FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS JEMBER 2019 Judul Jurnal: Laporan Kasus Kejadian Luar Biasa Leptospirosis di Magetan, Jawa Timur (Sanyasi, 2018).
1. Berdasarkan Person (Orang)
Ada dua kasus leptospirosis di dua desa di Magetan, Jawa Timur. Satu dari dua pasien tersebut meninggal dunia. Seorang pasien berinisial RK berusia 40 tahun berjenis kelamin wanita datang ke Puskesmas Panekan, Magetan, Jawa Timur. Pasien mengalami demam, nyeri seluruh badan, mual, dan muntah. Pasien juga merasa sesak nafas dan warna sklera berwarna kuning. Riwayat penyakit seperti hepatitis disangkal oleh pasien, dia juga menyangkal bahwa dia pernah pergi ke Indonesia bagian timur. Pasien hanya meminum obat penurun demam yang dibeli di toko obat selama dirinya mengalami keluhan, hal ini menunjukkan kesadaran pasien untuk segera berobat ke dokter masih rendah padahal dirinya sudah mengalami gejala yang tidak wajar. Pasien adalah ibu rumah tangga yang sehari-harinya banyak beraktivitas di rumah.
2. Berdasarkan Place (Tempat)
Terjadi 2 kasus leptospirosis di desa Banjarejo dan desa Turi, Magetan, Jawa Timur, merupakan kasus leptospirosis pertama di Magetan, Jawa Timur yang menyebabkan satu orang meninggal dunia. Di seluruh dunia diperkirakan ada 1,03 juta kasus leptospirosis. Asia Tenggara merupakan salah satu daerah endemisnya, di Semarang (2008) ada 131 penduduk positif leptospirosis. Pada tahun 2013, 2014, dan 2015 di Jawa Timur jumlah kasus leptospirosis berturut-turut adalah 244, 61, 3 kasus. Faktor-faktor risiko seseorang terinfeksi bakteri leptospirosis antara lain: kepadatan penduduk yang tinggi, pengelolaan sampah yang kurang baik, kondisi iklim, sanitasi buruk, pekerjaan tertentu, serta ditinjau dari aktivitas rekreasi. Leptospirosis dapat ditularkan oleh berbagai hewan seperti tikus, sapi, babi, anjing, domba, kambing, kuda, dan kerbau. Kondisi rumah pasien RK berpotensi menjadi sumber infeksi. Lantai rumah pasien RK berupa lantai tanah dan sebagian besar ruangan kurang mendapat pencahayaan, di rumah pasien juga banyak tikus, banyak tumpukan barang di dalam rumah pasien. Upaya untuk mengatasi masalah tersebut yaitu dengan memberi edukasi pada keluarga pasien RK serta masyarakat sekitar mengenai kebersihan lingkungan guna mencegah wabah leptospirosis, selain itu perlu adanya pemeriksaan RDT (alat) yang tersedia di puskesmas setempat supaya diagnosis bisa segera dilakukan dalam kasus leptospirosis, di dalam kasus ini alat RDT hanya ada di RSUD setempat sehingga membuat pasien yang akan dirujuk dari puskesmas ke RSUD meninggal terlebih dahulu sebelum dilakukan pemeriksaan.
3. Berdasarkan Time (Waktu)
Kasus KLB leptospirosis ini terjadi pada bulan Februari 2017. Pada tanggal 8 Februari 2017 pasien berinisial RK datang ke Puskesmas setelah mengalami keluhan seperti demam, sejak 6 hari sebelumnya. Dua hari sebelum ke puskesmas pasien merasa sesak nafas. Satu hari sebelumnya sklera pasien berubah menjadi kuning. Pada hari pertama terjadi peningkatan leukosit, SGOT, dan SGPT. Pada hari kedua rawat inap pandangan pasien kabur, demam meningkat, nyeri dan muncul warna kuning kemerahan saat buang air kecil. Kadar alkalin fosfatase, BUN, dan kreatinin pasien meningkat. Tetapi kadar leukosit, SGOT, dan SGPT sedikit menurun. Pada hari kesembilan dari onset penyakit, terjadi perburukan cepat dari pasien sehingga ia meninggal setelah satu hari menjalani rawat inap di RSUD. DAFTAR PUSTAKA
Sanyasi, R. D. L. R. (2018). LAPORAN KASUS KEJADIAN LUAR BIASA LEPTOSPIROSIS
DI MAGETAN, JAWA TIMUR. Berkala Ilmiah Kedokteran Duta Wacana, 3(1), 1.
https://doi.org/10.21460/bikdw.v3i1.104. (Diakses pada 10 Oktober 2019).