Sri Wahyuni,SKM.,M.Kes
Disusun Oleh :
020118A056
FAKULTAS KESEHATAN
2021
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat
dan karunia-Nya yang telah diberikan, sehingga penyusun bisa menyelesaikan Proposal
Perencanaan dan evaluasi program penyakit menular di Kabupaten OKU (Ogan Komering
Ulu). Adapun tujuan disusunnya proposal ini adalah sebagai syarat untuk memenuhi tugas
mata kuliah Perencanaan dan Evaluasi Kesehatan.
Tersusunnya laporan ini tentu bukan karena buah kerja keras kami semata, melainkan juga
atas bantuan dari berbagai pihak. Untuk itu, kami ucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada
Ibu Sri Wahyuni,SKM.,M.Kes dan Ibu Ita Puji Lestari,S.KM.,M.kes selaku dosen mata kuliah
Perencanaan dan evaluasi Kesehatan.
Kami sangat menyadari bahwa proposal ini masihlah jauh dari sempurna. Untuk itu,
kami selaku tim penyusun menerima dengan terbuka semua kritik dan saran yang
membangun agar laporan ini bisa tersusun lebih baik lagi. Kami berharap semoga proposal
ini bermanfaat bagi kita semua.
i
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL
ii
B. Identifikasi Masalah ........................................................................................... 29
1. Analisis Daftar Masalah Kesehatan ............................................................. 29
2. Penjelasan Analisis Secara Deskriptif Tiap Permasalahan Kesehatan ........ 32
3. Masalah Kesehatan yang Akan Dilakukan Tahap Prioritas Masalah .......... 34
C. Tahap Prioritas Masalah .................................................................................... 34
D. Tahap Identifikasi Akar Penyebab Masalah ...................................................... 36
E. Identifikasi Faktor Mana yang Paling Dominan/Berperan
Dengan Pemberian Nilai .................................................................................... 37
F. Diagnosa Perilaku .............................................................................................. 40
G. Diagnosa Pendidikan ......................................................................................... 43
H. Penetapan Strategi Pendidikan (Plan Of Action) ............................................... 47
I. Diagnosa Administratif ...................................................................................... 48
J. Rencana dan Evaluasi Program ......................................................................... 54
iii
DAFTAR TABEL
Tabel 1.1 Daftar Masalah Kesehatan dan Non Kesehatan Kabupaten OKU ................. 29
Tabel 1.9 Aspek Important dan Changebility pada Faktor Predisposing ...................... 46
iv
DAFTAR GAMBAR
v
DAFTAR GRAFIK
Kabupaten OKU Tahun 2018-2019 dan Target SPM Th. 2019 ................ 11
Grafik 1.4 Kasus Penyebab Kematian Ibu Kabupaten OKU tahun 2019 ...................... 15
Grafik 1.9 Persentase Desa STBM di Kab. OKU Tahun 2018-2019 ........................... 21
vi
Menurut Wilayah Puskesmas Kabupaten OKU Tahun 2019 .................... 28
vii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pembangunan kesehatan berkelanjutan bertujuan untuk meningkatkan kesadaran,
kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar peningkatan derajat
kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya dapat terwujud. Hal ini menuntut adanya
dukungan sumber daya yang cukup, serta arah kebijakan dan strategi pembangunan
kesehatan yang tepat. Namun, seringkali para pembuat kebijakan di bidang kesehatan
mengalami kesulitan dalam hal pengambilan keputusan yang tepat karena keterbatasan
atau ketidaktersediaan data dan informasi yang akurat, tepat, dan cepat.
Data dan informasi sebagai sumber daya yang sangat strategis dalam pengelolaan
pembangunan kesehatan haruslah berkualitas. Data yang berkualitas lahir dari tata kelola
data yang terpadu, bukan dari data yang berserakan di berbagai unit teknis atau individu.
Data yang berkualitas merupakan hasil dari koordinasi yang baik antara sisi substansi
data (isi dan kegunaan data tersebut) dan sisi metodologi data (bagaimana data tersebut
dihasilkan).
Profil kesehatan sebagai salah satu produk dari hasil pengelolaan data dan
informasi diharapkan dapat memberikan gambaran atau potret kesehatan secara
komprehensif. Profil kesehatan menyajikan data, informasi, dan indikator terkait
kesehatan yang meliputi: (1) Gambaran Umum; (2) Sarana Kesehatan; (3) SDM
Kesehatan; (4) Pembiayaan Kesehatan; (5) Kesehatan Keluarga; (6) Pengendalian
Penyakit; dan (7) Kesehatan Lingkungan. Untuk mendukung Instruksi Presiden tentang
Pengarusutamaan Gender dalam Pembangunan Nasional, sebagian data, informasi, dan
indikator di atas disajikan secara terpilah menurut jenis kelamin
Profil Kesehatan ini merupakan salah satu sarana untuk menggambarkan situasi
dan kondisi kesehatan masyarakat daerah Kabupaten Ogan Komering Ulu dan merupakan
salah satu sarana untuk mengevaluasi hasil penyelenggaraan pembangunan kesehatan
yang telah dilakukan selama tahun 2019.
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
1
Menerapkan kerangka kerja PRECEDE dalam perencanaan dan evaluasi
kesehatan masyarakat di Kabupaten OKU (Ogan Komering Ulu).
2. Tujuan Khusus
a. Mengetahui situasi dan kondisi kesehatan masyarakat di Kabupaten OKU
b. Mengidentifikasi masalah kesehatan, masalah sosial yang ada di Kabupaten
OKU
c. Penelusuran masalah kesehatan penyebab dari diagnosa sosial di Kabupaten
OKU
d. Penelusuran masalah social yang berhubungan dengan kesehatan di
Kabupaten OKU
C. Manfaat
Dapat menerapkan ilmu yang sudah diterima dan dapat menggali permaslahan
yang ada dimasyarakat serta mampu memecahkan permasalahan kesehatan
Menambah pengalaman, pengetahuan, dan wawasan mengenai kehidupan kehidupan
yang ada di lapangan yang mungkin tidak didapatkan di bangku kuliah
2
BAB II
METODE KEGIATAN
A. Kerangka Konsep
1. Identifikasi Masalah
Metode MCUA merupakan suatu teknik atau suatu cara yang digunakan
untuk membantu tim dalam mengambil keputusan atas beberapa pilihan atau
untuk membantu tim dalam mengambil keputusan atas beberapa pilihan .
Penggunaan Matriks MCUA dalam penentuan prioritasmasalah, dilakukan
dengan langkah - langkah sebagai berikut:
a. Menetapkan kriteria
b. Melakukan pembobotan kriteria
c. Memberikan skor
d. Mengalikan nilai skor dengan bobot
3
b. Besar/ jumlah (semakin banyak yang menderita akibat karena suatu masalah
kesehatan maka nilai bobotnya semakin tinggi).
c. Tren (semakin sering suatu masalah kesehatan muncul, nilai bobotnya
semakin tinggi).
3. Analisis Akar Penyebab Masalah Kesehatan
Analisis akar penyebab masalah dilakukan berdasarkan ruang lingkup
teori H.L Blum, yaitu faktor genetik, faktor perilaku, faktor lingkungan, dan faktor
pelayanan kesehatan. Penelusuran akar penyebab menggunakan metode
fishbone. Penentuan akar penyebab masalah ditentukan berdasarkan data
kuesioner.Setelah dilakukan analisis akar penyebab masalah,ditentukan faktor
apa yang paling dominan atau berisiko mengakibatkan penyakit yang menjadi
prioritas.
Untuk menentukan prioritas faktor penyebab dilakukan dengan metode
Likert. Keempat faktor tersebut diberikan penilaian ,kemudian ditentukan prioritas
berdasarkan skor akhir. Penentuan penilaian dengan kategori :
a. Sangat Tidak Berperan
b. Tidak Berperan
c. Kurang Berperan
d. Berperan
e. Sangat Berperan
a. Urgenitas
b. Besar
c. Trend/kecenderungan
4
4. Analisis Alternatif Solusi dan Kelayakan Solusi
Penyebab permasalahan kesehatan yang sudah ditentukan dianalisis dan
ditentukan alternatif kelayakan solusi . Tahap ini menggunakan metode MCUA ,
MCUA.
Metode ini menggunakan matriks untuk proses skroring dengan kriteria
sebagai berikut:
a. Kemudahan
b. Kecepatan dampak intervensi
c. Keterjangkauan intervensi
d. Ketersediaan sumber daya
B. Lokasi
Kabupaten OKU (Ogan Komering Ulu),Sumatra Selatan
5
jenis developmental digunakan untuk menemukan suatu model (prototype) dan
bisa digunakan untuk segala jenis bidang.
Berdasarkan jenis data yang diperlukan, maka dalam penelitian ini yang
dijadikan partisan (pengikut serta atau anggota) oleh peneliti adalah sekelompok
objek yang dijadikan sumber data dalam penelitian yang bentuknya dapat berupa
manusia, benda-benda, dokumen-dokumen dan sebagainya.
D. Jenis Data
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder
yaitu data yang dikumpulkan untuk maksud selain menyelesaikan masalah yang
sedang dihadapi. Data ini dapat ditemukan dengan cepat. Data sekunder
merupakan sumber data penelitian yang diperoleh peneliti secara tidak langsung
melalui media perantara (diperoleh dari catatan pihak lain). Ada dua tipe data
sekunder yaitu data internal dan eksternal (Alsa, 2007). Data internal berupa
dokumen-dokumen akuntansi dan operasi yang dikumpulkan, dicatat, dan
disimpan dalam suatu organisasi. Data sekunder diperoleh dari data Profil
kesehatan Kabupaten Pati Sedangkan, data eksternal dapat berupa buku, jurnal,
atau berbagai bentuk terbitan secara periodik yang diterbitkan oleh organisasi
atau instansi tertentu.
6
BAB III
RENCANA PROGRAM
A. ANALISIS SITUASI
1. Gambaran umum wilayah
a. Administrasi
Kabupaten Ogan Komering Ulu merupakan salah satu dari 17
Kabupaten/Kota di Propinsi Sumatera Selatan yang berada di bagian Selatan
dengan jarak sekitar 200 Km dari Ibu Kota Propinsi.
Luas wilayah Kabupaten Ogan Komering Ulu menurut Undang-Undang
Nomor 13 Tahun 2003 tentang Pembentukan Kabupaten Ogan Komering Ulu
Timur, Ogan Komering Ulu Selatan dan Ogan Ilir adalah 4.797,06 Km2.
Sementara menurut data Ogan Komering Ulu Dalam Angka (BPS) yang mengacu
pada pemetaan BPN Kabupaten Ogan Komering Ulu, luas Kabupaten Ogan
Komering Ulu meliputi 361.760 Ha. Dari dua data ini yang menjadi acuan dalam
RPJMD Kabupaten Ogan Komering Ulu Tahun 2016–2021 ini adalah luas
menurut Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003.
Sampai akhir tahun 2015, administrasi wilayah Kabupaten Ogan Komering
Ulu terbagi dalam 13 kecamatan yang terdiri dari 14 Kelurahan dan 143 Desa
dengan ibu kota kabupaten adalah Baturaja yang terletak di Kecamatan Baturaja
Timur. Kecamatan Lubuk Batang merupakan wilayah paling luas yaitu 747,00
Km2 (15,57%), disusul Kecamatan Semidang Aji yaitu 714,00 Km2 (14,88%)
dan Kecamatan Peninjauan 618,68 Km2 (12,90%). Jumlah desa terbanyak
terdapat di Kecamatan Lengkiti yaitu 22 desa dan Kecamatan Semidang Aji yaitu
21 desa. Jarak terjauh dari ibu kota kabupaten (Baturaja) ke ibu kota kecamatan
adalah Kecamatan Sinar Peninjauan (Marga Bakti) yaitu 68 Km, Kecamatan Ulu
Ogan (Mendingin) yaitu sejauh 65 Km, serta Kecamatan Kedaton Peninjauan
Raya (Kedaton) yaitu 65 Km.
7
Gambar 1.1 Peta Kabupaten OKU
Sebelah Utara : Kecamatan Rambang dan Kecamatan Lubai Kabupaten Muara Enim dan
Kecamatan Muara Kuang Kabupaten Ogan Ilir Provinsi Sumatera Selatan;
Sebelah Selatan : Kecamatan Simpang, Kecamatan Muaradua, Kecamatan Buay Sandang
Aji, Kecamatan Buay Runjung, Kecamatan Kisam Tinggi dan Kecamatan
Muaradua Kisam Kabupaten OKU Selatan Provinsi Sumatera Selatan;
Sebelah Barat : Kecamatan Semendo Darat Ulu, Kecamatan Semendo Darat Laut,
Kecamatan Tanjung Agung dan Kecamatan Lubai Kabupaten Muara Enim
Provinsi Sumatera Selatan;
Sebelah Timur : Kecamatan Cempaka, Kecamatan Madang Suku I, Kecamatan Madang
Suku II, Kecamatan Buay Pemuka Peliung dan Kecamatan Martapura
Kabupaten OKU TIMUR Provinsi Sumatera Selatan.
b. Batas wilayah
Batas-batas wilayah kabupaten OKU sebagai berikut :
1. Sebelah utara : Kecamatan Rambang dan Kecamatan Lubai
Kabupten Muara Enim dan Kecamatan Muara Kuang Kabupaten Ogan Ilir
Provinsi Sumatera Selatan.
2. Sebelah selatan : Kecamatan Simpang, Kecamatan Muaradua, Kecamatan
Buay Sandang Aji, Kecamatan Buay Runjung, Kecamatan Kisam Tinggi dan
Kecamatan Muaradua Kisam Kabupaten OKU Selatan Provinsi Sumatera
Selatan
3. Sebelah barat : Kecamatan Semendo Darat Ulu, Kecamatan
Semendo Darat Laut, Kecamatan Tanjung Agung dan Kecamatan Lubai
Kabupaten Muara Enim Provinsi Sumatera Selatan.
8
4. Sebelah timur : Kecamatan Cempaka, Kecamatan Madang Suku I,
Kecamatan Madang Suku II, Kecamatan Buay Pemuka Peliung dan
Kecamatan Martapura Kabupaten OKU Timur Provinsi Sumatera Selatan.
c. Kondisi Geografi
Secara geografis kabupten OKU terletak diantara 103o 40’ Bujur Timur
sampai dengan 104o 33’ Bujur Timur, dan 3o 45’ Lintang Selatan sampai dengan
4o 55’ Lintang Selatan, pada jalur Lintas Tengah Trans Sumatera, yang
menghubungkan Provinsi Lampung dengan Provinsi Bengkulu. Kabupaten OKU
mempunyai iklim tropis dan basah dengan temperatur bervariasi antara 22oC –
31oC.
Grafik 1.1
9
Persentase Pelayanan Penderita TBC Kabupaten OKU Tahun 2018-2019 dan Target SPM
100.0%
100.0% 84.4%
90.0%
80.0%
70.0% 53.7%
60.0%
50.0%
40.0%
30.0%
20.0%
10.0%
0.0%
Th. 2018Th. 2019Target SPM
Tahun 2019
Pengobatan lengkap untuk semua kasus TBC sebanyak 624 dari 955 penderita
terdaftar dan diobati, maka angka pengobatan lengkap untuk semua kasus TBC /
complete rate Kabupaten Ogan Komering Ulu tahun 2019 sebesar 65,3%
menurun 12% dari tahun 2018 (sebesar 77,3%).
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa angka persentase TBC pada tahun
2019 (84,4%) meningkat 30,7% dari tahun 2018 (53,7%) dan persenatase
pelayanan yang diberikan untuk penderita TBC juga meningkat dari tahun
sebelumnya hanya saja belum mencapai target SPM.
Risiko yang mungkin muncul dari kasus TBC kemungkinan masih akan ada
penularan penyakit hanya saja angkanya lebih sedikit karena mengingat
pengobatan yang sesuai standar hamper mencapai target. Namun meskipun
demikian harus tetap waspada karena bias saja terjangkit penyakit lain yang
menyerang paru-paru.
10
Kabupaten Ogan Komering Ulu yang melakukan tatalaksana standar pneumonia
dimana setiap penderita batuk dilakukan pemeriksaan dengan menghitung
frekuensi pernafasan dan dilihat tarikan dinding dada ke dalamnya, sebanyak 18
puskesmas (100%).
Resiko yang mungkin terjadi berdasarkan tingginya angka kasus pneumonia
adalah abses paru-paru,efusi pleura,gagal ginjal bahkan kematian. Oleh sebab itu
seharusnya ada tindakan yang diambil pemerintah untuk mengatasi pneumonia
ini.
3) Jumlah Kasus HIV AIDS dan Persentase Pelayanan Penderita Terduga HIV
AIDS
Jumlah kasus HIV di Kabupaten Ogan Komering Ulu tahun 2019 sebanyak 14
kasus, dengan proporsi penderita laki-laki 71,4% dan penderita perempuan
28,6%. Jumlah orang dengan risiko HIV yang mendapat pelayanan sebanyak
7.422 orang dari perkiraan orang berisiko sebanyak 8.629 orang (86%). Terjadi
peningkatan yang cukup signifikan dari cakupan pelayanan penderita terduga HIV
tahun 2018 sebesar 77,2% karena terjadi penurunan jumlah sasaran penderita
terduga HIV dari 17.370 orang di tahun 2018 menjadi 8.629 orang di tahun 2019.
Grafik 1.2
Persentase Pelayanan Penderita Terduga HIV Kabupaten OKU Tahun 2018-2019 dan
Target SPM Th. 2019
100%
100.0% 86.0%
80.0%
60.0%
40.0%
20.0% 8.8%
0.0%
Th. 2018 Th. 2019 Target SPM
11
Sumber : Seksi P2M
Jumlah kasus AIDS baru tahun 2019 sebanyak 3 kasus (proporsi laki-laki
66,7% perempuan 33,3%), jumlah kasus komulatif tahun 2019 sebanyak 5 kasus
(proporsi laki-laki 60% dan proporsi perempuan 40%). Dari kasus ini,penderita
yang meningkal lebih banyak penderita perempuan dibandingkan penderita laki-
laki.
Berdasarkan data kasus diatas resiko penularan penyakit HIV AIDS sangat
tinggi dilihat dari bertambahnya kasus setiap tahunnya,hal ini terjadi karena
beberapa factor diantaranya adalah dari masyarakat sendiri yang kurang paham
tentang bahaya HIV AIDS dan sasaran pelayanan yang salah diberikan. Jika kasus
ini tidak segera ditangani,resiko terkena penyakit lain seperti kanker rahim akan
sangat tinggi terlebih lagi obat untuk HIV AIDS masih belum ditemukan. Dengan
demikian kualitas hidup di Kabupaten OKU akan menurun jika tidak ada
penanganan yang lebih baik.
12
umur. Kasus dari tahun 2018 menurun 2% hal ini harus ditingkatkan sehingga
tidak ada resiko penularan penyakit diare dan penyakit lainnya.
13
wilayah kerja UPTD Puskesmas Batumarta II, Kedaton Peninjauan Raya,
Penyandingan, Sekar jaya, Kemalaraja dan Tanjung Agung
Insiden Rate kasus campak Kabupaten Ogan Komering Ulu tahun 2019
sebesar 2,5 per 100.000 penduduk (insiden rate pada laki-laki 0,6 dan insiden rate
pada perempuan 1,9).
Resiko yang mungkin terjadi berdasarkan data kasus campak kemungkinan
masih ada hanya saja tidak setinggi dengan kasus campak pada tahun 2018. Hal
ini dikarenakan angka kasus yang menurun dari tahun sebelumnya.
130 134
140
120
90 89
100 76.2
70
80
60
40
20
0
2016 2017 2018 2019 TargetTarget
RPJMDSDGS TH
2030
Angka Kematian Ibu (AKI) adalah jumlah kematian ibu sebagai akibat
komplikasi kehamilan atau penanganannya (tidak termasuk kecelakaan atau kasus
insidentil) selama kehamilan, melahirkan, dan dalam masa nifas (42 hari setelah
melahirkan) tanpa memperhitungkan lama kehamilan per 100.000 kelahiran
hidup.
14
Dilihat dari grafik jumlah kematian ibu paling banyak terjadi pada tahun 2018
yaitu sebesar 134 kasus,sedangkan pada tahun 2019 kasus kematian ibu menurun
menjadi 90 kasus. Kematian ibu paling sedikit berdasarkan data dan grafik yaitu
tahun 2016 sebesar 76,2 kasus.
Jumlah kematian ibu di Kabupaten OKU selama tahun 2019 sebanyak 7 orang
dari 7.817 kelahiran hidup, menurun 30% dari tahun 2018 (sebanyak 11 orang
dari 7.667 kelahiran hidup). Berdasarkan asumsi, maka AKI di Kabupaten Ogan
Komering Ulu tahun 2019 sebesar 90/100.000 KH menurun 30% dari tahun 2018
(sebesar 143/100.000 KH).
Grafik 1.4
Kasus Penyebab Kematian Ibu Kabupaten OKU tahun
2 Hipertensi dalam
kehamilan
4
Gangguan sistem
1
peredaran darah
Lain-lain
2019
Sumber : Seksi Kesga dan Gizi Dinkes Kab. OKU
Jika dilihat dari penyebabnya, kematian ibu disebabkan karena hipertensi
dalam kehamilan 2 kasus, gangguan sistem peredaran darah 1 kasus dan penyebab
lain-lain 4 kasus. Ketiga penyebab kematian ibu ini masih sama dengan penyebab
kematian ibu tahun 2018, hanya saja di tahun 2019 tidak terjadi kematian yang
disebabkan karena perdarahan. Jika dilihat dari waktu kematiannya sebanyak 86%
terjadi pada saat persalinan dan 14% terjadi pada saat nifas. Jika dilihat dari sisi
usia, 14% terjadi pada ibu hamil dengan usia<20 tahun dan 86% pada usia 20-34
tahun. Kematian pada usia yang aman untuk melahirkan lebih banyak
persentasenya dibandingkan pada usia risiko tinggi, hal ini menunjukkan bahwa
banyak faktor yang dapat menjadi penyebab kematian ibu. Selain itu ibu
15
melahirkan juga memiliki resiko penyakit menular seperti penyakit menular
sensual. Oleh karena itu anjuran ibu hamil untuk senatiasa memeriksakan
kehamilannya sesuai standar tetap harus dilakukan.
9 9
9
8 6.6
7 5.6
6 5.1 5
5
4
3
2
1
0
Th 2016Th 2017Th 2018Th 2019TargetTarget
RPJMDNasional
Berdasarkan laporan dari Seksi Kesga dan Gizi Masyarakat, secara akumulatif
terdapat jumlah kematian neonatal di Kabupaten OKU pada tahun 2019 sebanyak
44 orang meningkat 14% dari tahun 2018 (sebanyak 38 orang). Fluktuasi jumlah
kematian neonatal selama empat tahun terakhir adalah tahun 2016 sebanyak 52
orang, tahun 2017 sebanyak 39 orang, tahun 2018 sebanyak 38 orang dan tahun
2019 sebanyak 44 orang.
Sedangkan untuk angka kematian neonatal selama empat tahun terakhir
adalah tahun 2016 sebesar 6,6/1.000 KH, tahun 2017 sebesar 5,1/1.000 KH, tahun
2018 sebesar 5/1.000 KH dan tahun 2019 sebesar 5,6/1.000 KH. Angka kematian
neonatal ini sudah berada di bawah target kabupaten sebesar 6/1.000 KH, maupun
target RPJMN tahun 2019 sebesar 9/1.000 KH. Pada tahun 2019 terjadi
16
peningkatan angka kematian neonatal yang cukup signifikan sebanyak 6 orang.
Penyebab kematian neonatal antara lain BBLR (14 orang), asfiksia (12 orang),
sepsis (1 orang) dan penyebab lain-lain (17 orang).
Resiko penyebab kematian pada masa neonatal pada umumnya berkaitan
dengan kesehatan ibu selama hamil, kesehatan janin selama di dalam kandungan
dan proses pertolongan persalinan yang diterima ibu/bayi. Tingginya proporsi
kematian neonatal mengindikasikan masih rendahnya kualitas pelayanan
kesehatan terutama dalam hal keterampilan penanganan bayi dengan komplikasi
3) Jumlah dan Angka Kematian Bayi dan Balita per-1.000 Kelahiran Hidup (yang
dilaporkan)
Berdasarkan target capaian Indikator SDGs pada tahun 2030 diharapkan
Angka Kematian Balita 25 per 1.000 KH. Kondisi saat ini berdasarkan hasil SDKI
tahun 2012, AKB Indonesia sekitar 32 per 1.000 kelahiran hidup, sedangkan
Provinsi Sumatera Selatan sebesar 29 per 1.000 kelahiran hidup.
Angka Kematian Balita (AKABA) menggambarkan peluang untuk meninggal
pada fase antara kelahiran dan sebelum umur 5 tahun. Berdasarkan target RPJMN
tahun 2019 diharapkan AKABA mencapai 24 per 1000 KH dan menurut Indikator
SDGs diharapkan pada tahun 2030 AKABA sebesar 25 per 1000 KH. Kondisi
saat ini berdasarkan SDKI tahun 2012 AKABA di Indonesia masih 40 per 1000
KH.
Jumlah kematian bayi di Kabupaten OKU tahun 2019 sebanyak 53 orang
menurun 1,8% dari tahun 2018 (sebanyak 54 orang). Kematian bayi yang terjadi
pada usia neonatal (usia 0-28 hari) sebanyak 44 orang dan postneonatal (usia 29
hari – 11 bulan) sebanyak 9 orang. Penyebab kematian bayi tahun 2019 antara
lain BBLR (14 orang), asfiksia (12 orang), sepsis (1 orang), diare (3 orang) dan
penyebab lain-lain (23 orang).
Jumlah kematian bayi selama empat tahun terakhir adalah tahun 2016
sebanyak 72 orang, tahun 2017 sebanyak 63 orang, tahun 2018 sebanyak 54 orang
dan tahun 2019 sebanyak 53 orang. Sedangkan Angka Kematian Bayi di
Kabupaten OKU selama empat tahun terakhir adalah tahun 2016 sebesar
17
9,1/1.000 KH, tahun 2017 sebesar 8,2/1.000 KH, tahun 2018 sebesar 7,1/1.000
KH dan tahun 2019 sebesar 6,8/1.000 KH sudah memenuhi target RPJM.
Jika dilihat dari usia kematiannya, kematian balita di Kabupaten OKU tahun
2019 terjadi pada masa bayi (usia 0-11 bulan) sebanyak 53 orang dan pada masa
anak balita (usia 12-59 bulan) sebanyak 3 orang.
Meskipun angka kasus ini menurun tetapi resiko kemungkinan terpapar
penyakit masihlah tinggi karena balita cenderung lebih mudah terinveksi
penyakit.
b. Sosial
Jumlah tempat pengolahan makanan diperiksa di Kabupaten Ogan Komering Ulu
sebanyak 479 TPM (terdiri dari 16 jasa boga, 109 rumah makan/restoran, 91 Depot
Air Minum, 263 makanan jajanan/kantin/sentra makanan). Dari hasil pemeriksaan
diketahui jumlah TPM yang memenuhi syarat sebanyak 249 TPM (52%). Jasa boga
yang memenuhi syarat 37,3%, rumah makan/restoran memenuhi syarat 57,8%, Depot
18
Air Minum memenuhi syarat 65,9% dan tempat makanan jajanan/kantin/sentra
makanan memenuhi syarat 45,6%.
Grafik 1.6
Sarana Air Minum yang di IKL dan Diperiksa Sampel di Kabupaten OKU Tahun
2019
5000 4170
0 9
4000
0
3000
0
15 9
3 9
20000
0 Jumlah Sarana Air MinumJumlah sarana diambilJumlah sarana
memenuhi
1000 sampelsyarat
0
Jumlah sarana air minum yang dilakukan pemeriksaan sampel sebanyak 153
sampel (0,4%) dari 41.709 jumlah sarana air minum yang ada di Kabupaten Ogan
Komering Ulu. Dari hasil pemeriksaan sampel ini ditemukan 99 sampel (64,7%) yang
memenuhi syarat.
19
Grafik 1.7
Sarana Air Minum yang dilakukan Inspeksi
Kesehatan Lingkungan di Kabupaten OKU Tahun
4170
4500 9
0
4000
0
3500
0
3000 614 430
0 3 0
2500
0 Jumlah Sarana Air MinumJumlah sarana di IKLJumlah saana dengan
2000 risiko rendah+sedang
0
1500
0
1000
0
5000
0
2019
20
d. Persentase Sanitasi (Jamban Sehat) dan STBM
Grafik 1.8
Persentase Penduduk Menurut Jenis Jamban yang digunakan di Kabupaten OKU
Tahun 2019
13 6
% % 13
%
Jamban
Komunal
JSSP JSP
Lain-lain
68 Lain-lain
%
21
Grafik 1.9
87
90 %
% 70
80 %
%
40 201
70
% 8
201
% 25
9
60 %
% 0.6%
50 0.6%
% Desa Desa Desa
melaksanakan SBS STBM
40 STBM
%
30
%
20
%
10
%
0%
22
a. Kepercayaan
Berdasarkan hasil penelitian tentang kepercayaan masyarakat Kabupaten OKU
terhadap obat tradisional dapat dilihat bahwa sebanyak 58,2% percaya terhadap obat
tradisional yang dapat menyembuhkan penyakit,sedangkan 41,8% tidak percaya.
Resiko dari kepercayaan mungkin saja terjadi,karena tobat tradisional juga memilik
efek samping dari penggunaannya.
b. Perilaku
Perilaku masyarakat di Kabupaten OKU dalam pemilihan pengobatan dipengaruhi
oleh keadaan ekonomi. Masyarakat yang tidak mampu secara ekonomi biasa disebut
masyarakat miskin. Istilah kemiskinan muncul ketika seseorang atau sekelompok
orang tidak mampu mencakup tingkat kemakmuran ekonomi yang dianggap sebagai
kebutuhan minimal dari standar hidup tertentu. Kemiskinan merupakan sebuah
fenomena yang tidak akan pernah habis untuk diperbincangkan.
Sehingga akan mucul resiko penularan penyakit yang tinggi karena masalah ini
karena masyarakat yang lebih memilih untuk melakukan cara lain jika terkena
penyakit daripada melakukan pengobatan ke instalansi kesehatan.
c. Pengetahuan
Masyarakat Kabupaten OKU belum mempunyai pengetahuan yang baik tentang
penyebab, gejala dan penularan penyakit menular. Penyuluhan merupakan upaya
untuk meningkatan pengetahuan, masyarakat mengenai suatu penyakit baik
penyebab, pencegahan, pengobatan dan pemberantasan. Dengan adanya pengetahuan
yang baik mengenai penyakit menular diharapkan dapat meningkatkan sikap dan
perilaku masyarakat dalam pencegahan dan pemberantasan yang pada akhirnya dapat
menurunkan kejadian penyakit menular sehingga resiko terkena penyakit menular
juga akan menurun.
5. Analisis Kependudukan
23
a. Jumlah Penduduk
Grafik 2.0
Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin di Kabupaten Ogan Komering Ulu Tahun 2019
Perempuan
Laki-Laki
20.000 15.00010.0005.000
Sumber 0: Kantor Statistik Kabupaten OKU tahun 2019
Berdasarkan data dari Kantor Statistik Kabupaten Ogan Komering Ulu, jumlah
penduduk tahun 2019 sebesar 363.617 jiwa, dengan rincian 185.727 orang laki-laki
dan 177.890 orang perempuan.
Jumlah penduduk paling banyak pada tahun 2019 yaitu usia 5-9 tahun baik
pada laki-laki sebesar 18.000 jiwa maupun perempuan sebesar 17.000 jiwa.
Sedangkan jumlah penduduk paling sedikit pada usia 75 tahun ke atas untuk laki-
laki dan usia 70-74 tahun pada perempuan yang jumlahnya tidak lebih dari 5.000
jiwa.
Resiko yang mungkin terjadi berdasarkan jumlah penduduk memiliki
kemungkinan tertular penyakit juga tinggi,misal tertular penyakit yang saat ini
sedang mewabah di dunia yaitu covid 19.
b. Kepadatan Penduduk
Rata-rata kepadatan penduduk di Kabupaten Ogan Komering Ulu per Km2
sebesar 76 jiwa/Km2 dengan persebaran yang tidak merata di setiap kecamatan.
Kecamatan dengan kepadatan penduduk tertinggi adalah Kecamatan Baturaja
Timur dengan kepadatan penduduk sebesar 922 jiwa/KM2, sedangkan kecamatan
dengan kepadatan penduduk terendah adalah Kecamatan Ulu Ogan sebesar 16
jiwa/Km2.
24
Resiko dari kepadatan penduduk yang tidak merata dapat menyebabkan
kualitas kesehatan penduduk akan menurun. Misal didaerah yang padat
penduduk,kemungkinan tertular penyakit juga sangat tinggi seperti penyakit
DBD,hepatitis dan masih banyak lagi.
c. Pertumbuhan Penduduk (Berdasarkan profil kesehatan Kabupateen OKU tahun
2009)
Jumlah penduduk Kabupaten Ogan Komeri ng Ulu selalu mengalami
peningkatan dari tahun ke tahun. Hal itu dikarenakan telah semakin banyaknya
perbaikan serta kemajuan pembangunan yang dilakukan pemerintah khususnya di
bidang pendidikan, kesehatan, keluarga berencana dan akses informasi yang terbu
ka lebar bagi penduduk. Menurut hasil Pendataan Penduduk dan Pendaftaran
Pemilih Berkelanjutan (P4B), total jumlah penduduk Kabupaten Ogan Komering
Ulu tahun 2003 sebesar 278.645 jiwa, pada kwartal pertama tahun 2004
meningkat menjadi 283.995 jiwa, dan pada akhir tahun 2009 meningkat menjadi
333.562 jiwa.
Meskipun pemerintah telah memperbaiki pembangunan di Kabupaten OKU
masih memungkinkan bahwa penyebaran penyakit di daerah ini juga masih bisa.
Hal ini karena pertumbuhan penduduk juga semakin meningkat dari tahun-tahun
sebelumnya.
Laki-laki
49% 51%
Perempuan
25
Sumber : Kantor Statistik Kabupaten OKU Tahun
2019
Rasio jenis kelamin adalah perbandingan antara jumlah penduduk pria dan
jumlah penduduk wanita pada suatu daerah dan pada waktu tertentu, yang
biasanya dinyatakan dalam banyaknya penduduk pria per 100 wanita. Sex ratio di
Kabupaten Ogan Komering Ulu tahun 2019 sebesar 104,4. Dengan persentase
perempuan sebesar 49% dan laki-laki 51%.
Grafik 2.2
Jumlah Puskesmas Menurut Ketersediaan Jenis Tenaga Kesehatan di Kabupaten
OKU Tahun 2019
26
18 18 18 18
18
16
13 13
14
11
12
9
10 8
8 6
6
4
2
0
27
c. Cakupan Program
40 37
35 32 31
30 29
30 24 24
22
25
15 16 15
20 14
12 12 12 12 12
10 14 10 9
15 8 8 7
7
10 0 1 0 0 0 1 00
5
0
28
Sumber : Seksi Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat
B.IDENTIFIKASI MASALAH
Berikut ini adalah daftar masalah yang ditemukan berdasarkan hasil analisis
situasi Kabupaten OKU yang telah dilakukan:
Tabel 1.1 Daftar Masalah Kesehatan dan Non Kesehatan Kabupaten OKU
29
2 Pneumonia Pendapatan Perkapita
4 Diare Pengangguran
5 Kusta Ketimpangan
6 Campak
30
JUMLAH
MASALAH KASUS I TARGET CAPAIAN KET
(ORANG)
Capaian
sesuai kasus
dan jumlah
1 TBC 4.867 5.891 4.867 kasus
berkurang
dari tahun
sebelumnya
Capaian
sesuai kasus
namun jumlah
2 Pneumonia 461 464 461 kasus
meningkat
dari tahun
sebelumnya
Capaian
sesuai kasus
namun
jumlah kasus
31
sebelumnya
Capaian kasus
tidak
memenuhi
target
meskipun
jumlah kasus
5 Kusta 11 11 0
menurun dari
tahun
sebelumnya
Cakupan
sudah sesuai
target hanya
saja jumlah
6 Campak 9 6 6 kasus
meningkat
dari tahun
sebelumnya
Capaian
sesuai target
dan jumlah
kasuspun
Keterangan :
32
= Trand Naik = Potensi Bahaya
= Trand Stag = Tanda Bahaya
= Trand Turun = Gawat Darurat
33
Masalah kesehatan campak di Kabupaten OKU pada tahun 2019 memiliki trend
naik,meskipun target yang ditetapkan sudah tercapai maksimal namun masih
memiliki urgensi potensi bahaya.
g. Masalah Kesehatan DBD ( Demam Berdarah Dengue )
Pada tahun 2019 masalah kesehatan DBD memiliki trend menurun dan target yang
ditetapkan pun sudah tercapai semua sehingga urgensi masalah ini adalah potensi
bahaya.
34
C. TAHAP PRIORITAS MASALAH
Bedasarkan hasil dari identifikasi masalah yang telah dilakukan,maka berikut ini
adalah daftar masalah yang akan dilakukan penetapan prioritas masalah:
1. TBC
2. HIV AIDS
3. Kusta
2 = Cukup urgen
35
3 = Urgen
4 = Sangat urgen
Berdasarkan tabel MCUA diatas prioritas masalah yang akan diangkat adalah
masalah penyakit menular kusta.
Dari hasil prioritas masalah didapatkan masalah utama adalah masalah penyakit
kusta. Tahap selajutnya adalah penentuan akar penyebab masalah dengan menggunakan
diagram fishbone dengan pendekatan HL BLOOM sebagai berikut:
Tidur
dengan
Hunian rumah
penderita
penduduk yang
kusta
padat
Kurangnya
pengetahuan Tidak Konstruksi rumah
masyarakat melakukan yang tidak baik
Melakukan
tentang kusta pemeriksaan (atap bocor,lantai
pengobatan
sendiri ke yankes dan dinding tidak
kedap air) Tidak ada ventilasi untuk
pertukaran udara dan sinar
matahari
Terlambat dalam
melakukan
pengobatan
PERILAKU LINGKUNGAN
KUSTA
36
PELAYANAN
GENETIK
Pemberian KESEHATAN
informasi
E. IDENTIFIKASI FAKTOR MANA YANG PALING DOMINAN/BERPERAN
DENGAN PEMBERIAN NILAI
A. Perilaku = Prioritas I
B. Lingkungan = Prioritas II
C. Pelayanan Kesehatan = Prioritas III
D. Genetik = Prioritas IV
Dari penilaian diatas maka faktor yang paling dominan/berperan adalah faktor
perilaku. Berikut ini adalah identifikasi penyebab perilaku dan nonperilaku.
No (semua penyebab yg menjadi tulang kecil di (semua penyebab di semua tulang ikan
penyebab utama “Perilaku”) selain dari “Perilaku”)
1. Tidur dengan penderita kusta Tidak ada fentilasi untuk pertukaran udara
dan sinar matahari
37
Pemantauan pelayanan kesehatan yang
kurang
6.
7.
Ada riwayat penyakit kusta dari orangtua
8.
38
TABEL 1.5 MCUA PENETAPAN PRIORITAS AKAR PENYEBAB DARI
FAKTOR PERILAKU DIKABUPATEN OKU TAHUN 2019
PERILAKU
Perilaku 1 Perilaku 2 Perilaku 3 Perilaku 4 Perilaku 5
Kriteria Bobot
(%) Skor S Skor S Skor S Skor S Skor S
(S) (S) (S) (S) (S)
x x X X x
B B B B B
Gawat 40 5 2,0 3 1,2 4 1,6 3 1,2 5 2,0
Trend 30 3 0,9 2 0,6 3 0,9 3 0,9 3 0,9
Besar 30 3 0,9 2 0,6 3 0,9 2 0,6 2 0,6
Total 100 3,8 2,4 3,4 2,7 3,5
2 = Cukup urgen
3 = Urgen
4 = Sangat urgen
Berdasarkan tabel MCUA diatas prioritas akar penyebab masalah adalah perilaku
tidur dengan penderita kusta.
F. DIAGNOSA PERILAKU
1. Faktor Perilaku
39
a. Tidur dengan penderita kusta
b. Tidak melakukan pemeriksaan ke yankes
c. Melakukan pengobatan sendiri
d. Kurangnya pengetahuan masyarakat tentang kusta
e. Terlambat dalam melakukan pengobatan
2. Faktor Non Perilaku
a. Tidak ada ventilasi untuk pertukaran udara dan sinar matahari
b. Hunian rumah penduduk yang padat
c. Konstruksi rumah yang tidak baik (atap bocor,lantai dan dinding tidak kedap air)
d. Pemberian informasi yang kurang
e. Kurangnya ketersediaan dan pemantauan pemberian obat
f. Pemantauan pelayanan kesehatan yang kurang
g. Belum rata pembagian alat pelindung diri
h. Ada riwayat penyakit kusta dari orangtua
40
Kurangnya ketersediaan dan pemantauan pemberian obat
Pemantauan pelayanan kesehatan yang kurang
Belum rata pembagian alat pelindung diri
Ada riwayat penyakit kusta dari orangtua
Dari tabel di atas kemudian dilakukan berdasarkan faktor perilaku yang lebih kearah
preventif ini dianalisa dalam hal “importance” dan “changeability”
Tabel 1.7
Di kabupaten OKU
Changeability Importance
Penting Tidak/kurang
penting
41
Dapat diubah Tidur dengan penderita kusta
Tidak melakukan pemeriksaan ke yankes
Melakukan pengobatan sendiri
Kurangnya pengetahuan masyarakat
tentang kusta
Terlambat dalam melakukan pengobatan -
Tidak/kurang dapat - -
diubah
Jadi objective goal pada bulan April tahun 2020 sebanyak 80% masyarakat yang
kontak langsung dan memiliki resiko tertular penyakit kusta di Kabupaten
OKU,Sumatera Selatan telah melakukan pengobatan dan pemeriksaan ke yankes
terdekat.
G. DIAGNOSA PENDIDIKAN
42
status kesehatan yang memperhatikan faktor-faktor penyebabnya, mengidentifikasi
faktor-faktor yang dapat diubah untuk kelangsungan perubahan perilaku. Faktor-faktor
yang merupakan penyabab perilaku adalah
a. Faktor predisposing adalah fakor yang mempermudah dan mendasari untuk terjadinya
perilaku tertentu.
b. Faktor enabling adalah faktor yang mungkinkan untuk terjadinya perilaku tertentu.
c. Faktor reinforcing adalah faktor yang memperkuat untuk terjadinya perilaku tertentu.
Factor Predisposing :
Factor Enabling :
Kejadian Penyakit
a. Kurangnya ketersediaan dan Kusta
pemantauan pemberian obat
43
Factor Reinforcing :
Tabel 1.8 Faktor yang Paling Dominan
Nama Factor
Predisposing Reinforcing Enabling
Winda 5 4 4
Total 5 4 4
44
Berdasarkan penentuan faktor yang paling dominan dan perlu di perbaiki terlebih
dahulu adalah faktor predisposing yaitu :
Changebility Important
Penting Tidak/kurang penting
Tidur dengan penderita kusta
Kurangnya pengetahuan
masyarakat tentang kusta
Dapat diubah -
Tidak melakukan pemeriksaan ke
yankes
Melakukan pengobatan sendiri
Tidak/kurang dapat - -
diubah
45
Penentuan Objective Goals
Objective goals dari diagnosis pendidikan yang memenuhi syarat 4 W (Who, What,
Where, When) dan 1H (how) serta memberikan unsur SMART (Specific, Measurable,
Achievable, Reasonable, Tangiable) yaitu sebagai berikut :
46
Gejala
dan tanda
penyakit
kusta
Faktor
penyebab
penyakit
kusta
Cara
mencegah
penyakit
kusta
2 Pemantauan Masyarakat Memantau Panitia Buku evaluasi
yang kontak perubahan pelaksana
langsung dan perilaku
memiliki masyarakat
resiko tertular setelah
kusta mengetahui apa
itu penyakit kusta
I. DIAGNOSA ADMINISTRATIF
Untuk dapat mencapai hal diatas perlu dilakukan tahap – tahap analisa sebagai berikut :
47
1. Within Program Analysis (analisa didalam program)
Upaya untuk meningkatkan pengetahuan dan kesadaran kepada masyarakat
Kabupaten Oku mengenai pentingnya tingkat pengetahuan dan perilaku masyarakat
tentang bahayanya penyakit kusta. Intervensi tersebut termasuk dalam program
problem cycling perilaku dan tingkat pengetahuan oleh mahasiswa Universitas Ngudi
Waluyo Ungaran. Pendanaan yang digunakan berasal dari subsidi kampus dan
swadaya mahasiswa.
2. Within Organisational Analysis (analisa didalam organisasi)
Kegiatan bisa dilakukan kerjasama lintas program yang ada, pada program
pendidikan kesehatan masyarakat ini dapat dilakukan oleh program pengabdian
masyarakat oleh Program Studi Kesehatan Masyarakat, dan bekerja sama
dengan Program Studi Keperawatan.
3. Inter Organizational Analysis (analisa antar organisasi)
Kegiatan bisa dilakukan dengan sektor lain, baik sektor pemerintah maupun
non pemerintah. Kegiatan PKM perlu mengadakan kerja sama dengan sektor
lain yaitu :
a. Pelayanan Kesehatan Kabupaten OKU
b. Pemerintah Kabupaten OKU
Setelah menganalisis ketiga tahap tersebut kemudian dibuat rencana jadwal
kegiatan intervensi, dengan menetapkan jenis dan urutan kegiatan serta rencana
intervensi, jenis dan urutan kegiatan (Pert Analysis).
1. Alokasi Sumber Daya
1) Anggaran untuk kegiatan intervensi
Rencana anggaran untuk kegitatan Intervensi adalah
sebagai berikut :
Tabel 2.1 Alokasi Dana Kegiatan
PEMASUKAN
Kas Mahasiswa Rp. 150.000,00 Rp.
150.000,
00
Subsidi Kampus Rp. 500.000,00 Rp.
48
500.000,
00
Jumlah Rp.
650.000,
00
PENGELUARAN
N Nama Ba Harga Jumlah
o Barang ny Satuan
ak
1 MMT 1 Rp. Rp.
75.000,00 75.000,0
0
2 Tali 1 Rp. Rp.
Rafia bal 8.000,00 8.000,00
ke
cil
3 Lakban 1 Rp. Rp.
pc 16.000,00 16.000,0
s 0
4 Kertas 2 Rp. Rp.
Payung le 1.500,00 3.000,00
mb
ar
5 Masker 1 Rp. Rp.
du 50.000,00 50.000,0
s 0
6 Handsa 10 Rp. Rp.
nitizer 0 12.000,00 12.000,0
ml 0
Jumlah Rp.
164.000,
00
KONSUMSI
1 Snack 30 Rp. Rp.
49
du 5.000,00 150.000,
s 00
2 Aqua 2 Rp. Rp.
du 18.000,00 36.000,0
s 0
Rp.
186.000,
00
SOUVENIR
1 Doorpr 10 Rp. Rp.
ise pc 2.500,00 25.000,0
s 0
Jumlah Rp.
25.000,0
0
UNDANGAN,LEAFLET DAN POSTER
1 Undan 30 Rp.
gan pc 4.000,00
s
2 Leaflet 30 Rp.
pc 90.000,0
s 0
3 Poster 5 Rp.
pc 15.000,0
s 0
Rp.
109.000,
00
TRANSPORTASI
1 Uang 1 Rp.
Bensin 25.000,0
0
TOTAL Rp.
509.000,
50
00
2) Alokasi Waktu
Alokasi waktu menurut PERT
Alokasi waktu pelaksanaan dalam perencanaan dan evaluasi kesehatan
melalui problem solving cycle
Tabel 2.2 Alokasi Waktu menurut PERT
3) Jadwal Kegiatan
Kegiatan
Sasaran
Waktu pelaksanaan
Tempat kegiatan
Keberhasilan
Tabel 2.3 Jadwal Pelaksanaan Kegiatan
51
N Kegiatan sasaran Waktu Tempat Kegiatan Keberhasilan
o Pelaksana
an
1 Rapat Anggota Minggu Kampus Kegiata
koordinasi kelompo pertama Balai Desa n
Melakukan k Tanjung berjala
perijinan Baru,Baturaja, n
Mengumpulkan Ogan lancar
data Komering Ulu Alat
Melakukan dan
survey bahan
Memberikan yang
undangan ke dibutuh
pelayanan kan
kesehatan tersedia
puskesmas
untuk hadir ke
balai desa
Mempersiapkan
alat dan bahan
yang
dibutuhkan
2 Menyampaikan maksud Petugas Minggu Puskesmas Tanjung 80% petugas
dan tujuan ke petugas pelayana kedua Baru,Baturaja Timur pelayanan
pelayanan kesehatan n kesehatan di
puskesmas untuk kesehata setiap UPTD
diharapkan bantuannya n Puskesmas
dalam melaksanakan Puskesm telah
pencegahan penyakit as mengikuti
kusta di setiap UPTD kegiatan
Puskesmas Kabupaten penyuluhan
52
OKU
3 Pembagian Masyara Minggu Balai Desa Tanjung 85%
snack,mengisi kat yang ketiga Baru,Baturaja,Ogan masyarakat
daftar hadir memiliki Komering Ulu yang hadir
Penyampaian kontak telah
materi dari langsung mengikuti
petugas dan kegiatan
pelayanan beresiko
kesehatan terkena
Puskesmas kusta
tentang
penyakit
kusta,tanda dan
gejala serta
pencegahan
penyakit kusta
Pembagian
leaflet dan
poster tentang
penyakit kusta
4 Evaluasi Masyara Tiga Balai Desa Tanjung 80%
kegiatan kat yang bulan Baru,Baturaja,Ogan masyarakat
bersama tenaga memiliki terakhir Komering Ulu yang hadir
kesehatan kontak telah
puskesmas langsung melakukan
kepada dan intervensi dari
kelompok beresiko petugas
masyarakat terkena pelayanan
(proses,dampak, kusta kesehatan
hasil) puskesmas
53
J. RENCANA DAN EVALUASI PROGRAM
Evaluasi merupakan proses membandingkan hasil suatu program dengan hasil
yang direncanakan. Evaluasi ini merupakan suatu tahap terpenting yang harus dibuat
perencanaannya. Evaluasi ini dibuat berdasarakan objective goal dan indikator yang telah
dibuat. Ada 3 tahap evaluasi, yaitu :
a. Evaluasi Proses
Merupakan evaluasi dari kegiatan yang sudah dilaksanakan
Tabel 2.4 Evaluasi Proses
54
b. Evaluasi Dampak
Evaluasi untuk tercapainya objective goal yang telah dibuat pada phase
pendidikan maupun phase perilaku
Tabel 2.5 Evaluasi Dampak
55
kontak langsung pengetahuan masyarakat.
sebelum
intervensi dan
setelah intervensi
56
BAB IV
KESIMPULAN
1. Diagnosa social
Prioritas masalah sosial adalah masyarakat yang kontak langsung (tidur dengan
penderita kusta)
2. Diagnosa epidemiologi
Faktor kesehatan : Penyakit Kusta
3. Diagnosa perilaku
Faktor yang mempengaruhi perilaku masyarakat untuk tidak kontak langsung
dengan penderita
4. Diagnosa pendidikan
Faktor Predisposisi :
a. Tidur dengan penderita kusta
b. Kurangnya pengetahuan masyarakat tentang kusta
c. Tidak melakukan pemeriksaan ke yankes
d. Melakukan pengobatan sendiri
5. Strategi pendidikan
Strategi yang digunakan adalah dengan penyuluhan, demonstrasi dan media
komunikasi berupa leaflet, video dan poster.
6. Diagnosa administrasi
a. Within Program Analysis (analisa didalam program)
Upaya untuk meningkatkan pengetahuan dan kesadaran kepada
masyarakat Kabupaten Oku mengenai pentingnya tingkat pengetahuan dan
perilaku masyarakat tentang bahayanya penyakit kusta. Intervensi tersebut
termasuk dalam program problem cycling perilaku dan tingkat pengetahuan oleh
mahasiswa Universitas Ngudi Waluyo Ungaran. Pendanaan yang digunakan
berasal dari subsidi kampus dan swadaya mahasiswa.
57
b. Within Organisational Analysis (analisa didalam organisasi)
Kegiatan bisa dilakukan kerjasama lintas program yang ada, pada
program pendidikan kesehatan masyarakat ini dapat dilakukan oleh
program pengabdian masyarakat oleh Program Studi Kesehatan
Masyarakat, dan bekerja sama dengan Program Studi Keperawatan.
c. Inter Organizational Analysis (analisa antar organisasi)
Kegiatan bisa dilakukan dengan sektor lain, baik sektor pemerintah
maupun non pemerintah. Kegiatan PKM perlu mengadakan kerja sama
dengan sektor lain yaitu :
a. Pelayanan Kesehatan Kabupaten OKU
b. Pemerintah Kabupaten OKU
58
DAFTAR PUSTAKA
https://simdos.unud.ac.id/uploads/file_pendidikan_dir/7a6d058259637c5aa6c706abbaca7d71.pdf
https://promosikesehatan2008.files.wordpress.com/2010/04/perencanaan-program-kesehatan.pdf
http://repository.unair.ac.id/id/eprint/99063
https://journal.ugm.ac.id/jmpk/article/view/2705
https://journal.unnes.ac.id/nju/index.php/kemas/article/view/2846v
https://books.google.com/books?
hl=id&lr=&id=sQuZDwAAQBAJ&oi=fnd&pg=PR3&dq=penyakit+kusta&ots=xtJjZvZjz3&sig
=BrUgim3ehPiBY1-RsKkw0ad0BSA
https://ejournal.undip.ac.id/index.php/jpki/article/view/2409
http://dinkes.okukab.go.id/wp-content/uploads/2020/11/Profil-Kes-Kab-OKU-2020.pdf
https://pusdatin.kemkes.go.id/resources/download/profil/PROFIL_KAB_KOTA_2012/1601_Su
msel_Kab_OKU_2012.pdf
59