Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN PRAKTIKUM METEOROLOGI DAN KLIMATOLOGI

PRAKTIK/LATIHAN 7
MENCATAT CURAH HUJAN DENGAN MENGGUNAKAN ALA
TYPE HELLMAN

Penulis
Nama : Desi Subaidah
NPM : 1913034034
Prodi : Pendidikan Geografi

Mata Kuliah : Meteorologi Dan Klimatologi


Dosen : Drs. I Gede Sugiyanta, M.Si dan Annisa Salsabilla, S.Pd., M.Si

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GEOGRAFI


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNVERSITAS LAMPUNG
2019
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Hujan merupakan titik-titik air yang jatuh ke permukaan bumi hasil dari
kumpulan titik-titik air yang sudah sampai pada titik jenuh ( kondensasi) suatu
siklus hidrologi. Hujan di suatu tempat berbeda-beda tergantung pada awan yang
mengandung titik-titik hujan didalamnya.
Sedangkan Curah hujan atau yang juga sering disebut presipitasi adalah jumlah
air hujan yang turun pada daerah tertentu dalam waktu tertentu. Curah Hujan juga
dapat dikatakan sebagai air hujan yang terkumpul di tempat datar yang tidak
menguap, tidak meresap dan tidak mengalir setelah hujan turun. Satuan curah
hujan selalu dinyatakan dalam satuan milimeter atau inchi namun untuk di
indonesia satuan curah hujan yang digunakan adalah dalam satuan milimeter
(mm). Curah hujan dalam 1 (satu) milimeter memiliki arti dalam luasan satu
meter persegi pada tempat yang datar tertampung air setinggi satu milimeter atau
tertampung air sebanyak satu liter.
Intensitas hujan adalah jumlah curah hujan dalam suatu satuan waktu tertentu,
yang biasanya dinyatakan dalam mm/jam, mm/hari, mm/tahun, dan sebagainya
yang berturut-turut sering disebut hujan jam-jaman, harian, tahunan, dan
sebagainya. Biasanya data yang sering digunakan untuk analisis adalah nilai
maksimum, minimum dan nilai rata-ratanya.
Untuk mengukur besarnya curah hujan, digunakan alat yang disebut penakar
hujan (ombrometer). Alat ini merupakan alat yang terdiri dari corong dan tabung
penampung. Curah hujan diukur dalam skala milimeter (mm) atau sentimeter
(cm). Dari pengukuran curah hujan akan didapatkan beberapa data yang kemudian
diolah menjadi tiga jenis hasil pengukuran seperti berikut:
• Jumlah curah hujan harian, yaitu hasil pengukuran hujan selama 24 jam.
• Jumlah curah hujan bulanan, yaitu jumlah total curah hujan harian selama
sebulan.
• Jumlah curah hujan tahunan, yaitu jumlah total curah hujan harian selama 12
bulan.
Berdasarkan mekanismenya, alat pengukur curah hujan dibagi menjadi dua
golongan yaitu penakar hujan tipe manual dan penakar hujan tipe otomatis
(perekam). Pada laporan ini akan dibahas mengenai alat pengukur curah hujan
otomatis tipe hellman. Laporan ini ditulis berdasarkan pengamatan curah hujan
pada ombrometer tipe hellman yang terdapat di taman alat meteorologi dan
klimatologi Pendidikan Geografi Universitas Lampung.

1.2 Tujuan
Tujuan dilakukannya praktikum ini adalah mengetahui dan memahami
bagaimana menggunakan alat pencatat data curah hujan harian dengan
menggunakan alat type Hellman.
BAB II

METODE KERJA

2.1 Waktu dan Tempat Praktikum

Praktikum ini dilaksanakan pada tanggal 30 Oktober 2019, dan berlangsung


pengamatan selama 2 hari (48 jam) berturut-turut dari tanggal 31 Oktober – 2
November 2019 di Taman Alat Meteorologi Dan Klimatologi, Laboratorium
Pembelajaran Meteorologi Dan Klimatologi Program Studi Pendidikan Geografi,
Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan, Universitas Lampung.

2.2 Alat dan Bahan Praktikum

Adapun alat dan bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah alat tulis,
Kamera Smartphone, dan Ombrometer tipe Hellman.

2.3 Prosedur Kerja


Adapun cara kerja dalam praktikum ini adalah sebagai berikut :
1. Mengunjungi Taman Alat Meteorologi dan Klimatologi di Laboratorium
Pembelajaran Meteorologi Dan Klimatologi Universitas Lampung.
2. Mendokumentasi alat.
3. Mencatat prinsip kerja dan fungsi alat tersebut.
4. Mendokumentasikan hasil pengamatan.
BAB III

HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1 Hasil
3.1.1 Hasil Pengamatan
Karena terjadinya musim kemarau yang tejadi sekitar 5 bulan kebelakang
sampai november ini, akibatnya tidak diperoleh data untuk mencatat curah hujan
yang terjadi, berikut ini adalah data rekayasa yang digunakan untuk praktikum ini
agar kita dapat mengetahui dan memahami bagaimana mencatat curah hujan
dengan menggunakan alat tipe Hellman.
Berikut adalah gambar kertas hasil pencatatan

Gambar Hasil Pengamatan 1

Gambar Hasil Pengamatan 2


Tabel 3.1.1 Data Hasil Pengamatan
Hari/Tanggal Waktu (WIB) Tinggi Curah Keterangan Curah
(2019) Hujan (mm) Hujan
Kamis/31 07.30 – 15.59 0 Tidak Ada
Oktober
16.00 – 19.17 7,6 Sedang
19.17 – 23.00 0 Tidak Ada
23.00 – 00.20 19 Tinggi
Jumat/1 00.20 – 07.20 0 Tidak Ada
November
Jumat/1 08.05 -13.30 0 Tidak Ada
November
13.30 -15.00 1,5 Rendah
15.00 – 16.50 0 Tidak Ada
16.51 – 21.15 37,6 Tinggi
21.16 - 02.20 0 Tidak Ada
Sabtu/2 02.21 – 05.30 23,5 Tinggi
November
05.30 – 07.20 0 Tidak Ada

3.2 Analisis Data Pengamatan


Berdasarkan data hasil pengamatan yang sudah diperoleh, maka dapat
diuraikan hasil dari tiap-tiap waktu yaitu:
a. Kamis 31 Oktober – Jumat 1 November 2019
Kertas pias mulai dipasang pada pukul 07.30, dan sampai pada pukul
15.59 garis tinta pena pada kertas menunjukkan garis lurus datar yang artinya
tidak ada hujan sama sekali selama rentang waktu tersebut. Pada pukul 16.00
– 19.17 hujan turun dengan intensitas 7,6 mm. Hal ini dapat dilihat dari garis
tinta pena yang mulai naik yang artinya terjadi hujan selama rentang waktu
tersebut. Dapat dilihat pada gambar 1, garis yang naik tidak mencapai puncak
(10 mm) di awal kenaikan, artinya curah hujannya masih rendah, barulah pada
pukul 18.05 – 18.50 pena mencapai titik 10 mm yang berarti curah hujannya
mulai tinggi sebelum akhirnya pada pukul 18.50 – 19.17 curah hujan kembali
rendah. Kemudian dari pukul 19.17 – 23.00 garis tinta kembali mendatar
dimana hujan telah berhenti.
Pada pukul 23 – 00.20 hujan kembali turun dengan intensitas 19 mm,
artinya hujan yang turun cukup lebat sehingga menyebabkan garis tinta naik
mencapai angka 10 mm. Kemudian pada hari jumat dari pukul 00.20 – 07.20
garis tinta kembali mendatar dimana hujan telah reda sampai pada jam 07.20
kertas pias di lepas untuk di pasang kertas yang baru.

b. Jumat 1 – 2 November 2019


Kertas pias mulai dipasang pada pukul 08.05, dan sampai pada pukul
13.30 garis tinta pena pada kertas menunjukkan garis lurus datar yang artinya
tidak ada hujan sama sekali selama rentang waktu tersebut. Pada pukul 13.30
– 15.00 hujan turun dengan intensitas 1,5 mm. Hal ini dapat dilihat dari garis
tinta pena yang mulai naik yang artinya terjadi hujan selama rentang waktu
tersebut. Dapat dilihat pada gambar 2, garis yang naik tidak mencapai puncak
(10 mm) di awal kenaikan, artinya curah hujannya masih rendah, yang
kemudian reda dari pukul 15.00 – 16.50. Barulah pada pukul 16.51 – 21.15
pena mencapai titik 10 mm yang berarti curah hujannya tinggi yaitu dengan
intensitas 37,6 mm, terlihat pada gambar 2 pada pukul 18.17 garis tinta pena
mulai mencapai titik 10 mm sampai pada pukul 20.02 yang bearati hujan turun
sangat lebat selama waktu tersebut dan mulai sedang pada pukul 20,02 – 21.15
sampai akhirnya pada pukul 21.16 – 02.20 hujan telah reda.
Kemudian pada hari sabtu pagi pukul 02.21 – 05.30 hujan kembali turun
dengan intensitas 23,5 mm dengan puncak yang cukup lebat dari pukul 02.30
– 03.20 dan mulai rendah pada pukul 03.20 – 05.30 dimana setelah itu garis
tinta pena kembali mendatar yang berarti hujan telah berhenti sampai pada
pukul 07.20 kertas pias di lepaskan.

3.3 Pembahasan
3.3.1 curah hujan
Hujan merupakan gejala meteorologi dan juga unsur klimatologi.Hujan
adalah hydrometeor yang jatuh berupa partikel-partikel air yang mempunyai
diameter 0.5 mm atau lebih.Hydrometeor yang jatuh ke tanah disebut hujan
sedangkan yang tidak sampai tanah disebut Virga (Tjasyono, 2006).Hujan yang
sampai ke permukaan tanah dapat diukur dengan jalan mengukur tinggi air
hujan tersebut dengan berdasarkan volume air hujan per satuan luas.Hasil dari
pengukuran tersebut dinamakan dengan curah hujan.
Curah hujan merupakan salah satu unsur cuaca yang datanya diperoleh
dengan cara mengukurnya dengan menggunakan alat penakar hujan, sehingga
dapat diketahui jumlahnya dalam satuan millimeter (mm). Curah hujan 1 mm
adalah jumlah air hujan yang jatuh di permukaan per satuan luas ( m 2) dengan
catatan tidak ada yang menguap, meresap atau mengalir. Jadi, curah hujan
sebesar 1 mm setara dengan 1 liter/ m2 (Aldrian, E. dkk, 2011). Curah hujan
dibatasi sebagai tinggi air hujan yang diterima di permukaan sebelum
mengalami aliran permukaan, evaporasi dan peresapan ke dalam tanah.
Berdasarkan ukuran butiran, hujan dapat dibedakan menjadi:
a. Hujan gerimis / drizzle, dengan diameter butirannya kurang dari 0,5
mm.
b. Hujan salju / snow, adalah kristal-kristal es yang temperatur udaranya
berada di bawah titik beku (00C).
c. Hujan batu es, curahan batu es yang turun didalam cuaca panas awan
yang temperaturnya dibawah titik beku (00C).
d. Hujan deras / rain, dengan curah hujan yang turun dari awan dengan
nilai temperatur diatas titik beku berdiameter butiran ± 7 mm.
Jenis-jenis hujan berdasarkan besarnya curah hujan menurut BMKG dibagi
manjadi tiga, yaitu :
a. Hujan sedang, 20 - 50 mm per hari.
b. Hujan lebat, 50-100 mm per hari.
c. Hujan sangat lebat, di atas 100 mm per hari.
Intensitas curah hujan merupakan ukuran jumlah hujan per satuan waktu
tertentu selama hujan berlangsung. Hujan umumnya dibedakan menjadi 5
tingkatan sesuai intensitasnya seperti yang disajikan pada Tabel 3.3.1 berikut
ini.
Tabel 3.3.1 Tingkatan Hujan Berdasarkan Intensitasnya
Tingkatan Intensitas (mm/menit)
Sangat lemah < 0.02
Lemah 0.02 – 0.05
Sedang 0.05 – 0.25
Deras 0.25 – 1
Sangat deras >1
Sangat lemah < 0.02
(Sumber : Mori et. Al,1997 )
Data hujan mempunyai variasi yang sangat besar dibandingkan unsur
iklim lainnya, baik variasi menurut tempat maupun waktu.Data hujan biasanya
disimpan dalam satu hari dan berkelanjutan.Dengan mengetahui data curah
hujan kita dapat melakukan pengamatan di suatu daerah untuk pengembangan
dalam bidang pertanian dan perkebunan.Selain itu dapat juga digunakan untuk
mengetahui potensi suatu daerah terhadap bencana alam yang disebabkan oleh
faktor hujan (Anonim2, 2017).

3.3.2 Jenis Alat Pengukur Curah Hujan


Hingga saat ini terdapat beberapa cara untuk mengukur curah hujan,
mulai dari cara yang sederhana hingga cara yang kompleks. Masing-masing
cara memiliki kelebihan dan kekurangan sesuai dengan tingkat kesulitan dan
ketelitian yang dihasilkan cara tersebut. Pengukuran curah hujan harian sedapat
mungkin dibaca/dilaporkan dalam skala ukur 0.2 mm (apabila memungkinkan
menggunakan resolusi 0.1 mm). Prinsip kerja alat pengukur curah hujan antara
lain : pengukur curah hujan biasa (observariaum) curah hujan yang jatuh
diukur tiap hari dalam kurun waktu 24 jam yang dilaksanakan setiap pukul
00.00 GMT, pengukur curah hujan otomatis melakukan pengukuran curah
hujan selama 24 jam dengan merekam jejak (Anonim1, 2017).

3.3.3. Alat Pengukur Curah Hujan Otomatis


Penakar hujan jenis Hellman merupakan suatu instrument/alat untuk
mengukur curah hujan. Penakar hujan jenis hellman ini merupakan suatu alat
penakar hujan berjenis recording atau dapat mencatat sendiri. Alat ini dipakai
di stasiun-stasiun pengamatan udara permukaan. Pengamatan dengan
menggunakan alat ini dilakukan setiap hari pada jam-jam tertentu mekipun
cuaca dalam keadaan baik/hari sedang cerah. Alat ini mencatat jumlah curah
hujan yang terkumpul dalam bentuk garis vertikal yang tercatat pada kertas
pias. Alat ini memerlukan perawatan yang cukup intensif untuk menghindari
kerusakan-kerusakan yang sering terjadi pada alat ini (Anonim1, 2017).
Curah hujan merupakan salah satu parameter cuaca yang mana datanya
sangat penting diperoleh untuk kepentingan BMG dan masyarakat yang
memerlukan data curah hujan tersebut. Hujan memiliki pengaruh yang sangat
besar bagi kehidupan manusia, karena dapat memperlancar atau malah
menghambat kegiatan manusia. Oleh karena itu, kualitas data curah hujan yang
didapat haruslah bermutu; memiliki keakuratan yang tinggi.Maka seorang
observer / pengamat haruslah mengetahui tentang alat penakar hujan yang
dipakai di stasiun pengamat secara baik. Salah satu alat penakar hujan yang
sering dipakai ialah Penakar hujan jenis hellman (Anonim1, 2017).
Menggunakan prinsip pelampung, timbangan dan jungkitan. Alat ukur
otomatis memiliki beberapa keuntungan diantaranya hasil yang didapat
memiliki tingkat ketelitian yang cukup tinggi, juga dapat mengetahui waktu
kejadian dan integritas hujan dengan periode pencatatan dapat lebih dari sehari
karena menggunakan kertas pias. (Haryoko, Urip. 2011).
1. Penakar hujan jenis hellman beserta bagian-bagiannya :
 Mulut corong berfungsi sebagai tempat masuknya air hujan yang
berdiameter 200 cm
 Logam selubung, alat yang berbentuk silinder dan berpintu lebar.
 Penampung yang terdapat dalam penampung air.
 Pias Hellman yang dipasang melingkar pada silinder Hellman tempat
grafik tertera.
 Pena pencatatan sebagai pencatat intensitas hujan pada grafik.
 Jam Hellman, berbentuk silinder yang berputar lengkap dengan kunci
pemutar Pipa penghubung corong dengan pelampung.
 Pipa Happel berfungsi sebagai tempat yang dilalui air lebih yang
tumpah dari pelampung.
 Gelas ukur berskala.

Gambar pengukur hujan tipe Hellman

Sumber: google.com
2. Cara Kerja Alat
Jika hujan turun, air hujan masuk melalui corong, kemudian terkumpul
dalam tabung tempat pelampung. Air hujan ini menyebabkan pelampung serta
tangkainya terangkat atau naik keatas. Pada tangkai pelampung terdapat
tongkat pena yang gerakkannya selalu mengikuti tangkai pelampung Gerakkan
pena dicatat pada pias yang ditakkan/digulung pada silinder jam yang dapat
berputar dengan bantuan tenaga per (Anonim1, 2017).
Jika air dalam tabung hampir penuh (dapat dilihat pada lengkungan
selang gelas), pena akan mencapai tempat teratas pada pias (10 mm). Setelah
air mencapai atau melewati puncak lengkungan selang gelas, maka berdasarkan
sistem siphon otomatis (sistem selang air), air dalam tabung akan keluar
sampai ketinggian ujung selang dalam tabung. Bersamaan dengan keluarnya
air,tangki pelampung dan pena turun dan pencatatannya pada pias merupakan
garis lurus vertikal.Jika hujan masih terus-menerus turun, maka pelampung
akan naik kembali seperti diatas, dengan demikian jumlah curah hujan dapat
dihitung atau ditentukan dengan menghitung garis-garis vertical (Anonim 1,
2017).
BAB IV

KESIMPULAN

Berdasarkan data hasil pengamatan pada ketas pias untuk mengetahui intensitas
curah hujan dengan menggunakan ombrometer tipe Hellman, maka dapat
disimpulkan
 Kertas pias mulai dipasang pada Kamis 31 Oktober pukul 07.30 dan
dilepas pada Jumat 1 November pukul 07.20 telah tercatat data intensitas
curah hujan yang terjadi selama waktu tersebut yaitu Pada Kamis 31
Oktober pukul 16.00 – 19.17 hujan turun dengan intensitas 7,6 mm. Dan
Pada pukul 23 – 00.20 hujan kembali turun dengan intensitas 19 mm,
artinya hujan yang turun cukup lebat terlepas dari berbagai keadaan yang
terjadi saat itu sehingga menyebabkan garis tinta naik mencapai angka 10
mm.
 Kertas pias mulai dipasang pada Jumat 1 November dan dilepas pada
sabtu 2 November 2019 pukul 08.05 telah tercatat data intensitas curah
hujan yang terjadi selama waktu tersebut yaitu pada jumat pukul 13.30 –
15.00 hujan turun dengan intensitas 1,5 mm. Kemudian pada pukul 16.51
– 21.15 pena mencapai titik 10 mm yang berarti curah hujannya tinggi
yaitu dengan intensitas 37,6 mm, dan pada hari sabtu pagi pukul 02.21 –
05.30 hujan kembali turun dengan intensitas 23,5 mm , artinya hujan yang
turun cukup lebat terlepas dari berbagai keadaan yang terjadi saat itu
sehingga menyebabkan garis tinta naik mencapai angka 10 mm.
DAFTAR PUSTAKA

Anonim1,.http://jenis-jenismakalahsemester3b.blogspot.co.id/2014/05/makalah-
curah-hujan_18.html.
Diakses Pada Tanggal 07 November 2019 pukul 20.30
Anonim2.,http://anadventureinmylife.blogspot.co.id/2016/03/makalah-alat-
pengukur-curah-hujan.html.
Diakses Pada Tanggal 07 November 2019 pukul 20.32
Dewi., https://www.academia.edu/31872646/Laporan_Hidrologi_Kelompok_6
Diunduh pada tanggal 07 november 2019 pukul 20.34
Aldrian, E, Budiman, dan Mimin Karmini. 2011. Adaptasi dan Mitigasi
Perubahan Iklim di Indonesia. Pusat Perubahan Iklim dan Kualitas Udara
Kedeputian Bidang Klimatologi, Badan Meteorologi, Klimatologi dan
Geofisika. Jakarta.
Haryoko, Urip., 2011. Pewilayah Hujan untu Menentukan Pola Hujan (Contoh
Kasus Kabupaten Indramayu).Indramayu.
Tjasyono, Bayong HK. 2006. Klimatologi, Penerbit ITB, Bandung

Anda mungkin juga menyukai