Anda di halaman 1dari 4

“Analisis Jurnal Berdasarkan Pendekatan Epidemiologi Deskriptif “

(Disusun Guna Memenuhi Nilai Tugas Mata Kuliah Dasar Epidemiologi Kelas B)

Dosen Pengampu:
Arina Mufida Ersanti, S.KM., M.Epid.

Disusun Oleh:

Yunita Permata Sari (182110101098)


Monica Galuh Dhiharsiwi (182110101103)
Adinda Safira Permana (182110101110)

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS JEMBER
2019
Judul Jurnal: Laporan Kasus Kejadian Luar Biasa Leptospirosis di Magetan, Jawa Timur
(Sanyasi, 2018).

1. Berdasarkan Person (Orang)


Ada dua kasus leptospirosis di dua desa di Magetan, Jawa Timur. Satu dari dua pasien
tersebut meninggal dunia. Seorang pasien berinisial RK berusia 40 tahun berjenis kelamin wanita
datang ke Puskesmas Panekan, Magetan, Jawa Timur. Pasien mengalami demam, nyeri seluruh
badan, mual, dan muntah. Pasien juga merasa sesak nafas dan warna sklera berwarna kuning.
Riwayat penyakit seperti hepatitis disangkal oleh pasien, dia juga menyangkal bahwa dia pernah
pergi ke Indonesia bagian timur. Pasien hanya meminum obat penurun demam yang dibeli di
toko obat selama dirinya mengalami keluhan, hal ini menunjukkan kesadaran pasien untuk
segera berobat ke dokter masih rendah padahal dirinya sudah mengalami gejala yang tidak wajar.
Pasien adalah ibu rumah tangga yang sehari-harinya banyak beraktivitas di rumah.

2. Berdasarkan Place (Tempat)


Terjadi 2 kasus leptospirosis di desa Banjarejo dan desa Turi, Magetan, Jawa Timur,
merupakan kasus leptospirosis pertama di Magetan, Jawa Timur yang menyebabkan satu orang
meninggal dunia. Di seluruh dunia diperkirakan ada 1,03 juta kasus leptospirosis. Asia Tenggara
merupakan salah satu daerah endemisnya, di Semarang (2008) ada 131 penduduk positif
leptospirosis. Pada tahun 2013, 2014, dan 2015 di Jawa Timur jumlah kasus leptospirosis
berturut-turut adalah 244, 61, 3 kasus. Faktor-faktor risiko seseorang terinfeksi bakteri
leptospirosis antara lain: kepadatan penduduk yang tinggi, pengelolaan sampah yang kurang
baik, kondisi iklim, sanitasi buruk, pekerjaan tertentu, serta ditinjau dari aktivitas rekreasi.
Leptospirosis dapat ditularkan oleh berbagai hewan seperti tikus, sapi, babi, anjing, domba,
kambing, kuda, dan kerbau. Kondisi rumah pasien RK berpotensi menjadi sumber infeksi. Lantai
rumah pasien RK berupa lantai tanah dan sebagian besar ruangan kurang mendapat pencahayaan,
di rumah pasien juga banyak tikus, banyak tumpukan barang di dalam rumah pasien. Upaya
untuk mengatasi masalah tersebut yaitu dengan memberi edukasi pada keluarga pasien RK serta
masyarakat sekitar mengenai kebersihan lingkungan guna mencegah wabah leptospirosis, selain
itu perlu adanya pemeriksaan RDT (alat) yang tersedia di puskesmas setempat supaya diagnosis
bisa segera dilakukan dalam kasus leptospirosis, di dalam kasus ini alat RDT hanya ada di
RSUD setempat sehingga membuat pasien yang akan dirujuk dari puskesmas ke RSUD
meninggal terlebih dahulu sebelum dilakukan pemeriksaan.

3. Berdasarkan Time (Waktu)


Kasus KLB leptospirosis ini terjadi pada bulan Februari 2017. Pada tanggal 8 Februari
2017 pasien berinisial RK datang ke Puskesmas setelah mengalami keluhan seperti demam, sejak
6 hari sebelumnya. Dua hari sebelum ke puskesmas pasien merasa sesak nafas. Satu hari
sebelumnya sklera pasien berubah menjadi kuning. Pada hari pertama terjadi peningkatan
leukosit, SGOT, dan SGPT. Pada hari kedua rawat inap pandangan pasien kabur, demam
meningkat, nyeri dan muncul warna kuning kemerahan saat buang air kecil. Kadar alkalin
fosfatase, BUN, dan kreatinin pasien meningkat. Tetapi kadar leukosit, SGOT, dan SGPT sedikit
menurun. Pada hari kesembilan dari onset penyakit, terjadi perburukan cepat dari pasien
sehingga ia meninggal setelah satu hari menjalani rawat inap di RSUD.
DAFTAR PUSTAKA

Sanyasi, R. D. L. R. (2018). LAPORAN KASUS KEJADIAN LUAR BIASA LEPTOSPIROSIS

DI MAGETAN, JAWA TIMUR. Berkala Ilmiah Kedokteran Duta Wacana, 3(1), 1.

https://doi.org/10.21460/bikdw.v3i1.104. (Diakses pada 10 Oktober 2019).

Anda mungkin juga menyukai