Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH

PANCASILA SEBAGAI SISTEM ETIKA DI INDONESIA

diajukan sebagai salah satu syarat untuk memenuhi tugas


mata kuliah umum Pendidikan Pancasila

Dosen pembimbing:
Ningrum

Oleh : Kelompok 9
Sadam Alfandy Nur Ramadhan 181510601005

Monica Galuh Dhiharsiwi 182110101103

Dian Etika Putri 181710101124

Nuriah Safa Almira 181910501010

UNIVERSITAS JEMBER
2018
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI ........................................................................................................... i


BAB 1. PENDAHULUAN .................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang .............................................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah ......................................................................................... 2
1.3 Tujuan Penelitian ........................................................................................... 2
BAB 2. PEMBAHASAN ....................................................................................... 3
2.1 Konsep dan Urgensi Pancasila sebagai Sistem Etika .................................... 3
2.1.1 Konsep Pancasila sebagai Sistem Etika .................................................. 3
2.1.2 Urgensi Pancasila sebagai Sistem Etika ................................................ 4
2.2 Pentingnya Pancasila sebagai Sistem Etika................................................... 5
2.3 Sumber histori,sosiologis,dan politis Pancasila sebagai Sistem Etika ......... 7
2.3.1 Sumber Historis .................................................................................... 7
2.3.2 Sumber Sosiologis ................................................................................ 9
2.3.3 Sumber Politis ....................................................................................... 9
BAB 3. PENUTUP............................................................................................... 11
3.1 Kesimpulan .................................................................................................. 11
3.2 Saran ............................................................................................................ 11
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 13
HASIL DISKUSI………………………………………………………………..14

i
BAB 1. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pancasila sebagai ideologi negara Indonesia memuat segala hal yang
menyangkut dan mengatur kehidupan berbangsa dan bernegara masyarakat di
Indonesia. Tak terkecuali perihal etika yang pada dasarnya sudah melekat pada
kepribadian bangsa Indonesia. Nenek moyang bangsa Indonesia sudah mengenal
etika sejak lama, dan secara tidak langsung etika tersebut lahir menjadi jiwa
bangsa Indonesia itu sendiri.
Etika adalah suatu ilmu yang membahas tentang bagaimana dan mengapa
kita mengikuti suatu ajaran moral tertentu atau bagaimana kita harus mengambil
sikap yang bertanggung jawab berhadapan dengan pelbagai ajaran moral (Suseno,
1987). Etika umum mempertanyakan prinsip-prinsip yang berlaku bagi setiap
tindakan manusia, sedangkan etika khusus membahas prinsip-prinsip itu dalam
hubungannya dengan pelbagai aspek kehidupan manusia (Suseno, 1987). Etika
menyangkut masalah-masalah yang berkaitan dengan kesusilaan, menyangkut
pula sesuatu yang dianggap baik dan buruk.
Walaupun etika itu berasal dari bangsa Indonesia dan menjadi kepribadian
dari bangsa Indonesia itu sendiri, tak jarang pada masa sekarang etika yang
tertuang dalam nilai-nilai Pancasila mengalami degradasi atau penurunan dari
fungsi awalnya. Salah satu contoh yang marak di negeri ini adalah kasus korupsi
yang dilakukan oleh para pejabat tokoh politik atau pejabat pemerintahan, yang
dengan mudahnya mengambil uang rakyat tanpa adanya rasa bersalah, dan
perasaan malu, jelas menunjukkan betapa lemahnya penalaran etika di negeri ini.
Selain itu ada pula kasus dari lemahnya etika di negara ini seperti kasus seorang
murid yang tega membunuh gurunya sendiri karena merasa sakit hati setelah
ditegur guru tersebut. Sungguh fenomena ini sangat membuat sebagian kalangan
berpikir bahwa di mana etika yang selama ini dijunjung tinggi dan menjadi khas
dari bangsa Indonesia di mata dunia. Lemahnya etika tersebut berdampak pada
penurunan nilai moral, nilai agama, nilai sosial, dan lain-lainya. Sistem etika yang

1
lemah dapat mengancam integrasi bangsa. Oleh sebab itu makalah dengan judul
Pancasila Sebagai Sistem Etika ini disusun.

1.2 Rumusan Masalah


1. Bagaimana konsep dan urgensi Pancasila sebagai sistem etika?
2. Mengapa diperlukan Pancasila sebagai sistem etika?
3. Apa sumber historis, sosiologis, politis tentang Pancasila sebagai sistem etika?

1.3 Tujuan Penelitian


1. Mengetahui konsep dan urgensi Pancasila sebagai sistem etika.
2. Mengetahui alasan diperlukannya Pancasila sebagai sistem etika.
3. Mengetahui sumber historis, sosiologis, politis tentang Pancasila sebagai
sistem etika.

2
BAB 2. PEMBAHASAN

2.1 Konsep dan Urgensi Pancasila sebagai Sistem Etika


2.1.1 Konsep Pancasila sebagai Sistem Etika
a. Pengertian Etika
Istilah “etika” berasal dari bahasa Yunani, “Ethos” yang artinya tempat
tinggal yang biasa, padang rumput, kandang, kebiasaan, adat, watak, perasaan,
sikap, dan cara berpikir. Secara etimologis, etika berarti ilmu tentang segala
sesuatu yang biasa dilakukan atau ilmu tentang adat kebiasaan. Dalam arti ini,
etika berkaitan dengan kebiasaan hidup yang baik, tata cara hidup yang baik, baik
pada diri seseorang maupun masyarakat. Kebiasaan hidup yang baik ini dianut
dan diwariskan dari satu generasi ke generasi yang lain. Dalam artian ini, etika
sama maknanya dengan moral. Etika dalam arti yang luas ialah ilmu yang
membahas tentang kriteria baik dan buruk (Bertens, 1997: 4-6). Etika pada
umumnya dimengerti sebagai pemikiran filosofis mengenai segala sesuatu yang
dianggap baik atau buruk dalam perilaku manusia. Keseluruhan perilaku manusia
dengan norma dan prinsip-prinsip yang mengaturnya itu kerap kali disebut
moralitas atau etika (Sastrapratedja, 2002: 81).
b. Aliran-aliran Etika
Ada beberapa aliran etika yang dikenal dalam bidang filsafat, meliputi
etika keutamaan, teleologis, deontologis. Etika keutamaan atau etika kebajikan
adalah teori yang mempelajari keutamaan (virtue), artinya mempelajari tentang
perbuatan manusia itu baik atau buruk. Etika teleologis adalah teori yang
menyatakan bahwa hasil dari tindakan moral menentukan nilai tindakan atau
kebenaran tindakan dan dilawankan dengan kewajiban. Etika deontologis adalah
teori etis yang bersangkutan dengan kewajiban moral sebagai hal yang benar dan
bukannya membicarakan tujuan atau akibat.
c. Etika Pancasila
Etika Pancasila adalah cabang filsafat yang dijabarkan dari sila-sila
Pancasila untuk mengatur perilaku kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan
bernegara di Indonesia. Oleh karena itu, dalam etika Pancasila terkandung nilai-

3
nilai ketuhanan, kemanusiaan, persatuan, kerakyatan, dan keadilan. Kelima nilai
tersebut membentuk perilaku manusia Indonesia dalam semua aspek
kehidupannya.
Sila ketuhanan mengandung dimensi moral berupa nilai spiritualitas yang
mendekatkan diri manusia kepada Sang Pencipta, ketaatan kepada nilai agama
yang dianutnya. Sila kemanusiaan mengandung dimensi humanus, artinya
menjadikan manusia lebih manusiawi, yaitu upaya meningkatkan kualitas
kemanusiaan dalam pergaulan antar sesama. Sila persatuan mengandung dimensi
nilai solidaritas, rasa kebersamaan (mitsein), cinta tanah air. Sila kerakyatan
mengandung dimensi nilai berupa sikap menghargai orang lain, mau mendengar
pendapat orang lain, tidak memaksakan kehendak kepada orang lain. Sila keadilan
mengandung dimensi nilai mau peduli atas nasib orang lain, kesediaan membantu
kesulitan orang lain.
Etika Pancasila itu lebih dekat pada pengertian etika keutamaan atau etika
kebajikan, meskipun corak kedua mainstream yang lain, deontologis dan
teleologis termuat pula di dalamnya. Namun, etika keutamaan lebih dominan
karena etika Pancasila tercermin dalam empat tabiat saleh, yaitu kebijaksanaan,
kesederhanaan, keteguhan, dan keadilan. Kebijaksanaan artinya melaksanakan
suatu tindakan yang didorong oleh kehendak yang tertuju pada kebaikan serta atas
dasar kesatuan akal – rasa – kehendak yang berupa kepercayaan yang tertuju pada
kenyataan mutlak (Tuhan) dengan memelihara nilai-nilai hidup kemanusiaan dan
nilai-nilai hidup religius. Kesederhaaan artinya membatasi diri dalam arti tidak
melampaui batas dalam hal kenikmatan. Keteguhan artinya membatasi diri dalam
arti tidak melampaui batas dalam menghindari penderitaan. Keadilan artinya
memberikan sebagai rasa wajib kepada diri sendiri dan manusia lain, serta
terhadap Tuhan terkait dengan segala sesuatu yang telah menjadi haknya
(Mudhofir, 2009: 386).

2.1.2 Urgensi Pancasila sebagai Sistem Etika


Pentingnya Pancasila sebagai sistem etika terkait dengan problem yang
dihadapi bangsa Indonesia sebagai berikut:

4
1. Banyaknya kasus korupsi yang melanda negara Indonesia sehingga dapat
melemahkan sendi-sendi kehidupan berbangsa dan bernegara.
2. Masih terjadinya aksi terorisme yang mengatasnamakan agama sehingga dapat
merusak semangat toleransi dalam kehidupan antar umat beragama, dan
meluluhlantakkan semangat persatuan atau mengancam disintegrasi bangsa.
3. Masih terjadinya pelanggaran hak asasi manusia (HAM) dalam kehidupan
bernegara.
4. Kesenjangan antara kelompok masyarakat kaya dan miskin masih menandai
kehidupan masyarakat Indonesia.
5. Ketidakadilan hukum yang masih mewarnai proses peradilan di Indonesia,
seperti putusan bebas bersyarat atas pengedar narkoba asal Australia Schapell
Corby.
6. Banyaknya orang kaya yang tidak bersedia membayar pajak dengan benar.
Etika Pancasila diperlukan dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa,
dan bernegara sebab berisikan tuntunan nilai-nilai moral yang hidup. Namun,
diperlukan kajian kritis-rasional terhadap nilai-nilai moral yang hidup tersebut
agar tidak terjebak ke dalam pandangan yang bersifat mitos

2.2 Pentingnya Pancasila sebagai Sistem Etika


Beberapa alasan mengapa Pancasila sebagai sistem etika itu diperlukan
dalam penyelenggaraan kehidupan bernegara di Indonesia, sebagai berikut:
1. Dekadensi moral yang melanda kehidupan masyarakat, terutama generasi
muda sehingga membahayakan kelangsungan hidup bernegara. Generasi muda
yang tidak mendapat pendidian karakter yang memadai dihadapkan pada
pluralitas nilai yang melanda Indonesia sebagai akibat globalisasi sehingga
mereka kehilangan arah. Dekadensi moral itu terjadi ketika pengaruh
globalisasi tidak sejalan dengan nilai-nilai Pancasila, tetapi justru nilai-nilai
dari luar berlaku dominan. Contoh-contoh dekadensi moral, antara lain :
penyalahgunaan narkoba, kebebasan tanpa batas, rendahnya rasa hormat
kepada orang tua, menipisnya rasa kejujuran, tawuran di kalangan para pelajar.
Kesemuanya itu menunjukkan lemahnya tatanan nilai moral dalam kehidupan

5
bangsa Indonesia. Oleh karena itu, Pancasila sebagai sistem etika diperlukan
kehadirannya sejak dini , terutama dalam bentuk pendidikan karakter di
sekolah-sekolah.
2. Korupsi akan merajalela karena para penyelenggara Negara tidak memiliki
rambu-rambu normatif dalam menjalankan tugasnya. Para penyelenggara
Negara tida dapat membedakan batasan yang boleh dan tidak, pantas dan tidak,
baik dan buruk (good and bad). Pancasila sebagai sistem etika terkait dengan
pemahaman atas criteria baik dan buruk.
3. Kurangnya rasa perlu berontribusi dalam pembangunan melalui pembayaran
pajak. Hal tersebut terlihat dari kepatuhan paja yang masih rendah, padahal
peranan paja dari tahun ke tahun semain meningkat dalam membiayain APBN.
Pancasila sebagai sistem etika aan dapat mengarahkan wajib paja untu secara
sadar memenuhi kewajiban perpajakannya dengan baik. Dengan kesadaran
pajak yang tinggi maka program pembangunan yang tertuang dalam APBN
akan dapat dijalankan dengan sumber penerimaan dari sector perpajakan.
4. Pelanggaran HAM dalam kehidupan bernegara di Indonesia ditandai dengan
melemahnya penghargaan seseorang terhadap hak pihak lain. Kasus-kasus
pelanggaran Ham yang dilaporkan di media, seperti penganiayaan terhadap
pembantu rumah tangga, penelantaran anak-anak yatim oleh pihak-pihak yang
seharusnya melindungi, kekerasan dalam rumah tangga, dan lain-lain.
Kesemuanya itu menunjukkan bahwa kesadaran masyarakat terhadap nilai-
nilai Pancasila sebagai system etika belum berjalan maksimal. Oleh karena itu,
disamping diperlukan sosialisasi system etika Pancasila, diperlukan pula
penjabaran system etika ke dalam peraturan perundang-undangan tentang
HAM.
5. Kerusakan lingkungan yang berdampak terhadap berbagai aspek kehidupan
manusia, seperti kesehatan, kelancaran penerbangan, nasib generasi yang akan
dating, global warming, perubahan cuaca, dan lain-lain. Kasus-kasus tersebut
menunjukkan bahwa kesadaran terhadap nilai-nilai Pancasila sebagai system
etika belum mendapat tempat yang tepat di hati masyarakat. Masyarakat
Indonesia dewasa ini cenderung memutuskan tindakan berdasarkan tindakan

6
emosional, mau menang sendiri, keuntungan sesaat, tanpa memikirkan dampak
yang ditimbulkan dari perbuatannya. Oleh karena itu, Pancasila sebagai system
etika perlu diterapkan kedalam peraturan perundang-undangan yang menindak
tegas perusak lingkungan Selain itu, perlu juga diberikan penghargaan untuk
setiap penggiat lingkungan dalam kehidupan bermasyarakat.

2.3 Sumber histori,sosiologis,dan politis Pancasila sebagai Sistem Etika


2.3.1 Sumber Historis
Pada zaman Orde Lama, Pancasila sebagai sistem etika masih berbentuk
sebagai Philosofische Grondslag atauWeltanschauung. Artinya, nilai-nilai
Pancasila belum ditegaskan ke dalam sistem etika, tetapi nilai-nilai moral telah
terdapat pandangan hidup masyarakat. Masyarakat dalam masa orde lama telah
mengenal nilai-nilai kemandirian bangsa yang oleh Presiden Soekarno disebut
dengan istilah berdikari (berdiri di atas kaki sendiri).
Pada zaman orde baru, Pancasila sebagai system etika disosialisasikan
melalui penataran P-4 dan diinstusionalkan dalam wadah BP-7, Ada banyak butir
Pancasila yang dijabarkan dari kelima sila Pancasila sebagai hasil temuan dari
para peneliti BP-7, sebagai berikut:
1. Sila Ketuhanan Yang Maha Esa, cara pengamalannya:
a) Manusia Indonesia percaya dan takwa kepada Tuhan Yang Maha Esa sesuai
dengan agama dan kepercayaannya masing-masing menurut dasar
kemanusiaan yang adil dan beradab.
b) Hormat menghormati dan bekerja sama antar para pemeluk agama dan para
penganut kepercayaan yang berbeda-beda sehingga terbina kerukunan
hidup.
c) Saling menghormati kebebasan menjalankan ibadah sesuai dengan agama
dan kepercayaannya.
d) Tidak memaksakan suatu agama dan kepercayaan kepada orang lain.

7
2. Sila Kemanusiaan Yang Adil dan Beradab, cara pengamalannya:
a) Mengakiu persamaan derajat, persamaan hak, dan persamaan kewajiban
asasi antar sesame manusia sesuai dengan harkat dan martabatnyasebagai
makhluk Tuhan Yang Maha Esa.
b) Saling mencintai sesame manusia,
c) Mengembangkan sikap tenggang rasa,
d) Tidak semena-mena terhadap orang lain.
e) Menjunjung tinggi nilai kemanusiaan.
f) Gemar melakukan kegiatan kemanusiaan.
g) Berani membela kebenaran dan keadilan.
3. Sila Persatuan Indonesia, cara pengamalnnya:
a) Menempatkan persatuan, kesatuan, kepentingan, keselamatan bangsa dan
bernegara di atas kepentingan pribadi atau golongan.
b) Rela berkorban untuk kepentingan bangsa dan negara.
c) Cinta tanah air dan bangsa.
d) Bangga sebagai bangsa Indonesia dan bertanah air Indonesia.
e) Memajukan pergaulan demi persatuan dan kesatuan bangsa yang berbhineka
tunggal ika.
4. Sila Kerakyatan Yang Dipimpin Oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam
Permusyawaratan/Perwakilan, cara pengamalannya:
a) Tidak memaksakan kehendak kepada orang lain.
b) Musyawarah untuk mencapai mufakat diliputi oleh semangat kekeluargaan.
c) Dengan itikad yang baik dan rasa tanggung jawab menerima dan
melaksanakan hasil putusan musyawarah.
d) Musyawarah dilakukan dengan akal sehat dan sesuai dengan hati nurani
yang luhur.
5. Sila Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia, cara pengamalannya :
a) Bersikap adil.
b) Menjaga keseimbangan antara hak dan kewajiban.
c) Menghormati hak-hak orang lain.
d) Suka memberi pertolongan kepada orang lain.

8
e) Bersama-sama berusaha mewujudkan kemajuan yang merata dan
berkeadilan sosial.
Pada era reformasi, Pancasila sebagai system etika tenggelam dalam hiruk-
pikuk perebutan kekuasaan yang menjurus kepada pelanggaran etika politik. Salah
satu bentuk pelanggaran etika politik adalah abuse of power, baik oleh
penyelenggara negara di legislatif, eksekutif, maupun yudikatif. Penyalahgunaan
kekuasaan atau kewenangan inilah yang menciptakan korupsi di berbagai
kalangan penyelenggara negara.

2.3.2 Sumber Sosiologis


Sumber sosiologis Pancasila sebagai system etika dapat ditemukan dalam
kehidupan masyarakat berbagai etnik di Indonesia. Misalnya, orang Minangkabau
dalam hal bermusyawarah memakai prinsip “bulat air oleh pembuluh, bulat kata
oleh mufakat”. Masih banyak lagi mutiara kearifan local yang bertebaran di bumi
Indonesia sehingga memerlukan penelitian yang mendalam.

2.3.3 Sumber Politis


Sumber politis Pancasila sebagai system etika terdapat dalam norma-norma
dasar sebagai sumber penyusunan berbagai peraturan perundang-undangan di
Indonesia. Hans Kelsen mengatakan bahwa teori hokum itu suatunorma yang
membentuk piramida. Norma yang lebih rendah memperoleh kekuatannya dari
suatu norma yang lebih tinggi. Semakin tinggi suatu norma, akan semakin abstrak
sifatnya, dan sebaliknya, semakin rendah kedudukannya, akan semakin konkrit
norma tersebut. Pancasila sebagai system etika merupakan norma tertinggi yang
sifatnya abstrak, sedangkan perundang-undangan merupakan norma yang ada di
bawahnya bersifat konkrit.
Etika politik mengatur masalah perilaku politikus, berhubungan juga dengan
praktik institusi social, hukum, komunitas, struktur-struktur social, politik,
ekonomi. Etika politik memiliki tiga dimensi, yaitu:
1. Dimensi Tujuan, terumuskan dalam upaya mencapai kesejahteraan masyarakat
dan hidup damai yang didasarkan pada kebebasan dan keadilan.

9
2. Dimensi Sarana, memungkinkan pencapaian tujuan yang meliputi system dan
prinsip-prinsip dasar pengorganisasian praktik penyelenggaraan negara dan
yang mendasari institusi-institusi sosial.
3. Dimensi Aksi Politik, berkaitan dengan pelaku pemegang peran sebagai pihak
yang menentukan rasionalitas politik.Rasionalitas politikterdiri atas rasionalitas
tindakan dan keutamaan. Tindakan politik dinamakan rasional bila pelaku
mempunyai orientasi situasi dan paham permasalahan.

10
BAB 3. PENUTUP
3.1 Kesimpulan
1. Berdasarkan landasan teori yang mengarah pada topik serta hasil analisa dari
kelompok kami, dapat disimpulkan bahwa dalam etika Pancasila terkandung
nilai-nilai ketuhanan, kemanusiaan, persatuan, kerakyatan, dan keadilan yang
membentuk perilaku manusia Indonesia dalam semua aspek kehidupannya.
Etika Pancasila diperlukan dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan
bernegara sebab berisikan tuntunan nilai-nilai moral yang hidup.
2. Alasan mengapa Pancasila sebagai sistem etika itu diperlukan dalam
penyelenggaraan kehidupan bernegara di Indonesia, diantaranya yaitu
terjadinya dekadensi moral karena pengaruh globalisasi, maraknya korupsi,
masih banyak terjadi kasus pelanggaran HAM, kurangnya kontribusi
masyarakat dalam pembangunan negara, serta kurangnya rasa cinta lingkungan
dalam kehidupan bermasyarakat.

3.2 Saran
Pada masa sekarang etika yang tertuang dalam nilai-nilai Pancasila
mengalami degradasi atau penurunan dari fungsi awalnya. Salah satu contoh yang
marak di negeri ini adalah kasus korupsi yang dilakukan oleh para pejabat tokoh
politik atau pejabat pemerintahan, yang dengan mudahnya mengambil uang rakyat
tanpa adanya rasa bersalah, dan perasaan malu, jelas menunjukkan betapa
lemahnya penalaran etika di negeri ini. Selain itu ada pula kasus dari lemahnya
etika di negara ini seperti kasus seorang murid yang tega membunuh gurunya
sendiri karena merasa sakit hati setelah ditegur guru tersebut. Karena itu,
sebaiknya seluruh warga negara Indonesia belajar dan berusaha untuk
menumbuhkan kesadaran dalam menerapkan nilai-nilai Pancasila dalam
kehidupan sehari-hari. Semua itu sejatinya karena Pancasila merupakan nilai
kehidupan yang mencerminkan kepribadian bangsa Indonesia yang patut
dijunjung tinggi. Selain itu, kita semua harus bertindak tegas dalam setiap
pelanggaran dan penyelewengan nilai-nilai Pancasila yang disalahgunakan.
Terlebih sebagai mahasiswa, kita semua hendaknya bisa menjadi teladan bagi

11
orang-orang di lingkungan sekitar kita, khususnya lingkungan kampus, dalam
menerapkan nilai moral Pancasila dalam setiap langkah hidup kita. Dengan
demikian akan tercipta negara Indonesia yang rakyatnya makmur, hidupnya
dilandasi atas keadilan yang berujung pada kesejahteraan bersama.

12
DAFTAR PUSTAKA

Direktorat Pembelajaran dan Kemahasiswaan Direktorat Jenderal Pendidikan


Tinggi. 2013. Materi Ajar Mata Kuliah Pendidikan Pancasila. Jakarta:
Departeman Pendidikan Nasional Kementerian Pendidikan dan
Kebudayaan Republik Indonesia.

Mudhofir, Ali. 2009. Kamus Etika. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Sastrapratedja, M. 2001. Pancasila Sebagai Visi dan Referensi Kritik Sosial.


Yogyakarta: Penerbitan Universitas Sanata Dharma.

Suseno, Franz Magnis. 1987. Etika Politik: Prinsip-prinsip Moral Dasar


Kenegaraan Modern. Jakarta: PT. Gramedia.

13
HASIL DISKUSI

1. Penanya: Mohammad (Kel. 4)


Penjawab: Monica Galuh (Kel. 9)
P= Cara anda sebagai mahasiswa mencegah aspek-aspek yang
menyebabkan kerusakan lingkungan?
J= Lebih sadar lagi akan tanggung jawab menjaga lingkungan contoh kecil
caranya seperti membuang sampah pada tempatnya, mengingatkan teman
yang membuang sampah sembarang supaya membuang sampahnya di
tempat yang semestinya. Contoh lain yang pernah saya lakukan adalah
menanam bakau atau membantu orang tua menanam pohon di pekarangan
rumah supaya asri, merawat dan menjaganya.
2. Penanya: Sofwan (Kel. 8)
Penjawab: Monica Galuh (Kel.9)
P= Moral bangsa semakin rusak, sebenarnya apa peran Pancasila sebagai
etika di kalangan remaja?
J= Menilik dari TAP MPR No VI tahun 2001 peran Pancasila sebagai
sistem etika dalam kehidupan berbangsa adalah kejujuran, amanah,
keteladanan, sportifitas, disiplin, etos kerja, kemandirian, sikap toleransi,
rasa malu, tanggung jawab, menjaga kehormatan serta martabat diri sebagai
warga negara. Dapat disimpulkan hal tersebut juga berperan dalam
kehidupan remaja Indonesia karena sejatinya remaja Indonesia nantinya
yang akan menghidupkan kehidupan serta menjadi menerus bangsa dan
negara.
3. Penanya: Nadia (Kel. 10)
Penjawab: Dian Etika dan Sadam Alfandy (Kel. 9)
P= Bagaimana implementasi Pancasila sebagai sitem etika dalam hidup
bermasyarakat?
J=
1. Mengaktualisasikan nilai-nilai agama dan budaya luhur bangsa dalam
kehidupan pribadi, keluarga, masyarakat, bangsa, dan negara melalui

14
pendidikan formal, informal dan nonformal dan pemberian contoh
keteladanan oleh para pemimpin negara, pemimpin bangsa, dan pemimpin
masyarakat.
2. Mengarahkan orientasi pendidikan yang mengutamakan aspek
pengenalan menjadi pendidikan yang bersifat terpadu dengan menekankan
ajaran etika yang bersumber dari ajaran agama dan budaya luhur bangsa
serta pendidikan watak dan budi pekerti yang menekankan keseimbangan
antara kecerdasan intelektual, kematangan emosional dan spritual, serta
amal kebajikan.
3. Mengupayakan agar setiap program pembangunan dan keseluruhan
aktivitas kehidupan berbangsa dijiwai oleh nilai-nilai etika dan akhlak
mulia, baik pada tahap perencanaan, pelaksanaan, maupun evaluasi.
4. Penanya: Gita (Kel. 12)
Penjawab: Sadam Alfandy (Kel. 9)
P= Jelaskan dan beri contoh urgensi Pancasila sebagai sistem etika?
J= Etika Pancasila diperlukan dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa,
dan bernegara sebab berisikan tuntunan nilai-nilai moral yang hidup.
Pentingnya atau urgennya Pancasila sebagai sistem etika terkait dengan
problem yang dihadapi bangsa Indonesia, contohnya kasus korupsi,
terorisme, pelanggaran HAM, kesenjangan sosial, serta ketidakadilan di
mata hukum.

5. Penanya: Merry (Kel. 5)

Penjawab: Monica Galuh (Kel. 9)

P= Di zaman Globalisasi terdapat percampuran budaya Indonesia dengan


luar untuk itu apa peranan Pancasila sebagai sitem Etika di Bidang Sosial
Budaya?

J: Peran Pancasila yaitu menumbuhkembangkan kembali budaya malu,


yakni sebagai nilai luhur budaya bangsa. Untuk itu, juga perlu
ditumbuhkembangkan kembali budaya keteladanan yang harus

15
diwujudkan dalam perilaku para pemimpin baik formal maupun informal
pada setiap lapisan masyarakat. Etika ini dimaksudkan untuk
menumbuhkan dan mengembangkan kembali kehidupan berbangsa yang
berbudaya tinggi dengan menggugah, menghargai, dan mengembangkan
budaya nasional yang bersumber dari budaya daerah agar mampu
melakukan adaptasi, interaksi dengan bangsa lain, dan tindakan proaktif
sejalan dengan tuntutan globalisasi.

6. Penanya: Raden Roro (Kel. 6)

Penjawab: Dian Etika, Monica Galuh, Sadam (Kel. 9)

P= Apakah mungkin tidak ada etika Pancasila?

J= Hal tersebut tidak akan terjadi, mengapa? Pertama karena akan semakin
meningkatnya degradasi moral yang nantinya berujung pada rusaknya
bangsa dan negara yang telah dibangun. Kedua, meningkatnya korupsi
yang bisa menyebabkan perekonomian semakin memburuk dan
ketidakadilan bagi rakyat yang bisa jadi hal tersebut dapat memecah belah
negeri ini. Ketiga, akan menyebabkan kepasifan warga negara dalam
kontribusinya membangun negara ini karena merasa tidak memiliki
kewajiban akan hal itu. Keempat, ditakutkan akan meningkatkan kasus-
kasus pelanggaran HAM di mana masyarakat sudah tidak bisa lagi
membedakan yang baik dan buruk, hilangnya rasa empati, hilangnya rasa
menghargai orang lain, penelantaran anak yang nantinya malah menambah
beban negara. Kelima, jika tidak ada etika maka kerusakan lingkungan pun
semakin parah karena tidak adanya perasaan tanggung jawab atas
perbuatan yang sudah diperbuat dalam hal pengeksploitasian lingkungan
secara berlebihan.

7. Penanya: Faris (Kel. 11)

Penjawab: Monica Galuh, Dian Etika (Kel. 9)

P=Benang merah antara Etika dan Pancasila?

16
J=Benang merah antara etika dan Pancasila terletak pada nilai-nilai sila-
sila Pancasila itu sendiri yang berisi atau memuat tentang etika. Di mana
keduanya memuat dan berhubungan erat dengan nilai, norma dan moral yang ada.

17

Anda mungkin juga menyukai