(Disusun sebagai Pemenuhan Tugas Mata Kuliah Dasar Promosi Kesehatan dan
Ilmu Perilaku)
Dosen Pengampu :
Disusun oleh:
UNIVESITAS JEMBER
JEMBER
2019
i
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI........................................................................................................................ i
BAB I. PENDAHULUAN .................................................................................................. 1
1.1. Latar Belakang .................................................................................................... 1
1.2. Rumusan Masalah ............................................................................................... 2
1.3. Tujuan ................................................................................................................. 2
BAB II. PEMBAHASAN ................................................................................................... 4
2.1. Konsep Dasar Promosi Kesehatan Berdasarkan Konferensi Ottawa .................. 4
2.1.1. Definisi Promosi Kesehatan ........................................................................ 4
2.1.2. Misi Promosi Kesehatan ............................................................................. 4
2.1.3. Strategi Promosi Kesehatan ........................................................................ 5
2.1.4. Komitmen terhadap Promosi Kesehatan ..................................................... 6
2.1.5. Himbauan terhadap Gerakan Internasional ................................................. 8
2.2. Konsep Dasar Promosi Kesehatan Berdasarkan Konferensi Adelaide ............... 8
2.2.1. Lingkungan dan Perilaku Kondusif bagi Kesehatan ................................... 9
2.2.2. Area Utama Kebijakan Publik Berwawasan Kesehatan ........................... 12
2.3. Konsep Dasar Promosi Kesehatan Berdasarkan Konferensi Sundsvall ............ 14
2.3.1. Model Praktik Promosi Kesehatan ............................................................ 15
2.3.2. Empat Strategi Kegiatan Kunci Kesehatan Masyarakat ........................... 16
2.4. Konsep Dasar Promosi Kesehatan Berdasarkan Konferensi Jakarta ................ 17
2.4.1. Sejarah Baru .............................................................................................. 17
2.4.2. Prioritas Promosi Kesehatan Abad 21....................................................... 20
2.4.3. Tindakan yang Perlu Diambil ................................................................... 23
BAB III. PENUTUP ......................................................................................................... 26
3.1. Kesimpulan ....................................................................................................... 26
3.2. Saran ............................................................................................................. 26
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................................... 27
i
BAB I. PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang
1
terlalu populer seperti sekarang. Pada masa itu, istilah yang cukup terkenal
hanyalah Penyuluhan Kesehatan, selain itu muncul pula istilah-istilah populer
lain seperti KIE (Komunikasi, Informasi, dan Edukasi), Social Marketing
(Pemasaran Sosial) dan Mobilisasi Sosial.
1.2.Rumusan Masalah
1. Bagaimanakah konsep dasar promosi kesehatan berdasarkan Konferensi
Ottawa?
2. Bagaimanakah konsep dasar promosi kesehatan berdasarkan Konferensi
Adelaide?
3. Bagaimanakah konsep dasar promosi kesehatan berdasarkan Konferensi
Sundsvall?
4. Bagaimanakah konsep dasar promosi kesehatan berdasarkan Konferensi
Jakarta?
1.3.Tujuan
1. Mengetahui konsep dasar promosi kesehatan berdasarkan Konferensi
Ottawa.
2. Mengetahui konsep dasar promosi kesehatan berdasarkan Konferensi
Adelaide.
2
3. Mengetahui konsep dasar promosi kesehatan berdasarkan Konferensi
Sundsvall.
4. Mengetahui konsep dasar promosi kesehatan berdasarkan Konferensi
Jakarta.
3
BAB II. PEMBAHASAN
2.1.Konsep Dasar Promosi Kesehatan Berdasarkan Konferensi Ottawa
4
a. Advokasi (Advocacy)
Sumber utama untuk perkembangan sosial, ekonomi, dan
personal, serta dimensi penting dari kualitas hidup adalah
lesehatan yang baik. Faktor-faktor yang mendukung misi ini
adalah factor polotik, ekonomi, sosial, budaya, lingkungan,
perilaku dan biologis.
b. Memampukan atau memperkuat
Pencapaiam kesetaraan atau keadilan dalam memperoleh
akses pelayanan kesehatan merupakan fokus promosi
kesehatan. Yang bertujuan untuk meminimalisir perbedaan
dalam status kesehatan serta menjamin semua orang mencapai
potensi kesehatan yang selebar-lebarnya.
c. Menjembatani
Persyaratan dasar kesehatan tidak dapat diselenggarakan oleh
satu sektor saja, yakni kesehatan. Tetapi juga dibutuh gerakan
yang terkordinasi dengan sektor lain, seperti organisasi-
organisasi pemerintah misal relawan, swasta, pemerintah
daerah, sektor sosial, sektor ekonomi, dan sektor-sektor
lainnya. Para ahli, kelompok sosial dan para petugas kesehatan
memiliki taggunng jawab untuk menjembatani antara
kepentingan masyarakat dengan berbagai pihak untuk
mencapai hidup sehat masyarakat.
2.1.3. Strategi Promosi Kesehatan
5
kebijakan diharapkan dapat menguntungkan kesehatan pada
saat pembuatan kebijakan.
b. Menciptakan lingkungan yang mendukung (Create supportive
environment). Ditujukan kepada penyedia sarana dan prasarana
atau pengelola. Menunjang akitvitas masyarakat dalam bidang
kesehatan adalah tujuan sara ini, seperti tersedianya rumah
sakit/puskesmas dengan fasilitas yang memadai, tersedianya air
bersih, dsb.
c. Memperkuat gerakan masyarakat ( Strength community
action). Tujuan dari gerakan ini adalah agar individu/kelompok
dalam masyarakat mampu ntuk meningkatkan kondisi
kesehatannya secara mandiri eperti dengan diadakannya
kegiatan senam bersama, car free day, gotong royong untuk
membersihkan desa, dll.
d. Mengembangkan keterampilan individu (Develop personel
skill). Keterampilan individu yang dimaksud adalah
keterampilan dalam memelihara kesehatan, cara yang bisa
dilakukan adalah dengan memberikan edukasi keppada
masyarakat tentang bagaimana cara memelihara kesehatan
seperti cara mencuci tangan yang benar, pentingnya menjaga
kebersihan, dll. Banyaknya masyarakat yang terampil dalam
memelihara kesehatannya akan lebih mudaha dan membantu
untuk mewujudkan masyarakat yang sehat.
e. Reorientasi pelayanan kesehatan (Reorient health service).
Dalam sarana ini pelayanan kesehatan tidak hanya sebagai
kuratif dan rehabilitatif, tetapi juga promotif dan preventif.
Sehingga diharapkan masyarakat tidak lagi berpikir hanya
menjadi pengguna pelayanan kesehatan, tetapi juga sebagai
penyelenggara kesehatan.
2.1.4. Komitmen terhadap Promosi Kesehatan
6
Konferensi Ottawa menghasilkan kesepakatan-kesepakatan yang
terkait dengan komitmen terhadap promosi kesehtan di masa
depan, yaitu:
7
berbagi peran dengan sektor dan disiplin lain, terutama dengan
anggota masyarakat itu sendiri.
f. Menempatkan kesehatan dan pemeliharaannya sebagai
investasi sosial utam, mengamanatkan isu ekologis kehidupan
masyarakat secara menyeluruh.
g. Konferensi ini mendorong fihak yang berkepentingan utnuk
bekerja sama dengan mereka sebagai mitra kesehatan
masyarakat yang kuat.
2.1.5. Himbauan terhadap Gerakan Internasional
a. Disetiap forum-forum internasional Organisasi Kesehatan
Dunia (WHO) dan organisasi dunia lainnya untuk membantu
dan mendukung kegiatan promosi kesehatan.
b. Membantu mengembangkan strategi dan program untuk
promosi kesehatan pada berbagai negara.
c. Setiap orang baik dari organisasi pemerintah atau bukan yang
berkepentingan secara bersama mengembangkan dan
memperkenalkan strategi promosi kesehatan yang sejalan
dengan nilai dan moral sosial masyarakat.
d. Membangun fondasi dari kesepakatan yang dihasilkan yaitu
“Sehat untuk semua pada tahun 2000 dan setelahnya menjadi
kenyataan”.
2.2.Konsep Dasar Promosi Kesehatan Berdasarkan Konferensi Adelaide
8
2.2.1. Lingkungan dan Perilaku Kondusif bagi Kesehatan
9
pemerintah dalam mengatasi masalah, pertimbangan
politik.
2) Isi kebijakan yang dihasilkan: Harus berdasarkan kenyataan
dan data di lapangan.
3) Dampak kebijakan yang diambil: Kaitannya pada
perubahan perilaku individu ataupun komunitas.
b. Mendorong terwujudnya revitalisasi nilai-nilai asasi kesehatan
10
Studi yang dilakukan Prestage (2009) menunjukkan bahwa
kelompok berisiko tertular HIV/AIDS pada awalnya
menginginkan memiliki aktivitas seksual yang normal. Untuk
itu mereka menggunakan methamphetamine dan oral erectile
dysfunction medications (OEM) termasuk narkotika.
11
Intinya di dalam akuntabilitas setiap kebijakan yang telah
diputuskan harus terkomunikasikan dengan baik kepada
masyarakat, serta dapat dipertanggungjawabkan. Kebijakan
public yang akuntabel memilik ciri-ciri:
f. Kemitraan
12
Perlu untuk mengembangkan kebijakan dan program yang
berwawasan kesehatan di mana perempuan menjadi
fokusnya karena perempuan adalah promotor kesehatan utama
di dunia, maka perempuan perlu diberi kesempatan untuk
memperoleh pekerjaan, diberi hak untuk menentukkan
kebutuhan dan keinginannya, berkesempatan menjalankan
untuk mengasuh anak-anaknya, kebebasan memilih pelayanan
kesehatan yang sesuai untuknya.
b. Pangan dan gizi
Pangan dan gizi adalah tujuan mendasar dari kebijakan publik
berwawasan kesehatan. Berfokus pada penghapusan
kelaparan dan kekurangan gizi. Kebijakan pangan dan gizi
yang dibutuhkan adalah yang dapat membaurkan faktor
produksi dan distribusi makanan oleh swasta dan publik
sehingga harga bisa adil dan terjangkau. Pemerintah harus
memberi jaminan kepada rakyat perihal kecukupan dan
ketersediaan pangan.
c. Tembakau dan alkohol
Penggunaan tembakau pada rokok dan alkohol yang
disalahgunakan jelas membawa dampak buruk bagi kesehatan
individu yang bersangkutan serta lingkungan sekitar. Hal ini
menjadi masalah yang tak kunjung diselesaikan terutama oleh
pemerintah, karena bergantung pada pendapatan cukai
tembakau dan rokok. Menjadi tantangan terbesar bagi penggiat
anti rokok agar bisa meyakinkan pemerintah bahwa pendapatan
cukai rokok yang didapat tidak sebanding dengan besarnya
biaya kesehatan yang akan ditanggung.
d. Menciptakan lingkungan yang mendukung
13
disebabkan oleh kualitas lingkungan yang buruk dan berbagai
bahaya lain yang ditimbulkan lingkungan bagi kesehatan.
Untuk menanggulanginya, pemerintah dapat andil dalam
pembuatan strategi pengelolaan lingkungan yang tepat,
berdasarkan standar - standar yang telah ditetapkan.
14
Berdasarkan tujuan yang disusun sejak awal perencanaan konferensi,
konferensi memang dimaksudkan untuk fokus pada pada hal yang bersifat
tindakan atau action. Maka dari itu, peserta yang datang diharapkan membawa
dan menyajikan pengalaman mereka yang sudah berhasil dijalankan yang
berkaitan dengan “lingkungan yang mendukung kesehatan” (UI, 2009).
15
Model ini berperan untuk memfasilitasi kegiatan dan dapat
dilihat sebagai sebuah spiral. HELPSAME dan SESAME
bersifat saling melengkapi, masing-masing tidak eksklusif dan
tidak dapat saling mengganti.
16
2.4.Konsep Dasar Promosi Kesehatan Berdasarkan Konferensi Jakarta
17
minuman secara mudah dan dalam waktu yang singkat.
Makanan tersebut juga dapat kita simpan dalam waktu lama
sehingga tidak merepotkan lagi pengolahannya. Namun dipihak
yang lain teknologi-teknologi tersebut mempunyai risiko tinggi
terhadap kesehatan.
18
kemudahan-kemudahan kehidupan manusia. Pada gilirannya
dengan meningkatnya kemudahan-kemudahan kehidupan
manusia juga membawa dampak yang berupa faktor risiko
kesehatan, yang juga merupakan determinan kesehatan.
19
4. Pendekatan Baru Promosi Kesehatan
20
Secara lebih spesifik tanggung jawab sosial dalam kesehatan
yang perlu direalisasikan oleh setiap pemangku kepentingan
atau “stake holder” kesehatan, termasuk sektor industri dan
perdagangan adalah sebagai berikut :
21
3. Meningkatkan kemitraan untuk kesehatan
22
mekanisme pembiayaan baru baik lokal, nasional, regional
maupun internasional. Insentif dan rangsangan serta upaya-
upaya advokasi yang lain harus diciptakan untuk memperoleh
dukungan pemerintah, swasta, lembaga swadaya masyrakat,
institusi pendidikan dan sektor lain dalam program-program
promosi kesehatan.
23
sektor yang harus memimpin (leading sector). Mengenai sektor
mana yang perlu dijalin kerja sama, tidak ada pilihan lain
kecuali semua sektor yang terkait dengan determinan
kesehatan.
24
7. Mendorong keterbukaan dan tangung jawab sosial dalam
promosi kesehatan
25
BAB III. PENUTUP
3.1.Kesimpulan
3.2.Saran
Istilah promosi kesehatan terus berkembang dan sudah ada sejak tahun 1986
saat konferensi otawwa. Banyak hal yang dibahas dalam berbagai konferensi
tersebut dan terdapat penyempurnaan promosi kesehatan. Perlu diperhatikan
secara seksama bagi penyuluh tentang perkembangan promosi kesehatan agar
apa yang dipromosikan dapat efektif dan efisien.
26
DAFTAR PUSTAKA
Nadra, K. (2016). Situasi Strategi Promosi Kesehatan di VICO Indonesia. Jurnal
Promkes, Vol. 5 No. 1.
27