Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH

“KONSEP PROMOSI DAN PREVENSI KESEHATAN”

Disusun Oleh:

Kelompok 11

Adliah Wulan Sari 2011311026

Aulya Meisa 2011311014

Nora Siti Muawanah 2011311044

Yashifa Akhamel Putri 2011317002

Dosen Pembimbing

Ns. Mahathir, S.Kep., M.Kep., Sp. Kep. Kom

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

FAKULTAS KEPERAWATAN

UNIVERSITAS ANDALAS

2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, yang atas rahmat-Nya maka kami
dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Konsep Promosi dan Prevensi Kesehatan”
dengan mata kuliah Keperawatan Komunitas II tepat pada waktunya. Dalam penyusunan
makalah ini kami menyampaikan ucapan terima kasih kepada pihak-pihak yang membantu
dalam menyelesaikan makalah ini.

Dalam penulisan makalah ini kami merasa masih banyak kekurangan, baik pada teknis
penulisan maupun materi, mengingat akan kemampuan yang kami miliki. Untuk itu kritik dan
saran dari semua pihak yang bersifat membangun sangat penulis harapkan demi penyempurnaan
pembuatan makalah ini serta kesempurnaan makalah berikutnya. Semoga makalah ini
bermanfaat bagi pembaca. Sekian penulis sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang
telah membantu. Semoga Allah SWT senantiasa meridhai segala usaha kita, Aamiin.

Padang, 28 Agustus 2022

Kelompok 11
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.....................................................................................................................2
DAFTAR ISI...................................................................................................................................3
BAB I...............................................................................................................................................4
PENDAHULUAN...........................................................................................................................4
A. Latar Belakang......................................................................................................................4
B. Rumusan Masalah.................................................................................................................5
C. Tujuan Penulisan..................................................................................................................5
BAB II.............................................................................................................................................6
PEMBAHASAN..............................................................................................................................6
A. Prinsip Promosi Kesehatan...................................................................................................6
B. Prinsip Prevensi Kesehatan...................................................................................................7
D. Perubahan Prilaku Pada Individu........................................................................................10
E. Promosi Kesehatan pada Komunitas..................................................................................15
BAB III..........................................................................................................................................17
PENUTUP.....................................................................................................................................17
A. Kesimpulan.........................................................................................................................17
B. Saran...................................................................................................................................17
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................................18
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Konsep promosi kesehatan merupakan pengembangan dari konsep pendidikan
kesehatan, yang berlangsung sejalan dengan perubahan paradigm kesehatan masyarakat
(public health). Perubahan paradigma kesehatan masyarakat terjadi antara lain akibat
berubahnya pola penyakit, gaya hidup, kondisi kehidupan, lingkungan kehidupan, dan
demografi. Pada awal perkembangannya, kesehatan masyarakat difokuskan pada faktor-
faktor yang menimbulkan risiko kesehatan seperti udara, air, penyakit-penyakit bersumber
makanan seperti penyakit penyakit lain yang berhubungan dengan kemiskinan dan kondisi
kehidupan yang buruk.

Dalam perkembangan selanjutnya, disadari bahwa kondisi kesehatan juga


dipengaruhi oleh gaya hidup masyarakat (Depkes RI., 2004). Aktivitas promosi kesehatan
menurut Piagam Ottawa adalah advokasi (advocating), pemberdayaan (enabling) dan
mediasi (mediating). Selain itu, juga dirumuskan 5 komponen utama promosi kesehatan
yaitu: 1) membangun kebijakan public berwawasan kesehatan (build healthy public
policy), 2) menciptakan lingkungan yang mendukung (create supportive environments), 3)
memperkuat gerakan masyarakat (strengthen community action), 4) membangun
keterampilan individu (develop personal skill), dan 5) reorientasi pelayanan kesehatan
(reorient health services). Berdasarkan Piagam Ottawa tersebut, dirumuskan strategi dasar
promosi kesehatan, yaitu empowerment (pemberdayaan masyarakat), social support (bina
suasana), dan advocacy (advokasi) (WHO, 2009).

Sesuai dengan perkembangan promosi kesehatan tersebut di atas, pada tahun 2009
WHO memberikan pengertian promosi kesehatan sebagai proses mengupayakan individu
individu dan masyarakat untuk meningkatkan kemampuan mereka mengendalikan faktor-
faktor yang mempengaruhi kesehatan, sehingga dapat meningkatkan derajat kesehatannya.
Bertolak dari pengertian yang dirumuskan WHO tersebut, di Indonesia pengertian promosi
Kesehatan dirumuskan sebagai upaya untuk meningkatkan kemampuan masyarakat
melalui pembelajaran dari, oleh, untuk, dan bersama masyarakat, agar mereka dapat
menolong dirinya sendiri, serta mengembangkan kegiatan yang bersumber daya
masyarakat, sesuai dengan budaya setempat dan didukung oleh kebijakan publik yang
berwawasan kesehatan (Depkes RI., 2004).

B. Rumusan Masalah
Adapun Rumusan masalah nya sebagai berikut:

1. Apa saja yang termasuk dalam prinsip promosi Kesehatan?


2. Apa saja yang termasuk dalam prevensi Kesehatan?
3. Bagaimana determinan Kesehatan?
4. Apa saja perubahan dan teori perubahan prilaku pada individu?
5. Bagaimana promosi Kesehatan di komunitas?

C. Tujuan Penulisan
Tujuan penulisan makalah ini adalah:

1. Untuk mengetahui apa saja yang termasuk dalam prinsip promosi Kesehatan
2. Untuk mengetahui apa saja yang termasuk dalam prevensi Kesehatan
3. Untuk mengetahui bagaimana determinan Kesehatan
4. Untuk mengetahui apa saja perubahan dan teori perubahan prilaku pada individu
5. Untuk mengetahui bagaimana promosi Kesehatan di komunitas
BAB II
PEMBAHASAN

A. Prinsip Promosi Kesehatan


1. Defenisi
Green dan Kreuter (2005) menyatakan bahwa “Promosi kesehatan adalah
kombinasi upaya-upaya pendidikan, kebijakan (politik), peraturan, dan organisasi untuk
mendukung kegiatan-kegiatan dan kondisi-kondisi hidup yang menguntungkan kesehatan
individu, kelompok, atau komunitas”.
Definisi/pengertian yang dikemukakan Green ini dapat dilihat sebagai
operasionalisasi dari definisi WHO (hasil Ottawa Charter) yang lebih bersifat konseptual.
Di dalam rumusan pengertian diatas terlihat dengan jelas aktivitas-aktivitas yang harus
dilakukan dalam kerangka “promosi kesehatan”. Sedangkan Kementerian/Departemen
Kesehatan Republik Indonesia merumuskan pengertian promosi kesehatan sebagai
berikut: “Upaya untuk meningkatkan kemampuan masyarakat dalam mengendalikan
faktor-faktor kesehatan melalui pembelajaran dari, oleh, untuk dan bersama masyarakat,
agar mereka dapat menolong dirinya sendiri, serta mengembangkan kegiatan yang
bersumberdaya masyarakat, sesuai sosial budaya setempat dan didukung oleh kebijakan
publik yang berwawasan kesehatan.” Hal tersebut tertuang dalam Keputusan Menteri
Kesehatan No. 1114/Menkes/SK/VIII/2005.

2. Karakteristik
 Menerapkan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS)
 Cuci tangan pakai sabun (CTPS)
 Mengkonsumsi makanan sehat seperti buah dan sayur.
 Tidak membuang sampah sembarangan.
 Melakukan kerja bakti untuk menciptakan lingkungan sehat.
 Menggunakan pelayanan kesehatan
3. Upaya promosi kesehatan
A. Upaya Promotif.
Adalah upaya promosi kesehatan yang ditujukan untuk meningkatkan status/
derajad kesehatan yang optimal. Sasarannya adalah kelompok orang sehat. Tujuan
upaya promotif adalah agar masyarakat mampu meningkatkan kesehatannya,
kelompok orang sehat meningkat dan kelompok orang sakit menurun. Bentuk
kegiatannya adalah pendidikan kesehatan tentang cara memelihara kesehatan.
B. Upaya Preventif
Adalah upaya promosi kesehatan untuk mencegah terjadinya penyakit.
Sasarannya adalah kelompok orang resiko tinggi. Tujuannya untuk mencegah
kelompok resiko tinggi agar tidak jatuh/ menjadi sakit (primary prevention). Bentuk
kegiatannya adalah imunisasi, pemeriksaan antenatal care, postnatal care, perinatal
dan neonatal.
C. Upaya Kuratif
Adalah upaya promosi kesehatan untuk mencegah penyakit menjadi lebih
parah melalui pengobatan. Sasarannya adalah kelompok orang sakit (pasien) terutama
penyakit kronis. Tujuannya kelompok ini mampu mencegah penyakit tersebut tidak
lebih parah (secondary prevention). Bentuk kegiatannya adalah pengobatan.
D. Upaya Rehabilitatif
Adalah upaya promosi kesehatan untuk memelihara dan memulihkan kondisi/
mencegah kecacatan. Sasarannya adalah kelompok orang yang baru sembuh dari
penyakit. Tujuannya adalah pemulihan dan pencegahan kecacatan (tertiary
prevention).

B. Prinsip Prevensi Kesehatan


1. Definisi
Prevensi adalah upaya untuk mencegah timbulnya masalah. Prevensi merupa
kan sebuah konsep yang berasal dari bahasa latin yang memiliki arti “mengantisipasi
sesuatu sebelum hal tersebut terjadi”.
Dalam pengertian yang sangat luas, prevensi dimaknakan sebagai upaya yang
secara sengaja dilakukan untuk mencegah terjadinya gangguan, kerusakan, atau
kerugian bagi seseorang atau masyarakat. Maka dapat diartikan bahwa prevensi
Kesehatan sebagai tindak pencegahan terhadap suatu penyakit yang dapat
membahayakan di masa mendatang.

2. Karakteristik
Tindakan pencegahan ini memiliki beberapa ciri-ciri yaitu:
a. Tindakan preventif mencegah berbagai pelanggaran yang berkaitan dengan
norma sosial
b. Tindakan preventif diteraokan untuk mencegah terjadinya pelanggaran dengan
norma sosial yang berlaku
c. Tindakan preventif diterapkan untuk mencegah berbagai masalah penyakit bila
dikaitkan dengan bidang Kesehatan

3. Level Prevensi
a. Promosi Kesehatan (health promotion)
Promosi Kesehatan termasuk tahap pencegahan primer. Tujuannya adalah
membuat masyarakat sehat agar tetap sehat dan jauh dari penyakit.Caranya
adalah dengan memberikan informasi untuk meningkatkan pengetahuan
masyarakat. Misalnya melalui penyuluhan kesehatan atau konseling.

b. Proteksi Spesifik (Specific Protection)


Level ini masih menjadi bagian dalam pencegahan primer. Contoh
kegiatannya adalah pemberian imunisasi pada anak. Tujuannya adalah
memberikan perlindungan khusus untuk menghambat atau mencegah terjadinya
terserang penyakit.

c. Deteksi dini dan perawatan segera (early recognition and prompt treatment)
Deteksi dini dan perawatan segera termasuk tahap pencegahan sekunder.
Tujuannya adalah melakukan skrining atau penemuan penyakit sehingga dapat
dicegah penularannya. Selain itu menyediakan perawatan segera sebelum
penyakit semakin parah.Contohnya adalah kegiatan pemeriksaan kesehatan secara
rutin, pemeriksaan darah dan lain sebagainya.

d. Pembatasan disabilitas (disability limitation)


Pada tahap ini dilakukan pencegahan atau pengurangan terhadap
konsekuensi akibat penyakit yang secara klinis sudah mencapai tahap lanjut
(parah).Tahap yang masuk dalam kategori sekunder ini bertujuan untuk
mencegah risiko kecacatan dan risiko komplikasi. Contohnya dengan pemberian
terapi obat diabetes untuk mencegah kemungkinan amputasi kaki.

e. Rehabilitasi (rehabilitation)
Rehabilitasi atau pemulihan ini adalah satu-satunya dalam kategori
pencegahan tersier.
Tujuannya untuk membantu pasien yang baru sembuh agar kembali dapat
beraktivitas seperti biasa meski terjadi perubahan secara fisik (misalnya
kecacatan).

C. Determinan Kesehatan
Teori klasik yang dikembangkan oleh Blum ( 1974 ) mengatakan bahwa adanya 4
determinan utama yang mempengaruhi derajat kesehatan individu, kelompok ataS
masyarakat. Empat determinan tersebut secara berturut – turut besarnya pengaruh
terhadap kesehatan adalah :
a. lingkungan, baik lingkungan fisik, maupun lingkungan non fisik (sosial, buday ,
ekonomi, politik, dan sebagainya)
b. perilaku
c. pelayanan kesehatan
d. keturunan atau herediter

Determinan lingkungan ini lebih lanjut dapat dibedakan menjadi dua kelompok,
yakni lingkungan fisik (cuaca, iklim, sarana dan parasarana, dan sebagainya), dan
lingkungan non fisik, seperti lingkungan sosial, budaya, ekonomi, politik, dan
sebagianya. Derajat kesehatan dalam pengertian tersebut di atas jelas dibedakan antara
derajat kesehatan individu, kelompok, atau masyarakat. Hal ini dapat dipahami karena
derajat kesehatan perorangan (individu), kelompok dan masyarakat memang berbeda.
Determinan untuk kesehatan kelompok atau komunitas mungkin sama, tetapi untuk
kesehatan individu, disamping empat faktor tersebut, juga faktor internal individu juga
berperan, misalnya : umur, gender, pendidikan, dan sebagainya, disamping faktor
herediter.

Bila kita analisis lebih lanjut determinan kesehatan itu sebenarnya adalah semua
faktor diluar kehidupan manusia, baik secara individual, kelompok, maupun komunitas
yang secara langsung atau tidak langsung mempengaruhi kehidupan manusia itu. Hal ini
berarti, disamping determinan – determinan derajat kesehatan yang telah dirumuskan
oleh Blum tersebut masih terdapat faktor lain yang mempengaruhi atau menentukan
terwujudnya kesehatan seseorang, kelompok atau masyarakat.

Faktor–faktor atau determinan–determinan yang menentukan atau mempengaruhi


kesehatan baik individu, kelompok atau masyarakat ini, dalam Piagam Otawa (Ottawa
Charter) disebut prasyarat untuk kesehatan (prerequisites for health). Piagam Ottawa,
1986 mengidentifikasikan prasayarat untuk kesehatan ini dalam 9 faktor, yakni :

 Perdamaian atau keamanan (peace)


 Tempat tinggal (shelter)
 Pendidikan (education)
 Makanan (food)
 Pendapatan (income)
 Ekosistem yang stabil dan seimbang (a stable eco – sistem)
 Sumber daya yang berkesinambungan (sustainable resources)
 Keadilan sosial (social justice)
 Pemerataan (equity)

D. Perubahan Prilaku Pada Individu


1. Teori Stimulus Organisme (SOR)
Perubahan perilaku merupakan sebuah respons atau reaksi seseorang terhadap
stimulus (rangsangan dari luar). Teori ini didasarkan pada asumsi bahwa penyebab
terjadinya perubahan perilaku tergantung kepada kualitas ransang (stimulus) yang
berkomunikasi dengan organisme. Artinya, kualitas dari sumber komunikasi (sources)
misalnya kredibilitas kepemimpinan, dan gaya berbicara sangat menentukaan
keberhasilan perubahan perilaku seseorang, kelompok, atau masyarakat.
Perilaku manusia dapat terjadi melalui proses : Stimulus  Organisme 
Respons, kemudian Skinner menyebutkan teori ini menjadi teori ”SO-R” (stimulus-
organisme-respons).
Hosland, et, al (1953) mengatakan bahwa perubahan perilaku pada hakikatnya
adalah sama dengan proses belajar. Proses perubahan perilaku tersebut menggambarkan
proses belajar pada individu yang terdiri dari :
a. Stimulus (ransang) yang diberikan kepada organisme dapat diterima atau ditolak.
Apabila stimulus tersebut tidak diterima atau ditolak berarti stimulus itu tidak efektif
dalam mempengaruhi perhatian individu, dan berhenti disini. Tetapi bila stimulus
diterima oleh organisme berarti ada perhatian dari individu dan stimulus tersebut
efektif.
b. Apabila stimulus telah mendapatkan perhatian dari organisme (diterima) maka ia
mengerti stimulus ini dan dilanjutkan kepada proses berikutnya
c. Setelah itu organisme mengolah stimulus tersebut sehingga terjadi kesediaan untuk
bertindak demi stimulus yang telah diterimanya (bersikap).
d. Akhirnya dengan dukungan fasilitas serta dorongan dari lingkungan maka stimulus
tersebut mempunyai efek tindakan dari individu tersebut (perubahan perilaku).

Selanjutnya teori ini mengatakan bahwa perilaku dapat berubah hanya apabila
stimulus (rangsang) yang diberikan benar – benar melebihi dari stimulus semula.
Stimulus yang dapat melebihi stimulus semula ini berarti stimulus yang diberikan harus
dapat menyakinkan organisme.

Dalam menyakinkan organisme faktor reinforcement memegang peranan penting.


Berdasarkan teori ”S-O-R” tersebut, maka perilaku manusia dapat dikelompokkan
menjadi dua , yaitu :
a. Perilaku tertutup (Cover behavior)
Perilaku tertutup merupakan perilaku yang dimiliki oleh seseorang namun
belum bisa dilihat dan diidentifikasi secara jelas oleh orang lain. Respons yang
diberikan oleh individu masih terbatas dalam bentuk perhatian, perasaan, persepsi,
pengetahuan dan sikap terhadap stimulus yang bersangkutan sehingga tidak bisa
diidentifikasi dan dilihat secara jelas oleh orang lain. Bentuk ”unobservable behavior”
atau ”covert behavior” yang dapat diukur adalah pengetahuan dan sikap.

b. Perilaku terbuka (Overt behavior)


Perilaku terbuka merupakan perilaku yang dimiliki oleh seseorang dan bisa
dapat diamati orang lain dari luar atau ”observable behavior. Perilaku terbuka akan
dapat dilihat dengan mudah dalam bentuk tindakan, praktik, keterampilan yang
dilakukan oleh seseorang.

A. Teori Festinger (Dissonance Theory)


Teori dissonance (cognitive dissonance theory) diajukan oleh Festinger (1957)
telah banyak pengaruhnya dalam psikologi sosial.Teori ini sebenarnya sama dengan
konsep imbalance (ketidak seimbangan). Hal ini berarti bahwa keadaan cognitive
dissonance merupakan ketidak seimbangan psikologi yang diliputi oleh ketengan diri
yang berusaha untuk mencapai keseimbangan kembali. Apabila terjadi keseimbangan
dalam diri individu, maka berarti sudah terjadi ketengan diri lagi, dan keadaan ini disebut
consonance (keseimbangan).
Dissonance (ketidak seimbangan) terjadi karena dalam diri individu terdapat dua
elemen kognisi yang saling bertentangan. Yang dimaksud elemen kognisi adalah
pengetahuan, pendapat, atau keyakinan. Apabila individu mengalami suatu stimulus atau
objek dan stimulus tersebut menimbulkan pendapat atau keyakinan yang
berbeda/bertentangan di dalam diri individu itu sendiri, maka terjadilah dissonance.
Ketidak seimbangan dalam diri sesorang yang akan menyebabkan perubahan perilaku
dikarenakan adanya perbedaan jumlah elemen kognitif yang seimbang dengan jumlah
elemen kognitif yang tidak seimbang dan sama – sama pentingnya. Hal ini menimbulkan
konflik pada diri individu tersebut.
Contohnya, seorang ibu rumah tangga yang bekerja dikantor. Di satu pihak,
dengan bekerja ia dapat tambahan pendapatan bagi keluarganya, yang akhirnya dapat
memenuhi kebutuhan bagi keluarga dan anak – anaknya, termasuk kebutuhan makanan
yang bergizi. Apabila ia tidak bekerja, jelas ia tidak dapat memenuhi kebutuhan pokok
keluarga. Di pihak lain, apabila ia bekerja, ia khawatir perawatan anak – anaknya akan
menimbulkan masalah. Kedua elemen (argumentasi) ini sama – sama pentingnya, yakni
rasa tanggung jawabnya sebagai ibu rumah tangga yang baik.
Titik berat dari penyelesaian konflik ini adalah penyesuaian diri secara kognitif.
Dengan penyesuaian diri ini maka akan terjadi keseimbangan kembali. Keberhasilan
yang ditunjukkan dengan tercapainya keseimbangan kembalimenunjukkan adanya
perubahan sikap dan akhirnya akan terjadi perubahan perilaku.

B. Teori Fungsi
Teori ini berdasarkan anggapan bahwa perubahan perilaku individu tergantung
kepada kebutuhan. Hal ini berarti bahwa stimulus yang dapat mengakibatkan perubahan
perilaku seseorang adalah stimulus yang dapat dimengerti dalam konteks kebutuhan
orang tersebut. Menurut Katz (1960) perilaku dilatar belakangi oleh kebutuhan individu
yang bersangkutan. Katz berasumsi bahwa :
1. Perilaku memiliki funsi instrumental, artinya dapat berfungsi dan memberikan
pelayanan terhadap kebutuhan. Seseorang dapat bertindak (berperilaku) positif
terhadap objek demi pemenuhan kebutuhannya. Sebaliknya bila objek tidak dapat
memenuhi kebutuhannya maka ia akan berperilaku negatif. Misalnya, orang mau
membuat jamban apabila jamban tersebut benar – benar sudah menjadi
kebutuhannya.
2. Perilaku berfungsi sebagai defence mecanism atau sebagai pertahan diri dalam
menghadapi lingkungannya. Artinya dengan perilakunya, dengan tindakan –
tindakannya, manusia dapat melindungi ancaman – ancaman yang datang dari luar.
Misalnya, orang dapat menghindari penyakit demam berdarah karena penyakit
tersebut merupakan ancaman bagi dirinya.
3. Perilaku berfungsi sebagai penerima objek dan pemberi arti. Dalam perannya dengan
tindakan itu seseorang senantiasa menyesuaikan diri dengan lingkungannya. Dengan
tindakan sehari – hari tersebut seseorang melakukan keputusan – keputusan
sehubungan dengan objek atau stimulus yang dihadapi. Pengambilan keputusan
mengakibatkan tindakan – tindakan tersebut dilakukan secara spontan dan dalam
waktu yang singkat. Misalnya, bila seseorang merasa sakit kepala maka secara cepat,
tanpa berpikir lama, ia akan bertindak untuk mengatasi rasa sakit tersebut dengan
membeli obat di warung dan kemudian meminumnya, atau tindakan – tindakan lain.
4. Perilaku berfungsi sebagai nilai ekspresif dari diri seseorang dalam menjawab suatu
situasi. Nilai ekspresif ini berasal dari konsep diri seseorang dan merupakan
pencerminan dari hati sanubari. Oleh sebab itu, perilaku dapat merupakan layar
dimana segala ungkapan diri orang dapat dilihat. Misalnya orang yang sedang marah,
gusar dan sebaginya dapat dilihat dari perilaku atau tindakannya. Teori ini
berkeyakinan bahwa perilaku mempunyai fungsi untuk menghadapi dunia luar
individu, dan senantiasa menyesuaikan diri dengan lingkungannya menurut
kebutuhannya. Oleh sebab itu didalam kehidupan manusia, perilaku itu tampak terus
menerus dan berusaha secara relative

C. Teori Kurt Lewin


Lewin berpendapat bahwa perilaku manusia adalah suatu keadaan yang seimbang
antara kekuatan – kekuatan pendorong (driving forces) dan kekuatan – kekuatan penahan
(restining forces). Perilaku itu dapat berubah apabila terjadi ketidak seimbangan antara
kedua kekuatan tersebut didalam diri seseorang sehingga ada tiga kemungkinan
terjadinya perubahan perilaku pada diri seseorang yakni :
1. Kekuatan – kekuatan pendorong meningkat. Hal ini terjadi karena adanya stimulus –
stimulus yang mendorong untuk terjadinya perubahan – perubahan perilaku. Stimulus
ini berupa penyuluhan – penyuluhan atau informasi – informasi sehubungan dengan
perilaku yang bersangkutan. Misalnya, seseorang yang belum ikut KB (ada
keseimbangan antara pentingnya mempunyai anak sedikit dengan kepercayaan
banyak anak banyak rezeki) dapat berubah perilakunya ber KB, ditingkatkan
keyakinannya dengan penyuluhan – penyuluhan atau usaha – usaha lain.
2. Kekuatan – kekuatan penahan menurun. Hal ini terjadi karena adanya stimulus –
stimulus yang memperlemah kekuatan penahan tersebut. Misalnya pada contoh
diatas. Dengan pemberian pengertian kepada orang tersebut bahwa banyak anak
banyak rezeki adalah kepercayaan yang salah, maka kekuatan penahan tersebut
melemah dan akan terjadi perubahan perilaku pada orang tersebut.
3. Kekuatan pendorong meningkat, kekuatan penahan menurun. Dengan keadaan
semacam ini jelas akan terjadi perubahan perilaku. Seperti pada contoh juga,
penyuluhan KB yang memberikan pengertian terhadap orang tersebut tentang
pentingnya ber KB dan tidak benarnya kepercayaan banyak anak banyak rezeki akan
meningkatkan kekuatan pendorong dan sekaligus menurunkan kekuatan penahan.

E. Promosi Kesehatan pada Komunitas


Pemerintah dalam hal meningkatkan angka kualitas kesehatan masyarakat
berperan aktif untuk terus menggalakkan berbagai program yang diperuntukkan untuk
berbagai tingkatan usia. Mulai dari bayi baru lahir hingga lansia, memncakup juga
dengan ibu hamil yang tentunya membutuhkan banyak upaya untuk mempertahankan
kehamilannya. Promosi kesehatan digencarkan bersama dengan upaya pencegahan
masalah kesehatan sehingga terciptanya lingkungan yang aman dan nyaman.
Berbagai program pemerintah tersebut diupayakan untuk menurunkan kasus
kematian ibu, diantaranya mengoptimalkan deteksi risti bumil/bayi risti dan
intervensinya, mengoptimalkan pelaksanaan P4K, dan pelaksanaan kelas hamil (Dinkes
Prov Jateng, 2015; Depkes RI, 2009). Hal ini bertujuan untuk mengurangi angka
kematian ibu dan bayi serta meningkatkan nutrisi ibu selama proses kehamilan.
Beberapa program pemerintah dalam upaya meningkatkan derajat kesehatan ibu
hamil
Program kelas ibu hamil adalah salah satu bentuk pendidikan prenatal yang dapat
meningkatkan pengetahuan ibu hamil, terjadi perubahan perilaku positif sehingga ibu
memeriksakan kehamilan dan melahirkan ke tenaga kesehatan dengan demikian akan
meningkatkan persalinan ke tenaga kesehatan dan menurunkan angka kematian ibu dan
Anak (Depkes RI, 2009).
Kementerian Kesehatan menunjukan komitmen dan dukungan berbagai pihak
dalam meningkatkan derajat kesehatan perempuan dan menurunkan AKI-AKB, untuk
penajaman strategi dan sejalan dengan RPJMN 2020-2024, Kemenkes melakukan
transformasi sistem Kesehatan termasuk pelayanan Kesehatan Ibu dan Bayi dengan
pendekatan 6 pilar, salah satunya pilar transformasi layanan primer yang bertujuan untuk
menciptakan calon ibu sehat melalui upaya kesehatan berbasis masyarakat seperti; 1)
Mempersiapkan ibu layak hamil; 2) Terdeteksi komplikasi kehamilan sedini mungkin di
pelayanan kesehatan; 3) Persalinan di Fasilitas Kesehatan dan 4) Pelayanan untuk bayi
yang dilahirkan.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Untuk mewujudkan atau mencapai visi dan misi promosi Kesehatan secara efektif
dan efisien, maka diperlukan cara dan pendekatan yang strategis yaitu strategi promosi
kesehatan. Berdasarkan rumusan WHO (1994) strategi promosi kesehatan secara global ini
terdiri dari 3 hal, yaitu Advokasi (Advocacy), Dukungan Sosial (Social support), dan
Pemberdayaan Masyarakat (Empowerment). Di dalam piagam Ottawa dirumuskan pula
strategi baru promosi kesehatan, yang mencakup 5 butir, yaitu Kebijakan Berwawasan
Kebijakan (Health Public Policy), Lingkungan yang mendukung (Supportive Environment),
Reorientasi Pelayanan Kesehatan (Reorient Health Service), Keterampilan Individu
(Personnel Skill), dan Gerakan masyarakat (Community Action). Dalam pemilihan srategi
promosi kesehatan agar masyarakat lebih mudah untuk mengingat dan menerapkan dalam
kehidupan sehari-hari mereka. Pemilihan srategi promosi kesehatan yaitu diantaranya
Ceramah, Media Massa, Instruksi individual, Simulasi,Modifikasi Perilaku dan
Pengembangan Masyarakat. Dalam pemilihan srategi promosi kesehatanpun ada aturan-
aturan tersendiri, intinya adalah agar srategi promosi kesehatan program-programnya
semakin berkembang dan tidak salah sasaran.

B. Saran
Diharapkan dengan adanya makalah ini pembaca khususnya kita sebagai calon
perawat dapat memahami tentang strategi promosi kesehatan dalam rangka memajukan
kesehatan masyarakat serta meningkatkan derajat kesehatan masyarakat, dan dengan
promosi Kesehatan yaitu melalui penyuluhan kesehatan atau pendidikan kesehatan kita
sebagai penyuluh kesehatan dapat menjadi bagian dari pembangunan kesehatan
DAFTAR PUSTAKA

Adventus, dkk. 2019. Buku Ajar Promosi Kesehatan. Jakarta. Universitas Kristen Indonesia

Dwi Susilowati. 2016. Promosi Kesehatan. Jakarta selatan.

Mahendra, D. (2019). Buku Ajar Promosi Kesehatan. Program Studi Diploma Tiga
Keperawatan Fakultas Vokasi UKI, 1–107.

Pusat Promkes Depkes RI & Departemen Pendidikan Kesehatan dan Ilmu Perilaku FKM UI.
2009. Promosi Kesehatan Komitmen Global dari Ottawa – Jakarta – Nairobi Menuju
Rakyat Sehat.

Anda mungkin juga menyukai