OLEH
NUR ‘IZZATUL HIKMAH
i
PRAKARTA
Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena
dengan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan karya tulis yang berjudul “Tsu-
Riction : Penguatan Kapasitas Masyarakat untuk Pengurangan Risiko Bencana
Tsunami di Wilayah Pesisir Kabupaten Bantul Yogyakarta” untuk diajukan sebagai
salah satu syarat dalam proses Pemilihan Mahasiswa Berprestasi tahun 2019.
Penulis mengucapkan rasa terima kasih yang sebesar-besarnya atas semua
bantuan yang telah diberikan, baik secara langsung maupun tidak langsung selama
penyusunan karya tulis. Secara khusus, rasa terima kasih tersebut penulis
sampaikan kepada pihak-pihak berikut.
1. Kedua orang tua penulis, Bapak Ashri Ramadhan Batubara dan Ibu Sawen
Suryati yang selalu mendukung segala aktivitas penulis.
2. Bapak Wahid Akhsin Budi Nur Sidiq S.Pd., M.Sc., selaku dosen pembimbing yang
memberikan kepercayaan kepada penulis serta senantiasa memberikan arahan
dan motivasi dalam pembuatan karya tulis ini.
3, Ibu Ariyani Indrayati S.Si., M.Sc selaku dosen karya ilmiah yang membantu
memberi bimbingan kepada penulis serta senantiasa memberikan arahan dan
motivasi dalam pembuatan karya tulis ini.
4. Muhammad Lutfi Wirawan, yang selalu membantu dalam tahap proses
pembuatan aplikasi dan lainnya sebagai alat bantu untuk mendukung karya tulis
ini.
Penulis berharap, semoga karya tulis ini dapat memberikan hal yang
bermanfaat dan menambah wawasan bagi pembaca serta ke depannya dapat
diterapkan dalam rangka menguatkan kapasitas masyarkat untuk pengurangan
risiko bencana tsunami baik di Wilayah Pesisir Kabupaten Bantul Yogyakarta dan
dalam beberapa tahun kedepan dapat diterapkan di seluruh kawasan pesisir di
Indonesia.
Semarang, 15 Maret 2019
ii
DAFTAR ISI
iii
2.4.2 Komposisi Data Pendukung untuk Analisis Kerentanan Tsunami di
Wilayah Pesisir Kabupaten Bantul .................................................................. 9
2.4.3 Konsep Kapasitas Masyarakat .............................................................. 10
BAB III ................................................................................................................. 11
ANALISIS DAN SINTESIS ................................................................................. 11
3.1. Analisis Risiko Bencana Tsunami di Wilayah Pesisir Kabupaten Bantul . 11
3.2. Mengevaluasi Cara Mengurangi Risiko Tsunami menggunakan Analisis
Risiko Bencana di Wilayah Pesisir Kabupaten Bantul Yogyakarta .................. 12
3.2.1 Evaluasi Ancaman Tsunami di Wilayah Pesisir Kabupaten Bantul
menggunakan Analisis Risiko Bencana ......................................................... 13
3.2.2 Evaluasi Kerentanan Tsunami di Pesisir Kabupaten Bantul ................ 14
3.2.3. Evaluasi Kapasitas Mitigasi Masyarakat terhadap Tsunami di Wilayah
Pesisir Kabupaten Bantul ............................................................................... 16
3.3. Tsu-Riction dalam mengurangi risiko bencana tsunami di wilayah pesisir
Kabupaten Bantul Yogyakarta. ......................................................................... 17
BAB IV ................................................................................................................. 20
SIMPULAN DAN REKOMENDASI .................................................................. 20
4.1. Simpulan ..................................................................................................... 20
4.2. Rekomendasi .............................................................................................. 20
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 21
LAMPIRAN .......................................................................................................... 24
Lampiran 1. Interface Aplikasi Tsu-Riction (Fitur Aplikasi) ............................ 24
Lampiran 2. Alur Pemrograman Tsu-Riction .................................................... 26
Lampiran 3. Sistem Peringatan Dini Tsunami (Early Warning System) yang
telah ada sebelumya ........................................................................................... 27
Lampiran 4. Sistem Kerja Tsu-Riction sebagai Early Warning System atau
Peringatan Dini Tsunami ................................................................................... 28
Lampiran 5. Peta Sebaran Togor Peringatan Dini Tsunami Kabupaten Bantul 29
iv
DAFTAR GAMBAR
v
DAFTAR TABEL
vi
DAFTAR LAMPIRAN
vii
SUMMARY
Indonesia is a disaster-prone country. This is because, geologically,
Indonesia is at the confluence of three tectonic plates, namely the Indo-Australian
plate, the Eurasian plate and the Pacific Plate which are traversed by two world
mountain ranges (the Mediterranean circum and Pacific Circum) called Ring of fire.
As a result, Indonesia often happens earthquakes and tsunamis. The Coastal Area
of Bantul Regency had happend tsunami in the past in 1840 and 1859. The most
recent tsunami occurred on July 17th, 2006, tsunami waves that hit along the
southern coast of West Java to the Yogyakarta Coast and its surroundings caused
enormous casualties and material losses than the previous tsunami and made it
possible for tsunami to come later.
There are three things that could be done to identify the risks of disaster in
an area. They are involving aspects of hazard, vulnerability and capacity. Risk
would be directly proportional to challenges and safeguards, and inversely
proportional to mitigation capacity. Disaster risk could be reduced if mitigation
capacity (resilience, preparedness) increases. There are some facts founded that
tsunami hazard and vulnerability could not be eliminated, but mitigation capacity
could be increased. Tsunami disaster risk reduction can be done through increasing
community mitigation capacity in the Coastal Area of Bantul Regency, Yogyakarta.
Based on the problem, this paper aims (1) to analyze the level of tsunami disaster
risk in the Coastal Area of Bantul Regency, Yogyakarta (2) to evaluate former of
tsunami disaster risk reduction in the Coastal Area of Bantul Regency, Yogyakarta,
(3) to create an application to reduce the risk of tsunami disaster in the coastal area
of Bantul Regency, Yogyakarta. In this paper the entire analysis was explained
using literature study method through secondary data. The sources of this literature
study varied from books, journals and news of both international and national
media.
Based on literatures tsunami risk is caused by hypocentric earthquakes in the
ocean which the magnitude is greater than 6.8 SR, and up or down fault patterns,
submarine volcanic eruptions, underwater avalanches, and meteor strikes. Tsunami,
could resulted in the failure of sustainable development goals achievement. It could
viii
caused losses that eliminate human lives and caused material losses which require
a long period of recovery.
Tsunami risk in the Coastal Area of Bantul Regency Yogyakarta could be
measure through disaster risk analysis. The level of tsunami risk in the Coastal Area
of Bantul Regency, Yogyakarta, was analyzed through a tsunami hazard map
(showing hazard areas level 1 and 2), tsunami vulnerability maps (which indicate
vulnerablility of tsunami) and community capacity indexes related to early
warnings that were indicate the tsunami risk. The results of evaluating the way to
reduce the risk of a tsunami disaster in the Coastal Region of Bantul Regency,
Yogyakarta are alert to the threat of a tsunami. Things that can be done to reduce
tsunami risk by strengthening the knowledge capacity of disasters and mitigation
by utilizing the android-based applications that have been made namely Tsu-
Riction. This thing is sustain with SDG’S 2030 which goals are point 11st and 13rd
about disaster risk management. Strengthening knowledge capacity for disasters
and mitigation by utilizing application to reduce disaster risk namely Tsu-Riction.
Tsu-Riction is an android-based application that contains five features. First,
Safe Location, this feature displays the current location point and estimated distance
to reach locations that are considered safe from disasters using the geoposition
system. Second, Evacuation Routes, displaying safe and easiest evacuation routes
to the location of the assembly point. Third, Emergency Calls, displaying
emergency call numbers (SAR, National Earthquake Information, Tourist Services
and BPBD Yogyakarta) that can be contacted in an emergency. Fourth, Detector,
when a disaster occurs a sensor that has been installed will send a signal to the
application so that it raises a notification (danger alarm) and displays where the
danger originates so that individuals (communities) can act quickly after receiving
the information. Fifth, Tsu-RiskEdu, can strengthen knowledge capacity about
disasters by providing information (education) about disasters. This application can
strengthen the capacity of the community to deal with disasters, both before, during
and after disaster.
Keywords: Tsu-Riction, Capacity Strengthening, Tsunami, Coastal Area of
Bantul Regency.
ix
RINGKASAN
Indonesia merupakan negara yang rawan bencana. Hal ini disebabkan,
secara geologis Indonesia berada pada pertemuan tiga lempeng tektonik, yaitu
Lempeng Indo-Australia, Lempeng Eurasia dan Lempeng Pasifik yang dilalui oleh
dua rangkaian pegunungan dunia yaitu Sirkum Mediterania dan Sirkum Pasifik.
Posisi ini menjadikan Indonesia berada didalam cincin api yang biasa disebut
dengan Ring of Fire. Akibatnya, Indonesia kerap mengalami gempa bumi dan
tsunami. Wilayah Pesisir Kabupaten Bantul telah mengalami kejadian tsunami di
masa lalu pada tahun 1840 dan tahun 1859. Kejadian tsunami terbaru terjadi pada
tanggal 17 Juli 2006, gelombang tsunami yang melanda sepanjang pesisir selatan
Jawa Barat hingga Pesisir Yogyakarta dan sekitarnya menimbulkan korban jiwa
dan kerugian material yang sangat banyak dibandingkan yang sebelumnya dan
memungkinkan untuk tsunami datang lagi di kemudian hari.
Terdapat tiga hal yang dapat dilakukan dalam mengidentifikasi risiko
bencana pada suatu daerah. Tiga hal tersebut adalah melibatkan aspek ancaman
(hazard), kerentanan (vulnerability) dan kapasitas (capacity). Risiko akan
berbanding lurus dengan kerentanan dan ancaman, dan berbanding terbalik dengan
kapasitas mitigasi. Risiko bencana bisa diturunkan bila kapasitas mitigasi
(ketahanan, kesiap-siagaan) bencana dari masyarakat meningkat. Fakta di lapangan
menunjukkan bahwa ancaman dan kerentanan terhadap kejadian bencana
khususnya tsunami tidak dapat dihilangkan, tetapi kapasitas mitigasi akan risiko
tsunami dapat ditingkatkan melalui penguatan kapasitas mitigasi masyarakat untuk
pengurangan risiko bencana tsunami di Wilayah Pesisir Kabupaten Bantul
Yogyakarta. Berlatar belakang masalah tersebut, karya ini tulis ini memilliki tujuan
(1) menganalisis tingkat risiko bencana tsunami di Wilayah Pesisir Kabupaten
Bantul Yogyakarta, (2) mengevaluasi cara mengurangi risiko bencana tsunami di
Wilayah Pesisir Kabupaten Bantul Yogyakarta, (3) menciptakan aplikasi untuk
mengurangi risiko bencana tsunami di wilayah pesisir Kabupaten Bantul
Yogyakarta. Dalam karya tulis ini seluruh analisis dijelaskan dengan menggunakan
metode studi pustaka melalui data sekunder. Sumber dari studi pustaka ini
bervariasi dari buku, jurnal, berita yang berasal dari media internasional maupun
nasional.
x
Berdasarkan data literatur, risiko tsunami disebabkan oleh gempa bumi
berhiposentrum di lautan yang bermagnitudo lebih besar dari 6.8 SR, dan pola
patahan naik atau turun, letusan gunung api bawah laut, longsoran bawah laut, dan
hantaman meteor. Tsunami berdampak pada tidak tercapainya tujuan pembangunan
berkelanjutan karena dapat menimbulkan kerugian yang dapat menghilangkan
nyawa manusia juga menimbulkan kerugian material sehingga membutuhkan
waktu yang lama untuk pulih kembali.
Risiko tsunami di Wilayah Pesisir Kabupaten Bantul Yogyakarta dapat
dilakukan melalui analisis risiko bencana. Tingkat risiko tsunami di Wilayah Pesisir
Kabupaten Bantul Yogyakarta dianalisis melalui peta bahaya ancaman tsunami (
menunjukkan kawasan ancaman level 1 dan 2), peta kerentanan tsunami (yang
menunjukkan bahwa wilayah ini sangat rentan terhadap tsunami) dan indeks
kapasitas masyarakat terkait peringatan dini yang dianggap kurang sehingga
didapat bahwa wilayah ini sangat berisiko terhadap bencana tsunami. Hasil dari
evaluasi cara mengurangi risiko bencana tsunami di Wilayah Pesisir Kabupaten
Bantul Yogyakarta adalah siaga waspada terhadap ancaman tsunami. Hal yang
dapat dilakukan untuk mengurangi risiko tsunami dengan menguatkan kapasitas
pengetahuan terhadap bencana dan mitigasi dengan memanfaatkan aplikasi
berbasis android yang telah dibuat yaitu Tsu-Riction. Hal ini sejalan dengan tujuan
dari SDG’S 2030 tujuan ke 11 dan 13 yaitu pengurangan risiko bencana. Penguatan
kapasitas untuk pengurangan risiko tsunami di Wilayah Pesisir Kabupaten Bantul
Yogyakarta dilakukan dengan satunya adalah memanfaatkan aplikasi pengurangan
risiko bencana yaitu Tsu-Riction.
Tsu-Riction adalah aplikasi berbasis android yang dilengkapi lima fitur
andalan. Pertama Lokasi Aman, fitur ini menampilkan titik lokasi saat ini (terbaru)
dan perkiraan jarak tempuh untuk menjangkau lokasi yang dianggap aman dari
bencana dengan memanfaatkan geoposition system. Kedua, Jalur Evakuasi,
menampilkan jalur evakuasi yang aman dan paling mudah untuk dilalui menuju
titik kumpul lokasi bila terjadi bencana. Ketiga, Panggilan Darurat, menampilkan
nomor panggilan darurat (SAR, Informasi Gempa Nasional, Layanan Turis, dan
BPBD Yogyakarta) yang dapat dihubungi dalam keadaan darurat.Keempat,
Detector, saat terjadi bencana sensor yang telah dipasang akan mengirim signal
xi
kepada aplikasi sehingga memunculkan notifikasi (alarm bahaya) dan
menampilkan dimana bahaya tersebut berasal sehingga individu (masyarakat) dapat
bertindak cepat setelah menerima informasi tersebut. Kelima, Tsu-RiskEdu, dapat
menguatkan kapasitas pengetahuan mengenai bencana dengan memberikan
informasi (pendidikan) mengenai bencana. Aplikasi ini dapat menguatkan
kapasitas masyarakat dalam menghadapi bencana, baik sebelum, saat dan sesudah
terjadi bencana.
Kata Kunci: Tsu-Riction, Penguatan Kapasitas, Tsunami, Wilayah Pesisir
Kabupaten Bantul.
xii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Indonesia adalah negara yang rawan bencana. Hal ini disebabkan, secara
geologis Indonesia berada pada pertemuan tiga lempeng tektonik, yaitu lempeng
Indo-Australia, lempeng Eurasia dan Lempeng Pasifik yang dilalui oleh dua
rangkaian pegunungan dunia yaitu sirkum Mediterania dan Sirkum Pasifik
(Hardjono, 2006 ; Zakky, 2017). Posisi ini menjadikan Indonesia berada didalam
cincin api yang biasa disebut dengan Ring of Fire. Akibatnya, Indonesia kerap
mengalami gempa dan tsunami.
Tsunami merupakan gelombang air laut yang besar dan menyerang ke
daratan (Ilyas, 2006). Tsunami yang terjadi di Indonesia telah menimbulkan
kerugian baik menimbulkan korban jiwa dan kerugian material. Berdasarkan data
BNPB Indonesia, terdapat kejadian tsunami yang telah terjadi di Indonesia selama
tahun 1991 sampai dengan tahun 2018. Berikut data kejadian tsunami dan
dampaknya di Indonesia.
Tabel 1. Bencana Alam Tsunami Indonesia tahun 1991 – 2018.
1
2016) terdapat 12.827 desa tepi laut. Dengan demikian, banyak kawasan di
Indonesia yang memiliki ancaman tsunami. Salah satu wilayah yang berisiko dan
pernah mengalami dampak tsunami di Indonesia terletak di Kabupaten Bantul,
Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta.
Daerah Istimewa Yogyakarta berbatasan langsung dengan laut Selatan
(julukan pantai di Yogyakarta) atau berdasarkan letak geografis laut selatan
merupakan hamparan Samudera Pasifik yang sangat luas. Berdasarkan letak
geologisnya, Wilayah Pesisir Kabupaten Bantul merupakan tempat pertemuan
lempeng Indo-Australia dan lempeng Eurasia, oleh sebab itu Kawasan ini berisiko
terhadap gempa bumi dan tsunami (Marfai, 2013 ; Sitorus ; 2018).
Wilayah Pesisir Kabupaten Bantul merupakan kawasan dimana terdapat
aktivitas kegiatan wisata pantai yang banyak dijunjungi oleh wisatawan. Pantai
Parangtritis dan pantai lainnya di wilayah Pesisir Kabupaten Bantul merupakan
salah satu tempat tujuan wisata pantai yang ramai dikunjungi oleh wisatawan, hal
ini sangat berperan dalam membangkitkan perekonomian yang dimiliki masyarakat
di daerah tersebut. Wilayah Pesisir Kabupaten Bantul berhadapan langsung dengan
zona penunjaman di Selatan Jawa, berisiko tinggi terhadap bahaya gempa bumi dan
tsunami. Peristiwa tsunami sebenarnya jarang terjadi, tetapi memiliki daya rusak
yang besar membuat tsunami harus diwaspadai.
Wilayah Pesisir Kabupaten Bantul telah mengalami kejadian tsunami di
masa lalu pada tahun 1840 dan tahun 1859 (Handoyo, Putro, & Subardjo, 2017).
Dilansir dari (TribunJogja.com, 2018) bahwa Eko Yulianto peneliti dari LIPI telah
menemukan deposit tsunami di pesisir Kulon Progo - Bantul, DIY yang diduga
terjadi pada tahun 1.699 dan telah berusia 320 tahun. Deposit yang lebih tua
ditemukan berusia 1.698 tahun, 2.785 tahun dan 3.598 tahun yang menunjukkan
gempa besar dan tsunami yang dahsyat sangat mungkin terjadi di sepanjang wilayah
ini. Kejadian tsunami terbaru terjadi pada tanggal 17 Juli 2006, gelombang tsunami
yang melanda sepanjang pesisir Selatan Jawa Barat hingga Pesisir Yogyakarta dan
sekitarnya menimbulkan korban jiwa dan kerugian material yang sangat besar
dibandingkan tsunami yang sebelumnya. Hal ini menunjukkan sangat
memungkinkan tsunami berisiko untuk kembali menerjang di kemudian hari.
2
Risiko akan berbanding lurus dengan kerentanan dan ancaman, dan
berbanding terbalik dengan kapasitas mitigasi. Risiko bencana bisa diturunkan bila
kapasitas mitigasi (ketahanan, kesiap-siagaan) bencana dari masyarakat meningkat
(Nugraha, Nugraheni, & Kurniawan, 2016). Fakta di lapangan menunjukkan bahwa
ancaman dan kerentanan terhadap kejadian bencana khususnya tsunami tidak dapat
dihilangkan, tetapi kapasitas mitigasi akan risiko tsunami dapat ditingkatkan. Maka
dari itu sangat penting untuk melakukan penguatan kapasitas mitigasi masyarakat
terhadap bencana tsunami. Hal ini sejalan dengan tujuan dari SDG’S 2030 tujuan
ke 11 dan 13 yaitu dalam hal pengurangan risiko bencana. Penguatan kapasitas
untuk pengurangan risiko bencana tsunami ini dilakukan di Wilayah Pesisir
Kabupaten Bantul Yogyakarta. Dengan demikian, penulis tertarik untuk
mengembangkan sebuah gagasan tentang peningkatan kapasitas masayarakat
dalam rangka pengurangan risiko bencana Tsunami melalui pengembangan Tsu-
Riction: Tsunami Risk Reduction.
3
kapasitas masyarakat yang dilakukan dengan memberikan edukasi atau
pendidikan kebencanaan yang meliputi mitigasi bencana yang dapat
dipersiapkan sebelum, saat dan sesudah terjadi bencana dilengkapi dengan Early
Warning System dan mengurangi risiko yang ditimbulkan jika terjadi bencana
tsunami.
4
BAB II
TELAAH PUSTAKA
2.1. Pengertian Bencana
Bencana adalah peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam dan
mengganggu kehidupan dan penghidupan masyarakat yang disebabkan, baik oleh
faktor alam dan/atau faktor nonalam maupun faktor manusia sehingga
mengakibatkan timbulnya korban jiwa manusia, kerusakan lingkungan, kerugian
harta benda, dan dampak psikologis. Bencana alam adalah bencana yang
diakibatkan oleh peristiwa atau serangkaian peristiwa yang disebabkan oleh alam
antara lain berupa gempa bumi, tsunami, gunung meletus, banjir, kekeringan,
angin topan, dan tanah longsor (UU NO. 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan
Bencana). Berdasarkan pengertian atau definisi diatas, tsunami termasuk dalam
kategori bencana alam.
5
3. Longsoran bawah laut diakibatkan oleh gaya gravitasi yang ada di dasar
laut, serta material yang tidak resisten membuat material jatuh dan
menimbulkan gelombang yang mengakibatkan tsunami hal ini pernah
diprediksi pada tahun 2012 (Giachetti, Paris, Kelfoun, & Ontowirjo, 2012)
dan telah terjadi pada Desember tahun 2018 akibat material longsoran
gunung anak Krakatau yang menghantam laut sehingga terjadi longsoran
bawah laut.
4. Hantaman meteor yang sangat kuat dapat menyebabkan terjadinya tsunami
dikarenakan ketika meteor menghantam air laut dan menyebabkan air laut
tidak seimbang dan menimbulkan gelombang yang disebut tsunami.
6
2.3.2 Hubungan Bencana dengan SDG 13: Mengambil Aksi Segera untuk
Memerangi Perubahan Iklim dan Dampaknya
Aplikasi yang diciptakan yaitu Tsu-Riction yang dapat melakukan tindakan
preventif dalam menghadapi bencana dengan memperbaiki pendidikan dengan
penyadaran dan penguatan kapasitas masyarakat serta menerapkan memasukkan
fitur yang dapat berfungsi sebagai early warning system sebagai langkah peringatan
dini bencana tsunami. Hal ini sangat jelas sangat mendukung tujuan pembangunan
berkelanjutan pada poin SDG’S yaitu 13.3 Memperbaiki pendidikan, penyadaran
dan juga kapasitas baik manusia maupun institusi terhadap mitigasi perubahan
iklim, adaptasi, pengurangan dampak dan peringatan dini (PBB, 2017) dinama Tsu-
Riction dapat berguna sebagai penyadaran dengan penguatan kapasitas manusia
sehingga hal ini dapat merupakan upaya pengurangan risiko bencana khususnya
tsunami.
7
yang kunjungi dan ditinggali untuk tetap waspada dengan keadaan sekitar. Peta
yang dibuat meliputi peta bahaya bencana dan peta risiko bencana sebagai
pengurangan risiko bencana untuk kemudian ditemukan bagaimana strategi dan
langkah yang tepat mendapatkan solusi dalam pengurangan risiko bencana
khususnya bencana tsunami yang sangat potensial terjadi di Wilayah Pesisir
Kabupaten Bantul. Berikut konsep analisis bencana yang akan dilakukan dalam
pengurangan risiko bencana tsunami di Wilayah Pesisir Kabupaten Bantul, Daerah
Istimewa Yogyakarta.
8
2.4.2 Komposisi Data Pendukung untuk Analisis Kerentanan Tsunami di
Wilayah Pesisir Kabupaten Bantul
Kerentanan adalah suatu kondisi dari masyarakat atau komunitas yang ditentukan oleh
faktor fisik, sosial, ekonomi dan lingkungan yang meningkatkan ketidakmampuan dalam
menghadapi suatu bencana (ISDR, 2004). Kerentanan suatu daerah dalam menghadapi
tsunami berbeda – beda setiap tempat, dan dampaknya pun juga berbeda. Tsunami
merupakan suatu ancaman yang dapat menimbulkan kerugian dan korban yang sangat
besar, tetapi ditempat lainnya dengan skala yang kekuatan yang sama, tsunami ini mungkin
tidak menimbulkan kerugian dan korban yang besar, karena pada lokasi ini tsunami
menimpa pada bangunan yang sudah ramah bencana, atau kondisi masyarakat ditempat
tersebut memiliki tingkat pengetahuan bencana yang lebih baik (Sinambela, Pratikto, &
Subardjo).
Kerentanan
9
kerentanan fisik yang akan dianalisis merupakan peta yang menggambarkan tingkat
kerentanan fisik terhadap tsunami berdasarkan parameter yang mewakili yaitu data
kepadatan bangunan di pesisir Wilayah Pesisir Kabupaten Bantul. Keempat, data
kerentanan ekologi untuk menganalisis kerentanan bencana digunakan data
penggunaan lahan di Wilayah Pesisir Kabupaten Bantul.
10
BAB III
ANALISIS DAN SINTESIS
11
Analisis risiko bencana dapat dianalisis melalui peta risiko bencana yang
terdpat tiga komponen peta (hasil dari overlay 3 peta dasar) yaitu peta ancaman,
peta kerentanan, dan peta kapasitas. Setelah dipetakan, maka dapat diketahui risiko
bencana pada suatu daerah. Berikut dijelaskan metode penyusunan peta risiko
bencana.
12
suatu wilayah, yaitu ancaman, kerentanan dan kapasitas. Berikut ini cara
mengurangi risiko dari tsunami menggunakan analisis risiko bencana tsunami.
3.2.1 Evaluasi Ancaman Tsunami di Wilayah Pesisir Kabupaten Bantul
menggunakan Analisis Risiko Bencana
Wilayah Pesisir Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta yang
berbatasan langsung (secara geografis) dengan Samudera Hindia sangat
dimungkinkan untuk terjadi tsunami. Ancaman tsunami di Wilayah Pesisir
Kabupaten Bantul (Kabupaten Bantul) dapat dilihat pada peta di bawah ini.
13
rusak karena terkena dampak dari tsunami. Peta bahaya tsunami tersebut berbahaya
bagi masyarakat di wilayah pesisir Kabupaten Bantul.
Ancaman tsunami tidak dapat dihilangkan tetapi dapat di zonakan
(dipetakan) berdasarkan tingkatan bahaya tsunami tersebut, maka dari itu melalui
adanya peta bahaya ancaman tsunami ini, diharapkan masyarakat sadar untuk tetap
siaga dan waspada jika berada di wilayah pesisir Kabupaten Bantul.
3.2.2 Evaluasi Kerentanan Tsunami di Pesisir Kabupaten Bantul
Kerentanan tsunami di Wilayah Pesisir Kabupaten Bantul dapat dianalisis
dan diolah menggunakan indeks kerugian dan indeks penduduk terpapar sehingga
menghasilkan peta kerentanan tsunami total di Wilayah Pesisir Kabupaten Bantul.
Data parameter untuk mengukur kerentanan tsunami yang kemudian dapat diolah
menjadi peta kerentanan tsunami dijelaskan sebagai berikut.
1. Data Kerentanan Sosial. Data Kerentanan sosial yang digunakan adalah
Peta kepadatan penduduk yang dibuat berdasarkan data kepadatan
penduduk yang bersumber dari BPS Kabupaten Bantul, kemudian diisi
melalui tabel atribut hasil digitasi dari batas administrasi desa, sehingga peta
ini dapat dijadikan data kerentanan sosial. Berdasarkan parameter kepadatan
penduduk, kepadatan penduduk yang sangat tinggi akan lebih rentan
terhadap tsunami daripada wilayah dengan kepadatan penduduk yang
sangat rendah atau tidak padat penduduknya karena mempunyai potensi
korban yang lebih besar saat tsunami menerjang.
2. Data Kerentanan Ekonomi. Kerentanan ekonomi diambil berdasarkan
parameter persentase masyarakat yang bekerja di sektor pertanian dan juga
pariwisata. Semakin tinggi persentase masyarakat yang bekerja pada sektor
pertanian maka akan sangat rentan karena mempunyai potensi kerugian
yang besar saat tsunami datang dan dalam pemulihan bencana tsunami
daripada wilayah dengan persentase masyarakat yang bekerja di sektor
bukan pertanian.
3. Data Kerentanan Fisik. Data kepadatan bangunan didapat dari BPS
Kabupaten Bantul. Data tersebut kemudian diklasifikasikan berdasarkan
kepadatan bangunan tiap – tiap wilayah di Wilayah Pesisir Kabupaten
Bantul. Kepadatan bangunan yang sangat tinggi akan lebih rentan terhadap
14
tsunami daripada wilayah dengan kepadatan bangunan yang sangat rendah
atau tidak padat bangunannya karena mempunyai potensi kerusakan obyek
yang lebih besar saat tsunami menerjang.
4. Data Kerentanan Ekologi. Data kerentanan berdasarkan ekologi diwakili
oleh data jenis penggunaan lahan yang ada di Wilayah Pesisir Kabupaten
Bantul.
Selain itu fisiografi dari Wilayah Pesisir Kabupaten Bantul juga mempengaruhi
dampak dari tsunami yang mungkin akan ditimbulkan, meliputi morfologi (lereng
di sekitar pantai), ketinggian area sekitar pantai, jarak tiap lokasi yang berisiko
dengan sungai (Pramono, 2007). Berikut di bawah ini Peta Kerentanan Total
Terhadap Tsunami di Wilayah Pesisir Kabupaten Bantul, Yogyakarta.
15
penduduk yang padat. Hal yang harus dilakukan dalam mengurangi kerentanan
tsunami di Wilayah Pesisir Kabupaten Bantul telah dipetakan sehingga masyarakat
di pesisir wilayah Kabupaten Bantul tau mengenai lokasi yang rentan terkena
dampak tsunami kemudian menata daerah area tersebut dengan baik agar
berdampak kecil terhadap tsunami dengan melakukan tindakan yang tepat jika
terjadi tsunami.
3.2.3. Evaluasi Kapasitas Mitigasi Masyarakat terhadap Tsunami di
Wilayah Pesisir Kabupaten Bantul
Wilayah Pesisir Kabupaten Bantul sebagai tempat wisata dan sering
dikunjungi banyak orang untuk berwisata ternyata menunjukkan kapasitas dalam
memahami rambu keselamatan yang rendah (Tyawati, 2016) karena mengabaikan
informasi keselamatan yang ada sehingga tingkat kewaspadaan terhadap bencana
juga rendah (Wibowo A. , 2015). Penguatan kapasitas terhadap masyarakat yang
yang telah dilakukan di Wilayah Pesisir Kabupaten Bantul, yaitu sebagai berikut.
1. Komponen kelembagaan di daerah rawan tsunami, Wilayah Pesisir Kabupaten
Bantul memiliki sistem kelembagaan dalam menghadapi bencana, yaitu SAR,
BNPB, BPBD, dan BMKG yang selalu jika terjadi bencana.
2. Peringatan dini yang ada di lokasi,Sistem peringatan dini yang telah ada di
Wilayah Pesisir Kabupaten Bantul dapat dilihat pada gambar di bawah ini.
16
4. Kesiapsiagaan masyarakat dalam menghadapi tsunami. Setelah dilakukan
sosialisasi terhadap kemungkinan terjadi bencana, diharapkan kapasitas
masyarakat telah meningkat dan telah siap dan siaga dalam menghadapi tsunami.
17
TSU-RICTION
Pengetahuan (Kognitif) Informasi
Individu
Sikap (Afektif) Peringatan dini
Masyarakat
(EWS)
Tindakan (Psikomotorik)
Fasilitas
Gambar 8. Konsep Tsu-Riction (Penulis, 2019)
Pada penulisan karya ilmiah akan dibahas penguatan kapasitas dalam
pengurangan risiko bencana tsunami, dimana penguatan kapasitas masyarakat
terhadap ancaman dan kerentanan bencana dapat dilakukan pengurangan risikonya
dengan Tsu-Riction. Tsu-Riction merupakan aplikasi dapat digunakan sebagai
upaya mitigasi yang meliputi kesiapan dalam menghadapi bencana tsunami.
Tsu-Riction memiliki lima fitur aplikasi (Lampiran 1) dan alur
pemlograman (Lampiran 2) sehingga bermanfaat bagi setiap individu yang
memilikinya. Berikut ini penjelasan beberapa fitur yang dapat digunakan dalam
aplikasi Tsu-Riction.
1. Lokasi Aman, fitur ini menampilkan titik lokasi saat ini (terbaru) dan perkiraan
jarak tempuh untuk menjangkau beberapa titik lokasi yang dianggap aman dari
tsunami dengan mempertimbangkan penutul lahan sekitar, radius dari laut,
aksesibilitas, sarana dan prasarana, serta topografi di Wilayah Pesisir
Kabupaten Baantul Yogyakarta dengan memanfaatkan geoposition system.
2. Jalur Evakuasi, menampilkan jalur evakuasi yang aman dan paling mudah
diakses atau dilalui sehingga masyarakat dengan mudah menuju titik kumpul
(lokasi aman) bila terjadi bencana.
3. Panggilan Darurat, menampilkan nomor panggilan darurat (SAR, Informasi
Gempa Nasional, Layanan Turis, dan BPBD Yogyakarta) yang dapat
dihubungi dalam keadaan darurat.
4. Detector, saat terjadi bencana sensor yang telah dipasang akan mengirim signal
kepada aplikasi sehingga memunculkan notifikasi (alarm bahaya) dan
menampilkan dimana bahaya tersebut berasal sehingga individu (masyarakat)
dapat bertindak cepat setelah menerima informasi tersebut.
5. Tsu-RiskEdu, Tsunami Risk Education digunakan untuk menguatkan kapasitas
pengetahuan dengan mengetahui potensi bencana apa saja yang dapat terjadi di
18
Wilayah Pesisir Kabupaten Bantu, Hal apa saja yang harus dilakukan pada saat
berada di Pantai dan apa yang harus dilakukan jika sewaktu waktu terjadi
bencana. Hal ini sangat berguna untuk memberikan informasi (pendidikan)
mengenai kebencanaan.
Tsu-Riction juga memanfaatkan sistem kerja satelit komunikasi yang
memancarkan signal ke togor peringatan dini (menara sirine) dan smartphone
ketika tsunami terjadi (Gambar 10) yang diadaptasi dari Early Warning System
yang sebelumnya telah ada (Lampiran 3) karena belum berbasis aplikasi kemudian
sistem tersebut dikembangkan menjadi Tsu-Riction. Sistem ini memiliki cara kerja
yaitu semua data yang di transfer melalui ke pusat kemudian peringatan akan
ancaman tsunami dikirimkan menuju aplikasi dan togor peringatan dini (Lampiran
4) di Wilayah Pesisir Kabupaten Bantul (Lauterjung, Munch, & Rudloff, 2010).
Saat pemicu terjadinya tsunami dideteksi oleh sensor tsunami (sensor dipasang
dengan bekerjasama dengan BMKG dan BNPB), sinyal atau data yang diterima
oleh sensor kemudian dikirimkan melalui media satelit komunikasi dan kemudian
dipancarkan kembali menuju satelit pemancar di bumi kemudian sinyal
dipancarkan menuju Tsu-Riction sehingga fitur detector memiliki data akurat
mengenai informasi potensi tsunami dan kemudian menotifikasi alarm bahaya pada
smartphone (berbunyi) dan Togor Peringatan dini (Lampiran 5) yang telah
dilengkapi dengan sirine bahaya tsunami juga memberikan peringatan kepada
masyarakat sekitar yang berada di Wilayah Pesisir Kabupaten Bantul Yogyakarta.
19
BAB IV
SIMPULAN DAN REKOMENDASI
4.1. Simpulan
Risiko tsunami di Wilayah Pesisir Kabupaten Bantul Yogyakarta dapat
dilakukan melalui analisis risiko bencana. Tingkat risiko tsunami di Wilayah Pesisir
Kabupaten Bantul Yogyakarta dianalisis melalui peta bahaya ancaman tsunami (
menunjukkan kawasan ancaman level 1 dan 2), peta kerentanan tsunami (yang
menunjukkan bahwa wilayah ini sangat rentan terhadap tsunami) dan indeks
kapasitas masyarakat terkait peringatan dini yang dianggap kurang sehingga
didapat bahwa wilayah ini sangat berisiko terhadap bencana tsunami. Hasil dari
evaluasi cara mengurangi risiko bencana tsunami di Wilayah Pesisir Kabupaten
Bantul Yogyakarta adalah siaga waspada terhadap ancaman tsunami. Hal yang
dapat dilakukan untuk mengurangi risiko tsunami dengan menguatkan kapasitas
pengetahuan terhadap bencana dan mitigasi dengan memanfaatkan aplikasi
berbasis android yang telah dibuat yaitu Tsu-Riction. Mengurangi risiko bencana
tsunami dapat memanfaat Tsu-Riction dengan lima fitur andalannya yaitu lokasi
aman, jalur evakuasi, panggilan darurat, detektor dan Tsu-RiskEdu dapat
menguatkan kapasitas masyarakat dalam menghadapi bencana, baik sebelum, saat
dan sesudah terjadi bencana sehingga mengurangi risiko bencana.
4.2. Rekomendasi
Pada masa mendatang diharapkan Tsu-Riction, aplikasi penguat kapasitas
masyarakat agar dapat terimplementasikan dengan baik dan berkelanjutan
diperlukan kerjasama semua pihak dan pendampingan yang dilakukan oleh instansi
pemerintah serta lembaga tanggap darurat bencana seperti SAR, BMKG, BNPB,
dan BPBD.
Untuk gagasan saat ini Tsu-Riction hanya bisa diterapkan di Wilayah Pesisir
Kabupaten Bantul, untuk selanjutnya diharapkan sistem seperti ini dapat diterapkan
di seluruh pantai di Indonesia. Diperlukannya sosialisasi terhadap penggunaan
aplikasi Tsu-Riction dalam penguatan kapasitas masyarakat sehingga masyarakat
dapat menggunakannya untuk pengurangan risiko bencana tsunami yang
berkelanjutan.
20
DAFTAR PUSTAKA
BMKG. (2012). Apa itu tsunami? Di akses pada Februari 11, 2019, dari Badan
Meteorologi Klimatologi dan Geofisika:
http://inatews.bmkg.go.id/tentang_tsunami
BNPB. (2019). Bencana Indonesia 2018. Indonesia: Badan Nasional
Penanggulangan Bencana.
BPS. (2016). Statistik Indonesia 2016. Jakarta: Badan Pusat Statistika
Giachetti, T., Paris, R., Kelfoun, K., & Ontowirjo, B. (2012). Tsunami hazard
related to a flank collapse of Anak Krakatau Volcano, Sunda Strait,
Indonesia. Geological Society, London, Special Publications, 79 - 90.
GTZIS. (2010). Ringkasan Proses Kerja dan Capaian Kegiatan Proyek
Peningkatan Kapasitas Masyarakat (Jan 2007 – Apr 2010). Di akses pada
Februari 13, 2019, dari GITEWS: http://www.gitews.org/tsunami-
kit/en/E6/further_resources/
Handoyo, G., Putro, A. A., & Subardjo, P. (2017). Peta Kerawanan Tsunami Serta
Rancangan Jalur Evakuasi Di Pantai Desa Parangtritis Kecamatan Kretek
Kabupaten Bantul DIY. Jurnal Kelautan, 136 - 146.
Hardjono, I. (2006). Hirarki Gempa Bumi dan Tsunami (Aceh, Nias, Bantul,
Pangandaran, dan Selat Sunda) . Forum Geografi, 135 - 141.
Ilyas, T. (2006). Mitigasi Gempa dan Tsunami di Daerah Perkotaan. Seminar
Bidang Kerekayasaan Fatek-Unsrat, 1 - 23.
ISDR. (2004). Living with Risk: A Global Review of Disaster Reduction Initiatives.
Geneva: UNISDR.
Istiyanto, S. B. (2009). Model Terpadu Pemulihan Ekonomi Masyarakat Kawasan
Obyek Wisata Pantai Pasca Bencana. Jurnal IKomunikasi Unsoed, 1 - 16.
Lauterjung, J., Munch, U., & Rudloff, A. (2010). The challenge of installing a
tsunami early warning system in the vicinity of the Sunda Arc, Indonesia.
Nat. Hazards Earth Syst. Sci, 641 – 646.
Marfai, M. A. (2013). Tipologi, Dinamika, dan Potensi Bencana di Pesisir Kawasan
Karst Kabupaten Gunungkidul. Forum Geografi, 115 - 162.
Mustafa, M. A., & Yudhicara. (2007). Karakteristik Pantai dan Resiko Tsunami di
Kawasan Pantai Selatan Yogyakarta. Jurnal Geologi Kelautan, 159 - 167.
21
Nisak, C. (2012). Identifikasi Potensi Pantai untuk Pengembangan Pariwisata
Pantai di Kabupaten Bantul Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Jurnal
Publikasi Ilmiah, 1 - 14.
National Geography. (2013). Terbaru: Panjang Garis Pantai Indonesia Capai
99.000 Kilometer. Diakses pada 11 Februari 2019 dari
http://nationalgeographic.co.id/berita/2013/10/terbaru-panjang-garis-
pantai-indonesia-capai-99000-kilometer.
Nugraha, J., Nugraheni, F., & Kurniawan, I. N. (2016). Model Kapasitas
Masyarakat Dalam Menghadapi Bencana Menggunakan Analisis Regresi
Logistik Ordinal. Jurnal Ilmu - Ilmu MIPA, 17 - 26.
Nugroho, R. A., & Pamungkas, A. (2016). Tingkat Manajemen Risiko Bencana
Tsunami Berbasis Masyarakat di RW. 08 Kelurahan Ploso Kabupaten
Pacitan . Jurnal Teknik ITS, 88 - 92.
PBB. (2017). Progress of Goal 11. Di akses pada Februari 09, 2019, dari
Sustainable Development Goal's 2030:
https://sustainabledevelopment.un.org/sdg11
PBB. (2017). Progress of Goal 13. Di akses pada Februari 09, 2019, dari
Sustainable Development Goal's 2030:
https://sustainabledevelopment.un.org/sdg13
Peraturan Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana No 4 Tahun 2008
Peraturan Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana No. 02 Tahun 2012
Pramono, H. (2007). Fisiografis Parangtritis dan Sekitarnya. Geomedia, 65 - 78.
Prihananto, F. G., & Muta’ali, L. (2013). Kapasitas Masyarakat dalam Upaya
Pengurangan Risiko Bencana Berbasis Komunitas (Prbbk) di Desa
Wonolelo Kecamatan Pleret Kabupaten Bantul. Jurnal Bumi Indonesia.
Rahmawan, S. H., Ibrahim, G., Mustofa, M. A., & Ahmad, M. (2012). Studi Potensi
Bahaya Tsunami di Selatan Jawa. Program Studi Meteorologi Institut
Teknologi Bandung, 1 - 10.
Sinambela, C., Pratikto, I., & Subardjo, P. (2014). Pemetaan Kerentanan Bencana
Tsunami di Pesisir Kecamatan Kretek Menggunakan Sistem Informasi
Geografi, Kabupaten Bantul DIY. Journal Of Marine Research , 415-419
22
Sitorus, P. B. (2018). Budaya Kerentanan dan Kapasitas Masyarakat Kepulauan
Mentawai Menghadapi Bencana Gempa Bumi dan Tsunami . Jurnal Vokasi
Indonesia. , 25 - 32.
Suantika, G., Putranto, E., Yudhicara, & Solikhin, A. (2006). Laporan Tanggap
Darurat Gempabumi Selatan Jawa Barat 17 Juli 2006. Laporan Intern Pusat
Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi.
Susmayadi, I. M., Kanagae, H., Adiyoso, W., & Suryanti, E. D. (2014). Sustainable
disaster risk reduction through effective risk communication media in
Parangtritis tourism area, Yogyakarta. Procedia Environmental Sciences
20, 684-692.
TribunJogja.com. (2018, Oktober 4). Download Peta Kawasan Rawan Bencana
Tsunami di Kulon Progo - Bantul. Jogja.
Tyawati, A. W. (2016). Tourists’ Safety of Coastal Tourism Revisited a study at
Parangtritis Beach, District of Bantul, Yogyakarta Special Region . The 12th
Biennial Conference of Hospitality and Tourism Industry in Asia (ATF-16)
(pp. 131 - 137). Asia Tourism Forum 2016: Atlantis Press.
Undang Undang No. 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana
USGS. (2006). Real Time Earthquake and Focal Mechanism Solution for Java
Earthquake . Di akses pada Februari 13, 2019, dari U.S Geological Survey:
www.earthquake.usgs.gov
Wibowo, A. (2015). Kajian Simulasi Desain Rambu Informasi Keselamatan di
Tempat Wisata Pantai Parangtritis Berdasar Perilaku Budaya . Jurnal Itenas
Rekarupa, 1 - 12.
Wibowo, T. W., Putri, E. A., & Loekman, H. Y. (2015). Evaluasi Multi-Kriteria
Keruangan untuk Pemetaan Kerentanan terhadap Bahaya Tsunami di Pesisir
Kabupaten Bantul. Seminar Nasional Geografi UMS (pp. 343 - 355).
Surakarta: ISSN: 2460-0474.
Zakky. (2017). Pengaruh Letak Geologis Indonesia Beserta Keuntungan dan
Akibatnya. Di akses pada Januari 25, 2019, dari Zona Referensi.Com:
https://www.zonareferensi.com/pengaruh-letak-geologis-indonesia/
23
LAMPIRAN
Lampiran 1. Interface Aplikasi Tsu-Riction (Fitur Aplikasi)
24
e. Fitur : Panggilan Darurat f. Fitur: Detektor
25
Lampiran 2. Alur Pemrograman Tsu-Riction
26
Lampiran 3. Sistem Peringatan Dini Tsunami (Early Warning System)
yang telah ada sebelumya
27
Lampiran 4. Sistem Kerja Tsu-Riction sebagai Early Warning System atau
Peringatan Dini Tsunami
28
Lampiran 5. Peta Sebaran Togor Peringatan Dini Tsunami Kabupaten
Bantul
29