Anda di halaman 1dari 24

MAKALAH MANAJEMEN BENCANA

TANAH LONGSOR

OLEH

KELOMPOK 2

NAMA KELOMPOK :

GLORIA SULU 17061076

LYDIA LINTONG 17061170

GLORIA MAMONTO 17061075

MEIS MANGERONGKONDA 17061053

LINDA SONDAKH 17061074

FEIBY MANTIARA 17061129

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS KATOLIK DE LA SALLE MANADO
2020

1
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI..............................................................................................................................2
BAB I.........................................................................................................................................3
PENDAHULUAN......................................................................................................................3
A. Latar Belakang................................................................................................................3
B. Tujuan Penulisan.............................................................................................................3
BAB II........................................................................................................................................4
TINJAUAN TEORI...................................................................................................................4
A. Konsep.............................................................................................................................4
B. Upaya Penanggulangan.................................................................................................11
C. Konsep Pre Hospital......................................................................................................14
D. Konsep Tanggap Darurat Saat Terjadi bencana............................................................16
E. Manajemen Bencana.....................................................................................................16
F. Konsep upaya pemulihan paska bencana......................................................................21
BAB III.....................................................................................................................................23
PENUTUP................................................................................................................................23
Daftar Pustaka..........................................................................................................................24

2
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Indonesia memiliki kondisi geografis, geologis, hidrologis dan demografis yang
memungkinkan terjadinya bencana, baik yang disebabkan oleh faktor alam, faktor non
alam maupun faktor manusia yang dapat menyebabkan timbulnya korban jiwa manusia,
kerusakan lingkungan, kerugian harta benda dan dampak psikologis sehingga dalam
keadaan tertentu dapat menghambat pembangunan nasional. Tanah longsor adalah suatu
bencana alam yang terjadi dimana adanya pergerakan tanah. penyebab utama tanah
longsor adalah gravitasi yang menarik tanah ke bawah. Penanganan darurat bencana pada
status darurat bencana yang dimulai status siaga darurat, tanggap daruratdan transisi
darurat ke pemulihan memerlukan rencana operasi. Pada situasi status siaga darurat,
dimana potensi terjadinya bencana makin meningkat, rencana operasi didasarkan kepada
asumsi, prediksi kejadian bencana dan skenario-skenario. Pada situasi bencana telah
terjadi (status tanggap darurat dan transisi darurat ke pemulihan) diperlukan rencana
operasi untuk penyelenggaraan tanggap darurat dalam rangka penyelamatan, pertolongan
dan evakuasi korban bencana, pemenuhan kebutuhan dasar dan penyediaan personil,
logistik dan peralatan penanganan Darurat.

B. Tujuan Penulisan
1. Tujuan umum
a. Memberikan pengetahuan dasar tentang manajemen bencana.
b. Memberikan pemahaman dasar tentang konsep penanggulangan bencana.
2. Tujuan Khusus
Mampu memahami dan mempelajari :
a. Konsep bencana tanah longsor
b. Upaya penanggulangan bencana tanah longsor
c. Konsep Pre Hospital bencana tanah longsor
d. Konsep Tanggap Darurat Saat Terjadi bencana tanah longsor
e. Manajemen Bencana tanah longsor
f. Upaya pemulihan paska bencana tanah longsor

3
BAB II

TINJAUAN TEORI

A. Konsep
1. Pengertian
Bencana adalah peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam dan
mengganggu kehidupan dan penghidupan masyarakat yang disebabkan, baik oleh faktor
alam dan/atau faktor nonalam maupun faktor manusia sehingga mengakibatkan
timbulnya korban jiwa manusia, kerusakan lingkungan, kerugian harta benda, dan
dampak psikologis (UU RI No. 24 Tahun 2007).
Tanah longsor adalah pergerakan material berupa batuan atau tanah melalui
permukaan bidang miring yang disebut lereng. Batuan atau tanah mengalami longsoran
menuruni tebing searah dengan kemiringan lereng (Supriyono, 2014).
Pengertian tanah longsor itu sendiri adalah. perpindahan material pembentuk lereng
berupa batuan, bahan rombakan, tanah, atau material campuran tersebut, bergerak ke
bawah atau keluar lereng (SNI 13-7124-2005).

Secara geologi tanah longsor adalah suatu peristiwa geologi dimana terjadi pergerakan
tanah seperti jatuhnya bebatuan atau gumpalan besar tanah(Nandi, 2007).

Jadi tanah longsor adalah suatu bencana alam yang terjadi dimana adanya pergerakan
tanah.
2. Penyebab
Secara umum, terdapat dua faktor yang menyebabkan bisa terjadinya tanah longsor,
seperti faktor pendorong dan faktor pemicu. Tanah longsor sendiri merupakan sebutan
bagi pergerakan tanah akibat dari peristiwa geologi gerakan masa tanah bebatuan.

Faktor pendorong adalah faktor yang mempengaruhi suatu material, sehingga material
tersebut terdorong untuk bergerak.

Sedangkan pada faktor pemicu adalah faktor yang menyebabkan material tersebut
bergerak sehingga terjadilah tanah longsor. Namun penyebab utama tanah longsor adalah
gravitasi yang menarik tanah ke bawah. Selain itu, terdapat faktor lain yang
menyebabkan tanah longsor, seperti:

a. Tingginya Curah Hujan

4
Curah hujan yang tinggi merupakan salah satu penyebab terjadinya bencana longsor.
Ketika musim kemarau panjang, tanah akan kering dan membentuk pori-pori tanah
atau rongga tanah, kemudian selanjutnya terjadi keretakan pada tanah tersebut. Nah,
saat musim hujan datang, otomatis air hujan ini akan masuk ke dalam rongga tanah
atau pori-pori tanah yang terbuka tadi. Membuat air hujan akhirnya memenuhi
rongga, yang menyebabkan terjadinya pergeseran tanah. Akhirnya mengakibatkan
longsor dan erosi tanah.

b. Erosi Tanah

Erosi tanah merupakan salah satu penyebab tanah longsor yang paling sering terjadi.
Erosi ini bisa terjadi ketika ada aliran air yang deras menyerang tanah, sehingga
tanah bertambah curam. Aliran air ini bisa berupa gelombang air laut, air yang
berasal dari hujan atau badai, air bah, air sungai, dan lain sebagainya.

c. Lereng Tebing yang Terjal

Proses pembentukan lereng atau tebing terjal adalah lewatnya angin dan air di
sekitar lereng yang berdampak pada pengikisan lereng tersebut. Waspada jika di
sekitar tempat tinggal kamu terdapat tebing atau lereng terjal, karena rawan tanah
longsor.

d. Getaran

Getaran kecil yang disebabkan oleh lalu lintas kendaraan di sekitar lereng
perbukitan, akan secara tidak langsung mengakibatkan tanah menjadi longsor.
Tetapi berproses, pertama jalanan di lereng bukit ini perlahan akan mengalami
keretakan yang jika dibiarkan, lama-lama akan terjadi longsor. Sementara getaran
besar dapat langsung menyebabkan tanah longsor, antara lain diakibatkan oleh
bahan peledak atau gempa bumi.

e. Hutan Gundul

Kalau di kawasan tempat tinggal terdapat penebangan hutan secara liar, maka hal ini
akan memberikan dampak akibat hutan menjadi gundul, sehingga berdampak pada
terjadinya bencana longsor. Pentingnya pohon di daerah perbukitan khususnya
adalah untuk menyimpan air dan memperkuat struktur tanah. Ya, air yang berlimpah

5
akan disimpan terlebih dahulu di akar pohon, sehingga tanah akan tetap kokoh dan
tidak longsor.

f. Ada Lahan Pertanian di Lereng

Penataan lahan pertanian maupun perkebunan yang buruk, akan berdampak pada
timbulnya bencana longsor. Tanaman pertanian dan perkebunan memiliki akar yang
kecil dan tidak cukup kokoh untuk menjaga struktur tanah tetap kuat.

Pohon yang ditebang untuk membuka lahan perkebunan dan pertanian tanpa
mempertimbangkan efeknya. Pepohonan yang ditebang maka akan kehilangan
fungsinya untuk memperkuat tanah dan akarnya yang mampu menyerap air, juga
untuk menghindari penyebab pemanasan global sehingga ketika curah hujan sedang
tinggi. Maka hal ini memungkinkan untuk terjadi bencana tanah longsor maupun
banjir.

3. Klasifikasi
a. Menurut Swanston dan Swanson (1980) Longsor diklasifikasikan menjadi lima

No Jenis Deskripsi Pembentuk Penyebab


1. Jatuh Gerakan Pengangkata Pemindahan
(fals) udara: n atau daya
melambung, lereng, dukung,
memutar, curam, penjempit
menggelindin patahan dan
g, sangat batuan, pengumpil,
cepat kurangnya gempa
ketahanan kelebihan
vegetasi beban
2. Longso Material yang Zona massif Terlalu
r bergerak di atas zona curam,
(slide) tidak banyak lunak, penurunan
berubah adanya friksi
bentuk; lapisan dasar internal
bergerak yang kedap,
sepanjang buruknya
bidang sedimentasi,

6
luncur; atau sedimen
lambat-cepat yang tak
terkonsolida
si
3. Aliran Bergerak Bahan tak Penurunan
(flows) dalam bentuk terkonsilidas friksi
cairan i, perubahan internal
lumpur; permeabilita karena
lambat-cepat s sedimen kandungan
halus yang air
kedap pada
batuan dasar
4. Rayapa Gerakan Tingginya Goyangan
n lambat ke perubahan pohon,
(creep) arah lereng temperatur penjempit
bawah; harian, dan
berberapa perubahan pengumpil,
cm/tahun periode pemotongan
kering- tebing atau
hujan, siklus erosi jurang
kembang
kerut
5. Bandan Gerakan Saluran Debit aliran
g cepat dari air curam, tinggi, tanah
(debris, yang lapisan tipis jenuh air,
torrents bermuatan dari material sering
) tanah, batu yang tak ditandai oleh
dan material terkonsilidas longsor
organik di i di atas tanah/batu
saluran batuan induk penggundula
sungai di salam n hutan
saluran,
lapisan
partikel-

7
partikel liat
dari bidang
luncur jika
basah

b. Klasifikasi Tingkat Bahaya Longsor (Pembobotan Parameter)

Klasifikasi tingkat bahaya longsor dilakukan dengan cara menggabungkan dan


pembobotan parameter lereng, penggunaan lahan, erodibilitas tanah dan curah
hujan. Dengan metode yang digunakan adalah tumpang susun atau dikenal dengan
istilah overlay dari setiap parameter, maka perlu ada pemberian harkat, bobot, dan
skor/nilai total dari hasil kali harkat dan bobot pada setiap parameter. Klasifikasi
variabel lereng dan pembobotan masing-masing parameter mengacu pada indeks
panjang dan kemiringan lereng (indeks LS) dari Hammer (1980) yang digunakan
pula oleh Dirjen BRLKT Departemen Kehutanan dengan sedikit modifikasi. Batas
klaifikasi lereng tertinggi dalam Penelitian ini bukan angka lebih dari 45%,
melainkan 40%. Klasifikasi Jenis penggunaan lahan dalam kaitannya dengan
bahaya longsor dibedakan menjadi 6 kelompok, yaitu: hutan, kebun campuran,
perkebunan, sawah, tegalan, dan permukiman.

c. Selanjutnya untuk parameter erodibilitas, klasifikasi dikelompokkan menjadi tiga,


masing-masing erodibilitas tinggi, sedang, dan rendah. Klasfikasi ini secara
kualitatif hanya mengacu pada jenis tanah (LPT, 1969). Menurut Kusratmoko
(2002), faktor-faktor terjadinya tanah longsor adalah kelerengan, penggunaan
lahan, erodibilitas, dan curah hujan, dengan bobotnya masing-masing (dari tinggi
ke rendah).

4. Bahaya sekunder
Bahaya sekunder adalah jenis bahaya yang memiliki pengaruh tidak langsung pada
manusia atau makhluk hidup
a. Curah Hujan
Air hujan yang meresap kedalam tanah akan menurunkan kuat geser tanah dan
batuan dan dapat menyebabkan terjadinya gerakan tanah. Dari hasil
pengamatan,ternyata gerakan tanah banyak terjadi pada musim hujan.

8
b. Kestabilan lereng
Menunjukkan nilai faktor keamanan terhadap stabilitas lereng semakin rendah
sehingga tingkat kerawanan tanah terhadap longsor semakin tinggi,

c. Pertambahan penduduk
Pesatnya perkembangan pembangunan kota yang tak dapat dihindari terhadap
tataguna lahan,yaitu tingginya ratio perubahan alih fungsi lahan.Terjadinya alih
fungsi lahan yang secara terus menerus dapat menimbulkan penggunaan ruang
menjadi tidak sesuaidengan peruntukannya, banyak kejadian bencana yang timbul
akibat terjadinya perubahan fungsi lahan, penggunaan lahan terutama pemukiman
yang berada pada zona yang tidak layak huni berdampak menimbulkan kerawanan
terhadap bencana.

5. Pengenalan kajian resiko bencana


Pengkajian risiko bencana merupakan sebuah pendekatan untuk memperlihatkan potensi
dampak negatif yang mungkin timbul akibat suatu potensi bencana yang ada. Potensi
dampak negatif tersebut dihitung juga dengan mempertimbangkan tingkat kerentanan
dan kapasitas kawasan tersebut. Potensi dampak negatif ini menggambarkan potensi
jumlah jiwa, kerugian harta benda, dan kerusakan lingkungan yang terpapar oleh potensi
bencana.

Dalam melakukan kajian risiko bencana, pendekatan fungsi dari tiga parameter
pembentuk risiko bencana, yaitu ancaman, kerentanan, dan kapasitas terkait bencana.
Beberapa prinsip dari proses pengkajian risiko bencana yang juga menjadi pertimbangan
proses analisa adalah:
a. Menggunakan data dan segala bentuk rekaman kejadian yang ada, dengan
mengutamakan data resmi dari lembaga yang berwenang
b. Melakukan integrasi analisis probabilitas kejadian ancaman dari para ahli dengan
kearifan lokal masyarakat
c. Proses analisis yang dilakukan harus mampu menghitung potensi jumlah jiwa,
kerugian harta benda, dan kerusakan lingkungan yang terpapar
d. Hasil kajian risiko dapat diterjemahkan menjadi kebijakan umum untuk
pengurangan risiko bencana.

9
6. Kajian resiko bencana
a. Analisis resiko bencana
Analisis Risiko Bencana Analisis risiko dapat dilakukan dengan beberapa metode.
Salah satunya menggunakan metode VCA (Vulnerability capacity Analysis).
Dengan parameter ancaman, kerentanan dan kapasitas dapat dirumuskan sebagai
berikut

R = Risiko H = Ancaman atau bahaya V = Kerentanan C = Kapasitas

Kajian analisis risiko bencana dengan melakukan pemetaan risiko bencana belum
ada standarisasi yang baku dalam penyusunan peta risiko bencananya sehingga
setiap lembaga atau institusi memiliki metode yang berbeda. Dalam kajian analisis
risiko bencana longsor ini tidak hanya berdasarkan petimbangan ilmiah semata
tetapi juga mempertimbangan pola partisipatif yang melibatkan masyarakat
sebagai subjek sekaligus objek kajian serta pemangku kepentingan ditingkat Desa
dan Kabupaten. Hal ini dimaksudkan bahwa dalam melakukan kajian risiko
bencana tidak hanya bersifat parsial tetapi juga dilakukan secara holistik sebagai
bentuk pembelajaran bersama.

b. Peta Risiko Bencana Penyusunan pemetaan risiko bencana tanah longsor ini
menggunakan 3 kelas skoring dan metode pembobotan untuk masingmasing
parameter. Pembobotan komponen penyusunan peta risiko tanah longsor
dilakukan berdasarkan Perka No.2 tahun 2012 tentang Pedoman Umum
Pengkajian Risiko Bencana.
c. Pembobotan Parameter Ancaman
Pembobotan parameter ancaman yang dilakukan berdasarkan Perka No.2 tahun
2012 tentang Pedoman Umum Pengkajian Risiko Bencana. Penilaian dari
pembobotan parameter pengaruh tanah longsor dilakukan dengan Weighted

10
Method yaitu dengan memperhitungkan jumlah nilai maksimal pembobotan
dikurangi dengan jumlah nilai minimal pembobotan. Hasil pengurangan ini dibagi
dengan jumlah kelas yang diinginkan yang dalam hal ini kita membaginya
menjadi 3 kelas kemudian akan dihasilkan interval skor kriteria bahaya sebegai
berikut:

d. Pembobotan Parameter Kerentanan Pembobotan parameter kerentanan yang


dilakukan berdasarkan Perka No.2 tahun 2012 tentang Pedoman Umum
Pengkajian Risiko Bencana.

B. Upaya Penanggulangan
1. Pengurangan resiko
Resiko bencana tanah longsor dapat dilakukan melalui:

a. Survei dan pemetaan kawasan yang rentan.


Survei perlu dilakukan untuk mengidentifikasi pola-pola gerakan tanah di
kawasan-kawasan, di mana longsor diperkirakan terjadi. Faktor-faktor yang
membuat kawasan tertentu rawan longsor dibandingkan kawasan lainnya diukur.
Di antara faktor-faktor tersebut jenis dan distribusi tanah dan bebatuan, kemiringan
lereng, cara air mengalir di permukaan dan di bawah permukaan tanah, pengaruh
cuaca dan kerentanan pecah pada bebatuan. Program pemetaan dan analisis tingkat
kerentanan terhadap gerakan tanah dan batuan ini perlu dilakukan pada tahap
pencegahan bencana. Ketersediaan peta kerentanan sangat penting karena menjadi
dasar bagi penataan ruang dan langkah-langkah mitigasi, seperti penerapan sistem
peringatan dini dan pengkajian tingkat resiko longsor pada kebijakan pertahanan.
b. Pemasangan rambu-rambu
Untuk menjamin keselamatan, pada tempat-tempat rawan longsor sebagaimana
diidentifikasi dari hasil pemetaan, perlu dipasang rambu-rambu dan tanda-tanda
peringatan “rawan longsor”. Rambu-rambu peringatan perlu dipasang dengan
bahasa dan gambar yang jelas, mudah dibaca dan dipahami orang.
c. Peraturan tata guna tanah.

11
Untuk mencegah pengunaan daerah-daerah rawan longsor sebagai tempat hunian
atau sebagi tempat untuk bangunan-bangunan penting. Peraturan-peraturan itu bisa
juga mencangkup relokasi yang jauh dari daerah bebahaya khususnya jika tempat-
tempat alaternatif lain tersedia. Program penegakan peraturan penataan lahan atau
pengembangan wilayah ini merupakan tanggungjawab pemerintah mulai tingkat
Pusat hingga Kabupaten atau Kota. Proses penetapan peraturan perlu dilakukan
dengan melibatkan wakil masyarakat di daerah rawan bencana.
d. Penghijauan
Salah satu upaya mencegah atau mengendalikan penyebab terjadinya tanah longsor
adalah dengan program penghijauan. Penghijauan dilakukan secara tepat pada
lereng-lereng yang rawan. Tanamkanlah digemari masyarakat dan bernilai
produksi perlu di utamakan. Jenis tanaman harus bervariasi mulai dari jenis kayu-
kayuan dengan batang dan akar yang kuat yang menancap ke dalam tanah hingga
jenis semak dan rumput-rumputan. Diantara pohon-pohon yang berakar kuat
adalah durian, mahoni, melinjo dan kopi. Program penghijauan ini merupakan
program yang harus dilakukan pada tahap pencegahan dan pasca bencana. Program
ini tanggung jawab bersama pemerintah dan masyarakat.
e. Perbaikan sarana
Untuk pencegahan terjadinya bencana tanah longsor diperlukan juga perlindungan
dan perbaikan sarana-sarana yang berada pada jalur dan kawasan yang
dikhawatirkan rentan longsor. perbaikan juga dilakukan untuk tempat-tempat
hunian, seperti misalnya (drainase) atau pembuangan massa air secara alami atau
buatan, dengan menambah materi-materi yang bisa menyerap air, atau membangun
beton-beton penahan tembok untuk menstabilkan lokasi hunian.
f. Pendidikan masyarakat
Tanah longsor banyak kaitanya dengan kegiatan-kegatan manusia, seperti
pengundulan hutan, kontruksi jalan-jalan, perumahan dan sarana fisik lain yang
sering menyebabkan tanah longsor. Program pendidikan masyarakat perlu
dilakukan untuk menyadarkan bahwa setiap individu bertangungjawab untuk
menjaga dan bersahabat dengan lingkungan. Program juga diperlukan untuk
memberikan pemahaman tentang sebab, cara-cara pencegahan dan tindakan-
tindakan penyelamatan ketika terjadi dan setelah terjadinya tanah longsor.
Pendidikan dapat dilakukan melalui pertemuan tingkat RT, RW, organisasi
masyarakat dan lingkungan sekolah.

12
g. Pemantauan dan peringatan
Pemantauan perlu dilakukan terhadap daerah-daerah rawan tanah longsor sehingga
dapat memberikan peringatan dan evakuasi secara tepat. Peringatan kepada
masyarakat perlu segera disampaikan bila gejala-gejala terjadinya tanah longsor
sudah mulai nampak. Sistem informasi dilakukan dengan pengguanaan radio, sirine
atau sistem peringatan lainya yang dapat memberikan informasi secara luas

2. Peringatan dini
Peringatan dini bahaya longsor adalah untuk mengumpulkan informasi yang dapat
digunakan untuk menghindari atau mengurangi dampak bencana longsor. sehingga bisa
segera dilakukan tindakan yang tepat untuk meminimalkan dampak jika terjadi terjadi
tanah longsor. Komponen lengkap sistem monitoring dan peringatan dini terdiri dari
berbagai jenis sensor atau instrumentasi, kriteria peringatan berdasarkan nilai ambang
batas, peralatan komunikasi dan juga sebagai alat untuk penyebaran peringatan.
Lacasse dan Nadim (2014) menyebutkan bahwa sistem monitoring dan peringatan dini
yang andal adalah yang bisa menterjemahkan beberapa hal berikut ini sedemikian rupa
sehingga proses awal sebelum terjadinya longsor itu bisa diketahui dengan baik:
a. Pengetahuan terkait area longsor (proses, perilaku, mekanisme pemicu, dll.)
b. Pengetahuan historis tentang pemicu (misalnya curah hujan)
c. Program pemantauan yang efektif
d. Interpretasi data
e. Teknologi informasi untuk analisis dan diseminasi peringatan
f. Pengambilan keputusan, termasuk kemungkinan intervensi manusia
g. Toleransi umum terhadap alarm palsu
h. Sistem komunikasi
i. Rencana tindakan yang telah ditetapkan sebelumnya untuk implementasi
j. Umpan balik dan kemampuan adaptasi sistem dan pengetahuan yang selalu
berkembang.

Jika terjadi longsor atau ada tanda-tanda awal terjadinya longsor, diperlukan waktu
untuk deteksi melalui sistem peringatan dini, pemberitahuan dari pihak pemerintahan
memerlukan tindakan yang segera seperti penutupan jalan, evakuasi, dll. Dalam kondisi
seperti komunikasi antara pemerintah dan masyarakat adalah kebutuhan yang paling
penting. Berbagi informasi mengenai sistem pemantauan merupakan persyaratan mutlak
untuk sistem peringatan dini yang efektif.

13
C. Konsep Pre Hospital
1. Tahap tanggap bencana
Tahapan mitigasi bencana tanah longsor :
a. Pemetaan

Menyajikan informasi visual tentang tingkat kerawanan  bencana alam geologi di


suatu wilayah, sebagai masukan kepada masyarakat dan atau pemerintah kabupaten
/kota dan provinsi sebagai data dasar untuk melakukan pembangunan wilayah agar
terhindar dari bencana.

b. Pemeriksaan

Melakukan penyelidikan pada saat dan setelah terjadi bencana, sehingga dapat
diketahui penyebab dan cara penaggulangannya.

c. Pemantauan

Pemantauan dilakukan di daerah rawan bencana, pada daerah strategis secara ekonomi
danjasa, agar diketahui secara dini tingkat bahaya, oleh pengguna dan masyarakat
yang bertempat tinggal di daerah tersebut.

d. Sosialisasi

Memberikan pemahaman kepada Pemerintah Provinsi /Kabupaten /Kota atau


masyarakat umum, tentang bencana alam tanah longsor dan akibat yang
ditimbulkannnya. Sosialisasi dilakukan dengan berbagai cara antara lain,
mengirimkan poster, booklet, dan leaflet atau dapat juga secara langsung kepada
masyarakat dan aparat pemerintah.

e. Pemeriksaan bencana longsor

Bertujuan mempelajari penyebab, proses terjadinya, kondisi bencana dan tata cara
penanggulangan bencana di suatu daerah yang terlanda bencana tanah longsor.

2. Tahap upaya awal (initial action)

14
Tahap Persiapan (initial Action Stage) yakni saat dilakukan suatu tindakan sebagai
tanggapan (respons) adanya suatu musibah yang terjadi.
Kegiatan awal dengan melaksanakan aksi setelah disadari adanya keadaan darurat seperti
melaksanakan tindakan-tindakan sebagai berikut:
a. Menentukan jenis keadaan darurat/musibah yang terjadi;
b. Menyiagakan fasilitas SAR;
c. Pencarian awal dengan menggunakan alat komunikasi
3. Tahap rencana operasi
Proses penyusunan rencana operasi terdiri dari tahapan-tahapan, yang merupakan suatu
siklus perencanaan operasi dan merupakan prosedur tetap dalam penyusunan rencana
operasi, yaitu:

a. Tindakan Awal
b. Penetapan Tujuan dan Sasaran
c. Rapat Rencana Taktis
d. Persiapan Rapat Rencana Operasi
e. Rapat Rencana Operasi
f. Penetapan Rencana Operasi
g. Rapat Penjelasan Rencana Operasi
h. Pelaksanaan dan Pengakhiran

4. Tahap operasi tanggap darurat dan pemulihan darurat


a. Pencarian dan penyelamatan
Kegiatan pencarian dan penyelamatan terutama dilakukan oleh Tim SAR (Basarnas atau
Basarda) dan dapat berasal dari tenaga suka rela bila dibutuhkan.
- Melokalisasi korban;
- Memindahkan korban dari daerah berbahaya ketempat
pengumpulan/penampungan;
- Memeriksa status kesehatan korban (triase ditempat kejadian);
- Memberi pertolongan pertama jika diperlukan;
- Memindahkan korban ke pos medis lapangan jika diperlukan.
b. Triase
Setelah memastikan keamanan dan keselamatan, TRC yang berada dilokasi segera
melakukan triase lapangan. Triase ini utamanya didasarkan pada urgensi

15
(tingkatkeparahan), kemungkinan hidup dan ketersediaan sarana perawatan. Dengan
demikian tujuan triase adalah:
- Identifikasi secara cepat korban yang membutuhkan stabilisasi segera (perawatan
dilapangan);
- Identifikasi korban yang hanya dapat diselamatkan dengan pembedahan darurat
(life saving surgery)
c. Pertolongan pertama
Pertolongan pertama dilakukan oleh para suka relawan terlatih, petugas pemadam
kebakaran, polisi terlatih,SAR,tim medis gawatdarurat. Pertolongan pertama dapat
diberikan dilokasi bencana(pos medis lapangan), sebelum korban dipindahkan, tempat
penampungan sementara (pos medis depan), pada “tempat hijau” di pos medis
belakang serta dalam ambulans saat korban dipindahkan ke fasilitas Kesehatan
d. Proses pemindahan korban Pengaturan ketat terhadap laju dan tujuan evakuasi
korban ke pos medis depan dan pos medis belakang sangat diperlukan untuk
mencegah dilampauinya kapasitas fasilitas Kesehatan tujuan. Pemindahan korban
dilakukan secara satu arah tanpa ada yang saling bersilangan. Dari lokasi bencana ke
pos medis depan, kemudian ke pos medis belakang dan selanjutnya ke pos medis
sekunder.
e. Perawatan dirumah sakit

D. Konsep Tanggap Darurat Saat Terjadi bencana


Tanggap Darurat merupakan tahap penindakan atau pengerahan pertolongan untuk
membantu masyarakat yang tertimpa bencana, guna menghindari bertambahnya korban
jiwa. Penyelenggaraan penanggulangan bencana pada saat tanggap darurat meliputi:

a. Pengkajian secara cepat dan tepat terhadap lokasi, kerusakan, kerugian, dan sumber
daya;
b. Penentuan status keadaan darurat bencana;
c. Penyelamatan dan evakuasi masyarakat terkena bencana;
d. Pemenuhan kebutuhan dasar;
e. Perlindungan terhadap kelompok rentan; dan
f. Pemulihan dengan segera prasarana dan sarana vital.

E. Manajemen Bencana
1. Mitigation

16
Mitigasi bencana tanah longsor adalah suatu usaha memperkecil jatuhnya korban
manusia dan atau kerugian harta benda akibat peristiwa atau rangkaian peristiwa yang di
sebabkan oleh alam, manusia, dan oleh keduanya yang mengakibatkan jatuhnya korban.
Mitigasi tanah longsor pada prinsipnya bertujuan untuk meminimumkan dampak
bencana tersebut. Mitigasi bencana meliputi sebelum, saat terjadi dan sesudah terjadi
bencana.
a. Sebelum bencana antara lain peringatan dini (early warning system) secara optimal
dan terus menerus pada masyarakat.
- Mendatangi daerah rawan longsor lahan berdasarkan peta kerentanannya.
- Memberi tanda khusus pada daerah rawan longsor lahan.
- Manfaatkan peta-peta kajian tanah longsor secepatnya.
- Permukiman sebaiknya menjauhi tebing.
- Tidak melakukan pemotongan lereng.
- Melakukan reboisasi pada hutan yang pada saat ini dalam kedaan gundul,
- menanam pohon-pohon penyangga, melakukan panghijauan pada lahan-lahan
terbuka.
- Membuat terasering atau sengkedan pada lahan yang memiliki kemiringan yang
relatif curam.
- Membatasi lahan untuk pertanian
- Membuat saluran pembuangan air menurut kontur tanah
- Menggunakan teknik penanaman dengan sistem kontur tanah
- Waspada gejala tanah longsor (retakan, penurunan tanah) terutama di musim
hujan.

b. Saat bencana antara lain bagaimana menyelamatkan diri dan kearah mana. ini
harus diketahui oleh masyarakat.
c. Sesudah bencana antara lain pemulihan (recovery) dan masyarakat harus
dilibatkan.
- Penyelamatan korban secepatnya ke daerah yang lebih aman
- Penyelamatan harta benda yang mungkin masih dapat di selamatkan,
- Menyiapkan tempat-tempat penampungan sementara bagian para pengungsi
seperti tenda-tenda darurat
- Menyediakan dapur-dapur umum

17
- Menyediakan air bersih, sarana kesehatan
- Memberikan dorongan semangat bagi para korban bencana agar para korban
tersebut tidak frustasi dan Iain-lain.
- Koordinasi dengan aparat secepatnya

Adapun tahapan mitigasi bencana tanah longsor, yaitu pemetaan, penyelidikan,


pemeriksaan, pemantauan, sosialisasi.

a. Pemetaan
Menyajikan informasi visual tentang tingkat kerawanan bencana alam geologi di
suatu wilayah, sebagai masukan kepada masyarakat dan atau pemerintah
kabupaten/kota dan provinsi sebagai data dasar untuk melakukan pembangunan
wilayah agar terhindar dari bencana.
b. Penyelidikan
Mempelajari penyebab dan dampak dari suatu bencana sehingga dapat digunakan
dalam perencanaan penanggulangan bencana dan rencana pengembangan
wilayah.
c. Pemeriksaan
Melakukan penyelidikan pada saat dan setelah terjadi bencana, sehingga dapat
diketahui penyebab dan cara penaggulangannya.
d. Pemantauan
Pemantauan dilakukan di daerah rawan bencana, pada daerah strategis secara
ekonomi dan jasa, agar diketahui secara dini tingkat bahaya, oleh pengguna dan
masyarakat yang bertempat tinggal di daerah tersebut.
e. Sosialisasi
Memberikan pemahaman kepada Pemerintah Provinsi /Kabupaten /Kota atau
masyarakat umum, tentang bencana alam tanah longsor. Sosialisasi dilakukan
dengan berbagai cara antara lain, berita, poster, booklet, dan leaflet atau dapat
juga secara langsung kepada aparat pemerintah.

2. Preparedness
a. Mengurangi Kemungkinan/Dampak
Dalam upaya mengurangi dampak bencana di suatu wilayah, tindakan pencegahan
perlu dilakukan oleh masyarakatnya. Pada saat bencana terjadi, korban jiwa dan

18
kerusakan yang timbul umumnya disebabkan oleh kurangnya persiapan dan sistem
peringatan dini. Persiapan yang baik akan bisa membantu masyarakat untuk
melakukan tindakan yang tepat guna dan tepat waktu. Bencana bisa menyebabkan
kerusakan fasilitas umum, harta benda dan korban jiwa. Dengan mengetahui cara
pencegahannya masyarakat bisa mengurangi resiko ini.
b. Menjalin Kerjasama Penanggulangan bencana hendaknya menjadi tanggung jawab
bersama antara masyarakat dan pemerintah serta pihak-pihak terkait. Kerjasama ini
sangat penting untuk memperlancar proses penanggulangan bencana.
Tindakan kesiapsiagaan :

- Tidak menebang atau merusak hutan


- Melakukan penanaman tumbuh-tumbuhan berakar kuat, seperti nimba, bambu, akar
wangi, lamtoro, dsb., pada lereng-lereng yang gundul
- Membuat saluran air hujan
- Membangun dinding penahan di lereng-lereng yang terjal
- Memeriksa keadaan tanah secara berkala
- Mengukur tingkat kederasan hujan

Cara-cara menghindari korban jiwa dan harta akibat tanah longsor :

- Membangun pemukiman jauh dari daerah yang rawan


- Bertanya pada pihak yang mengerti sebelum membangun
- Membuat Peta Ancaman. Untuk keterangan lebih lanjut lihat bagian A.3 Buku
Panduan PBBM
- Melakukan deteksi dini

Yang harus dilakukan saat tanah longsor :

- Segera keluar dari daerah longsoran atau aliran reruntuhan/puing ke bidang yang
lebih stabil
- Bila melarikan diri tidak memungkinkan, lingkarkan tubuh anda seperti bola dengan
kuat dan lindungi kepala Anda. Posisi ini akan memberikan perlindungan terbaik
untuk badan Anda.

Yang harus dilakukan setelah tanah longsor :

- Hindari daerah longsoran, dimana longsor susulan dapat terjadi

19
- Periksa korban luka dan korban yang terjebak longsor tanpa langsung memasuki
daerah longsoran.
- Bantu arahkan SAR ke lokasi longsor
- Bantu tetangga yang memerlukan bantuan khusus-anak-anak, orang tua dan orang
cacat
- Dengarkan siaran radio lokal atau televisi untuk informasi keadaan terkini
- Waspada akan adanya banjir atau aliran reruntuhan setelah longsor
- Laporkan keruskan fasilitas umum yang terjadi kepada pihak yang berwenang
- Periksa kerusakan pondasi rumah dan tanah disekitar terjadinya longsor
- Tanami kembali daerah bekas longsor atau daerah disekitarnya untuk menghindari
erosi yang telah merusak lapisan atas tanah yang dapat menyebabkan banjir bandang
- Mintalah nasihat pada ahlinya untuk mengevaluasi ancaman dan teknik untuk
mengurangi risiko tanah longsor

3. Response
Tanggap Darurat (response) menurut definisi adalah serangkaian kegiatan yang
dilakukan dengan segera pada saat kejadian bencana untuk menangani dampak buruk
yang ditimbulkan, meliputi kegiatan penyelamatan dan evakuasi korban,harta benda,
pemenuhan kebutuhan dasar, perlindungan, pengurusan pengungsi, penyelamatan,
serta pemulihan prasaranadan sarana(UUNo.24/2007).
4. Recovery
Recovery adalah proses dimana masyarakat dan bangsa dibantu untuk kembali ke
fungsi kehidupan seperti sebelumnya setelah bencana.
Dalam tahap ini, untuk memudahkan analisis peneliti juga membagi tahap recovery
menjadi tiga bagian berdasarkan jenis recovery yang dilakukan, yaitu restorasi,
rehabilitasi dan rekonstruksi.
- Restorasi adalah pembersihan kondisi sehingga bisa berfungsi secara darurat.
Rehabilitasi fisik (yang vital), yaitu perbaikan sarana-sarana kehidupan seperti
penyediaan pelayanan rumah, sarana air bersih, penyediaan sarana dapur umum dan
lain-lain.
- Rehabilitasi sosial bagi korban bencana yang mengalami tekanan/stress yang
ditujukan guna pengembalian fungsi sosial korban. Rehabilitasi fisik termasuk dalam
kategori response

20
- Rekonstruksi yaitu perbaikan secara total terhadap sarana-sarana atau fasilitas umum
kehidupan masyarakat sehingga dapat berfungsi secara normal, seperti sekolah, pasar,
jalan umum, rumah sakit, sarana penerangan, sarana komunikasi yang rusak, sehingga
kehidupan masyarakat dapat berfungsi secara normal kembali.
DALA (Damage and Losses Assessment) untuk menghitung nilai kerusakan,
pemulihan sarana dan prasarana umum, rekonstruksi permanen dengan pemberian
bantuan material, memberikan bantuan sembako dan bantuan material untuk
memperbaiki rumah yang rusak untuk korban angin puting beliung, melakukan
koordinasi dengan pemilik kewenangan di wilayah terdampak bencana untuk
melakukan rekonstruksi, dan untuk daerah yang sudah tidak layak huni akibat
bencana, maka akan diusahakan untuk mencari tempat tinggal baru. Secara umum
tindakan recovery yang dilakukan sudah sesuai dengan teori karena tujuan dari
tindakan tersebut sudah tercapai yakni pengembalian fungsi bangunan-bangunan yang
rusak akibat bencana.

F. Konsep upaya pemulihan paska bencana


Adalah segala upaya dan kegiatan perbaikan fisik maupun nonfisik yang dilakukan
setelah terjadinya bencana/masa tanggap darurat, meliputi ; Rehabilitasi, dan
Rekontruksi sarana prasarana fasilitas umum yang rusak akibat bencana dalam upaya
pemulihan kehidupan masyarakat.

1. Rehabilitasi
a. Melakukan rencana tata ruang dan wilayah berdasarkan analisis resiko
bencana. Ini termasuk rencana struktur, pola ruang wilayah, dan penetapan
kawasan dengan mempertimbangkan potensi resiko bencana yang telah
ditetapkan lembaga berwenang.
b. Melaksanakan kegiatan pelatihan dan bantuan modal usaha untuk mengurangi
ketergantungan masyarakat kepada sumber mata pencarian yang tidak aman
dan rawan bahaya.
c. Meningkatkan kemampuan masyarakat pada pasca bencana untuk membangun
kembali dan memperbaiki rumah, gedung dan bangunan sejenisnya yang
memenuhi standar teknis tata bangunan (arsitektur) dengan
mempertimbangkan potensi resiko bencana yang telah ditetapkan lembaga
berwenang serta sesuai dengan rencana tata ruang dan wilayah.

21
Mengajak masyarakat pada pasca bencana untuk:
a. Tidak membangun kembali rumah dan sejenisnya di tepi tebing, di kaki bukit,
di lereng gunung berapi, di tepi sungai dan di pinggir pantai;
b. Tidak menggantungkan kembali sumber mata pencariannya pada kegiatan
yang tidak aman dan rawan bahaya, seperti: membuka lahan dengan cara
membakar, menambang batu/ pasir dan bahan tambang lain, membuang
sampah di sungai atau saluran air dan melakukan pembalakan/ penebangan
liar.
2. Rekonstruksi
Penguatan bangunan-bangunan infrastruktur di daerah rawan longsor tidak
menjadi pertimbangan utama untuk mitigasi kerusakan yang disebabkan oleh
tanah longsor, karena kerentanan untuk bangunan-bangunan yang dibangun pada
jalur tanah longsor hampir 100%. Ada beberapa tindakan perlindungan dan
perbaikan yang bisa ditambah untuk tempat-tempat hunian, antara lain:
a. Perbaikan drainase tanah (menambah materi-materi yang bisa menyerap).
b. Modifikasi lereng (pengurangan sudut lereng sebelum pem-bangunan).
c. Vegetasi kembali lereng-lereng.
d. Beton-beton yang menahan tembok mungkin bisa menstabilkan lokasi hunian.

22
BAB III

PENUTUP
A. Kesimpulan
Tanah longsor adalah suatu bencana alam yang terjadi dimana adanya pergerakan
tanah. Secara umum, terdapat dua faktor yang menyebabkan bisa terjadinya tanah
longsor, seperti faktor pendorong dan faktor pemicu. Tanah longsor sendiri merupakan
sebutan bagi pergerakan tanah akibat dari peristiwa geologi gerakan masa tanah bebatuan.
Pengkajian risiko bencana merupakan sebuah pendekatan untuk memperlihatkan
potensi dampak negatif yang mungkin timbul akibat suatu potensi bencana yang ada.
Kajian resiko bencana meliputi : Analisis resiko bencana, Peta Risiko Bencana ,
Pembobotan Parameter Ancaman , Pembobotan Parameter. Dalam mengupayakan
penanggulangan resiko bencana diterapkan manajemen bencana yaitu Mitigation,
Preparedness, Response, Recovery.
Upaya Penanggulangan seperti Survei dan pemetaan kawasan yang rentan ,
Pemasangan rambu-rambu, Peraturan tata guna tanah, Penghijauan , Perbaikan sarana ,
Pendidikan masyarakat , Pemantauan dan peringatan

Upaya pemulihan paska bencana yang dilakukan yaitu rehabilitasi kepada masyarakat
dan melakukan rekonstruksi bangunan - bangunan

23
Daftar Pustaka
STRATEGI MITIGASI BENCANA TANAH LONGSOR DI KABUPATEN
PURWOREJO Oleh: Dumilah Pradapaning Puri, Thalita Rifda Khaerani Departemen
Administrasi Publik Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Diponegoro
Laman: http://www.fisip.undip.ac.id email fisip@undip.ac.id

Upaya Rehabilitasi dan Rekonstruksi Wilayah Pasca Bencana Erupsi Gunung Merapi di
Kecamatan Kemalang Kabupaten Klaten Provinsi Jawa Tengah Oleh: Putri Cep
Alam,Laman: http://www.fisip.undip.ac.id email: fisip@undip.ac.id

PERENCANAAN SISTEM PERINGATAN DINI BENCANA TANAH LONGSOR DI


DUSUN LUCU PALONGAN DESA CAMPOAN KECAMATAN MLANDINGAN
KABUPATEN SITUBONDO JAWA TIMUR Teuku Mukhlis1)

http://eprints.undip.ac.id/45482/3/BAB_II.pdf
https://bnpb.go.id/documents/irbi-15-1575660452.pdf
https://bnpb.go.id/produk-hukum/uploads/uploads/24/peraturan-kepala/2010/perka-24-
tahun-2010-tentang-pedoman-penyusunan-rencana-operasi-darurat-bencana.pdf
http://repository.poltekkes-denpasar.ac.id/1354/3/BAB%20II.pdf

http://eprints.undip.ac.id/42838/3/BAB_II.pdf

https://bpbd.banyuwangikab.go.id/docpub/Modul_Pengantar_Manajemen_Bencana.pdf

http://eprints.ums.ac.id/10149/4/E100050004.pdf

https://media.neliti.com/media/publications/212825-identifikasi-tingkat-bahaya-bencana-
long.pdf

https://dinus.ac.id/repository/docs/ajar/Panduan_Perencanaan_Kontinjensi.pdf

https://www.google.com/url?sa=t&source=web&rct=j&url=https://bnpb.go.id/documents/buku-
renas-pb.pdf&ved=2ahUKEwiswc-
7x97rAhWJT30KHYVNDRAQFjABegQIBRAB&usg=AOvVaw2_K23l8bMGuafdiT5nEJ2Z

https://www.google.com/url?
sa=t&source=web&rct=j&url=http://bpbd.kendalkab.go.id/docs/dokumen_perencanaan/rencana
_penanggulangan_bencana_kabupaten_kendal.pdf&ved=2ahUKEwiswc-
7x97rAhWJT30KHYVNDRAQFjAFegQIBxAB&usg=AOvVaw3F5W3AIl3IbjVE9edargRQ

https://geodesigeodinamik.ft.ugm.ac.id/2019/09/14/tanggap-bencana-tanah-longsor/

http://www.bandungkab.go.id/uploads/20180516114011-kesiapsiagaan-tanah-longsor.pdf

24

Anda mungkin juga menyukai