Anda di halaman 1dari 33

MAKALAH

SURVEILANS PENYAKIT MALARIA

MATA KULIAH
SURVEILANS EPIDEMIOLOGI
KELAS R1 MINAT EPIDEMIOLOGI

DOSEN PENGAJAR
Dr. dr. Wulan P. J. Kaunang, GradDip. M.Kes, DK

Disusun Oleh:
Kelompok 1 (Satu)
1. Nathanael Yngwie Christian Subadio (NIM. 222021110009)
2. Nur Anindhita Kurniawaty Wijaya (NIM. 222021110044)
3. Zusi Lourentine Marpaung (NIM. 222021110068)

ILMU KESEHATAN MASYARAKAT


PASCASARJANA
UNIVERSITAS SAM RATULANGI
MANADO
2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah dan tetap memberikan
kesehatan dan kemampuan bagi penulis sehingga makalah ini dapat diselesaikan dengan
baik. Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Surveilans Epidemiologi
dengan judul “Surveilans Penyakit Malaria” yang dipelajari pada semester II ini
khususnya di Pascasarjana Ilmu Kesehatan Masyarakat, Peminatan Epidemiologi
Universitas Sam Ratulangi Manado.

Selesainya penulisan makalah ini tidak lepas dari bantuan dan dorongan dari
berbagai pihak, baik itu bantuan berupa materi maupun dorongan spiritual. Oleh karena
itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang sudah membantu dalam
penyusunan makalah ini dalam aspek apa pun.

Kiranya penulisan ini dapat bermanfaat dan berkenan di hati Dosen Pengajar dan
teman-teman sekalian. Saran dan kritik yang membangun dari semua pihak sangat
diharapkan demi kemajuan penulisan selanjutnya.

Manado, 17 Mei 2023

Kelompok 1

i
DAFTAR ISI

Halaman
Kata Pengantar ............................................................................................................... i

Daftar isi .......................................................................................................................... ii

Bab I. Pendahuluan ........................................................................................................ 1

1.1 Latar Belakang ................................................................................................. 1

1.2 Rumusan Masalah ............................................................................................ 2

1.3 Tujuan Masalah ................................................................................................ 2

Bab II. Pembahasan ........................................................................................................ 3

2.1 Penyakit Malaria............................................................................................... 3

2.2 Surveilans Malaria ............................................................................................ 5

2.3 Contoh Review Jurnal terkait Surveilans Malaria ............................................ 19

Bab III. Penutup.............................................................................................................. 28

3.1 Kesimpulan ....................................................................................................... 28

3.2 Saran ................................................................................................................. 28

Daftar Pustaka ................................................................................................................ 29

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Malaria merupakan penyakit menular yang serius dan fatal yang disebabkan oleh
parasit protozoa genus plasmodium yang ditularkan pada manusia oleh gigitan nyamuk
Anopheles betina yang terinfeksi. Pada manusia dikenal ada 5 genus plasmodium yaitu
Plasmodium falciparum, Plasmodium vivax, Plasmodium ovale, Plasmodium malariae
dan Plasmodium knowlesi.(1) Spesies Plasmodium di Indonesia yang hidup pada manusia
lebih dominan P. falciparum dan P. vivax sedangkan P. ovale dan P. malariae biasanya
ditemukan di wilayah Indonesia bagian timur.
Malaria tersebar ke seluruh belahan dunia dan merupakan masalah global sehingga
World Health Organization (WHO) menetapkan komitmen global untuk mengontrol dan
eliminasi malaria bagi setiap negara. Menurut laporan World Malaria terbaru, ada 247
juta kasus malaria pada tahun 2021 dibandingkan dengan 245 juta kasus pada tahun 2020.
Perkiraan jumlah kematian malaria mencapai 619 000 pada tahun 2021 dibandingkan
dengan 625 000 pada tahun 2020. Selama 2 tahun puncak pandemi (2020-2021),
gangguan terkait COVID menyebabkan sekitar 13 juta lebih banyak kasus malaria dan
63.000 lebih banyak kematian akibat malaria. Wilayah Afrika WHO terus membawa
bagian yang sangat tinggi dari beban malaria global. Pada tahun 2021 Wilayah ini adalah
rumah bagi sekitar 95% dari semua kasus malaria dan 96% kematian. Anak-anak di
bawah usia 5 tahun menyumbang sekitar 80% dari semua kematian malaria di Wilayah
tersebut (WHO, 2023). Malaria adalah penyakit menular yang masih menjadi masalah
kesehatan di beberapa wilayah Indonesia, terutama pada kawasan timur Indonesia.
Jumlah kasus malaria di Indonesia pada tahun 2021 sebesar 304.607 kasus, jumlah ini
menurun jika dibandingkan jumlah kasus pada tahun 2009, yaitu sebesar 418.439 (Rokom,
2022).
Oleh karena itu, surveilans merupakan kluster yang fokus pada pengembangan
teknologi kesehatan digital untuk pengamatan dan pemetaan secara sistematis untuk
mendapatkan informasi dan data terkait dengan kejadian atau kasus yang berkenaan
dengan penyebaran malaria. Surveilans malaria adalah kegiatan pengamatan pada
manusia dan faktor risiko yang sistematis dan terus menerus terhadap data dan informasi
tentang kejadian penyakit malaria dan kondisi yang mempengaruhi terjadinya

1
peningkatan dan penularan penyakit malaria untuk memperoleh dan memberikan
informasi guna mengarahkan tindakan penanggulangan secara efektif dan efisien. Sistem
surveilans malaria yang efektif memungkinkan pengelola program malaria untuk
mengidentifikasi dan menargetkan wilayah dan kelompok populasi yang paling
terdampak terkena malaria, yang selanjutnya, berdasarkan informasi tersebut, untuk
memberikan intervensi yang diperlukan secara efektif dan untuk mengadvokasi sumber
daya; memantau secara teratur dampak dari langkah-langkah intervensi dan kemajuan
yang dicapai untuk menurunkan beban penyakit dan membantu pengelola program
malaria, baik di tingkat daerah maupun pusat, dalam memutuskan apakah diperlukan
penyesuaian atau perpaduan intervensi agar mengurangi penularan lebih lanjut;
mendeteksi dan menangani wabah secara tepat waktu; memberikan informasi yang
relevan untuk sertifikasi eliminasi; dan memantau apakah penularan kembali telah terjadi
dan, jika ada, meresponnya secara cepat dan efektif.

1.2 Rumusan Masalah


1. Jelaskan tentang penyakit Malaria!
2. Bagaimanakah pelaksanaan surveilans Malaria?
3. Bagaimanakah contoh review kasus pelaksanaan surveilans Malaria?

1.3 Tujuan Masalah


1. Untuk menjelaskan tentang penyakit Malaria.
2. Untuk menjelaskan pelaksanaan surveilans Malaria yang dilaksanakan.
3. Untuk mengetahui contoh kasus pelaksanaan surveilans Malaria melalui jurnal-
jurnal terkait.

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Penyakit Malaria


2.1.1 Definisi Penyakit Malaria
Malaria adalah penyakit yang disebabkan oleh parasit dari genus Plasmodium dan
ditularkan kepada manusia melalui gigitan nyamuk Anopheles betina. Di Indonesia angka
kejadian dan kematian penyakit ini masih tinggi terutama di luar pulau Jawa dan Bali, di
mana terdapat campuran penduduk dari daerah endemis dan tidak endemis malaria (Pradana
dkk, 2021).
Jenis Plasmodium yang banyak ditemukan di Indonesia adalah P falciparum dan P
vivax, sedangkan P Malariae dapat ditemukan di beberapa Provinsi antara lain: Lampung,
Nusa Tenggara Timur dan Papua. P Ovale pernah ditemukan di Nusa Tenggara Timur dan
Papua. Sedangkan tahun 2010 di Pulau Kalimantan dilaporkan P Knowlesi yang dapat
menginfeksi manusia yang sebelumnya hanya menginfeksi hewan primata/monyet dan
sampai saat ini masih terus diteliti (Anggraeni dkk, 2017).

2.1.2 Etiologi/Penyebab Penyakit Malaria


Malaria adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh parasit plasmodium yang hidup
dan berkembang biak dalam sel darah merah manusia. Penyakit ini secara alami ditularkan
melalui gigitan nyamuk Anopheles betina. Masa inkubasi adalah rentang waktu sejak
sporozoit masuk ke tubuh manusia sampai timbulnya gejala klinis yang ditandai dengan
demam. Masa inkubasi bervariasi tergantung spesies plasmodium. Masa pre-paten adalah
rentang waktu sejak sporozoit masuk ke tubuh manusia sampai parasit dapat dideteksi dalam
sel darah merah dengan pemeriksaan mikroskopik (Anggraeni dkk, 2017). Spesies
Plasmodium pada manusia adalah:
Tabel 1. Jenis Plasmodium Malaria dan Masa Inkubasinya
Plasmodium Masa Inkubasi (Rata-rata)
Plasmodium falciparum (P falciparum) 9 – 14 hari (12)
Plasmodium vivax (P vivax) 12 – 17 hari (15)
Plasmodium ovale (P ovale) 16 – 18 hari (17)
Plasmodium malariae (P malariae) 18– 40 hari (28)
Plasmodium knowlesi (P knowlesi) 10 – 12 hari (11)

3
Jenis Plasmodium yang banyak di temukan di Indonesia adalah P falciparum dan P
vivax. Plasmodium falciparum adalah penyebab utama Malaria paling berat, termasuk
Malaria serebral. Namun, akhir-akhir ini di Indonesia mulai banyak dilaporkan bahwa kasus-
kasus Malaria berat akibat P vivax. Selain itu, Plasmodium knowlesi yang awalnya hanya
menginfeksi primata ternyata pada tahun 2004 dilaporkan mampu menginfeksi manusia
(Mawuntu, 2018).
Penetapan etiologi KLB malaria dapat ditegakkan jika distribusi gejala kasus-kasus
yang dicurigai menunjukkan gejala demam adalah dominan, dan gejala lain yang menonjol
adalah menggigil, dan berkeringat, tetapi beberapa daerah bisa mempunyai gejala dan tanda
lebih spesifik. Sumber data analisis etiologi KLB malaria dapat berdasarkan data Penemuan
Kasus Malaria Secara Pasif di Fasilitas Pelayanan Kesehatan, atau Penemuan Penderita
Demam Massal. Setiap penderita yang dicurigai dilakukan uji diagnostik dengan pemeriksaan
mikroskopis sediaan darah, RDT atau pengujian lain yang sesuai Gejala klinis penderita
malaria bisa rancu dengan gejala klinis DBD, oleh karena itu, distribusi gejala dan hasil
pengujian laboratorium menjadi sangat penting untuk menentukan etiologi KLB malaria.
Berikut gambaran distribusi gejala malaria pada KLB malaria dapat dimanfaatkan untuk
menentukan etiologi KLB malaria menurut Anggraeni dkk (2017).

Tabel 2. Distribusi Gejala Pada KLB Malaria

DISTRIBUSI GEJALA PADA KLB MALARIA

Jumlah Kasus
No Gejala %
Dicurigai
1 Demam (37,5-40°C)
2 Menggigil
3 Berkeringat
4 Sakit kepala
5 Mual
6 Muntah
7 Diare
8 Nyeri otot
9 Anemi (pucat)

4
10 Mata/Kulit kuning (ikterus)
11 Air kencing seperti air teh/hitam
12 Gangguan kesadaran
13 Meninggal
Jumlah kasus yang diperiksa 100 %

2.1.3 Rantai Penularan Penyakit Malaria


Sumber penyakit adalah manusia yang merupakan Host intermidiate dan nyamuk
anopheles betina yang terinfeksi sebagai host definitive. Penyakit malaria ditularkan melalui
gigitan nyamuk anopheles betina yang siap menularkan (infected) di mana sebelumnya
nyamuk tersebut telah menggigit penderita malaria yang dalam darahnya mengandung
gametosit (gamet jantan dan betina) (Anggraeni dkk, 2017).
Analisis Sumber dan Cara Penularan, sumber penularan adalah lokasi di mana
penularan dari orang (penderita) – nyamuk - orang lain (penderita baru) terjadi. Artinya
lokasi tersebut banyak terdapat kasus malaria di tempat tersebut atau banyak kasus malaria
yang berhubungan dengan tempat tersebut, ada tempat di mana nyamuk berkembang biak
(tempat perindukan nyamuk), dan terjadi hubungan antara kasus yang digigit nyamuk, dan
nyamuk infected tersebut menggigit calon kasus baru (Anggraeni dkk, 2017). Informasi
adanya sumber dan cara penularan, sangat penting dalam upaya memutus rantai penularan
malaria. Langkah analisis sumber dan cara penularan:
1) Mengembangkan hipotesis sumber dan cara penularan berdasarkan analisis terpadu
terhadap perkembangan kasus, distribusi kasus berdasarkan lokasi (dusun/desa),
distribusi kasus menurut karakteristik penduduk (jenis kelamin, umur, tempat
bekerja dan faktor lain yang dicurigai), hasil survei bionomik vektor, hasil
pengamatan kebiasaan penduduk, perubahan lingkungan dan sebagainya.
2) Membuktikan hipotesis yang telah disusun dengan survei dinamika penularan, baik
berdasarkan data yang telah diperoleh, maupun mengembangkan survei baru untuk
melengkapi hasil pendataan sebelumnya.

2.2 Surveilans Malaria


Surveilans malaria adalah kegiatan pengamatan pada manusia dan faktor risiko yang
sistematis dan terus menerus terhadap data dan informasi tentang kejadian penyakit malaria
dan kondisi yang mempengaruhi terjadinya peningkatan dan penularan penyakit malaria

5
untuk memperoleh dan memberikan informasi guna mengarahkan tindakan penanggulangan
secara efektif dan efisien. Sistem surveilans malaria yang efektif memungkinkan pengelola
program malaria untuk:
1. Mengidentifikasi dan menargetkan wilayah dan kelompok populasi yang paling
terdampak terkena malaria, yang selanjutnya, berdasarkan
informasi tersebut, untuk memberikan intervensi yang diperlukan secara efektif dan
untuk mengadvokasi sumber daya;
2. Memantau secara teratur dampak dari langkah-langkah intervensi dan kemajuan yang
dicapai untuk menurunkan beban penyakit dan membantu pengelola program malaria,
baik di tingkat daerah maupun pusat, dalam memutuskan apakah diperlukan
penyesuaian atau perpaduan intervensi agar mengurangi penularan lebih lanjut;
3. Mendeteksi dan menangani wabah secara tepat waktu;
4. Memberikan informasi yang relevan untuk sertifikasi eliminasi; dan
5. Memantau apakah penularan kembali telah terjadi dan, jika ada, meresponnya secara
cepat dan efektif

Cakupan Kluster Surveilans:


Kebijakan surveilans Malaria di Indonesia, meliputi:
1. Surveilans dan sistem informasi malaria merupakan bagian integral dari sistem
surveilans epidemiologi nasional untuk mendukung tersedianya
data dan informasi yang cepat dan akurat, sebagai dasar pengambilan keputusan
dalam rangka perencanaan, pelaksanaan, monitoring dan evaluasi program
pengendalian malaria, termasuk SKD-KLB.
2. Penyelenggaraan surveilans malaria sesuai dengan tahapan eliminasi masing-masing
wilayah.
3. Seluruh suspek malaria harus diperiksa secara laboratorium dengan menggunakan
mikroskop atau Rapid Diagnostic Test (RDT). Penemuan kasus dilakukan secara pasif
maupun aktif untuk menjamin cakupan penemuan yang tinggi sehingga data yang
didapatkan menggambarkan keadaan yang sesungguhnya.
4. Surveilans kasus malaria berdasarkan kepada hasil diagnostik yang akurat dengan
memantau mutu diagnostik baik mikroskopis maupun Rapid Diagnostic Test (RDT).
5. Seluruh layanan kesehatan baik pemerintah maupun swasta yang melakukan
pemeriksaan malaria harus melaporkan secara rutin kepada dinas kesehatan setempat.

6
6. Pusat dan Dinas Kesehatan Provinsi/Kabupaten/Kota/Puskesmas melakukan analisis
data secara rutin untuk menghasilkan informasi strategis malaria, antara lain
mengenai endemisitas, kasus, fokus, faktor risiko termasuk pemetaannya; analisis tren
dan kewaspadaan KLB di wilayah kerja masing-masing.
7. Setiap daerah yang telah masuk tahap pembebasan dan tahap pemeliharaan harus
melakukan penyelidikan epidemiologi untuk setiap kasus dan penanggulangan fokus
sesuai hasil penyelidikan epidemiologi.

Contoh Surveilans di Indonesia:


Subdit P2PTVZ Kementerian Kesehatan sendiri telah memiliki sistem pelaporan yang
dinamakan e-SISMAL (Elektronik Sistem Informasi Surveilans Malaria). E-Sismal adalah
sistem pelaporan penderita atau pasien malaria untuk mempermudah dan meningkatkan
validitas pencatatan dan pelaporan Program Penanggulangan Malaria dari tingkat Unit
Pelayanan Kesehatan (UPK) sampai ke Pusat (Subdit Malaria). Pelaporan dilakukan oleh user
melalui laman website sismal.malaria.id. Sistem elektronik ini dikembangkan dengan
menggunakan program Microsoft Excel yang user friendly, dan mampu menghitung data
secara rinci dan merekap data sesuai dengan pelaporan malaria. Pada tingkat Puskesmas, e-
SISMAL diisi maksimal tanggal 10 setiap bulannya dengan mengentri data pasien, sedangkan
untuk tingkat Kabupaten digunakan untuk merekap data pasien malaria di seluruh Puskesmas
pada lingkup Kabupaten atau Kota, sedangkan pada tingkat Provinsi, digunakan untuk
rekapitulasi pada tingkat Kabupaten.

2.2.1 Indikator Surveilans Malaria


Menurut Laporan Kinerja oleh Kemenkes (Direktorat Jenderal Pencegahan dan
Pengendalian Penyakit) tahun 2019 tentang penyakit menular, penyakit tidak menular serta
meningkatnya kesehatan jiwa, yang ditandai dengan Indikator Kinerja Program (IKP) yang di
dalamnya terdapat indikator surveilans Malaria yaitu jumlah kabupaten/kota mencapai
eliminasi Malaria sebanyak 300 kabupaten/kota.

7
Gambar 1. Sasaran Strategis Kementerian Kesehatan terkait P2P tahun 2020-2024

Menurut strategis Ditjen P2P tahun 2020-2024, indikator sasaran strategi program
surveilans malaria yaitu tercapainya eliminasi malaria di 405 Kab/Kota pada akhir tahun
2024 (Rencana Aksi Program [RAP] tahun 2020-2024 oleh Ditjen P2P, 2020).
Menurut Kemenkes (2020) dalam kegiatan surveilans migrasi terdapat indikator-
indikator yang dijadikan dasar sebagai tolak ukur keberhasilan pelaksanaan kegiatan.
Indikator yang ditetapkan mengacu kepada pencapaian utama MDGs yaitu menurunkan
angka positif malaria (API/Annual Parasite Incidence) di Indonesia. Indikator tersebut, antara
lain:
- Persentase penduduk migrasi yang diperiksa sediaan darahnya
- Persentase sediaan darah yang positif malaria (Positivity Rate)
- Persentase penderita positif malaria yang diobati
- Persentase kasus positif yang dilakukan notifikasi silang (cross notifikasi)

2.2.2 Tujuan Surveilans Malaria


Menurut Menteri Kesehatan (2007) surveilans dalam program pemberantasan malaria
bertujuan:
1. Melakukan pengamatan dini (SKD) malaria di Puskesmas dan unit pelayanan
kesehatan lainnya dalam rangka mencegah KLB malaria.

8
2. Menghasilkan informasi yang cepat dan akurat.
3. Penanggulangan KLB malaria secara dini.
4. Mendapatkan tren penyakit malaria dari waktu ke waktu.
5. Mendapatkan gambaran distribusi penyakit malaria menurut orang,
tempat dan waktu.

2.2.3 Kriteria Kasus Malaria


Kriteria KLB Malaria dibedakan antara daerah tahap pemberantasan, pre-eliminasi,
eliminasi dan pemeliharaan (Anggraeni dkk, 2017).

Gambar 2. Alur penetapan KLB Malaria pada Daerah Tahap Pemberantasan, Pre-eliminasi
dan Eliminasi

a. Kriteria KLB Malaria Pada Daerah Tahap Pemberantasan dan Pre-eliminasi Pada
Desa atau Kelurahan.
1) Terjadi peningkatan jumlah penderita dalam sebulan sebanyak 2 kali atau lebih
dibandingkan dengan salah satu keadaan di bawah ini:
a) Jumlah penderita dalam sebulan pada bulan sebelumnya
b) Jumlah penderita dalam sebulan, pada bulan yang sama tahun sebelumnya
atau
2) Terjadi peningkatan jumlah penderita malaria meninggal dalam periode tertentu
lebih dari 50 % dibanding keadaan sebelumnya dalam periode yang sama.

9
b. Kriteria KLB Malaria Pada Daerah Tahap Eliminasi Pada Desa atau Kelurahan:
1) Terjadi peningkatan jumlah penderita malaria indigenous di suatu wilayah
tertentu dalam sebulan sebanyak 2 kali atau lebih dibandingkan dengan salah satu
keadaan di bawah ini:
1. Jumlah penderita malaria indigenous di wilayah yang sama dalam sebulan
pada bulan sebelumnya
2. Jumlah penderita malaria indigenous di wilayah yang sama dalam sebulan,
pada bulan yang sama tahun sebelumnya atau
2) Terjadi peningkatan jumlah penderita malaria (indigenous dan atau impor)
meninggal dalam periode tertentu lebih dari 50 % dibanding keadaan sebelumnya
dalam periode yang sama.
3) Pada Daerah Pengendalian Malaria Tahap Pemeliharaan Terjadi KLB malaria
jika : ditemukan satu atau lebih penderita malaria indigenous (termasuk penderita
malaria introduce).

2.2.4 Sumber Data kasus Malaria


Menurut Anggraeni dkk (2017) sumber data/informasi adanya KLB Malaria, yaitu:
a) Sistem deteksi dini KLB malaria di Puskesmas, rumah sakit dan fasilitas pelayanan
kesehatan (SKD-KLB malaria) melalui kegiatan pemantauan adanya KLB di
masyarakat, Pemantauan Wilayah Setempat Kasus Malaria dan penyelidikan
dugaan adanya KLB malaria.
b) Laporan masyarakat.

2.2.5 Kegiatan Surveilans Malaria


Kegiatan surveilans Malaria menurut Anggreani dkk (2017) terbagi atas:
A. Surveilans Kejadian Luar Biasa (KLB) Malaria
1. Pengumpulan data kasus di masing-masing jenjang (Menteri Kesehatan, 2007)
Jenis Data kasus malaria yang dikumpulkan di setiap jenjang baik di tingkat
Puskesmas, Kabupaten, Provinsi dan Pusat merupakan data situasi malaria
yang secara umum dapat dibagi menjadi beberapa periode, yaitu: Periode
Peringatan Dini (PPD) dan Penanggulangan Kejadian Luar Biasa (KLB).
a. Kegiatan di tingkat Puskesmas Data dikumpulkan/dianalisa:
1) Data kasus
a) Data kematian per desa/dusun per minggu

10
b) Pengamatan kasus malaria klinis per desa per minggu
c) Pengamatan kasus malaria positif dan spesiesnya per desa per
minggu
d) Kelompok umur penderita (bayi, balita, anak sekolah dan dewasa)
per desa per minggu
e) Penyelidikan epidemiologi pada semua penderita malaria positif
f) Penderita malaria diobati klinis dan radikal
g) Penderita yang masih positif setelah diberi pengobatan.
Data tersebut dapat diperoleh dari buku registrasi Pustu, buku registrasi
dan pemeriksaan laboratorium Puskesmas, laporan Juru Malaria Desa
(JMD), pencatatan Kader malaria serta pencatatan penderita yang
memperoleh pengobatan.
2) Data upaya pemberantasan vektor
Data tersebut adalah data temporer di mana dilaporkan jika dilakukan
suatu upaya pemberantasan, misal : Penyemprotan rumah, Pemolesan
Kelambu larviciding, Biological Control, pembersihan lumut dll.
3) Data vektor
Pengamatan jentik per-bulan, kepadatan nyamuk dewasa (dilakukan
asisten entomologi kabupaten dibantu Co. Ass. Entomologi Puskesmas)
4) Data logistik
Stok obat anti malaria (Artesunate+Amodiaquin, Klorokuin, primakuin,
sufadoksin+pirimetamin, kina tablet dan kina injeksi), bahan
laboratorium, peralatan.
5) Data demografi
Jumlah penduduk per desa/dusun, penduduk menurut golongan umur,
pekerjaan dan lain-lain.
6) Data lingkungan
a) Stratifikasi daerah persawahan, hutan, pantai dll.
b) Data curah hujan
b. Kabupaten
1) Data kematian di Puskesmas, Rumah Sakit
2) Data kasus per desa per bulan
3) Data cakupan pengobatan
4) Data upaya pemberantasan vektor

11
5) Data vektor
6) Data laboratorium
7) Data demografi
8) Data logistik
9) Data lingkungan (curah hujan, luas tempat perindukan)
10) Data sosial & budaya
c. Provinsi
1) Data kematian di Puskesmas, Rumah Sakit
2) Data kasus per Puskesmas per bulan
3) Data cakupan pengobatan
4) Data vektor
5) Data demografi
6) Data logistik
d. Pusat
1) Data kematian per kabupaten per bulan (Puskesmas, RS)
2) Data kasus per kabupaten per bulan
3) Data vektor
4) Data logistik
5) Data demografi
2. Memastikan adanya KLB Malaria
Penetapan KLB Malaria dilaksanakan secara bertahap sejak adanya dugaan
adanya KLB Malaria, sampai KLB dinyatakan berakhir. Adanya dugaan KLB
Malaria sudah memerlukan penyelidikan dan penanggulangan KLB sesuai
dengan kondisinya, antara lain:
a. Memantau perkembangan jumlah absolut kasus malaria suspek dan kasus
malaria positif dari waktu ke waktu (harian, mingguan dan bulanan).

b. Menentukan waktu mulai KLB malaria, memantau perkembangan luas


daerah berjangkit KLB dan memantau perkembangan besarnya attack rate
kasus malaria suspek dan kasus malaria positif selama periode KLB (harian.
mingguan dan bulanan).
c. Memantau perkembangan Slide Positivity Rate (SPR) dan proporsi
Plasmodium falsiparum dari waktu ke waktu (harian, mingguan dan
bulanan)

12
d. Jika diperlukan, melakukan penyelidikan lebih luas untuk mengetahui
pengaruh faktor risiko tertentu dan identifikasi sumber-sumber penularan.
e. Pelaksanaan Kegiatan Penanggulangan KLB Malaria.
f. Puskesmas segera membuat laporan adanya KLB malaria kepada Dinas
Kesehatan Kabupaten/Kota (laporan KLB 24 jam/W1).
g. Melaksanakan penyelidikan epidemiologi segera setelah Laporan KLB 24
Jam/W1 dikirim ke Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota. Survei pengetahuan,
sikap dan perilaku masyarakat dapat dilaksanakan bersama dengan kegiatan
penyelidikan epidemiologi.
h. Mendirikan pos-pos pelayanan kesehatan dekat dengan pemukiman
penduduk (metode Penemuan Penderita Demam Massal/MFS), terutama
pada lokasi yang diduga terjadi penularan yang tinggi.
1) Tujuan
• Memastikan adanya KLB malaria
• Mencari, menemukan dan mengobati penderita malaria, sehingga
dapat menurunkan risiko penularan setempat (menghilangkan
sumber-sumber penularan)
2) Pelaksanaan
• Penderita berobat ke pos-pos kesehatan direkam dalam Register
Berobat Pos Kesehatan. Penderita demam (kasus malaria suspek)
diberi tanda sebagai kasus malaria suspek.
• Setiap penderita demam (kasus malaria suspek) diwawancarai
dengan menggunakan formulir wawancara Form Penyelidikan
Epidemiologi KLB Malaria.
• Setiap penderita demam (kasus malaria suspek) diambil spesimen
darah dan diuji secara mikroskopis atau RDT yang sesuai.
• Setiap kasus malaria positif mendapat pengobatan standar.
• Penderita demam yang tidak datang ke pelayanan kesehatan
didatangi ke rumah penderita.
• Setiap kasus malaria positif diikuti dengan pemeriksaan kontak
dengan menguji sediaan darah penghuni rumah (3-5 rumah) yang
berdekatan dengan rumah kasus malaria positif. Kasus malaria

13
positif (simtomatis dan asimtomatis) harus mendapat pengobatan
standar.
• Rangkaian kegiatan Penemuan Penderita Demam Massal (MFS)
diselesaikan dalam waktu secepatnya tidak lebih dari 7 hari sejak
kegiatan ini dilaksanakan, termasuk pemberian obat kepada
penderita malaria positif untuk menghilangkan parasit malaria dari
penderita. Cara ini diharapkan dapat menurunkan risiko penularan
dan mencegah terjadinya re-infeksi.
• Melakukan analisis untuk memastikan adanya KLB Malaria dan
atau evaluasi dampak terhadap perkembangan dan perluasan KLB
malaria (lihat analisis pada kegiatan Penemuan Penderita Demam
Massal/MFS).
• Jika diperlukan, mengintensifkan kegiatan Penemuan Penderita
Demam Massal (MFS) di seluruh wilayah KLB malaria, sehingga
seluruh penderita malaria dapat ditemukan dan diobati dalam
waktu kurang dari 7 hari sejak mulai melaksanakan Penemuan
Penderita Demam Massal, sehingga dampak pengobatan dapat
menurunkan risiko penularan malaria dan mencegah re-infeksi di
seluruh wilayah KLB.
3) Melaksanakan upaya penanggulangan KLB malaria dengan
menerapkan Pemeriksaan Darah Massal (MBS), sesuai hasil analisis
dan keputusan tim penanggulangan KLB, terutama pada wilayah-
wilayah KLB dengan Attack Rate dan atau Case Fatality Rate yang
tinggi.
4) Melaksanakan upaya penanggulangan KLB malaria dengan
mendistribusikan kelambu berinsektisida, sesuai analisis dan keputusan
tim penanggulangan KLB.
5) Melaksanakan upaya penanggulangan KLB Malaria dengan
melaksanakan Penyemprotan Insektisida (IRS), sesuai analisis dan
keputusan tim penanggulangan KLB.
6) Sesuai dengan kebutuhan penyelidikan dapat dilakukan berbagai
penyelidikan lebih luas:

14
• Melakukan kajian pengaruh jangkauan dan kualitas pelayanan
kesehatan terhadap KLB malaria
• Melaksanakan survei pengaruh pengetahuan, sikap dan perilaku
masyarakat terhadap malaria dan KLB malaria
• Melaksanakan kajian pengaruh kondisi lingkungan pemukiman,
curah hujan dan migrasi penduduk terhadap KLB malaria,
terutama untuk mengetahui adanya lingkungan sebagai sumber-
sumber penularan
• Melakukan survei dinamika penularan
• Melaksanakan pengamatan dan survei vektor
• Data vektor yang dikumpulkan adalah meliputi spesies vektor,
bionomik dan tempat perkembangbiakan. Data tersebut
dikumpulkan dari hasil kegiatan survei vektor pada saat konfirmasi
KLB dan akhir KLB. (Lihat pada Pengamatan dan Survei Vektor)
• Melaksanakan verbal otopsi
7) Melaksanakan surveilans
Secara umum, surveilans selama periode KLB malaria adalah
memanfaatkan data yang diperoleh saat melaksanakan kegiatan
penanggulangan KLB malaria, antara lain, kegiatan Penemuan
Penderita Malaria Secara Aktif di Pos-pos Kesehatan dan atau Fasilitas
Kesehatan Lain; Pemeriksaan Darah Massal (MBS), kegiatan
penyemprotan rumah (IRS), penyelidikan epidemiologi, pengamatan
vektor dan sebagainya.
Menetapkan luasnya KLB berdasarkan waktu, tempat dan orang (epidemiologi
deskriptif). Secara umum, data penderita malaria berdasarkan kegiatan
Penemuan Penderita Demam Massal dapat diolah dan disajikan dalam
berbagai bentuk tampilan analisis yang memberikan gambaran luasnya KLB
malaria:
i. Kurva epidemi atau grafik fluktuasi kasus mingguan, atau bulanan.
ii. Distribusi Kasus KLB malaria menurut hasil pengujian laboratorium
iii. KLB malaria Distribusi Kasus menurut umur dan jenis kelamin
iv. Distribusi Kasus KLB malaria menurut Desa/Dusun dan waktu
v. Distribusi Kasus KLB malaria menurut karakteristik khusus lainnya.

15
B. Sistem Kewaspadaan Dini KLB (SKD KLB)

Gambar 3. SKD-KLB Malaria

Secara umum pelaksanaan SKD-KLB malaria terdiri dari kegiatan:


1) Kajian epidemiologi secara terus menerus dan sistematis terhadap penyakit
berpotensi KLB dan kondisi rentan KLB agar dapat menentukan adanya daerah
atau kelompok masyarakat yang rentan terjadinya KLB malaria.
2) Memberikan peringatan pada pengelola program dan sektor serta masyarakat
adanya daerah atau kelompok rentan KLB malaria agar meningkatkan
kewaspadaan dan kesiapsiagaan terhadap KLB malaria.
3) Meningkatkan kewaspadaan dan kesiapsiagaan di Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota, Puskesmas, rumah sakit dan fasilitas kesehatan lainnya serta
masyarakat di daerah rentan KLB malaria terhadap kemungkinan terjadinya
KLB malaria, yaitu:
a) Melaksanakan berbagai upaya pencegahan terjadinya KLB (merupakan
bagian dari program penanggulangan KLB).
b) Memperkuat kesiapsiagaan terhadap kemungkinan terjadinya KLB
(merupakan bagian dari program penanggulangan KLB).
c) Melaksanakan sistem deteksi dini timbulnya kondisi rentan terjadinya KLB
dan respon.
d) Melaksanakan sistem deteksi dini adanya KLB dan respon.
e) Melaksanakan penyelidikan dugaan KLB malaria.

16
2.2.6 Form Surveilans Malaria
Berikut form penyelidikan surveilans Malaria menurut Anggreani dkk (2017).

17
Gambar 4. Form Penyelidikan Epidemiologi Kejadian Luar Biasa Malaria

2.2.7 Kendala/Masalah Pelaksanaan Surveilans Malaria


Kegiatan pencegahan dan pengendalian malaria di Indonesia telah mencapai target
yang ditetapkan, namun masih terdapat permasalahan yang menjadi tantangan (Kemenkes,
2019), seperti:
1) Disparitas angka kejadian malaria antara wilayah Kawasan Timur Indonesia
khususnya Papua dengan wilayah lainnya.
2) Akses dan cakupan layanan baik Rumah Sakit, klinik, DPS pada remote area
masih belum memadai.

18
3) Pengendalian resistensi Obat Anti Malaria (OAM) dengan prinsip one gate policy
(pengelolaan satu pintu atau pengelolaan sediaan farmasi di Puskesmas hanya
dilakukan oleh Tenaga Kefarmasian di Instalasi Farmasi), reserve drug policy dan
free market control belum optimal.
4) Rujukan layanan dan jejaring tatalaksana belum optimal.
5) Manajemen ketersediaan OAM belum optimal.
6) Pengawasan penggunaan kelambu masih kurang adekuat, daerah belum melakukan
pengawasan penggunaan kelambu.
7) Migrasi penduduk mempengaruhi potensi penyebaran malaria.
8) Di daerah endemis rendah banyak terdapat daerah fokus malaria yang sulit
(tambang liar, illegal logging, perkebunan ilegal, tambak terbengkalai).
9) Ketepatan dan kelengkapan pelaporan yang belum optimal.
10) Belum semua daerah pembebasan dan pemeliharaan mempunyai pemetaan daerah
fokus.

2.3 Contoh Review Jurnal terkait Surveilans Malaria


Contoh jurnal terkait surveilans penyakit malaria kelompok kami review yang diambil
dari Google Scholar baik nasional maupun internasional, antara lain:
1. Hubungan Antara Kondisi Fisik Rumah Dengan Kejadian Penyakit Malaria Di
Wilayah Kerja Puskesmas Sahu Kabupaten Halmahera Barat (2015).

19
Judul Hubungan Antara Kondisi Fisik Rumah Dengan Kejadian Penyakit
Malaria Di Wilayah Kerja Puskesmas Sahu Kabupaten Halmahera
Barat
Penulis Ardilla W. Dansa, Budi T. Ratag, dan Jantje Prang.
Jurnal Artikel Ilmiah Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam
Ratulangi
Asal/Sumber Universitas Sam Ratulangi (Google Scholar)
(https://fkm.unsrat.ac.id/wp-content/uploads/2015/02/Artikel-
Ilmiah_Ardilla-Dansa_091511181.pdf).
Tahun Publikasi 2015
Tujuan Mengetahui hubungan antara kondisi fisik rumah dengan kejadian
penyakit malaria di Wilayah Kerja Puskesmas Sahu Kabupaten
Halmahera Barat
Jenis Penelitian Penelitian observasional analitik dengan desain case control study.
Populasi Sampel Populasi penelitian berjumlah 58 pasien dengan besarnya sampel kasus
sebanyak 50 responden dan sampel kontrol sebanyak 50 responden.
Variabel bebas yang diteliti adalah kerapatan dinding rumah,
keberadaan langit-langit (flafon) rumah dan penggunaan kawat kasa
pada ventilasi rumah.
Instrumen Wawancara (interview) dan observasi.
Analisis Data Untuk menganalisis kondisi fisik rumah yang mempengaruhi kejadian
penyakit malaria menggunakan uji statistik chi-square (X2 ) dengan
tingkat kemaknaan 95% (α=0,05). Analisis univariat dilakukan untuk
memperoleh gambaran distribusi frekuensi subyek penelitian dan
distribusi proporsi kasus dan kontrol menurut masing-masing variabel
independent (faktor risiko) yang diteliti. Analisis bivariat digunakan
untuk mengetahui hubungan antara kondisi fisik rumah dengan
kejadian penyakit malaria yang sekaligus menguji hipotesis hubungan
antar variabel.
Hasil Penelitian Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara
kerapatan dinding rumah dengan kejadian penyakit malaria dengan
nilai p=0,028 (OR=2,455; CI (95%)=1,533-9,868), terdapat hubungan
antara keberadaan langit-langit (flafon) rumah dengan kejadian

20
penyakit malaria dengan nilai p=0,000 (OR=4,958; CI (95%)=2,124-
11,576) dan terdapat hubungan antara penggunaan kawat kasa pada
ventilasi rumah dengan kejadian penyakit malaria dengan nilai
p=0,003 (OR=3,467; CI (95%)=1,137-7,152).
Kesimpulan Kesimpulan dalam jurnal ini adalah terdapat hubungan antara
kerapatan dinding rumah, keberadaan langit-langit (flafon) rumah dan
penggunaan kawat kasa pada ventilasi rumah dengan kejadian
penyakit malaria. Disarankan kepada petugas kesehatan di Puskesmas
Sahu dan juga pemerintah setempat perlu lebih aktif lagi dalam
promosi kesehatan, dalam hal ini dapat melakukan penyuluhan tentang
pentingnya pencegahan penyakit malaria dengan memperhatikan
lingkungan sekitar yang dapat menjadi tempat perkembangbiakan
vektor malaria.
Jumlah sitasi Referensi baik dari buku, jurnal maupun website yang digunakan
yang digunakan dalam jurnal ini yaitu berjumlah 19.

2. Hubungan Antara Pengetahuan Dan Faktor Sosio-Demografi Dengan Kepatuhan


Menggunakan Kelambu Pada Masyarakat Di Kelurahan Gunung Woka Kota Bitung
(2017).

21
Judul Hubungan Antara Pengetahuan dan Faktor Sosio-Demografi Dengan
Kepatuhan Menggunakan Kelambu Pada Masyarakat Di Kelurahan Gunung
Woka Kota Bitung.
Penulis Teisly Monica Wuisan, Budi Ratag, dan Billy J. Kepel
Jurnal Artikel Ilmiah Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi
Asal/ Universitas Sam Ratulangi (Google Scholar)
Sumber (https://ejournal.unsrat.ac.id/v3/index.php/kesmas/article/download/23091/22
787).
Tahun 2017
Publikasi
Tujuan Untuk mengetahui hubungan antara pengetahuan dan faktor sosio–demografi
dengan kepatuhan menggunakan kelambu dalam pencegahan malaria pada
masyarakat di Kelurahan Gunung Woka.
Jenis Jenis penelitian dalam jurnal ini adalah desain penelitian cross sectional
Penelitian study yang dilaksanakan pada September 2017.
Populasi Sampel dalam penelitian ini menggunakan teknik Simple Random Sampling
Sampel dengan jumlah sampel 86 orang.
Instrumen Wawancara (kuesioner) dan dokumentasi.
Analisis Uji statistik yang digunakan yaitu Chi Square dan Fisher’s Exact untuk
Data mengetahui hubungan antara variabel independent dengan dependent dengan
nilai signifikansi α=5%.
Hasil Hasil penelitian menunjukkan bahwa uji univariat dari 86 responden
Penelitian menunjukkan usia responden sebagian besar berusia 30 – 44 tahun (38,4%).
Tingkat pendidikan responden sebagian besar adalah SMA (52,3 %).
Sebagian besar responden dengan jenis kelamin perempuan (60,5 %). Hasil
uji bivariat menunjukkan bahwa ada hubungan antara pengetahuan dengan
kepatuhan menggunakan kelambu ( p-value : 0,000,05). Ada hubungan
antara pekerjaan dengan kepatuhan menggunakan kelambu ( p-value:
0,00<0,05).
Kesimpulan Kesimpulan dalam jurnal ini adalah ada hubungan antara pengetahuan dan
pekerjaan dengan kepatuhan menggunakan kelambu, serta tidak ada
hubungan antara pendidikan dengan kepatuhan menggunakan kelambu,
diharapkan lembaga kesehatan daerah meningkatkan pelatihan penyuluhan

22
tentang malaria bagi tenaga puskesmas serta melakukan supervisi dan
pembinaan ke puskesmas secara rutin sehingga dapat meningkatkan kualitas
pelaksaan program pengendalian penyakit menular khususnya malaria.
Jumlah Referensi baik dari buku, jurnal maupun website yang digunakan dalam
sitasi yang jurnal ini yaitu berjumlah 13.
digunakan

3. Evaluasi Pelaksanaan Kegiatan Surveilans Malaria Dalam Mendukung Eliminasi


Penyakit Malaria di Kabupaten Kupang (2021).

Judul Evaluasi Pelaksanaan Kegiatan Surveilans Malaria Dalam Mendukung


Eliminasi Penyakit Malaria di Kabupaten Kupang
Penulis Maria Yosephina Desita, Yuliana Radja Riwu, dan Ribka Limbu
Jurnal Media Kesehatan Masyarakat
Volume dan Volume 3, Nomor 2
Nomor
Tanggal 06 Agustus 2021
dipublikasi
Tujuan Mengevaluasi kegiatan surveilans malaria dalam mendukung eliminasi

23
malaria di Kabupaten Kupang tahun 2020 berdasarkan penilaian input,
proses dan output.
Jenis Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan pendekatan
kualitatif dengan menggunakan metode purposive sampling.
Populasi Sampel Subjek penelitian dalam jurnal ini adalah petugas surveilans malaria
Dinas Kesehatan Kabupaten Kupang, dan Puskesmas Batakte,
Puskesmas Baumata, dan Puskesmas Tarus (periode bulan Agustus-
September 2020).
Instrumen - Data primer berupa hasil wawancara dan observasi
- Data sekunder berupa dokumentasi
Analisis Data Analisis data dilakukan dalam jurnal ini yaitu secara deskriptif.
Hasil Penelitian Hasil penelitian menunjukkan bahwa:
- Input yang tersedia dinilai kurang memadai yakni sumber daya
manusia dengan tingkat pendidikan 66,7% bukan epidemiolog,
dan 100% petugas memiliki tugas rangkap. Secara khusus,
anggaran kegiatan surveilans malaria dinas kesehatan tidak
memadai, sedangkan di puskesmas didanai dari anggaran Bantuan
Operasional Kesehatan (BOK). Sarana untuk kegiatan surveilans
malaria belum tersedia secara lengkap.
- Prosesnya dinilai cukup baik: pengumpulan data menggunakan
format laporan mingguan dan bulanan, kelengkapan laporan, dan
akurasi >80%. Kompilasi data sudah menggambarkan
karakteristik masyarakat, waktu, dan tempat-analisis dan
interpretasi data dengan membuat perbandingan jumlah kasus
yang disajikan dalam grafik.
- Output dinilai tidak sesuai: informasi seperti publikasi buletin
surveilans tahunan tidak tersedia, penyebaran informasi oleh dinas
kesehatan hanya ke lintas program, puskesmas ke lintas program,
dan lintas sektor.
- Umpan balik telah dicapai: dinas kesehatan membuat laporan
triwulanan dan kunjungan ke puskesmas melalui mini lokakarya.
Kesimpulan Kesimpulan dalam jurnal ini adalah input belum memadai, proses
cukup baik, keluaran tidak sesuai. Disarankan dinas kesehatan dan

24
puskesmas perlu memperhatikan kualifikasi pendidikan petugas,
penyediaan sarana kegiatan surveilans, dan publikasi bulletin
surveilans tahunan.
Jumlah sitasi Referensi baik dari buku, jurnal maupun website yang digunakan
yang digunakan dalam jurnal ini yaitu berjumlah 25.

4. Prevalensi malaria pada kehamilan di Laos selatan: survei cross-sectional (2016,


Internasional)

Judul Prevalensi malaria pada kehamilan di Laos selatan: survei cross-


sectional
Penulis Valérie Briand, Jean-Yves Le Hesran, Mayfong Mayxay, Paul N.
Newton, Gwladys Bertin, Sandrine Houzé, Sommay Keomany, Yom
Inthavong, Nanthasane Vannavong, Keobouphaphone Chindavongsa,

25
Bouasy Hongvanthong and Nadine Fievet.
Jurnal Malaria Journal
Volume dan Volume 15
Nomor
Asal/Sumber DOI 10.1186/s12936-016-1492-2
Tahun publikasi 2016
Tujuan Untuk mengetahui data tentang beban malaria dalam kehamilan (mip)
di Laos, di mana malaria masih lazim di selatan.
Jenis Penelitian Dua survei cross-sectional dilakukan pada tahun 2014 untuk menilai
prevalensi mip di Distrik Vapi, Provinsi Salavan, Laos selatan.
Populasi Sampel Subjek penelitian dalam jurnal ini adalah yang pertama terdiri dari
skrining 204 wanita hamil selama kehamilan [rata-rata (95% CI) usia
kehamilan: 23 (22–25 ) minggu] tinggal di 30 desa yang dipilih secara
acak di Distrik Vapi; yang kedua dilakukan di antara 331 wanita hamil,
yang melahirkan selama masa studi di Rumah Sakit Distrik Vapi dan
Toumlane dan di Rumah Sakit Provinsi Salavan.
Analisis Data Analisis data dilakukan dalam jurnal ini yaitu Entri dan analisis data
dilakukan dengan menggunakan Epidata (versi 3.1) dan Stata (versi
13).
Hasil Penelitian Hasil penelitian menunjukkan bahwa di desa-desa, 12/204 wanita
(5,9%; 95% CI 3,1–10,0) terinfeksi malaria sebagaimana ditentukan
oleh RT qpcr: 11 infeksi Plasmodium vivax dan 1 infeksi campuran
Plasmodium vivax/Plasmodium falciparum, 9 diantaranya sub-
mikroskopis (karena tidak terdeteksi oleh TBS). Riwayat malaria
selama kehamilan saat ini cenderung dikaitkan dengan risiko mip yang
lebih tinggi (airr 3,05; 95% CI 0,94–9,88). Saat melahirkan, dua
infeksi sub mikroskopis Plasmodium falciparum (satu perifer dan satu
plasenta) terdeteksi (4,5%; 0,6-15,5) di Distrik Vapi. Dalam kedua
survei, semua wanita yang terinfeksi menyatakan bahwa mereka tidur
di bawah kelambu pada malam sebelum survei, dan 86% pergi ke
hutan untuk mencari makan 1 minggu sebelum survei di median.
Sebagian besar infeksi (94%) tidak menunjukkan gejala dan
setengahnya berhubungan dengan anemia. Secara keseluruhan, 24%

26
wanita memiliki bayi baru lahir BBLR. Faktor yang terkait dengan
risiko BBLR yang lebih tinggi adalah penggunaan tembakau (airr 2,43;
95% CI 1,64–3,60) dan kelahiran prematur (airr 3,17; 95% CI 2,19–
4,57). Faktor-faktor yang berhubungan dengan risiko anemia ibu yang
lebih tinggi adalah tidak adanya suplemen zat besi selama kehamilan,
suku Lao Theung dan tempat tinggal.
Kesimpulan Kesimpulan dalam jurnal ini adalah Prevalensi mip pada populasi ini
terlihat. Sebagian besar infeksi adalah malaria vivax tanpa gejala dan
sub mikroskopis, yang menimbulkan pertanyaan tentang keandalan
strategi nasional yang direkomendasikan untuk skrining dan
pencegahan mip di Laos.
Jumlah sitasi Referensi baik dari buku, jurnal maupun website yang digunakan
yang digunakan dalam jurnal ini yaitu berjumlah 27.

27
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
1. Malaria adalah penyakit yang disebabkan oleh parasit dari genus Plasmodium dan
ditularkan kepada manusia melalui gigitan nyamuk Anopheles betina. Jenis
Plasmodium yang banyak ditemukan di Indonesia adalah P falciparum dan P
vivax.
2. Surveilans selama periode KLB malaria adalah memanfaatkan data yang
diperoleh saat melaksanakan kegiatan penanggulangan KLB malaria, antara lain,
kegiatan Penemuan Penderita Malaria Secara Aktif di Pos-pos Kesehatan dan atau
Fasilitas Kesehatan Lain; Pemeriksaan Darah Massal (MBS), kegiatan
penyemprotan rumah (IRS), penyelidikan epidemiologi, pengamatan vektor dan
sebagainya.
3. Contoh jurnal kelompok kami review salah satunya adalah Hubungan Antara
Pengetahuan Dan Faktor Sosio-Demografi Dengan Kepatuhan Menggunakan
Kelambu Pada Masyarakat Di Kelurahan Gunung Woka Kota Bitung oleh Teisly
dkk (2017).

3.2 Saran
Sebaiknya perlu data terbaru terkait laporan kinerja penyakit Malaria untuk
mengetahui sejauh mana perkembangan proses eliminasi Malaria di Indonesia khususnya.

28
DAFTAR PUSTAKA

Anggraeni, N. D., A. N. Umar, D. Mazanova, dkk. 2017. Penyelidikan dan


Penanggulangan Kejadian Luar Biasa Penyakit Menular dan Keracunan
Pangan. Jakarta: Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.
Ardilla WD, Budi TR, dan Jantje P. 2015. Hubungan Antara Kondisi Fisik Rumah
Dengan Kejadian Penyakit Malaria Di Wilayah Kerja Puskesmas Sahu
Kabupaten Halmahera Barat. Artikel Ilmiah Fakultas Kesehatan Masyarakat
Universitas Sam Ratulangi Manado. https://fkm.unsrat.ac.id/wp-
content/uploads/2015/02/Artikel-Ilmiah_Ardilla-Dansa_091511181.pdf
[Diakses pada tanggal 17 Mei 2023].
Briand, V., et al. 2016. Prevalence of malaria in pregnancy in southern Laos: a cross-
sectional survei. Malaria Journal. 15: 1-11.
https://scholar.google.com/scholar?hl=id&as_sdt=0%2C5&q=prevalence+m
alaria+on+pregnancy+in+laos+south&btnG=#d=gs_qabs&t=168429971312
8&u=%23p%3DxZqFH1_EXG4J [Diakses pada tanggal 17 Mei 2023].
Desita, M. Y., Yuliana R. R., dan Ribka L. 2021. Evaluasi Pelaksanaan Kegiatan
Surveilans Malaria Dalam Mendukung Eliminasi Penyakit Malaria di
Kabupaten Kupang. Media Kesehatan Masyarakat. 3(2): 165-174.
Dirjen P2P. 2020. Rencana Aksi Program (RAP) Tahun 2020-2024. Jakarta: Ditjen
Pencegahan dan Pengendalian Penyakit. https://e-
renggar.kemkes.go.id/file_performance/1-465827-01-3tahunan-178.pdf.
Kemenkes. 2019. Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian
Penyakit Tahun 2019. Jakarta: Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.
Kemenkes. 2020. Petunjuk Teknis Pelaksanaan Surveilans Migrasi Malaria. Jakarta:
Kementerian Kesehatan RI.
Mawuntu, A. H. P. 2018. Malaria Serebral. Jurnal Sinaps. 1(3): 1-21.
Menteri Kesehatan. 2007. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor:
275/MENKES/SK/III/2007 Tentang Pedoman Surveilans Malaria. Jakarta:
Menteri Kesehatan Republik Indonesia.
Pradana, A. A., I. K. Pramitaningrum, M. Aslam, dan R. Anindita. 2021. Epidemiologi
Penyakit Menular Pengantar Bagi Mahasiswa Kesehatan. Depok: Rajawali
Pres.

29
Rokom. 2022. Kejar Target Bebas Malaria 2030, Kemenkes Tetapkan 5 Reginal Target
Eliminasi. https://sehatnegeriku.kemkes.go.id [Diakses pada tanggal 25
April 2023].
Teisly MW, Budi R, dan Billy J. K. 2017. Hubungan Antara Pengetahuan Dan Faktor
Sosio-Demografi Dengan Kepatuhan Menggunakan Kelambu Pada
Masyarakat Di Kelurahan Gunung Woka Kota Bitung. Artikel Ilmiah
Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi Manado.
https://ejournal.unsrat.ac.id/v3/index.php/kesmas/article/download/23091/22
787 [Diakses pada tanggal 17 Mei 2023].
Universitas Gadjah Mada. Surveillance Malaria. https://e-
malaria.wg.ugm.ac.id/surveillance-
malaria/#:~:text=Surveilans%20malaria%20adalah%20kegiatan%20pengam
atan,dan%20memberikan%20informasi%20guna%20mengarahkan [Diakses
pada tanggal 25 April 2023].
WHO. 2022. Malaria. https://www.who.int/news-room/fact-sheets/detail/malaria [Diakses
pada tanggal 25 April 2023].

30

Anda mungkin juga menyukai