Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH TENTANG BENCANA TANAH LONGSOR

Disusun untuk memehuni tugas mata kuliah Keperawatan GADAR & Manajemen Bencana

Dosen Pengampu: Ns. Destia Widyarani, S.Kep M.Kes

DISUSUN OLEH :

PRASETYO NUR ROHIM (19037140039)

SHERLI AMELIA O.F (19037140050)

SITI NUR HARITSAH (19037140052)

PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN

UNIVERSITAS BONDOWOSO

2021
KATA PENGANTAR

Dengan memanjatkan puji syukur atas kehadirat Allah SWT, dengan limpahan

Rahmat serta Hidayah-Nya semata, kami susun tugas kuliah Makalah manajemen Bencana

"TANAH LONGSOR ” ini dapat diselesaikan dengan baik. Tugas ini disusun untuk

memenuhi mata kuliah Komunikasi dalam Program Studi DIII Keperawatan Universitas

Bondowoso. Oleh karena itu kami sebagai penyusun ingin mengucapkan terima kasih kepada

Ibu Ns. Destia Widyarani, S.Kep M.Kes sebagai dosen pengampu mata kuliah Keperawatan

GADAR & Manajemen Bencana Studi DIII Keperawatan Universitas Bondowoso.

Semoga segala ilmu yang telah di berikan kepada penyusun mendapatkan balasan dari

Allah SWT, serta penyusun juga meminta kritik dan saran atas perbaikan makalah ini, jika

dengan membuat makalah ini banyak salah kata penyusun mohon maaf atas kesalahannya.

TerimaKasih.

Bondowoso, 6 September 2021

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................... i

DAFTAR ISI .................................................................................................. ii

BAB I PENDAHULUAN ............................................................................... 5

1.1 latar belakan ....................................................................................... 5


1.2 rumusan masalah................................................................................. 6
1.3 tujuan .................................................................................................. 6

BAB II LANDASAN TEORI ....................................................................... 7

2.1 Pengertian tanah longsor ....................................................................... 7


2.2 Jenis-jenis tanah longsor ....................................................................... 7
2.3 Penyebab tanah longsor ......................................................................... 8
2.4 Tanda dan Gejala Tanah Longsor ........................................................ 9
2.5 Dampak Bencana Tanah Longsor Bagi Kehidupan dan Lingkungan ... 10

BAB III PEMBAHASA ................................................................................ 12

3.1 Pencegahan .......................................................................................... 12

3.2 Mitigasi ................................................................................................. 12

3.3 Kesiapsiagaan ....................................................................................... 13

3.4 Peringatan dini ....................................................................................... 13

3.5 Tanggap darurat .................................................................................... 14

3.6 Bantuan darurat ..................................................................................... 14

3.7 Pemulihan .............................................................................................. 15

3.8 Rehabilitasi ........................................................................................... 15

3.9 Rekontruksi ........................................................................................... 15

BAB IV PENUTUP ....................................................................................... 16

4.1 Kesimpulan ........................................................................................... 16


4.2 Saran ..................................................................................................... 16

DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 17


BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Indonesia merupakan wilayah yang rawan terhadap berbagai jenis bencana baik yang
disebabkan oleh alam, non-alam, maupun yang disebabkan oleh manusia. Setiap wilayah
yang ada dibumi tidak akan pernah lepas dari potensi bencana alam seperti gempa, tsunami,
tanah longsor, banjir, angin puting beliung, atau letusan gunung berapi. Bencana yang terjadi
sering mengakibatkan kerugian material yang cukup besar dan juga sering meminta korban
jiwa. Serta menimbulkan kerusakan sarana dan prasarana lainnya seperti perumahan,
perindustrian, dan juga lahan perekonomian masyarakat. Selama tahun 2015 telah terjadi
1.681 kejadian bencana yang menyebabkan 259 orang tewas, 1,23 juta orang mengungsi,
25.12 unit rusak (5.180 rusak berat, 3.760 rusak sedang, 16.252 rusak ringan), 498 unit
fasilitas umum rusak. Bencana banjir, longsor dan puting beliung masih tetap mendominasi
bencana.

Indonesia yang sebagian wilayahnya memiliki topografi berupa pegunungan dengan


derajat kemiringan yang tinggi menyebabkan bencana tanah longsor menjadi bencana yang
sering terjadi di Indonesia. Dari data yang diperoleh dari BNPB tahun 2015 menunjukkan
bahwa terdapat 501 kejadian tanah longsor di seluruh Indonesia. Kejadian ini mengakibatkan
hilang dan meninggalnya 157 orang serta 25.924 korban menderita dan mengungsi.
Adapunkerusakan yang diakibatkan oleh bencana longsor meliputi 508 rumah rusak berat,
299 rumah rusak sedang, 636 rumah rusak ringan, dan 286 rumah terkubur

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa pengertian tanah longsor?
2. Apa saja jenis-jenis tanah longsor?
3. Apa penyebab tanah longsor?
4. Apa saja Tanda dan Gejala Tanah Longsor ?
5. Apa saja Dampak Bencana Tanah Longsor Bagi Kehidupan dan Lingkungan?
6. Bagaimana mitigasi bencana tanah longsor?
1.3 Tujuan
1. Agar mengetahui pengertian tanah longsor
2. Agar mengetahui jenis-jenis tanah longsor
3. Agar mengetahui penyebab tanah longsor
4. Agar mengetahui tanda dan gejala tanah longsor
5. Agar mengetahui Dampak Bencana Tanah Longsor Bagi Kehidupan dan
Lingkungan
6. Agar mengetahui mitigasi bencana tanah longsor
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi Bencana Tanah Longsor

Bencana adalah peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam dan


mengganggu kehidupan dan penghidupan masyarakat yang disebabkan, baik oleh faktor alam
dan/atau faktor nonalam maupun faktor manusia sehingga mengakibatkan timbulnya korban
jiwa manusia, kerusakan lingkungan, kerugian harta benda, dan dampak psikologis (UU RI
No. 24 Tahun 2007).

Tanah longsor adalah pergerakan material berupa batuan atau tanah melalui
permukaan bidang miring yang disebut lereng. Batuan atau tanah mengalami longsoran
menuruni tebing searah dengan kemiringan lereng (Supriyono, 2014).

Tanah longsor secara umum adalah perpindahan material pembentuk lereng berupa
batuan, bahan rombakan, tanah, atau material laporan, bergerak ke bawah atau keluar lereng.
Secara geologi tanah longsor adalah suatu peristiwa geologi dimana terjadi pergerakan tanah
seperti jatuhnya bebatuan atau gumpalan besar tanah (Nandi, 2007).

Tanah longsor menghasilkan pergerakan kebawah maupun kesamping dari lereng


alam maupun buatan yang memiliki kandungan material tanah, batu, tanah timbunan buatan
atau gabungan dari tanah dan batu. Secara teknis dapat dikatakan longsoran terjadi jika
kondisi lereng yang stabil berubah menjadi tidak stabil. Ketidakstabilan terjadi karena gaya
pendorong pada lereng lebih besar dari gaya penahan. Gaya pendorong diakibatkan oleh
besarnya sudut kemiringan lereng, air, beban yang membebani tanah diatasnya serta berat
jenis tanah batuan. Sedangkan penyebab gaya penahan adalah kekuatan batuan dan
kepadatan tanah (Ilyas, 2011).

2.2 Jenis-jenis Tanah Longsor

Menurut Departemen ESDM (2005), ada enam jenis tanah longsor, yakni: longsoran
translasi, longsoran rotasi, pergerakan blok, runtuhan batu, rayapan tanah, dan aliran bahan
rombakan. Jenis longsoran translasi dan rotasi paling banyak terjadi di Indonesia. Sedangkan
longsoran yang paling banyak memakan korban jiwa manusia adalah aliran bahan rombakan..

a) Longsoran translasi adalah bergeraknya massa tanah dan batuan pada bidang gelincir
berbentuk rata atau menggelombang landai.
b) Longsoran rotasi adalah bergeraknya massa tanah dan batuan pada bidang gelincir
berbentuk cekung.
c) Pergerakan blok adalah perpindahan batuan yang bergerak pada bidang gelincir
berbentuk rata. Longsoran ini disebut juga longsoran translasi blok batu.
d) Runtuhan batu terjadi ketika sejumlah besar batuan atau material lain bergerak ke
bawah dengan cara jatuh bebas. Umumnya terjadi pada lereng yang terjal hingga
menggantung terutama di daerah pantai. Batu-batu besar yang jatuh dapat
menyebabkan kerusakan yang parah.
e) Aliran bahan rombakan yaitu jenis tanah longsor yang terjadi ketika massa tanah
bergerak didorong oleh air. Kecepatan aliran tergantung pada kemiringan lereng,
volume dan tekanan air, dan jenis materialnya. Gerakannya terjadi di sepanjang
lembah dan mampu mencapai ratusan meter jauhnya. Dibeberapa tempat bisa sampai
ribuan meter seperti di daerah aliran sungai disekitar gunung api.

2.3 Penyebab Terjadinya Tanah Longsor

Peristiwa tanah longsor disebabkan oleh dua faktor, yaitu faktor pedorong dan faktor
pemicu. Faktor pendorong merupakan faktor-faktor yang mempengaruhi kondisi material
baik berupa baik berupa tanah maupun batuan. Faktor pemicu merupakan faktor-faktor yang
menyebabkan bergeraknya material baik berupa tanah maupun batuan (Supriyono, 2014).
Menurut Nandi (2007) penyebab terjadinya tanah longsor yaitu:

a. Curah hujan
Ancaman tanah longsor biasanya dimulai pada bulan November karena meningkatnya
intensitas curah hujan. Musim kering yang panjang akan menyebabkan terjadinya
penguapan air di permukaan tanah dalam jumlah besar. Hal itu mengakibatkan
munculnya pori-pori atau rongga tanah hingga terjadi retakan dan merekahnya tanah
permukaan. Ketika hujan, air akan menyusup kebagian yang retak sehingga tanah
dengan cepat mengembang kembali. Pada awal musim hujan, intensitas hujan yang
tinggi biasanya sering terjadi, sehingga kandungan air pada tanah menjadi jenuh
dalam waktu yang singkat. Hujan lebat pada awal musim dapat menimbulkan longsor
karena melalui tanah yang merekah air akan masuk dan terakumulasi dibagian dasar
lereng, sehingga menimbulkan gerakan lateral. Bila ada pepohonan dipermukaannya,
tanah longsor dapat dicegah karena air akan diserap oleh tumbuhan. Akar tumbuhan
juga akan berfungsi mengikat tanah.
b. Kemiringan lereng
Lereng atau tebing yang terjal akan memperbesar gaya pendorong.Lereng yang terjal
terbentuk karena pengikisan air sungai, mata air, air laut, dan anginKebanyakan sudut
lereng yang menyebabkan longsor adalah lebih dari 20 derajat apabila ujung
lerengnya terjal dan bidang longsorannya mendatar.
c. Kondisi tanah
Kondisi tanah yang semakin tebal dan kurang padat akan semakin rentan terhadap
tanah longsor. Jenis tanah yang kurang padat seperti tanah lempung atau tanah liat
dengan ketebalan lebih dari 2,5 meter dari sudut lereng lebih dari 20 derajat memiliki
potensi untuk terjadinya tanah longsor terutama bila terjadi hujan. Selain itu tanah ini
sangat rentan terhadap pergerakan tanah karena menjadi lembek terkena air dan pecah
ketika hawa terlalu panas.
d. Getaran
Getaran yang terjadi biasanya diakibatkan oleh gempa bumi, ledakan, getaran mesin,
dan getaran lalu lintas kendaraan akan mempengaruhi kestabilan lereng. Getaran pada
permukaan bumi yang cukup keras dapat menyebabkan terjadinya tanah longsor.
e. Aktivitas manusia
Aktivitas manusia yang berdampak memperbesar terjadinya tanah longsor seperti
penggundulan hutan, pemotongan tebing, sistem drainase yang kurang, kegiatan
industri dan kegiatan konstruksi.

2.4 Tanda dan Gejala Tanah Longsor

Sebelum terjadi tanah longsor biasanya disertai dengan tanda-tanda awal yang
mendahuluinya. Tanda-tanda awal terjadinya tanah longsor menurut Supriyono (2014) antara
lain sebagai berikut:

a. Munculnya retakan-retakan di lereng yang sejajar dengan arah tebing setelah


hujan turun.
b. Air sungai dan air sumur muncul kepermukaan dan berwarna keruh.
c. Dipermukaan tanah muncul mata air baru secara tiba-tiba.
d. Kondisi tebing rapuh dan kerikil mulai berjatuhan.
e. Disekitar lereng pohon-pohon, tiang-tiang dan rumah-rumah mulai tampak miring.
f. Terjadi perubahan bentuk bangunan rumah, sehingga jendela dan pintu sulit
dibuka.
g. Terdengar suara gemuruh dari atas lereng disertai dengan getaran pada permukaan
tanah.
h. Terjadi runtuhan bagian-bagian dari massa tanah atau batuan dalam jumlah besar.

2.5 Dampak Bencana Tanah Longsor Bagi Kehidupan dan Lingkungan

Banyak dampak yang ditimbulkan akibat terjadinya tanah longsor baik dampak
terhadap kehidupan manusia, hewan dan tumbuhan maupun dampaknya terhadap
keseimbangan lingkungan. Menurut Nandi (2007) dampak yang ditimbulkan akibat bencana
tanah longsor meliputi:

a. Dampak terhadap kehidupan


Terjadinya bencana tanah longsor memiliki dampak yang sangat besar terhadap
kehidupan, khususnya manusia. Bila tanah longsor itu terjadi pada wilayah yang
memiliki kepadatan penduduk yang tinggi, maka korban jiwa yang
ditimbulkannya akan sangat besar, terutama bencana tanah longsor yang terjadi
secara tiba-tiba tanpa diawali adanya tanda-tanda akan terjadinya tanah longsor.
Adapun dampak yang ditimbulkan dengan terjadinya tanah longsor terhadap
kehidupan adalah sebagai berikut:
1) Bencana longsor banyak menelan korban jiwa.
2) Terjadinya kerusakan infrastruktur publik seperti jalan, jembatan dan
sebagainya.
3) Kerusakan bangunan-bangunan seperti gedung perkantoran dan perumahan
penduduk serta sarana peribadatan.
4) Menyebabkan kerugian secara ekonomi, serta meninggalkan dampak secara
sosial psikologi bagi masyarakat.

b. Dampak terhadap lingkungan

Dampak yang ditimbulkan terhadap lingkungan akibat terjadinya tanah longsor adalah
sebagai berikut:

1) Terjadinya kerusakan lahan dan hilangnya vegetasi penutup lahan.

2) Terganggunya keseimbangan ekosistem.

3) Lahan menjadi kritis sehingga cadangan air bawah tanah menipis.


4) Terjadinya tanah longsor dapat menutup lahan yang lain seperti sawah, kebun dan
lahan produktif lainnya.
BAB III

MENEJEMEN BENCANA

3.1 PENCEGAHAN TANAH LONGSOR

Sebagaimana yang telah diterangkan dalam Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2007


Tentang Penanggulangan Bencana, manajemen bencana alam terbagi dalam tiga tahapan
yaitu, pra bencana, saat bencana, dan pasca bencana.

Pencegahan (prevention) Dalam tahap ini dilakukan untuk mengurai ataupun


meniadakan bahaya bencana alam. Misalnya dengan pelarangan pembakaran hutan dalam,
melakukan penanaman di hutan yang gundul, dan melarang melakukan pembuangan sampah
sembarangan.

3.2 Mitigasi Bencana Longsor

Mitigasi merupakan suatu rangkaian usaha mengurangi kerugian bencana, baik dengan
pembangunan fisik ataupun penyadaran dan peningkatan kemampuan menghadapi ancaman
bencana. Kegiatan mitigasi dapat dilaksanakan dengan melakukan penataan ruang,
pengaturan pembangunan, pembangunan infrastruktur, tata bangunan, dan penyelenggaraan
pendidikan, penyuluhan, dan pelatihan baik secara konvensional maupun modern (UU
Nomor 24 Tahun 2007 Pasal 47 ayat 2 tentang Penanggulangan Bencana

Mitigasi bencana longsor sebagai berikut :

1. Menghindari pembangunan pemukiman di daerah dibawah lereng yang rawan terjadi


tanah longsor.

2. Mengurangi tingkat keterjangan lereng dengan pengolahan lahan terasering di


kawasan lereng

3. Menjaga drainese lereng yang baik untuk menghindarkan air mengalir dari dalam
lereng keluar lereng

4. Pembuatan bangunan penahan supaya tidak terjadi pergerakan tanah penyebab


longsor
5. Penanaman pohon yang mempunyai perakaran yang dalam dan jarak tanam yang
tidak terlalu rapat diantaranya di seling-selingi tanaman pendek yang bisa menjaga
drainase air.

6. Relokasi daerah rawan longsor, meskipun butuh dana besar ini adalah upaya penting
yang harus dilakukan pemerintah ketika ancaman bencana bisa merenggut nyawa dan
kerugian yang besar.

7. Warning system atau teknologi peringatan bencana longsor dengan menciptkan alat-
alat pendeteksi pergerakan tanah yang berisiko akan longsor di daerah-dareh longsor.
Peringatan sebelum longsor bisa dilakukan kepada warga untuk melakukan tindakan
mitigasi bencana.

3.3 Kesiapsiagaan Bencana Tanah Longsor

Tanah longsor termasuk jenis bencana alam yang sifat kejadiannya berulang atau rutin
terjadi sehingga bencana ini sulit untuk dihindari. Peristiwa tanah 17 longsor yang terjadi
menegaskan untuk selalu siaga dalam menghadapi bencana tersebut. Kesiapsiagaan tanah
longsor adalah serangkaian tindakan yang dilakukan untuk mengantisipasi bencana tanah
longsor melalui sikap dan tindakan yang tepat. Kesiapsiagaan diri, keluarga, sekolah, dan
masyarakat akan sangat berguna untuk mengurangi dampak bencana tanah longsor baik
kerugian harta benda maupun korban jiwa (Supriyono, 2014).

Tindakan kesiapsiagaan tanah longsor yang dapat dilakukan meliputi:

1) Sebelum terjadi tanah longsor

a) Melakukan pendidikan dan latihan mitigasi bencana tanah longsor.


b) Mencatat nomor-nomor telepon penting seperti nomor telepon semua anggota
keluarga, rumah sakit, kantor polisi, pemadam kebakaran dan lembaga kebencanaan.
c) Membuat deteksi dini bahaya tanah longsor dengan cara mengamati tingkat curah
hujan dan memeriksa stabilitas lereng secara berkala.
d) Mewaspadai tanda dan gejala tanah longsor dan bahaya yang menyertai tanah longsor
yaitu banjir, aliran material, dan kebakaran.
2) Saat terjadi bencana tanah longsor
a) Segera menghubungi aparat pemerintah atau petugas yang berwenang untuk
melakukan penanggulangan bencana tanah longsor.
b) Segera keluar rumah atau gedung dan berlindung ditempat yang aman.
c) Jika tidak memungkinkan keluar dari rumah, lingkarkan tangan dan tubuh seperti bola
untuk melindungi kepala agar tidak tertimpa atap.
d) Melakukan tindakan tanggap darurat seperti memberi pertolongan, evakuasi dan
mendengarkan informasi.
3.4 Peringatan Dini Tanah Longsor

Upaya untuk memberikan tanda peringatan pada masyarakat bahwa bencana


kemungkinan akan segera terjadi. Pemberian peringatan dini harus Menjangkau masyarakat
(accesible), Segera (immediate), Tegas tidak membingungkan (coherent), Bersifat resmi
(official).

3.5 Tanggapan Darurat tanah longsor

Tanggap darurat ialah suatu rangkaian kegiatan yang dilaksanakan segera sesaat
setelah kejadian bencana terjadi guna menangani dampak buruk yang muncul. Tanggap
darurat mencakup kegiatan penyelamatan dan evakuasi korban, harta benda, pemenuhan
kebutuhan dasar, perlindungan, pengurusan pengungsi, penyelamatan, serta pemulihan
prasarana dan sarana. Tindakan-tindakan yang dilakukan pada tahap tanggap darurat
diantaranya yaitu, pengkajian yang tepat terhadap lokasi, kerusakan, dan sumberdaya
penentuan status keadaan darurat bencana penyelamatan dan evakuasi masyarakat terkena
bencana pemenuhan kebutuhan dasar perlindungan terhadap kelompok rentan dan pemulihan
dengan segera prasarana dan sarana vital (UU Nomor 24 Tahun 2007). Saat terjadi bencana
OPRBlah yang pertama kali bergerak karena didalamnya sudah dibagi dalam beberapa
bidang jadi penanganan saat bencana lebih cepat dan terfokus.

3.6 Bantuan Darurat tanah longsor

Bantuan darurat dilakukan untuk memberikan bantuan yang berkaitan dengan


pemenuhan kebutuhan dasar dan sifatnya sementara berupa pangan, sandang, tempat tinggal
sementara, kesehatan, sanitasi dan air bersih. BPBD dan dinas terkait bekerjasama dalam
memberikan bantuan misalnya pembangunan jembatan sementara yang sifatnya darurat dan
tidak bertahan lama. Selain itu, BPBD juga melakukan pembangunan rumah untuk korban
longsor yang dapat ditempati paling tidak selama 2 tahun sebelum nantinya dibangun rumah
permanen.

3.7 Pemulihan tanah longsor

Pemulihan yaitu serangkaian kegiatan yang bertujuan mengembalikan kondisi bagi


masyarakat dan lingkungan hidup terdampak bencana melalui cara memfungsikan kembali
kelembagaan, prasarana, dan sarana dengan melakukan upaya rehabilitasi. Kegiatan-kegiatan
yang berkaitan dengan pemulihan yaitu, perbaikan lingkungan daerah bencana perbaikan
prasarana dan sarana umum pemberian bantuan perbaikan rumah masyarakat pemulihan
sosial psikologis pelayanan kesehatan rekonsiliasi dan resolusi konflik pemulihan sosial
ekonomi budaya serta pemulihan fungsi pelayanan publik.

3.8 Rehabilitasi tanah longsor

Dalam rehabilitasi upaya yang dapat dilakukan adalah melakukan perbaikan dan
pemulihan terhadap segala aspek pelayanan publik atau masyarakat hingga tingkat yang
memadai pada wilayah pasca bencana dengan target utama untuk menormalisasi segala aspek
pemerintahan dan kehidupan masyarakat di wilayah terdampak pasca bencana. Rehabilitasi
diwujudkan melalui kegiatan perbaikan lingkungan di daerah bencana; perbaikan prasarana
dan sarana umum; pemberian bantuan perbaikan rumah masyarakat; pemulihan sosial
psikologis pelayanan kesehatan; rekonsiliasi dan resolusi konflik pemulihan sosial ekonomi
budaya pemulihan keamanan dan ketertiban; pemulihan fungsi pemerintahan serta pemulihan
fungsi pelayanan publik

3.9 Rekontruksi

Rekonstruksi merupakan kegiatan untuk merumuskan kebijakan, usaha dan langkah-


langkah konkrit yang terencana dengan baik, konsisten serta berkelanjutan dalam kembali
membangun secara permanen semua prasarana, sarana dan sistem kelembagaan, baik pada
tingkat pemerintahan maupun masyarakat. Sasaran utama tumbuh berkembangnya kegiatan
perekonomian, sosial dan budaya, tegaknya hukum dan ketertiban, serta bangkitnya peran
dan partisipasi masyarakat sipil di dalam aspekaspek kehidupan bermasyarakat di wilayah
pasca bencana. Ruang lingkup dari rekonstruksi meliputi atas program rekonstruksi fisik dan
program rekonstruksi non-fisik
BAB IV

PENUTUP

4.1 KESIMPULAN

Tanah longsor secara umum adalah perpindahan material pembentuk lereng berupa
batuan, bahan rombakan, tanah, atau material laporan, bergerak ke bawah atau keluar lereng.
Secara geologi tanah longsor adalah suatu peristiwa geologi dimana terjadi pergerakan tanah
seperti jatuhnya bebatuan atau gumpalan besar tanah (Nandi, 2007).

Adapun jenis-jenis tanah longsor Longsoran translasi, Longsoran rotasi, Pergerakan


blok, Runtuhan batu, Aliran bahan rombakan

4.2 SARAN

Bencana bisa terjadi kapan saja dan dimana saja, namun kita harus mengetahui jenis-

jenis bencana, sebab-sebab yang menimbulkan bencana dan akibat-akibat yang

ditimbulkannya. Peran serta masyarakat sangat dibutuhkan dalam penyelamatan dan

pelestarian lingkungan, karena sebagian bencana yang terjadi diakibatkan oleh kerusakan

lingkungan.
DAFTAR PUSTAKA

A.W. Coburn, dkk. 1994. Mitigasi Bencana Edisi 2.UNDP.


Bevaola Kusumasari, 2014, Manajemen bencana dan kapabilitas Pemerintah Lokal, Yogyakarta

http://repository.poltekkes-denpasar.ac.id/1354/3/BAB%20II.pdf

Anda mungkin juga menyukai