Anda di halaman 1dari 29

MAKALAH DASAR PROMOSI KESEHATAN DAN ILMU PERILAKU

“KONSEP DASAR PROMOSI DAN PENDIDIKAN KESEHATAN


(SEJARAH PROMKES)”

(Disusun sebagai Pemenuhan Tugas Mata Kuliah Dasar Promosi Kesehatan dan
Ilmu Perilaku)

Dosen Pengampu :

Afif Hamdalah, S.KM., M.Kes.

Disusun oleh:

1. Rafika Tanjung B. 182110101084


2. Destia Nur I. 182110101102
3. Monica Galuh D. 182110101103

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVESITAS JEMBER

JEMBER

2019

i
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI........................................................................................................................ i
BAB I. PENDAHULUAN .................................................................................................. 1
1.1. Latar Belakang .................................................................................................... 1
1.2. Rumusan Masalah ............................................................................................... 2
1.3. Tujuan ................................................................................................................. 2
BAB II. PEMBAHASAN ................................................................................................... 4
2.1. Konsep Dasar Promosi Kesehatan Berdasarkan Konferensi Ottawa .................. 4
2.1.1. Definisi Promosi Kesehatan ........................................................................ 4
2.1.2. Misi Promosi Kesehatan ............................................................................. 4
2.1.3. Strategi Promosi Kesehatan ........................................................................ 5
2.1.4. Komitmen terhadap Promosi Kesehatan ..................................................... 6
2.1.5. Himbauan terhadap Gerakan Internasional ................................................. 8
2.2. Konsep Dasar Promosi Kesehatan Berdasarkan Konferensi Adelaide ............... 8
2.2.1. Lingkungan dan Perilaku Kondusif bagi Kesehatan ................................... 9
2.2.2. Area Utama Kebijakan Publik Berwawasan Kesehatan ........................... 12
2.3. Konsep Dasar Promosi Kesehatan Berdasarkan Konferensi Sundsvall ............ 14
2.3.1. Model Praktik Promosi Kesehatan ............................................................ 15
2.3.2. Empat Strategi Kegiatan Kunci Kesehatan Masyarakat ........................... 16
2.4. Konsep Dasar Promosi Kesehatan Berdasarkan Konferensi Jakarta ................ 17
2.4.1. Sejarah Baru .............................................................................................. 17
2.4.2. Prioritas Promosi Kesehatan Abad 21....................................................... 20
2.4.3. Tindakan yang Perlu Diambil ................................................................... 23
BAB III. PENUTUP ......................................................................................................... 26
3.1. Kesimpulan ....................................................................................................... 26
3.2. Saran ............................................................................................................. 26
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................................... 27

i
BAB I. PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang

Konsep promosi kesehatan merupakan suatu pengembangan dari konsep


pendidikan kesehatan, yang sejalan dengan perubahan paradigma kesehatan
masyarakat (public health). Perubahan paradigma kesehatan masyarakat
terjadi antara lain karena akibat berubahnya suatu pola penyakit, gaya hidup,
kondisi kehidupan, lingkungan kehidupan, dan demografi. Pada awal
perkembangannya, kesehatan masyarakat difokuskan pada faktor-faktor yang
menimbulkan risiko kesehatan seperti udara, air, penyakit-penyakit bersumber
makanan seperti penyakit-penyakit lain yang berhubungan dengan kemiskinan
dan kondisi kehidupan yang buruk. Dalam perkembangan selanjutnya,
disadari bahwa kondisi kesehatan juga dipengaruhi oleh gaya hidup
masyarakat (Depkes RI, 2005)

Perkembangan Promosi Kesehatan dipengaruhi juga oleh perkembangan


Promosi Kesehatan International yaitu dimulainya program Pembangunan
Kesehatan Masyarakat Desa (PKMD) pada tahun 1975 dan tingkat
Internasional tahun 1978 Deklarasi Alma Ata tentang Primary Health Care
tersebut sebagai tonggak sejarah cikal bakal Promosi Kesehatan.

Menurut salah satu komponen di dalam pelayanan kesehatan dasar itu


adalah pendidikan kesehatan, di Indonesia pernah juga disebut dengan
penyuluhan kesehatan, yang ternyata berfokus pada perubahan perilaku, dan
kurang memperhatikan upaya perubahan lingkungan (fisik, biologik dan
sosial) (Depkes RI, 2005).

Istilah Health Promotion (Promosi Kesehatan) sebenarnya sudah mulai


dicetuskan setidaknya pada tahun 1986, ketika diselenggarakannya Konferensi
Internasional pertama tentang Health Promotion di Ottawa, Canada pada
tahun 1986. Pada waktu itu dicanangkan ”The Ottawa Charter” atau “Piagam
Ottawa”, yang didalamnya memuat definisi serta prinsip-prinsip dasar
Promosi kesehatan. Namun istilah tersebut pada waktu itu di Indonesia belum

1
terlalu populer seperti sekarang. Pada masa itu, istilah yang cukup terkenal
hanyalah Penyuluhan Kesehatan, selain itu muncul pula istilah-istilah populer
lain seperti KIE (Komunikasi, Informasi, dan Edukasi), Social Marketing
(Pemasaran Sosial) dan Mobilisasi Sosial.

Konferensi selanjutnya di Adelaide, Australia, 1988 dengan rekomendasi


mengembangkan Kebijakan Pembangunan Berwawasan Sehat (Build Healthy
Public Policy). Kemudian di Sundsvall, Swedia, 1991 menghasilkan
Pernyataan “Supportive Environment for Health”. Lalu di Jakarta, Indonesia
1997 dengan Deklarasi “New Players for the New Era”. Promosi kesehatan
sebagai bagian dari aksi atau kegiatan untuk mencapai kesehatan bagi semua
dalam lingkup kesehatan masyarakat baru, dengan sendirinya harus
mengembangkan konsep dan strategi baru. Untuk itu maka dirumuskan
kembali promosi kesehatan yang lebih dinamis dan komprehensif.

1.2.Rumusan Masalah
1. Bagaimanakah konsep dasar promosi kesehatan berdasarkan Konferensi
Ottawa?
2. Bagaimanakah konsep dasar promosi kesehatan berdasarkan Konferensi
Adelaide?
3. Bagaimanakah konsep dasar promosi kesehatan berdasarkan Konferensi
Sundsvall?
4. Bagaimanakah konsep dasar promosi kesehatan berdasarkan Konferensi
Jakarta?

1.3.Tujuan
1. Mengetahui konsep dasar promosi kesehatan berdasarkan Konferensi
Ottawa.
2. Mengetahui konsep dasar promosi kesehatan berdasarkan Konferensi
Adelaide.

2
3. Mengetahui konsep dasar promosi kesehatan berdasarkan Konferensi
Sundsvall.
4. Mengetahui konsep dasar promosi kesehatan berdasarkan Konferensi
Jakarta.

3
BAB II. PEMBAHASAN
2.1.Konsep Dasar Promosi Kesehatan Berdasarkan Konferensi Ottawa

Konferensi yang berlangsung di Ottawa, Kanada ini merupakan


konferensi internasional pertama di bidang promosi kesehatan, yang diadakan
pada tanggal 21 November tahun 1986 oleh WHO(World Health
Organization).Konnferensi ini dihadiri oleh para ahli kesehatan dari seluruh
dunia yang membuahkan hasil sebuah dokumen penting yang disebut Piagam
Ottawa (Ottawa Charter). Hasil dari konferensi internasional ini adalah lima
sarana aksi promosi kesehatan yang digunakan oleh berbagai negara dalam hal
promosi kesehatan, termasuk Indonesia (Nadra, 2016).

2.1.1. Definisi Promosi Kesehatan

Promosi kesehatan ialah sebuah proses yang memungkinkan setiap


individu untuk meningkatkan kendali atas dirinya sendiri untuk
meningkatkan kesehatan (WHO,Ottawa, 1986). Tujuan dari
promosi kesehatan adalah perubahan perilaku kearah yang lebih
baik, sehingga diharapkan akan mampu untuk meningkatan derajat
esehatan di masyarakat. Dalam melaksanakan promosi kesehatan
perlu adanya metode agar pesan yang ingin disampaikan bisa
diterima dengan baik oleh masyarakat. Metode yang dilakukan bisa
disesuaikan dengan kondisi lingkungan, masyarakat dan sumber
daya dari pihak penyelenggara promosi kesehatan. Selain metode
perlu juga adanya strategi yang sesuai dengan kondisi lingkungan
serta tidak menyalahi peraturan yang berlaku agar pomosi
kesehatan yang dilakukan mendapatkan hasil yang optimal.

2.1.2. Misi Promosi Kesehatan

Dalam Piagam Ottawa dirumuskan tiga hal penting dalam


mengimplementasikan promosi kesehatan, yang disebut tiga misi
pormosi kesehatan, yakni (UI, 2009) :

4
a. Advokasi (Advocacy)
Sumber utama untuk perkembangan sosial, ekonomi, dan
personal, serta dimensi penting dari kualitas hidup adalah
lesehatan yang baik. Faktor-faktor yang mendukung misi ini
adalah factor polotik, ekonomi, sosial, budaya, lingkungan,
perilaku dan biologis.
b. Memampukan atau memperkuat
Pencapaiam kesetaraan atau keadilan dalam memperoleh
akses pelayanan kesehatan merupakan fokus promosi
kesehatan. Yang bertujuan untuk meminimalisir perbedaan
dalam status kesehatan serta menjamin semua orang mencapai
potensi kesehatan yang selebar-lebarnya.
c. Menjembatani
Persyaratan dasar kesehatan tidak dapat diselenggarakan oleh
satu sektor saja, yakni kesehatan. Tetapi juga dibutuh gerakan
yang terkordinasi dengan sektor lain, seperti organisasi-
organisasi pemerintah misal relawan, swasta, pemerintah
daerah, sektor sosial, sektor ekonomi, dan sektor-sektor
lainnya. Para ahli, kelompok sosial dan para petugas kesehatan
memiliki taggunng jawab untuk menjembatani antara
kepentingan masyarakat dengan berbagai pihak untuk
mencapai hidup sehat masyarakat.
2.1.3. Strategi Promosi Kesehatan

WHO (1986) menyebutkan bahwa Ottawa Charter memiliki lima


sarana aksi yang perlu dijalankan untuk membangun stategi
prmosi kesehatan yang baik. Ke lima sarana aksi tersebut adalah:

a. Kebijakan berwawasan kesehatan (Build health public policy).


Ditujukan kepada para penentu kebijakan. Dengan
memberikan wawasan serta pengetahuan kepada para penentu

5
kebijakan diharapkan dapat menguntungkan kesehatan pada
saat pembuatan kebijakan.
b. Menciptakan lingkungan yang mendukung (Create supportive
environment). Ditujukan kepada penyedia sarana dan prasarana
atau pengelola. Menunjang akitvitas masyarakat dalam bidang
kesehatan adalah tujuan sara ini, seperti tersedianya rumah
sakit/puskesmas dengan fasilitas yang memadai, tersedianya air
bersih, dsb.
c. Memperkuat gerakan masyarakat ( Strength community
action). Tujuan dari gerakan ini adalah agar individu/kelompok
dalam masyarakat mampu ntuk meningkatkan kondisi
kesehatannya secara mandiri eperti dengan diadakannya
kegiatan senam bersama, car free day, gotong royong untuk
membersihkan desa, dll.
d. Mengembangkan keterampilan individu (Develop personel
skill). Keterampilan individu yang dimaksud adalah
keterampilan dalam memelihara kesehatan, cara yang bisa
dilakukan adalah dengan memberikan edukasi keppada
masyarakat tentang bagaimana cara memelihara kesehatan
seperti cara mencuci tangan yang benar, pentingnya menjaga
kebersihan, dll. Banyaknya masyarakat yang terampil dalam
memelihara kesehatannya akan lebih mudaha dan membantu
untuk mewujudkan masyarakat yang sehat.
e. Reorientasi pelayanan kesehatan (Reorient health service).
Dalam sarana ini pelayanan kesehatan tidak hanya sebagai
kuratif dan rehabilitatif, tetapi juga promotif dan preventif.
Sehingga diharapkan masyarakat tidak lagi berpikir hanya
menjadi pengguna pelayanan kesehatan, tetapi juga sebagai
penyelenggara kesehatan.
2.1.4. Komitmen terhadap Promosi Kesehatan

6
Konferensi Ottawa menghasilkan kesepakatan-kesepakatan yang
terkait dengan komitmen terhadap promosi kesehtan di masa
depan, yaitu:

a. Memfokuskan sasaran ke arah kebijakan publik berwawasan


kesehatan, dan melakukan advokasi untuk memperoleh
komitmen politik yang jelas terhadap kesehatan dan
kesetaraan/keadilan diseluruh sektor.
b. Melakukan perlawanan terhadap tekanan-tekanan yang berasal
dari produk-produk berbayaha, pengurasan sumber daya alam
secara tidak bertanggung jawab, kondisi lingkungan hidup yang
tidak nyaman untuk kesehatan, gizi, serta memusatkan
perhatian pada isu-isu global seperti polusi, kecelakaan dan
keselamatan kerja pengadaan perumahan dan pembentukan
pemukiman yang aman dan sehat.
c. Merespon kesenjangan dalam pelayanan kesehatan yang ada di
dalam masyarakat dan menjembatani kesenjangan tersebut
dengan kebijakan dan peraturan-peraturan yang dapat
mendorong terciptanya kesetaraan atau keadilan, baik untuk
mendapatkan kesempatan dalam pelayanan kesehatan maupun
fasilitas atau kesempatan lainnya, seperti pekerjaan, jaminan
asuransi kesehatan dan sebagainya.
d. Menempatkan manusia sebagai subyek utama kesehatan, untuk
mendorong dan memungkinkan mereka menjaga kesehatan
diri, keluarga, teman, baik secara finansial maupun dukungan
lainnya, serta menempatkan masyarakat sebagai pelaku yang
esensial dalam meningkatkan status kesehatan, kondisi
kehidupan dan kesejahteraan sosial mereka.
e. Melakukan reorientasi dalam sistem pelayanan kesehatan dan
sumber daya yang ada demi peningkatan status kesehatan, serta

7
berbagi peran dengan sektor dan disiplin lain, terutama dengan
anggota masyarakat itu sendiri.
f. Menempatkan kesehatan dan pemeliharaannya sebagai
investasi sosial utam, mengamanatkan isu ekologis kehidupan
masyarakat secara menyeluruh.
g. Konferensi ini mendorong fihak yang berkepentingan utnuk
bekerja sama dengan mereka sebagai mitra kesehatan
masyarakat yang kuat.
2.1.5. Himbauan terhadap Gerakan Internasional
a. Disetiap forum-forum internasional Organisasi Kesehatan
Dunia (WHO) dan organisasi dunia lainnya untuk membantu
dan mendukung kegiatan promosi kesehatan.
b. Membantu mengembangkan strategi dan program untuk
promosi kesehatan pada berbagai negara.
c. Setiap orang baik dari organisasi pemerintah atau bukan yang
berkepentingan secara bersama mengembangkan dan
memperkenalkan strategi promosi kesehatan yang sejalan
dengan nilai dan moral sosial masyarakat.
d. Membangun fondasi dari kesepakatan yang dihasilkan yaitu
“Sehat untuk semua pada tahun 2000 dan setelahnya menjadi
kenyataan”.
2.2.Konsep Dasar Promosi Kesehatan Berdasarkan Konferensi Adelaide

Konferensi Internasional Promosi Kesehatan kedua dilaksanakan di


Adelaide, Australia, pada tanggal 5-9 April 1998. Tema di konferensi ini
adalah “Membangun Kebijakan Publik yang Berwawasan Kesehatan” tema
tersebut adalah strategi promosi kesehatan yang pertama dari Ottawa Charter.
Hasil kesepakatan Konferensi Promosi Kesehatan di Adelaide ini dituangkan
dalam rekomendasi Adelaide (Adelaide Recommendation) (Notoatmodjo,
2013).

8
2.2.1. Lingkungan dan Perilaku Kondusif bagi Kesehatan

Untuk menciptakan masyarakat yang hidup dalam lingkungan


sehat dan berperilaku sehat, bisa didukung oleh strategi berikut
(Notoatmodjo, 2013):

a. Kebijakan publik berwawasan kesehatan

Seperangkat kebijakan, peraturan maupun regulasi yang


menjamin tercapainya tujuan pembangunan kesehatan.
Kebijakan ini perlu untuk selalu dikembangkan sampai benar-
benar tercapai tujuan yang diingkan oleh semua orang.
Pemerintah sebagai pemangku kekuasaan dan pengelola
program-program kesehatan, perlu memprioritaskan pentingnya
kesehatan di setiap kebijakan yang akan dibuat.

Misalnya adalah kebijakan dalam aturan merokok. Banyak


orang tau tentang bahaya rokok bagi kesehatan misalnya dapat
memunculkan penyakit jantung koroner, kanker, dan
sebagainya, di bungkus rokok sudah jelas informasi bahaya
tersebut. Tetapi hal tersebut belum bisa membuat konsumsi
rokok menurun, bahkan jumlah produksi rokok diprediksi akan
terus meningkat pertahunnya. Pemerintah sendiri terbelah
dalam menanganinya di satu sisi ingin mewujudkan SDM yang
sehat di lain sisi bergantung pada cukai rokok dan hal ini
membuat tidak tegasnya kebijakan yang dibuat. Maka dari itu,
perlu dikembangkan kebijakan yang lebih relevan lagi dan
menguntungkan bagi semua orang. Salah satunya dengan
mengurangi produksi rokok dan bukan menambahnya.

Kebijakan dapat dianalisis menggunakan 3 domain, yaitu:

1) Proses terbentuknya kebijakan: Melihat dari permasalahan


yang ada, program untuk mengatasinya, komitmen

9
pemerintah dalam mengatasi masalah, pertimbangan
politik.
2) Isi kebijakan yang dihasilkan: Harus berdasarkan kenyataan
dan data di lapangan.
3) Dampak kebijakan yang diambil: Kaitannya pada
perubahan perilaku individu ataupun komunitas.
b. Mendorong terwujudnya revitalisasi nilai-nilai asasi kesehatan

Kesehatan merupakan hak dasar sekaligus investasi sosial


individu. Maka perlu dihidupkan kembali hak-hak untuk sehat
tersebut. Konsep sehat berkembang pesat menjadi sehat secara
mental, sosial, ekonomi, bahkan seksual. Sehat mental terdiri
dari :

1) Sehat pikiran: individu mampu berpikir secara rasional,


logis, dan sistematis.
2) Sehat emosional: individu dapat mengekspresikan
emosinya dengan normal.
3) Sehat spiritual: kesediaan dan kebiasaan mengekspresikan
rasa syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa dalam berbagai
keadaan.

Sehat sosial adalah individu mampu berinteraksi dengan orang


lain dalam kelompok masyarakat yang luas. Sehat ekonomi
diberikan makna sebagai suatu keadaan di mana individu
produktif misalnya mampu mencari nafkah, rajin pergi sekolah,
giat belajar, cerdik melihat peluang usaha.

Adapun sehat secara seksual adalah suatu keadaan di mana


individu memiliki kemampuan melakukan aktivitas seksual,
serta reproduksi, dalam batas-batas normatif dan etika sosial
yang disepakati. Aktivitas seksual seharusnya tidak berkait
dengan perilaku berisiko, misalnya penggunaan narkotika.

10
Studi yang dilakukan Prestage (2009) menunjukkan bahwa
kelompok berisiko tertular HIV/AIDS pada awalnya
menginginkan memiliki aktivitas seksual yang normal. Untuk
itu mereka menggunakan methamphetamine dan oral erectile
dysfunction medications (OEM) termasuk narkotika.

c. Pemerataan akses masyarakat terhadap pelayanan kesehatan

Ketidakadilan dalam kesehatan berakar dari adanya


ketidakmerataan yang berlangsung di masyarakat. Bigdeli dan
Annear mengidentifikasi ada 5 hal yang menjadi kendala dalam
menjangkau pelayanan, yaitu:

1) Hambatan fisik (transportasi, keterbatasan jam layanan, dan


lamanya menunggu).
2) Hambatan finansial (langsung/tak langsung), serta
hilangnya kesempatan ekonomi.
3) Kualitas pelayanan (termasuk keterampilan petugas,
ketersediaan obat-obatan, kelenkapan alat).
4) Pengetahuan pengguna tentang ketersediaan pelayanan,
jaminan kerahasiaan.
5) Hambatan sosial budaya (gender, umur, kepercayaan, dan
preferensi budaya).

Oleh karena itu dalam rangka menjembatani akses masyarakat


terhadap kesehatan, setidaknya ada dua hal yang harus
dilakukan oleh pemerintah, yaitu:

1) Melaksanakan upaya pemberdayaan masyarakat.


2) Mendekatkan pelayanan sehingga mudah dijangkau.

Upaya pemerintah perlu didukung oleh peran serta masyarakat


secara langsung maupun melalui lembaga swadaya masyarakat.

d. Akuntabilitas dalam program kesehatan

11
Intinya di dalam akuntabilitas setiap kebijakan yang telah
diputuskan harus terkomunikasikan dengan baik kepada
masyarakat, serta dapat dipertanggungjawabkan. Kebijakan
public yang akuntabel memilik ciri-ciri:

1) Kebijakan tersebut rasional


2) Menjangkau khalayak yang luas
3) Efektif untuk mengatasi persoalan
4) Dapat diterima oleh masyarakat
e. Meningkatkan program melampaui “pelayanan”

Bergerak melampaui pelayanan kesehatan yang sudah ada.


Misalnya selama ini jika terjadi masalah kesehatan seringkali
digunakan pendekatan secara kuratif dan rehabilitatif, tetapi
seiring dengan bertambahnya jaman dan meningkatnya biaya
pengobatan maka perlu untuk meningkatkan pelayanan dari
aspek promotif dan preventif untuk meminimalisirnya.
Kebijakan publik didorong untuk menempatkan aspek promotif
dan preventif di posisi yang penting. Kebijakan publik
berwawasan kesehatan harus dilakukan di berbagai bidang.

f. Kemitraan

Kemitraan memiliki beberapa ciri, yaitu:

1) Kerjasama pada berbagai jenjang (individu, kelompok,


institusi).
2) Adanya kesepakatan tentang peran dari tiap pihak.
3) Bersama-sama mencapai tujuan tertentu.
4) Saling menanggung risiko dan manfaat.

2.2.2. Area Utama Kebijakan Publik Berwawasan Kesehatan


a. Mendukung program kesehatan perempuan

12
Perlu untuk mengembangkan kebijakan dan program yang
berwawasan kesehatan di mana perempuan menjadi
fokusnya karena perempuan adalah promotor kesehatan utama
di dunia, maka perempuan perlu diberi kesempatan untuk
memperoleh pekerjaan, diberi hak untuk menentukkan
kebutuhan dan keinginannya, berkesempatan menjalankan
untuk mengasuh anak-anaknya, kebebasan memilih pelayanan
kesehatan yang sesuai untuknya.
b. Pangan dan gizi
Pangan dan gizi adalah tujuan mendasar dari kebijakan publik
berwawasan kesehatan. Berfokus pada penghapusan
kelaparan dan kekurangan gizi. Kebijakan pangan dan gizi
yang dibutuhkan adalah yang dapat membaurkan faktor
produksi dan distribusi makanan oleh swasta dan publik
sehingga harga bisa adil dan terjangkau. Pemerintah harus
memberi jaminan kepada rakyat perihal kecukupan dan
ketersediaan pangan.
c. Tembakau dan alkohol
Penggunaan tembakau pada rokok dan alkohol yang
disalahgunakan jelas membawa dampak buruk bagi kesehatan
individu yang bersangkutan serta lingkungan sekitar. Hal ini
menjadi masalah yang tak kunjung diselesaikan terutama oleh
pemerintah, karena bergantung pada pendapatan cukai
tembakau dan rokok. Menjadi tantangan terbesar bagi penggiat
anti rokok agar bisa meyakinkan pemerintah bahwa pendapatan
cukai rokok yang didapat tidak sebanding dengan besarnya
biaya kesehatan yang akan ditanggung.
d. Menciptakan lingkungan yang mendukung

Hal ini menjadi area utama pembahasan kebijakan publik


berwawasan kesehatan mengingat paparan penyakit

13
disebabkan oleh kualitas lingkungan yang buruk dan berbagai
bahaya lain yang ditimbulkan lingkungan bagi kesehatan.
Untuk menanggulanginya, pemerintah dapat andil dalam
pembuatan strategi pengelolaan lingkungan yang tepat,
berdasarkan standar - standar yang telah ditetapkan.

Konferensi Adelaide menyarankan agar lembaga-lembaga


pemerintah, swasta maupun lembaga swadaya masyrakat lokal,
nasional, maupun internasional menyelenggarakan (Notoatmodjo,
2013):

a. Upaya untuk menyebarluaskan pengalaman dan praktik


promosi kesehatan sebagai bentuk meningkatkan kemampuan
semua pihak dalam melaksanakan program, melalui pendirian
clearing house.
b. Jejaring sumber data promosi kesehatan dalam riset, pelatihan,
dan program kesehatan yang menjadi implementasi kebijakan
berwawasan kesehatan.

2.3.Konsep Dasar Promosi Kesehatan Berdasarkan Konferensi Sundsvall

Konferensi ini merupakan Konferensi Internasional Promosi Kesehatan


ketiga yang diselenggarakan di Sundsvall, Swedia. Konferensi ini
diselenggarakan ada tanggal 9-15 Juni 1991 dan diikuti oleh 318 orang peserta
dari 81 negara, baik Negara maju mapun Negara berkembang. Tema dari
konferensi ketiga ini yaitu “Supportive Environment for Health” atau
“Menciptakan Lingkungan yang Mendukung Kesehatan”. Tema ini adalah
strategi kedua promosi kesehatan yang telah dirumuskan dalam Piagam
Ottawa (Ottawa Charter). Konferensi di Sundsvall in merupakan penjabaran
yang lebih terperinci tentang pengembangan lingkungan yang mendukung
kesehatan.

14
Berdasarkan tujuan yang disusun sejak awal perencanaan konferensi,
konferensi memang dimaksudkan untuk fokus pada pada hal yang bersifat
tindakan atau action. Maka dari itu, peserta yang datang diharapkan membawa
dan menyajikan pengalaman mereka yang sudah berhasil dijalankan yang
berkaitan dengan “lingkungan yang mendukung kesehatan” (UI, 2009).

2.3.1. Model Praktik Promosi Kesehatan

Berdasarkan konferensi ini, dihasilkan 3 model praktis yang dapat


dijalankan dalam upaya promosi kesehatan sebagai berikut:

1. Health Promotion Strategy Analysis Model (HELPSAME)

Modul ini digunakan untuk menganalisis pengalaman dalam


menciptakan lingkungan yang mendukung. Dengan adanya
struktur analisis, HELPSAME dapat digunakan sebagai alat
analisis untuk menciptakan lingkungan yang mendukung.
HELPSAME digunakan sebagai alat analisis untuk
mengklarifkasi strategi dan unsur-unsur penting yang
digunakan dalam menjalankan kegiatan promosi kesehatan.
Pertanyaan-pertanyaan yang harus dijawab dalam HELPSAME
mencakup “bagaimana” (pendekatan, prosedur, alat), “siapa”
(pelaku), “untuk siapa” (sasaran), “dimana” (tingkat, area), dan
“untuk menghasilkan apa”.

2. Sundsvall Pyramid of Supportive Environment

Didasarkan pada enam topik yang didiskusikan, yaitu makanan,


rumah dan lingkungan tetangga, makanan dan transportasi
sebagai alas pyramid, serta pendidikan dan dukungan social
sebagai dinding pyramid.

3. Supportive Environment Action Model (SESAME)

15
Model ini berperan untuk memfasilitasi kegiatan dan dapat
dilihat sebagai sebuah spiral. HELPSAME dan SESAME
bersifat saling melengkapi, masing-masing tidak eksklusif dan
tidak dapat saling mengganti.

2.3.2. Empat Strategi Kegiatan Kunci Kesehatan Masyarakat

Konferensi ini berhasil mengidentifkasi empat strategi kegiatan


kunci kesehatan masyarakat untuk meningkatkan terciptanya
lingkungan yang mendukung pada tingkat komunitas. Strategi
tersebut adalah sebagai berikut:

1. Menguatkan advokasi melalui kegiatan komunitas, khususnya


melalui kelompok-kelompok yang diorganisasikan oleh kaum
perempuan.
2. Upaya memampukan komunitas individu untuk mengendalikan
kesehatan dan lingkungannya melalui pendidikan dan
pemberdayaan.
3. Membangun kemtitraan bagi kesehatan dan lingkungan yang
mendukung dalam rangka memperkuat kerjasama antara
kampanye dan strategi kesehatan dan lingkungan.
4. Menjembatani berbagai konflik kepentingan di dalam
masyarakat dalam rangka menjamin akses yang merata
terhadap lingkungan yang mendukung.

Konferensi Sundsvall menyerukan kepada masyarakat internasional agar


memantapkan mekanisme baru dalam program kesehatan dan akuntabilitas
ekologi yang dibangun di atas prinsip-prinsip pembangunan kesehatan yang
berkelanjutan. Konferensi ini juga telah menunjukkan bahwa isu-isu ksehatan,
lingkungan dan pembangunan manusia tidak dapat dipisahkan. Pembangunan
bertujuan untuk meningkatkan kualitas hidup dan kesehatan, namun juga
harus memperhatikan kelestarian lingkungan.

16
2.4.Konsep Dasar Promosi Kesehatan Berdasarkan Konferensi Jakarta

Konferensi ini adalah Konferensi Internasional Promosi Kesehatan ke-4


yang dilaksanakan di Jakarta. Ini adalah kali pertama koonferensi
dilaksanakan di Negara berkembang. Konferensi ini dilaksanakan pada
tanggal 21-25 Juli 1997. Tema pada konferensi ini adalah Pemeran Baru pada
Era Baru atau New Player for New Era. Konferensi ini dihadiri oleh sekitar
250 orang peserta perwakilan dari berbagai negara.

2.4.1. Sejarah Baru

Keunikan dari konferensi di Jakarta ini adalah adanya keterlibatan


dari pihak swasta (non government organization). Pentingnya
melibatkan perusahaan-perusahaan swasta dalam program-program
kesehatan adalah dalam rangka perwujudan dari tanggung jawab
social perusahaan bagi pihak swasta, khususnya dalam mebantu
program-proram kesehatan. Selain itu, dampak kesehatan yang
ditimbulkan pihak swasta seperti limbah juga merupakan tanggung
jawab social perusahaan. Oleh sebab itu, pada konferensi ini
dilibatkan perusahaan-perusahaan swasta bukan hanya sebagai
peserta tetapi juga dalam hal perencanaan dan pembiayaan
konferensi (UI, 2009).

1. Promosi Kesehatan: Investasi Swasta yang Berharga

Pada abad ke-21 ini kesehatan menghadapi tantang luar biasa


besarnya. Kemajuan ilmu pengethuandan teknologi
memberikan kemudahan kepada manusia untuk menjalani
kehidupan.Akan tetapi juga terdapat dampak buruk dar
kemudahan tersebut yang dapat mengancam kesehatan manusia
itu sendiri. Dengan adanya kemajuan teknologi pangan dan
minuman misalnya, kita bisa menikmati makanan dan

17
minuman secara mudah dan dalam waktu yang singkat.
Makanan tersebut juga dapat kita simpan dalam waktu lama
sehingga tidak merepotkan lagi pengolahannya. Namun dipihak
yang lain teknologi-teknologi tersebut mempunyai risiko tinggi
terhadap kesehatan.

Cara untuk mengeliminir faktor perilaku yang berisiko


terhadap kesehatan ini yang paling utama adalah dengan
promosi kesehatan. Karena dengan promosi kesehatan, bukan
hanya perilaku masyarakat yang dipersiapkan untuk
menghadapi risiko kesehatan, tetapi juga pihak-pihak yang
menimbulkan terjadinya faktor risiko kesehatan. Misalnya
untuk membuat agar masyarakat tidak mempunyai perilaku
berisiko seperti merokok dan minuman beralkohol, tetapi juga
pihak pembuat kebijakan yang bisa mengeluarkan peraturan
bagaimana supaya perilaku berisiko masyarakat (merokok atau
minum minuman keras) ini bisa menurun, bahkan berhenti
sama sekali untuk berperilaku berisiko tersebut.

Menyadari akan pentingnya Promosi Kesehatan ini, maka para


peserta Konferensi Internasinal Promosi Kesehatan yang
keempat di Jakarta ini berupaya melibatkan semua pihak yang
bekepentingan terhadap kesehatan atau “stake holder” termasuk
pihak swasta guna menggalang komitmen guna menghadapi
dan mengatasi determinan-determinan kesehatan pada abad ke
21 ini.

2. Determinan Kesehatan: Tantangan Baru

Dalam uraian sebelumnya telah disinggung, bahwa determinan


kesehatan telah berkembang sedemikian pesatnya. Dipihak
yang lain dengan meningkatnya ilmu pengetahuan dan
teknologi akan berpengaruh terhadap meningkatnya

18
kemudahan-kemudahan kehidupan manusia. Pada gilirannya
dengan meningkatnya kemudahan-kemudahan kehidupan
manusia juga membawa dampak yang berupa faktor risiko
kesehatan, yang juga merupakan determinan kesehatan.

Dalam Deklarasi Jakarta tentang Promosi Kesehatan, masalah-


masalah kesehatan dan deteminan-determinan kesehatan telah
diidentifikasikan, dan bila disederhanakan dapat
dikelompokkan menjadi:

1. Prasyarat untuk Kesehatan


2. Kecenderungan Demografi
3. Faktor Antarbangsa
4. Masalah Kesehatan Utama
3. Penyakit Tidak Menular

Di negara-negara berkembang menghadapi beban ganda


masalah kesehatan. Di satu sisi masih tingginya penyakit-
penyakit infeksi (menular), tetapi dipihak yang lain
penyakitpenyakit tidak menular seperti hipertensi, diabetes
mellitus, penyakit jantung dan pembuluh darah cenderung
meningkat.

Perubahan-perubahan dan masalah-masalah tersebut membawa


perubahan terhadap norma, gaya hidup dan lingkungan tempat
tinggal bagi semua orang diseluruh dunia. Pada gilirannya
perubahan-perubahan faktor tersebut akan menjadi determinan
yang berisiko terhadap kesehatan masyarakat. Semua
determinan dan perubahan yang terjadi didalamnya serta
masalah kesehatan yang ditimbulkan jelas akan membawa
perubahan terhadap visi, misi dan strategi promosi kesehatan,
dan sekaligus merupakan tantangan Promosi Kesehatan di abad
21 ini.

19
4. Pendekatan Baru Promosi Kesehatan

Untuk menghadapi berbagai tantangan akibat meluasnya


determinan kesehatan, serta penerapan terhadap pendekatan
baru promosi kesehatan tersebut diperlukan bentuk kegiatan
baru, utamanya menjalin kerja sama atau kemitraan dengan
semua pihak. Tantangan pada tahun-tahun mendatang adalah
menggali potensi yang ada diberbagai sektor non kesehatan,
dan kelompok organisasi-organisasi di masyarakat, termasuk
keluarga yang berkaitan dengan promosi kesehatan. Untuk
menggali potensi yang ada diberbagai sektor tersebut, tidak lain
melalui kerja sama atau kemitraan.

Guna menghadapi tantangan teresbut, jelas memerlukan


pendobrakan terhadap sekat-sekat atau dinding-dinding yang
selama ini meghambat terwujudnya kerja sama tersebut. Sekat-
sekat yang selama ini menghambat kerja sama atau kemitraan
bukan hanya berada diluar sektor kesehatan saja, tetapi sering
juga terjadi dalam program-progam di dalam sektor kesehatan
itu sendiri. Oleh karena “ego” sektor, maka sering program
kesehatan, termasuk Promosi Kesehatan tidak dapat berjalan
dengan lancar. Dipihak yang lain keterlibatan sektor non
pemerintahan, lebih spesifiknya lagi sektor swasta dalam
progam kesehatan publik masih kurang. Oleh sebab itu untuk
menghadapi tantangan kedepan maka keterlibatan sektor-sektor
ini dalam program kesehatan perlu diintensifkan. Lebih tegas
lagi diperlukan pengembangan mitra baru dibidang kesehatan
dalam menghadapi era baru abad ke 21 ini.

2.4.2. Prioritas Promosi Kesehatan Abad 21


1. Meningkatkan tanggung jawab social dalam kesehatan

20
Secara lebih spesifik tanggung jawab sosial dalam kesehatan
yang perlu direalisasikan oleh setiap pemangku kepentingan
atau “stake holder” kesehatan, termasuk sektor industri dan
perdagangan adalah sebagai berikut :

a. Menghindari hal-hal yang dapat merugikan kesehatan


masyarakat.
b. Melindungi lingkungan dan menjamin keberlanjutan
pemanfaatan sumber daya.
c. Membatasi produksi dan perdagangan barang-barang yang
berbahaya
d. Menjaga keselamatan masyarakat, baik di tempat umum
maupun di tempat kerja.
e. Memasukkan dampak kesehatan sebagai bagian integral
dari kebijakan pembangunan.
2. Meningkatkan investasi untuk pembangunan kesehatan

Program kesehatan merupakan investasi untuk pengembangan


sumber daya manusia. Oleh sebab itu kualitas sumber manusia
sangat ditentukan oleh kesehatan, disamping pendidikan dan
ekonomi. Dari tahun ke tahun sejak zaman Orde Baru sampai
orde Reformasi ini, anggaran untuk kesehatan hanya antara
2,5% sampai dengan 4,0% saja dari APBN. Sementara itu
anggaran kesehatan di negara-negara maju mencapai 10,0% ,
bahkan lebih dari APBN. Tinggi rendahnya anggaran untuk
kesehatan baik nasional maupun daerah, sangat tergantung dari
kebijakan pemerintah dan parlemen (DPR/DPRD). Selanjutnya
keluarnya kebijakan ini sangat tergantung dari kegiatan
advokasi para penjabat kesehatan. Promosi kesehatan
diharapkan mampu memfasilitasi para pimpinan sektor
kesehatan untuk melakukan advokasi ini.

21
3. Meningkatkan kemitraan untuk kesehatan

Penyelenggaraan pelayanan kesehatan, pemberantasan penyakit


menular, peningkatan gizi masyarakat, pengadaan air bersih
dan sebagainya memerlukan kemitraan dengan sektor di luar
kesehatan baik pemerintah maupun swasta. Dengan perkataan
lain kemitraan dengan semua sektor perlu dibangun,
dikembangkan, dan ditingkatkan dalam rangka meningkatkan
derajat kesehatan masyarakat.

4. Meningkatkan kemampuan perorangan dalam pemberdayaan


masyarakat

Untuk mewujudkan kemampuan seperti tersebut diatas maka


Promosi Kesehatan harus dilaksanakan “oleh” dan “dengan”
masyarakat, bukannya “untuk” dan “kepada” masyarakat. Hal
ini dilakukan untuk meningkatkan baik kemampuan perorangan
untuk berbuat, maupun kemampuan kelompok, organisasi,
serta masyarakat luas dalam mempengaruhi determinan
kesehatan. Di samping itu, untuk meningkatkan kemampuan
masyarakat diperlukan juga pendidikan praktis, latihan
ketrampilan, dan akses ke sumber daya. Sedangkan untuk
memberdayakan perorangan memerlukan akses yang lebih
konsisten dan terpercaya dalam proses pembuatan keputusan,
di samping ketrampilan dan pengetahuan yang sangat
diperlukan untu menghasilkan dampak perubahan.

5. Mengembangan infrastruktur untuk promosi kesehatan

Infrastruktur promosi kesehatan termasuk media sangat


penting, khususnya untuk meyebar luaskan informasi
kesehatan. Tanpa infrastruktur yang memadai niscaya promosi
kesehatan dapat menjalankan program-programnya. Untuk
mengembangkan infrastruktur promosi kesehatan harus dicari

22
mekanisme pembiayaan baru baik lokal, nasional, regional
maupun internasional. Insentif dan rangsangan serta upaya-
upaya advokasi yang lain harus diciptakan untuk memperoleh
dukungan pemerintah, swasta, lembaga swadaya masyrakat,
institusi pendidikan dan sektor lain dalam program-program
promosi kesehatan.

Dalam menjalin kerja sama, khususnya untuk mengembangkan


infrastruktur Promosi Kesehatan ini, semua Negara peserta
Konferensi Internasional Promosi Kesehatan di Jakarta ini
kedepan harus menyesuikan diri dengan lingkungan politik,
hukum, pendidikan, sosial dan ekonomi masing-masing negara
yang bersangkutan.

2.4.3. Tindakan yang Perlu Diambil

Untuk mempercepat kemajuan promosi kesehatan seluruh dunia,


para peserta menyetujui pembentukan aliansi promosi kesehatan
dunia, yang bertujuan untuk menindaklanjuti berbagai prioritas
kegiatan promosi kesehatan yang dituangkan dalam deklarasi ini.
Prioritas aliansi ini diarahkan untuk :

1. Membangkitkan kesadaran tentang adanya perubahan


determinan kesehatan

Tidak ada kebijakan yang berwawasan kesehatan dari sektor


pemerintahan yang berwenang untuk mengatur masalah ini.
Maka untuk kedepannya promosi kesehatan harus intensif
meningkatkan kesadaran terhadap masalah-masalah ini.

2. Mendukung pengembangan kerja sama dan jaringan kerja


untuk pembangunan kesehatan

Dalam pengembangan kerja sama dan jejaring kerja untuk


pembangunan kesehatan kedepan, sektor kesehatan merupakan

23
sektor yang harus memimpin (leading sector). Mengenai sektor
mana yang perlu dijalin kerja sama, tidak ada pilihan lain
kecuali semua sektor yang terkait dengan determinan
kesehatan.

3. Mobilisasi sumber daya bagi promosi kesehatan

Sumber daya promosi kesehatan yang mencakup “man, money,


material, and method” adalah merupakan motor penggerak
promosi kesehatan dalam menunjang program kesehatan yang
lain. Sumber daya ini sebenarnya tidak hanya berada di sektor
kesehatan saja, tetapi tersebar disemua sektor. Oleh sebab itu
para penanggung jawab program kesehatan, utamanya promosi
kesehatan harus menggalinya dan memobilasikan sumber daya
tersebut untuk promosi kesehatan. Metode dan teknik untuk
menggali sumber daya yang paling efektif adalah melalui
advokasi terhadap para penentu atau pembuat kebijakan
(pemegang otoritas).

4. Mengakumulasi pelajaran dari pengalaman


5. Meningkatkan pertukaran pengalaman
6. Meningkatkan solidaritas dalam berbagai kegiatan

Kegiatan Promosi Kesehatan tidak harus dilakukan oleh sektor


kesehatan, khususnya bagian atau unit Promosi Kesehatan.
Promosi kesehatan dapat dilakukan oleh semua program
kesehatan, bahkan dapat dilakukan oleh semua sektor atau oleh
siapa saja yang peduli terhadap kesehatan. Namun dalam
pelaksanaan dilapangan para praktisi Promosi Kesehatan ini
harus solider satu terhadap yang lain, tidak saling menimbulkan
kecemburuan satu dengan yang lain. Media promosi kesehatan
misalnya bisa dipakai bersama, karena semuanya adalah untuk
kepentingan masyarakat.

24
7. Mendorong keterbukaan dan tangung jawab sosial dalam
promosi kesehatan

Kesimpulan akhir Konferensi Internasional Promosi Kesehatan


di Jakarta, yang juga menjadi tema dari konferensi ini adalah:
menghimbau kepada setiap pemerintah di negara manapun,
untuk mengambil inisiatif dam memelihara dan mensponsori
jaringan kerja sama bagi promosi kesehatan, baik di dalam
maupun antar negara, baik instusi pemerintahan maupun
swasta. Instansi yang terakhir ini (swasta) yang dikatakan
sebagai “pemeran baru dalam Promosi kesehatan”, yang selama
ini kurang dilibatkan.

25
BAB III. PENUTUP
3.1.Kesimpulan

Istilah Health Promotion sebenarnya sudah mulai dicetuskan sejak tahun


1986 pada saat Konferensi Internasional Promosi Kesehatan yang pertama di
Ottawa. Dari konferensi tersebut dihasilkan Piagam Ottawa yang didalamnya
memuat definisi serta prinsip - prinsip dasar Promosi kesehatan. Konferensi
selanjutnya di Adelaide, Australia pada tahun 1988 dengan rekomendasi
mengembangkan Kebijakan Pembangunan Berwawasan Sehat (Build Healthy
Public Policy). Kemudian pada Konferensi Internasional Promosi kesehatan
yang ketiga di Sundsvall, Swedia pada tahun 1991 menghasilkan Pernyataan
“Supportive Environment for Health”. Sundsvall Conference fokus pada
pembahasan hubungan antara kesehatan dan lingkungan fisik. Lalu konferensi
yang keempat dilaksanakan di Jakarta pada tahun 1997. Konferensi Jakarta
memiliki pesan utama yaitu menciptakan kemitraan dari sektor pemerintah
maupun swasta dalam merubah pola tradisional dalam promosi kesehatan

3.2.Saran

Istilah promosi kesehatan terus berkembang dan sudah ada sejak tahun 1986
saat konferensi otawwa. Banyak hal yang dibahas dalam berbagai konferensi
tersebut dan terdapat penyempurnaan promosi kesehatan. Perlu diperhatikan
secara seksama bagi penyuluh tentang perkembangan promosi kesehatan agar
apa yang dipromosikan dapat efektif dan efisien.

26
DAFTAR PUSTAKA
Nadra, K. (2016). Situasi Strategi Promosi Kesehatan di VICO Indonesia. Jurnal
Promkes, Vol. 5 No. 1.

Notoatmodjo, S. (2013). Promosi Kesehatan Global. Jakarta: Rineka Cipta.

RI, D. (2005). Depkes RI. Jakarta: Departemen Kesehatan RI.

UI, F. (2009). Komitmen Global dari Ottawa-Jakarta-Nairobi Menuju Rakyat


Sehat. Jakarta: FKM UI dan Departemen Kesehatan RI.

27

Anda mungkin juga menyukai