Anda di halaman 1dari 27

PROPOSAL

STUDI FENOMENA GEOSFER 3

STRATEGI ADAPTASI MASYARAKAT DALAM MENGHADAPI


BENCANA KEKERINGAN GEOMORFOLOGIS DI
SUB-DAS BOMPON

Dosen Pengampu:
Dr. Juhadi, M.Si.
Elok Surya Pratiwi, S.Si., M.Sc.

Kelompok:
Alfany Nurrizky NIM.3211416001
Rivano Reifky Eristiawan NIM.3211416010
Lathifah Zulfa Mifhanni NIM.3211416022
Raulendhi Fauzanna NIM.3211416024
M. Hadaf Jaelani NIM.3211416029
Arif Khoir Mahmud NIM.3211416043

JURUSAN GEOGRAFI
FAKULTAS ILMU SOSIAL
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
2019
DAFTAR ISI

Daftar Isi …………………………………………………………………………………. i


BAB I : PENDAHULUAN ……………………………………………………………… 1
1.1 Latar Belakang ……………………………………………………………….. 1
1.2 Rumusan Masalah ……………………………………………………………. 2
1.3 Tujuan Penelitian …………………………………………………………….. 3
BAB II : KAJIAN PUSTAKA ………………………………………………………….. 4
2.1 Teori Dasar …………………………………………………………………... 4
2.2 Penelitian Sebelumnya ………………………………………………………. 10
BAB III : METODE PENELITIAN …………………………………………………… 12
3.1 Objek Penelitian ……………………………………………………………... 12
3.2 Populasi dan Sampel ………………………………………………………… 12
3.3 Sumber Data …………………………………………………………………. 12
3.4 Alat dan Bahan ………………………………………………………………. 13
3.5 Diagram Alir ………………………………………………………………… 14
3.6 Teknik Pengumpulan Data …………………………………………………... 15
3.7 Teknik Pengolahan Data …………………………………………………….. 15
3.8 Teknik Analisis Data ………………………………………………………... 17
DAFTAR PUSTAKA …………………………………………………………………... 18
LAMPIRAN …………………………………………………………………………….. 19

i
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Jawa Tengah merupakan salah satu provinsi di Pulau Jawa yang yang rentan
mengalami bencana, diantaranya bencana alam seperti peristiwa kekeringan, longsor,
dan banjir (https://databoks.katadata.co.id/d). Bencana tersebut terjadi setiap tahun
karena alam yang bersifat dinamis serta karena sudah terlalu banyak permasalahan yang
diakibatkan oleh manusia yang menyebabkan penurunan kualitas lingkungan. Provinsi
Jawa Tengah terdiri dari 35 Kabupaten Kota, diantaranya adalah Kabupaten Magelang
yang merupakan salah satu kabupaten rawan bencana. Salah satu bencana yang dapat
terjadi di Kabupaten Magelang adalah resiko kekeringan. Kekeringan adalah
ketersediaan air yang jauh di bawah kebutuhan air untuk kebutuhan hidup, pertanian,
kegiatan ekonomi dan lingkungan (Undang Undang Nomor 24 Tahun 2007 tentang
penanggulangan bencana). Bencana kekeringan di Kabupaten Magelang pada tahun
2015 melanda beberapa wilayah, diantaranya Kecamatan Borobudur meliputi Desa
Kenalan, Candirejo, Kembanglimus, Wringinputih, Giritengah, serta Tegalarum.
Kemudian Kecamatan Salaman yang meliputi Desa Margoyoso dan Ngargoretno serta
Kecamatan Kajoran yang meliputi Desa Wonogiri dengan total keseluruhan 24 dusun
yang dihuni sekitar 6.000 jiwa penduduk (Kepala BPBD Kabupaten Magelang).
Salah satu DAS yang terletak di Kabupaten Magelang adalah DAS Kodil yang
didalamnya terdapat Sub-DAS Bompon. Sub-DAS Bompon secara administratif
termasuk di wilayah Kabupaten Magelang, terletak di antara Kecamatan Kajoran dan
Kecamatan Salaman, dan meliputi 3 desa yakni Desa Margoyoso, Desa Wonogiri, dan
Desa Kuwaderan. Kondisi Sub-DAS Bompon tersusun oleh kondisi geomorfologi yang
unik. Keunikan kondisi geomorfologi terdiri dari kondisi relief,kronologi, aransemen,
maupun jenis batuan yang membedakan dengan kondisi geomorfologi ditempat lain
(Sartohadi dkk, 2014)
Salah satu permasalahan di Sub-DAS Bompon adalah kekeringan. Kekeringan
menurut penyebabnya terbagi menjadi kekeringan geomorfologis, kekeringan
meteorologis, kekeringan hidrologis, dan kekeringan pertanian sosial ekonomi. Di
Sub-DAS Bompon kekeringan yang terjadi disebabkan oleh faktor geomorfologis.
Kekeringan geomorfologi disebabkan oleh tanah dan topografi. Diasumsikan semakin
1
kecil kemiringan lereng maka aliran limpasan permukaan semakin lambat sehingga air
yang jatuh akan diserap oleh tanah lebih banyak, maka resiko kekeringan semakin kecil
sebaliknya semakin besar kemiringan lereng maka aliran limpasan permukaan semakin
cepat sehingga air yang jatuh sulit diserap tanah, maka resiko kekeringan semakin
tinggi (Frida, 2011). Selain itu kekeringan yang terjadi di Sub-DAS Bompon
merupakan akibat cadangan air yang tersedia tidak mampu mencukupi kebutuhan air
penduduk (Hardiyatmo, 2012). Kebutuhan air tersebut tidak hanya digunakan untuk
kebutuhan domestik tetapi untuk pertanian. Terdapat beberapa aliran sungai Bompon
yang dibendung secara konvensional untuk kebutuhan irigasi pertanian. Ketika musim
kemarau Sub-DAS Bompon mengalami kekeringan sedangkan ketika musim
penghujan cadangan air permukaan sangat banyak. Kondisi tersebut menunjukan
kemampuan DAS dalam menyimpan yang relatif rendah serta jumlah air yang sangat
fluktuatif terhadap musim.
Bencana kekeringan merupakan salah satu bencana yang harus diperhatikan dan
diperlukan strategi masyarakat dalam menghadapi bencana tersebut. Suatu bencana
tidak dapat dihindari namun kita sebagai manusia dapat mengurangi resiko yang akan
ditimbulkan dari bencana tersebut dengan mitigasi bencana. Mitigasi (puslibang
SDA:2003) adalah tindakan yang dilakukan dalam jangka panjang maupun jangka
pendek berupa program maupun kebijakan yang diterapkan sebelum kekeringan terjadi
atau tahap dini, demi mengurangi resiko yang terjadi terhadap penduduk, harta benda
yang menyangkut kebutuhan hidup.
Bencana kekeringan di Sub-DAS Bompon ini terjadi secara periodik dan
berulang hal tersebut merupakan salah satu fakta bahwasnya bencana tersebut tidak
dapat dihindari namun diperlukan strategi dalam menghadapinya. Masyarakat di daerah
Sub-DAS Bompon yang mengalami bencana kekeringan tentu saja sudah memiliki pola
adaptasi dalam menghadapi bencana ini, namun tentu saja belum optimal, untuk itu
diperlukan strategi khusus yang berbasis ilmu pengetahuan dalam menghadapi bencana
ini. Tujuan dari strategi ini adalah untuk membentuk masyarakat yang siap dan tanggap
dalam menghadapi bencana kekeringan, meminimalisir efek-efek negatif serta resiko
yang akan terjadi serta terhindar dari konflik-konflik internal dalam masyarakat terkait
bencana kekeringan .

2
1.2 RUMUSAN MASALAH
Rumusan masalah dari penelitian ini adalah sebagai berikut.
1. Apa saja faktor yang memengaruhi kekeringan geomorfologi di Sub-DAS
Bompon?
2. Apa saja jenis-jenis sumber daya air yang dimanfaatkan oleh masyarakat di Sub-
DAS Bompon?
3. Bagaimana partisipasi masyarakat dalam mengelola sumber daya air?
4. Bagaimana strategi adaptasi masyarakat di Sub-DAS Bompon dalam menghadapi
kekeringan geomorfologi?

1.3 TUJUAN PENELITIAN


Tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut.
1. Mengetahui faktor apa saja yang memengaruhi kekeringan geomorfologi di Sub-
DAS Bompon secara komperehensif.
2. Mengidentifikasi jenis-jenis sumber daya air yang dimanfaatkan masyarakat di
Sub-DAS Bompon.
3. Mengkaji bentuk partisipasi masyarakat di Sub-DAS Bompon dalam mengelola
sumber daya air?
4. Untuk menganalisis strategi adaptasi masyarakat di Sub-DAS Bompon dalam
menghadapi kekeringan geomorfologi.

3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 TEORI DASAR


A. KEKERINGAN GEOMORFOLOGIS
Kekeringan geomorfologis adalah kekeringan yang disebabkan oleh tanah
dan topografi. Diasumsikan semakin kecil kemiringan lereng maka aliran
limpasan permukaan semakin lambat sehingga air yang jatuh akan diserah oleh
tanah lebih banyak, maka resiko kekeringan semakin kecil namun sebaliknya jika
semakin besar kemiringan lereng maka aliran limpasan permukaan semakin cepat
sehingga air yang jatuh sulit diserap tanah, maka resiko kekeringan semakin
tinggi (Frida,2011). Kekeringan geomorfologis terjadi akibat pengaruh dari
kondisi alam aslinya dengan faktor fisik seperti karakteristik topografi dan
kemampuan permukaan tanah dalam menyimpan cadangan air.
Geomorfologi adalah studi tentang bentuklahan (landform) yang
membentuk permukaan bumi, terutama mengenai sifat alamianya, asal mula,
proses perkembangan dan komposisi materialnya. Van Zuidam et.al,
mendefinisikan geomorfologi studi yang mendeksripsikan bentuklahan, dan
proses yang mempengaruhinya dan menyelidiki interrelasi antara bentuk dan
proses tersebut dalam tatanan keruangannya. Berdasarkan difinisi tersebut dapat
ditarik kesimpulan bahwa geomorfologi adalah ilmu mengenai bentuk lahan yang
berada di permukaan bumi, hubungan antara proses dan hasil proses serta
dinamika dalam konteks lingkungan.
Objek kajian utama geomorfologi menurut Zuidam dan Cancelado (1985)
adalah bentuklahan yang mencakup 4 aspek utama yaitu;
a. Morfologi, mengkaji tentang bentuk atau seluk-beluk permukaan bumi,
baik morfografi yang sifatnya pemerian atau deskriptif, maupun
morfometri yang mencakup ukuran secara kuantitatif.
b. Morfogenesis, mengkaji berbagai proses geomorfologis yang
mengakibatkan perubahan bentuklahan dalam waktu pendek maupun
panjang, baik proses oleh tenaga endogen maupun eksogen.
c. Morfokronologi, mengkaji masalah evolusi pertumbuhan bentuklahan,
urutan, dan umur pembentukannya, dikaitkan dengan proses yang bekerja
padanya
4
d. Morfoaransemen, mengkaji hubungan antara kondisi geomorfologi dengan
lingkungannya, yaitu hubungan antara bentuklahan dengan unsur-unsur
bentanglahan lainnya, seperti: batuan, struktur, tanah, air, vegetasi, dan
penggunaan lahan.
Sutikno (1992) dan Santosa (1995) menyebutkan bahwa 4 (empat) aspek
utama penyusunan bentuklahan yaitu: morfologi, strukur, proses, dan litologi.
Salah satu pendekatan geomorfologi untuk kajian air tanah adalah hidromorfologi
karena faktor penyusun bentuklahan mempengaruhi karakteristik dan dinamika
tanah. Satuan hidromorfologi merupakan satuan bentuklahan yang mencirikan
secara spesifik karakteristik airtanah yang ada di dalamnya (Verstappen dan
Zuidam, 1968 dalam Sutikno, 1992).

B. PARTISIPASI MASYARAKAT
Pengertian partisipasi masyarakat menurut Soelaiman (1985) diartikan
sebagai keterlibatan aktif warga masyarakat dalam proses pembuatan keputusan
bersama, perencanaan dan pelaksanaan program dan pembangunan masyarakat,
yang di laksanakan di dalam maupun di luar lingkungan masyarakat atas dasar
rasa kesadaran dan tanggungjawab. Menurut Made Pidarta dalam Siti Irene Astuti
D. (2009), partisipasi adalah pelibatan seseorang atau beberapa orang dalam suatu
kegiatan. Keterlibatan dapat berupa keterlibatan mental dan emosi serta fisik
dalam menggunakan segala kemampuan yang dimilikinya (berinisiatif) dalam
segala kegiatan yang dilaksanakan serta mendukung pencapaian tujuan dan
tanggungjawab atas segala keterlibatan. Partisipasi masyarakat merupakan peran
serta atau keikutsertaan seseorang secara perseorangan atau berkelompok dalam
suatu kegiatan. Conveyor (1984) menjelaskan bahwa pendekatan dalam
partisipasi masyarakat adalah adanya keterlibatan langsung masyarakat dalam
proses pembangunan.

C. STRATEGI ADAPTASI
Kata strategi berasal dari bahasa Yunani strategia (stratus = militer dan ag
= memimpin), yang berarti kepemimpinan dalam ketentaraan. Hal tersebut
berkaitan dengan bagaimana manajemen sebuah perang, bagaimana
mengkondisikan dan mengkomando pasukan. Sementara itu menurut Fandy
(2001) strategi adalah pernyataan yang jelas dan dikomunikasikan dengan baik
5
mengenai posisi dan sasaran organisasi dalam hal pelayanan pelanggan.
Sedangkan menurut Quin dkk. (dalam Wijaya, 2012) stategi adalah pola atau
rencana yang menyatupadukan sasaran utama, kebijakan dam tindakan organisasi
menjadi suatu kesatuan.
Adaptasi adalah suatu strategi penyesuaian diri yang digunakan manusia
selama hidupnya untuk merespon terhadap perubahan-perubahan lingkungan dan
sosial. Menurut Robbins (2003), adaptasi adalah suatu proses yang menempatkan
manusia yang berupaya mencapai tujuan-tujuan atau kebutuhan untuk
menghadapi lingkungan dan kondisi sosial yang berubah-ubah agar tetap
bertahan.
Berdasarkan definisi diatas maka adaptasi masyarakat adalah penyesuaian
diri yang dilakukan oleh masyarakat untuk merespon terhadap perubahan-
perubahan lingkungan serta berusaha untuk menyesuaikan diri terhadap
perubahan-perubahan lingkungan yang terjadi.

D. KONDISI HIDROLOGI SUB DAS BOMPON


Sub DAS merupakan bagian dari DAS yang menerima air hujan dan
mengalirkannya melalui anak sungai ke sungai utama. Setiap DAS terbagi habis
ke dalam Sub DAS. Pengertian lain menjelaskan bahwa sub DAS adalah suatu
wilayah kesatuan ekosistem yang terbentuk secara alamiah dimana air hujan
meresap atau mengalir melalui cabang aliran sungai yang membentuk bagian
wilayah dari sub DAS.
Sub DAS Bompon merupakan bagian dari DAS Kodil. Sub Das Bompon
terletak di antara Kabupaten Magelang dan Kabupaten Purworejo namun secara
adminstrasi Sub DAS Bompon terletak di wilayah Kabupaten Magelang. Kondisi
Sub DAS bompon tersusun oleh kondisi geomorfologi yang unik. Keunikan
kondisi geomorfologi terdiri dari kondisi relief, kronologi, aransemen, maupun
jenis batuan yang membedakan dengan kondisi geomorfologi ditempat lain
(Sartohadi dkk, 2014).
1. Air dan Sumberdaya Air
Air merupakan bagian dari ekosistem secara keseluruhan.
Keberadaan air di suatu tempat yang berbeda membuat air bisa berlebih dan
bisa berkurang sehingga dapat menimbulkan berbagai persoalan. Untuk air,
air harus dikelola secara bijak dengan pendekatan terpadu secara
6
menyeluruh. Terpadu berarti berkaitan dengan berbagai aspek. Untuk
sumber daya air yang terpadu membutuhkan keterlibatan dari berbagai
pihak (Robert J. Kodoatie, 2008).
Sumberdaya air adalah bagian dari sistem Daerah Aliran Sungai
(DAS) yang antara lain terdiri dari sub sistem sumberdaya lahan,
sumberdaya hutan, sumberdaya sosekbud, dan sumberdaya air itu sendiri.
Pengelolaan sumberdaya air tidak terlepas dari pengelolaan DAS, dengan
demikian strategi pengelolaan DAS yang baik akan menghasilkan
sumberdaya air yang baik pula (Yuwono et al., 2011). Sumberdaya air
merupakan salah satu sumberdaya alam yang vital baik untuk kehidupan
flora, fauna, dan manusia di muka bumi maupun untuk kebutuhan manusia
dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari di berbagai sektor kehidupan.
a. Mata Air
Mata air adalah tempat pemunculan air tanah pada lapisan
akuifer dari bawah permukaan tanah ke atas permukaan tanah
secara alamiah. Selanjutnya, air yang keluar dari mata air akan
mengalir di permukaan tanah sebagai air permukaan melalui alur-
alur sungai. Mata air didefinisikan sebagai awal sumber air bagi
sungai-sungai yang ada (Hendrayana, 1994). Sedangkan menurut
Kresic dan Stevanovic, 2010, mata air (springs) adalah lokasi
pemusatan keluarnya airtanah yang muncul di permukaan tanah,
karena terpotongnya lintasan aliran airtanah oleh fenomena alam.

b. Sungai
Sungai adalah tempat dan wadah serta jaringan pengaliran
air mulai dari mata air sampai muara dengan dibatasi oleh garis
sempadan (Peraturan Pemerintah Nomor 35 Tahun 1991). Sungai
mengalir dari hulu dalam kondisi kemiringan lahan yang curam
berturut-turut menjadi agak curam, agak landai, dan relatif rata.
Arus relatif cepat di daerah hulu dan bergerak menjadi lebih lambat
dan makin lambat pada daerah hilir. Sungai merupakan tempat
berkumpulnya air di lingkungan sekitarnya yang mengalir menuju
tempat yang lebih rendah. Daerah sekitar sungai yang mensuplai air
ke sungai dikenal dengan daerah tangkapan air atau daerah
7
penyangga. Kondisi suplai air dari daerah penyangga dipengaruhi
aktivitas dan perilaku penghuninya (Wardhana, 2001).

c. Sumur/Air tanah
Menurut Depkes RI tahun 1990, sumur gali adalah sarana
air bersih yang mengambil/memanfaatkan air tanah dengan cara
menggali lubang di tanah dengan menggunakan tangan sampai
mendapatkan air. Lubang kemudian diberi dinding, bibir, tutup, dan
lantai serta Saluran Pembuangan Air Limbah (SPAL). Sedangkan
sumur bor adalah sarana air bersih yang sama seperti sumur gali,
letak perbedaanya adalah terletak dari cara menggali lubang, sumur
bor menggali lubang dengan menggunakan bor.

d. Air Hujan
Hujan merupakan salah satu bagian penting dalam siklus
hidrologi. Presipitasi atau hujan adalah turunnya air dari atmosfer
kepermukaan bumi yang bisa berupa hujan. Hujan berasal dari uap
air di atmosfer, sehingga bentuk dan jumlahnya dipengaruhi oleh
faktor klimatologi seperti angin, temperatur dan tekanan atmosfer.
Uap air tersebut akan naik ke atmosfer sehingga mendingin dan
terjadi kondensasi menjadi butir-butir air dan kristal-kristal es yang
akhirnya jatuh sebagai hujan (Triatmodjo, 2009). Presipitasi
merupakan peristiwa klimatik yang bersifat alamiah yaitu proses
perubahan bentuk dari uap air menjadi curah hujan (Asdak, 2004).
Sifat umum hujan adalah makin singkat hujan berlangsung, maka
intensitasnya cenderung makin tinggi. Semakin besar kala ulangnya
makin tinggi pula intensitasnya(Handayani, dkk., 2007).

2. Ketersediaan Air
Ketersediaan air dalam pengertian sumberdaya pada dasarnya
berasal dari hujan (atmosferik), air permukaan dan air tanah. Hujanyang
jatuh di atas permukaan pada suatu DAS sebagian akan menguap kembali
sesuai dengan proses iklimnya, sebagaian akan mengalir melalui permukaan
dan sub permukaan masuk ke dalam saluran sungai atau danau dan sebagian
8
lagi akan meresap jatuh ke tanah sebagai pengisian kembali (recharge) pada
kandungan air tanah yang ada (Anonim, 2006). Ketersediaan air yang
berada di permukaan Bumi dipengaruhi oleh alam maupun aktivitas
manusia, sehingga diperlukan pengelolaan serta perlindungan yang tepat
terhadap air agar tetap lestari (United Nations World Water Development,
2009).
Kebutuhan air adalah jumlah air yang di butuhkan oleh makhuluk
hidup dalam melangsungkan kehidupannya. Kebutuhan air bersih adalah
banyaknya air bersih yang harus tersedia untuk keperluan penduduk beserta
sarana dan prasarananya, termasuk juha menentukan besarnya fluktuasi
kebutuhan air bersih di masa yang akan datang. Kebutuhan air bersih
dibedakan atas kebutuhan domestik dan non domestik
 Kebutuhan Air Domestik
Kebutuhan air domestik adalah kebutuhan air untuk
keperluan rumah tangga, meliputi kebutuhan dasar seperti air
minum, masak, mandi, dan mencuci. Pelayanan per orang besarang
yang dipakai di Indonesia, besarnya berkisar 60 – 90 liter/orang/hari
(Dirjen Cipta Karya. 1998)
 Kebutuhan Air Non Domestik
Kebutuhan air non domestik adalah kebutuhan air bersih
diluar keperluan rumah tangga. Kebutuhan air non domestik
meliputi penggunaan air komersil, penggunaai umum dan
penggunaan industri.

9
2.2 PENELITIAN SEBELUMNYA
Peneliti dan
No. Judul Tujuan Metode Hasil Penelitian
Tahun
Swati Pandey, Drought Hazard Mengetahui tingkat Lokasi penelitian dilakukan di Kabupaten Kekeringan yang terjadi di Kabupaten Plateau
AC Pandey, Assessment Using kerawanan bencana Plateau, India. Penilaian tingkat kerawanan disebabkan oleh potensi air tanah didaerah
MS Nathawat, Geoinformatics Over kekeringan di kekeringan dilakukan dengan mengolah data tersebut sangat rendah/sedikit, sehingga untuk
Manoj Kumar, Parts Of Chotanagpur Kabupaten Plateau, meteorologi, pertanian, dan hidrologi yang memenuhi kebutuhan air, masyarakat harus
1
dan NC Plateau Region, India hasilnya berupa peta. Kemudian analisis data mengembangkan strategi penyimpanan air
Mahanti Jharkhand, India dilakukan dengan interpretasi peta yang telah seperti panen air saat musim penghujan,
dibuat, sehingga dapat diketahui tingkat risiko membuat bendungan dan tambak. Usaha tersebut
Tahun: 2012 bencana kekeringan secara terperinci. dapat
SVRK Climate Change Mengetahui adaptasi Metode pengumpulan data yaitu dengan studi Dalam menghadapi perubahan iklim, masyarakat
Prabhakar dan Adaptation Implication yang diterapkan literatur dari berbagai sumber mengenai di India bersama-sama meningkatkan
Rajib Shaw For Drought Risk masyarakat dalam bencana kekeringan yang terjadi di India, kesiapsiagaan yang berbasis komunitas.
Mitigation: A menghadapi bencana terutama yang disebabkan karena perubahan Masyarakat mengandalkan komunikasi, dan
Tahun: 2007 Perspective For India kekeringan karena iklim teknologi untuk memperoleh/membagikan
perubahan iklim. informasi. Beberapa upaya adaptasi masyarakat
India dalam menghadapi bencana kekeringan
2 yaitu:
- Peningkatan kesiapsiagaan masyarakat dan
upaya mitigasi bencana
- Peningkatan komunikasi antar-komunitas
- Sosialisasi dan monitoring bencana
kekeringan
- Mempersiapkan operasional untuk
menghadapi perubahan iklim
Y. Estimation of Mengetahui Estimasi Teknik pengambilan data yaitu menggunakan Untuk mengetahui Daerah Aliran Sungai (DAS),
Saeedrashed Geomorphological dari Parameter teknologi Penginderaan Jauh yang kemudian Sub-DAS, dan daerah tangkapan air
dan A Guven Parameters of Lower Geomorfologi di DAS dianalisis dengan Sistem Informasi Geografis menggunakan peta topografi. Sedangkan arah
3 Zab River-Basin by Zab (SIG) aliran sungai (DAS) diketahui melalui
Tahun: 2012 Using GIS-Based pengolahan citra DEM.
Remotely Sensed
Image
A Surdasan Assesment of Drought Menentukan indikator Lokasi penelitian yaitu di Kabupaten Balangir, Daerah rawan kekeringan yang paling parah
Rao, in Balangir District of kekeringan, indeks India. Data yang diperlukan dalam penelitian yaitu di wilayah Deogaon, Loisinga, dan
4 Jyotiprakash Odisha, India Using kekeringan, indikator diantaranya data curah hujan, dan data Titlagarh. Sistem peringatan dini bahaya
Padhi, dan Drought Indices kelembaban, temperatur (suhu) tahun 1961 – 2007. Untuk kekeringan dapat dikembangkan menggunakan
Bitanjaya Das Hydrotermal menentukan populasi dan sampel maka acuan indeks kekeringan yang telah ditentukan

10
Cocfficient (HTC), dan wilayah dibagi menjadi 14 blok, yang masing- pada masing-masing wilayah. Indeks kekeringan
Tahun: 2018 indeks curah hujan masing akan dikaji indeks kekeringannya. juga dapat digunakan sebagai acuan bagi
masyarakat petani dalam melakukan adaptasi
bencana kekeringan, sehingga petani dapat
melakukan pola penanaman alternatif untuk
mengurangi risiko bencana kekeringan.
Yudha P Community Menemukan upaya Penelitian dilakukan dengan pendekatan Pengembangan Program dan Upaya Adaptasi
Heston, dan Adaptation to Climate adaptasi terkait kualitatif-kuantitatif. Sedangkan analisis data dilakukan sesuai dengan tingkat kerentanan.
Dessy Change in Availability kesiapan masyarakat menggunakan analisis tematik Untuk tingkat kerentanan Resilience, maka
Febrianty of Water Drinking dalam beradaptasi dilakukan dengan dukungan kolektif yang
menghadapi perubahan berupa dikusi, sertaproaktif yang berupa
5 Tahun: 2013 iklim dalam monitering. Untuk tingkat kerentanan At Risk,
ketersediaan air bersih dilakukan dengan membangun infrastruktur
sosial serta mengembangkan fungsi lembaga
terkait. Sedangkan untuk tingkat kerentanan
Vulnerable, dilakukan dengan intervensi
persuasif dan intervensi partisipatif.

11
BAB III
METODE PENELITIAN

3.1 OBJEK PENELITIAN


Lokasi penelitian ini berada di Sub-DAS Bompon, Kabupaten Magelang.
Tema yang akan diteliti yaitu terkait kekeringan. Fokus dari penelitian ini yaitu
mengkaji tentang strategi adaptasi masyarakat dalam menghadapi bencana
kekeringan. Kekeringan yang akan dikaji berupa kekeringan yang disebabkan oleh
kondisi bentuk lahan (geomorfologi).

3.2 POPULASI DAN SAMPEL


Populasi adalah jumlah keseluruhan dari unit atau objek analisis yang ciri-ciri
karakteristiknya hendak diprediksi. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh desa
yang berada di Sub-DAS Bompon yaitu Desa Kuwaderan, Desa Wonogiri, dan Desa
Margoyoso.
Sampel adalah bagian pupulasi yang akan diselidiki. Pada penelitian ini akan
menggunakan metode sampel secara acak atau random sampling dalam penentuan
respondennya. Sampel penelitian meliputi area pemukiman yang memanfaatkan
sumberdaya air dari sungai, mata air, sumur/air tanah, dan hujan.

3.3 SUMBER DATA


Pada penelitian ini, akan menggunakan sumber data primer dan sekunder yang
berkaitan dengan kajian penelitian, antara lain:
Data Primer, berupa:
1. Kebutuhan Air Penduduk
 Domestik
 Pertanian
 Industri
2. Pemanfaatan dan Pengelolaan Sumber Daya Air
3. Debit Mata Air dan Sungai
4. Distribusi Sumur Penduduk
5. Tipe Sungai
6. Titik Koordinat Lokasi
 Lokasi Sampel Wawancara
12
 Lokasi Sumur Penduduk
 Lokasi Sumber Mata Air
Data Sekunder, berupa :
1. Citra Foto Udara
2. Data Persebaran Permukiman
3. Data Kependudukan
4. Data Tebal Hujan
5. Data Persebaran Mata Air
6. Peta Sungai

3.4 ALAT DAN BAHAN


Alat dan bahan yang digunakan untuk penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Alat
- GPS
- Kamera
- Recorder
- Meteran
- Gelas Ukur
- Botol
- Kalkulator
- Alat Tulis
2. Bahan
- Peta
- Instrumen Penelitian
- HVS
- Folio
- Benang Nilon

13
3.5 DIAGRAM ALIR

14
3.6 TEKNIK PENGUMPULAN DATA
Metode Pengumpulan Data
1. Observasi Lapangan
a. Observasi bukti adanya kekeringan geomorfologis.
b. Pengukuran debit sumber mata air.
c. Distribuusi sumur penduduk
2. Wawancara
Wawancara dilakukan secara mendalam dan terstruktur. Wawancara
dilakukan kepada tokoh yang berada dilingkup pemerintahan desa, tokoh
masyarakat, dan masyarakat umum di Sub-DAS Bompon. Wawancara dilakukan
untuk mendapatkan data berupa:
a. Kebutuhan air domestik dan non-domestik masyarakat.
b. Pemanfaatan sumber daya air yang ada oleh masyarakat.
c. Pengelolaan sumber daya air yang ada oleh masyarakat.
d. Strategi adaptasi masyarakat dalam menghadapi kekeringan
geomorfologi.
3. Dokumentasi Lapangan
Dokumentasi dilakukan untuk memperoleh data pendukung lapangan

3.7 TEKNIK PENGOLAHAN DATA


1. Overlay
Overlay adalah teknik penggabungan dari beberapa peta, dalam hal ini peta
yang akan di overlay adalah:
 Peta sebaran sumber air, Peta permukiman Sub-DAS Bompon, Peta sebaran
sumur untuk menghasilkan peta aksesibilitas sumber air di Sub-DAS
Bompon.
 Peta sungai dan debit air sungai untuk mendapatkan peta ketersediaan air
sungai

15
2. Ketersediaan Air
 Ketersedian mata air
Ketersediaan mata air dihitung dengan menggunakan metode
Volumetrik. Metode Volumetrik adalah cara mengukur debit secara
langsung dengan menampung aliran air dalam gelas ukur atau ember
yang telah diketahui volumenya. Hal yang dilakukan dalam perhitungan
debit aliran dengan metode ini adalah mengukur lama pengisian
tampungan dalam waktu tertentu. Dengan rumus sebagai berikut :

Q=V/T

Keterangan :
Q = Debit ( liter/detik )
V = Volume tampungan ( liter )
T = Waktu ( detik )
Pengukuran dilakukan minimal 3 kali yang kemudian hasil
pengukuran direrata untuk mengetahui debit mata air.
Ketersediaan total dilakukan dengan menjumlahkan keseluruhan
sumber air yaitu mata air dan air tanah

Qt = RC + Q

Keterangan :
Qt = Ketersediaan air total
Rc = Debit
Q = Imbuhan

16
3.8 TEKNIK ANALISIS DATA
Metode analisis data yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Analisis statistik deskriptif, untuk menganilisis kekeringan yang dialami
masyarakat dengan menjelaskan hasil wawancara kepada masyarakat yang
dihubungkan dengan kondisi fisik dan sosial.
2. Teknik analisis dengan logika induktif, digunakan untuk merumuskan strategi
adaptasi masyarakat melalui hasil olah wawancara mendalam.

17
DAFTAR PUSTAKA

Puspitorukmi, Arum.2014. Pendekatan Geomorfologi Untuk Analisis Kerentanan Kekeringan

Di Daerah Istimewa Yogyakarta.

http://etd.repository.ugm.ac.id/index.php?mod=penelitian_detail&sub=PenelitianDeta

il&act=view&typ=html&buku_id=74761

(Diakses Pada Hari Rabu Tanggal 3 April 2019 pukul 17.08 WIB)

Kusuma, Indra.2011. Analisa Ketersediaan dan Kebutuhan Air pada DAS Sampean.

https://jurnalpengairan.ub.ac.id/index.php/jtp/article/view/118

(Diakses Pada Hari Rabu Tanggal 3 April 2019 pukul 17.20 WIB)

Arsaninghyang, Popy.2017. Analisis Potensi Kekeringan Geomorfologis Menggunakan

Sistem Informasi Geografis di Kabupaten Purworejo.

http://eprints.ums.ac.id/51098/

(Diakses Pada Hari Rabu Tanggal 3 April 2019 pukul 17.30 WIB)

18
SUMUR
INSTRUMEN PENELITIAN

Hari, Tanggal :
Lokasi Penelitian :
 Desa / Dusun :
 RT/RW :
Letak Sumur :
Koordinat Pemakaian
No. Kedalaman
X Y Komunal/Pribadi Keterangan
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
14.
15.
16.
17.
18.
19.
20.
21.
22.
23.
24.
25.
26.
27.
28.

19
SUMUR
Lembar Wawancara (Sumur)
I. Identifikasi Masyarakat
1. Nama : ............................................................................
2. Jenis Kelamin : ...........................................................................
3. Alamat : ............................................................................
4. Desa/Kelurahan : ...........................................................................
5. Usia : ...........................................................................
6. Pekerjaan : ...........................................................................
7. Jumlah Anggota Keluarga : ...........................................................................
II. Pertanyaan
1. Digunakan untuk kebutuhan apa saja? (domestik, pertanian, industri)
Jawab : ....................................................................................................
..........................................................................................................................

2. Jika untuk kebutuhan domestik, digunakan ke kegiatan konsumsi atau non-


konsumsi?
Jawab : ....................................................................................................
..........................................................................................................................

3. Jenis sumur yang digunakan apakah sumur galian atau sumur bor?
Jawab : ....................................................................................................

4. Kira-kira kedalaman sumurnya berapa ?


Jawab : ....................................................................................................

5. Sumurnya ini sudah ada sejak kapan ?


Jawab : ....................................................................................................

6. Bagaimana kondisi air sumur yang digunakan oleh Bapak/Ibu (kualitas) ?


Jawab : ...............................................................................................................
.............................................................................................................................

7. Apakah air sumurnya selalu ada setiap tahun atau ketika musim kemarau airnya
kering?
Jawab : ................................................................................................................

8. Bagaimana ketersediaan air sumur pada musim kemarau?


Jawab : ............................................................................................................
..........................................................................................................................

9. Satu sumur dimanfaatkan untuk pribadi atau bersama-sama dengan rumah lain?
Jawab : ......................................................................................................
10. Apakah air sumur dapat memenuhi kebutuhan air domestik keluarga?

20
Jawab : .......................................................................................................
..........................................................................................................................

11. Jika air sumur sedang melimpah, apakah Bapak/Ibu menyimpan airnya untuk
kebutuhan air bersih saat musim kemarau atau tidak?
Jawab: ................................................................................................................
...........................................................................................................................

12. Apabila air sumur sedang kering, bagaimana cara saudara memenuhi kebutuhan
air bersih?
Jawab : ..........................................................................................................
....................................................................................................................

13. Apakah ada upaya yang dilakukan masyarakat untuk menjaga kualitas air sumur
dan kuantitas air sumur supaya masih bisa digunakan saat kemarau?
Jawab : ........................................................................................................
.....................................................................................................

21
SUNGAI
LEMBAR INSTRUMEN

A. Lokasi Pengamatan :
B. Hari/Tanggal Pengamatan :
C. Instrumen Data Pengamatan Sungai di Sub DAS Bompon
1. Apakah masyarakat memanfaatkan air sungai untuk menunjang aktivitas
pertanian ? Ya/Tidak, jika Ya untuk kegiatan apa saja ?
(1). Sawah
(2). Kebun Campuran
(3). Tegalan
(4). Lainnya ........................................
2. Jenis - Jenis Sungai :

(1). Permanen
(2). Periodik
(3). Episodik
(4). Lainnya .........................................
3. Pemanfaatan Air Sungai :

(1). Irigasi
(2). Kebutuhan Domestik
(3). Kebutuhan Pertanian
(4). Kebutuhan Industri
(5). Lainnya......................................
4. Jenis Bendungan :

(1). Bendungan membentuk waduk


(2). Bendungan penangkap atau pembelok air
(3). Bendungan untuk memperlambat air
(4). Lainnya ..........................................
5. Penampungan Air Sungai :

(1). Waduk
(2). Embung
(3). Irigasi
(4). Lainnya .....................................................
6. Kondisi Air Sungai :

(1). Jernih
(2). Keruh
(3). Lainnya .....................................................

22
HUJAN
INSTRUMEN PENELITIAN

Hari, Tanggal :
Lokasi Penelitian
Desa :
Dusun :
Rt/Rw :
Data Responden
Nama :
Umur :
Jenis Kelamin :
Pekerjaan :

1. Sumber air apakah yang digunakan dalam memenuhi kebutuhan air domestik, serta
pertanian?
Jawab : ....................................................................................................

2. Apakah Saudara memanfaatkan air hujan untuk memenuhi kebutuhan hidup ?


Jawab : Ya/Tidak. Jika Ya untuk apa ? ........................................................

3. Di wilayah ini curah hujannya tinggi, menurut saudara mengapa kebutuhan air
bersih disini masih mengalami kekeringan?
Jawab : .....................................................................................................

4. Apakah saudara mengenal sistem penampungan air hujan ?


Jawab : ....................................................................................................

5. Bagaimanakah sistem pemanfaatan air hujan pada musim penghujan?


Jawab : ....................................................................................................

6. Apakah menurut saudara selama ini upaya pemanfaatan air hujan sudah optimal?
Jawab : ....................................................................................................

7. Upaya apa yang saudara lakukan jika sudah mengalami kekurangan air pada fase
kekeringan?
Jawab : ...............................................................................................................

23
MATA AIR
INSTRUMEN PENELITIAN

Hari, Tanggal :
Lokasi Mata Air
Koordinat
No. Desa/Dusun Debit Mata Air
X Y

Lembar Wawancara
1. Berapa jarak tempat tinggal responden terhadap sumber air (mata air dan sungai)?
a. <50 m d. 150-200 m
b. 50-100 m
e. >200 m
c. 100-150 m
2. Bagaimana kondisi ketersediaan air pada sumber mata air tersebut?
a. Selalu melimpah dan dapat memenuhi kebutuhan air sepanjang tahun
b. Fluktuatif dan masih dapat memenuhi kebutuhanair sepanjang tahun
c. Fluktuatif dan pada saat-saat tertentu kurang memenuhi kebutuhan
d. Semakin mengering setiap tahunnya
3. Pemanfaatan sumber mata air untuk kebutuhan apa saja?
a. Domestik
 Konsumsi : ……………….
 Non-Konsumsi : ……………….
b. Pertanian
c. Industri
4. Bagaimana pengelolaan sumber mata air yang dimanfaatkan penduduk?
Jawab : .......................................................................................................................................
......................................................................................................................................................
5. Adakah upaya dari masyarakat untuk menjaga kualitas dan kuantitas air di sumber mata air ini?
Jawab : .......................................................................................................................................
.......................................................................................................................................................
6. Mata air tersebut digunakan oleh warga mana saja?
Jawab : .......................................................................................................................................

24
KEKERINGAN
INSTRUMEN PENELITIAN

Hari, Tanggal :
Lokasi Penelitian
Desa :
Dusun :
Rt/Rw :
Data Responden
Nama :
Umur :
Jenis Kelamin :
Pekerjaan :
Lembar Wawancara
1. Setiap bulan apa kekeringan melanda daerah tersebut?
Jawab : .......................................................................................................................................

2. Berapa lama kekeringan tersebut melanda ?


Jawab : .......................................................................................................................................

3. Apa saja dampak yang ditimbulkan akibat kekeringan terhadap aktivitas rumah tangga warga?
Jawab : .......................................................................................................................................

4. Apakah ada bantuan distribusi air dari pemerintah?


a. Ada. Darimana? ..............................................................................................................
b. Tidak Ada
5. Bagaimana upaya warga untuk menghadapi kekeringan baik secara preventif atau pasca
bencana ?
Jawab : .......................................................................................................................................

6. Apakah warga menerapkan infrastruktur tambahan (misal : tendon air, pipa air, atau embung)?
Apakah upaya tersebut sudah dinilai efektif?
Jawab : .......................................................................................................................................

Anda mungkin juga menyukai