Anda di halaman 1dari 34

PROPOSAL METODOLOGI PENELITIAN KUALITATIF

GAMBARAN PERILAKU MASYARAKAT DALAM UPAYA PEMUTUSAN RANTAI


PENULARAN COVID-19 DI DESA CANDIREJO, UNGARAN BARAT, KABUPATEN
SEMARANG
Proposal ini digunakan untuk memenuhi tugas mata kuliah metodeologi penelitian yang diampu
oleh Sri Wahyuni, S.KM., M.Kes.

Disusun Oleh :
1. Alya Mumtazah (020118A003)
2. Eva Yulianingsih (020118A016)
3. Krisna Febi Setiawan (020118A026)
4. Nenny Novita Sari (020118A038)
5. Desi Dian Elfriyana (020118A069)

PROGRAM STUDI S1 KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS NGUDI WALUYO KABUPATEN SEMARANG
TAHUN 2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kelompok panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat limpahan
rahmat-Nya maka Proposal Penelitian yang berjudul ”Gambaran Perilaku Masyarakat Dalam
Upaya Pemutusan Rantai Penularan Covid-19 di Desa Candirejo, Ungaran Barat,
Kab.Semarang” ini dapat terselesaikan dengan baik.

Kelompok mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya atas semua bantuan yang telah
diberikan, baik secara langsung maupun tidak langsung selama penyusunan proposal penelitian
ini hingga selesai.

Penulis menyadari bahwa proposal penelitian ini masih terdapat kekurangan. Untuk itu
saran dan kritik yang membangun sangat diharapkan dalam penyempurnaan proposal penelitian
kami.

Harapannya, semoga proposal penelitian ini dapat memberikan sesuatu yang bermanfaat
dan menambah wawasan bagi pembaca dan khususnya bagi Kelompok.

Ungaran, 18 Mei 2020

Penulis

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ……………………………………….………................. i


KATA PENGANTAR …………………………………….....………............... ii
DAFTAR ISI …………………………………....………………….................. iii
DAFTAR TABEL ………………………………………………….................. v
DAFTAR GAMBAR ……………………………………………….................. vi
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ……….................……………………........................... 1
B. Fokus Penelitian……………………..……………................................. 2
C. Rumusan Masalah……………………………………………………… 3
D. Tujuan Penelitian.……………….…....................................................... 3
E. Manfaat Penelitian……………………………………………............... 3
BAB II ACUAN TEORI
A. Coronavirus Disease 2019 (Covid – 19) ………………………………. 4
B. Epidemiologi Coronavirus Disease 2019 (Covid – 19)………………... 10
C. Kebijakan pemerintah dalam upaya memutus penyebaran

Covid – 19……………………………………………………………… 14
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Desain penelitian...……………...………………………....................... 16
B. Metode penelitian……...…………………............................................. 19
C. Subjek penelitian………………………………………………………. 19
D. Instrumen penelitian ………………………………………………… 20
E. Pengumpulan data……………………………………………………… 20
F. Teknik analisis data…………………………………………………… 22
G. Keabsahan data………………………………………………………… 23
H. Jadwal kegiatan………………………………………………………… 26
DAFTAR PUSTAKA
iii
DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Luas daerah Kota Ungaran………………………………….. 17


Table 3.2 Jumlah penduduk Kota Ungaran……………………………. 18
Table 3.3 Jadwal Kegiatan……………………………………………... 26

DAFTAR GAMBAR

iv
Gambar 3.1 Peta Kab.Semarang......................................................... 17

v
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Covid-19 merupakan salah satu penyakit yang saat ini tengah menjadi pandemi
menggemparkan dunia, karena menimbulkan banyak kerugian dan korban jiwa. Covid-19
pertama kali ditemukan pada Desember 2019 di Wuhan, Cina. Virus ini awalnya ditularkan
dari hewan ke manusia, namun seiring berjalannya waktu dapat ditularkan dari satu manusia
ke manusia lain. (WHO, 2020) Bila seseorang terinfeksi virus, dia akan menunjukkan gejala
dalam 1-14 hari sejak terpapar virus. Gejala umumnya adalah demam, rasa lelah dan batuk
kering.
Sebagian orang hanya akan mengalami gejala ringan, ada pula yang terinfeksi tanpa
mengalami gejala apapun namun di kasus-kasus yang tertentu, infeksi dapat menyebabkan
pnemonia dan kesulitan bernapas. Pada sebagian kecil kasus, infeksi virus corona bisa
berakibat fatal. Orang lanjut usia (lansia) dan orang-orang dengan masalah kesehatan seperti
tekanan darah tinggi, gangguan jantung atau diabetes kemungkinan mengalami sakit lebih
serius karena gejala-gejalanya mirip flu biasa, maka perlu dilakukan tes untuk memastikan
apakah seseorang terinfeksi virus corona. Tes tersedia di rumah sakit-rumah sakit rujukan
bagi orang yang mengalami gejala-gejala atas dasar perintah dokter. (Covid19.go.id 2020).
Dengan terus bertambahnya masyarakat yang terinfeksi covid-19 ini maka kepala
Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) menetapkan wabah covid-19 ini
menjadi salah satu bencan anasional di Indonesia dan status keadaan darurat wabah
penyakit akibat covid-19 berdasarkan rapat koordinasi yang dipimpin oleh Menteri
Kordinator PMK pada tanggal 28 Januari 2020, diperpanjang hingga 29 Mei 2020.
Status keadaan tertentu diperlukan agar BNPB dapat melaksanakan operasi darurat
baik di tingkat Nasional, Provinsi maupun Kabupaten/Kota. Sesuai dengan UU
24/2007 dan arahan Presiden maka pemerintah daerah mempunyai kewenangan untuk
menentukan status keadaan darurat yaitu Siaga Darurat atau Tanggap Darurat.

1
Sampai tanggal 9 Mei 2020, penambahan kasus positif covid-19 di Indonesia sebanyak
533 orang sehingga total penderita positif covid-19 menjadi 13. 645 orang dengan jumlah
pasien yang meninggal 959 orang. Dengan ini pemerintah semakin menggembar-gemborkan
upaya-upaya yang harus dilakukan masyarakat untuk memutus penularan covid-19 seperti
rajin mencuci tangan pakai sabun, melakukan social distancing atau physical distancing,
menggunakan masker ketika berpergian, serta konsumsi buah dan sayur setiap hari. Tetapi
pemerintah juga menegaskan bahwa masyarakat masih kurang disiplin dalam menjalankan
himbauan-himbauan yang telah diberikan sehingga peningkatan jumlah kasus terkonfirmasi
positif covid-19 masih tinggi dari hari ke hari.
Melalui penelitian ini, kami bertujuan untuk melihat upaya-upaya apa saja yang telah
dilakukan oleh masyarakat untuk mendukung program pemerintah dalam pemutusan rantai
penularan covid-19 di Indonesia.

B. Fokus Penelitian

Fokus penelitian ini adalah upaya pemutusan rantai penularan covid-19. Ada beberapa
aspek yang berhubungan dengan upaya pemutusan rantai penularan covid-19 ini antara lain
meliputi kebiasaan masyarakat, kondisi lingkungan atau epidemiologi covid-19, dan
kebijakan pemerintah.
Kebiasaan masyarakat berupa penerapkan GERMAS (Gerakan Masyarakat Hidup Sehat)
ini dapat membantu dalam upaya pemutusan rantai penularan covid-19. GERMAS ini
merupakan suatu tindakan sistematis dan terencana yang dilakukan secara bersama-sama
oleh seluruh komponen bangsa dengan kesadaran, kemauan dan kemampuan berperilaku
sehat untuk meningkatkan kualitas hidup.
Lingkungan merupakan salah satu pilar dalam ilmu epidemiologi kesehatan masyarakat.
Kondisi lingkungan yang terjaga kebersihan dan kesehatannya akan sangat mendukung
dalam upaya pemutusan rantai penularan covid-19.
Kebijakan Pemerintah, yang saat ini diberlakukan di negara Indonesia adalah penerapan
Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB). Pembatasan Sosial Berskala Besar adalah
pembatasan kegiatan tertentu penduduk dalam suatu wilayah yang diduga terinfeksi

2
Coronavirus Disease 2019 (CoviD-19) sedemikian rupa untuk mencegah kemungkinan
penyebaran covid-19. Dapat juga dilakukan dengan cara membatasi aktivitas orang-orang
dalam suatu kegiatan yang menimbulkan suatu kerumunan atau yang melibatkan orang
banyak.

C. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian yang ada pada latar belakang kami menemukan masalah yaitu,
Bagaimana gambaran perilaku masyarakat dalam pemutusan rantai penularan covid-19?

D. Tujuan
Tujuan Umum:
a. Untuk mengetahui gambaran perilaku masyarakat dalam upaya pemutusan rantai
penularan covid-19 di desa Candirejo, Ungaran barat, Kabupaten Semarang.

Tujuan Khusus:
1. Mengetahui berbagai kegiatan yang telah dilakukan di masyarakat dalam upaya
pemutusan rantai penularan covid-19 di desa Candirejo, Ungaran barat, Kabupaten
Semarang
2. Mengetahui faktor-faktor lain yang mendukung perilaku masyarakat dalam upaya
pemutusan rantai penularan covid-19 di desa Candirejo, Ungaran barat, Kabupaten
Semarang
3. Mengetahui tingkat kemampuan masyarakat dalam berperilaku hidup bersih dan sehat
seabagai upaya pemutusan rantai penularan covid-19 di desa Candirejo, Ungaran barat,
Kabupaten Semarang.

E. Manfaat
1. Bagi institusi

3
Hasil penelitian ini di harapkan menjadi pedoman bagi institusi pendidikan dalam
mengembangkan penelitian sejenis dan dapat di jadikan dasar untuk penelitian lebih
lanjut.
2. Bagi masyarakat
Mengetahui sikap masyarakat dalam usaha pemutusan rantai penularan covid-19.
3. Bagi peneliti
Memberikan pengalaman pada masyarakat dalam hal penelitian dan pemutusan rantai
penularan covid-19.
BAB II
ACUAN TEORI

A. Coronavirus Disease 2019 (COVID-19)


1. Pengertian
Coronavirus adalah keluarga besar virus yang menyebabkan penyakit mulai dari
gejala ringan sampai berat. Ada setidaknya dua jenis coronavirus yang diketahui
menyebabkan penyakit yang dapat menimbulkan gejala berat seperti Middle East
Respiratory Syndrome (MERS) dan Severe Acute Respiratory Syndrome (SARS).
Coronavirus Disease 2019 (COVID-19) adalah penyakit jenis baru yang belum pernah
diidentifikasi sebelumnya pada manusia. Virus penyebab COVID-19 ini dinamakan Sars-
CoV-2. Virus corona adalah zoonosis (ditularkan antara hewan dan manusia). Penelitian
menyebutkan bahwa SARS ditransmisikan dari kucing luwak (civet cats) ke manusia dan
MERS dari unta ke manusia. Adapun, hewan yang menjadi sumber penularan COVID-19
ini sampai saat ini masih belum diketahui. (Pedoman Pencegahan dan Pengendalian
Coronavirus Disease 2019 (COVID-19)).

Coronavirus Disease 2019 (COVID-19) mulai berkembang pada 31 Desember


2019, WHO China Country Office melaporkan kasus pneumonia yang tidak diketahui
etiologinya di Kota Wuhan, Provinsi Hubei, Cina. Pada tanggal 7 Januari 2020, Cina
mengidentifikasi pneumonia yang tidak diketahui etiologinya tersebut sebagai jenis baru
coronavirus (coronavirus disease, COVID-19). Pada tanggal 30 Januari 2020 WHO telah
menetapkan sebagai Kedaruratan Kesehatan Masyarakat Yang Meresahkan Dunia/ Public

4
Health Emergency of International Concern (KKMMD/PHEIC). Penambahan jumlah
kasus COVID-19 berlangsung cukup cepat dan sudah terjadi penyebaran antar negara.
Sampai dengan 3 Maret 2020, secara global dilaporkan 90.870 kasus konfimasi di 72
negara dengan 3.112 kematian (CFR 3,4%).

Penyakit ini dapat menular dari satu individu ke individu lain melalui percikan
cairan dari hidung maupun mulut seorang penderita COVID-19 saat mereka bersin
maupun batuk. Cairan ini kemudian menciprat ke benda dan permukaan disekitar
manusia. Lalu secara tidak sengaja tersentuh oleh orang, kemudian orang tersebut
menyentuh area wajah tanpa mencuci tangan terlebih dahulu (WHO, 2020).

Berdasarkan bukti ilmiah, COVID-19 dapat menular dari manusia ke manusia


melalui kontak erat dan droplet, tidak melalui udara. Orang yang paling berisiko tertular
penyakit ini adalah orang yang kontak erat dengan pasien COVID-19 termasuk yang
merawat pasien COVID-19. Rekomendasi standar untuk mencegah penyebaran infeksi
adalah melalui cuci tangan secara teratur, menerapkan etika batuk dan bersin,
menghindari kontak secara langsung dengan ternak dan hewan liar serta menghindari
kontak dekat dengan siapa pun yang menunjukkan gejala penyakit pernapasan seperti
batuk dan bersin. Selain itu, menerapkan Pencegahan dan Pengendalian Infeksi (PPI) saat
berada di fasilitas kesehatan terutama unit gawat darurat.

2. Tanda dan Gejala


Tanda dan gejala umum infeksi COVID-19 antara lain gejala gangguan
pernapasan akut seperti demam, batuk dan sesak napas. Masa inkubasi rata-rata 5-6 hari
dengan masa inkubasi terpanjang 14 hari. Pada kasus COVID-19 yang berat dapat
menyebabkan pneumonia, sindrom pernapasan akut, gagal ginjal, dan bahkan kematian.
Tanda-tanda dan gejala klinis yang dilaporkan pada sebagian besar kasus adalah demam,
dengan beberapa kasus mengalami kesulitan bernapas, dan hasil rontgen menunjukkan
infiltrat pneumonia luas di kedua paru.(Pedoman Pencegahan dan Pengendalian
Coronavirus Disease 2019 (COVID-19)).
Infeksi COVID-19 dapat menyebabkan gejala ISPA ringan sampai berat bahkan
sampai terjadi Acute Respiratory Distress Syndrome (ARDS), sepsis dan syok septik.
Deteksi dini manifestasi klinis (tabel 3.1) akan menentukan waktu yang tepat penerapan

5
tatalaksana dan PPI. Pasien dengan gejala ringan, rawat inap tidak diperlukan kecuali ada
kekhawatiran untuk perburukan yang cepat. Deteksi COVID-19 sesuai dengan definisi
operasional surveilans COVID- 19. Pertimbangkan COVID-19 sebagai etiologi ISPA
berat. Semua pasien yang pulang ke rumah harus memeriksakan diri ke rumah sakit jika
mengalami perburukan.(Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Coronavirus Disease
2019 (COVID-19)).

3. Istilah dalam Coronavirus Disease 2019 (COVID-19)


Ada beberapa istilah dalam epid covid-19 yaitu Orang Dalam Pemantauan (ODP),
Pasien Dalam Pengawasan (PDP), kasus probable, dan kasus konfirmasi. Selain gejala,
ada komponen pendukung yang memungkinkan seseorang memiliki status-status diatas
yaitu riwayat perjalanan, dan kontak erat yang mana data pendukung tersebut akan
diorientasi oleh petugas untuk menentukan apakah seseorang yang memiliki gejala
tersebut merupakan kasus positif atau tidak. Berikut penjelasan dari Orang Dalam
Pemantauan (ODP), Pasien Dalam Pengawasan (PDP), kasus probable, kasus
konfirmasi,kontak erat, riwayat perjalanan, deteksi dini dan respon:
a. Pasien dalam Pengawasan (kasus suspect)

Seseorang dengan Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) yaitu demam (≥38oC) atau
riwayat demam; disertai salah satu gejala/tanda penyakit pernapasan seperti: batuk/ sesak
nafas/ sakit tenggorokan/ pilek//pneumonia ringan hingga berat pada 14 hari terakhir
sebelum timbul gejala, memenuhi salah satu kriteria berikut:

1) Memiliki riwayat perjalanan atau tinggal di luar negeri yang melaporkan transmisi
lokal*
2) Memiliki riwayat perjalanan atau tinggal di area transmisi lokal di Indonesia**
3) Seseorang dengan demam (≥38oC) atau riwayat demam atau ISPA DAN pada 14
hari terakhir sebelum timbul gejala memiliki riwayat kontak dengan kasus
konfirmasi atau probabel COVID-19
4) Seseorang dengan ISPA berat/ pneumonia berat*** di area transmisi lokal di
Indonesia** yang membutuhkan perawatan di rumah sakit DAN tidak ada
penyebab lain berdasarkan gambaran klinis yang meyakinkan.

6
b. Orang dalam Pemantauan

Seseorang yang mengalami demam (≥380C) atau riwayat demam; atau gejala
gangguan sistem pernapasan seperti pilek/sakit tenggorokan/batuk, tidak ada penyebab
lain berdasarkan gambaran klinis yang meyakinkan, DAN pada 14 hari terakhir sebelum
timbul gejala, memenuhi salah satu kriteria berikut:

1) Memiliki riwayat perjalanan atau tinggal di luar negeri yang melaporkan transmisi
lokal*
2) Memiliki riwayat perjalanan atau tinggal di area transmisi lokal di Indonesia**

c. Kasus Probabel

Pasien dalam pengawasan yang diperiksa untuk COVID-19 tetapi inkonklusif (tidak
dapat disimpulkan).

d. Kasus Konfirmasi

Seseorang terinfeksi COVID-19 dengan hasil pemeriksaan laboratorium positif.

e. Kontak Erat

Seseorang yang melakukan kontak fisik atau berada dalam ruangan atau
berkunjung (dalam radius 1 meter dengan kasus pasien dalam pengawasan, probabel atau
konfirmasi) dalam 2 hari sebelum kasus timbul gejala dan hingga 14 hari setelah kasus
timbul gejala. Kontak erat memiliki 2 jenis, yaitu kontak erat risiko rendah, dan Kontak
erat risiko tinggi. Yang termasuk kontak erat adalah:

1) Petugas kesehatan yang memeriksa, merawat, mengantar dan membersihkan


ruangan di tempat perawatan kasus tanpa menggunakan APD sesuai standar.
2) Orang yang berada dalam suatu ruangan yang sama dengan kasus (termasuk
tempat kerja, kelas, rumah, acara besar) dalam 2 hari sebelum kasus timbul gejala
dan hingga 14 hari setelah kasus timbul gejala.
3) Orang yang bepergian bersama (radius 1 meter) dengan segala jenis alat
angkut/kendaraan dalam 2 hari sebelum kasus timbul gejala dan hingga 14 hari

7
setelah kasus timbul gejala. (Pedoman pencegahan dan pengendalian Coronavirus
Disease 2019).

Berikut kegiatan yang dilakukan terhadap kontak erat:

Pada kontak erat risiko rendah kegiatan surveilans dan pemantauan kontak erat ini
dilakukan selama 14 hari sejak kontak terakhir dengan pasien dalam pengawasan. Kontak
erat ini wajib melakukan observasi. Observasi yang dimaksud dalam pedoman ini adalah
karantina. Kontak erat risiko rendah tidak memerlukan pengambilan spesimen. Apabila
pasien dalam pengawasan dinyatakan negatif COVID-19 maka kegiatan surveilans dan
pemantauan terhadap kontak erat dihentikan. Apabila pasien dalam pengawasan
dinyatakan probabel/positif COVID- 19 (konfirmasi) maka pemantauan dilanjutkan
menjadi kontak erat risiko tinggi.

Pada kontak erat risiko tinggi kegiatan surveilans terhadap kontak erat ini
dilakukan selama 14 hari sejak kontak terakhir dengan probabel/ konfirmasi. Kontak erat
ini wajib dilakukan observasi dan dilakukan pengambilan spesimen (hari ke-1 dan hari
ke-14). Pengambilan spesimen dilakukan oleh petugas laboratorium setempat yang
berkompeten dan berpengalaman di lokasi observasi.

Apabila kontak erat menunjukkan gejala demam (≥380C) atau batuk/pilek/nyeri


tenggorokan dalam 14 hari terakhir maka dilakukan isolasi rumah dan pengambilan
spesimen pada hari ke-1 dan ke-2 oleh petugas kesehatan setempat yang berkompeten
dan berpengalaman baik di fasyankes atau lokasi pemantauan. Apabila hasil laboratorium
positif, maka dilakukan rujukan ke RS rujukan untuk isolasi. Petugas kesehatan
melakukan pemantauan melalui telepon, namun idealnya dengan melakukan kunjungan
secara berkala (harian). Pemantauan dilakukan dalam bentuk pemeriksaan suhu tubuh
dan skrining gejala harian. Pemantauan dilakukan oleh petugas kesehatan layanan primer
dengan berkoordinasi dengan dinas kesehatan setempat. Jika pemantauan terhadap kontak
erat sudah selesai maka dapat diberikan surat pernyataan yang diberikan oleh Dinas
Kesehatan. (Pedoman pencegahan dan pengendalian Coronavirus Disease 2019).

f. Riwayat Perjalanan

8
Perjalanan dari negara/area transmisi lokal yang tidak bergejala wajib melakukan
monitoring mandiri terhadap kemungkinan munculnya gejala selama 14 hari sejak
kepulangan. Setelah kembali dari negara/area transmisi lokal sebaiknya mengurangi
aktivitas yang tidak perlu dan menjaga jarak kontak (≥ 1 meter) dengan orang lain. Jika
dalam 14 hari timbul gejala, maka segera datangi fasilitas pelayanan kesehatan terdekat
dan membawa HAC. Kegiatan surveilans terhadap pelaku perjalanan dari negara
terjangkit yang tidak berisiko dan tidak bergejala dilakukan melalui pemantauan HAC
yang diberikan di pintu masuk negara. Petugas pintu masuk negara diharapkan
melakukan notifikasi ke Dinas Kesehatan setempat sesuai dengan alamat yang tertera di
HAC. Dinas Kesehatan yang menerima notifikasi dapat meningkatkan kewaspadaan dan
diharapkan melakukan komunikasi risiko kepada pelaku perjalanan dengan
memanfaatkan teknologi seperti telepon, pesan singkat, dll.(Pedoman Pencegahan dan
Pengendalian Coronavirus Disease 2019 (COVID-19)).

g. Deteksi Dini dan Respon


Kegiatan yang sangat perlu untuk dilakukan sebagai upaya mengetahui apakah
seseorang yang memiliki faktor risiko atau tidak terinfeksi covid-19. Kegiatan deteksi
dini dan respon dilakukan di pintu masuk dan wilayah untuk mengidentifikasi ada atau
tidaknya pasien dalam pengawasan, orang dalam pemantauan, kasus probabel maupun
kasus konfimasi COVID-19 dan melakukan respon adekuat.(Pedoman Pencegahan dan
Pengendalian Coronavirus Disease 2019 (COVID-19)).

Kegiatan penemuan kasus COVID-19 wilayah dilakukan melalui penemuan orang


sesuai definisi operasional. Penemuan kasus dapat dilakukan di puskesmas dan fasilitas
pelayanan kesehatan (fasyankes) lain. Bila fasyankes menemukan orang yang memenuhi
kriteria pasien dalam pengawasan maka perlu melakukan kegiatan sebagai berikut:

1) Tatalaksana sesuai kondisi pasien dan rujuk ke RS rujukan menggunakan mobil


ambulans.
2) Memberikan komunikasi risiko mengenai penyakit COVID-19.
3) Fasyankes segera melaporkan dalam waktu ≤ 24 jam ke Dinkes Kab/Kota
setempat. Selanjutnya Dinkes Kab/Kota melaporkan ke Dinas Kesehatan Provinsi

9
yang kemudian diteruskan ke Ditjen P2P melalui PHEOC dan KKP setempat.
Menggunakan form notifikasi.
4) Melakukan penyelidikan epidemiologi selanjutnya, mengidentifikasi dan
pemantauan kontak erat. Pengambilan spesimen dilakukan di RS rujukan yang
selanjutnya RS berkoordinasi dengan Dinkes setempat untuk pengiriman sampel
dengan menyertakan formulir penyelidikan epidemiologi dan formulir pengiriman
specimen. (Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Coronavirus Disease 2019
(COVID-19)).
4. Pencegahan dan Pengendalian Coronavirus Disease 2019 (COVID-19)

Ada beberapa upaya yang dapat dilakukan agar tidak terinfeksi Coronavirus Disease 2019
(COVID-19), yaitu:

a. Mencuci tangan menggunakan sabun dan air mengalir.


b. Hindari menyentuh mata, hidung, dan mulut saat belum mencuci tangan.
c. Menutup hidung dan mulut dengan siku saat batuk maupun bersin.
d. Menjaga jarak kurang lebih 1 meter dengan lawan bicara.
e. Hindari bepergian ketempat ramai terutama tempat yang sudah terkonfirmasi
terdapat kasus COVID-19.
f. Meningkatkan sistem kekebalan tubuh dengan menerapkan pola hidup bersih dan
sehat.
g. Menjaga kebersihan diri dan lingkungan.
h. Menghindari kontak langsung dengan ODP (orang dalam pemantauan), PDP (pasien
dalam Pengawasan), dan pasien positif COVID-19. (WHO, 2020)

B. Epidemiologi Coronavirus Disease 2019 (COVID-19)


Menurut Prof. Dr. Husaini, SKM., M.Kes,COVID-19 merupakan salah satu penyakit yang
memiliki rantai penularan yang sangat cepat. Peneliti penyakit menular di The University of
Texas menyatakan waktu antara kasus dalam rantai penularan Covid-19 kurang dari satu
minggu.Peneliti juga menemukan bahwa lebih dari 10 persen pasien terinfeksi virus Corona
disebabkan oleh seseorang yang memiliki virus, tetapi belum memiliki gejala (OTG).COVID-
19 adalahjenis virus yang bertransmisi lewat partikel droplet yang lebih mungkin ditransfer

10
lewat jabat tangan atau benda-benda yang dipakai atau disentuh orang banyak. Kemudian
virus di tangan masuk melewati kontak tangan ke area wajah seperti mata, hidung, dan mulut.
Karenanya WHO menganjurkan cuci tangan sebagai tindakan terbaik pencegahan virus ini.
Tidak perlu panik berlebihan karena Covid-19 bisa dicegah dengan menerapkan pola hidup
bersih dan sehat.

Menurut WHO, kebanyakan kasus infeksi virus tersebut menyebabkan penyakit ringan,
namun bila berlanjut bila tidak dikenali dan atau dibiarkan berakibat fatal. Kasus parah atau
meninggal lebih banyak dialami kelompok orang tua atau individu dengan kondisi medis
bawaan (seperti tekanan darah tinggi, gangguan jantung, atau diabetes). Sebuah studi terhadap
72 ribu pasien Covid-19 di China turut menyimpulkan dari keseluruhan kasus COVID-19,
sebanyak 81 persen tergolong ringan. Lalu 13,8 persen lainnya masuk kategori parah dengan
gejala gangguan pernapasan, dan 4,7 persen sisanya kritis. Dari sekitar 89 ribu kasus infeksi
Covid-19, korban meninggal mencapai lebih dari tiga ribu orang, alias sekitar 3 persen. Lebih
dari 45 ribu orang (50,5 persen) dilaporkan sembuh. Perlu diwaspadai dari penularan covid-19
yaitu serangan sekunder/gelombang kedua, karena disinyalir virus Covid-19 mampu
bermutasi dengan lingkungan, serta mempunyai tipe-tipe genitik yang berbeda-beda dari
Covid-19. Hal ini perlu serius kita amati dan waspadai dalam rangka penurunan penyebaran
pandemi Covid-19 ini.

Dalam ilmu epidemiologi (ilmu tentang penyebaran penyakit), ada teori segitiga
epidemiologi yaitu adalah alat yang digunakan para ilmuwan untuk mengatasi tiga komponen
yang berkontribusi terhadap penyebaran penyakit: agen eksternal, host yang rentan dan
lingkungan yang menyatukan agen dan host. Karena penyakit yang berbeda memerlukan
keseimbangan dan interaksi yang berbeda antara ketiga faktor ini, penting untuk menilai
sepenuhnya setiap komponen untuk mengembangkan kontrol dan langkah-langkah
pencegahan yang efektif dan tiga faktor yang mempengaruhi adanya penyakit atau orang sakit
tersebut yaitu :

1. Host (Manusia)

Host mengacu pada manusia yang bisa terkena penyakit. Memang host utama dari
virus Corona ini pada awalnya disinyalir dari hewan oleh para ahli, tetapi sejak 2019

11
kemarin di Wuhan terjadi penularan ke manusia yang menyebabkan Pandemi di seluruh
dunia. Akhirnya Covid-19 menjadi penyakit yang penularannya dari manusia ke manusia.
Berbagai faktor intrinsik pada inang, kadang-kadang disebut faktor risiko, dapat
memengaruhi paparan, kerentanan, atau respons individu terhadap agen penyebab. Peluang
untuk terjadinya paparan dipengaruhi oleh kontak antar manusia. Sedangkan kerentanan
dipengaruhi oleh faktor-faktor seperti komposisi genetik, status gizi dan imunologi,
struktur anatomi, adanya penyakit atau obat-obatan, dan susunan psikologis.

2. Agent (Virus)

Agen awalnya disebut mikroorganisme atau patogen infeksi: virus, bakteri, parasit,
atau mikroba lainnya. Agen utama Covid-19 adalah virus Corona atau yang dikenal juga
sebagai SARS-CoV-2. Virus ini tidak tahan hidup di luar tubuh manusia terutama jika
kena panas matahari, dan mati pada panas di atas 65 derajat celcius. Virus ini termasuk
sangat kuat/ganas virulensinya. Masa inkubasi virus ini antara 2 – 14 hari. Artinya dalam
rentang waktu tersebut jika masuk ke dalam tubuh manusia, akan muncul gejala penyakit
Covid-19.

3. Environment (Lingkungan)

Lingkungan mengacu pada faktor ekstrinsik yang memengaruhi agen dan peluang
untuk terpapar. Faktor lingkungan meliputi faktor fisik seperti geologi dan iklim, faktor
biologis seperti serangga yang mentransmisikan agen, dan faktor sosial ekonomi seperti
crowding, sanitasi, dan ketersediaan layanan kesehatan. Lingkungan fisik seperti area yang
kumuh, akan mempercepat penularan virus karena banyaknya kontak antar manusia.
Jumlah fasilitas dan alat kesehatan (laboratorium) juga menjadi faktor yang berpengaruh.
Sedangkan lingkungan sosial budaya yang dimaksud adalah adanya acara atau kegiatan
yang mengumpulkan orang banyak. Covid-19 akan muncul jika kondisi ketiga faktor
tersebut terpenuhi. Jika salah satu tidak ada, maka penyakit tidak akan muncul.

a. Host diseimbangkan

Pencegahan paling utama terhadap penyakit ini adalah peran host. Manusia harus
selalu menjaga kebersihan diri dan lingkungannya agar terhindar dari virus Corona.

12
Perilaku masyarakat juga termasuk salah satu cara menyeimbangkan host dalam
rangka memutus mata rantai penularan Covid-19, misalnya dengan cara menghindari
kerumunan (physical distancing), menggunakan masker, cuci tangan pakai sabun,
tidak menyentuh area wajah sembarangan, memisahkan peralatan makan dan menjaga
daya tahan tubuh (imunitas). Jika kondisi host dapat diseimbangkan maka Covid-19
tidak akan muncul.

Salah satu strategi untuk menyeimbangkan host adalah emantau status demam
harian warga, memberi arahan istirahat di rumah, memantau pergerakan warga,
membantu proses diagnostik dini, membantu proses rujukan dan memantau status suhu
Orang Tanpa Gejala (OTG) yang berasal dari daerah tertular. Proses pemantauan dapat
memanfaatkan kemajuan internet atau menggunakan instrumen sederhana berupa
simbol status kesehatan.

b. Agent diseimbangkan

Menyeimbangkan agent yakni virus Corona termasuk hal yang cukup sulit karena
belum ditemukannya vaksin dan obat yang mampu membunuh virus ini. Namun,
karakteristik virus yang tidak tahan suhu tinggi serta tidak mampu bertahan lama di
luar tubuh manusia, cara yang paling efektif adalah menjaga lingkungan tetap bersih.
Khususnya tempat atau benda yang sering disentuh manusia agar selalu dicuci dan
dijaga kebersihannya. Apalagi sebagian besar orang positif Covid-19 tidak
menunjukkan gejala. Sehingga kita tidak tahu keberadaan virus pada manusia sebelum
dilakukan pemeriksaan laboratorium.

c. Environment diseimbangkan

Lingkungan yang mendukung pencegahan Covid-19 yaitu lingkungan yang bersih


dan tidak banyak kerumunan orang. Untuk menegakkan ini semua, perlu adanya
kebijakan yang bersifat represif yang memaksa masyarakat untuk turut patuh dan aktif
menjaga kondisi lingkungan mereka aman (tidak berkerumun) dan bersih dari virus
Corona. Strategi yang bisa dilakukan adalah mengatasi kekurangan kebutuhan fasilitas
kesehatan, mengurangi dampak sosial-ekonomi yang terjadi, dan berdasarkan pada
sistem dan sumber daya yang ada.

13
Strategi berikutnya yang bisa dijalankan adalah penyediaan fasilitas kesehatan
dengan kebutuhan yang berbeda. Pertama, pusat karantina untuk merawat ODP dan
PDP seperti fasilitas layanan primer (puskesmas) di daerah. Kedua, pembangunan RS
khusus Covid-19 untuk merawat kasus konfirmasi dengan berbagai gejala. Pusat
karantina bisa menggunakan alih fungsi gedung-gedung yang ada di daerah.

C. Kebijakan Pemerintah dalam upaya memutus penyebaran Coronavirus Disease 2019


(COVID-19)
Tingginya angka infeksi COVID-19 di Indonesia membuat presiden harus segera
menindaklanjuti masalah ini dengan sebaik-baiknya sehingga muncul regulasi baru yaitu PP
Nomor 21 Tahun 2020 tentang Pembatasan sosial berskala besar, dan peraturan-peraturan
yang sekiranya dapat mendukung upaya pemutusan penyebaran Coronavirus Disease 2019
(COVID-19). Berikut beberapa kebijakan yang dilakukan oleh pemerintah negara Indonesia
sebagai upaya pemutusan penyebaran COVID-19 :
1. Pembatasan sosial berskala besar

Meski sebelumnya sudah masyarakat sudah diimbau untuk melakukan penjarakan


sosial dan fisik, namun Presiden Jokowi merasa pemberlakuan imbauan tersebut harus
diperluas dan dipertegas. Presiden meminta untuk dilakukan pembatasan sosial skala
besar yang didampingi dengan kebijakan darurat sipil. Presiden meminta kebijakan
pembatasan sosial berskala besar, physical distancing, dilakukan lebih tegas, lebih
disiplin dan lebih efektif lagi. Sehingga untuk menjalankan peraturan tersebut perlu
didampingi adanya kebijakan darurat sipil. Selain itu, kedepan juga akan disiapkan
payung hukum untuk aturan ini sehingga pemerintah daerah dapat mengimplementasikan
kebijakan yang sama di wilayahnya masing-masing. Kebijakan ini sangat pelu diterapkan
di wilayah-wilayah yang memiliki jumlah kasus positif COVID-19 cukup tinggi setiap
harinya seperti DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Timur, dan zona-zona merah lainnya.

2. Larangan mudik

Meski belum resmi dikeluarkan, saat ini Pemerintah tengah menggodok peraturan
menyoal kegiatan mudik lebaran 2020 tetapi Kegiatan mudik memang dikhawatirkan

14
dapat memperluas sebaran virus corona yang menyebabkan Covid-19, ke daerah-daerah,
sehingga wabah ini semakin meluas dan sulit ditangani.

3. Social distancing

Social distancing dapat kita artikan seperti : tidak berada dalam keramaian/kerumunan
massa, menjaga jarak dengan seseorang, tidak berpergian dari rumah, atau seperti isolasi
atau di karantina, kebijakan sosial distancing juga sudah diterapkan di Negara Republik
Indonesia dengan tujuan agar dapat mencegah penularan penyakit Virus Corona/Covid-
19. Frekuensi pergi ke pusat perbelanjaan atau pasar swalayan sebaiknya dilakukan
seminim mungkin. Kurangi waktu berada di keramaian atau tempat-tempat tersebut.
Kamu juga perlu menjaga jaga aman dengan pembeli lain, minimal 1 meter lebih. Cara
mencegah penyebaran virus Corona juga menyarankan untuk menggunakan metode
pembayaran elektronik. Pastikan selalu mengenakan masker dan cuci tangan dengan
benar setelah bepergian dan melakukan transaksi jual-beli.

4. Work From Home (WFH).

Dapat kita artikan bahwa kita itu bekerja di rumah/di kantor masing-masing, seperti
yang sudah diterapkan oleh presiden republik Indonesia dengan para kabinetnya, seperti
yang di himbau dari presiden Jokowi bawa kita yang sebagai pelajar disuruh belajar di
rumah melalui kecanggihan teknologi di industri 4.0. atau secara online.

5. Kebijakan untuk menggunakan masker bagi seluruh masyarakat yang melakukan


perjalanan

Usahakan semua masyarakat termasuk anak-anak memakai masker selama berada di


rumah sakit maupun tempat umum lainnya dan hindari menyentuh benda-benda dengan
tangan telanjang. Pastikan untuk selalu mencuci tangan dan wajah dengan menyeluruh
ketika selesai dari rumah sakit atau setibanya di rumah dan bagi masyarakat yang setelah
melakukan perjalanan jauh dihimbau untuk segera melakukan pelaporan kepada badan
pemerintahan daerah mulai dari RT,RW, maupun Kades, kemudian melakukan
pemeriksaan di fasilitas kesehatan terdekat untuk memastikan kondisi tubuh sehat, dan
wajib melakukan isolasi mandiri di rumah selama 14 hari dengan penuh tanggung jawab.

15
Hal ini dilakukan guna meminimalisir penyebaran virus COVID-19 yang mungkin
menempel pada tubuh selama melakukan perjalanan karena transportasi umum
merupakan salah satu media penularan penyakit infeksi ini. Walaupun Transportasi
publik sudah meningkatkan tingkat kebersihan. Tetapi masih ada kemungkinan seseorang
akan terinfeksi COVID-19 melalui transportasi umum. Yang penting bisa mengurangi
tingkat kerumunan, mengurangi antrian, dan mengurangi tingkat kepadatan orang di
dalam moda transportasi tersebut sehingga kita bisa menjaga jarak satu dengan lainnya.

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Desain penelitian adalah semua proses yang diperlukan dalam perencanaan dan
pelaksanaan penelitian (Nazir, 2014: 70). Menurut Hasibuan (2007: 93) dalam melakukan
suatu penelitian salah satu hal yang penting ialah membuat desain penelitian. Desain
penelitian merupakan pedoman dalam melakukan proses penelitian diantaranya dalam
menentukan instrumen pengambilan data, penentuan sampel, pengumpulan data, serta analisa
data. Dengan pemilihan desain penelitian yang tepat diharapkan akan dapat membantu
peneliti dalam menjalankan penelitian secara benar. Tanpa desain yang benar seorang peneliti
tidak akan dapat melakukan penelitian dengan baik karena tidak memiliki pedoman penelitian
yang jelas.

Pada penelitian ini, kami akan memaparkan karakteristik wilayah studi yang akan kami
teliti, kemudian menentukan metode penelitian serta instrumen penelitian apa yang akan kami
gunakan guna menjalankan penelitian ini agar memberikan hasil yang baik.

16
Kota Ungaran merupakan ibukota Kabupaten Semarang, JawaTengah. Ungaran
mengalami pemekaran menjadi dua kecamatan yaitu Ungaran Barat dan Ungaran Timur.
Secara geografis Kecamatan Ungaran Barat terletak diantara 7°11’01” - 7°16’81” Lintang
Selatan dan antara 110°36’04” – 110°41’25" Bujur Timur. Kecamatan Ungaran Barat
berbatasan langsung dengan Kota Semarang. Wilayah Kecamatan Ungaran Barat merupakan
daerah dataran tinggi yang bergelombang sampai bergunung dengan ketinggian antara 321 –
573 mdpl. Bentang alam wilayah Kecamatan Ungaran Barat sebagian besar merupakan areal
dataran, yang terdiri atas daerah pertanian. Pada areal dataran selain daerah pertanian sebagian
merupakan daerah pemukiman dan pekarangan. Wilayah dengan topografi dataran ditempati
oleh seluruh kelurahan, kecuali kelurahan Nyatnyono yang memiliki topografi lereng/puncak.
Kondisi topografi lereng/puncak adalah areal curam yang merupakan daerah perbukitan yang
membentang. Secara administrasi Kecamatan Ungaran Barat memiliki 11 kelurahan, namun
hanya 6 kelurahan yang menempati wilayah Kota Ungaran. Total wilayah kota Kecamatan
Ungaran Barat yaitu 1.352,76 hektar. Desa Nyatnyono menempati wilayah terluas yaitu
425,00 hektar dengan persentase 15,00% luas wilayah kota ungaran secara keseluruhan.
Sedangkan desa Genuk menempati wilayah terkecil dengan luas 157,85 hektar dengan
persentase sebesar 5,57% luas wilayah kota Ungaran secara keseluruhan.

Tabel 3.1. Luas daerah kota Ungaran


Nama Desa atau
No Luas Wilayah (hektar) Km2 Persentase
Kelurahan
1 Bandarjo 225,03 2,25 16,63
2 Ungaran 166,01 1,66 12,27
3 Genuk 157,85 1,58 11,67
4 Nyatnyono 425,00 4,25 31,42
5 Candirejo 212,00 2,12 15,67
6 Langensari 166,87 1,67 12,34
Total 1.352,76 13,53 100,00

Sumber: Data Strategis Kecamatan Ungaran Barat 2016

17
Batas-batas wilayah kota Kecamatan Ungaran Barat adalah sebagai berikut ;

1. Sebelah Barat : Desa Lerep;

2. Sebelah Timur : Kecamatan Ungaran Timur;

3. Sebelah Utara : Kota Semarang;

4. Sebelah Selatan : Kecamatan Bergas.

Gambar 3.1 Peta Kab.Semarang (Sumber: Pemerintah Kabupaten Semarang)

Jumlah keseluruhan penduduk yang menempati kota Kecamatan Ungaran Barat sebesar
52.673 jiwa. Berdasarkan jenis kelaminnya, jumlah penduduk laki-laki sebesar 25.444 jiwa
dan jumlah penduduk perempuan 27.229 jiwa. Tingkat kepadatan penduduk di kota
Kecamatan Ungaran Barat yaitu 26.878,52 jiwa/km2.

18
Tabel 3.2. Jumlah Penduduk Kota Ungaran
Nama Desa atau
No Jumlah Penduduk (Jiwa) Jumlah Jiwa
Kelurahan
Laki-laki Perempuan
1 Bandarjo 4.534 4.643 9.177
2 Ungaran 5.596 6.081 11.677
3 Genuk 4.046 4.435 8.481
4 Nyatnyono 3.886 3.919 7.805
5 Candirejo 2.620 3.201 5.821
6 Langensari 4.762 4.950 9.712
Total 25.444 27.229 52.673

Sumber: Kecamatan Ungaran Barat dan Timur dalam Angka 2016 (diolah)

Dalam Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Semarang tahun 2011-2031,
kota Ungaran sebagian besar memiliki rencana pola ruang kawasan yang di peruntukan untuk
permukiman perkotaan di kelurahan Ungaran, Bandarjo, Genuk dan Langensari serta sebagian
kecil merupakan kawasan peruntukan permukiman pedesaan di kelurahan Candirejo dan
Nyatnyono. Selain untuk permukiman perkotaan dan pedesaan, diperuntukkan sebagai
kawasan budidaya yaitu kawasan peruntukan pertanian tanaman pangan, kawasan peruntukan
pertanian hortikultura, kawasan peruntukan perkebunan, kawasan peruntukan hutan produksi
dan hutan produksi terbatas. Kota ungaran juga memiliki kawasan peruntukan industri yang
menempati sebagian kecil dari kelurahan Candirejo dan Genuk.
Penelitian ini akan membahas tentang gambaran perilaku masyarakat dalam upaya
pemutusan rantai penularan covid-19 di desa Candirejo wilayah Ungaran Barat, Semarang,
Jawa Tengah. Melihat kondisi yang ada, Covid-19 merupakan penyakit yang sudah menyebar
di negara-negara termasuk negara Indonesia dan sudah ditetapkan sebagai bencana
nasional.Sehingga upaya pemutusan rantai penularan sangat perlu dilakukan agar masyarakat
yang terinfeksi tidak terus bertambah.

B. Metode Penelitian

19
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian deskriptif dengan
menggunakan pendekatan kuantitatif yaitu penelitian yang kemudian diolah dan dianalisis
untuk mengambil keputusan. Artinya penelitian yang dilakukan adalah penelitian yang
menekankan analisisnya pada data-data numeric (angka) yang diolah dengan menggunakan
metode penelitian ini, akan diperoleh hubungan yang signifikan antar variabel yang diteliti.
Metode deskriptif merupakan metode yang digunakan untuk menggambarkan atau
menganalisis suatu hasil penelitian tetapi tidak digunakan untuk membuat kesimpulan yang
lebih luas (Sugiyono, 2005: 21)

Pada penelitian ini untuk mengambil data peneliti menggunakan teknik sampling dengan
purposive sampling. Teknik sampling merupakan cara untuk menentukan sampel yang
jumlahnya sesuai dengan ukuran sampel yang akan dijadikan sumber data sebenarnya, dengan
memperhatikan sifat-sifat dan penyebaran populasi agar diperoleh sampel yang representatif.
Sedangkan, Teknik purposive sampling yaitu teknik menggunakan kriteri yang telah dipilih
oleh peneliti dalam memilih sampel.

Sampel adalah sebagian dari populasi yang mewakili populasi tersebut (Notoatmodjo,
2010). Populasi adalah sekumpulan orang atau objek yang memiliki kesamaan dalam satu
atau beberapa hal dan yang membentuk masalah pokok dalam suatu riset khusus. Populasi
dalam penelitian ini adalah masyarakat desa candirejo dan sampel sebanyak 35 orang dengan
komposisi 15 orang laki-laki dan 20 orang perempuan.

C. Subjek Penelitian

Menurut Suharsimi Arikonto (1989) memberi batasan subjek penelitian sebagai benda,
hal atau orang tempat data untuk variabel penelitian melekat, dan yang dipermasalahkan.
Dalam sebuah penelitian, subjek penelitian memiliki peran yang sangat strategis karena pada
subjek penelitian, itulah data tentang variabel yang penelitian akan amati. Sedangkan subjek
penelitian yang kamu tetapkan pada penilitian ini adalah responden yang berusia 17 - 30
tahun di desa Candirejo, Ungaran Barat Kab.Semarang yang berjumlah 35 responden (15 laki-

20
laki dan 20 perempuan ). Adapun subjek penelitian kami diantaranya pekerja yang
beraktivitas seperti biasa, seseorang yang memiliki riwayat berkunjung ke fasilitas kesehatan
dan pasar hewan, seseorang yang memiliki riwayat pergi ke suatu daerah yang memiliki kasus
Covid19, seseorang yang sering menggunakan transportasi umum, seseorang yang memiliki
riwayat kontak dengan pasien ODP (orang dalam pengawasan ), PDP ( pasien dalam
pengawasan ) maupun pasien positif Covid 19.

D. Instrumen Penelitian

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini dimaksudkan untuk menghasilkan data
yang akurat yaitu dengan menggunakan skala Likert. Sugiyono (2014, hlm. 134) menyatakan
bahwa “Skala Likert digunakan untuk mengukur suatu sikap, pendapat dan persepsi seseorang
atau sekelompok orang tentang suatu fenomena sosial”. Manusia sebagai instrumen
penelitian, didalam kulitatif tidak dapat dipisahkan dari pengamatan berperan serta, namun
peranan peneliti lah yang menentukan keseluruhan skenarionya.

Instrumen penelitian yang dipergunakan dalam penelitian ini berupa wawancara dan
observasi yang akan dilakukan oleh peneliti. Sugiyono (2014, hlm. 92) menyatakan bahwa
“Instrumen penelitian adalah suatu alat pengumpul data yang digunakan untuk mengukur
fenomena alam maupun sosial yang diamati”. Dengan demikian, penggunaan instrumen
penelitian yaitu untuk mencari informasi yang lengkap mengenai suatu masalah yang diambil
dari segi fenomena alam maupun sosial.

E. Pengumpulan Data

Bagian ini menjelaskan tentang :

1. Sumber data
Data adalah sekumpulan keterangan atau fakta mentah berupa simbol, angka, kata-kata
atau citra, yang didapatkan melalui proses pengamatan atau pencarian ke sumber-sumber
tertentu. Menurut sumbernya data penelitian dikelompokkan menjadi:

21
a) Data Primer adalah data yang diperoleh atau dikumpulkan oleh peneliti secara langsung
dari sumber datanya. Jadi untuk mendapatkan data primer, peneliti harus
mengumpulkannya secara langsung.
b) Data sekunder adalah data yang didapatkan dari studi-studi sebelumnya. Data sekunder
dapat diperoleh dari berbagai sumber.
Dalam penelitian ini peneliti menggunkan jenis data yaitu data primer, yaitu dengan
cara peneliti melakukan pengumpulan data secara langsung dari responden yaitu masyarakat
di desa Candirejo, Ungaran barat Kab Semarang untuk mengetahui gambaran perilaku
masyarakat dalam upaya pemutusan rantai penularan Covid-19.

2. Prosedur pengumpulan data


Menurut Gulo (2002:110) pengumpulan data merupakan aktivitas yang dilakukan
guna mendapatkan informasi yang diperlukan dalam rangka mencapai tujuan dari suatu
penelitian. Adapun tujuan pengumpulan data adalah menemukan jawaban dari rumusan
masalah ataupun hipotesis penelitian melalui tahapan pengumpulan data.

Prosedur pengumpulan data pada penelitian ini dimulai dari pra penelitian yaitu
untuk mengetahui jumlah masyarakat dalam upaya pemutusan rantai penularan Covid-19
dengan melakukan wawancara secara langsung yang dari hasil wawancara tersebut
kemudian diolah dan selanjutnya yang didapatkan data yang dibutuhkan oleh peneliti.

3. Teknik pengumpulan data


Menurut Sugiyono (2013) teknik pengumpulan data merupakan prioritas utama
yang memiliki nilai strategis dalam penelitian, hal ini diungkapkan lantaran tujuan
penelitian ialah mendapatkan data-data, baik primer ataupun data sekunder. Ada tiga
teknik pengumpulan data yaitu teknik wawancara dan teknik observasi.

Teknik pengumpulan data pada penelitian ini adalah

a) Wawancara

Wawancara digunakan sebagai teknik pengumpulan data apabila peneliti ingin


melakukan studi pendahuluan untuk menemukan permasalahan yang harus diteliti, dan

22
juga apabila peneliti ingin mengetahui hal-hal dari responden yang lebih mendalam
dan jumlah respondennya sedikit atau kecil. (Sugiyono, 2007:137).

b) Observasi
Observasi adalah teknik pengumpulan data melalui pengamatan. Observasi
berkaitan erat dengan tata cara penelitian yang dilakukan dengan terjun langsung
dalam kehidupan masyarakat, tanpa menggunakan perantara. Melalui observasi,
penelitian bisa mudah merasakan berbagai fenomena sosial dan gejala sosial dalam
masyarakat.

4. Cara pengumpulan data


Cara pengumpulan data adalah pengumpulan data berupa teknik atau cara yang
dilakukan oleh peneliti untuk mengumpulkan data. Pengumpulan data dilakukan untuk
memperoleh informasi yang dibutuhkan dalam rangka mencapai tujuan penelitian.

Cara pengumpulan data pada penelitian ini adalah yang pertama dengan
melakukan observasi lingkungan dan responden/informan yaitu dengan melihat
responden/informan yang sering mencuci tangan, memakai masker dan handsanitizer.
Kemudian cara yang kedua adalah membuat pertanyaan dan melakukan komunikasi
dengan responden atau informan untuk melakukan wawancara, cara yang ketiga adalah
dengan melakukan analisis data atau informasi yang diperoleh melalui rekaman suara dan
pencacatan informasi yang didapatkan, dan cara yang terakhir adalah dengan menarik
kesimpulan berdasarkan hasil analisis data.

F. Teknik Analisis Data


Dalam penelitian kualitatif, analisis data dilaksanakan sebelum peneliti terjun
kelapangan, selama peneliti mengadakan penelitian di lapangan, sampai dengan laporan hasil
penelitian. Analisis data dimulai sejak peneliti menentukan fokus penelitian sampai dengan

23
pembuatan laporan penelitian selesai. Jadi teknik analisis data dilaksanakan sejak
merencanakan penelitian sampai dengan penelitian selesai.Berikut adalah tahapan-tahapan
dari analisis data:
Tahap yang pertama adalah pengumpulan data dengan mengumpulkan data sesuai
jumlah responden yang sudah diencakan dan berkaitan dengan fenomena yang akan diteliti.
Peneliti dapat mengumpulkan fakta-fakta yang ada melalui banyak alat pengumpulan data
yakni wawancara, observasi, human instrument dan dokumentasi.Tahap kedua adalah reduksi
data atau penggabungan yaitu tahap penggabungan data yang sama dari subjek-subjek yang
berbeda.
Tahap ketiga adalah proses pengkodean atau pemberian nomer urut yang bertujuan
agar mempermudah peneliti dalam pembahasan fakta-fakta yang ada dengan teori. Yang
perlu diperhatikan dalam pengkodean ini peneliti harus memberikan penomeran urut terlebih
dahulu, penomeran bisa dilakukan setiap baris pada verbatin diberikan nomer atau setiap
paragraf dalam verbatin. Dan juga peneliti harus membedakan nomor sesuai kategori. Setelah
memberikan nomor maka dilakukan pengkodingan dan memberikan nama untuk masing-
masing kode. Kemudian, Tahap akhir adalah penarikan kesimpulan untuk mendapatkan hasil
berdasarkan data atau informasi yang telah diperoleh.

G. Keabsahan Data

Keabsahan data dimaksud untuk memperoleh tingkat kepercayaan yang berkaitan


dengan seberapa jauh kebenaran hasil penelitian, mengungkapkan dan memperjelas data
dengan fakta-fakta aktual di lapangan. Dalam penelitian kualitatif keabsahan data lebih
bersifat sejalan seiring dengan proses penelitian itu berlangsung. Keabsahan data kualitatif
harus dilakukan sejak awal pengambilan data, yaitu sejak melakukan reduksi data, display
data dan penarikan kesimpulan atau verifikasi. Untuk memperoleh keabsahan data dalam
penelitian kualitatif ini dilakukan dengan cara menjaga kredibilitas, transferabilitas dan
dependabilitas yang maksudnya adalah:

1. Validitas internal (Kredibilitas).


Validitas internal merupakan ukuran tentang kebenaran data yang diperoleh dengan
instrumen, yakni apakah instrumen itu sungguh-sungguh mengukur variabel yang

24
sesungguhnya. Bila ternyata instrumen tidak mengukur apa yang seharusnya diukur maka
data yang diperoleh tidak sesuai dengan kebenaran, sehingga hasil penelitiannya juga  tidak
dapat dipercaya, atau dengan kata lain tidak memenuhi syarat validitas. Validitas internal
(kredibilitas) dapat dilakukan dengan:

a. Memperpanjang masa observasi.


Memperpanjang masa observasi dimaksudkan untuk mendeteksi dan
memperhitungkan distorsi yang mungkin merusak data. Distorsi bisa terjadi karena
unsur kesengajaan seperti bohong, menipu, dan berpura-pura oleh subyek, informan,
key informan. Unsur kesengajaan dapat berupa kesalahan dalam mengajukan
pertanyaan, motivasi, hanya untuk menyenangkan atau menyedihkan peneliti.

b. Pengamatan terus menerus.

Dengan pengamatan terus menerus dan kontinyu, peneliti akan dapat


memperhatikan sesuatu dengan lebih cermat, terinci dan mendalam. Pengamatan yang
terus menerus, akhirnya akan dapat menemukan mana yang perlu diamati dan mana
yang tidak perlu untuk diamati sejalan dengan usaha pemerolehan data. Pengamatan
secara terus menerus dilakukan untuk dapat menjawab pertanyaan penelitian tentang
fokus yang diajukan.

Triangulasi data berfungsi untuk mengecek kebenaran data dengan


membandingkan data yang diperoleh dari sumber lain, pada berbagai fase penelitian di
lapangan. Trianggulasi data yang dilakukan dalam penelitian ini adalah dengan sumber
dan metode, artinya peneliti membandingkan dan mengecek balik derajat kepercayaan
informasi yang diperoleh melalui waktu dan alat yang berbeda dalam metode kualitatif.
Triangulasi data dengan sumber ini antara lain dilakukan dengan cara membandingkan
data yang diperoleh dari hasil wawancara dengan informan dan key informan. Menurut
Sugiyono ada tiga macam triangulasi yaitu:

1) Triangulasi sumber

25
Untuk menguji kredibilitas data dilakukan dengan cara mengecek data yang telah
diperoleh melalui beberapa sumber. Data yang telah di analisis oleh peneliti sehingga
menghasilkan suatu kesimpulan selanjutnya dimintakan kesepakatan.
Dalam penelitian ini untuk menguji kredibilitas data tentang kebiasaan
penggunaan softlens, maka pengumpulan dan pengujian data yang telah diperoleh
dilakukan oleh satu sumber yaitu dari informan atau mahasiswi yang memakai softlens.
2) Triangulasi Teknik
Triangulasi teknik untuk menguji kredibilitas data dilakukan dengan cara
mengecek data kepada sumber yang sama dengan teknik yang berbeda. Misalnya data
diperoleh dengan wawancara, lalu dicek dengan observasi, dokumentasi, atau kuesioner.
Bila dengan teknik pengujian kredibilitas data tersebut, menghasilakan data yang
berbeda-beda, maka peneliti melakukan diskusi lebih lanjut kepada sumber data yang
bersangkutan atau yang lain, untuk mestikan data mana yang dianggap benar. Atau
mungkin semuanya benar, karena sudut pandangnya berbeda-beda.
3) Triangulasi Waktu
Waktu juga sering mempengruhi kredibilitas data. Data yang dikumpul dengan
teknik wawancara di pagi hari pada saat narasumber masih segar, belum banyak
masalah akan memberikan data yang lebih valid sehingga lebih kredibel. Untuk itu,
dalam rangka pengujian kredibilitas data dapat dilakukan dengan cara melakukan
pengecekan dengan wawancara , observasi, atau teknik lain dalam waktu atau situasi
yang berbeda. Bila hasil uji menghasilkan data yang berbeda, maka dilakukan secara
berulang-ulang sehingga ditemukan kepastian datanya. Triangulasi dapat juga dilakukan
dengan cara mengecek hasil penelitian, dari tim peneliti lain yang diberi tugas
melakukan pengumpulan data.

c. Membicarakan dengan orang lain (peer debriefing).


Mendiskusikan hasil data dengan orang lain yang paham dengan penelitian yang
sedang dilakukan.

d. Menganalisis kasus negatif.

26
Menganalisis kasus negatif maksudnya adalah mencari kebenaran dari suatu data
yang dikatakan benar oleh suatu sumber data tetapi ditolak oleh sumber yang lainnya.

e. Menggunakan bahan referensi sebagai pembanding dan untuk mempertajam analisa


data dan keabsahan data.
f. Mengadakan member check.
Tujuan mengadakan member check adalah agar informasi yang telah diperoleh dan
yang akan digunakan dalam penulisan laporan dapat sesuai dengan apa yang dimaksud
oleh informan, dan key informan. Untuk itu dalam penelitian ini member check
dilakukan setiap akhir wawancara dengan cara mengulangi secara garis besar jawaban
atau pandangan sebagai data berdasarkan catatan peneliti tentang apa yang telah
dikatakan oleh responden dengan tujuan agar responden dapat memperbaiki apa yang
tidak sesuai menurut mereka, mengurangi atau menambahkan apa yang masih kurang.

2. Validitas Eksternal (Transferabilitas).


Validitas eksternal berkenaan dengan masalah generalisasi, yakni sampai dimanakah
generalisasi yang dirumuskan juga berlaku bagi kasus-kasus lain diluar penelitian. Dalam
penelitian kualitatif, peneliti tidak dapat menjamin keberlakuan hasil penelitian pada
subyek lain. Hal ini disebabkan karena penelitian kualitatif tidak bertujuan untuk
menggeneralisir, karena dalam penelitian kualitatif tidak menggunakan sampling acak, atau
senantiasa bersifat pursosive sampling.

3. Dependabilitas.
Dependabilitas atau reliabilitas instrumen adalah indeks yang menunjukkan sejauh
mana alat pengukur dapat dipercaya atau dapat diandalkan. Reliabilitas menunjukkan
sejauh mana hasil pengukuran tetap konsisten bila dilakukan ulang terhadap gejala yang
sama dengan alat pengukur yang sama.Untuk dapat mencapai tingkat reliabilitas dalam
penelitian ini, maka dilakukan dengan tekhnik ulang atau check recheck.

4. Objektivitas.

27
Dalam penelitian kualitatif peneliti harus berusaha sedapat mungkin memperkecil
faktor subyektifitas. Penelitian akan dikatakan obyektif bila dibenarkan atau di ”confirm”
oleh peneliti lain. Maka obyektifitas diidentikkan dengan istilah”confirmability”.

H. Jadwal kegiatan
Tabel 3.3 Jadwal Kegiatan

No. Kegiatan Waktu Pelaksanaan


1. Diskusi kelompok, penentuan topik, sasaran, Maret-April 2020
dan lokasi penelitian, serta konsultasi dosen

2. Kegiatan penelitian Mei 2020


3. Evaluasi program penelitian Mei 2020
4. Penyusunan proposal penelitian Maret-Mei 2020

28
DAFTAR PUSTAKA

https://wikipedia.org/wiki/Penyakit_koronavirus_2019 . Penyakit koronavirus 2019.

Diakses pada 4 Mei 2020

Kementrian Kesehatan RI. 2020. Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Coronavirus


Disease (COVID-19). Jakarta. Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian
Penyakit (P2P)

WHO. 2020. Pertanyaan dan Jawaban Terkait dengan Coronavirus.


https://www.who.int/indonesia/news/novel-coronavirus/qa-for-public

Covid19.go.id. 2020. https://covid19.go.id/

Anda mungkin juga menyukai