Dosen Pengampu
Disusun Oleh
Hamidayanti
2110115120015
BANJARMASIN
2022
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahim, Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Esa,
karena berkat rahmat dan karunianya sehingga penulis mampu menyelesaikan makalah
mata kuliah Geografi dan lingkungan dengan tepat waktu.
Semoga makalah ini dapat memberikan banyak manfaat bagi orang lain dan dapat
digunakan sebagai referensi sumber ilmu. Tetapi seperti yang kita ketahui tidak ada yang
sempurna masih banyak kekurangan di dalam makalah yang telah saya susun, oleh karena
itu penulis berharap agar para pembaca dapat memberikan kritik dan saran yang
membangun dari penulis untuk agar lebih baik laporan ini ke depan nya. Akhir kata saya
mengucapkan terima kasih.
Hamidayanti
DAFTAR PUSTAKA
BAB I.............................................................................................................................4
PENDAHULUAN...........................................................................................................4
1.2 Tujuan..................................................................................................................5
BAB II............................................................................................................................6
PEMBAHASAN.............................................................................................................6
BAB III.........................................................................................................................13
PENUTUP...................................................................................................................13
3.1 Kesimpulan........................................................................................................13
3.2 Saran.................................................................................................................14
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................15
BAB I
PENDAHULUAN
Berbeda dengan perairan, lahan basah umumnya bercirikan tinggi muka air
yang dangkal, dekat dengan permukaan tanah, dan memiliki jenis tumbuhan
yang khas. Berbedasarkan sifat dan ciri cirinya tersebut, lahan basah sebagai
bioma ataupun ekosistem, lahan basah memiliki tingkat keanekaragaman hayati
yang tinggi. Lahan basah memiliki jenis tumbuhan dan satwa yang lebih banyak
dibandingkan dengan wilayah lain di muka bumi. Maka dari itu, lahan basah
mempunyai peran dan fungsi yang penting secara ekologi, ekonomi, maupun
budaya.
Berbeda dengan perairan, lahan basah umumnya bercirikan tinggi muka air
yang dangkal, dekat dengan permukaan tanah, dan memilik jenis tumbuh yang
khas. Berdasarkansifat dan ciri cirinya tersebut, lahan basah kerap disebut juga
sebagai wilayah perairan antara daratan dan perairan. Baik sebagai bioma
ataupun ekosistem, lahan basah memilik tingkat keanekaragaman hayati yang
tinggi. Lahan basah memiliki jenis tumbuhan dan satwa yang lebih banyak
dibandingkan dengan wilayah lain di muka bumi. Maka dari itu, lahan basah
mempunyai peran dan fungsi yang penting secara ekologi, ekonomi, maupun
budaya.
Macam jenis lahan basah dibedakan menjadi dua yaitu lahan basah alami
dan buatan. Lahan basah alami meliputi rawa rawa air tawar, hutan bakau
(mangrove), rawa gambut, hutan gambut, paya paya, dan riparian (tepian
sungai). Sedangkan lahan basah buatan meliputi waduk, sawah, saluran irigasi,
dan kolam. Saat ini, lahan gambut dan mangrove, menjadi dua jenis lahan basah
yang mengalami kerusakan serius di berbagai wilayah Indonesia. Hutan rawa
gambut di sumatra dan Kalimantan, banyak di konversi menjadi perkebunan dan
lahan pertanian. Pun ribuan hektar hutan mangrove, telah ditebengi dan
dikonversi untuk kegiatan budidaya perairan. (Amin, 2016)
1.2 Tujuan
Tujuan untuk mengetahu apa saja konsep konsep lingkungan basah, dan untuk
memenuhi tugas mata kuliah pengantar lingkungan basah
BAB II
PEMBAHASAN
Hal lain yang juga layak dikemukakan, berkenaan dengan lahan basah di
Nusantara, adalah keberadaannya sebagai tempat tinggal kelompok masyarakat
Melayu. Berkenaan dengan gelombang migrasi yang ada, kelompok masyarakat
dimaksud disebut Melayu Muda atau Deutero Melayu. Kelompok ini meliputi
masyarakat Aceh, Tamiang, Melayu Deli, Melayu Riau, Minangkabau, Melayu
Jambi, Orang Penghulu, Melayu Bengkulu, Palembang, Melayu Pontianak, Melayu
Sambas, Melayu Kutai, Melayu Berau, Minahasa, Bugis, Makassar, Bali, Sasak, dan
lainnya. Sebagian dari sukubangsa-sukubangsa itu yang masih mengidentifikasikan
diri sebagai Melayu dan sebagian besar menempati lahan basah antara lain adalah
Melayu Tamiang, Melayu Deli, Melayu Riau, Melayu Jambi, Melayu Bengkulu,
Melayu Biliton, Melayu Betawi, Melayu Banjar, Melayu Pontianak, Melayu Kutai, dan
Melayu Berau. Ciri utama kelompok-kelompok masyarakat itu adalah penggunaan
bahasa Melayu dalam kesehariannya. Melalui sumber yang ada, dapat disebutkan
bahwa setidaknya sejak abad ke-7 bahasa Melayu sudah menjadi lingua-franca di
antara berbagai anggota masyarakat di kawasan Nusantara, terutama dalam dunia
perdagangan. Dalam kenyataannya, bahasa yang digunakan oleh anggota
masyarakat yang sebagian besar mendiami lahan basah itu tidak hanya dipakai dan
dikembangkan oleh anggota masyarakatnya saja melainkan juga oleh kelompok
masyarakat lainnya. Ini yang menjadikannya cikal bakal bahasa Indonesia yang
dalam perkembangannya diperkaya dengan khasanah bahasa daerah lainnya.
lahan basah di Kanada bagian barat dan Alaska, yang dikatakan sama
dengan seperempat luas dunia luas lahan basah keseluruhan. Sayangnya, metode
penghitungan ini tidak jelas dan data asli tidak disediakan, tetapi pernyataan ini
menyiratkan bahwa luas lahan basah dunia adalah perkiraan 5,6 juta km2 (560 juta
ha). Dugan (1993) menggunakan definisi Ramsar tentang lahan basah, dan
mengacu pada lahan basah non-laut saja. Studi emisi metana terpisah telah
menghitung luas global lahan basah air tawar alami sebesar 530 juta ha (Matthews
& Fung 1987), dan 570 juta ha (Aselmann & Crutzen 1989) masing-masing. (Tiner,
2016)
Hal ini termasuk identifikasi relevansi lahan basah, pentingnya konservasi dan
pemanfaatan yang bijaksana, dan menjamin keamanan dari manfaat dimana lahan
basah menyediakan dalam hal ini adalah air, penyimpanan karbon, pangan, energi,
keanekaragaman hayati dan mata pencaharian. Ini juga mencakup pengetahuan
teknis, panduan, model dan jaringan pendukung untuk membantu dalam
menempatkan pengetahuan ini untuk penggunaan secara praktis.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Lahan basah (wetland) adalah lingkungan yang produktif di dunia. Kawasan
ini merupakan sumber keanekaragaman biologis, penyedia air dan produktivitas
primer bagi banyak jenis tumbuhan dan satwa yang bergantung padanya. Lahan
basah juga mendukung pemusatan jenis burung, mamalia, reptil, amfibi, ikan dan
hewan tak bertulang belakang. Selain itu lebih dari 50% penduduk Indonesia tinggal
di daerah pesisir dan sepanjang aliran sungai. Itu sebabnya jutaan orang bergantung
pada keberadaan lahan basah. Masyarakat juga bergantung pada lahan basah
karena danau, muara, hutan rawa dan lahan basah lainnya menyediakan air, kayu,
buah, padi, ikan, daging dan sagu. Pohon nipah, nibung (Caryota rumphiana) dan
rotan yang tumbuh di lahan basah merupakan sumber bahan bangunan yang
sederhana. Selain itu, lahan basah juga merupakan sarana transportasi bagi
penduduk sekitar. Lahan basah (wetland) memiliki peranan yang penting dalam
menyumbang keragaman hayati, pengatur iklim dunia, sumber pangan, sumber
sirkulasi air, sumber perikanan, obat-obatan bagi masyarakat setempat.
3.2 Saran
Mungkin, dalam penulisan makalah saya kali ini mempunyai kekurangan,
saya mohon untuk diberikan saran oleh pembaca, agar saya bisa mengembankan
lagi dan memperbaiki lagi kesalahan saya dalam karya tulis maupun tugas saya
berikutnya.Jika pembaca mempunyai saran maupun kritiknya bisa disampaikan
melalui email. 2110115120015@mhs.ulm.ac.id agar saya bisa memperbaiki dan
mengembangkan kemampuan saya dalam penulisan. Mungkin ini saja yang bisa
saya sampaikan, kekurangan dan kelebihannya mohon dimaafkan
DAFTAR PUSTAKA