PANDEMI COVID 19
DISUSUN OLEH:
HAMID ROSYADI
045190053
Memanjatkan puji syukur kepada Allah SWT, karena atas berkah dan karunia-Nya penulis
dapat menyelesaikan makalah ini, yang berjudul “E-learning Pada Masa Pandemi Covid-19”. Ditulis-
nya makalah ini dengan harapan sistem pendidikan kita harus siap melakukan
lompatan untuk melakukan transformasi pembelajaran daring bagi semua siswa
dan oleh semua guru. Kita memasuki era baru untuk membangun kreativitas,
mengasah skill siswa, dan peningkatan kualitas diri dengan perubahan sistem,
cara pandang dan pola interaksi kita dengan teknologi.
Dan juga saya tidak lupa mengucapkan terima kasih kepada pihak yan telah mendukung
dalam pembuatan makalah ini. Penulis sadar makalah ini jauh dari kesempurnaan, maka dari itu
kritik maupun saran diharapkan dapat diberikan kepada pembaca untuk lebih menyempurnakan
makalah ini. Semoga memberikan manfaat. Terima kasih.
Penulis
(HAMID ROSYADI)
DAFTAR ISI
JUDUL……………………………………………………………………………………………………………..…………………....I
KATA PENGANTAR……………………………………………………………………………………………….……………….II
DAFTAR ISI……………………………………………………………………………………………………….………………….III
BAB I PENDAHULUAN………………………………………………………………………………………………………….IV
BAB II PEMBAHASAN…………………………………………………………………………………………………………...V
BAB III PENUTUP………………………………………………………………………………………………………………...VI
DAFTAR PUSAKA…………………………………………………………………………………………………………………VII
BAB I
PENDAHULUAN
Kemunculan Virus Corona atau COVID-19 sebagai pandemi telah memberikan tantangan
tersendiri bagi lembaga Pendidikan di Indonesia. Untuk mengantisipasi penularan virus tersebut
pemerintah mengeluarkan kebijakan seperti sosial distancing, physical distancing, hingga
pembatasan sosial berskala besar (PSBB). Kondisi ini mengharuskan masyarakat untuk tetap diam di
rumah, belajar, bekerja, dan beribadah dirumah. Akibat dari kebijaka tersebut membuat sector
Pendidikan seperti sekolah maupun perguruan tinggi menghentikan proses pembelajaran secara
tatap muka. Sebagai gantinya, proses pembelajaran dilaksanakan secara daring yang bisa
dilaksanakan dari rumah masing-masing siswa.
Sesuai dengan surat Edaran Mendikbud Nomor 4 tahun 2020 tentang pelaksanaan kebijakan
Pendidikan dalam masa darurat penyebaran corona disease (COVID-19) menganjurkan untuk
melaksanakan proses belajar dari rumah melalui pembelajaran daring. Kesiapan dari pihak penyedia
layanan maupun siswa merupakan tuntutan dari pelaksanaan pembelajaran daring. Pelaksanaan
pembelajaran daring ini memerlukan perangkat mendukung seperti computer atau laptop, gawai,
dan alat bantu lain sebagai perantara yang tentu saja harus terhubung dengan koneksi internet. Data
statistika 2019 menunjukka pengguna internet di Indonesia sebanyak 95,2 juta, tumbuh 13,3% dari
2017 yang sebanyak 84 pengguna. Pada tahun selanjutnya pengguna internet di Indonesia akan
semakin meningkat dengan rata-rata pertumbuhan sebesar 10,2% pada periode 2018-2023.
Pada tanggal 30 januari 2020, WHO menetapkan Covid 19 sebagai Public Health Emergency
of International Concern (PHEIC) atau Kedaruratan Kesehatan Masyarakat yang meresahkan Dunia
(KKMMD). Penambahan jumlah kasus COVID-19 berlangsung cukup cepat dan menyebar ke luar
wilayah Wuhan dan negara lain. Jumlah kasus terinfeksi terus meningkat cukup signifikan pada
waktu yang relatif cepat. Dalam kurun waktu 6 bulan, sudah 216 negara didunia terjangkit virus ini.
Menurut WHO, jumlah kasus terkonfirmasi positif pada tanggal 25 juni telah mencapai 9.296.202,
dengan angka kematian mencapai 479.433 orang (https://Covid19.who.int/).
BAB II
PEMBAHASAN
COVID-19 tidak hanya berdampak pada kesehatan masyarakat, tetapi juga memengaruhi kondisi
perekonomian, pendidikan, dan kehidupan sosial mas Pandemi yarakat Indonesia. Berdasarkan data
Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), jumlah pasien positif terinfeksi COVID-19 di
Indonesia mencapai 6.575 orang per 19 April 2020. Pandemi ini menyebabkan beberapa pemerintah
daerah menerapkan kebijakan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) yang berimplikasi terhadap
pembatasan aktivitas masyarakat, termasuk aktivitas ekonomi, aktivitas pendidikan, dan aktivitas
sosial lainnya.
Menurunnya berbagai aktivitas ini berdampak pada kondisi sosial-ekonomi masyarakat, khususnya
masyarakat rentan dan miskin. Oleh sebab itu, pemerintah, baik di tingkat pusat maupun daerah,
mengeluarkan berbagai kebijakan untuk menanggulangi penyebaran COVID-19 serta kebijakan-
kebijakan yang bersifat penanggulangan dampak sosial dan ekonomi akibat pandemi ini. Kendati
demikian, pelaksanaan berbagai kebijakan ini perlu dipantau dan dievaluasi untuk mengetahui
efektivitasnya.
The SMERU Research Institute, sebagai lembaga penelitian yang fokus mengkaji isu-isu sosial-
ekonomi, berinisiatif melakukan beberapa kegiatan penelitian di bidang sosial, ekonomi, pendidikan,
kesehatan, dan kebijakan terkait dengan pandemi COVID-19, baik di tingkat nasional maupun di
tingkat daerah.
Tujuan
1. Memantau dampak krisis akibat pandemi COVID-19 terhadap kondisi sosial ekonomi
masyarakat, khususnya terkait kemiskinan dan pembangunan manusia
2. Mengkaji efektivitas berbagai kebijakan/program pemerintah di bidang perlindungan sosial,
pendidikan, kesehatan, dan ketenagakerjaan.
Metodologi
Studi ini terdiri atas sembilan substudi yang terbagi ke dalam dua kelompok besar, yaitu studi berskala
nasional dan subnasional (studi kasus).
1. Pemantauan respons kebijakan pemerintah pusat dan daerah. Metodologi: analisis konten
dari hasil media tracking
2. Efektivitas pelaksanaan program perlindungan sosial Program Keluarga Harapan (PKH) dan
Bantuan Pangan Nontunai (BPNT) dalam kerangka mitigasi dampak pandemi COVID-19.
Metodologi: kualitatif–wawancara mendalam dengan kementerian dan lembaga, pemerintah
daerah, pemerintah desa, dan rumah tangga
3. Pemantauan dampak pandemi COVID-19 terhadap pelayanan gizi dan kesehatan ibu dan
anak.
Metodologi:
Studi berskala subnasional ini memilih lima lokasi untuk studi kasus, yaitu Kota Administrasi Jakarta
Timur (DKI Jakarta), Kabupaten Bekasi (Jawa Barat), Kabupaten Badung (Bali), Kabupaten Maros
(Sulsel), dan Kota Kupang (NTT).
Jumlah kasus positif penyakit koronavirus 2019 (COVID-19) di Indonesia yang terus meningkat
menunjukkan bahwa pandemi masih jauh dari berakhir. Berbagai upaya telah dilakukan, tetapi
sebagian upaya tersebut belum berhasil dalam mengendalikan pandemi ini. Beredarnya berita palsu
(hoax) dan takselarasnya kebijakan pemerintah dalam menangani pandemi COVID-19 menimbulkan
kebingungan masyarakat dalam menyikapi situasi pandemi. Sebagai akibatnya, persepsi masyarakat
terhadap risiko penularan COVID-19 berubah-ubah sehingga memicu munculnya rasa aman semu.
Munculnya rasa aman semu yang berujung pada meningkatnya perilaku berisiko dan takkonsistennya
adaptasi masyarakat dengan protokol kesehatan menunjukkan adanya permasalahan pada strategi
komunikasi risiko selama pandemi COVID-19. Untuk memperkecil risiko penularan COVID-19 dan
mengurangi rasa aman semu, serta membangun perilaku adaptif masyarakat yang berkelanjutan dan
konsisten, pemerintah perlu mengambil langkah-langkah berikut.
• Pertama, memperbaiki dan menguatkan strategi komunikasi risiko penularan COVID-19
dengan mengedepankan prinsip keterbukaan informasi
• Kedua, mendukung perubahan perilaku adaptif masyarakat dalam melaksanakan protokol
kesehatan secara konsisten dan berkelanjutan
• Ketiga, memperkuat partisipasi masyarakat dalam mengomunikasikan risiko penularan
COVID-19 dan memastikan perilaku adaptif masyarakat dalam melaksanakan protokol
kesehatan
• Keempat, membangun sistem pemantauan dan evaluasi berkala terhadap strategi komunikasi
penanganan pandemi COVID-19 dan efektivitasnya.
BAB III
PENUTUP
Adopsi digital telah mendorong transisi menuju eLearning selama bertahun-tahun tetapi pandemi
virus corona telah mempercepat perubahan ini. Laporan menunjukkan pasar pendidikan digital akan
tumbuh dengan tingkat pertumbuhan tahunan gabungan (CAGR) 33,28% untuk 2020-2026, didorong
oleh gangguan dan tuntutan pandemi global.
Siswa bukan satu-satunya yang terkena dampak pandemi Covid-19 dan tindakan penguncian
selanjutnya. Perusahaan juga terpaksa tutup dan sebagian besar masih beroperasi di bawah
semacam tindakan Covid, yang pasti mempengaruhi produktivitas dan output.
Namun, seperti yang dijelaskan McKinsey: “bisnis tidak dapat menunda pembangunan kapabilitas.”
“Apakah upaya tersebut adalah peningkatan keterampilan di tingkat unit bisnis atau transformasi
aspirasional di seluruh perusahaan, perusahaan tidak dapat begitu saja menekan tombol jeda pada
pembelajaran di tempat kerja yang kritis, bahkan ketika mereka bergerak cepat untuk
mengutamakan keselamatan karyawan.” – Mengadaptasi pembelajaran di tempat kerja di
masa coronavirus, McKinsey.
Pembelajaran online menyediakan lingkungan yang aman dan konsisten bagi orang-orang untuk
melatih, belajar, dan mengembangkan keterampilan baru. Faktanya, pengalaman pembelajaran
digital terbukti menjadi saluran yang lebih efektif untuk keterlibatan dan retensi.
Menurut Forum Ekonomi Dunia, “pembelajaran online telah terbukti meningkatkan retensi
informasi, dan membutuhkan lebih sedikit waktu, yang berarti perubahan yang disebabkan oleh
virus corona mungkin akan tetap ada.”
Salah satu dampak paling menyedihkan dari pandemi Covid-19 adalah betapa tidak proporsionalnya
hal itu mempengaruhi orang-orang, melukai yang paling rentan lebih dari siapa pun. Di kelas (baik
fisik maupun digital), non-penutur asli adalah pihak yang paling dirugikan, tetapi terjemahan
eLearning menciptakan lingkungan di mana setiap orang dapat memperoleh manfaat dari
pembelajaran dalam bahasa ibu mereka.
Ini akan menjadi semakin penting karena semakin banyak perusahaan beralih ke pelatihan digital
dan pangsa siswa dan pekerja internasional tumbuh.
Untuk perusahaan yang beroperasi secara internasional, terjemahan eLearning menyediakan sistem
terpusat untuk membuat materi pelatihan yang konsisten – yang memenuhi standar dan peraturan
yang dipersyaratkan di setiap wilayah – sambil memberikan setiap anggota staf keterampilan yang
dibutuhkan bisnis Anda untuk mendorong pertumbuhan lebih lanjut.
Sementara itu, semakin banyak negara yang memperkenalkan visa kerja jarak jauh sebagai
tanggapan atas pembatasan perjalanan dan eksperimen kerja besar-besaran dari rumah (WFH), yang
dapat menghilangkan batasan geografis dalam mempekerjakan talenta sambil memberikan
penekanan yang lebih besar pada pelatihan multibahasa yang berkualitas.
DAFTAR PUSTAKA