian dalam ialah lembah yang dalam diantaranya lembah
(basin) Lombok dan Sawu.

B. STRATIFIGASI NUSA TENGGARA


Strtaigrafi Nusa Tenggara Barat pada dasarnya secara umum merupakan
batuan tersier (batuan tertua), dan batuan kuarter (batuan termuda), serta
didominasi batuan vulkanik dan alluvium. Batuan tersiernya merupakan
perselingan antara sandstone kuarsa, breksi, lava, tuff, batu gamping, dan dasit.
Pada pulau Sumbawa, terdiri atas lava, breksi, tuff, andesit, sandstone, tuffaan,
claystone, dasit, tonalit, batu gamping berlapis, dasitan, batu gamping tuffaan,
serta lempung tufaan. Batuan termudanya, pulau Lombok merupakan
perselingan dari breksi gampingan, lava, breksi, lava tuff, tuff, batu apung, serta
breksi lahar. Sedang di pulau Sumbawa, terdiri atas terumbu, koral terangkat,
konglomerat, tanah merah hasil vulkanik, gunungapi tua, gunungapi
Sangeangapi, gunungapi Tambora, gunungapi muda dan batugamping koral.
Pada kedua pulau tersebut, terdapat endapan pantai dan alluvium cukup luas.
Tatanan geologi Nusa Tenggara Barat merupakan wilayah yang berada pada
kawasan pertemuan dua lempeng, yaitu lempeng Indo-Australia dan lempeng
Australia yang bertumbukan, menghasilkan tiga vulkan aktif bertipe A, yaitu
gunung Rinjani, gunung Tambora, dan gunung Sangeangapi. Pada pulau Flores
justru memiliki struktur geologi yang sama dengan pulau Jawa. Namun terdapat
perbedaan pada struktur genatiklinal yang sebagian besar mengalami proses
tektonik sekunder dermal, yaitu proses peluncuran menuju dasar laut, khususnya
bagian utara.
Pulau Bali dan Pulau Jawa, berdasar pada sejarah hindu, maka menunjukkan
bahwa keduanya terpisah pada tahun 208 masehi. Sedangkan perluasan
dengan konfigurasi mengarah ke timur melalui proses vulkanis membentuk
pulau-pulau kecil, seperti Bali, Lombok, Sumbawa, Flores, yang mana pada
setiap pulau tersebut terdapat zona vulkan kuarter. Pada bagian utara Bali
ditempati gunung Batur dan gunung Agung, pada bagian utara Lombok ditempati
gunung Rinjani. Namun tidak nampak pada Sumbawa karena geantiklinalnya
tenggelam di dasar laut dan membentuk teluk Sholeh. Sedangkan di Flores
bekas geantiklinalnya terlihat pada pualu Komodo, pualu Rinca, serta teluk
Maumere Flores timur. Punggungan dasar laut di sebelah selatan pulau-pulau
tersebut terbentuk oleh busur luar yang bersifat non-vulkanik.
Pulau Nusa Tenggara atau dalam bahasa yang lebih lama dikenal sebagai
kepulauan sunda kecil, merupakan sebuah gugusan pulau yang secara relative
berada pada sebelah timur pulau jawa dan bali. Nusa Tenggara memanjang
hingga di sebelah barat pulau timor, yang mana sudah menjadi Negara
tersendiri. Nusa Tenggara pada dasarnya terbagi atas dua bagian, yaitu Nusa
Tenggara bagian barat (NTB) dan NusaTenggara bagian timur (NTT). Dua
bagian tersebut terintegrasi dengan Bali sehingga disebut dengan Kepulauan
Sunda Kecil.
Secara tarikh geologi dasar, kepulauan Sunda Kecil memiliki proses
pembentukan kepulauan yang hampir sama dengan kepulauan-kepulauan
lainnya yang ada di Indonesia. Namun kepulauan Sunda Kecil tersebut memiliki
kekhasan dikarenakan struktur kepulauannya yang terdiri atas pulau-pulau kecil
diantara Bali hingga Timor. Pada dasarnya kepulauan Sunda Kecil merupakan
kepulauan hasil bentukan pergerakan lempeng Indo-Australia, yang bergerak
kearah utara sehingga mendesak lempeng Eurasia atau lempeng Asia
Tenggara. Akibat benturan tersebut, lantai dasar benua yang semula berada
bawah rata-rata permukaan daratan, menjadi terangkat dan membentuk
gugusan kepulauan Sunda Kecil khususnya Nusa Tenggara. Sedangkan pulau-
pulaunya memiliki karakteristik yang massif pada bentukan lahan vulkanik,
bahkan cenderung masih aktif. Menurut Verstappen, Hal ini dikarenakan
kepulauan Sunda Kecil dilewati oleh jalur pegunungan Busur Sunda (Mediteran)
(Verstappen, 2013:Geomorphological Map).
Nusa Tenggara merupakan kepulauan yang berada diantara bagaian timur
Jawa dan kepulauan Banda. Secara fisik, Nusa Tenggara terdiri atas pulau-pulau
kecil, basin, lembah, serta sungai. Berdasarkan batas relatifnya, Nusa Tenggara
dapat dijabarkan sebagai berikut:
Utara : Laut Flores
Selatan : Samudra Hindia
Barat : Jawa dan Bali
Timur : Tanimbar

Sehingga batas-batas Nusa Tenggara hampir keseluruhan merupakan lautan


atau perairan. Hal ini yang membuat kompleksitas kondisi fisik Nusa Tenggara
Nusa Tenggara terletak pada satu sistem busur Sunda-Banda yang mana juga
merupakan factor utama dalam proses pembentukan rangkaian kepulauannya
yang bersifat vulkanik, khususnya pegunungan
vulkanik muda. Apabila menilik teori tektonik lempeng, rangkaiann pegunungan
vulkanik muda Nusa Tenggara memiliki konfigurasi tepat pada zona subduksi
lempeng Indo-Australia yaitu pada kerak samudra, yang mana apabila
magmanya diinterpretasikan, kedalamannya dapat mencapai 165-200km. selain
itu, keberadaan busur Nusa Tenggara juga sangat berpengaruh terhadap
kompleksitas struktur geologi Nusa Tenggara. Sebagian besar busur yang ada di
Nusa Tenggara merupakan representasi dari adanya zona subduksi lempeng
Indo-Australia pada kurun waktu tersier. Terdapat setidaknya 5 sistem yang
memengaruhi kompleksitas struktur geologi Nusa Tenggara, yaitu: palung
belakang yang terletak di laut Flores, busur dalam yang dibentuk oleh kepulauan
vulkanik diantaranya Bali, Lombok, Sumbawa, Cómodo, Rinca, Flores, Andora,
Solor, Lomblen, Pantar, Alor, Kambing dan Wetar, palung antara yang membagi
atas dua wilayah, yaitu NTT dan NTB, dan busur luar yang dibentuk oleh
kepulauan non-volkanik diantaranya Dana, Raijua, Sawu, Roti, Semau dan
Timor, serta palung depan dibagi kedalam dua bagian yaitu inner arc (busur
dalam) dan outer arc (busur luar) dan bagian dalam ialah lembah yang dalam
diantaranya lembah (basin) Lombok dan Sawu.
Busur vulkanik timur Nusa Tenggara merupakan busur yang berbatasan
langsung dengan kerak samudra, yang mana memiliki perbedaan dengan bagian
barat busur nusa tenggara berdasarkan karakteristik lavanya. Pada bagian barat
pegunungaa nusa tenggara merupakan kawasan pegunungan yang terbentuk
pada masa senozoikum. Sedangkan batuan vulkanik yang berada dalam busur
banda merupakan batuan yang berumur lebih tua daripada batuan yang berumur
early miosen, yaitu pada kedalaman 150km dibawah zona gempa. Wilayah
seismik jawa adalah wilayah yang terbentang pada kedalaman sekitar 600km,
serta merupakan indikasi suduksi sub-ocean litosfer antara lempeng Indo
Australia yang berada dibawah busur banda. Pada early pleistosen adanya
tabrakan antara timor dengan Alor dan Wetar, yang terlihat setelah laut rusak
karena adanya zona subduksi pada seberang Timor.
Ukuran dari deretan kepulauan volkanik perlahan-lahan akan semakin kecil
dari timur pulau Jawa, Bali, Lombok, Sumbawa , Flores, Wetar sampai ke Banda.
Penurunan ini sangat terlihat nyata pada bagian timur Wetar, kemungkinan ini
karena pantulan jumlah subduksi dari kerak samudra, yang mana secara tidak
langsung gerakannya berupa dip-slip di bagian barat Wetar dan gerakan strike-
slip dibagian timurnya. Kemungkinan busur vulkanik dibagian timur wetar lebih
muda dan kemungkinan busur volkanik yang asli di bagian timur Wetar telah
disingkirkan oleh pinggiran batas benua Australia.

Nusa Tenggara Barat


Strtaigrafi Nusa Tenggara Barat pada dasarnya secara umum
merupakan batuan tersier (batuan tertua), dan batuan kuarter (batuan
termuda), serta didominasi batuan vulkanik dan alluvium. Batuan
tersiernya merupakan perselingan antara sandstone kuarsa, breksi,
lava, tuff, batu gamping, dan dasit. Pada pulau Sumbawa, terdiri atas
lava, breksi, tuff, andesit, sandstone, tuffaan, claystone, dasit, tonalit,
batu gamping berlapis, dasitan, batu gamping tuffaan, serta lempung
tufaan. Batuan termudanya, pulau Lombok merupakan perselingan dari
breksi gampingan, lava, breksi, lava tuff, tuff, batu apung, serta breksi
lahar. Sedang di pulau Sumbawa, terdiri atas terumbu, koral terangkat,
konglomerat, tanah merah hasil vulkanik, gunungapi tua, gunungapi
Sangeangapi, gunungapi Tambora, gunungapi muda dan batugamping
koral. Pada kedua pulau tersebut, terdapat endapan pantai dan
alluvium cukup luas.
Tatanan geologi Nusa Tenggara Barat merupakan wilayah yang
berada pada kawasan pertemuan dua lempeng, yaitu lempeng Indo-
Australia dan lempeng Australia yang bertumbukan, menghasilkan tiga
vulkan aktif bertipe A, yaitu gunung Rinjani, gunung Tambora, dan
gunung Sangeangapi. Pada pulau Flores justru memiliki struktur
geologi yang sama dengan pulau Jawa. Namun terdapat perbedaan
pada struktur genatiklinal yang sebagian besar mengalami proses
tektonik sekunder dermal, yaitu proses peluncuran menuju dasar laut,
khususnya bagian utara.
Pulau Bali dan Pulau Jawa, berdasar pada sejarah hindu, maka
menunjukkan bahwa keduanya terpisah pada tahun 208 masehi.
Sedangkan perluasan dengan konfigurasi mengarah ke timur melalui
proses vulkanis membentuk pulau-pulau kecil, seperti Bali, Lombok,
Sumbawa, Flores, yang mana pada setiap pulau tersebut terdapat zona
vulkan kuarter. Pada bagian utara Bali ditempati gunung Batur dan
gunung Agung, pada bagian utara Lombok ditempati gunung Rinjani.
Namun tidak nampak pada Sumbawa karena geantiklinalnya
tenggelam di dasar laut dan membentuk teluk Sholeh. Sedangkan di
Flores bekas geantiklinalnya terlihat pada pualu Komodo, pualu Rinca,
serta teluk Maumere Flores timur. Punggungan dasar laut di sebelah
selatan pulau-pulau tersebut terbentuk oleh busur luar yang bersifat
non-vulkanik.

Nusa Tenggara Timur


Pada bagian Nusa Tenggara Timur, yaitu mulai dari pulau Alor,
Kambing, Wetar dan Romang, merupakan zona orogene timor dengan
pusat penggelombangan di Flores. Terjadinya proses evolusi orogenik
Nusa Tenggara Timur merupakan siklus yang kompleks. hal ini
dikarenakan proses penggelombangan ini dimulai sejak early
mesozoikum, termasuk didalamnya sirkum Australia yang
menghasilkan busur dalam Sumba dengan konfigurasi mengarah ke
timur laut serta busur luar Sawu yang mengarah ke timur laut. Pada
periode tersier, kawasan tersebut mengalami proses penggelombangan
dengan pusatnya berada di laut Flores, sebagai bagian dari sistem
pegunungan Sunda. Distorsi-distorsi terdapat pada posisi interdeep
Sumba, garis arah busur luar Rote hingga Timor yang mengarah ke
timur laut.
Adapun daerah undasi di Orogene Timor sebagai berikut:
Busur dalam : Alor, Kambing, Wetar, non vulkanis
Palung Antara : Pulau Sumba-L. Sawu
Busur Luar : Dana, Raijua, Sawu, Rote, Semau, Timor.
Backdeep : Punggungan Batutaza
Matinya aktivitas vulkanis pada daerah tersebut dikarenakan
jalan keluar magma mengalami penyumbatan akibat pergeseran
lempeng Australia ke utara. Namun beberapa ahli menyatakan bahwa
tidak terdapat tanda-tanda adanya pergeseran lateral menuju ke utara
disekitar Bantar hingga Alor, yang mana merupakan tempat matinya
aktivitas vulkanis timur. Selain itu, tidak adanya perubahan konfigurasi
structural busur luar akibat tekanan blok Australia, sedang busur
tersebut akan menerima tekanan terlebih dahulu. Apabila ditelusuri
lebih jauh, maka deretan busur dalam non-vulkanik tidak bersambung
dengan deretan busur dalam Damar hingga Banda yang bersifat
vulkanik, namun cenderung bersambung dengan zona Ambon yang
non-vulkanik.
Hilangnya aktivitas vulkanik dari Alor ke arah timur, termasuk
didalanya zona Ambon, dikarenakan berbatasan dengan dangkalan
Sahul. Factor lainnya yang mungkin dapat berpengaruh terhadap
hilangnya aktivitas vulkanik tersebut adalah Gaya endogen dari lapisan
tektonosfer telah habis, Puncak asthenolithnya mungkin mengalami
pembekuan sehingga saluran magma yang keluar tersumbat. Sumbu
geantiklinal Nusa Tenggara pada bagian timur tenggelam, sedangkan
semakin ke barat semakin kelihatan. Hal ini dapat diasumsikan bahwa
selat antara pulau yang ada di kawasan Sunda kecil mulai dari barat
hingga ke timur semakin dalam. Hal ini ditunjukkan dengan:
Barat Tampar : kurang dari 200m
Antara Pantar Alor : 1140m
Alor hingga Kambing : 1260m
Kambing : 1040m
Wetar hingga Roman : lebih dari 2000m
Timur Roman : 4000m
Pulau Rote merupakan pulau yang tersusun atas sedimen-
sedimen yang mengalami pelipatan yang kuat, tertutup dengan karang
berumur kuarter hingga ketinggian 430m. Pulau Sawu terdiri atas
batuan pra tersier yang dikelilingi karang koral hingga setinggi 300m.
pulau Timur terdapat puncak genatiklinal yang mengalami depresi
memanjang mulai dari teluk Kupang hingga Lois. Menurut kepercayaan
penduduk asli Timor, hampir kesluruhan Timor dahulunya merupakan
laut, sedangkan yang merupakan pulau adalah gunung Lakaan. Hal ini
berarti bahwa pulau Timor mengalami pengangkatan. Hal ini
ditunjukkan dengan bukti ditemukannya sisa karang pada ketinggian
lebih dari 1000m. Pulau tersebut mengalami over thrust, yang mana
bantuan intrusinya banyak mengalami singkapan. Sheingga banyak
ditemukannya bahan galian eksotis seperti emas, tembaga, chrome,
dan uranium, namun dalam jumlah yang tidak ekonomis. Sebaran
batuan di wilayah Timor dapat dikategorikan sebagai berikut:
1. Silicic antara Alor, Lembata, Sikka, Ende, Ngada, Manggarai,
Kupang.
2. Matic Basic
3. Intermediate Basic
4. Pre Tersier Undivideo
5. Paleagen
6. Alluvial Terrace Deposit and Coral Reefs
7. Neogene
8. Keknenno Series
9. Sonnebait Series
10. Sonnebait dan Ofu Series terefolde
11. Ofu Series
12. Silicic Efusive
13. Triassic
14. Crystalline Schist
C. FISIOGRAFI NUSA TENGGARA
Nusa Tenggara merupakan kepulauan yang terletak pada dua jalur
genatiklinal hasil perluasan busur banda di sebelah barat. Genatiklinal
tersebut membujur dari Pulau-pulau di Nusa Tenggara terletak pada dua jalur
geantiklinal, yang merupakan perluasan busur Banda di sebelah barat.
Geantiklinal yang membujur dari timur sampai pulau-pulau Romang, Wetar,
Kambing, Alor, Pantar, Lomblen, Solor, Adonara, Flores, Rinca, Komodo,
Sumbawa, Lombok dan Bali. Sedangkan dibagian selatan dibentuk oleh
pulau-pulau Timor, Roti, Sawu, Raijua dan Dana. Punggungan geantiklinal
tersebut bercabang di daerah Sawu. Salah satu cabangnya membentuk
sebuah ambang yang turun ke laut melewati Raijua dan Dana, berakhir ke
arah punggungan bawah laut di selatan Jawa. Cabang lain merupakan rantai
penghubung dengan busur dalam yang melintasi daerah dekat Sunda. Secara
umum, fisiografi Nusa Tenggara Barat adalah Daratan 3 %, Laut, Sungai,
Danau 1 %, Vulkanik 90 %, Denudasional 5 %, Karst 1 %. Sedangkan
fisiografi Nusa Tenggara Timur adalah Daratan 10 %, Vulkanik 36 %, Karst : 6
%, Struktural : 45 %, Laut, Sungai, Danau 3 %.

1. Palung Belakang
Di sebelah timur Flores dibentuk oleh bagian barat basin Banda
selatan. Di sebelah utara Flores dan Sumbawa terbentang laut
Flores, yang dibedakan menjadi tiga bagian, yaitu: Laut Flores
Barat laut, berupa dataran (platform) yang luas dan dangkal, yang
menghubungkan lengan selatan Sulawesi dengan dangkalan
Sunda. Kedua, Basin Flores Tengah, berbentuk segitiga dengan
puncak terletak di sebelah selatan volkan Lompobatang, yang
berhubungan dengan depresi Walanae. Sedangkan dasarnya
terletak di sepanjang pantai utara Flores, yang merupakan bagian
terdalam (-5140). Ketiga, Laut Flores Timur terdiri dari punggungan
dan palung diantaranya, yang menghubungkan lengan selatan
Sulawesi dengan punggungan bawah laut Batu Tara.

2. Busur Dalam
Busur dalam Nusa Tenggara merupakan kelanjutan dari Jawa
menuju Busur Dalam Banda. Di Nusa Tenggara merupakan
punggungan geantiklinal. Selat diantara pulau di bagian barat
dangkal dan menjadi lebih dalam ke arah timur. Fisiografi Sumbawa
yang khas adalah adanya depresi yang memisahkan geantiklinal
menjadi beberapa bagian, diantaranya berupa teluk di bagian timur.
Teluk tersebut dipisahkan dari laut oleh pulau Mojo yang
memberikan sifat khas dari depresi antar pegunungan pada puncak
geantiklinal.

3. Palung Antara dengan Sumba


Palung ini berada di antara busurdalam volkanis Jawa-Bali-Lombok
dan punggungan dasar laut sebelah selatan Jawa. Bagian terdalam
terdapat di selatan Lombok, bercabang dua ke arah timur menjadi
dua cabang yaitu sebelah utara dan selatan Sumba.
Cabangcabang ini merupakan penghubung antara palung sebelah
selatan Jawa dan Basin Sawu antara Flores timur dan Roti.

4. Busur Luar
Pulau-pulau di nusa tenggara yang termasuk busur luar adalah:
Dana, Raijua, Sawu, Roti, Seman dan Timor. Punggungan dasar
laut dari selatan Jawa muncul sampai 1200m dibawah permukaan
laut, selanjutnya turun ke arah timur sampai 4000 m. Palung antara
tersebut sebagian terangkat. Selanjutnya sumbu geantiklinal itu
naik lagi sampai ke pulau-pulau Sawu, Dana, Raijua, dan Sawu.

5. Palung Depan
Palung depan Jawa dari sistem pegunungan Sunda itu
membentang ke arah timur. Sampai di Sumba kedalamannya
berkurang dan di sebelah selatan Sawu melengkung ke timur laut
sejajar dengan Timor. Sampai di pulau Roti dipisahkan oleh
punggungan (1940 m) terhadap palung Timor.

D. KONDISI GEOMORFOLOGI
Pulau-pulau di Nusa Tenggara terletak pada dua jalur geantiklinal, yang merupaka
n perluasan busur Banda di sebelah barat. Geantiklinal yang membujur dari timur sampai
pulau-pulau Romang, Wetar, Kambing, Alor, Pantar, Lomblen, Solor, Adonara, Flores,
Rinca, Komodo, Sumbawa, Lombok dan Bali. Sedangkan dibagian selatan di bentuk oleh
pulau-pulau Timor, Roti, Sawu, Raijua dan Dana. Punggungan geantikli nal tersebut
bercabang di daerah Sawu. Salah satu cabangnya membentuk sebuah amb ang yang turun
ke laut melewati Raijua dan Dana, berakhir ke arah punggungan baw ah laut di selatan
Jawa. Cabang lain merupakan rantai penghubung dengan busur da lam yang melintasi
daerah dekat Sunda.
1. Palung Belakang
Di sebelah timur Flores dibentuk oleh bagian barat basin Banda selatan. Di sebel ah
utara Flores dan Sumbawa terbentang laut Flores, yang dibedakan menjadi tiga
bagian, yaitu:
 Laut Flores Barat laut, berupa dataran (platform) yang luas dan dangkal, yang
menghubungkan lengan selatan Sulawesi dengan dangkalan Sunda.
 Basin Flores Tengah, berbentuk segitiga dengan puncak terletak di sebela h
selatan volkan Lompobatang, yang berhubungan dengan depresi Walanae.
Sedangkan dasarnya terletak di sepanjang pantai utara Flores, yang
merupakan bagian terda lam (-5140).
 Laut Flores Timur terdiri dari punggungan dan palung diantaranya, yang
menghubungkan lengan selatan Sulawesi dengan punggungan bawah laut
Batu Tara.
Di sebelah utara Bali dan Lombok palung belakang ini dibentuk oleh Laut Bali (le bar
100 km dan dalam 1500 m) ke arah barat dasarnya berangsur-angsur terangkat s
ampai bersambung dengan laut dangkal di selat Madura.

2. Busur Dalam
Busur dalam Nusa Tenggara merupakan kelanjutan dari Jawa menuju Busur
Dalam Band Di Nusa Tenggara merupakan punggungan geantiklinal. Selat diantara
pulau di b agian barat dangkal dan menjadi lebih dalam ke arah timur.
Struktur umum Lombok di sebelah utara merupakan zone volkanis dengan volkan
aktif Rinjani (zone Solo), dataran rendah Mataram (subzone Blitar). Di selatan berup a
pegunungan selatan dengan materi kapur Tertier dan breksi volkanis, Bali dipisahkan
oleh selat Bali terhadap Jawa. Zone di Bali sama dengan Jawa. Ba gian utara
merupakan bagian terluas terdiri dari volkan-volkan. Kuarter yang mas ih aktif,
menunjukkan kelanjutan kompleks volkan muda di Jawa. Dataran Denpasar yang
membentang pada kaki selatan volkan termasuk sub zone Blitar di Jawa. Datar an ini
dihubungkan oleh tanah genting yang menyempit dengan bukit-bukit kapur Te rtier Ulu
Watu (213 m) yang dapat dibandingkan dengan semenanjung Blambangan. Pu lau
Nusa Panida (529 m) antara Bali dan Lombok juga terdiri dari kapur Tertier i ni.
Fisiografi Sumbawa yang khas adalah adanya depresi yang memisahkan
geantiklinal menjadi beberapa bagian, diantaranya berupa teluk di bagian timur. Teluk
tersebu t dipisahkan dari laut oleh pulau Mojo yang memberikan sifat khas dari depresi
a ntar pegunungan pada puncak geantiklinal. Sisi utara ditumbuhi oleh beberapa vol
kan muda. Volkan Ngenges, Tambora dan Soromandi menghasilkan batuan leucit.
Sedi men tertier dan batuan kapur alkali disebarkan secara luas di pulau Sumbawa.
Hal ini memberikan gambaran bahwa zone pegunungan Selatan Jawa terdapat di
seluruh pulau Sumbawa dan depresi menengah yang disebut zone Solo. Teluk Saleh
merupakan sebuah depressi terpencil dari zone Solo.
Pulau Flores dipisahkan dari Sumba oleh selat Sape. Komodo dan Rinca termasuk
ke dalam puncak geantiklinal Flores Tengah, yang terdiri dari batuan volkanis lebi h
tua (Tertier) dan intrusi magmatis yang dapat dibandingkan dengan Pegunungan S
elatan Jawa. Volkan-volkan yang lebih muda muncul di sepanjang pantai selatan Fl
ores Barat. Di Flores Timur geantiklinal itu berupa sumbu yang tenggelam sehingg a
batuan volkanis yang lebih tua dan intrusi granodiorit tidak begitu banyak, se rta hanya
terdapat volkan muda yang muncul dibagian puncaknya. Geantiklinal itu bersambung
disepanjang Solor, Adonara, Lomblen dan Pantar, dimana pulau-pulau te rsebut terdiri
dari volkan yang aktif. Sumbu itu kemudian melalui Alor, Kambing, Wetar dan
Romang. Di bagian ini busur dalam tidak memiliki volkan aktif. Pulau- pulau tersebut
tersusun dari endapan volkanis Tertier akhir yang sebagian terdapat di bawah
permukaan laut.
3. Palung Antara dengan Sumba
Palung ini berada di antara busur dalam volkanis Jawa-Bali-Lombok dan
punggungan dasar laut sebelah selatan Jawa. Bagian terdalam terdapat di selatan
Lombok, be rcabang dua ke arah timur menjadi dua cabang yaitu sebelah utara dan
selatan Sum ba. Cabang-cabang ini merupakan penghubung antara palung sebelah
selatan Jawa da n Basin Sawu antara Flores timur dan Roti. Lereng yang curam pada
Wetar dan basi n Sawu serta dasar laut yang datar menunjukkan adanya penurunan
permukaan bumi. Sedangkan ujung timur dan baratnya dibatasi oleh pengangkatan
seperti sembul (ho rst) di Kisar dan Sumba. Kedua pulau tersebut secara morfologis
termasuk zone pa lung antara.

4. Busur Luar
Pulau-pulau di nusa tenggara yang termasuk busur luar adalah: Dana, Raijua,
Sawu, Roti, Seman dan Timor. Punggungan dasar laut dari selatan Jawa muncul
sampai 1 200 m dibawah permukaan laut, selanjutnya turun ke arah timur sampai
4000 m. Palung antara tersebut sebagian terangkat. Selanjutnya sumbu geantiklinal
itu naik lagi sampai ke pulau-pulau Sawu, Dana, Raijua, dan Sawu.
Pulau sawu mempunyai terumbu karang yang tingginya 300 m dpl dan mengelilingi
pu lau ini yang tersusun dari batuan pre-tertier. Punggungan dana-Raijua-Sawu seron g
terhadap punggungan Roti-Timor, dari tempat itu dipisahkan oleh selat Daong. P ulau
Roti tersusun dari sedimen terlipat kuat dan tertutup oleh batu karang kuat er yang
tingginya 430 m dpl. Timor merupakan hasil geantiklinal yang lebar. Disamping itu
terdapat depressi memanjang di puncaknya, melalui Teluk Kupang sampai perbatasan
Timor Leste dan berakhir di muara sungai Lois.

5. Palung Depan
Antar pulau Chrismast dan punggungan bawah laut di selatan Jawa
terdapat cekunga n dalam utama yang membujur arah timur-barat,
kedalamannya 7450 m. Palung depan Jawa dari sistem pegunungan
Sunda itu membentang ke arah timur. Sampai di Sumba kedalamannya
berkurang dan di sebelah selatan Sawu melengkung ke timur laut seja jar
dengan Timor. Sampai di pulau Roti dipisahkan oleh punggungan (1940
m) terha dap palung Timor. Palung di selatan Jawa itu di bagian selatan
dibatasi oleh pen gangkatan dasar laut yang tidak jelas batasnya melalui
Pulau Chrismast menuju da sar laut yang dalamnya 3000-4000 m. bagian
timur palung Timor ini dibatasi oleh dangkalan Australia atau dangkalan
Sahul.
E. GEOMORFOLOGI NUSA TENGGARA TIMUR DAN BARAT
Menurut Umhgrove, pulau-pulau Nusa Tenggara Barat dan Timur
merupakan hasil peli patan pada miosen, bersamaan dengan pembentukan
geantiklin Jawa Selatan. Pelipat an pada miosen yang paling intensif terdapat
diIrian dibagian utara kepala burun g kemudian masuk ke bagian tengah Irian
Jaya. Secara garis besar pulau-pulau di NTB dan NTT dapat dikelompokkan
kedalam dua kelompok yang masing-masing mengarah dari timur ke barat
Barisan Utara: terdiri dari P. Kambing, P. Alor, P. Pentar, P. Lomblen, P.Solor, P.
Andonara, P. Flores, P. Rinca, P. Komodo, P. Sumba, P. Lombok, dan P.Bali. Sedangkan
barisan selatan terdiri dari : P. Timor, P. Semau, P. Roti, P. Sawu,P. Raijua, P. Dana.
Diantara barisan utara dan selatan terdapa t P. Sumba yangmenurut Van Bemmelen
merupakan penghubung dua barisan tersebut. Pembagian fisiografis di P. Bali mirip dengan
di P. Jawa, dimana dibagian selata n P. Bali merupakan daerah kapur dan dibagian utara
merupakan daerah vulkanis de ngan beberapa puncaknya sebagai berikut: G. Bratan,
Batukau, Batur, dan G. Agung.
Begitu halnya dengan P. Lombok dimana bagian utara berupa daerah vulkanis dan
dibagian selatan berupa daerah kapur. P. Sumbawa mempunyai bentuk yang agak ber
lainan, disini teluk saleh hampir memotong pulau tersebut menjadi dua bagian. Vu lkan juga
terdapat dibagian utara seperti G. Tambora. Kemudian untuk P. Flores p osisinya mengarah
kebarat daya-timur laut dengan beberapa vulkan yang menduduki bagian utara maupun
selatan. Dapat kita lihat bahwa di kedua pulau ini terdapat dua mountain land (southern d an
northern) yang terbentuk : gunung api Mio-Pliosen yang sekarang tererosi taha p tua
membentuk pematang-pematang sempit tertoreh dalam, dan gununapi aktif Kuar ter muda
yang bentuknya masih kerucut. Ini mencerminkan perkembangan busur volka nik bagian
dalam seiring dengan bergeraknya zone subduksi ke utara. Di Lombok da n Sumbawa jalur
volkanik tua ada di sebelah selatan. Sisa-sisa gunungapi tua and esitik-basaltik ini misalnya
Gunung Mareje (716 m) di dekat Mataram Lombok atau Gunung Sepakat dan Gunung
Dinding di Sumbawa selatan. Di sekitar gunung ini dapa t dipelajari dengan baik bagaimana
asal dan sekuen gunung ini dalam hubungannya dengan batuan sediment yang tersingkap
di sekitarnya, apakah intrusi magmatik ya ng menerobos batuan sediment lebih tua, apakah
gunungapi tuayang di pinggirnya d itumbuhi terumbu karang, dsb
Pengangkatan Resen terjadi sangat kuat di sebelah selatan Lombok-Sumbawa.
Batuga mping dan konglomerat dari gunung api tua terangkat membentuk tebing pantai, mis
alnya di dekat Kuta dan Blongas di Lombok selatan (bandingkan dengan pantai Uluw atu,
Bali selatan hal yang sama juga. Dataran tinggi sebelah selatan Taliwang d i Sumbawa
baratdaya, juga merupakan uplifted coral limestones yang dulunya tumbuh menumpu
(onlap) gunungapi andesitik ke sebelah selatan dan tenggaranya.
Telah kita ketahui bahwa Sunda Kecil yang akan kita pelajari disini merupakan su
atu kepulaun di sebelah timur Pulau Jawa yang terdiri dari beberapa pulau besar misalnya
Bali, Lombok, Sumbawa, dan Flores. Kondisi geologi wilayah NTB dengan b atuan tertua
berumur Tersier dan yang termuda berumur Kuarter, didominasi oleh B atuan Gunungapi
serta Aluvium (recent). Batuan Tersier di Pulau Lombok terdiri d ari perselingan batupasir
kuarsa, batulempung, breksi, lava, tufa dengan lensa-l ensa batugamping, batugamping dan
dasit.
Sedangkan di Pulau Sumbawa terdiri dari lava, breksi, tufa, andesit, batupasir t
ufaan, batulempung, dasit, tonalit, tufa dasitan, batugamping berlapis, batugamping tufaan
dan lempung tufaan. Batuan Kuarter di Pulau Lombok terdiri dari perse lingan breksi
gampingan dan lava, breksi, lava, tufa, batuapung dan breksi lahar.
Sedangkan di Pulau Sumbawa terdiri dari terumbu koral terangkat, epiklastik (k
onglomerat), hasil gunungapi tanah merah, gunungapi tua, gunungapi Sangeangapi,
gunungapi Tambora, gunungapi muda dan batugamping koral. Aluvium dan endapan pan tai
cukup luas terdapat di Pulau Sumbawa dan Lombok.
Data geologi yang disajikan untuk Pulau Lombok dari hasil pengamatan, maka
dapat dikerhukakan jenis batuan yang ada di Pulau Lombok. Terdapat dua unsur geologi
utama di Pulau Lombok yaitu lingkaran gunung berapi di sebelah utara dan lingkar an
rendah yang sudah tua di sebelah selatan. Diantara kedua bagian ini terdapat lembah yang
merupakah peralihan. Gunung berapi dilapisan bagian atasnya dan pegu nungan tua di
lapisan bawah dan yang paling berpengaruh adalah Gunung Rinjani, G unung Punikan dan
Gunung Nangi dibentuk oleh sedikit beresia dan larya, yang dis ebarkan oleh Bresia Rinjani
ke arah barat dan timur.
Struktur geologi regional Bali dimulai dengan adanya kegiatan di lautan selama k
ala Miosen Bawah yang menghasilkan batuan lava bantal dan breksi yang disisipi o leh batu
gamping. Di bagian selatan terjadi pengendapan oleh batu gamping yang k emudian
membentuk Formasi Selatan. Di jalur yang berbatasan dengan tepi utaranya terjadi
pengendapan sedimen yang lebih halus. Pada akhir kala Pliosen, seluruh daerah
pengendapan itu muncul di atas permukaan laut. Bersamaan dengan pengangka tan, terjadi
pergeseran yang menyebabkan berbagai bagian tersesarkan satu terhad ap yang lainnya.
Umumnya sesar ini terbenam oleh bahan batuan organik atau endap an yang lebih muda.
Selama kala Pliosen, di lautan sebelah utara terjadi endapan berupa bahan yang b
erasal dari endapan yang kemudian menghasilkan Formasi Asah. Di barat laut sebag ian
dari batuan muncul ke atas permukaan laut. Sementara ini semakin ke barat pe ngendapan
batuan karbonat lebih dominan. Seluruh jalur itu pada akhir Pliosen te rangkat dan
tersesarkan.
Kegiatan gunung api lebih banyak terjadi di daratan, yang menghasilkan gunung ap
i dari barat ke timur. Seiring dengan terjadinya dua kaldera, yaitu mula-mula ka ldera Buyan-
Bratan dan kemudian kaldera Batur, Pulau Bali masih mengalami geraka n yang
menyebabkan pengangkatan di bagian utara. Akibatnya, Formasi Palasari ter angkat ke
permukaan laut dan Pulau Bali pada umumnya mempunyai penampang Utara-S elatan
yang tidak simetris. Bagian selatan lebih landai dari bagian Utara.
DAFTAR PUSTAKA
Rahardiawan, R., & Purwanto, C. (2014). Struktur Geologi Laut Flores, Nusa
Tenggara Timur. Jurnal Geologi Kelautan, 12(3), 153-163.
Darmawan, A., & Lastiadi, H. A. (2010). Geologi lingkungan dan fenomena kars
sebagai arahan pengembangan wilayah perkotaan Kupang, Nusa Tenggara
Timur. Jurnal Lingkungan dan Bencana Geologi, 1(1), 11-26.
Pandelisman, H. F. (2014). Studi Struktur Geologi dan Litologi Menggunakan Metode
Pemetaan Geologi Berbasis Penginderaan Jauh Pada Blok Kolbano, Pulau
Timor, Nusa Tenggara Timur (Doctoral dissertation, Diponegoro University).
Irma Lusi, N. (2017). GEOLOGI INDOENSIA.
Nazaruddin, R. (1986). Geomorfologi Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai