Anda di halaman 1dari 9

BAB I

PENDAHULUAN
Pada era dewasa ini telah terjadi pergeseran pengertian epidemiologi, yang dulunya lebih
menekankan ke arah penyakit menular ke arah arah masalah kesehatan dengan ruang lingkup
yang sangat luas. Keadaan ini terjadi karena transisi pola penyakit yang terjadi pada masyarakat,
pergeseran pola hidup, peningkatan sosial, ekonomi masyarakat dan semakin luasnya jangkauan
masyarakat. Mula-mula epidemiologi hanya mempelajari penyakit yang dapat menimbulkan
wabah melalui temuan-temuan tentang jenis penyakit wabah, cara penularan dan penyebab serta
bagaimana penanggulangan penyakit wabah tersebut. Kemudian tahap berikutnya berkembang
lagi menyangkut penyakit yang infeksi non-wabah. Berlanjut lagi dengan mempelajari penyakit
non infeksi seperti jantung, karsinoma, hipertensi, dll.
Penyakit jantung merupakan salah satu jenis penyakit non infeksi. Penyakit jantung adalah
sebuah kondisi yang menyebabkan Jantung tidak dapat melaksanakan tugasnya dengan baik.
Hal-hal tersebut antara lain Otot jantung yang lemah (kelainan bawaan sejak lahir) dan atau
adanya celah antara serambi kanan dan serambi kiri, oleh karena tidak sempurnanya
pembentukan lapisan yang memisahkan antara kedua serambi saat penderita masih di dalam
kandungan. Hal ini menyebabkan darah bersih dan darah kotor tercampur. Penyakit jantung pada
orang dewasa yang sering ditemui adalah penyakit jantung koroner dan gagal jantung.
Responden biasanya mengetahui penyakit jantung yang diderita sebagai penyakit jantung saja.
Cara membedakannya dengan menanyakan gejala yang dialami responden.
Penyakit jantung sering dianggap sebagai penyakit monopoli orang tua. Dulu memang
penyakit tersebut diderita oleh orang tua terutama yang berusia 60 tahun ke atas, karena usia juga
merupakan salah satu faktor risiko terkena penyakit jantung dan stroke. Namun sekarang ini ada
kecenderungan juga diderita oleh pasien di bawah usia 40 tahun. Hal ini terjadi karena adanya
perubahan gaya hidup, terutama pada orang muda perkotaan modern.
Ketika era globalisasi menyebabkan informasi semakin mudah diperoleh, negara
berkembang dapat segera meniru kebiasaan negara barat yang dianggap cermin pola hidup
modern. Sejumlah perilaku seperti mengkonsumsi makanan siap saji (fast food) yang
mengandung kadar lemak jenuh tinggi, kebiasaan merokok, minuman beralkohol, kerja
berlebihan, kurang berolah raga, dan stress, telah menjadi gaya hidup manusia terutama di

perkotaan. Padahal kesemua perilaku tersebut dapat merupakan faktor-faktor penyebab penyakit
jantung dan stroke. Selain itu ada juga beberapa penyakit yang dapat berdampak pada kesehatan
jantung pula.
Penyakit jantung adalah salah satu penyakit yang berbahaya dan banyak menimbulkan
kematian kepada penderitanya. Tak jarang, si penderita terlambat mengetahui bahwa dia
menderita penyakit jantung sehingga terlambat untuk diatasai. Untuk itu, mengetahui gejala
penyakit jantung perlu di ketahui agar bisa segera dilakukan tindak pengobatan secepatnya

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian penyakit jantung
Penyakit jantung, stroke, dan penyakit periferal arterial merupakan penyakit yang
mematikan. Di seluruh dunia, jumlah penderita penyakit ini terus bertambah. Penyakit jantung
adalah istilah yang dipakai untuk menyebut gangguan jantung, namun kenyataannya bukan
hanya itu. Penyakit ini tidak hanya melibatkan jantung namun juga jaringan pembuluh darah
sepanjang 96.540 km dimana jantung memompa darah sebanyak 100.000 denyut dalam sehari.
Penyakit jantung adalah sekelompok gangguan yang meliputi jantung dan seluruh sistem
pembuluh darah (vaskular) oleh karenanya penyakit ini disebut penyakit. Penyakit jantung pada
orang dewasa yang sering ditemui adalah penyakit jantung koroner dan gagal jantung.
Penyakit jantung koroner adalah gangguan fungsi jantung akibat otot jantung kekurangan
darah karena adanya penyempitan pembuluh darah koroner. Secara klinis, ditandai dengan nyeri
dada atau terasa tidak nyaman di dada atau dada terasa tertekan berat ketika sedang
mendaki/kerja berat ataupun berjalan terburu-buru pada saat berjalan di jalan datar atau berjalan
jauh. Didefinisikan sebagai PJK jika pernah didiagnosis menderita PJK (angina pektoris dan/atau
infark miokard) oleh dokter atau belum pernah didiagnosis menderita PJK tetapi pernah
mengalami gejala/riwayat: nyeri di dalam dada/rasa tertekan berat/tidak nyaman di dada dan
nyeri/tidak nyaman di dada dirasakan di dada bagian tengah/dada kiri depan/menjalar ke lengan
kiri dan nyeri/tidak nyaman di dada dirasakan ketika mendaki/naik tangga/berjalan tergesa-gesa
dan nyeri/tidak nyaman di dada hilang ketika menghentikan aktifitas/istirahat.
Gagal Jantung/Payah Jantung (fungsi jantung lemah) adalah ketidakmampuan jantung
memompa darah yang cukup ke seluruh tubuh yang ditandai dengan sesak nafas pada saat
beraktifitas dan/atau saat tidur terlentang tanpa bantal, dan/atau tungkai bawah membengkak.
Didefinisikan sebagai penyakit gagal jantung jika pernah didiagnosis menderita penyakit gagal
jantung (decompensatio cordis) oleh dokter atau belum pernah didiagnosis menderita penyakit
gagal jantung tetapi mengalami gejala/riwayat: sesak napas pada saat aktifitas dan sesak napas
saat tidur terlentang tanpa bantal dan kapasitas aktivitas fisik menurun/mudah lelah dan tungkai
bawah bengkak.

B. Epidemiologi penyakit jantung


Menurut estimasi para ahli badan kesehatan sedunia PBB (WHO), setiap tahun sekitar
50% penduduk dunia meninggal akibat penyakit jantung dan pembuluh darah. Berdasarkan
laporan World Health Statistic 2008, tercatat 17,1 juta orang meninggal di dunia akibat penyakit
jantung koroner dan diperkirakan angka ini akan meningkat terus hingga 2030 menjadi 23,4 juta
kematian di dunia.

Organisasi Kesehatan Sedunia (WHO) dan Organisasi Federasi Jantung

Sedunia (World Heart Federation) memprediksi penyakit jantung akan menjadi penyebab utama
kematian di negara-negara Asia pada tahun 2010. Saat ini, sedikitnya 78% kematian global
akibat penyakit jantung terjadi pada kalangan masyarakat miskin dan menengah. Berdasarkan
kondisi itu, dalam keadaan ekonomi terpuruk maka upaya pencegahan merupakan hal terpenting
untuk menurunkan penyakit kardiovaskuler pada 2010. Di negara berkembang dari tahun 1990
sampai 2020, angka kematian akibat penyakit jantung koroner akan meningkat 137 % pada lakilaki dan 120% pada wanita, sedangkan di negara maju peningkatannya lebih rendah yaitu 48%
pada laki-laki dan 29% pada wanita. Di tahun 2020 diperkirakan penyakit kardiovaskuler
menjadi penyebab kematian 25 orang setiap tahunnya. Oleh karena itu, penyakit jantung koroner
menjadi penyebab kematian dan kecacatan nomor satu di dunia. 1-2
Penyakit jantung koroner (PJK) merupakan sosok penyakit yang sangat menakutkan dan
masih menjadi masalah, baik di negara maju maupun berkembang Penyakit jantung merupakan
penyebab kematian nomor satu di Amerika. Di Amerika pada tahun 1992 penyakit jantung
koroner menyebabkan 921.000 kematian, atau merupakan 45% penyebab kematian di negara
tersebut. Setiap tahunnya, di Amerika Serikat sekitar 478.000 orang meninggal karena penyakit
jantung koroner, 1,5 juta orang mengalami serangan jantung, 407.000 orang mengalami operasi
peralihan, 300.000 orang menjalani angioplasti. Di Eropa diperhitungkan 20.000 40.000 orang
dari 1 juta penduduk menderita PJK. Penyakit jantung, stroke, dan aterosklerosis merupakan
penyakit yang mematikan. Di Inggris penyakit jantung koroner telah menyebabkan lebih dari
180.000 kematian setiap tahun. Di Jepang pada tahun 2006 didapatkan dari 3.081 pasien yang
turut dalam studi Jikei, tercatat 41 % yang menderita jantung koroner. Di seluruh dunia, jumlah
penderita penyakit ini terus bertambah dan tidak lepas dari gaya hidup yang kurang sehat, yang
banyak dilakukan seiring dengan berubahnya pola hidup.1-2
Indonesia saat ini menghadapi masalah kesehatan yang kompleks dan beragam. Tentu
saja mulai dari infeksi klasik dan modern, penyakit degeneratif serta penyakit psikososial yang

menjadikan Indonesia saat ini yang menghadapi " threeple burden diseases". Namun tetap saja
penyebab angka kematian terbesar adalah akibat penyakit jantung koroner "the silence killer".
Tingginya angka kematian di Indonesia akibat penyakit jantung koroner (PJK) mencapai 26%.
Berdasarkan hasil Survei Kesehatan Rumah Tangga Nasional (SKRTN), dalam 10 tahun terakhir
angka tersebut cenderung mengalami peningkatan. Pada tahun 1991, angka kematian akibat PJK
adalah 16 %. kemudian di tahun 2001 angka tersebut melonjak menjadi 26,4 %. Angka kematian
akibat PJK diperkirakan mencapai 53,5 per 100.000 penduduk di negara kita.
Di Indonesia, Pada hasil riskesdas tahun 2013 menunjukkan prevalensi jantung koroner
berdasarkan wawancara terdiagnosis dokter di Indonesia sebesar 0,5 persen, dan berdasarkan
terdiagnosis dokter atau gejala sebesar 1,5 persen. Prevalensi jantung koroner berdasarkan
terdiagnosis dokter tertinggi Sulawesi Tengah (0,8%) diikuti Sulawesi Utara, DKI Jakarta, Aceh
masing-masing 0,7 persen. Sementara prevalensi jantung koroner menurut diagnosis atau gejala
tertinggi di Nusa Tenggara Timur (4,4%), diikuti Sulawesi Tengah (3,8%), Sulawesi Selatan
(2,9%), dan Sulawesi Barat (2,6%).
Dan Pada hasil riskesdas tahun 2013 juga menunjukkan bahwa Prevalensi gagal jantung
berdasar wawancara terdiagnosis dokter di Indonesia sebesar 0,13 persen, dan yang terdiagnosis
dokter atau gejala sebesar 0,3 persen. Prevalensi gagal jantung berdasarkan terdiagnosis dokter
tertinggi DI Yogyakarta (0,25%), disusul Jawa Timur (0,19%), dan Jawa Tengah (0,18%).
Prevalensi gagal jantung berdasarkan diagnosis dan gejala tertinggi di Nusa Tenggara Timur
(0,8%), diikuti Sulawesi Tengah (0,7%), sementara Sulawesi Selatan dan Papua sebesar 0,5
persen.
Kemudian Pada hasil riskesdas tahun 2013 menunjukkan prevalensi penyakit jantung
koroner (PJK) berdasarkan wawancara yang didiagnosis dokter serta yang didiagnosis dokter
atau gejala meningkat seiring dengan bertambahnya umur, tertinggi pada kelompok umur 65 -74
tahun yaitu 2,0 persen dan 3,6 persen, menurun sedikit pada kelompok umur 75 tahun.
Prevalensi PJK yang didiagnosis dokter maupun berdasarkan diagnosis dokter atau gejala lebih
tinggi pada perempuan (0,5% dan 1,5%). Prevalensi PJK lebih tinggi pada masyarakat tidak
bersekolah dan tidak bekerja. Berdasar PJK terdiagnosis dokter prevalensi lebih tinggi di
perkotaan, namun berdasarkan terdiagnosis dokter dan gejala lebih tinggi di perdesaan dan pada
kuintil indeks kepemilikan terbawah.

Salah satu factor risiko dari penyakit jantung adalah hipertensi dan Pada hasil riskesdas
tahun 2013 menunjukan bahwa Prevalensi hipertensi di Indonesia yang didapat melalui
pengukuran pada umur 18 tahun sebesar 25,8 persen, tertinggi di Bangka Belitung (30,9%),
diikuti Kalimantan Selatan (30,8%), Kalimantan Timur (29,6%) dan Jawa Barat (29,4%) dan
Prevalensi hipertensi cenderung lebih tinggi pada kelompok pendidikan lebih rendah dan
kelompok tidak bekerja, kemungkinan akibat ketidaktahuan tentang pola makan yang baik.
Sedangkan Pada analisis hipertensi terbatas pada usia 15-17 tahun menurut JNC VII 2003
didapatkan prevalensi nasional sebesar 5,3 persen (laki-laki 6,0% dan perempuan 4,7%),
perdesaan (5,6%) lebih tinggi dari perkotaan (5,1%). (RISKESDAS. 2013)
Penyakit jantung terdistribusi dalam masyarakat berdasarkan karakteristik masyarakat dan
lingkungannya. Secara umum dapat dikatakan bahwa distribusi PJK adalah:
1. Lebih banyak pada masyarakat negara berkembang dibandingkan negara sedang berkembang.
2. Lebih banyak ditemukan pada daerah perkotaan dibandingkan daerah pedesaan.
3. Lebih banyak mengenai golongan masyarakat sosial ekonomi menengah ke atas dibandingkan
sosial ekonomi lemah.
4. Lebih banyak mengenai pria daripada wanita; namun yang lebih banyak meninggal adalah
wanita.
5. Meninggi setelah berumur 40 tahun. Risiko tinggi sudah terjadi jika memasuki umur 50 tahun.
6. Tinggi angka kematiannya, lebih banyak yang meninggal daripada yang selamat.

Prevalensi penyakit jantung koroner dan gagal jantung pada usia>15 tahun berdasarkan provinsi
(Riskesdas,2013)

Prevalensi penyakit jantung koroner dan gagal jantung pada usia >15 tahun berdasarkan
karakteristik (Riskesdas,2013)

BAB III
KESIMPULAN

DAFTAR PUSTAKA

Anda mungkin juga menyukai