MATA KULIAH
SURVEILANS EPIDEMIOLOGI
KELAS R1 MINAT EPIDEMIOLOGI
DOSEN PENGAJAR
Dr. dr. Wulan P. J. Kaunang, GradDip. M.Kes, DK
Disusun Oleh:
Kelompok 1 (Satu)
1. Nathanael Yngwie Christian Subadio (NIM. 222021110009)
2. Nur Anindhita Kurniawaty Wijaya (NIM. 222021110044)
3. Zusi Lourentine Marpaung (NIM. 222021110068)
Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah dan tetap memberikan
kesehatan dan kemampuan bagi penulis sehingga makalah ini dapat diselesaikan dengan
baik. Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Surveilans Epidemiologi
dengan judul “Surveilans Penyakit Malaria” yang dipelajari pada semester II ini
khususnya di Pascasarjana Ilmu Kesehatan Masyarakat, Peminatan Epidemiologi
Universitas Sam Ratulangi Manado.
Selesainya penulisan makalah ini tidak lepas dari bantuan dan dorongan dari
berbagai pihak, baik itu bantuan berupa materi maupun dorongan spiritual. Oleh karena
itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang sudah membantu dalam
penyusunan makalah ini dalam aspek apa pun.
Kiranya penulisan ini dapat bermanfaat dan berkenan di hati Dosen Pengajar dan
teman-teman sekalian. Saran dan kritik yang membangun dari semua pihak sangat
diharapkan demi kemajuan penulisan selanjutnya.
Kelompok 1
i
DAFTAR ISI
Halaman
Kata Pengantar ............................................................................................................... i
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1
peningkatan dan penularan penyakit malaria untuk memperoleh dan memberikan
informasi guna mengarahkan tindakan penanggulangan secara efektif dan efisien. Sistem
surveilans malaria yang efektif memungkinkan pengelola program malaria untuk
mengidentifikasi dan menargetkan wilayah dan kelompok populasi yang paling
terdampak terkena malaria, yang selanjutnya, berdasarkan informasi tersebut, untuk
memberikan intervensi yang diperlukan secara efektif dan untuk mengadvokasi sumber
daya; memantau secara teratur dampak dari langkah-langkah intervensi dan kemajuan
yang dicapai untuk menurunkan beban penyakit dan membantu pengelola program
malaria, baik di tingkat daerah maupun pusat, dalam memutuskan apakah diperlukan
penyesuaian atau perpaduan intervensi agar mengurangi penularan lebih lanjut;
mendeteksi dan menangani wabah secara tepat waktu; memberikan informasi yang
relevan untuk sertifikasi eliminasi; dan memantau apakah penularan kembali telah terjadi
dan, jika ada, meresponnya secara cepat dan efektif.
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
Jenis Plasmodium yang banyak di temukan di Indonesia adalah P falciparum dan P
vivax. Plasmodium falciparum adalah penyebab utama Malaria paling berat, termasuk
Malaria serebral. Namun, akhir-akhir ini di Indonesia mulai banyak dilaporkan bahwa kasus-
kasus Malaria berat akibat P vivax. Selain itu, Plasmodium knowlesi yang awalnya hanya
menginfeksi primata ternyata pada tahun 2004 dilaporkan mampu menginfeksi manusia
(Mawuntu, 2018).
Penetapan etiologi KLB malaria dapat ditegakkan jika distribusi gejala kasus-kasus
yang dicurigai menunjukkan gejala demam adalah dominan, dan gejala lain yang menonjol
adalah menggigil, dan berkeringat, tetapi beberapa daerah bisa mempunyai gejala dan tanda
lebih spesifik. Sumber data analisis etiologi KLB malaria dapat berdasarkan data Penemuan
Kasus Malaria Secara Pasif di Fasilitas Pelayanan Kesehatan, atau Penemuan Penderita
Demam Massal. Setiap penderita yang dicurigai dilakukan uji diagnostik dengan pemeriksaan
mikroskopis sediaan darah, RDT atau pengujian lain yang sesuai Gejala klinis penderita
malaria bisa rancu dengan gejala klinis DBD, oleh karena itu, distribusi gejala dan hasil
pengujian laboratorium menjadi sangat penting untuk menentukan etiologi KLB malaria.
Berikut gambaran distribusi gejala malaria pada KLB malaria dapat dimanfaatkan untuk
menentukan etiologi KLB malaria menurut Anggraeni dkk (2017).
Jumlah Kasus
No Gejala %
Dicurigai
1 Demam (37,5-40°C)
2 Menggigil
3 Berkeringat
4 Sakit kepala
5 Mual
6 Muntah
7 Diare
8 Nyeri otot
9 Anemi (pucat)
4
10 Mata/Kulit kuning (ikterus)
11 Air kencing seperti air teh/hitam
12 Gangguan kesadaran
13 Meninggal
Jumlah kasus yang diperiksa 100 %
5
untuk memperoleh dan memberikan informasi guna mengarahkan tindakan penanggulangan
secara efektif dan efisien. Sistem surveilans malaria yang efektif memungkinkan pengelola
program malaria untuk:
1. Mengidentifikasi dan menargetkan wilayah dan kelompok populasi yang paling
terdampak terkena malaria, yang selanjutnya, berdasarkan
informasi tersebut, untuk memberikan intervensi yang diperlukan secara efektif dan
untuk mengadvokasi sumber daya;
2. Memantau secara teratur dampak dari langkah-langkah intervensi dan kemajuan yang
dicapai untuk menurunkan beban penyakit dan membantu pengelola program malaria,
baik di tingkat daerah maupun pusat, dalam memutuskan apakah diperlukan
penyesuaian atau perpaduan intervensi agar mengurangi penularan lebih lanjut;
3. Mendeteksi dan menangani wabah secara tepat waktu;
4. Memberikan informasi yang relevan untuk sertifikasi eliminasi; dan
5. Memantau apakah penularan kembali telah terjadi dan, jika ada, meresponnya secara
cepat dan efektif
6
6. Pusat dan Dinas Kesehatan Provinsi/Kabupaten/Kota/Puskesmas melakukan analisis
data secara rutin untuk menghasilkan informasi strategis malaria, antara lain
mengenai endemisitas, kasus, fokus, faktor risiko termasuk pemetaannya; analisis tren
dan kewaspadaan KLB di wilayah kerja masing-masing.
7. Setiap daerah yang telah masuk tahap pembebasan dan tahap pemeliharaan harus
melakukan penyelidikan epidemiologi untuk setiap kasus dan penanggulangan fokus
sesuai hasil penyelidikan epidemiologi.
7
Gambar 1. Sasaran Strategis Kementerian Kesehatan terkait P2P tahun 2020-2024
Menurut strategis Ditjen P2P tahun 2020-2024, indikator sasaran strategi program
surveilans malaria yaitu tercapainya eliminasi malaria di 405 Kab/Kota pada akhir tahun
2024 (Rencana Aksi Program [RAP] tahun 2020-2024 oleh Ditjen P2P, 2020).
Menurut Kemenkes (2020) dalam kegiatan surveilans migrasi terdapat indikator-
indikator yang dijadikan dasar sebagai tolak ukur keberhasilan pelaksanaan kegiatan.
Indikator yang ditetapkan mengacu kepada pencapaian utama MDGs yaitu menurunkan
angka positif malaria (API/Annual Parasite Incidence) di Indonesia. Indikator tersebut, antara
lain:
- Persentase penduduk migrasi yang diperiksa sediaan darahnya
- Persentase sediaan darah yang positif malaria (Positivity Rate)
- Persentase penderita positif malaria yang diobati
- Persentase kasus positif yang dilakukan notifikasi silang (cross notifikasi)
8
2. Menghasilkan informasi yang cepat dan akurat.
3. Penanggulangan KLB malaria secara dini.
4. Mendapatkan tren penyakit malaria dari waktu ke waktu.
5. Mendapatkan gambaran distribusi penyakit malaria menurut orang,
tempat dan waktu.
Gambar 2. Alur penetapan KLB Malaria pada Daerah Tahap Pemberantasan, Pre-eliminasi
dan Eliminasi
a. Kriteria KLB Malaria Pada Daerah Tahap Pemberantasan dan Pre-eliminasi Pada
Desa atau Kelurahan.
1) Terjadi peningkatan jumlah penderita dalam sebulan sebanyak 2 kali atau lebih
dibandingkan dengan salah satu keadaan di bawah ini:
a) Jumlah penderita dalam sebulan pada bulan sebelumnya
b) Jumlah penderita dalam sebulan, pada bulan yang sama tahun sebelumnya
atau
2) Terjadi peningkatan jumlah penderita malaria meninggal dalam periode tertentu
lebih dari 50 % dibanding keadaan sebelumnya dalam periode yang sama.
9
b. Kriteria KLB Malaria Pada Daerah Tahap Eliminasi Pada Desa atau Kelurahan:
1) Terjadi peningkatan jumlah penderita malaria indigenous di suatu wilayah
tertentu dalam sebulan sebanyak 2 kali atau lebih dibandingkan dengan salah satu
keadaan di bawah ini:
1. Jumlah penderita malaria indigenous di wilayah yang sama dalam sebulan
pada bulan sebelumnya
2. Jumlah penderita malaria indigenous di wilayah yang sama dalam sebulan,
pada bulan yang sama tahun sebelumnya atau
2) Terjadi peningkatan jumlah penderita malaria (indigenous dan atau impor)
meninggal dalam periode tertentu lebih dari 50 % dibanding keadaan sebelumnya
dalam periode yang sama.
3) Pada Daerah Pengendalian Malaria Tahap Pemeliharaan Terjadi KLB malaria
jika : ditemukan satu atau lebih penderita malaria indigenous (termasuk penderita
malaria introduce).
10
b) Pengamatan kasus malaria klinis per desa per minggu
c) Pengamatan kasus malaria positif dan spesiesnya per desa per
minggu
d) Kelompok umur penderita (bayi, balita, anak sekolah dan dewasa)
per desa per minggu
e) Penyelidikan epidemiologi pada semua penderita malaria positif
f) Penderita malaria diobati klinis dan radikal
g) Penderita yang masih positif setelah diberi pengobatan.
Data tersebut dapat diperoleh dari buku registrasi Pustu, buku registrasi
dan pemeriksaan laboratorium Puskesmas, laporan Juru Malaria Desa
(JMD), pencatatan Kader malaria serta pencatatan penderita yang
memperoleh pengobatan.
2) Data upaya pemberantasan vektor
Data tersebut adalah data temporer di mana dilaporkan jika dilakukan
suatu upaya pemberantasan, misal : Penyemprotan rumah, Pemolesan
Kelambu larviciding, Biological Control, pembersihan lumut dll.
3) Data vektor
Pengamatan jentik per-bulan, kepadatan nyamuk dewasa (dilakukan
asisten entomologi kabupaten dibantu Co. Ass. Entomologi Puskesmas)
4) Data logistik
Stok obat anti malaria (Artesunate+Amodiaquin, Klorokuin, primakuin,
sufadoksin+pirimetamin, kina tablet dan kina injeksi), bahan
laboratorium, peralatan.
5) Data demografi
Jumlah penduduk per desa/dusun, penduduk menurut golongan umur,
pekerjaan dan lain-lain.
6) Data lingkungan
a) Stratifikasi daerah persawahan, hutan, pantai dll.
b) Data curah hujan
b. Kabupaten
1) Data kematian di Puskesmas, Rumah Sakit
2) Data kasus per desa per bulan
3) Data cakupan pengobatan
4) Data upaya pemberantasan vektor
11
5) Data vektor
6) Data laboratorium
7) Data demografi
8) Data logistik
9) Data lingkungan (curah hujan, luas tempat perindukan)
10) Data sosial & budaya
c. Provinsi
1) Data kematian di Puskesmas, Rumah Sakit
2) Data kasus per Puskesmas per bulan
3) Data cakupan pengobatan
4) Data vektor
5) Data demografi
6) Data logistik
d. Pusat
1) Data kematian per kabupaten per bulan (Puskesmas, RS)
2) Data kasus per kabupaten per bulan
3) Data vektor
4) Data logistik
5) Data demografi
2. Memastikan adanya KLB Malaria
Penetapan KLB Malaria dilaksanakan secara bertahap sejak adanya dugaan
adanya KLB Malaria, sampai KLB dinyatakan berakhir. Adanya dugaan KLB
Malaria sudah memerlukan penyelidikan dan penanggulangan KLB sesuai
dengan kondisinya, antara lain:
a. Memantau perkembangan jumlah absolut kasus malaria suspek dan kasus
malaria positif dari waktu ke waktu (harian, mingguan dan bulanan).
12
d. Jika diperlukan, melakukan penyelidikan lebih luas untuk mengetahui
pengaruh faktor risiko tertentu dan identifikasi sumber-sumber penularan.
e. Pelaksanaan Kegiatan Penanggulangan KLB Malaria.
f. Puskesmas segera membuat laporan adanya KLB malaria kepada Dinas
Kesehatan Kabupaten/Kota (laporan KLB 24 jam/W1).
g. Melaksanakan penyelidikan epidemiologi segera setelah Laporan KLB 24
Jam/W1 dikirim ke Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota. Survei pengetahuan,
sikap dan perilaku masyarakat dapat dilaksanakan bersama dengan kegiatan
penyelidikan epidemiologi.
h. Mendirikan pos-pos pelayanan kesehatan dekat dengan pemukiman
penduduk (metode Penemuan Penderita Demam Massal/MFS), terutama
pada lokasi yang diduga terjadi penularan yang tinggi.
1) Tujuan
• Memastikan adanya KLB malaria
• Mencari, menemukan dan mengobati penderita malaria, sehingga
dapat menurunkan risiko penularan setempat (menghilangkan
sumber-sumber penularan)
2) Pelaksanaan
• Penderita berobat ke pos-pos kesehatan direkam dalam Register
Berobat Pos Kesehatan. Penderita demam (kasus malaria suspek)
diberi tanda sebagai kasus malaria suspek.
• Setiap penderita demam (kasus malaria suspek) diwawancarai
dengan menggunakan formulir wawancara Form Penyelidikan
Epidemiologi KLB Malaria.
• Setiap penderita demam (kasus malaria suspek) diambil spesimen
darah dan diuji secara mikroskopis atau RDT yang sesuai.
• Setiap kasus malaria positif mendapat pengobatan standar.
• Penderita demam yang tidak datang ke pelayanan kesehatan
didatangi ke rumah penderita.
• Setiap kasus malaria positif diikuti dengan pemeriksaan kontak
dengan menguji sediaan darah penghuni rumah (3-5 rumah) yang
berdekatan dengan rumah kasus malaria positif. Kasus malaria
13
positif (simtomatis dan asimtomatis) harus mendapat pengobatan
standar.
• Rangkaian kegiatan Penemuan Penderita Demam Massal (MFS)
diselesaikan dalam waktu secepatnya tidak lebih dari 7 hari sejak
kegiatan ini dilaksanakan, termasuk pemberian obat kepada
penderita malaria positif untuk menghilangkan parasit malaria dari
penderita. Cara ini diharapkan dapat menurunkan risiko penularan
dan mencegah terjadinya re-infeksi.
• Melakukan analisis untuk memastikan adanya KLB Malaria dan
atau evaluasi dampak terhadap perkembangan dan perluasan KLB
malaria (lihat analisis pada kegiatan Penemuan Penderita Demam
Massal/MFS).
• Jika diperlukan, mengintensifkan kegiatan Penemuan Penderita
Demam Massal (MFS) di seluruh wilayah KLB malaria, sehingga
seluruh penderita malaria dapat ditemukan dan diobati dalam
waktu kurang dari 7 hari sejak mulai melaksanakan Penemuan
Penderita Demam Massal, sehingga dampak pengobatan dapat
menurunkan risiko penularan malaria dan mencegah re-infeksi di
seluruh wilayah KLB.
3) Melaksanakan upaya penanggulangan KLB malaria dengan
menerapkan Pemeriksaan Darah Massal (MBS), sesuai hasil analisis
dan keputusan tim penanggulangan KLB, terutama pada wilayah-
wilayah KLB dengan Attack Rate dan atau Case Fatality Rate yang
tinggi.
4) Melaksanakan upaya penanggulangan KLB malaria dengan
mendistribusikan kelambu berinsektisida, sesuai analisis dan keputusan
tim penanggulangan KLB.
5) Melaksanakan upaya penanggulangan KLB Malaria dengan
melaksanakan Penyemprotan Insektisida (IRS), sesuai analisis dan
keputusan tim penanggulangan KLB.
6) Sesuai dengan kebutuhan penyelidikan dapat dilakukan berbagai
penyelidikan lebih luas:
14
• Melakukan kajian pengaruh jangkauan dan kualitas pelayanan
kesehatan terhadap KLB malaria
• Melaksanakan survei pengaruh pengetahuan, sikap dan perilaku
masyarakat terhadap malaria dan KLB malaria
• Melaksanakan kajian pengaruh kondisi lingkungan pemukiman,
curah hujan dan migrasi penduduk terhadap KLB malaria,
terutama untuk mengetahui adanya lingkungan sebagai sumber-
sumber penularan
• Melakukan survei dinamika penularan
• Melaksanakan pengamatan dan survei vektor
• Data vektor yang dikumpulkan adalah meliputi spesies vektor,
bionomik dan tempat perkembangbiakan. Data tersebut
dikumpulkan dari hasil kegiatan survei vektor pada saat konfirmasi
KLB dan akhir KLB. (Lihat pada Pengamatan dan Survei Vektor)
• Melaksanakan verbal otopsi
7) Melaksanakan surveilans
Secara umum, surveilans selama periode KLB malaria adalah
memanfaatkan data yang diperoleh saat melaksanakan kegiatan
penanggulangan KLB malaria, antara lain, kegiatan Penemuan
Penderita Malaria Secara Aktif di Pos-pos Kesehatan dan atau Fasilitas
Kesehatan Lain; Pemeriksaan Darah Massal (MBS), kegiatan
penyemprotan rumah (IRS), penyelidikan epidemiologi, pengamatan
vektor dan sebagainya.
Menetapkan luasnya KLB berdasarkan waktu, tempat dan orang (epidemiologi
deskriptif). Secara umum, data penderita malaria berdasarkan kegiatan
Penemuan Penderita Demam Massal dapat diolah dan disajikan dalam
berbagai bentuk tampilan analisis yang memberikan gambaran luasnya KLB
malaria:
i. Kurva epidemi atau grafik fluktuasi kasus mingguan, atau bulanan.
ii. Distribusi Kasus KLB malaria menurut hasil pengujian laboratorium
iii. KLB malaria Distribusi Kasus menurut umur dan jenis kelamin
iv. Distribusi Kasus KLB malaria menurut Desa/Dusun dan waktu
v. Distribusi Kasus KLB malaria menurut karakteristik khusus lainnya.
15
B. Sistem Kewaspadaan Dini KLB (SKD KLB)
16
2.2.6 Form Surveilans Malaria
Berikut form penyelidikan surveilans Malaria menurut Anggreani dkk (2017).
17
Gambar 4. Form Penyelidikan Epidemiologi Kejadian Luar Biasa Malaria
18
3) Pengendalian resistensi Obat Anti Malaria (OAM) dengan prinsip one gate policy
(pengelolaan satu pintu atau pengelolaan sediaan farmasi di Puskesmas hanya
dilakukan oleh Tenaga Kefarmasian di Instalasi Farmasi), reserve drug policy dan
free market control belum optimal.
4) Rujukan layanan dan jejaring tatalaksana belum optimal.
5) Manajemen ketersediaan OAM belum optimal.
6) Pengawasan penggunaan kelambu masih kurang adekuat, daerah belum melakukan
pengawasan penggunaan kelambu.
7) Migrasi penduduk mempengaruhi potensi penyebaran malaria.
8) Di daerah endemis rendah banyak terdapat daerah fokus malaria yang sulit
(tambang liar, illegal logging, perkebunan ilegal, tambak terbengkalai).
9) Ketepatan dan kelengkapan pelaporan yang belum optimal.
10) Belum semua daerah pembebasan dan pemeliharaan mempunyai pemetaan daerah
fokus.
19
Judul Hubungan Antara Kondisi Fisik Rumah Dengan Kejadian Penyakit
Malaria Di Wilayah Kerja Puskesmas Sahu Kabupaten Halmahera
Barat
Penulis Ardilla W. Dansa, Budi T. Ratag, dan Jantje Prang.
Jurnal Artikel Ilmiah Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam
Ratulangi
Asal/Sumber Universitas Sam Ratulangi (Google Scholar)
(https://fkm.unsrat.ac.id/wp-content/uploads/2015/02/Artikel-
Ilmiah_Ardilla-Dansa_091511181.pdf).
Tahun Publikasi 2015
Tujuan Mengetahui hubungan antara kondisi fisik rumah dengan kejadian
penyakit malaria di Wilayah Kerja Puskesmas Sahu Kabupaten
Halmahera Barat
Jenis Penelitian Penelitian observasional analitik dengan desain case control study.
Populasi Sampel Populasi penelitian berjumlah 58 pasien dengan besarnya sampel kasus
sebanyak 50 responden dan sampel kontrol sebanyak 50 responden.
Variabel bebas yang diteliti adalah kerapatan dinding rumah,
keberadaan langit-langit (flafon) rumah dan penggunaan kawat kasa
pada ventilasi rumah.
Instrumen Wawancara (interview) dan observasi.
Analisis Data Untuk menganalisis kondisi fisik rumah yang mempengaruhi kejadian
penyakit malaria menggunakan uji statistik chi-square (X2 ) dengan
tingkat kemaknaan 95% (α=0,05). Analisis univariat dilakukan untuk
memperoleh gambaran distribusi frekuensi subyek penelitian dan
distribusi proporsi kasus dan kontrol menurut masing-masing variabel
independent (faktor risiko) yang diteliti. Analisis bivariat digunakan
untuk mengetahui hubungan antara kondisi fisik rumah dengan
kejadian penyakit malaria yang sekaligus menguji hipotesis hubungan
antar variabel.
Hasil Penelitian Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara
kerapatan dinding rumah dengan kejadian penyakit malaria dengan
nilai p=0,028 (OR=2,455; CI (95%)=1,533-9,868), terdapat hubungan
antara keberadaan langit-langit (flafon) rumah dengan kejadian
20
penyakit malaria dengan nilai p=0,000 (OR=4,958; CI (95%)=2,124-
11,576) dan terdapat hubungan antara penggunaan kawat kasa pada
ventilasi rumah dengan kejadian penyakit malaria dengan nilai
p=0,003 (OR=3,467; CI (95%)=1,137-7,152).
Kesimpulan Kesimpulan dalam jurnal ini adalah terdapat hubungan antara
kerapatan dinding rumah, keberadaan langit-langit (flafon) rumah dan
penggunaan kawat kasa pada ventilasi rumah dengan kejadian
penyakit malaria. Disarankan kepada petugas kesehatan di Puskesmas
Sahu dan juga pemerintah setempat perlu lebih aktif lagi dalam
promosi kesehatan, dalam hal ini dapat melakukan penyuluhan tentang
pentingnya pencegahan penyakit malaria dengan memperhatikan
lingkungan sekitar yang dapat menjadi tempat perkembangbiakan
vektor malaria.
Jumlah sitasi Referensi baik dari buku, jurnal maupun website yang digunakan
yang digunakan dalam jurnal ini yaitu berjumlah 19.
21
Judul Hubungan Antara Pengetahuan dan Faktor Sosio-Demografi Dengan
Kepatuhan Menggunakan Kelambu Pada Masyarakat Di Kelurahan Gunung
Woka Kota Bitung.
Penulis Teisly Monica Wuisan, Budi Ratag, dan Billy J. Kepel
Jurnal Artikel Ilmiah Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi
Asal/ Universitas Sam Ratulangi (Google Scholar)
Sumber (https://ejournal.unsrat.ac.id/v3/index.php/kesmas/article/download/23091/22
787).
Tahun 2017
Publikasi
Tujuan Untuk mengetahui hubungan antara pengetahuan dan faktor sosio–demografi
dengan kepatuhan menggunakan kelambu dalam pencegahan malaria pada
masyarakat di Kelurahan Gunung Woka.
Jenis Jenis penelitian dalam jurnal ini adalah desain penelitian cross sectional
Penelitian study yang dilaksanakan pada September 2017.
Populasi Sampel dalam penelitian ini menggunakan teknik Simple Random Sampling
Sampel dengan jumlah sampel 86 orang.
Instrumen Wawancara (kuesioner) dan dokumentasi.
Analisis Uji statistik yang digunakan yaitu Chi Square dan Fisher’s Exact untuk
Data mengetahui hubungan antara variabel independent dengan dependent dengan
nilai signifikansi α=5%.
Hasil Hasil penelitian menunjukkan bahwa uji univariat dari 86 responden
Penelitian menunjukkan usia responden sebagian besar berusia 30 – 44 tahun (38,4%).
Tingkat pendidikan responden sebagian besar adalah SMA (52,3 %).
Sebagian besar responden dengan jenis kelamin perempuan (60,5 %). Hasil
uji bivariat menunjukkan bahwa ada hubungan antara pengetahuan dengan
kepatuhan menggunakan kelambu ( p-value : 0,000,05). Ada hubungan
antara pekerjaan dengan kepatuhan menggunakan kelambu ( p-value:
0,00<0,05).
Kesimpulan Kesimpulan dalam jurnal ini adalah ada hubungan antara pengetahuan dan
pekerjaan dengan kepatuhan menggunakan kelambu, serta tidak ada
hubungan antara pendidikan dengan kepatuhan menggunakan kelambu,
diharapkan lembaga kesehatan daerah meningkatkan pelatihan penyuluhan
22
tentang malaria bagi tenaga puskesmas serta melakukan supervisi dan
pembinaan ke puskesmas secara rutin sehingga dapat meningkatkan kualitas
pelaksaan program pengendalian penyakit menular khususnya malaria.
Jumlah Referensi baik dari buku, jurnal maupun website yang digunakan dalam
sitasi yang jurnal ini yaitu berjumlah 13.
digunakan
23
malaria di Kabupaten Kupang tahun 2020 berdasarkan penilaian input,
proses dan output.
Jenis Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan pendekatan
kualitatif dengan menggunakan metode purposive sampling.
Populasi Sampel Subjek penelitian dalam jurnal ini adalah petugas surveilans malaria
Dinas Kesehatan Kabupaten Kupang, dan Puskesmas Batakte,
Puskesmas Baumata, dan Puskesmas Tarus (periode bulan Agustus-
September 2020).
Instrumen - Data primer berupa hasil wawancara dan observasi
- Data sekunder berupa dokumentasi
Analisis Data Analisis data dilakukan dalam jurnal ini yaitu secara deskriptif.
Hasil Penelitian Hasil penelitian menunjukkan bahwa:
- Input yang tersedia dinilai kurang memadai yakni sumber daya
manusia dengan tingkat pendidikan 66,7% bukan epidemiolog,
dan 100% petugas memiliki tugas rangkap. Secara khusus,
anggaran kegiatan surveilans malaria dinas kesehatan tidak
memadai, sedangkan di puskesmas didanai dari anggaran Bantuan
Operasional Kesehatan (BOK). Sarana untuk kegiatan surveilans
malaria belum tersedia secara lengkap.
- Prosesnya dinilai cukup baik: pengumpulan data menggunakan
format laporan mingguan dan bulanan, kelengkapan laporan, dan
akurasi >80%. Kompilasi data sudah menggambarkan
karakteristik masyarakat, waktu, dan tempat-analisis dan
interpretasi data dengan membuat perbandingan jumlah kasus
yang disajikan dalam grafik.
- Output dinilai tidak sesuai: informasi seperti publikasi buletin
surveilans tahunan tidak tersedia, penyebaran informasi oleh dinas
kesehatan hanya ke lintas program, puskesmas ke lintas program,
dan lintas sektor.
- Umpan balik telah dicapai: dinas kesehatan membuat laporan
triwulanan dan kunjungan ke puskesmas melalui mini lokakarya.
Kesimpulan Kesimpulan dalam jurnal ini adalah input belum memadai, proses
cukup baik, keluaran tidak sesuai. Disarankan dinas kesehatan dan
24
puskesmas perlu memperhatikan kualifikasi pendidikan petugas,
penyediaan sarana kegiatan surveilans, dan publikasi bulletin
surveilans tahunan.
Jumlah sitasi Referensi baik dari buku, jurnal maupun website yang digunakan
yang digunakan dalam jurnal ini yaitu berjumlah 25.
25
Bouasy Hongvanthong and Nadine Fievet.
Jurnal Malaria Journal
Volume dan Volume 15
Nomor
Asal/Sumber DOI 10.1186/s12936-016-1492-2
Tahun publikasi 2016
Tujuan Untuk mengetahui data tentang beban malaria dalam kehamilan (mip)
di Laos, di mana malaria masih lazim di selatan.
Jenis Penelitian Dua survei cross-sectional dilakukan pada tahun 2014 untuk menilai
prevalensi mip di Distrik Vapi, Provinsi Salavan, Laos selatan.
Populasi Sampel Subjek penelitian dalam jurnal ini adalah yang pertama terdiri dari
skrining 204 wanita hamil selama kehamilan [rata-rata (95% CI) usia
kehamilan: 23 (22–25 ) minggu] tinggal di 30 desa yang dipilih secara
acak di Distrik Vapi; yang kedua dilakukan di antara 331 wanita hamil,
yang melahirkan selama masa studi di Rumah Sakit Distrik Vapi dan
Toumlane dan di Rumah Sakit Provinsi Salavan.
Analisis Data Analisis data dilakukan dalam jurnal ini yaitu Entri dan analisis data
dilakukan dengan menggunakan Epidata (versi 3.1) dan Stata (versi
13).
Hasil Penelitian Hasil penelitian menunjukkan bahwa di desa-desa, 12/204 wanita
(5,9%; 95% CI 3,1–10,0) terinfeksi malaria sebagaimana ditentukan
oleh RT qpcr: 11 infeksi Plasmodium vivax dan 1 infeksi campuran
Plasmodium vivax/Plasmodium falciparum, 9 diantaranya sub-
mikroskopis (karena tidak terdeteksi oleh TBS). Riwayat malaria
selama kehamilan saat ini cenderung dikaitkan dengan risiko mip yang
lebih tinggi (airr 3,05; 95% CI 0,94–9,88). Saat melahirkan, dua
infeksi sub mikroskopis Plasmodium falciparum (satu perifer dan satu
plasenta) terdeteksi (4,5%; 0,6-15,5) di Distrik Vapi. Dalam kedua
survei, semua wanita yang terinfeksi menyatakan bahwa mereka tidur
di bawah kelambu pada malam sebelum survei, dan 86% pergi ke
hutan untuk mencari makan 1 minggu sebelum survei di median.
Sebagian besar infeksi (94%) tidak menunjukkan gejala dan
setengahnya berhubungan dengan anemia. Secara keseluruhan, 24%
26
wanita memiliki bayi baru lahir BBLR. Faktor yang terkait dengan
risiko BBLR yang lebih tinggi adalah penggunaan tembakau (airr 2,43;
95% CI 1,64–3,60) dan kelahiran prematur (airr 3,17; 95% CI 2,19–
4,57). Faktor-faktor yang berhubungan dengan risiko anemia ibu yang
lebih tinggi adalah tidak adanya suplemen zat besi selama kehamilan,
suku Lao Theung dan tempat tinggal.
Kesimpulan Kesimpulan dalam jurnal ini adalah Prevalensi mip pada populasi ini
terlihat. Sebagian besar infeksi adalah malaria vivax tanpa gejala dan
sub mikroskopis, yang menimbulkan pertanyaan tentang keandalan
strategi nasional yang direkomendasikan untuk skrining dan
pencegahan mip di Laos.
Jumlah sitasi Referensi baik dari buku, jurnal maupun website yang digunakan
yang digunakan dalam jurnal ini yaitu berjumlah 27.
27
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
1. Malaria adalah penyakit yang disebabkan oleh parasit dari genus Plasmodium dan
ditularkan kepada manusia melalui gigitan nyamuk Anopheles betina. Jenis
Plasmodium yang banyak ditemukan di Indonesia adalah P falciparum dan P
vivax.
2. Surveilans selama periode KLB malaria adalah memanfaatkan data yang
diperoleh saat melaksanakan kegiatan penanggulangan KLB malaria, antara lain,
kegiatan Penemuan Penderita Malaria Secara Aktif di Pos-pos Kesehatan dan atau
Fasilitas Kesehatan Lain; Pemeriksaan Darah Massal (MBS), kegiatan
penyemprotan rumah (IRS), penyelidikan epidemiologi, pengamatan vektor dan
sebagainya.
3. Contoh jurnal kelompok kami review salah satunya adalah Hubungan Antara
Pengetahuan Dan Faktor Sosio-Demografi Dengan Kepatuhan Menggunakan
Kelambu Pada Masyarakat Di Kelurahan Gunung Woka Kota Bitung oleh Teisly
dkk (2017).
3.2 Saran
Sebaiknya perlu data terbaru terkait laporan kinerja penyakit Malaria untuk
mengetahui sejauh mana perkembangan proses eliminasi Malaria di Indonesia khususnya.
28
DAFTAR PUSTAKA
29
Rokom. 2022. Kejar Target Bebas Malaria 2030, Kemenkes Tetapkan 5 Reginal Target
Eliminasi. https://sehatnegeriku.kemkes.go.id [Diakses pada tanggal 25
April 2023].
Teisly MW, Budi R, dan Billy J. K. 2017. Hubungan Antara Pengetahuan Dan Faktor
Sosio-Demografi Dengan Kepatuhan Menggunakan Kelambu Pada
Masyarakat Di Kelurahan Gunung Woka Kota Bitung. Artikel Ilmiah
Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi Manado.
https://ejournal.unsrat.ac.id/v3/index.php/kesmas/article/download/23091/22
787 [Diakses pada tanggal 17 Mei 2023].
Universitas Gadjah Mada. Surveillance Malaria. https://e-
malaria.wg.ugm.ac.id/surveillance-
malaria/#:~:text=Surveilans%20malaria%20adalah%20kegiatan%20pengam
atan,dan%20memberikan%20informasi%20guna%20mengarahkan [Diakses
pada tanggal 25 April 2023].
WHO. 2022. Malaria. https://www.who.int/news-room/fact-sheets/detail/malaria [Diakses
pada tanggal 25 April 2023].
30