Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

SANITASI DASAR MASYARAKAT PESISIR KEPULAUAN

"Permasalahan Jamban di Wilayah Pesisir"

DI SUSUN OLEH :

KELOMPOK 5

1. FINDARI RAHMAN (J1A117208)


2. ANITA JERNIVITA SARI (J1A119096)
3. FIRDAYATUN (J1A119121)
4. HESTI (J1A119126)
5. IDHUL SAPUTRA BAKRI (J1A119128)
6. ILMA RAHAYU (J1A119131)
7. MELAN ALKHALIFI (J1A119148)
8. MUH. ILHAM SYAPUTRA (J1A119151)
9. NUR ANDINI DWI WAHYUNI (J1A119164)
10. NUR ANNISA BOLANG (J1A119165)

JURUSAN ILMU KESEHATAN MASYARAKAT

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS HALU OLEO

KENDARI

2020
KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan
rahmat dan hidayah-Nya kepada kita semua. Shalawat serta salam semoga tercurah
kepada Rasulullah SAW beserta keluarganya.

Penulisan makalah “Permasalahan Jamban Di Daerah Pesisir ini bertujuan untuk


mengetahui apa itu jamban, mengetahui apa itu permasalahan jamban di wilayah pesisir,
mengetahui faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi rendahnya penggunaaan jamban
di daerah pesisir. dan mengetahui solusi apa yang digunakan untuk menyelesaikan
permasalahan jamban di wilayah pesisir

Dalam penyusunan makalah ini, kami menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini masih
jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, kritik dan saran dari semua pihak sangat kami
harapkan demi terciptanya makalah yang lebih baik lagi untuk masa mendatang.

Kendari, 18 Desember 2020

Penulis

i
DAFTAR ISI

Contents
KATA PENGANTAR..........................................................................................................i

DAFTAR ISI……………...……………………………………………...
………………..ii

BAB I...................................................................................................................................1

PENDAHULUAN...............................................................................................................1

A. Latar belakang.............................................................................................................1

B. Rumusan masalah........................................................................................................2

C. Tujuan..........................................................................................................................2

BAB II..................................................................................................................................4

PEMBAHASAN..................................................................................................................4

A. Pengertian jamban.......................................................................................................4

B. Permasalahan jamban di daerah pesisir.......................................................................4

C. Faktor-faktor yang mempengaruhi rendahnya penggunaaan jamban di daerah pesisir


..........................................................................................................................................5

D. Solusi untuk permasalahan jamban di wilayah pesisir................................................6

BAB III................................................................................................................................8

PENUTUP............................................................................................................................8

Kesimpulan.......................................................................................................................8

DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................................9

ii
iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Masyarakat pesisir sebagian besar merupakan masyarakat nelayan memiliki


karakteristik yang berbeda dengan masyarakat lainnya. Perbedaan ini dikarenakan
keterkaitannya yang erat dengan karakterstik ekonomi wilayah pesisir, latar belakang
budaya dan ketersediaan sarana dan prasarana penunjang. Pada umumnya masyarakat
pesisir mempunyai nilai budaya yang berorientasi selaras dengan alam, sehingga
teknologi memanfaatkan sumber daya alam adalah teknologi adaptif dengan kondisi
wilayah pesisir.
Menurut Kusnadi (2003:83) masyarakat di pesisir pantai merupakan nelayan
tradisional dengan penghasilan rendah dan tergolong keluarga miskin yang disebabkan
oleh faktor alamiah, yaitu semata-mata bergantung pada hasil tangkapan dan bersifat
musiman, serta faktor non alamiah berupa keterbatasan tehnologi alat penangkap ikan,
sehingga berpengaruh terhadap pendapatan keluarga. Rendahnya pendapatan keluarga
berdampak terhadap ketersediaan pangan keluarga, dan kurang pedulinya terhadap
sanitasi lingkungan pesisir.
Menurut Notoatmomodjo (2007:75), sanitasi lingkungan pada hakekatnya adalah
suatu kondisi atau keadaan lingkungan yang optimum sehingga berpengaruh positif
terhadap terwujudnya status kesehatan yang optimum pula.

Bentuk nyata dari implementasi kebijakan tersebut Departemen Kesehatan


Republik Indonesia mengeluarkan kebijakan Sanitasi Total Berbasis Masyarakat
(STBM) melalui keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
852/MENKES/SK/IX/2008 tentang strategis nasional STBM dengan target utama
menurunkan angka kesakitan penyakit berbasis lingkungan termasuk pada daerah pesisir
(Depkes RI, 2008).
Permasalahan yang sering timbul di wilayah pesisir yakni rendahnya tingkat
kesejahteraan masyarakat dan rendahnya kualitas lingkungan. Tingkat kesejahteraan
masyarakat yang rendah tercermin dari kualitas lingkungan dan rumah yang mereka
tingggal. Lingkungan yang buruk dapat diidentifikasi dengan melihat aspek aspek yang
berpengaruh pada kualitas hunian tersebut seperti jaringan air bersih, drainase,
persampahan, fasilitas jamban.
1
Keberadaan jamban merupakan salah satu faktor yang berpengaruh terhadap
penciptaan kualitas lingkungan yang sehat. Hal ini dikarenakan oleh limbah yang
ditimbulkan dari jamban tersebut apabila tidak dibuang pada tempat yang disediakan
maka dapat menurunkan kualitas dari lingkungan serta menimbulkan berbagai penyakit
yang berpengaruh pada kesehatan.
Untuk menanggulangi dampak yang ditimbulkan dari kualitas lingkungan
tersebut, perlu ditingkatkan akses sanitasi dasar yang berkesinambungan dalam
pencapaian Millennium Development Goals (MDGs) tahun 2015 tentang peningkatan
sanitasi dasar secara berkesinambungan sehingga dapat mewujudkan komunitas yang
bebas dari buang air besar di sembarang tempat.
Pembuangan tinja perlu mendapat perhatian khusus karena merupakan satu
bahan buangan yang banyak mendatangkan masalah dalam bidang kesehatan dan
sebagai media bibit penyakit, seperti diare, typhus, muntaber, disentri, cacingan dan
gatal-gatal. Selain itu dapat menimbulkan pencemaran lingkungan pada sumber air dan
bau busuk serta estetika.

Disamping itu, hal paling mendasar yang mempengaruhi rendahnya penggunaan


jamban yakni kurangnya pengetahuan masyarakat, kebiasaan masyarakat yang sudah
membudaya, serta rendahnya tingkat pendapatan masyarakat dalam pengadaan fasilitas
jamban
B. Rumusan masalah

1. Apa itu jamban?

2. Apa itu permasalahan jamban di wilayah pesisir?

3. Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi rendahnya penggunaaan jamban di


daerah pesisir?

4. Solusi apa yang digunakan untuk menyelesaikan permasalahan jamban di wilayah


pesisir?

C. Tujuan

1. Untuk mengetahui apa itu jamban

2. Untuk mengetahui apa itu permasalahan jamban di wilayah pesisir

2
3. Untuk mengetahui faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi rendahnya
penggunaaan jamban di daerah pesisir

4. Untuk mengetahui solusi apa yang digunakan untuk menyelesaikan permasalahan


jamban di wilayah pesisir

3
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian jamban

Secara umum, jamban adalah tempat di mana manusia membuang kotoran.


Menjadi salah satu tempat yang cukup vital, jamban harus selalu dijaga kebersihan dan
kesehatannya baik terhadap manusia, lingkungan, maupun alam. Sedangakan jamban
sehat adalah suatu ruangan yang mempunyai fasilitas pembuangan kotoran manusia yang
terdiri atas tempat jongkok atau tempat duduk dengan leher angsa atau tanpa leher angsa
(cemplung) yang dilengkapi dengan unit penampungan kotoran air untuk
membersihkannya.

Tidak bisa dipungkiri, selama ini kita sering melupakan pentingnya jamban sehat.
Apabila ditinjau lebih jauh, konsep jamban itu sebenarnya tidak memerlukan biaya
mahal, sederhana, aman, nyaman, serta tidak mengotori manusia, lingkungan, dan alam.

B. Permasalahan jamban di daerah pesisir

Kesehatan sangat diidamkan oleh setiap manusia dengan tidak membedakan


status sosial maupun usia. Kita hendaknya menyadari bahwa kesehatan adalah sumber
dari kesenangan, kenikmatan dan kebahagian. Untuk mempertahankan kesehatan yang
baik kita harus mencegah banyaknya ancaman yang akan mengganggu kesehatan kita.
Ancaman lainnya terhadap kesehatan adalah pembuangan kotoran (faces dan urina) yang
tidak menurut aturan.Buang Air Besar (BAB) di sembarangan tempat itu berbahaya.
Karena itu akan memudahkan terjadinya penyebaran penyakit lewat lalat, udara dan air,
( B.Candra, 2007)

Masalah pembuangan kotoran manusia merupakan masalah yang pokok karena


kotoran manusia (faces) adalah sumber penyebaran penyakit multikompleks. Beberapa
penyakit yang dapat disebarkan oleh tinja manisia antara lain tifus, disentri, kolera,
bermacam-macam cacing (gelang, kremi, tambang, pita), schistosomiasis, (Notoatmodjo,
2007). Pembuatan jamban merupakan usaha manusia untuk memelihara kesehatan
dengan membuat lingkungan tempat hidup sehat.Dalam pembuatan jamban sedapat
mungkin harus diusahakan agar jamban tidak menimbulkan bau yang tidak sedap.
Penduduk Indonesia yang menggunakan jamban sehat (WC) hanya 54 % saja padahal

4
menurut studi menunjukkan bahwa penggunaan jamban sehat dapat mencegah penyakit
diare sebesar 28% demikian penegasan Menteri Kesehatan dr. Achmad Sujudi,
September 2004,(Depkes RI,2009). Masih banyaknya masyarakat yang buang air besar di
sembarang tempat seperti di pesisir pantai, pinggiran sungai serta di semak-semak bukan
hal yang baru lagi karena luasnya lahan yang dapat dijadikan sebagai tempat untuk
membuang hajat atau faces,(Aryani, 2009). Kepemilikan jamban bagi keluarga
merupakan salah satu indikator rumah sehat selain pintu ventilasi, jendela, air bersih,
tempat pembuangan sampah, saluran air limbah, ruang tidur, ruang tamu, dan dapur.

C. Faktor-faktor yang mempengaruhi rendahnya penggunaaan jamban di daerah


pesisir

Faktor predisposisi
a. Umur
Umur sangat berpengaruh pada pengetahuan karena umur sangat mempengaruhi terhadap
daya tangkap dan pola piki seseorang, semakin bertambah usia akan semakin
berkembang pula daya tangkap dan pola pikirnya, sehingga pengetahuan yang
diperolehnya semakin membaik.
b. Pendidikan

Tingkat pendidikan responden juga sangat mempengaruhi pengetahuan masyarakat


tentang pengunaan jamban karena semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang maka
semakin mampu dia mengetahui, memahami ataupun menganalisis apa yang disampaikan
demikian sebaliknya semakin rendah tingkat pendidikan yang dia miliki maka semakin
tidak tahu pula dia mencerna apa yang menjadi isi pesan dari informasi khususnya dalam
hal penggunaan maupun pemanfaatan jamban.
c. Penggunaan Jamban

Tingkat pengetahuan masyarakat tentang penggunaan jamban berada pada kategori


rendah, hal ini disebabkan oleh tingkat pendidikan yang rendah serta kurangnya
informasi tentang penggunaan jamban dari petugas kesehatan.
d. Sikap

Sikap masyarakat terhadap penggunaan jamban, hal ini dikarenakan tidak tersedianya
jamban milik sendiri dan lokasi MCK jauh dari tempat tinggal mereka.
TujuanprogramJAGA(jambankeluarga)yaitutidakmembuangtinjaditempatterbukamelaink

5
anmembangunjambanuntukdirisendiridankeluarga sedikit terhambat karna faktor
tersebut.
2. Faktor enabling (kondisi jamban)
Kondisi jamban di daerah pesisir yang berada pada kategori buruk faktor penyebabnya
adalah tingkat pendapatan ataupun perkenomian masyarakat pesisir yang berpenghasilan
rendah dimana rata-rata penduduknya bekerja sebagai nelayan.

D. Solusi untuk permasalahan jamban di wilayah pesisir

Kesehatan masyarakat dan lingkungan di pesisir menjadi permasalahan yang


cukup rumit. Kesadaran untuk memiliki jamban sehat di pemukiman pesisir masih
rendah. Sehingga kebanyakan dari masyarakat masih saja membuang kotoran di sekitar
pantai. Pada malam hari mereka buang air besar ke laut sementara ketika siang hari,
mereka memilih kebun sebagai tempat buang air besar. Tentu hal ini sangat mengganggu
kesehatan masyarakat dan lingkungan

Solusi untuk permasalahan jamban di wilayah pesisir adalah Penyediaan Jamban


Sehat Sederhana Bagi Masyarakat Berpenghasilan Rendah (MBR) Berbasis
Pemberdayaan Masyarakat yaitu dengan mengenalkan jamban sehat.Jamban yang
memiliki leher angsa. Jamban model ini tidak memungkinkan bagi lalat untuk keluar
masuk lubang kotoran dengan mudah.

Dalam pembuatan jamban sedapat mungkin harus diusahakan agar jemban tidak
menimbulkan bau yang tidak sedap. Selain itu, kontruksi yang kokoh dan biaya yang
terjangkau perlu dipikirkan dalam membuat jamban.Konstruksi jamban model leher
angsa yang digunakan di pesisir sama seperti yang digunakan oleh masyarakat desa
lainnya

Jamban ini berbentuk leher angsa sehingga akan selalu terisi air. Fungsi air ini
sebagai sumbat sehingga bau busuk dari kakus tidak tercium. Bila dipakai, tinjanya
tertampung sebentar dan bila disiram air, baru masuk ke bagian yang menurun untuk
masuk ke tempat penampungannya. System pembuangan jamban di daerah pesisir
terutama harus memperhatikan kondisi air tanah. Selain itu, dapat diupayakan metode
pembuangan ekskret (kotoran manusia) dengan cara menampung pada satu bak khusus
yang dapat dilakukan secara komunal dan pada akhirnya nanti akan diangkut oleh mobil
penyedot kotoran. Cara ini merupakan cara yang paling aman untuk diupayakan di daerah

6
pesisir, mengingat sulitnya memperoleh lokasi yang dapat digunakan sebagai tempat
penampungan kotoran.

Mengingat kondisi kawasan pesisir yang landai, berpasir dan sangat mudah
terendam, diperlukan teknik khusus dalam membuat septic tank. Karena, dengan kondisi
yang mudah terendam, septic yang dibuat harus memperhatikan jarak dengan sumber air.
Jangan sampai kotoran mengkontaminasi air yang akan digunakan sehari-hari.

7
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Jamban adalah tempat di mana manusia membuang kotoran. Menjadi salah


satu tempat yang cukup vital, jamban harus selalu dijaga kebersihan dan
kesehatannya baik terhadap manusia, lingkungan, maupun alam. Sedangakan
jamban sehat adalah suatu ruangan yang mempunyai fasilitas pembuangan
kotoran manusia yang terdiri atas tempat jongkok atau tempat duduk dengan leher
angsa atau tanpa leher angsa (cemplung) yang dilengkapi dengan unit
penampungan kotoran air untuk membersihkannya.

Masalah pembuangan kotoran manusia merupakan masalah yang pokok


karena kotoran manusia (faces) adalah sumber penyebaran penyakit
multikompleks. Beberapa penyakit yang dapat disebarkan oleh tinja manisia
antara lain tifus, disentri, kolera, bermacam-macam cacing (gelang, kremi,
tambang, pita), schistosomiasis, (Notoatmodjo, 2007). Pembuatan jamban
merupakan usaha manusia untuk memelihara kesehatan dengan membuat
lingkungan tempat hidup sehat.Dalam pembuatan jamban sedapat mungkin harus
diusahakan agar jamban tidak menimbulkan bau yang tidak sedap. Penduduk
Indonesia yang menggunakan jamban sehat (WC) hanya 54 % saja padahal
menurut studi menunjukkan bahwa penggunaan jamban sehat dapat mencegah
penyakit diare sebesar 28% demikian penegasan Menteri Kesehatan dr. Achmad
Sujudi, September 2004,(Depkes RI,2009). Masih banyaknya masyarakat yang
buang air besar di sembarang tempat seperti di pesisir pantai, pinggiran sungai
serta di semak-semak bukan hal yang baru lagi karena luasnya lahan yang dapat
dijadikan sebagai tempat untuk membuang hajat atau faces,(Aryani, 2009). Faktor
yang mempengaruhi rendahnya penggunaan jamban daerah pesisir yaitu :
umur,pendidikan, penggunaan jamban dan sikap

8
DAFTAR PUSTAKA

https://www.kompasiana.com/geshayuliani/551abc26a333118f23b659a0/its-
ciptakan-jamban-sehat-untuk-masyarakat-pesisir

https://goeastjava.net/pengertian-jamban-sehat/

https://www.kompasiana.com/irmarahmayani/jamban-
sehat_54f93192a3331150278b466d

JURNAL FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERILAKU MASYARAKAT


TENTANG PENGGUNAAN JAMBAN DI DESA MODELOMO KECAMATAN
TILONGKABILA KABUPATEN BONE BOLANGO TAHUN 2012

Anda mungkin juga menyukai