Anda di halaman 1dari 9

APLIKASI PENGINDERAAN JAUH

DALAM BIDANG KEHUTANAN

Aplikasi Penginderaan Jauh untuk Memetakan


Kekeringan Lahan dengan Metode.
(Studi Kasus : TN Bromo Tengger Semeru)
(Remote Sensing Application to map Land Drought by
Method)
Ahmad Azhar Ibrahimi dan Hepi Hapsari
Handayani
(diakses pada tanggal 10 Oktober 2017)
kelompok 11 & 12

1. Putri Ningsih Agustin (D1D016118)


2. Rara Rahmiati (D1D016128)
3. Wibowo Dwi Setyo (D1D016102)
4. Sonny (D1D016129)
5. Eka Nurtanti (D1D016137)
6. Tommy Wijaya (D1D016101)


Aplikasi Penginderaan Jauh untuk Memetakan
Kekeringan Lahan dengan Metode
Kekeringan lahan terjadi ketika suatu lahan mengalami
kekurangan air. Di Indonesia pada setiap musim kemarau
hampir selalu terjadi kekeringan pada hutan dengan intensitas
dan luas daerah yang berbeda tiap tahunnya, sehingga
pemantauan kekeringan lahan secara actual sangat penting
dilakukan.

kekeringan adalah merupakan salah satu bencana yang sulit


dicegah dan datang berulang. Secara umum pengertian
kekeringan adalah kondisi kekurangan air pada suatu wilayah
dalam periode waktu yang cukup panjang akibat kurangnya
curah hujan.
1.Hasil Koreksi Geometrik Citra ASTER
Koreksi geometrik citra ASTER VNIR dengan resolusi
15 meter tahun 2009 dengan peta Rupa Bumi Indonesia
(RBI) skala 1:25.000 kawasan TN Bromo Tengger Semeru.
Akurasi koreksi geometrik disajikan oleh standar deviasi
(Root Mean Square = RMS) per unit piksel pada citra.
Koreksi geometrik menggunakan teknik registrasi Select
GCP: image to image pada software image processing.
2.Pemotongan Citra ASTER
Pemotongan citra dilakukan untuk memfokuskan proses
pengolahan citra pada Kawasan Hutan Taman Nasional Bromo
Tengger Semeru.
Pada penelitian yang kedua dan ketiga nilai rata-rata dari NDVI
kawasan hutan pada area studi memiliki nilai yang lebih tinggi. Namun nilai
indeks vegetasi pada area studi juga memiliki nilai minimum yang sangat
rendah, Hal ini dikarenakan kawasan hutan TN Bromo Tengger Semeru
merupakan hutan yang memiliki tingkat kerapatan yang tinggi dan ada
beberapa wilayah dengan ketinggian tertentu memiliki kerapatan yang
sangat minim dibuktikan oleh Balai Besar TN Bromo Tengger Semeru yang
membagi hutan menjadi 3 zone berdasarkan ketinggian tempat, yaitu:
1. Sub Montane (750 - 1.500 m dpl)
Pada zona ini tergolong tipe hutan hujan tropis dataran rendah sampai
pegunungan yang mempunyai tingkat keaneka-ragaman jenis dan kerapatan
yang tinggi.
2. Montane(1.500 - 2.400 m dpl)
Pada hutan ini sebagian besar merupakan hutan primer yang
keanekaragaman jenisnya sudah mulai berkurang dan jenis tumbuhannya
merupakan tumbuhan pionir yang tidak dapat hidup di bawah naungan.
3. Sub Alpin (2.400 m dpl keatas)
Pada zona ini hanya terdapat pohon-pohon kerdil yang sedikit jenisnya, yang
memiliki kerapatan jarang.
1. Perbandigan Nilai Indeks Vegetasi dengan Penelitian
Lain
Nilai NDVI yang didapat pada penelitian ini dibandingkan
dengan NDVI penelitian lain. Nilai NDVI penelitian lain adalah
sebagai berikut:

a. basori (2011) dengan menggunakan citra satelit


TERRAMODIS tahun 2007-2011 menganalisa perubahan
luas hutan di Jawa Timur menggunakan metode perhitungan
indeks vegetasi (NDVI dan EVI). Dalam penelitiannya dijelaskan
nilai indeks vegetasi (NDVI) untuk kawasan hutan di Jawa
Timur.
b. penelitian lain dilakukan oleh Qihao Weng (2003)
Department of Geography, Geology, and Anthtopology
dengan menggunakan citra Landsat ETM+ tahun 2002. Hasil
dari penelitian tersebut salah satunya adalah nilai rata-rata
spektral NDVI dari tipe tutupan lahan yaitu meliputi kawasan
industri dan perdagangan, pemukiman, lahan pertanian,
lapangan, hutan, dan badan air dimana nilai NDVI berturut-turut
adalah bernilai -0,193 ; 0,088 ; 0,249 ; 0,335 ; 0,515 ; -0,204.
c. penelitian lain lagi dilakukan oleh Diallo Yacouba
(2009)
Institute for mathematics geosciences and Remote Sensing,
Faculty of Earth Resources, China University of Geosciences
dengan menggunakan citra Landsat TM tahun 1990 dan 1999
menunjukkan taksiran perubahan tutupan lahan menggunakan
NDVI di daerah Puer dan Simao, propinsi Yunnan, China.
2.Perbandingan Nilai LST dengan Data Iklim Kabupaten
di Jawa Timur .
Didapatkan hasil yang berbeda antara hasil perhitungan
citra dengan data lapangan dari pemantauan beberapa stasiun
suhu Kabupaten di Jawa Timur seperti yang terlihat pada tabel 8.
Hal ini disebabkan kawasan hutan Taman Nasional Bromo
Tengger Semeru terletak pada ketinggian 750 mdpl sampai 3676
mdpl sehingga menyebabkan perbedaan suhu yang sangat ekstrim
dibuktikan oleh Sri Anindiati Nursastri (2013), bahwa di Ranu
Kumbolo saat pagi tiba, Anda bisa melihat titik-titik es yang
mencair terkena sinar matahari. Es mencair menandakan bahwa
suhu kurang dari nol derajat celcius.

Anda mungkin juga menyukai